(PKL)
Disusun Oleh
MUHAMMAD FAUZI ASEPTIAN
NIS : 15065/0501.041
MENGETAHUI
MENGESAHKAN
Kepala Seksi Uji Terap Teknis dan Kepala SMK NEGERI 5 JEMBER
Kerjasama BPBAP Situbondo
KATA PENGANTAR
ii
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena
atas rahmat, ridho dan karuniaNya penulis dapat menyusun Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
(BPBAP) Situbondo.
Laporan ini disusun sebagai salah satu bukti bahwa penulis telah
melakukan kegiatan PKL di BPBAP Situbondo.
Dalam hal penulisan dan penyusunan laporan ini,penulis telah banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan yang telah
penulis laksanakan selama PKL, yaitu mulai dari tanggal 8 januari 2018 sampai
tanggal 8 april 2018 di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo,
oleh karena itu,penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya
kepada Yth :
1. Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo yang telah
memberikan ijin kegiatan PKL
2. Bapak Arif Zaenuddin, S.Si selaku pembimbing lapangan dalam Praktek
Kerja Lapangan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAP
Situbondo
3. Manajer Teknis Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAP
Situbondo beserta staf yang ikut membantu dalam pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan.
4. Semua karyawan – karyawati di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
(BPBAP) Situbondo
5. Ibu Umi Soeryati Sumar S,Pd selaku pembimbing dan Kepala Jurusan
Kimia Analisis di sekolah SMKN 5 JEMBER
6. Bapak Sofyan Hadi Purwanto, S.E, M.T selaku kepala SMKN 5 JEMBER
7. Kedua orang tua penulis yang telah memberi semangat,dukungan,dan doa
kepada penulis sehingga dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
dengan baik.
8. Teman – teman (Aldi,Bismi,Rafli) yang telah menjalani kegiatan PKL
bersama di Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo
9. Teman – teman XI Kimia Analis 1 Yang penulis banggakan
iii
Semoga dengan disusunnya Laporan PKL ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca khususnya bagi adik-adik kelas kami,ataupun bagi penulis sendiri.
Penulis sangat senang hati menerima masukan dan saran dari pembaca agar
penulis lebih baik lagi membuat laporan ini dari sebelumnya
Jember,
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................... 3
1.4 Manfaat ................................................................................... 4
v
3.3.10 Uji kadar nitrat .......................................................... 22
3.3.11 Uji kadar Phosphat .................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1.1 Pengujian Tanggal 22 Januari 2018 ......................................... 23
Tabel 4.1.2 Pengujian Tanggal 23 Januari 2018 ......................................... 23
Tabel 4.1.3 Pengujian Tanggal 25 Januari 2018 ......................................... 24
Tabel 4.1.4 Pengujian Tanggal 29 Januari 2018 ......................................... 25
Tabel 4.1.5 Pengujian Tanggal 31 Januari 2018 ......................................... 25
Tabel 4.1.6 PengujianTanggal 02 Februari 2018 ........................................ 25
Tabel 4.1.7 Pengujian Tanggal 09 Februari 2018 ....................................... 26
Tabel 4.1.8 Pengujian Tanggal 19 Februari 2018 ....................................... 26
Tabel 4.1.9 Pengujian Tanggal 21 Februari 2018 ....................................... 26
Tabel 4.1.10 Pengujian Tanggal 27 Februari 2018 ..................................... 28
Tabel 4.1.11 Pengujian Tanggal 05 Maret 2018 ........................................... 28
Tabel 4.1.12 Pengujian Tangga 06 Maret 2018 ............................................. 28
Tabel 4.1.13 Pengujian Tanggal 12 Maret 2018 ........................................... 29
Tabel 4.1.14 Pengujian Tanggal 16 Maret 2018 ........................................... 29
Tabel 4.1.15 Pengujian Tanggal 19 Maret 2018 ........................................... 29
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
terhalangnya difusi karena perbedaan salinitas yang dapat terjadi setelah hujan
lebat.
