Oleh:
Nailatul Fadhilah
104216002
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat, karunia, dan lindungan-
Nya penulis dapat melaksanakan kerja praktik dengan judul “Evaluasi Titik Pembubuhan
Koagulan dengan Metode Jar Test”. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama masa kerja praktik dan
penulisan laporan, yaitu kepada:
1. Orang tua dan keluarga atas dukungan dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Dr.Eng. Ari Rahman, S.T., M.Eng. selaku ketua program studi Teknik Lingkungan
Universitas Pertamina yang telah memberikan banyak nasihat dan bimbingan selama
pelaksanaan kerja praktik dan penulisan laporan.
3. Bapak Rizki Darmadi selaku Kepala Instalasi IPA 2 yang telah memberikan kesempatan
untuk melaksanakan kerja praktik kepada penulis.
4. Bapak Akbar Pratama selaku pembimbing instansi dan Kepala Utilitas IPA 2 yang telah
memberikan banyak ilmu, nasihat, dan bimbingan selama pelaksanaan kerja praktik.
5. Kak Febri, Kak Yadi, dan Kak Nanda selaku Tim Produksi Proses yang selalu membantu
penulis, berbagi pengalaman, dan mengajak penulis ke instalasi lain.
6. Analis laboratorium dan daily workers yang telah berbagi ilmu kepada penulis dan
membantu penulis dalam melakukan sampling.
7. Ajeng, Alvin, Anggie, Reza, Muna, Yunita, dan Zandi selaku teman kerja praktik yang
senantiasa membantu penulis selama kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kerja praktik ini masih terdapat kekurangan,
karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta keterbatasan penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk
perbaikan di masa datang. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan membantu
bagi pihak yang memerlukannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
5.3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi .................................................................. 24
5.4. Koagulan ................................................................................................................................................. 25
5.4.1. Koagulan Utama ........................................................................................................................... 26
5.4.2. Koagulan Tambahan ................................................................................................................... 27
5.5. Parameter dalam Uji Jar Test...................................................................................................... 27
5.6. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 1 ....................................................... 29
5.7. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 2 ....................................................... 29
5.8. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 3 ....................................................... 30
5.9. Penyisihan Kekeruhan .................................................................................................................... 30
5.10. Gangguan Pada Proses Koagulasi.............................................................................................. 30
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................................... 33
6.1. Simpulan ................................................................................................................................................. 33
6.2. Saran.......................................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................. 34
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari kerja praktik
1. Mengevaluasi metode jar test yang digunakan di IPA 2 untuk mengetahui kesesuaian
dengan aplikasi unit koagulasi di lapangan.
1
2. Mengevaluasi titik pembubuhan koagulan utama dan koagulan tambahan.
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktik yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Alamat Perusahaan : Jl. Penjernihan II No.1558, RT.10/RW.6, Bend. Hilir, Kecamatan Tanah
Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10210
2
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. XYZ merupakan perusahaan yang bekerja sama dengan PAM Jaya untuk meningkatkan
penyediaan air bersih kepada masyarakat di wilayah barat DKI Jakarta sejak 1 Februari 1998.
Kerja sama antara PAM Jaya dan PT. XYZ ditandatangani pada 6 Juni 1997 yang menyatakan
bahwa PT. XYZ berwenang untuk melakukan penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) di wilayah DKI Jakarta. Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk meningkatkan
pelayanan serta memperluas akses air perpipaan bagi masyarakat di wilayah barat DKI Jakarta
(PT. XYZ, n.d.).
PT. XYZ
PT. XYZ merupakan bagian dari Suez Environment, yang merupakan anak perusahaan
GDF Suez-Prancis. Suez Environment merupakan perusahaan asal Prancis yang bergerak di
bidang air, pelayanan limbah, peralatan terkait yang penting bagi kehidupan sehari-hari, dan
pelestarian lingkungan. Selain itu, PT. XYZ juga merupakan bagian dari PT. Astratel Nusantara,
bagian dari Grup ASTRA-Indonesia yang bergerak di bidang infrastruktur, seperti jalan tol,
pembangkit listrik, telekomunikasi dan media, pelabuhan dan logistik, air bersih dan lain-lain.
