TUGAS AKHIR
OLEH :
THALITA PEBRIANA Br. SURBAKTI
NIM 122410021
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Proses penjernihan air secara koagulasi dibutuhkan bahan kimia yang
disebut dengan koagulan. Koagulan digunakan untuk membantu terjadinya proses
koagulasi sehingga didapatkan endapan tersuspensi. Koagulan yang digunakan
PDAM adalah Poly Aluminium Chloride (PAC). Penelitian ini dilakukan
perbandingan antara koagulan PAC dan tawas untuk mengetahui koagulan yang
paling baik digunakan untuk proses koagulasi. Jar test dilakukan dengan
memasukkan air baku ke dalam 5 buah beaker gelas masing-masing sebanyak 1L.
Lima buah beaker gelas tersebut, dibubuhkan Poly Aluminium Chloride (PAC)
1% dan tawas 1% dengan konsentrasi 19 ppm, 21 ppm, 25 ppm.
Alat jar test dioperasikan dengan pengadukan cepat pada kecepatan
putaran 140 rpm selama 1 menit, dan dilanjutkan dengan pengadukan lambat pada
kecepatan 50 rpm selama 10 menit dan didiamkan agar terjadi sedimentasi.
Selanjutnya masing-masing dari beaker gelas diambil air jernihnya dan dilakukan
pengujian terhadap parameter pH setelah jar test. Air baku sungai belawan setelah
jar test pada penambahan PAC optimum pada konsentrasi 19 ppm dengan pH 6,9,
konsentrasi 21 ppm dengan pH 6,7, dan konsentrasi 25 ppm dengan pH 6,7. Pada
penambahan tawas setelah di jar test didapat konsentrasi 19 ppm dengan pH 6,4,
konsentrasi 21 ppm dengan pH 6,5, dan konsentrasi 25 ppm dengan pH 6,3.
Sedangkan Konsentrasi rentangan pH yang ditetapkan di PDAM IPA Hamparan
Perak 6,5 – 8,5. Dapat disimpulkan bahwa pemakaian PAC lebih baik
dibandingkan dengan tawas, karena tawas cepat menurunkan pH sehingga tidak
memenuhi syarat pH di PDAM IPA Hamparan Perak.
Penggunaan PAC di PDAM Hamparan Perak dikarenakan sungai Belawan
yang melewati Hamparan perak sudah termasuk hilir (bawah), dan banyak
melewati pabrik sehingga banyak sisa pembuangan dan tingkat kekeruhan sangat
tinggi apalagi disaat musim hujan.
Kata Kunci : Jar test, pH, Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC), Koagulan
Alum (Tawas).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Tugas Akhir ini di susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas
yang diperoleh dari hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan penulis
selama 2 minggu yang berlangsung dari tanggal 02 Februari s/d 13 Februari 2015
bimbingan, nasehat serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
1. Bapak prof. Dr. Sumadio Hadisaputra, Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc., Apt. Selaku Ketua Program Studi
Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah
5. Bapak Ir. H. Zulham Ali Nasution selaku Kepala Instalasi Pengolahan Air
(IPA) Hamparan Perak yang telah menyediakan tempat kepada kami untuk
6. Bapak M. Taufik, ST. Selaku Kepala Bagian Pengolahan yang telah banyak
Hamparan Perak.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan perbandingan bagi yang
memerlukannya.
Thalita P Br.Surbakti
NIM 122410021
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. v
LAMPIRAN .............................................................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi makhluk
hidup. Proses penjernihan air secara koagulasi dibutuhkan bahan kimia yang
disebut dengan koagulan. Koagulan digunakan untuk membantu terjadinya proses
koagulasi sehingga didapatkan endapan tersuspensi. Koagulan yang digunakan
PDAM adalah Poly Aluminium Chloride (PAC). Penelitian ini dilakukan
perbandingan antara koagulan PAC dan tawas untuk mengetahui koagulan yang
paling baik digunakan untuk proses koagulasi. Jar test dilakukan dengan
memasukkan air baku ke dalam 5 buah beaker gelas masing-masing sebanyak 1L.
Lima buah beaker gelas tersebut, dibubuhkan Poly Aluminium Chloride (PAC)
1% dan tawas 1% dengan konsentrasi 19 ppm, 21 ppm, 25 ppm.
Alat jar test dioperasikan dengan pengadukan cepat pada kecepatan
putaran 140 rpm selama 1 menit, dan dilanjutkan dengan pengadukan lambat pada
kecepatan 50 rpm selama 10 menit dan didiamkan agar terjadi sedimentasi.