Adapun rumusan masalah dari kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) antara
lain :
1. Berapa nilai pH, salinitas, nitrit, amonia, bahan organik, oksigen terlarut,
kesadahan, nitrat, posfat,dan alkalinitas pada sampel air yang diterima
BPBAP Situbondo
2. Bagaimana prinsip dari metode yang digunakan untuk penentuan nilai pH,
salinitas, nitrit, amonia, bahan organik, oksigen terlarut, kesadahan, nitrat,
posfat,dan alkalinitas pada sampel air yang diterima oleh BPBAP
Situbondo
3. Beapakah nilai pH, salinitas, nitrit, amonia, bahan organik, oksigen
terlarut, kesadahan, nitrat, posfat,dan alkalinitas yang sesuai untuk
budidaya perikanan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU(BPBAP)
. Adapun batas-batas Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo antara lain:
Sebelah utara= Selat Madura
Sebelah selatan = Pemukiman penduduk
Sebelah timur = Pembenihan Udang PT. CPB
Sebelah barat = Pemukiman penduduk dan Hatc hery PT.KBU
Lokasi BPBAP Situbondo berjarak 5 meter dari garis pantai dengan ketinggian 0,5
- 1 meter dari permukaan laut. BPBAP Situbondo beriklim tropis dengan angin
laut yang bertiup dari Selat Madura dengan kecepatan rata-rata 5,83 km/jam.
Dasar pantai BPBAP Situbondo adalah pantai berpasir dan berkarang, jenis tanah
berlempung dan kedalaman cenderung liat. Beda pasang surut air laut 1 meter,
sehingga sangat cocok untuk usaha pembenihan ikan dan udang.
Selain fasilitas di lokasi utama BPBAP Situbondo yang berada di Jalan Raya
Pecaron Situbondo, BPBAP Situbondo juga memiliki beberapa unit lokasi yang
terpisah yaitu:
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN
Bahan
Pembuatan H2SO4 6 N
Pembuatan H2SO4 1 N
Pembuatan NaOH 1 M
3.3.2 Pengukuran pH
1. Buka tutup dari probe pH meter lalu bilas dengan akuades dan
bersihkan sisa akuades dengan tisu
2. Menghidupkan pH meter dengan cara menekan tombol on/off
3. Kalibrasi pH meter dengan menekan tombol CAL, kalibrasi dengan
larutan buffer pH 4,7,10 secara bergantian
4. Setelah selesai mengkalibrasi celupkan probe pH meter ke dalam
sampel yang akan dianalisa lalu tekan AR
5. Biarkan sampai simbol AR yang ada di layar berhenti berkedip (pH
konstan)
6. Lakukan secara duplo
7. Jika sudah selesai bilas dengan akuades lalu bersihkan sisa akuades
dengan tisu, lalu tutup probe pH dengan penutupnya
8. Simpan pH meter ketempatnya semula
A = ml asam H2SO4
B = normalitas H2SO4
C = ml sampel
50,4 = (berat molekul)/2 atau berat ekuivalen CaCO3
3.3.7 uji Bahan Organik
V = ml Na2S2O3
N = normalitas Na2S2O3
F = faktor volume (volume botol : volume botol – volume pereaksi MnSO4
& alkali iodida azida pada langkah 2 dan 3)
Ket: penambahan reagen @1ml utk volume sampel (botol) 250-300 ml, untuk
volume yg lain agar dihitung secara proporsional
3.3.9.1 Ca
1. Ambil sampel sesuai dengan salinitas yang telah diketahui, taruh
dalam gelas ukur lalu tambahkan akuades sampai volume
mencapai 50 ml
2. Tambahkan 2 ml larutan NaOH 1 N
3. Tambahkan indikator Murekside sampai berwarna merah jambu
4. Titrasi dengan Na2EDTA 0,01 sampai berubah menjadi ungu
3.3.9.2 Total
19
3.3.9.3 Mg
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji
No/Nama Uji Uji
Uji pH Bahan Uji Posfat
Sampel Salinitas Alkalinitas
Organik
7,95 7,5 ml = 5 ml =
DS 25 ppt 0,30 mg/l
7,97 151,2 mg/l 63,2 mg/l
5,9 ml = 5,6 ml =
8,15
DU 27 ppt 118,944 70,78 0,16 mg/l
8,17
mg/l mg/l
5,7 ml = 3,9 ml =
8,20
GU 29 ppt 114,912 49,30 0,05 mg/l
8,21
mg/l mg/l
6,7 ml = 2,9 ml =
7,95
US 13 ppt 135,072 36,66 0,55 mg/l
7,96
mg/l mg/l
6,1 ml = 3,3 ml =
8,18
UU 31 ppt 122,976 41,71 0,13 mg/l
8,20
mg/l mg/l
1,34 ml = 6,2 ml =
P2 12 ppt 472,392 mg/l
214,4 mg/l 2480 mg/l
1,42 ml = 6,4 ml =
P3 12 ppt 484,056 mg/l
227,2 mg/l 2560 mg/l
26
4.2 Pengukuran pH
Uji pH dapat dilakukan dengan dua cara yaiu menggunakan pH meter atau
kertas pH. Uji yang dilakukan di Laboratorium Kesling BPBAP Situbondo
menggunakan pH meter. Prinsip pengukuran mengunakan pH meter ini adalah
potensiometri
Pada pH meter terdapat dua elektroda aitu elektroda kerja dan elektroda
refrensi. Elektroda referensi yang dilakukan yaitu Hg/Hg 2Cl2 (kolamei) yang
berhubungan dengan larutan referensi dalam elektroda. Elektroda membran
harus bersih dan basah. Mencegah gelembung udara dalam larutan elektrolit
KCl.