3
5.3. Faktor yang Mempengaruhi Proses Koagulasi .................................................................. 24
5.4. Koagulan ................................................................................................................................................. 25
5.4.1. Koagulan Utama ........................................................................................................................... 26
5.4.2. Koagulan Tambahan ................................................................................................................... 27
5.5. Parameter dalam Uji Jar Test...................................................................................................... 27
5.6. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 1 ....................................................... 29
5.7. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 2 ....................................................... 29
5.8. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 3 ....................................................... 30
5.9. Penyisihan Kekeruhan .................................................................................................................... 30
5.10. Gangguan Pada Proses Koagulasi.............................................................................................. 30
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................................... 33
6.1. Simpulan ................................................................................................................................................. 33
6.2. Saran.......................................................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................. 34
iii
Gambar 4. Struktur Organisasi PT. XYZ
Selama kerja praktik, penulis ditempatkan di Divisi Proses dan Produksi. Divisi ini
berada di bawah naungan Departemen Produksi dan Transmisi. Divisi Proses dan Produksi
bertanggung jawab untuk semua Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik PT. XYZ. Divisi Proses
dan Produksi memiliki tugas utama, yaitu memastikan proses produksi di semua IPA berjalan
sesuai dengan standar dan melakukan improvisasi unit apabila dibutuhkan. Kegiatan rutin
yang dilakukan oleh Divisi Proses dan Produksi adalah melakukan verifikasi pompa dosis
bahan kimia, evaluasi, dan monitoring proses di setiap IPA. Kegiatan evaluasi dan monitoring
yang biasa dilakukan adalah Uji Kawamura, jar test, trial vendor baru untuk media (pasir dan
koagulan), dan bahan lain. Meskipun Divisi Proses dan Produksi bertanggung jawab untuk
semua IPA, penulis diminta untuk fokus pada proses produksi di IPA 2 .
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Berikut ini adalah tujuan dari kerja praktik
1. Mengevaluasi metode jar test yang digunakan di IPA 2 untuk mengetahui kesesuaian
dengan aplikasi unit koagulasi di lapangan.
1
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan penulis selama kerja praktik di PT. XYZ:
3.1. Sampling
Tujuan dilakukannya sampling adalah untuk mengetahui kualitas air olahan pada tiap
unit pengolahan air bersih dengan parameter pH, turbiditas, DO, mangan, amonium, besi, total
chlor, dan free chlor. Sampel diambil setiap 4 jam pada air baku, air di outlet pra-sedimentasi,
air di outlet pulsator, dan air di outlet filter. Interval waktu pengambilan sampel didasarkan
pada waktu detensi tiap unit. Metode sampling dilakukan berdasarkan SNI 06-2412-1991.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara grab pada air baku, air di outlet pulsator, dan air
di outlet filter. Sedangkan air di outlet pra-sedimentasi dilakukan dengan teknik sampel
gabungan tempat (integrated sample), yaitu dengan mengambil sampel pada 2 bagian dan
6
kemudian digabungkan pada suatu wadah. Pengambilan sampel diambil dengan bantuan
wadah plastik yang dihubungkan dengan tali. Kemudian sampel dimasukkan ke wadah plastik
yang telah dibilas sebelumnya. Sampel air yang telah diambil selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝑔/𝐿) = (1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
0,155 𝑔𝑟𝑎𝑚 155 𝑚𝑔
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝑔/𝐿) = = = 1000 𝑚𝑔/𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 1000 𝑝𝑝𝑚
155 𝑚𝐿 0,155 𝐿
Berikut ini adalah perhitungan volume koagulan yang perlu ditambahkan ke beaker glass yang
berisi 1000 mL air baku
𝑀 ×𝑉 =𝑀 ×𝑉 (2)
1000 𝑚𝑔/𝐿 × 𝑉 = 1 𝑚𝑔/𝐿 × 1000 𝑚𝐿
𝑉 = 1 𝑚𝐿
Jadi, untuk menambahkan 1 ppm koagulan ke air baku, volume koagulan hasil pengenceran
yang ditambahkan sebesar 1 mL.
7
(a) (b)
8
Metode pengadukan dan pembubuhan koagulan, disesuaikan dengan modifikasi yang
dilakukan. Pada saat pengujian, 3 beaker glass digunakan untuk kondisi modifikasi, sedangkan
3 beaker glass lain digunakan untuk kondisi eksisting. Setelah jar test, dilakukan pengukuran
parameter turbiditas, pH, ukuran flok, %lumpur, dan waktu endap.