Selanjutnya masing-masing dari beaker gelas diambil air jernihnya dan dilakukan
pengujian terhadap parameter pH setelah jar test. Air baku sungai belawan setelah
jar test pada penambahan PAC optimum pada konsentrasi 19 ppm dengan pH 6,9,
konsentrasi 21 ppm dengan pH 6,7, dan konsentrasi 25 ppm dengan pH 6,7. Pada
penambahan tawas setelah di jar test didapat konsentrasi 19 ppm dengan pH 6,4,
konsentrasi 21 ppm dengan pH 6,5, dan konsentrasi 25 ppm dengan pH 6,3.
Sedangkan Konsentrasi rentangan pH yang ditetapkan di PDAM IPA Hamparan
Perak 6,5 – 8,5. Dapat disimpulkan bahwa pemakaian PAC lebih baik
dibandingkan dengan tawas, karena tawas cepat menurunkan pH sehingga tidak
memenuhi syarat pH di PDAM IPA Hamparan Perak.
Penggunaan PAC di PDAM Hamparan Perak dikarenakan sungai Belawan
yang melewati Hamparan perak sudah termasuk hilir (bawah), dan banyak
melewati pabrik sehingga banyak sisa pembuangan dan tingkat kekeruhan sangat
tinggi apalagi disaat musim hujan.
Kata Kunci : Jar test, pH, Koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC), Koagulan
Alum (Tawas).
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
mahluk hidup lain, begitu juga aspek penghematan dan pelestarian sumber daya
Saat ini masalah utama yang terkait di sumber daya air terutama kuantitas
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Sementara itu,
domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara
gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung
pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan
melebihi kapasitasnya untuk dapat diperbaharui. Kalau tidak ada perubahan yang
radikal terkait dengan pemanfaatan air, mungkin saja suatu ketika air tidak lagi
lingkungan yang biasanya merupakan akibat aktivitas industri, tetapi tetap saja
tidak menyadari implikasi penting yang terjadi. Sebagian penduduk bumi berada
di negara – negara berkembang dan rusak harus mendapatkan sumber air yang
layak, apalagi jika kegiatan untuk bisa berkembang dan berindustrialisasi. Oleh
masyarakat, karena air salah satu media, dari berbagai macam penularan, terutama
penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah
penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia seperti diare (Sutrisno, 1996).
Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitas di
didasarkan pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan
penyakit perut. Agar seseorang tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak
1.3 Manfaat
Perak.
Poly Aluminium Chloride (PAC) dan tawas dengan dosis yang berbeda.
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan suatu senyawa kimia sangat sederhana yang terdiri dari dua
atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom oksigen (O). Secara simbolik air
dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan–bahan dan energi yang dikandung di
kehidupan biota air, yaitu dengan sifat fisikanya sebagai medium tempat hidup
tumbuhan dan hewan. Sifat kimianya sebagai pembawa zat hara yang diperlukan
udara. Berat jenis, kekentalan, dan tegangan permukaan adalah faktor yang paling
banyak mempengaruhi kehidupan biota air. Berat jenis air murni adalah 775 kali
lebih besar daripada udara (00 C, 760 mn Hg). Demikian pula pengaruhnya
terhadap daya apung suatu benda. Ini merupakan suatu penghematan energi yang
cukup besar untuk menahan beratnya sendiri dan memungkinkan reduksi dan
Berat jenis air danau atau air sungai pada tempat dan waktu yang berlainan
tidak akan sama besar. Walaupun perbedaan ini umumnya kecil, tetapi
dalam bidang empat, yaitu suatu molekul berada di tengah–tengah dan empat
molekul di sudut suatu bidang empat. Struktur seperti ini terdapat dalam bentuk
es. Dalam bentuk cair bidang empat ini rusak dan menyatu, dengan bertambahnya
suhu sedikit demi sedikit berubah ke dalam bentuk yang lain sampai akhirnya
pada bentuk bola yang mempunyai susunan yang rapat (Andi, 2007).
Sifat anomali air sangat penting bagi kehidupan. Perairan tawar hanya
mengartikan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Standar kualitas air minum yang digunakan diatur oleh Pemerintah melalui
c. pH antara 6,5-8,5
untuk diolah. Salah satunya sumber air alami misalnya air permukaan (sungai).