Pada elektroda kerja yang digunakan adalah Fe dimana elektroda ini
terdapat pada elektroda kaca yang di dalamnya terdapat elektroda kerja dan
larutan KCl atau buffer tertentu. Ion H+yang terdapat dalam sampel air.
Nilai pH air pada air laut adalah 6,5-8,5. Jika pH air laut melebihi 9,0
maka dapat mengganggu pertumbuhan benih ikan, namun jika pH air laut
kurang dari 4,0 maka benih ikan tidak dapat hidup dalam media air tersebut.
Hal ini dkarenakan pada pH kurang dari 4,0 dan lebih dari 9,0 akan membuat
ikan lemah sehingga mudah sakit dan nafsu makan menurun bahkan ikan
cenderung keropos dan berlumut. Perairan dengan pH 6,5-8,5 merupakan
kondisi yang ideal untuk kegiatan perikanan
Nilai pH adalah nilai dari hasil pengukuran ion Hidrogen (H+) di dalam air.
Air dengan kandungan ion H+ banyak akan bersifat asam, dan sebaliknya akan
bersifat basa bila banyak kandungan ion OH - (Alkali) (Putra,2008). Naiknya
kadar asam ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaanya : hasil pelepasan
29
karbondioksida dari pernafasan ikan, asam organik dari metabolisme ikan, serta
asam nitrit dan proses filter biologi
Kondisi derajat keasaman (pH) air tambak akan sangat mempengaruhi
derajat keasaman (pH) darah melalui pembuluh darah di insang. Sehingga
ketika derajat keasaman (pH) dalam air kolam rendah atau tinggi akan tampak
langsung pada perubahan derajat keasaman (pH) darah ikan kondisi ini
membuat ikan kesulitan mengambil oksigen. Itulah sebabnya ketika derajat
keasaman (pH) air sangat rendah atau tinggi ikan akan stres dan mati.
Salinitas merupakan kadar garam yang terlarut dalam air. Salinitas adalah
jumlah berat total material (gr) pada penyusun garam misalnya NaCl yang
terkandung dalam 1000 gr air. Setiap perairan di bumi memiliki salinitas yang
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan salinitas di pengaruhi oleh pasang surut
khusus air laut, curah hujan, penguapan dan topografi suatu perairan. Salinitas
merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menentukan
kualitas air
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur nilai salinitas adalah
refraktometer. Prinsip kerja refraktometer adalah menggunakan pemanfaatan
refraksi cahaya. Cahaya yang masuk ke dalam refraktometer akan melewati
prisma dengan refraktive index tertentu. Kemudian cahaya yang masuk
kedalam prisma akan melewati sampel yang memiliki refraktive index yang
berbeda. Refraktive index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan
sampel perbedaan rekfraktive index inilah yang nantinya diukur sebagai
salinitas, jika sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka
sudut refraksi akan lebih lebar dikatenakan perbedaan refraksi dari prisma dan
sample besar. Maka pada papan skala akan rendah. Jika sample merupakan
larutan pekat/konsentrasi tinggi. Maka sudut refraksi akan kecil.
Setiap organisme air seperti ikan dan udang membutuhkan nlai salinitas
tertentu. Misalnya udang vannamei memerlukan salinitas 5-30 ppt. Apabila
salinitas air yang digunakan untuk media budidaya perikanan berada di bawah
5 ppt dan di atas 30 ppt maka pertumbuhan ikan dan udang akan relatif lambat.