10
dilakukan pengadukan dengan tujuan memisahkan kotoran dari media dan kemudian
turbiditas air yang telah diaduk tersebut diukur.
11
Pada saat ini susunan kepemilikan saham PT. XYZ dipegang sebagian besar oleh Suez
Environment dengan kepemilikan sebesar 51% dan PT. Astratel Nusantara sebesar 49%.
PT. XYZ sebagai penyedia air bersih di Wilayah Barat Jakarta bertanggung jawab
terhadap produksi, distribusi, operasional, dan pemeliharaan seluruh infrastruktur air bersih.
Selain itu PT. XYZ juga bertanggung jawab terhadap pelayanan pelanggan, seperti pencatatan
meteran, penagihan, dan realisasi pembayaran. Untuk meningkatkan kualitas penyediaan air
minum, PT. XYZ bertanggung jawab atas studi kelayakan yang dilakukan setiap 5 tahun untuk
mengembangkan rencana investasi dan mengembangkan infrastruktur baru untuk tiap
periode (PT. XYZ, 2018).
Dari segi produksi, PT. XYZ mengelola empat instansi pengolahan air yaitu Instalasi
Pengolahan Air I, Instalasi Pengolahan Air II, Cilandak, dan Taman Kota. IPA 1 memproduksi
air bersih sebanyak 2650 l/s, IPA 2 sebanyak 3650 l/s, IPA Cilandak sebanyak 400 l/s, dan IPA
Taman Kota sebanyak 150 l/s. Sumber air yang digunakan untuk produksi air bersih berasal
dari Waduk Jatiluhur, Kali Krukut, Kali Banjir Kanal, dan Cengkareng Drain (PT. XYZ, 2017).
4
Gambar 13. Unit Filtrasi dan Accelator IPA 1
(a) (b)
Gambar 14. (a) MBBR IPA Cilandak (b) UCD IPA Cilandak
13
Pada kunjungan ke IPA Taman Kota, unit pengolahan air bersih yang digunakan oleh IPA
Taman Kota diperkenalkan. Unit pengolahan yang digunakan di IPA Taman Kota adalah
koagulasi, flokulasi, biofilter, dan filtrasi. Selain itu, juga dilakukan jar test di IPA Taman Kota
untuk menentukan dosis optimum koagulan baru.
14
kemudian digabungkan pada suatu wadah. Pengambilan sampel diambil dengan bantuan
wadah plastik yang dihubungkan dengan tali. Kemudian sampel dimasukkan ke wadah plastik
yang telah dibilas sebelumnya. Sampel air yang telah diambil selanjutnya dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝑔/𝐿) = (1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
0,155 𝑔𝑟𝑎𝑚 155 𝑚𝑔
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝑚𝑔/𝐿) = = = 1000 𝑚𝑔/𝐿 𝑎𝑡𝑎𝑢 1000 𝑝𝑝𝑚
155 𝑚𝐿 0,155 𝐿
Berikut ini adalah perhitungan volume koagulan yang perlu ditambahkan ke beaker glass yang
berisi 1000 mL air baku
𝑀 ×𝑉 =𝑀 ×𝑉 (2)
1000 𝑚𝑔/𝐿 × 𝑉 = 1 𝑚𝑔/𝐿 × 1000 𝑚𝐿
𝑉 = 1 𝑚𝐿
Jadi, untuk menambahkan 1 ppm koagulan ke air baku, volume koagulan hasil pengenceran
yang ditambahkan sebesar 1 mL.
7
Tabel 2. Metode Jar Test Eksisting IPA 2
Kecepatan Pengadukan
Jenis Pengadukan
dan Durasi
Aduk cepat 200rpm @2min
Aduk lambat 40rpm @17min
Sedimentasi @10min
Pada kondisi eksisting, koagulan ACH dibubuhkan tepat saat pengadukan cepat
dimulai. Koagulan tambahan PolyDADMAC dibubuhkan 1 menit setelah koagulan ACH
dibubuhkan. Berikut ini adalah hasil evaluasi kesesuaian dosis koagulan hasil jar test dengan
dosis koagulan di lapangan
Dari hasil evaluasi tersebut, didapatkan hasil bahwa metode jar test yang digunakan saat ini di
IPA 2 telah merefleksikan kondisi koagulasi di lapangan.