Sebelum air permukaan dijadikan sumber pengolahan air bersih, terlebih dulu
diperiksa secara fisika dan kimia untuk mengetahui kualitas dan kuantitas air
a. air Laut
b. air Atmosfer
c. air permukaan
d. air tanah
i. Air Laut, terasa asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tak memenuhi syarat
ii. Air Atmosfer, dalam keadaan murni sangat bersih, tetapi sering terjadi
tempatkan jaring dan kawat atau kain kasa di permukaan bak atau drum untuk
menampung air, lalu taburkan batu koral di atas jaringnya sebagai penyaring
Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa–pipa
penyalur maupun bak reservoir, sehingga mempercepat korosi (karatan). Air hujan
juga mempunyai kadar mineral yang rendah, sehingga akan boros terhadap
pemakaian sabun karena dapat menghasilkan busa yang banyak (sutrisno, 1996).
iii. Air Permukaan, adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
misalnya oleh lumpur, batang kayu, daun, kotoran industri kota dan
tersebut. Jenis pengotoran yang umum adalah kotoran fisik, kimia, dan
iv. Air Tanah, adalah air yang berada di bawah tanah dalam zona jenuh, tekanan
hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Sutrisno, 1996).
Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak tertekan
(bebas) dan air tanah tertekan. Air tanah bebas air bersumber di akifer yang hanya
sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan mempunyai
permukaan bebas. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh
air, bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang kedap air (Effendi, 2003).
Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan
terlebih dahulu.
peternakan.
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
a. Air adalah air minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum.
b. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
c. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
dimasak.
d. Air kolam renang adalah air didalam kolam renang yang digunakan untuk
e. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian bagi
Untuk menjamin bahwa suatu sistem penyediaan air minum adalah aman,
higenis, dan baik serta dapat diminum tanpa kemungkinan dapat menginfeksi para
pemakai air maka haruslah terpenuhi suatu persyaratan kualitasnya (Joko, 2010).
Air minum selain harus bebas dari zat yang berbahaya bagi kesehatan, juga
penyediaan air minum (sumber, waduk, jaringan distribusi) harus bebas dari
kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No.
minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut :
a. Persyaratan Fisika
Air tidak boleh bewarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, suhu air
hendaknya di bawah sela udara (sejuk± 25ºC), air harus jernih (Sutrisno, 1996).
b. Persyaratan Bakteriologis
Fecal Coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut
harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk system distribusi, dan air pada
sistem distribusi.
c. Persyaratan Kimiawi
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat–zat mineral atau zat–zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan (Joko, 2010).
Standar persyaratan fisis air minum ada lima yaitu suhu, warna, bau, rasa,
dan kekeruhan. Dalam tinjauan berikut ini akan diperoleh pengertian lebih jauh
a. Suhu
tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengelolaan, terutama
air, dan jenis dari sumber–sumber air akan mempengaruhi temperatur ini. Di
samping itu, temperatur air juga mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak
akan menurun dengan naiknya temperatur, dan apabila perubahan panasnya kecil,
sebagai salah satu unsur standar. Meskipun demikian, uraian tersebut di atas dapat
memberikan gambaran alasan mengapa suhu dimasukkan sebagai salah satu unsur
Penyimpangan terhadap standar suhu ini, yakni apabila suhu air minum
lebih tinggi dari suhu udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya maksud-
b. Warna
sering kali berwarna sehingga tidak dapat diterima oleh masyarakat baik untuk
antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon jarum dan kayu,
rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat–sifat yang membahayakan atau
kuning – kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh
sebagian konsumen.
Standar yang ditetapkan oleh U.S, Public Health Service untuk intensitas
warna dalam air minum adalah 20 unit dengan skala Pt-Co. Standar ini lebih
rendah dari standar yang ditetapkan oleh standar Internasional dari WHO maupun
Hal yang dapat disimpulkan dari tinjauan tentang unsur warna sebagai satu
i. air yang bewarna dalam tingkatan tertentu akan mengurangi segi estetika,
kualitas, diharapkan bahwa semua air minum yang akan diberikan kepada
Seperti halnya pada unsur warna, adanya bau dan rasa pada air minum
akan menurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebur. Bau dan rasa
kimia seperti fenol. Bahan–bahan yang menyebabkan bau dan rasa dapat
meningkat, bila dilakukan khlorinasi. Karena pengukuran rasa dan bau itu
tergantung pada reaksi individual, maka hasil yang dilaporkan adalah tidak
Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik
yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public terdapat bau dan rasa yang tidak
diinginkan. Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh adanya bau dan rasa
i. Serupa dengan unsur warna, dengan air minum yang berbau dan berasa ini,
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efek yang dapat ditimbulkan
d. Kekeruhan
kotor. Bahan–bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel–partikel kecil
sampel.
menjadi tidak disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan dan
dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Kekeruhan pada air juga merupakan satu
hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat
Berdasarkan tinjauan tentang standar kualitas fisis ini, secara umum dapat
dilihat bahwa :
a. penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan akan mengurangi
tidak aman.
b. terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa, dan kekeruhan yang melebihi standar
Pengolahan air adalah usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat–
sifat suatu zat. Hal ini penting bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan
ini, maka didapatkan air minum yang memenuhi standar yang telah ditentukan
(Widiatmoko, 1994).
