Oleh
GHOZY RAUSYANFIKRI
1914111044
Menyetujui,
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “PEMELIHARAAN INDUK UDANG VANAME (Litopenaeus
vannamei), PRODUKSI NAUPLI DAN MANAJEMEN KUALITAS AIR DI PT
CENTRAL PROTEINA PRIMA BIRU LAUT KHATULISTIWA MERAK
BELANTUNG, KECAMATAN KALIANDA, KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN, LAMPUNG’’ sebagai syarat untuk memperoleh nilai pada mata
kuliah praktik umum (PU). Shalawat dan salam pada Rasulullah Muhammad
SAW yang nantikan syafaatnya di hari akhir kelak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua pihak.
Ghozy Rausyanfikri
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Struktur organisasi PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa............6
2. Alur Produksi Water Management....................................................................9
3. AlurProduksi Central Naupli Production Departement (CNPD) ....................9
4. Saluran Intake Pump House..............................................................................10
5. Alur Sand Filter.................................................................................................10
6. Mesin Ozon ......................................................................................................11
7. Bak Reservoir....................................................................................................11
8. Mesin Pressure Filter........................................................................................12
9. Mesin Sinar UV.................................................................................................12
10. Penggunaan air untuk pemeliharaan induk......................................................13
11. Kedatangan Induk............................................................................................14
12. Karantina Induk...............................................................................................14
13. Ablasi Induk ...................................................................................................15
14. Induk Matang Gonad ......................................................................................15
15. Maturasi Induk ................................................................................................16
16. Induk Yang Dibuahi........................................................................................17
17. Hatching Tank.................................................................................................18
18. Holding Tank...................................................................................................18
19. Packing ...........................................................................................................19
I. PENDAHULUAN
Udang memiliki standar kualitas air tertentu untuk hidup dengan baik untuk
mendukung tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan pertumbuhan yang
optimal. Beberapa variabel air beracun diharapkan tidak terdeteksi atau terdeteksi
pada tingkat yang sangat rendah (<0>4 mg/L) di kolam. Beberapa senyawa
beracun, seperti total amonia, nitrogen, dan karbon dioksida, dapat diterima di
kolam pada tingkat tertentu. Sejumlah karbon dioksida diperlukan fitoplankton
untuk melakukan fotosintesis, tetapi jika jumlahnya menjadi besar, udang dapat
diracuni. Beberapa variabel kualitas air berada dalam kisaran tertentu untuk
pertumbuhan udang yang optimalSuhu, salinitas, kecerahan, dll. Terdapat
perbedaan baku mutu air antara budidaya air tawar dan budidaya air payau/air
laut, seperti salinitas dan alkalinitas. (Supono, 2018).
Salah satu faktor penentu kesuksesan produksi udang vaname adalah tersedianya
benih yang cukup secara terus-menerus sepanjang tahun. Benih udang vannamei
untuk kegiatan pembesaran di tambak tidak diperoleh dari alam. Benih yang
berkualitas baik dapat diperoleh jika dikelola dengan baik terutama dalam
pengelolaan induk dalam memproduksi benih berkualitas (Haliman dan Adijaya,
2005). Selain itu, kegiatan-kegiatan seperti persiapan bak, penebaran naupli,
penyediaan dan pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, pengendalian penyakit
dan proses pemanenan harus lebih diperhatikan. Komponen produksi tersebut
saling terkait dan menentukan kualitas benur atau benih yang dihasilkan. Pada
akhirnya akan menentukan keberhasilan dan optimasi panen dalam kegiataan
pembesaran (Wibowo, 2009). Oleh karena itu, penulis melaksanakan Praktik
Umum (PU) di PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK)
agar dapat memperoleh wawasan tentang cara melakukan pemeliharaan induk dan
manajemen persiapan induk yang baik dan benar.
2
Metode analisis deskriptif secara hakekatnya adalah data yang telah terkumpul itu
kemudian diseleksi, dikelompokan, dilakukan pengkajian, interpretasi dan
disimpulkan untuk menjawab permasalahan yang ada. Teknik pengambilan data
yang digunakan pada saat Praktik Umum (PU) adalah data primer dan data
sekunder.