16
Gambar 18. Titik Pembubuhan Koagulan
17
Gambar 21. Titik Pembubuhan di Terjunan
Pada gambar di atas terdapat 3 titik pembubuhan koagulan yang bisa digunakan. Titik
1 merupakan jalur yang menghubungkan unit pra-sedimentasi dan unit koagulasi. Titik 2
merupakan tangki koagulasi yang terdapat agitator dan blower. Titik 3 merupakan terjunan
yang nantinya akan mengalirkan air ke unit pulsator. Pada kondisi eksisting, pembubuhan
koagulan ACH dilakukan pada titik 2 dan pembubuhan koagulan tambahan PolyDADMAC pada
titik 3. Berikut ini adalah 3 jenis kombinasi pembubuhan yang diuji
18
Tabel 5. Metode Jar Test Modifikasi 1
Kecepatan pengadukan
Jenis Pengadukan
dan durasi
Aduk lambat 40rpm @1min
Aduk cepat 200rpm @2min
Aduk lambat 40rpm @17min
Sedimentasi @10min
Pada jar test, koagulan ACH dibubuhkan tepat saat pengadukan lambat pertama
dimulai. Koagulan tambahan PolyDADMAC dibubuhkan 1 menit setelah pengadukan cepat
dilakukan. Setelah proses sedimentasi jar test, dilakukan pengukuran parameter (turbiditas,
pH, ukuran flok, %lumpur, dan waktu endap) untuk mengetahui kualitas efluen dari proses
koagulasi. Berikut ini adalah kualitas efluen dari proses koagulasi dengan modifikasi titik 1
berdasarkan jar test.
Tabel 6. Hasil Jar Test Modifikasi 1 dan Eksisting
Uji 1 Modifikasi 1 Eksisting
Kimia Air Baku 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/L) ACH 6 7 8 6 7 8
PolyDADMAC 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3
Turbidity (NTU) 37.8 6.583 3.913 2.99 2.67 2.84 2.2
pH 7.563 7.45 7.45 7.44 7.466 7.476 7.472
Ukuran Flok C B A C B B
%Lumpur 0.3%
Waktu Endap 1' 1' 30" 1' 10" 1' 30" 1' 30" 1' 30"
%Removal 83% 90% 92% 93% 92% 94%
Uji 2 Modifikasi 1 Eksisting
Kimia Air Baku 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/L) ACH 6 7 8 6 7 8
PolyDADMAC 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Turbidity (NTU) 34.1 5.16 2.77 2.39 3.15 2.32 2.103
pH 7.262 7.358 7.399 7.347 7.377 7.391 7.379
Ukuran Flok A B B C B B
%Lumpur 0.3%
Waktu Endap 1' 40" 1' 30" 1' 30" 1' 20" 1' 40" 1' 40"
%Removal 85% 92% 93% 91% 93% 94%
Uji 3 Modifikasi 1 Eksisting
Kimia Air Baku 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/L) ACH 6 7 8 6 7 8
PolyDADMAC 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Turbidity (NTU) 34.1 4.29 2.87 2.38 2.86 2.17 2.197
pH 7.262 7.444 7.467 7.442 7.446 7.431 7.467
Ukuran Flok C B A B A A
%Lumpur 0.3%
Waktu Endap 1' 1' 13" 1' 30" 1' 30" 1' 30" 1' 30"
%Removal 87% 92% 93% 92% 94% 94%
19
Hasil Jar Test Modifikasi 1 dan Eksisting
7
Pada jar test, koagulan ACH dibubuhkan tepat saat pengadukan lambat pertama
dimulai. Koagulan tambahan PolyDADMAC dibubuhkan tepat saat pengadukan cepat dimulai.
Setelah proses sedimentasi jar test, dilakukan pengukuran parameter (turbiditas, pH, ukuran
flok, %lumpur, dan waktu endap) untuk mengetahui kualitas efluen dari proses koagulasi.
Berikut ini adalah kualitas efluen dari proses koagulasi dengan modifikasi titik 2 berdasarkan
jar test.
20
Metode pengadukan dan pembubuhan koagulan, disesuaikan dengan modifikasi yang
dilakukan. Pada saat pengujian, 3 beaker glass digunakan untuk kondisi modifikasi, sedangkan
3 beaker glass lain digunakan untuk kondisi eksisting. Setelah jar test, dilakukan pengukuran
parameter turbiditas, pH, ukuran flok, %lumpur, dan waktu endap.
