َ ُ َ
• أحَكم ٱلمد
• Hukum-Hukum Mad
• Hukum Mad artinya menambah kadar mad, yang
asalnya 2 (dua) harakat menjadi lebih dari 2
(dua) harakat. Bedakan antara hukum mad
dengan jenis mad. Hukum mad hanya terjadi
pada mad far’i.
• Al-Imâm Ibnul Jazarî berkata:
َ َ ۡ َ َ ۡ
ٌ ۡ َو َجاى ٌز َوه َو َوق
َۡص ثبَتا ٌ َ َ ٌ ُّ َ
َ َوالمد َلزم و واجب أ
ت
Dan (hukum) mad itu lazim, wajib, dan
jaiz. Mad dan qashr itu keduanya tetap
(ada riwayatnya dalam Al-Quran)
• Riwayat Ibnu Mas'ud
ََّ ُ ۡ ُ َ ُ ً َ َ َ َ َّ ُ ُ ُ ۡ َ ُ ۡ َ َ
• َكن ٱبن ْمسعود ْيقرئ رجل فقرأ َٱلرجل] :إنما
ُ ْ َ ُ ۡ ُۡ َ ًَ ََ َ َ َ َ َّ َ َ ُ ُ َ
الصدقات َ لل َفقراء والمساكي [مرس َلة ف َقال ٱب َن َمسعود:
ك َها ياََۡ َۡ َ ََ َ َ َ َ ۡ َ َ َ ُ ُ َّ
أر قأ فيك :ال قف g اّلل
َ َ ول س ر ا يه ن أ ر قأ اذ ك ه ا م
َ
َّ َ َّ َ َ ُ ْ ُ ََ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َّ ۡ َ َ
أبا ْ عبد ٱلرۡحن فقال :أقرأنيها] :إنما الصدقات للفقراء
َوال َم َساكي [ َف َمدَّ
• Ibnu Mas’ud h pernah mengajarkan kepada seorang laki-
laki membaca Al-Quran. Orang itu membaca firman Allâh
f berikut ini:
َ َ ۡ َ َ َ ُ ۡ ُ َ َ َّ َ َّ
• []إنما ٱلصدقات للفقراء وٱلمساكيdengan pendek (tanpa mad).
• Maka Ibnu Mas’ûd h menegurnya: “Rasûlullâh g tidak
membacakannya seperti itu kepadaku”.
• Lelaki itu bertanya: “Bagaimana beliau membacakannya
kepadamu wahai Abû ‘Abdirrahmân?” Lalu Ibnu Mas’ûd
h membacanya dengan mad. [HR. Ath-Thabarânî]
• Hukum Mad: Artinya adalah aturan atau kaidah dalam menambah kadar
mad untuk dibaca lebih dari 2 harakat. Karenanya, mad asli dapat
dikatakan tidak memiliki hukum sebab selalu dibaca 2 (dua) harakat
sesuai tabiat.
• Qashr : Tidak menambah kadar mad (dari 2 harakat). Maksudnya adalah
memilih membaca 2 (dua) harakat pada mad far’î. Apabila ada mad far’î
yang boleh dibaca dua harakat atau lebih dari dua harakat, lalu
seseorang membacanya dengan dua harakat, maka ia disebut sedang
mengamalkan qashr. Sedangkan apabila ia membaca lebih dari dua
harakat, maka ia disebut sedang mengamalkan mad. Dari penjelasan ini
dapat dipahami bahwa bacaan 2 harakat pada mad asli tidak disebut
sebagai qashr, walaupun kadang ada sebagian ulama yang menyebutnya
demikian.
• Lazim : Mesti menambah kadar mad (hingga 6 harakat). Mad dihukumi lazim karena
seluruh Ulama Ahli Qirâât sepakat untuk selalu membacanya 6 harakat. Tidak ada
periwayatan yang sampai kepada kita membaca Mad Lâzim kurang dari 6 harakat atau
lebih darinya.
• Wajib : Wajib menambah kadar mad (hingga 4-6 harakat). Artinya, mad yang
hukumnya wajib tidak boleh dibaca dua harakat menurut kesepakatan Qurra. Mad
yang hukumnya wajib disebut wajib karena para Ulama Ahli Qirâât sepakat untuk
menambahnya lebih dari dua harakat, walaupun mereka tidak sepakat kadar
panjangnya. Kebanyakan di antara mereka membaca 4-6 harakat. Adapun praktiknya,
maka dikembalikan kepada riwayat dan jalur yang diambil saat membaca.
• Jaiz : Boleh menambah (3-6) dan boleh Qashr. Mad dihukumi jaiz karena para Ulama
Ahli Qirâât berbeda pendapat apakah ia dibaca mad (lebih dari dua harakat) atau
dibaca qashr (dua harakat saja). Pada sebagian keadaan, ada beberapa jenis mad yang
boleh dibaca mad dan juga boleh dibaca qashr. Namun, dalam praktiknya mesti
dikembalikan kepada riwayat dan jalur yang diambil saat membaca.
• Beberapa istilah yang mesti dipahami berkaitan dengan
kadar panjang mad adalah:
• Al-Qashr : membaca mad dengan kadar 2 (dua) harakat.
• Fuwaiqul Qashr : membaca mad dengan kadar 3 (tiga)
harakat.
• At-Tawassuth : membaca mad dengan kadar 4 (empat)
harakat.
• Fuwaiqut Tawassuth : membaca mad dengan kadar 5 (lima)
harakat.
• Ath-Thûl : membaca mad dengan kadar 6 (enam) harakat.
• Al-Imâm Ibnul Jazarî berkata:
َاء َق ۡب َل َه ۡمزة
َ ب إ ۡن َج
ٌ َو َواج
َُم َّتص ًل إ ۡن ََج َعا بك ۡلمة
• Wajib adalah bila setelah huruf mad
terdapat hamzah yang terkumpul dalam
satu kata
• Muttashil secara bahasa artinya bersambung. Secara
istilah, mad muttashil adalah mad asli yang bertemu
dengan Hamzah pada satu kata yang sama.
• Saat mad asli bertemu dengan Hamzah pada satu kata
yang sama, maka ia disebut mad muttashil dan dihukumi
wajib. Jadi, yang menjadi sebab mad muttashil dibaca
lebih dari dua harakat adalah adanya Hamzah setelah
mad. Panjangnya menurut riwayat Imâm Hafsh jalur
Syâthibiyyah adalah empat (4) atau lima (5) harakat
yang dipilih secara konsisten dalam sekali baca.
Beberapa contoh mad wajib muttashil:
Muttashil Munfashil
ْ
ْ
َومَآَا ِمر ٓوا ال َملَىِٕكة
Mad Ash-Shilah Al-Kubra atau Mad Ash-Shilah Ath-Thawîlah
adalah mad shilah yang bertemu Hamzah pada kata yang
berbeda.
Sebagaimana mad asli yang bertemu Hamzah pada kata
berbeda, maka mad shilah yang bertemu Hamzah pada kata
berbeda dihukumi jaiz sama seperti mad munfashil. Cara
membacanya pun mesti sama dengan mad munfashil, yakni
dibaca empat (4) atau lima (5) harakat dibaca konsisten
dalam sekali baca sesuai dengan pilihan pada mad
munfashil.
Mad Shilah
َ
َََلٓ إ َل ٰ َه إ ََّل أنت َََلٓ إ َل ٰ َه إ ََّل ُهو َّ َّ َ ٰ َ ٓ َ
ُٱّلل َل إله إَل