30
Hal ini dikarenakan proses osmoregulasi terganggu terutama pada saat ikan dan
udang memerlukan energi yang banyak untuk menyesuaikan diri untuk
bertahan hidup dengan kadar salinitas yang tidak sesuai dengan yang
dibutuhkan.
Salinitas adalah kadar garam yang terlarut dalam air atau konsentrasi ion-
ion dalam air, salinitas mempengaruhi osmoregulasi tubuh organisme dan
mempengaruhi pertumbuhan.
Menurut kusworo (2004), Salinitas erat kaitannya dengan tekanan osmotik
air, semakin tinggi salinitas maka semakin tinggi pula tekanan osmotiknya.
Tekanan osmotik pada ikan berbeda-beda menurut jenis sehingga toleransi
terhadap salinitas pun akan berbeda-beda.
Salinitas membedakan jenis air tawar, payau, dan air laut. Beberapa ikan
atau udang bersifat Eurohalyn, yakni mempunyai toleransi kadar garam
(salinitas) yang luas serta tahan terhadap goncangan yang tinggi dalam waktu
yang relatif singkat (wartono Hadie dkk, 1986 dalam Kusworo 2004)
Uji Nitrit pada sampel air dapat dilakukan dengan cara menambahkan
beberapa reagen yang akan membentuk larutan berwarna ungu kemerahan
apabila didalam sampel tersebut mengandung nitrit. Reagen yang akan
digunakan asam-asam ini digunakan untuk menyumbangkan H + yang akan
mengkatalisis reaksi antara Nitrit dengan sulfanilamide. Reaksi yang terjadi
membentuk produk AZO. Produk AZO yang akan diukur menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang sekitar 543 nm.
Air yang dapat dimanfaatkan dalam budidaya perikanan yaitu memiliki
kandungan nitrit dan lebih baik lagi apabila air tersebut tidak mengandung
nitrit. Jika konsentrasi nitrit berlebihan maka akan mengganggu aktivitas
metabolisme tubuh ikan. Nafsu makan ikan menjadi berkurang dan tubuh ikan
menjadi lemas. Jika melebihi ambang batas tidak dapat digunakan dalam
budidaya perikanan, jika kurang dapat dimanfaatkan dalam budidaya perikanan
karena kandungan nitritnya belum melewati ambang batas. Berdasarkan
pengalaman di lapangan kadar nitrit yang baik untuk pertumbuhan ikan yaitu
kurang dari 1 mg/L, nitrit juga bisa berasal dari tingkat kepadatan kolam dan
31
jumlah pakan yang diberikan, untuk mengurangi kadar nitrit dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya membersihkan koalam ikan, menggunakan
sistem pergantian air, mengurangi/memberi pakan yang tidak berlebiha pada
ikan. Cara ini juga berlaku untuk mengurangi kadar amonia pada air kolam.
Nitrit (NO2) merupakan salah satu bentuk senyawa Nitrogen, dalam hal ini
nitrit adalah derivat senyawa nitrogen, nitrit dalam bentuk senyawa ionik
disimbolkan dengan NO2- yang merupakan hasil oksidasi senyawa ammonia
(NH3 dan NH4+). Proses oksidasi ini berlangsung dengan bantuan bakteri
nitrifikasi yaitu bakteri nitrosomonas. Jika oksidasinya berlanjut maka akan
menghasilkan nitrat. Proses reduksi nitrit (NO2) akan menghasilkan nitrogen
bebas (N2) diudara. Proses oksidasi pada ammonia menjadi nitrit memerlukan
oksigen bebas dalam air. Reaksi terjadi dalam satu tahap yaitu:
Nitrosomonas
2NH4+ + 3O2 2NO2 + 4H+ + 2H2O
Nitrosomonas
NH3+Oksigen NO2 +Energy
Adanya Nitrit (NO2) dalam air minum/ air bersih dapat dideteksi dan
dianalisa. Dalam hal ini Nitrit ditentukan secara spektrofotometrik dengan alat
Spektrofotometer. Analisa nitrit ini dapat terganggu oleh ion-ion lain dan akan
memberikan hasil yang tidak akurat. Ion-ion pengganggu tersebut antara lain
adalah kation-kation Fe3+, Pb2+,Hg2+,Ag2+,Sb3+,Au3+dan Anion PtCl62-dan VO32-.
