TUGAS AKHIR
MUHAMMAD RIZKY
11 221 32
TUGAS AKHIR
MUHAMMAD RIZKY
11 221 32
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
Diketahui oleh:
Metode pengumpulan data pada Tugas Akhir ini didasari oleh pelaksanaan
Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama 3 bulan mulai dari 6
Februari 6Mei 2014.Data selama kegiatan diperoleh melalui pelaksanaan dan
pengamatan secara langsung dari seluruh rangkaiankegiatan,hasil wawancara
dengan pembimbing lapangan, dosen pembimbing serta berbagai literatur
pendukung yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini melalui penelusuran pustaka.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir sebagai salah
satu syarat menyelesaikan studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, untuk itu patutlah
penulis memanjatkan puja dan puji syukur kepada-Nya dan kepada beberapa pihak yang telah
turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
1. Muslimin, S.Pi., M.P. selaku Pembimbing pertama dan Ratnawati Rifai, S.Pi.,
M.Si. selaku pembmbing anggota yang telah memberikan motivasi, arahan dan
2. Handi Widodo selaku Pembimbing Lapangan dan Manajer Teknis di PT. Surya
4. Ir. Andi Asdar Jaya, M.Si., selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
ayahanda tercinta Dedi Asril dan ibunda tercinta Yessy Sriyanti serta Pak Mufdi
Rustam yang senantiasa memberikan support berupa moril, materil serta iringan
doa hingga penyelesaian studi ini. Terima kasih kepada semua saudaraku dan
Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan berguna kepada yang
memerlukannya, Amien.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN............................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .. iv
DAFTAR ISI............................................................................................ . vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................... . ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... x
I PENDAHULUAN ...............................................................................
2.2. Morfologi............................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
pantai terpanjang di dunia. Total potensi area pertambakan seluas 1,2 juta hekto
are dengan potensi efektif untuk budidaya udang seluas 773 ribu hekto are lebih
(Anonimous, 2013). Hal ini merupakan sebuah keuntungan besar bagi kita untuk
budidaya perikanan saat ini sudah menjadi primadona pangan dunia yang semakin
Udang merupakan salah satu komoditi andalan ekspor non migas dari sub
sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, permintaan pasar yang
sangat tinggi, baik lokal maupun pasar internasional seperti siangapura, USA dan
Eropa. Permintaan akan udang ini dari tahun ketahun akan semakin meningkat,
hal ini merupakan salah satu alasan sehingga usaha budidaya udang vaname di
Indonesia juga besar karena lahannya luas, teknologi produksinya sudah dikuasai
masyarakat, dan menyerap banyak tenaga kerja atau padat karya. Berdasarkan
data nilai ekspor komoditas udang Indonesia pada semester pertama 2013 tercatat
sebesar 723,6 juta dolar AS atau 36,7 persen dari total nilai ekspor Indonesia
memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan.Selain itu udang ini mampu
hidup pada kondisi perairan, sehingga sangat sesuai untuk dilakukan penebaran
intensif dengan menggunakan dasar tambak berupa beton merupakan pilihan yang
tepat bagi para pengusaha tambak yang ingin melakukan penebaran tinggi dan
memperoleh hasil panen yang maksimal. Salah satu dari pengelolaan tersebut
adalah manajemen kualitas air, karena air merupakan tempat hidup yang utama
untuk udang.
yang besar di Indonesia, ribuan hektar sepanjang garis pantai Timur Jawa ini
sudah didirikan lokasi budidaya udang vaname dengan kolam berupa beton. Dasar
kolam yang berupa beton membuat segala jenis bakteri pengurai dan plankton
harus dibuat secara buatan.Kemudian air sumber (air laut) didaerah ini sudah
sangat tercemar, yang ditandai dengan semakin keruhnya air dan dengan melihat
hasil analisa laboratorium yang menunjukkan kadar ammonia yang tinggi, ini
membuat para petambak harus mengambil air sumber yang semakin jauh dari
tahun ke tahun.