Salah satu cara dalam pengambilan data sekunder adalah dengan melakukan
wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara digunakan peneliti untuk
mendapatkan data informasi orientik dari subjek penelitian atau
informan.Wawancara pada saat Praktik Umum (PU) dilakukan dengan melakukan
wawancara dengan pegawai balai dan teknisi lapang (Endang, 2013).
3
II. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK UMUM
2.1 Sejarah PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK)
PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK) didirikan pada
tanggal 22 September 1989 yang merupakan salah satu pembenihan udang dengan
tingkat produksi yang besar di Indonesia dan memiliki bagian yang tak
terpisahkan dari PT Wahyuni Mandira dan PT Central Pertiwi Bahari yang
tergabung dalam Grup PT Central Proteina Prima. Keberhasilan PT Wahyuni
Mandira dan PT Central Pertiwi Bahari merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
oleh PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK) sebagai
pemasok tunggal kebutuhan benur pada ke dua perusahaan tersebut serta
pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan pasar bebas/free market
sehingga segala daya dan upaya di curahkan untuk terus meningkatkan mutu
benur yang dihasilkan. Sejak awal beroperasi hingga tahun 1997, teknis
pengelolahannya dilaksanakan tenaga ahli dari Taiwan, Philipina dan
Amerika secara bergantian yang didampingi oleh tenaga Indonesia. Ahli teknologi
sepenuhnya bisa dilaksanakan dengan baik sehingga sejak tahun 1998 hingga saat
ini seluruh pengelolaanya dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia berpengalaman.
2.3 Visi dan Misi PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP
BLK)
2.3.1 Visi
Menjadi perushaan akuakultur terbesar dan terdepan terintegrasi secara vertikal di
dunia.
5
2.3.2 Misi
Terus menerus meningkatkan kekuatan di bidang akuakultur dan mengutamakan
efisiensi melalui sistem manajemen yang inovatif dan teknologi terkini dalam
rangka memastikan keberhasilan para petambak dan kualitas produk kami. Kami
secara konsisten mengevaluasi kontribusi di bidang sosial dan kinerja perusahaan
dalam menerapkan praktik yang ramah lingkungan proses operasional.
Ir. Abdul Rohim
(Head of Hatchery)
CNPD FPD FPD FP FPD WMD Biofeed & Probiotik PC & Logistic
6 8 D 12 Harvesting Central
dan Data
Center
Pengecekan kualitas naupli, benih udang vannamei, serta induk yang datang
kebagian karantina di perusahaan dilakukan oleh Quality Assurance. Tujuan dari
pengecekan kondisi naupli adalah untuk menjamin mutu dan kualitas produk
perusahaan sebelum didistribusikan.
6
2.5 Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha yang dilakukan PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa
(CPP BLK) yaitu melakukan proses pembesaran dan pereliharan udang,
vannamei, memproduksi benur yang berkuslitas sesuai dengan standar SOP dan
menerapkan sistem biosecurity, melakukan pemeliharsan benur mulai dari stadia
nauplii, 2003, mysis dan post larva sampai dengan kepiatan panen. Benur yang
telah dipanen dikirim ke CPP Anyer, CPP Pangandaran, AWS (free market).
2.6 Sarana
PT CPP Biru Laut Khatulistiwa memiliki 4 unit hatchery yang produks, 1 CNPD
(Central Nauplii Production Departemen), Water Management, Algae Pure,
Algae Massal, Polychaeta, Artemia, dan MRC (Marine Research Center) yang
dilengkapi dengan petak tambak plastik untuk percobaan pembesaran dan 3 modul
untuk percobaan produksi benur total kapasitas volume produksi.
Pada divisi WMD (Water Management Department) terdapat bak beton yang
digunakan untuk penampungan air di reservoir dengan volume 600 ton sebanyak
4 buah, tank pressure filter bervolume 500 kg sebanyak 5 buah, bak beton yang
digunakan untuk sand filter dengan volume 600 ton, mesin ozon dan mesin sinar
UV.