Dalam proses pengolahan air ini pada lazimnya dikenal dengan dua cara,
yakni :
fisika, kimiawi, dan bakteriologi. Pada pengolahan cara ini biasanya dilakukan
pengolahan, yaitu :
dan pasir, serta mengurangi kadar zat–zat organik yang ada dalam air yang
akan diolah.
ii. pengolahan Kimia, yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menggunakan zat–
c. Pembubuhan Koagulan
g. Bangunan Penyaring
h. Reservoir
i. Pemompaan
i. Bangunan Penangkap Air
dimanfaatkan. Adapun bentuk dan konstruksi ini bergantung kepada jenis dan
macam sumber air yang kita tangkap. Fungsi dari bangunan penangkap air ini
proses ini tidak ada penambahan zat/bahan kimia. Untuk instalasi penjernihan air
minum, yang air sungainya cukup jernih, tetapi sadah, bak pengendap pertama
a) Aliran air
Harus dijaga supaya aliran air pada unit ini laminair (tenang), dengan
demikian pengendapan secara gravitasi tidak terganggu. Hal ini dapat kita
lakukan dengan mengatur pintu air masuk dan pintu air keluar pada unit
ini.
b) Unit Instalasi
sempurna.
Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu
dengan sendirinya (secara gravimetris). Sesuai dengan nama dari unit ini, maka
unit ini berfungsi untuk tempat pembubuhan koagulan secara teratur sesuai
peralatannya.
Unit ini untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulan) yang ditambahkan agar
Cara pengadukan:
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya
dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/zat
c) pH
d) Alkalinitas
f) Lamanya pengadukan
Pada unit ini kita usahakan supaya tidak terbentuk endapan flok.
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak
pembentuk flok. Pengendapan disini dengan gaya berat flok sendiri (gravitasi).
Penanganan unit bak pengendap kedua sama dengan pada unit bak pengendapan
pertama. Aliran pada unit dijaga sedemikian rupa sehingga tetap tenang.
lumpur tertahan pada lapisan atas filter. Pada saat tertentu dimana hilangnya
tekanan dari air di atas saringan terlalu tinggi, yaitu karena adanya lapisan lumpur
pada bagian atas dari saringan, maka saringan akan dicuci kembali dengan air
viii. Reservoir
Air yang telah melalui filter dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut
telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir
Konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam suatu cairan dinyatakan dengan pH.
pH air normal berkisar 6,5 – 9,2. Apabila pH kurang dari 6,5 atau lebih
besar dari 9,2; akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam mengalami
korosif sehingga pada akhirnya air tersebut akan menjadi racun bagi tumbuh
manusia. Kalau pH berkisar antara 6,0 – 8,0 merupakan keadaan yang sangat baik
Dalam sanitasi air, klor merupakan pilihan utama (oleh karena murah)
namun dalam pembasmian kuman, klor menghasilkan asam kuat (Hcl) sehingga
air cenderung bersifat asam (pH air kurang dari 6). Keasaman air akan bertambah
dengan adanya klor bebas bereaksi dengan zat humus. Dalam proses koagulasi
toksisitas ammonia, dengan semakin rendah pH air maka semakin rendah daya
racun ammonia dan sebaliknya semakin tinggi pH air, semakin tinggi pula daya
2.8 Koagulan
Koagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk pembentukan flok pada
muatan negatif partikel di dalam suspensi. Secara umum koagulan berfungsi untuk
mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air, mengurangi
rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air (Rivai, 2007).