10
4.6. Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 3
Titik pembubuhan modifikasi 3 dilakukan dengan membubuhkan ACH dan PolyDADMAC
secara bersamaan pada titk 2 (tangki koagulasi) dan mengalami pengadukan mekanis dan
pneumatis.
Tabel 9. Metode Jar Test Modifikasi 3
Kecepatan pengadukan dan
Jenis Pengadukan
durasi
Aduk cepat 200rpm @2min
Aduk lambat 40rpm @17min
Sedimentasi @10min
Pada jar test, koagulan ACH dan koagulan tambahan PolyDADMAC dibubuhkan tepat
saat pengadukan cepat dimulai. Setelah proses sedimentasi jar test, dilakukan pengukuran
parameter (turbiditas, pH, ukuran flok, %lumpur, dan waktu endap) untuk mengetahui
kualitas efluen dari proses koagulasi. Berikut ini adalah kualitas efluen dari proses koagulasi
dengan modifikasi titik 3 berdasarkan jar test.
Tabel 10. Hasil Jar Test Modifikasi 3 dan Eksisting
Uji 1 Modifikasi 3 Eksisting
Kimia Air Baku 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/L) ACH 5 6 7 5 6 7
PolyDADMAC 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Turbidity (NTU) 53.2 3.67 2.67 1.93 4.71 3.54 2.44
pH 7.65 7.682 7.625 7.603 7.619 7.606 7.604
Ukuran Flok B B B B B B
%Lumpur 0.35%
Waktu Endap 1' 28" 1' 28" 1' 28" 1' 28" 1' 28" 1' 41"
%Removal 93% 95% 96% 91% 93% 95%
Uji 2 Modifikasi 3 Eksisting
Kimia Air Baku 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/L) ACH 5 5.5 6 5 5.5 6
PolyDADMAC 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Turbidity (NTU) 47.3 3.13 2.52 2.64 3.8 3.04 3.17
pH 7.41 7.46 7.434 7.434 7.438 7.428 7.42
Ukuran Flok C C C C C C
%Lumpur 0.35%
Waktu Endap 1' 33" 1' 33" 1' 33" 1' 33" 1' 33" 1' 33"
%Removal 93% 95% 94% 92% 94% 93%
Uji 3 Modifikasi 3 Eksisting
Kimia Air Baku 1 2 3 4 5 6
Dosis (mg/L) ACH 5 6 7 5 6 7
PolyDADMAC 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4
Turbidity (NTU) 40.8 3.07 2.203 1.66 3.1 2.47 1.66
pH 7.384 7.467 7.431 7.425 7.438 7.428 7.431
Ukuran Flok C C C C C C
%Lumpur 0.2%
Waktu Endap 1' 33" 1' 33" 1' 33" 1' 20" 1' 33" 1' 33"
%Removal 92% 95% 96% 92% 94% 96%
22
Hasil Jar Test Modifikasi 3 dan Eksisting
5
4
Turbiditas* (NTU)
Uji 1 Modifikasi 3
Uji 1 Eksisting
3
Uji 2 Modifikasi 3
Uji 2 Eksisting
2
Uji 3 Modifikasi 3
Uji 3 Eksisting
1
4 5 6 7 8
Dosis ACH (ppm) *Nilai turbiditas setelah koagulasi
23
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
5.1. Proses Koagulasi
Koagulasi adalah sebuah unit yang terdiri dari penambahan dan pengadukan cepat
bahan kimia (koagulan) untuk mendestabilisasi koloid dan padatan halus yang tersuspensi
dalam air (Mines, 2014, p. 258). Air baku mengandung partikel organik dan anorganik. Partikel
organik di air baku dapat berupa bakteri, protozoa, dan detritus dari tumbuhan yang jatuh ke
air. Erosi menghasilkan partikel anorganik pada air baku, berupa tanah liat, lanau, dan mineral
oksidasi. Koagulasi dan flokulasi adalah komponen penting dari sistem pengolahan air yang
digunakan untuk menghilangkan partikel organik, anorganik, dan membuat air palatable
(Davis, 2010).