7
2.7 Prasarana
2.7.1 Jalan dan Transportasi
Akses jalan di PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK)
yakni jalan beraspal yang menghubungkan setiap departemen yang berada di
lingkungan perusahaan. Transpotasi untuk kegiatan produksi memiliki mobil pick
up L300 untuk pengangkutan barang-barang produksi, tossa untuk pengiriman
biofeed dan naupli, motor roda 3, mobil inventaris untuk kegiatan internal, sepeda
motor inventaris untuk manajer, dan sepeda motor inventaris logistik.
2.7.2 Laboratorium
PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK) memiliki prasarana
berupa laboratorium antaralain yaitu laboratorium pure algae, lab MRC (Marine
Research Center), lab mikrobiologi, lab FHM (Fry Health Monitoring) yang
dimiliki di setiap hatchery, lab naupli dan fry quality control, lab probiotik dan lab
PCR (Polymerase Chain Reaction).
2.7.3 Bangunan
Bangunan yang dimiliki olch PT Central Proteina Prima Biru Laut Khatulistiwa
(CPP BLK) untuk menunjang kegiatan selama proses produksi yaitu gudang
logistik, masjid, koperasi, dapur/kantin, mess karyawan, mess pegawai dan ruang
piket.
2.7.5 Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan pada setiap harinya di PT Central Proteina Prima
Biru Laut Khatulistiwa (CPP BLK) melalui handphone yang dimiliki oleh setiap
karyawan dengan fasilitas WIFI yang berguna untuk memonitoring data di setiap
8
divisi. PT CPP Biru Laut Khatulistiwa memiliki tower untuk menunjang kualitas
komunikasi antar pegawai.
9
III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Distribusi (CNPD)
11
Gambar 6. Mesin Ozon
III.1.4 Reservoir
Air yang telah melalui proses ozonisasi akan ditampung pada bak reservoir
bervolume 500 ton untuk dilakukan proses resting selama 8 jam. Setelah itu air
akan dicek untuk mengetahui kandungan bromin dan klorin yang terdapat dalam
air. Syarat air untuk produksi yaitu maksimal residu bromin 0,06 ppm dan residu
klorin 0,03 ppm.
12
200-250 kg agar air dapat difilter secara maksimal. Mesin ini bekerja dengan
menghasilkan tekanan tinggi pada air yang di dalamnya terdapat karbon aktif yang
berfungsi untuk menyerap zat logam berbahaya yang terkandung dalam air.
III.1.6 Sinar UV
Air yang telah melalui mesin pressure filter kemudian akan dialirkan menuju
mesin sinar UV. Pada proses ini berfungsi sama seperti proses ozonisasi, yaitu
untuk membunuh mikroorganisme yang masih tersisa yang berukuran jauh lebih
kecil.
13
III.1.7 Distribusi
Setelah melalui berbagai macam proses mulai dari intake pump house, kemudian
air difiltrasi pada bak sand filter, selanjutnya melalui proses ozonisasi, lalu
ditampung pada bak reservoir, kemudian melalui mesin pressure filter, dan
melalui mesin sinar UV, akhirnya air telah siap untuk didistribusikan.
Packing
14
harus dipersiapkan terlebih dahulu. Air yang ada dalam bak dikuras terlebih
dahulu, kemudian dibersihkan menggunakan detergen dan disikat secara
menyeluruh. Setelah itu, disiram bak menggunakan larutan kaporit 1000 ppm dan
dibiarkan selama 24 jam (pembersihan jangka pendek) atau selama 7x24 jam
(pembersihan jangka panjang). Kemudian bak dibilas menggunakan air bersih dan
diisi air dengan volume 10 ton.
Setelah induk tiba, induk diaklimatisasi terlebih dahulu. Setelah itu, dilakukan
sampling satu ekor induk jantan dan betina dengan cara mengambil beberapa
bagian tubuh udang, yaitu insang, kaki tengah dan emolim. Selain itu, diambil
sampel air untuk mengecek kadar pH, suhu, DO dan salinitas. Setelah induk tiba
dan diambil sampelnya, kantong wadah berisi induk dimasukkan ke dalam bak
dan didiamkan selama 1 jam. Setelah didiamkan selama 1 jam, induk yang berada
di dalam kantong wadah dilepaskan ke bak untuk di karantina.