Ada dua jenis bahan kimia yang umum digunakan, yaitu :
sulfat daripada garam besi, karena harganya yang lebih murah. Bila aluminimum
sulfat ditambahkan ke air maka ion alumunium akan terhidrasi sehingga anion
yang ada dalam air akan menyerang ion alumunium. Selanjutnya terjadi olasi
ii. Chitosan
Aluminium Chloride atau PAC. PAC merupakan polimer pendek berantai panjang
jenis ini akan menghasilkan flok-flok yang lebih padat dan dengan kecepatan
mengendap yang tinggi untuk fluktuasi kualitas yang besar (range pengolahan
lebih besar), juga pH air olahan yang dihasilkan lebih stabil (rangenya sangat
kecil) bila terjadi kelebihan dosis. Perbedaan dari kedua jenis koagulan ini adalah
pada tingkat hidrolisisnya di dalam air.Koagulan bahan logam mengalami
alumunium yang merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan
alumunium, dan alumunium ini berhubungan dengan unsur lain membentuk suatu
unit yang berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang.
PAC memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif yang
tinggi dan memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang
tinggi sehingga dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski dalam
dosis yang berlebihan. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa,
sebab PAC memiliki muatan listrik positif yang tinggi sehingga PAC dapat
dengan mudah menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid dan dapat
mengatasi serta mengurangi gaya tolak menolak elektrostatis antar partikel sampai
mendekat (gaya tarik menarik kovalen) dan membentuk gumpalan / massa yang
Rentang pH untuk PAC adalah 6 – 9. Daya koagulasi PAC lebih baik dan
flok yang dihasilkan relatif lebih besar. Konsumsi PAC lebih sedikit sehingga
biaya penjernihan air persatuan waktu lebih kecil. Akibat langsung dari proses
penjernihan keseluruhan yang lebih singkat adalah kapasitas penjernihan air (dari
instalasi yang sudah ada) akan meningkat. Sedangkan segi negatif penggunaan
40°C. PAC tidak keruh bila pemakaiannya berlebih, sedangkan koagulan utama
(seperti alumunium sulfat, besi klorida dan ferro sulfat). bila dosis berlebihan bagi
air akan keruh, akibat dari flok yang berlebihan. Maka pengunaan PAC dibidang
penjernihan air lebih praktis. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan
biasa. PAC merupakan kelas dari Aluminium Chloride, yang telah dikenal dalam
persenyawaan kimia organik kompleks dengan ion hidroksil (-OH) serta ion-ion
pengolahan air. Aplikasi PAC pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pada
pemrosesan air permukaan untuk keperluan air bersih, air minum dan air untuk
proses industri (PDAM, industri kertas, industri textile, industri baja, industri
kayu, dll) begitu juga pada pemrosesan limbah cair industri, yaitu: industri kertas,
cairan) Massa jenis alum adalah 480 kg/m3, dengan kadar air 11 – 17 %. Dosis
alum dapat dikurangi dengan cara : penurunan kekeruhan air baku, filtrasi
Dua faktor yang penting dalam proses koagulasi terutama pada saat
alum adalah antara 5.5 – 6.5 dengan proses koagulasi yang memadai rangenya
klorida yang merupakan senyawa komplek antara ion Al, ion hidroksida dan ion
flokulasi yang terjadi tidak asam dibanding alum, karena dalam air PAC akan
terhidrolisis membentuk flok dan ion klorida yang terlepas akan tergabung dengan
flok struktur, sehingga terhindar terbentuk HCl sebagai produk samping, maka
2.11.1 Pengertian
koagulan yang digunakan dalam proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan
dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu
b. pH.
Untuk Jar test penetapan standarisasi dan prosedur tetap merupakan syarat untuk
dikontrol, seperti :
ii. Warna dan kekeruhan air baku yang telah diolah atau air olahan.
2.11.2 Peralatan
b. Batang-batang pengaduk dengan impeller atau rotor dan kecepatan rotasi rotor
dapat diatur
c. Sebuah gelas beaker atau tabung di bawah setiap rotor
ii. Tabung pembubuh bahan kimia, satu atau dua buah untuk setiap jar yang
iv. Siphon untuk mengambil sample air (alat ini biasa diganti dengan slang
v. plastik kecil)
METODOLOGI PERCOBAAN
Februari s/d 13 Februari 2015 selama 2 minggu. Pkl dilaksanakan mulai hari senin
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Alat uji Jar Test,
Turbidimeter, Beaker Glass, Labu Ukur, Neraca Analitik Digital, Kaca Arloji,
Batang Pengaduk, Spatula, Pipet Tetes, Pipet Volumetrik, Kuvet, Comparator pH,
Erlenmeyer, Tissue.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Air Baku Sungai
Belawan Hamparan Perak (hilir), Larutan Poly Aluminium Chloride (PAC) 1%,
3.4 Sampel
Percobaan ini menggunakan dua jenis koagulan yaitu PAC dan Tawas.