Proses koagulasi dan flokulasi penting untuk unit pengolahan selanjutnya. Kondisi flok
yang mudah mengendap akan meningkatkan kualitas efluen dari unit sedimentasi. Selain itu,
proses koagulasi juga berpengaruh terhadap unit filtrasi. Proses koagulasi yang baik, dapat
menghasilkan efluen unit sedimentasi dengan turbiditas yang rendah. Hal ini dapat
memperlambat terjadinya clogging. Proses koagulasi dapat mengurangi senyawa organik dan
mempengaruhi unit desinfeksi. Jika proses koagulasi tidak efektif dalam mengurangi senyawa
organik, maka kadar organik yang memasuki proses disinfeksi akan tinggi, dan kebutuhan
chlor juga tinggi. Selain itu, kadar organik yang tinggi jika bereaksi dengan chlor akan
menghasilkan THM (trihalometan).
24
Pada kunjungan ke IPA Taman Kota, unit pengolahan air bersih yang digunakan oleh IPA
Taman Kota diperkenalkan. Unit pengolahan yang digunakan di IPA Taman Kota adalah
koagulasi, flokulasi, biofilter, dan filtrasi. Selain itu, juga dilakukan jar test di IPA Taman Kota
untuk menentukan dosis optimum koagulan baru.
14
ini ada yang biasa digunakan sebagai koagulan utama, koagulan tambahan, atau membantu
memaksimalkan kualitas lumpur.
5.4.1. Koagulan Utama
Alum (Al2(SO4)3), aluminium chlorohydrate (ACH), polyaluminium chloride (PACl)
merupakan jenis koagulan anorganik yang biasa digunakan untuk pengolahan air bersih.
Koagulan anorganik pada umumnya akan menurunkan alkalinitas dari air olahan, sehingga
akan menurunkan pH air olahan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan pengaturan pH
pada akhir proses. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku untuk koagulan anorganik ACH dan
PACl yang memiliki kandungan basa yang tinggi, sehingga tidak menurunkan alkalinitas air
olahan. IPA 2 menggunakan koagulan ACH sebagai koagulan utama. Berikut ini adalah reaksi
ACH ketika dibubuhkan ke air baku
− + −
𝐴𝑙2 (𝑂𝐻)5 𝐶𝑙(𝑙) → 𝐴𝑙2 (𝑂𝐻)+
5 (𝑎𝑞) + 𝐶𝑙 (𝑎𝑞) + 𝐻2 𝑂(𝑙) → 2𝐴𝑙(𝑂𝐻)3 (𝑠) + 𝐻(𝑎𝑞) + 𝐶𝑙(𝑎𝑞) (3)
Pada reaksi tersebut, ion hidrogen yang dihasilkan dari reaksi koagulan ACH lebih sedikit
jika dibandingkan dengan koagulan alum dan PACl.
26
mampu bertahan pada rentang turbiditas yang lebar. Koagulan ACH dapat bekerja dengan
baik pada turbiditas 30-500 rpm.
27
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
15
5. Waktu endap
Waktu endap menyatakan kecepatan sebagian besar flok yang dihasilkan dari proses
flokulasi untuk mengendap. Di PT. XYZ, untuk penggunaan koagulan ACH, waktu yang
dibutuhkan flok untuk mengendap <2 menit. Sedangkan untuk penggunaan koagulan
PAC, waktu yang dibutuhkan flok untuk mengendap sebesar 2-3 menit.
29
dosis yang dibubuhkan mengendap di bagian dasar, PolyDADMAC bekerja dengan lebih efektif
saat dibubuhkan di tangki koagulasi.
5.8. Pembahasan Hasil Modifikasi Titik Pembubuhan 3
Pada saat koagulan utama ACH dan koagulan tambahan PolyDADMAC dibubuhkan
secara bersamaan, dosis ACH yang dibutuhkan (untuk mencapai nilai kekeruhan 2-3 NTU)
lebih rendah daripada dosis kondisi eksisting. Pada dosis ACH dan PolyDADMAC yang sama,
turbiditas efluen dari modifikasi 3 lebih rendah dibandingkan kondisi eksisting. Pembubuhan
secara bersamaan ini dapat meningkatkan kualitas efluen dari proses koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena penggunaan ACH dan PolyDADMAC yang lebih efektif.