15
sertifikat bahwa udang telah lulus uji. Setelah dinyatakan lulus, induk akan
dipindahkan menuju ruang maturasi yang nantinya akan dilakukan pemijahan.
16
Sebelum dilakukan proses ablasi, induk membutuhkan penyesuaian pada habitat
baru selama 2-4 hari. Setelah diablasi, induk dibiarkan sembuh terlebih dahulu
dari luka yang diakibatkan oleh pemotongan tangkai mata udang selama 7 hari.
Setelah udang terlihat sembuh dari luka yang diakibatkan proses ablasi, kemudian
dilakukan pemeliharaan induk udang sampai induk udang terlihat matang gonad.
Induk yang telah matang gonad akan terlihat garis ovari yang berwarna hijau
kehitaman.
Pembersihan bak dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB dengan penyifonan
dan malam hari pukul 18.30 WIB dengan penyeseran pakan. Penggantian filter
dilakukan setiap dua hari sekali. Pemberian probiotik dilakukan sehari sekali dan
pemberikan PK dilakukan 7 hari sekali. Penghitungan ABW induk udang
dilakukan setiap 7 hari sekali. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan jumlah
17
pakan yang akan diberikan untuk induk udang. Induk udang yang disampling
untuk proses ABW berjumlah 15 ekor. Proses pemijahan dilakukan setiap hari
dengan cara memindahkan induk betina yang telah matang gonad ke bak induk
jantan. Setelah 4 jam, induk betina yang telah dibuahi akan dipindahkan ke bak
spawning untuk proses pelepasan telur. Sedangkan induk udang yang tidak
terbuahi akan dikembalikan ke bak maturasi.
18
Gambar 16. Induk yang dibuahi
Setelah induk selesai bertelur, induk akan dikembalian ke ruang maturasi.
Kemudian dilakukan pemanenan telur dengan cara membuka outlet bak spawning
yang telah dipasang saringan berukuran 150 mesh. Setelah itu dilakukan
pencucian telur dari kotoran dengan menggunakan saringan berukuran 56 mesh
sembari dilakukan perendaman dan pengendapan telur selama 1-2 menit dengan
iodin 50 ppm pada ember berisi air sebanyak 10-15 liter. Setelah itu, telur
dipindahkan ke bak hatching untuk dilakukan proses penetasan.
3.2.5 Hatching
Sebelum telur dipindahkan ke bak hatching, bak hatching dibersihkan terebih
dahulu. Pembersihan dilakukan dengan menyiram larutan kaporit 100-300 ppm,
lalu digosok secara merata dan didiamkan semalaman. Setelah didiamkan
semalaman, lalu dibilas menggunakan air bersih. Setelah dibilas, diakukan
pemasangan aerasi sebanyak 6 buah dan pengaduk sebanyak 2 buah, lalu diisi air
sebanyak 1,5 ton dan diberi EDTA sebanyak 10-15 ppm. Setelah itu, telur
dipindahkan ke bak hatching untuk ditetaskan. Telur akan menetas mejadi naupli
setelah 10-12 jam. Udang vannamei memiliki empat stadia pertumbuhan yaitu
nauplius, zoea, mysis, dan post larva. Pada stadia nauplius, naupli akan
mengalami metamorfosis sebanyak 6 kali, yaitu dari nauplius 1 (N1) sampai
nauplius 6 (N6) dengan interval waktu 2-3 hari. Stadia nauplius akan mengalami
perubahan menjadi zoea setelah mencapai nauplius 6 (N6).
19
Gambar 17. Tank hatching
3.2.6 Holding
Sebelum naupli dipindahkan ke bak holding, bak holding dibersihkan terebih
dahulu. Pembersihan dilakukan dengan menyiram larutan kaporit 100-300 ppm,
lalu digosok secara merata dan didiamkan semalaman. Setelah didiamkan
semalaman, lalu dibilas menggunakan air bersih. Setelah dibilas, diakukan
pemasangan aerasi sebanyak satu buah, lalu diisi air sebanyak 500 l dan diberi
EDTA sebanyak 10-15 ppm. Pemindahan naupli ke bak holding dilakukan
berangsur-angsur sebanyak 3 kali dengan cara diseser menggunakan saringan 150
mesh dan dipping kedalam larutan iodine 50 ppm selama 5-10 detik.