Masing – masing koagulan dibuat dengan konsentrasi 1%. PAC diambil dari 1 ml
PAC pekat dan diencerkan dalam labu takar 100 ml, untuk padatan tawas yaitu
ditimbang 1 gram tawas lalu dilarutkan dengan 100 ml air. Kemudian dilakukan
Jar Test dengan penambahan konsentrasi koagulan 19 ppm, 21 ppm, 25 ppm. Jar
test dilakukan dengan memasukkan air baku yang telah diketahui pHnya kedalam
Pengaduk alat jar test diturunkan kemudian diaduk sebentar agar endapan
atau kotoran yang ada merata. Lalu kedalam 3 buah beaker glass tersebut, ditaruh
berbeda. Kemudian alat jar test dioperasikan dengan pengadukan cepat pada
kecepatan putaran 140 rpm selama 1 menit, dan dilanjutkan dengan pengadukan
lambat pada kecepatan 50 rpm selama 10 menit. Setelah flokulasi selesai, alat jar
test dimatikan, pengaduk alat jar test diangkat, dan larutan didiamkan selama 20
b. Di teteskan indikator BTB sebanyak 2-3 tetes pada salah satu kuvet dan
comparator, jika warna tidak sama terhadap sampel atau mendekati maka
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil analisis perbandingan PAC dan Tawas dalam mempertahankan
pH pada air sungai Belawan
No Dosis Koagulan pH Setelah Jartest
PAC Tawas
1 19 ppm 6,9 6,4
2 21 ppm 6,7 6,5
3 25 ppm 6,7 6,3
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan data diagram statistika untuk
melihat grafik perbandingan PAC dan Tawas dalam mempertahankan pH pada air
sungai Belawan (Gambar 4.1)
7
6,9
6,8
6,7
6,6
Koagulan PAC
pH
6,5
Koagulan Tawas
6,4
6,3
6,2
6,1
6
19 ppm 21 ppm 25 ppm
Dosis ppm koagulan PAC dan Tawas
4.2 Pembahasan
material yang membuat kehidupan terjadi di bumi, dan air juga merupakan bagian
penting dari sumber daya alam yang mempunyai karakteristik unik dibandingkan
dengan sumber daya lainnya. Air bersifat sumber daya terbarukan dan dinamis.
Artinya sumber utama air yang berupa hujan akan selalu dating sesuai dengan
intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Ia juga merupakan suatu cara
untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH merupakan satu
faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air
Dari data yang ada, didapat hasil pemeriksaan pH pada air baku sungai
Belawan PDAM Hamparan perak 6,9. pH tersebut masih dapat dikatakan normal,
persyaratan pH kualitas Air minum 6,5 – 8,5. Dapat dikatakan bahwa pH air baku
21 ppm, 25 ppm dengan menggunakan koagulan PAC dan Tawas didapat hasil
untuk PAC bahwa semakin tinggi dosis PAC maka pH tidak akan turun. Maka
koagulan tawas semakin tinggi dosis yang dipakai, maka semakin rendah pH nya,
mendekati dengan pH air baku adalah Poly Aluminium chloride (PAC), sehingga
untuk membuat air menjadi netral tidak perlu menggunakan tawas dan kapur
berlebihan.
Perak sudah termasuk hilir (bawah), sehingga banyak sisa pembuangan dari
5.1 Kesimpulan
dosis 19 ppm adalah 6,9; dosis 21 ppm adalah 6,7; dosis 25 ppm adalah
6,7. Sedangkan setelah penambahan Tawas pada dosis 19 ppm adalah 6,4;
dilakukan, dimana PAC semakin besar dosis yang digunakan maka dia
limbah ke sungai.
Effendi, H., (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 11,18
Rivai, J. (2007). Pemeriksaan kualitas air bersih dengan koagulan alum dan PAC
di IPA Jurug PDAM kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
http://eprints.uns.ac.id/4239/1.pdfTgl: 15 Agustus 2007.
Sanim, B. (2011). Sumber Daya Air dan Kesejahteraan Publik. Bogor: Penerbit
IPB Press. Hal 1,2
Sungai Belawan
Sampel
Lampiran 3 Alat dan Bahan
Compa
Turbidimeter Comparator pH
Neraca Analitik Digital Labu Ukur
6. Hasil Jartest setelah dididamkan, maka flok – flok akan mengendap di bawah
pH 6,6
pH 6,3
pH 6,9 pH 6,7