Koagulan ACH lebih efektif jika dibubuhkan langsung di pengadukan cepat, karena dapat
mencegah terjadinya pengendapan koagulan. PolyDADMAC lebih efektif dibubuhkan di
pengadukan cepat karena akan memiliki waktu yang lebih lama untuk melakukan proses
adsorpsi.
PolyDADMAC yang merupakan cationic polymer mengalami proses adsorpsi yang
berlangsung cukup lama. Pada saat koagulan tambahan PolyDADMAC dibubuhkan di agitator,
koagulan ini mengalami pengadukan cepat selama 2 menit. Sedangkan jika koagulan tambahan
PolyDADMAC dibubuhkan di terjunan, koagulan ini mengalami pengadukan cepat selama 1
menit saja. Dari hasil jar test, ditunjukkan bahwa koagulan utama PolyDADMAC lebih efektif
jika mengalami pengadukan cepat selama 2 menit daripada 1 menit. Proses adsorpsi
PolyDADMAC lebih baik saat titik pembubuhannya dipindahkan ke agitator (Kawamura, 2000,
p. 76).
30
masalah ini terjadi adalah monitoring perubahan kualitas air baku (kekeruhan, warna,
pH, dan alkalinitas), melakukan jar test untuk penentuan dosis optimum,
menambahkan coagulant aid (PolyDADMAC) di unit pra-sedimentasi, mengatur
pengadukan cepat dan lambat (sludge blanket) dan pembuangan lumpur, dan
monitoring efluen sedimentasi.
Di IPA 2 , kekeruhan air baku selalu meningkat pada musim hujan. Untuk mengasi hal
ini, IPA 2 melakukan pembubuhan polyDADMAC di unit pra-sedimentasi. Pada saat air
baku masuk ke unit pra-sedimentasi, air baku tersebut menabrak sebuah dinding, dari
tabrakan ini terjadi pengadukan cepat, sehingga polyDADMAC dapat bekerja dengan
baik dan flok-flok yang terbentuk mengendap di unit pra-sedimentasi.
31
Penyebab dari gangguan ini adalah perubahan kualitas air baku, dosis koagulan tidak
tepat, dan gangguan pada pengadukan. Hal yang dilakukan perusahaan jika masalah ini
terjadi adalah monitoring perubahan kualitas air baku, menganalisa pH dan alkalinitas
air baku dan proses, mengecek debit air baku dan pompa dosering koagulan, mengecek
setting pengadukan, melakukan jar test, dan monitoring efluen sedimentasi dan filter
(PT. XYZ, 2016).
32
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Metode jar test yang diterapkan di IPA 2 adalah pengadukan cepat (200 rpm) selama 2
menit, pengadukan lambat (40 rpm) selama 17 menit, dan sedimentasi selama 10 menit.
Metode ini telah menggambarkan kondisi di lapangan, dengan rata-rata perbedaan dosis
koagulan ACH sebesar 4%. Titik pembubuhan modifikasi 1 membutuhkan dosis koagulan ACH
yang lebih banyak dibandingkan kondisi eksisting untuk mencapai kondisi yang diinginkan.
Titik pembubuhan modifikasi 2 membutuhkan dosis koagulan yang sama dengan kondisi
eksisting untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Titik pembubuhan modifikasi 3
membutuhkan dosis koagulan ACH yang lebih sedikit dibandingkan kondisi eksisting untuk
mencapai kondisi yang diinginkan. Dari tiga titik modifikasi titik pembubuhan, modifikasi 3
merupakan kondisi paling optimum. Titik pembubuhan modifikasi 3 (ACH dan PolyDADMAC
dimasukkan secara bersamaan) berpotensi untuk meningkatkan performansi koagulasi
(enhance removal ratio of turbidity) dan mengurangi dosis penggunaan koagulan utama.
6.2. Saran
Pembubuhan ACH dan PolyDADMAC secara bersamaan lebih efektif daripada kondisi
eksisting saat ini berdasarkan jar test. Sehingga, pembuatan jalur pembubuhan PolyDADMAC
ke tangki koagulasi (tes di lapangan) perlu dilakukan untuk menguji hasil jar test yang
didapatkan. Walaupun dibubuhkan secara bersamaan, lokasi titik pembubuhan koagulan ACH
dan PolyDADMAC perlu diberi sedikit jarak, sehingga mencegah terjadi reaksi antara kedua
senyawa tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
American Water Works Association. (2011). Water Quality & Treatment. New York: McGraw-
Hill.