Telur yang telah menetas menjadi naupli akan dipindahkan ke bak holding untuk
diakukan proses rinsing. Proses rinsing merupakan proses
pembilasan/pembersihan untuk mencegah naupli terkontaminasi kotoran dan zat
logam yang berbahaya. Proses ini dilakukan selama 9 jam dengan sirkulasi air
300-400%. Setelah itu naupli akan melalui proses packing untuk dilakukan
pengiriman ke hatchery yang sedang berproduksi.
20
Gambar 18. Tank holding
3.2.7 Packing
Naupli yang akan dikirim ke hatchery adalah naupli pada fase N3. Naupli yang
telah melalui proses rinsing akan dilakukan proses packing untuk dikirim ke
hatchery yang sedang produksi benur. Sebelumnya disiapkan kantong plastik yang
diisi air dengan volume air 8-10 l dan diaerasi terlebih dahulu. Setelah itu naupli
dikemas dalam kantong yang telah diisi air dengan kepadatan 70.000-80.000
Gambar 19. Packing (a) Persiapan kantong plastik, (b) Pengisian oksigen,
dan (c) Pengiriman ke hatchery
21
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktik Umum (PU) yang dilakukan di PT Central Proteina Prima Biru
Laut Khatulistiwa (CPP BLK) Divisi Central Naupli Production Department
(CNPD) dan Water Management Department (WMD) di Desa Merak Belantung.
Kecamatan Kalianda, Provinsi Lampung dapat disimpulkan bahwa :
1) Kegiatan pemeliharaan persiapan air dimulai dari intake pump house, lalu
diproses sedemikian rupa hingga akhirnya didistribusikan sesuai kebutuhan.
2) Kegiatan pemijahan induk dimulai dari proses ablasi, maturasi dan dilakukan
pemijahan setiap hari terhadap induk yang telah matang gonad.
3) Kegiatan produksi naupli dimulai dari kedatangan induk, karantina induk,
maturasi induk, spawning, hatching, holding dan packing..
IV.2 Saran
1) Waktu pelaksanaan Praktik Umum (PU) sekiranya dapat ditambah untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
2) Diharapkan untuk calon mahasiswa yang akan melaksanakan Praktik Umum
untuk tahun yang akan datang untuk lebih mempersiapkan diri dengan ilmu
yang terkait dengan judul Praktik Umum (PU).
DAFTAR PUSTAKA
Briggs, M., Smith, S.F., Subasinghe, R., Phillips, M. 2004. Introduction and
movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in Asia and the
Pacific. RAP Publication 2004/10
Dewi. 2010. Populasi Dan Sampel Penelitian. Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY). Yogyakarta
Endang, M. 2013. Metodologi Penelitian Terapan. Penerbit Alfabeta. Bandung
Haliman, R., Adijaya, S. 2006. Udang Vannamei. Seri Agribisnis. Penebar
Swadaya. Jakarta
Rantung, J.F., Mandey, J., Londa, V.Y. 2014. Peranan Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Menggerakkan Partisipasi
Masyarakat Desa (Studi Kasus di Desa Ongkau I Kabupaten Minahasa
Selatan). Jurnal Administrasi Publik, 4(5), hlm. 5
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta. Bandung
Wahyudin, A. 2012. Pengaruh Ownership Structure Terhadap Debt Policy
dengan Prinsip-Prinsip Corporate Governance sebagai Variabel
Intervening. Universitas Diponegoro. Semarang
Wibowo, H. 2009. SNI Perbenihan Perikanan (Produksi Benih Udang). Pelatihan
MPM-CPIB untuk Pembenihan Udang di BBAP Situbondo
LAMPIRAN
Peta, Bagan dan Denah Lokasi Praktik Umum
Foto-Foto Kegiatan Praktik Umum
No Gambar Keterangan
1 Pengambilan sampel
2 Pemindahan induk ke
bak
3 Spawning
4 Pipa air intake pump
house
6 Sinar UV
Dokumen Pelengkap