Oleh karena itu manajemen kualitas air menjadi salah satu yang harus
benar-benar dikuasai oleh operator tambak, mulai dari saat air masuk ke kolam
tandon kemudian masuk ke kolam budidaya sampai pada akhirnya dibuang ke laut
kembali.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Manfaat tugas akhir ini, diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
Kindom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Superorder : Eucarida
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobrachiata
Family : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Subgenus : Penaeus
2.2. Morfologi
Bentuk tubuh yaitu terbagi menjadi tiga bagian antara lain : bagian kepala
antennule bagian dalam dan luar, tiga buah maxiliped, lima pasang kaki jalan
(periopoda), lima pasang kaki renang (pleopoda), sepasang telson dan uropoda.
4
Udang vaname mempunyai rostrum yang menyerupai lengan pada bagian
Gambar 2.
2. Morfologi udang vaname
Keterangan :
6. Schaphoearit
phoearit (sisip kepala) 13. Pinch (capit)
5
2.3. Penyebaran dan Habitat
bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar laut.Adapun habitat yang disukai
oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran antara
euryhaline, yaitu mempunyai toleran terhadap sanilitas yang luas dan menempati
Panama, Peru, dan Ekuador. Sampai saat ini udang vaname paling banyak
Selatan seperti Florida, Texas, Georgia, dan Carolina Selatan. Di Asia jenis
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda,
polycaeta, larva kerang dan lumut. pada udang vaname pakan dicari dan
organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). organ sensor ini terpusat
pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. adanya
sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merspon untuk mendekati atau
menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam amino)
6
dan lemak maka udang meresponnya dengan cara mendekati sumber pakan
Air merupakan media hidup bagi kultivan di tambak, ditinjau dari segi
fisik, air merupakan tempat hidup yang menyediakan ruang gerak bagi kultivan
(ikan , udang, kepiting) sedang dari segi kimia, air mempunyai fungsi sebagai
dari segi biologis air merupakan media untuk kegiatan biologi dalam
mempunyai kualitas yang baik, yaitu memenuhi berbagai persyarakan dari segi
adalah parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika setidaknya meliputi
densitas plankton.
Salinitas
dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (/oo) atau
ppt (part perthousand) atau g/l. Tujuh ion utama penyusun salinitas adalah ;
Sedangkan unsur lainnya adalah fosfor, nitrogen, dan unsur mikro mempunyai
7
kontribusi kecil dalam penyusunan salinitas, tetapi mempunyai peran yang sangat
1990). Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar
dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida
dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi, 2003). Salinitas berpengaruh
kimia air (Brotowidjoyo, et al. 1995). Udang vaname dapat tumbuh pada perairan
dilakukan pada perairan bersalinitas rendah. Namun hal yang penting, air payau
tambak di Thailand merupakan air asin yang dialirkan ke darat dari kawasan
pantai sehingga mempunyai perbandingan ion yang serupa dengan air laut (Saoud
&Davis 2003). Udang vaname hidup pada perairan dengan kisaran salinitas
antara 1-40 ppt (Bray et al. 1994), serta dapat tumbuh pada perairan dengan
salinitas berkisar antara 0.5 ppt (Samocha et al. 2001) sampai 28.3 ppt (Smith &
Lawrence 1990 dalam Saoud & Davis 2003). Namun demikian menurut Tsuzuki
et al. (2000), pasca larva dan juvenil udang penaeid tidak terlalu toleran terhadap
udang vaname telah berhasil dipelihara pada salinitas 5-35 ppt (Sturmer
8
&Lawrence, 1989; Bray et al. 1994; Ponce-Palafox et al. 1997). Bagaimanapun,
air, misalnya laju ekskresi amonium-N lebih rendah pada 25 ppt daripada 10 ppt
atau 40 ppt (Jiang et al. 2000). Ekskresi nitrit-N juvenil Penaeus chinensis
tingkat amonium-N ambien (Chen & Lin 1995). Kapasitas osmoregulasi udang
dari kelompok yang sama menunjukkan keragaman antar individu. Jika salinitas
sedangkan pada salinitas 1.5 ppt bernilai 8.2%. Perbedaan koefisien keragaman
kapasitas osmoregulasi antar invidu pada tingkat salinitas yang sama dapat
meningkat lebih dari 45.8%. Kapasitas osmoregulasi rata-rata pada individu yang
bertahan hidup setelah melalui uji stres salinitas dan suhu secara nyata lebih tinggi
tersebut dapat bertahan selama satu atau dua periode molting (Chim et al. 2003).