Bintoro, A., & Abidin, M. (2014). Pengukuran Total Alkalinitas di Perairan Estuari Sungai
Indragiri Provinsi Riau. Buletin Teknik Litkayasa, 11.
Davis, M. L. (2010). Water and Wastewater Engineering: Design Principles and Practice. New
York: McGraw-Hill.
Fang, G. (2007). Evaluation and Performance of a Tannin-based Polymer as a Coagulant in
Water Treatment. 78.
Gabbie, P. (2006). An Operator's Guide to Water Treatment Coagulants. Annual Water
Industry Workshop – Operations Skills, 15.
Kawamura, S. (2000). Integrated Design and Operation of Water Treatment Facilities. New
York: Wiley.
Kemira Water. (2008). PolyDADMAC. Diakses pada 22 Juli 2019 dari Kemira.com:
http://www.aniq.org.mx/pqta/pdf/Serie%20C500(591-595)%20(HT).pdf
Mines, R. O. (2014). Environmental Engineering: Principles and Practice. Hoboken: Wiley
Blackwell.
Mentri Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No.492/MENKES/PER/IV/2010
PT. XYZ. (2016). Training Module : Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi. Jakarta: PT. XYZ.
PT. XYZ. (2017). Annual Report PT. XYZ. Diakses pada 20 Juli 2019 dari palyja.co.id:
http://palyja.co.id/wp-content/uploads/2019/01/PALYJAannualreport2017.pdf
PT. XYZ. (2018, Maret 21). PERJANJIAN RESTRUKTURIASI OLEH DAN ANTARA PAM JAYA DAN
PT. XYZ. Diakses pada 9 Juli 2019 dari mongabay: http://www.mongabay.co.id/wp-
content/uploads/2018/04/Perjanjian-restrukturisasi-PAM-JAYA-PALYJA-pada-21-
MARET-2018-.pdf
PT. XYZ. (n.d.). Sejarah XYZ. Diakses pada 9 Juli 2019 dari PT. XYZ:
http://palyja.co.id/id/sejarah-palyja
R., J. C., W., R. T., J., H. K., & Tchobanoglous, H. G. (2012). MWH's Water Treatment : Principles
and Design. Hoboken, N.J: Wiley.
Ruehl, K. (1999, Maret 1). Aluminium Chlorohydrate. Diakses pada 30 Juli 2019 dari
WaterWorld: https://www.waterworld.com/home/article/16193412/aluminum-
chlorohydrate
ZL, Yang. (2010). Effect of pH on the coagulation performance of Al-based coagulants and
residual aluminum speciation during the treatment of humic acid-kaolin synthetic
water. Hazardous Materials, 596-603.
34
ini ada yang biasa digunakan sebagai koagulan utama, koagulan tambahan, atau membantu
memaksimalkan kualitas lumpur.
5.4.1. Koagulan Utama
Alum (Al2(SO4)3), aluminium chlorohydrate (ACH), polyaluminium chloride (PACl)
merupakan jenis koagulan anorganik yang biasa digunakan untuk pengolahan air bersih.
Koagulan anorganik pada umumnya akan menurunkan alkalinitas dari air olahan, sehingga
akan menurunkan pH air olahan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan pengaturan pH
pada akhir proses. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku untuk koagulan anorganik ACH dan
PACl yang memiliki kandungan basa yang tinggi, sehingga tidak menurunkan alkalinitas air
olahan. IPA 2 menggunakan koagulan ACH sebagai koagulan utama. Berikut ini adalah reaksi
ACH ketika dibubuhkan ke air baku
− + −
𝐴𝑙2 (𝑂𝐻)5 𝐶𝑙(𝑙) → 𝐴𝑙2 (𝑂𝐻)+
5 (𝑎𝑞) + 𝐶𝑙 (𝑎𝑞) + 𝐻2 𝑂(𝑙) → 2𝐴𝑙(𝑂𝐻)3 (𝑠) + 𝐻(𝑎𝑞) + 𝐶𝑙(𝑎𝑞) (3)
Pada reaksi tersebut, ion hidrogen yang dihasilkan dari reaksi koagulan ACH lebih sedikit
jika dibandingkan dengan koagulan alum dan PACl.
26