Ion–ion ini mengganggu analisa sebab ion-ion tersebut mengendap selama
proses analisa. Tetapi ion–ion tersebut dapat dihilangkan dengan zat
pereduksinya masing-masing.
Seperti juga nitrat maupun ammonia, nitrit memiliki sifat toksik bagi
mahluk hidup seperti hewan dan manusia. Jika nitrit terdapat dalam air minum,
kemudian terminum oleh hewan atau manusia maka nitrit akan masuk ke
dalam pembuluh darah dalam tubuh kita yang menyebabkan
methemoglobinemia. Methemoglobinemia ini menghalangi Hb untuk mengikat
O2 dan menimbulkan blue baby syndrome (tubuh menjadi berwarna kebiru-
biruan). Nitrit ini juga berfungsi sebagai inhibitor korosi. Selain itu, Nitrit
32
Menurut Sumeru dan Anna (1992) dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut
adalah satu jenis gas terlarut dalam air pada urutan kedua setelah nitrogen.
Namun jika dilihat dari kepentingannya bagi kehidupan ikan dan udang,
oksigen menempati urutan paling atas. Oksigen yang sangat diperlukan udang
untuk pernafasannya harus dalam bentuk terlarut dalam air, karena udang tidak
dapat memanfaatkan oksigen langsung dari udara. Sumber utama oksigen
dalam perairan adalah hasil difusi dari udara, terbawa melalui air hujan
(presipitasi) dan hasil fotosintesis fitoplankton. Sebaliknya, kandungan oksigen
terlarut dalam air dapat berkurang karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi
35
dan perombakan bahan organik. Kekurangan oksigen dapat pula dialami akibat
terhalangnya difusi karena stratifikasi salinitas yang dapat terjadi setelah hujan
lebat.
Boyd (1990) jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik
tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan
lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan gangguan
makan (anorexia), stress, dan kematian. Apabila dalam suatu kolam terdapat
kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 3 mg/l, maka
proses reproduksi dan pertumbuhan ikan atau udang akan berjalan dengan baik
(Boyd, 1982).
Moderately
50-100 3-6
soft (agak lunak)
Slightly hard (sedang) 100-200 6-12
Moderately
200-300 12-16
hard (agak keras)
Hard (keras) 300-400 16-25
Very
>400 >25
hard (sangat keras)
Sumber: Andrews, et. al., 1988 dalam Ghufran et al 2007.
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi
dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
semua kation tersebut. Titrasi kompleks meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
larutan. Persyaratan yang mendasari terbentuknya kompleks adalah tingkat
kelarutan yang tinggi.
EDTA membentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika
ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika
sejumlah kecil Eriochrome Black T atau Calmagite ditambahkan ke suatu
larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium pada buffer pH 10,0 ±
0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai
satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika
semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah
dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir
dari titrasi.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH
untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH
lebih tinggi, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi
hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. EBT yang dihaluskan bersama
NaCl padat kadang kala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca
ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg,
oleh karena itu EDTA direkomendasikan (Ginoest, 2010).
37
dilakukan di atas bahwa sampel yang mengandung nitrat masih aman untuk
budidaya perikanan karena belum melewati ambang batas.
dalam air. Dalam air limbah biasanya senyawa fosfat berasal dari limbah
penduduk, industri, ataupun pertanian.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Contoh perhitungan
a. Alkalinitas
Diketahui :
A = 12,3 ml
B = 0,02 N
C = 50 ml
=
= 247,968
b. Bahan Organik
Diketahui :
V KMnO4 = volume rata-rata KMnO4 untuk titrasi
Bahan organik (mg/l) = V KMnO4 x 12,64
= 7,6 ml x 12,4
= 96,06 mg/l
c. Oksigen Terlarut
Diketahui :
V = 1,32 ml
N = 0,025 N
F = 250/248
= 5,32 mg/l
d. Kesadahan Ca,Total,Mg
Salinitas 1-9 ambil 5 ml sampel encerkan sampai 50 ml dengan
akuades (fp=5x)
Salinitas 10-19 ambil 2,5 ml sampel encerkan sampai 50 ml dengan
akuades (fp=10x)
44
= 6400 mg CaCO3/l
= 392 mg/l
Kadar magnesium (mg Mg/l) =
= 1321,92 mg/l
Gambar 1.11 pengukuran dengan colorimeter dalam uji posfat dan nitrat