dalam larutan yang dinyatakaan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada
+
suhu tertentu, atau pH = - log (H ). Air murni mempunyai nilai pH = 7, dan
dinyatakan netral, sedang pada air payau normal berkisar antara 7 9 (Boyd,
9
menyebabkan kematian pada ikan demikian juga pada pH yang mempunyai nilai
kelewat basa. Hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga
Sebaliknya pada malam hari seluruh organisme dalam air melepaskan CO2 hasil
respirasi sehingga pH air menurun. Namun demikian air payau cukup ter-buffer
dengan baik sehinga pH airnya jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau
meningkat hingga mencapai nilai 9, sehingga efek buruk pada kultiv an jarang
nitrat dan fosfat berguna bagi fitoplankton dan tumbuhan air. Proses ini akan
lebih cepat jika kisaran pH berada pada kisaran basa. Pada pH diatas 7, amonia
dalam molekul NH3 akan lebih dominan dari ion NH4+. Pada tingkatan tertentu
dapat menembus membran sel atau juga menyebabkan rusaknya jaringan insang
Hal ini juga berarti meningkatkan daya racun dari amonia pada pH tinggi dan H2S
pada udang terjadi pada pH perairan di bawah 6.0 sedangkan pada pH 3.0 dalam
20 jam terjadi kematian 100% (Law 1988). Mortalitas udang yang tinggi juga
dapat disebabkan karena adanya perubahan salinitas secara cepat (Tseng 1987
10
dalam Chien 1992).
yang berbeda pada setiap jenis yang berbeda. Nilai pH mempengaruhi proses-
proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah
(Effendi 2003). Chester (1990) menyatakan kisaran pH normal di laut adalah 7,5
Oksigen terlarut
Oksigen terlarut dalam air tambak berasal dari dua sumber utama yaitu
dari proses difusi gas O2 dari udara bebas saat ada perbedaan tekanan parsial di
udara dan masuk kedalam air, dan bersumber dari fotosintesa (Boyd, 1990).
Difusi gas ini dalam air dipengaruhi oleh suhu dan salinitas, difusi akan menurun
produksi oksigen.
Oksigen terlarut tidak saja digunakan untuk pernafasan biota dalam air
tetapi juga untuk proses biologis lainnya. Jika oksigen terlarut dalam keadaan
11
ikan, udang, kepiting dan sejenisnya dalam mengambil oksigen akan terganggu.
Bila konsentrasi oksigen terlarut < 3 mg/l, maka nafsu makan kultivan akan
berkurang dan tidak dapat berkembang dengan baik (Buwono, 1993). Pada saat
o
kadar oksigen terlarut sebesar 2,1 mg/l pada suhu 30 C udang maupun kepiting
(Purnomo, 1988).
kebutuhan oksigen bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung
pada metabolisme (Ghufron dan Kordi, 2000). Penurunan kadar oksigen terlarut
dalam air dapat menghambat aktivitas biota perairan. Oksigen diperlukan untuk
pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan oksigen antara spesies tidak sama. Hal
ini disebabkan adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang
perairan sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan.
Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi
berbagai organisme perairan (Dahuri, et al. 2004). Berbagai hal yang dapat
tumbuhan air yang berlebihan khususnya fitoplankton dan tumbuhan dalam air,
terlarut kritis untuk udang vaname adalah 0.65 mg/l pada budidaya superintensif
dan akan mati total pada 34.7 dan 31.8 menit apabila tidak ada sinar matahari,
12
sementara pada system budidaya udang vaname tradisional tanpa menggunakan
aerasi minimal 4.1 mg/l (Vinatea, dkk. 2009). Idealnya kebutuhan oksigen
terlarut untuk udang vaname > 4 mg/l (Liao dan Huang (1975) dalam Chien
oleh Allen et al. (1984), yaitu perubahan DO sama dengan penambahan oksigen
dari fotosintesis, pasokan aerasi, aerasi alami, dan air masuk, serta pengurangan
dari respirasi fitoplankton, respirasi ikan, dekomposisi detritus, dan air keluar.
Suhu Air
akuatik adalah suhu. Suhu air mempengaruhi proses fisiologi ikan seperti
ditimbulkan dari kenaikan suhu air adalah kegagalan dalam memijah, percepatan
pertumbuhan bakteri dan tumbuhan air yang tidak dikehendaki (Carpenter dan
13
apabila kenaikan suhu di perairan semakin cepat, akibatnya konsentrasi oksigen
terlarut dalam perairan semakin menurun. Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi
sebanyak dua sampai tiga kali lipat.Perubahan suhu juga berakibat peningkatan
suhu lewat peredaman sinar matahari yang masuk ke tambak. Efek peredaman ini
dipengaruhi oleh kerapatan dan luasan dari populasi mangove. Proses yang
adanya makrofita (Boyd, 1990). Kebutuhan suhu yang optimum untuk mendapat
pertumbuhan yang baik bagi udang vaname adalah (28 30) oC (Hirono (1992)
dan kisaran hidupnya pada suhu (20 36) oC (Xincai & Yongquan, 2001).
Ammonia
pengeluaran kotoran udang yang berbentuk gas. Selain itu, amoniak bisa berasal
dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang vaname sehingga larut dalam air.
Ammonia akan mengalami proses nitrifikasi dan denitrifikasi sesuai dengan siklus
nitrogen dalam air sehingga menjadi nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) (Amri, 2006).
tambak sebagai sisa hasil metabolisme udang, plankton mati, input bahan organik
serta sisa pakan yang tidak terurai. Kadar TAN maksimal dalam tambak adalah 2
14
ppm.Jika nilai TAN tinggi, berarti sisa bahan organik dalam tambak tidak terurai
Alkalinitas
dengan metode titrasi setiap 3 hari sekali. Nilai optimal alkalinitas dalam tambak
Nitrogen (N)
Senyawa nitrogen dalam air terdapat dalam tiga bentuk utama yang berada
dalam keseimbangan yaitu amoniak, nitrit dan nitrat. Jika oksigen normal maka
keseimbangan akan menuju nitrat. Pada saat oksigen rendah keseimbangan akan
menuju amoniak dan sebaliknya, dengan demikian nitrat adalah hasil akhir dari
proses oksidasi nitrogen (Hutagalung dan Rozak, 1997). Nitrat dalam air dapat
terbentuk karena tiga proses, yakni badai listrik, organisme pengikat nitrogen, dan
karena merupakan nutrient yang dipergunakan oleh tumbuhan air dan fitoplankton
Nitrat masuk dalam tambak lewat fiksasi oleh blue geen algae, disposisi
basah dan penambahan bahan organik. Nitrogen yang terkandung dalam bahan
15
organik akan diuraikan melalui berbagai reaksi biokimia mulai dari amonifikasi
tergantung pada konsentrasi subtrat dalam air, jika konsentrasi subtrat tinggi maka
pH, dan kedalaman (Feliatra, 2001) juga berpengaruh pada aktivitas keduanya.
o
Suhu optimum untuk pertumbuhan nitrospira adalah 25 35 C, sedangkan
aktivitas bakteri nitrifikasi, demikian juga dengan pH air yang terlalu tinggi. pH
optimum untuk bakteri nitrifikasi tersebut adalah 7,0 7,7. Oksidasi amonium
tertinggi di dasar (Feliatra, 2001). Menurut Kanna (2002) dan Winanto (2004)
menyatakan bahwa kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan
tidak kurang dari 0,25. Sedangkan yang paling baik berkisar antara 0,25 0,66
mg/l, dan kandungan nitrat yang melebihi 1,5 dapat menyebabkan kondisi
Fospor (P)
-
Tumbuhan air memerlukan N dan P sebagai ion PO4 untuk pertumbuhan
yang disebut nutrient atau unsur hara makro (Brotowidjoyo et al., 1995).Fosfor
ortofosfat yang larut, polifosfat anorganik dan fosfat organik. Polifosfat dapat
16
berubah menjadi ortofosfat melalui proses hidrolisa, sedangkan fosfat organik
bentuk larutan dikenal dengan orthofosfat dan merupakan bentuk fosfat yang
digunakan oleh tumbuhan air dan fitoplankton.Oleh karena itu dalam hubungan
dengan rantai makanan diperairan orthofosfat terlarut sangat penting. Boyd (1990)
yang sukar larut berupa kalsium fospat, besi fospat dan aluminium fosfat.Hal ini
terjadi bila pupuk fosfat yang diberikan dan orthofosfat di lumpur dasar tambak
darat atau juga pengikisan fosfor oleh aliran air, dan dekomposisi organisme yang
sudah mati (Hutagalung dan Rozak, 1997). Kandungan fosfat 0,01 mg/l 0,16
budidaya (Winanto, 2004). Konsentrasi fospor dalam air adalah agak rendah,
konsentrasi fospor terlarut biasanya tidak lebih dari 0,03 1,20 mg/l dan jika
17
melampui 1,20 mg/l air dalam kondisi yang eutrofik. Meskipun fospor dalam air
rendah konsentrasinya tetapi dari segi biologi sangat penting sehingga fospor
factor).(Boyd, 1990).
mempunyai siklus terputus karena sifatnya yang reaktif, yaitu mudah terikat
meliputi pelarutan; asimilasi makrofita, alga planktonik dan bentik, bakteri dan
merupakan fraksi fosfat yang dapat langsung diserap oleh fitoplankton dalam
mengikuti arus.Plankton terdiri dari dua tipe yaitu fitoplankton dan zooplankton
18
keduanya mempunyai peran penting dalam ekosistem di perairan. Fitoplankton
cukup, hal ini berkaitan dengan proses fotosintesa, sehingga fitoplankton lebih
banyak dijumpai pada daerah permukaan perairan, atau daerah-daerah yang kaya
akan nutrien. (Hutabarat dan Evans, 1995). Fitoplankton sebagai pakan alami
mempunyai peran ganda yaitu berfungsi sebagai penyangga kualitas air dan dasar
dalam mata rantai makanan di perairan atau yang disebut sebagai produsen primer
(Odum, 1979). Keberadaan plankton baik jenis maupun jumlah terjadi karena
perairan tersebut berada dalam kondisi komunitas fitoplankton yang tidak stabil
perairan kurang subur. Indeks keanekaragaman yang paling baik adalah > 1 (Stirn,
1981).
perairan darat atau kolam budidaya adalah kelompok Chlorophyta (alga hijau),
19
pergeseran dominasi antar keempat kelompok fitoplankton tersebut mengikuti
kemampuan mengapung atau bergerak ke permukaan atau lapisan air bagian atas.
pada siang hari dan ke bagian bawah pada malam hari (fototaksis positif)
jaring makanan di dalam tambak yang meliputi alga, zooplankton, dan udang.Alga
jaring makanan serta pengaturan konsentrasi oksigen minimum untuk udang yang
dicapai dengan keseimbangan pergantian air dan pemberian pakan hingga panen
(Schuur 2003).
yang berkombinasi dengan proses autotrofik. Sisa pakan dan ekskresi udang
dicerna bakteri sebagai bentuk dasar dari jaring makanan di tambak.Udang dan
20
organisme didalam jaring makanan pada kepadatan tinggi memerlukan aerasi
aerasi yang diperlukan pada tambak intensif diperkirakan secara kasar sekitar 5-20
kW/ha (Schuur, 2003) atau 1 kW untuk setiap 500 kg produksi udang (Boyd,
1998).
memerlukan suatu pemahaman fisik dasar serta proses kimia dan biologi (Boyd
1982). Untuk memahami proses kimia, informasi nutrien terutama nitrogen dan
langkah dasar bagi studi kuantitatif dari efisiensi pemanfaatan pakan, kesuburan
kolam, kualitas air serta proses di dalam sedimen (Avnimelech dan Lacher, 1979).
Dalam budidaya udang tradisional, air kolam yang memburuk sering diganti
dengan air dari luar untuk memelihara kualitas air yang ideal bagi pertumbuhan
yang berdampak pada lingkungan sekelilingnya (Hopkins et al., 1995. Jika sisa
nitrogen (amoniak dan nitrit) yang diproduksi didalam sistem budidaya melebihi
kapasitas asimilasi perairan, maka kualitas air akan menurun yang selanjutnya
mendorong kearah terjadinya lingkungan yang beracun untuk udang (Thakur dan
Lin, 2003).
Permasalahan yang berkaitan dengan akumulasi sisa pakan dan feses dapat
bersifat akut pada kolam statis dengan sedikit pergantian air (flushing).Terjadinya
gelembung-gelembung gas metan atau bau busuk dari hidrogen sulfida merupakan
21
indikator bahwa perubahan kimia terjadi secara anoksik sehingga dapat dilakukan
umum terjadi di dalam kolam budidaya dibandingkan dengan di tangki, kolam air
deras atau karamba. Fluktuasi oksigen terlarut disebabkan oleh laju pergantian air
yang rendah, fotosintesis, dan respirasi biomassa di dalam kolam atau kondisi
pergantian air, penggunaan aerator, atau pemberian oksigen cair murni (Boyd dan
Watten, 1989 dan Colt dan Orwicz, 1991 dalam Goddard, 1996).Penanganan dini
dengan observasi tingkah laku udang merupakan kegiatan yang penting untuk
sebagai akibat penambahan secara langsung CaCO3 padat dan karbon dioksida
melalui reaksi antara H2CO3 dengan kapur (CaCO) yang menghasilkan kalsium
bikarbonat (Ca(HCO3)2) yang larut dalam air. Pada siang hari, kalsium bikarbonat
22
berfungsi sebagai sumber CO2 bagi fotosintesis sehingga pH tidak akan
meningkat terlalu tinggi. Sistem buffer perairan tambak yang terbentuk selama 90
merupakan salah satu faktor pengelolaan kualitas air yang penting. Menurut
senyawa racun (CO2, NH3, NO2- dan H2S), 4) meningkatkan turbiditas air
23
III METODE
Laporan Tugas Akhir ini berdasarkan hasil PKPM pada bulan Februari sampai
bulan Mei 2014 di Unit Tambak Beton PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi,
Jawa Timur.
Tabel 1 Alat yang dipakai selama proses pengelolaan air budidaya udang vaname
24
Lanjutan Tabel
Tabel 2.Bahan yang digunakan selama proses pengelolaan air budidaya udang
vaname
25
Lanjutan Tabel
Pupuk Urea
17 Butiran Penyedia unsur Nitrogen
(CO(NH2)2)
Untuk mengurai bahan
18 Thiobacillus Cair
anorganik
19 Udang vaname PL 10 Organisme yang dibudidayakan
Timur.
literatur pendukung yang berkaitan dengan tugas akhir ini melalui penelusuran
pustaka.
26
3.4 Metode Pelaksanaan
dibentangkan ke laut.
strimin 30 mm.
Pemberantasan Hama
c. Kabel pompa disambugkan ke instalasi listrik dan air tandon siap dialirkan
ke wadah budidaya
Pemasangan Kincir
27
c. Kincir ditempatkan di atas pemberat dan diikat menggunakan tali
dan tang
c. Pakan 1 kg, tepung terigu 1 kg, susu skim 1 kg, pupuk ZA 100 gr
budidaya.
28
f. Kemudian di aerasi selama 24 jam dan bakteri sudah siap ditebar ke media
budidaya.
a. DO meter disiapkan
d. Nilai DO adalah disaat nilai DO pada layar stabil (berhenti) dan dicatat
tissue.
Pengukuran Suhu
a. DO meter disiapkan
d. Nilai suhu adalah disaat nilai suhu pada layar stabil (berhenti) dan dicatat
tissue.
Pengukuran pH
a. pH pen disiapkan
29
e. Tombol power ditekan untuk menghentikan oprasional alat
Pengukuran Salinitas
a. Handrefrakto-meter disiapkan
dicatat
talang
30
c. Sampel air dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi yang di atas
talang
talang
talang
31
c. Kemudian ditambahkan KMNO4 10 ml
Pengukuran Alkalinitas
Pengukuran Plankton
32
Pengukuran Kecerahan
a. Sacchidisk disiapkan
c. Jika piringan seichidisk tidak terlihat maka nilai kecerahan dapat dilihat
Pengukuran Plankton
33
b. Air sampel diambil sebanyak 1 ml dengan mengunakan pipet dan
Pengapuran (CaCO3)
ppm
34
c. Cairan NaSiO2 di encerkan dan diaduk dengan air media kemudian di
2 ppm
c. Cairan Gula Tebu di encerkan dan diaduk dengan air media kemudian di
Aplikasi Detox
ppm
Penyiponan
35
a. Alat disiapkan.
b. Selang yang telah dipasangi blok didorong masuk ke dalam pipa sentral
b. Bakteri Bacillus, spp yang telah dikultur kemudian ditebar secara merata
36