RAGI TAPE
Miftah Saifulloh
1914111039
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITA LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
3.2. Pembahasan...............................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
i
BAB I
PEDAHULUAN
Dedak merupakan salah satu limbah hasil pertanian yang jumlahnya cukup
banyak dan harga nya yang murah. Dedak sering dipakai untuk pakan hewan
ternak karena mengandung gizi yang cukup tinggi diantaranya mengandung air
5,14-8,41%, abu 6,98-8,52%, lemak 17,87-20,05, protein 16,61-19,38%, serat
kasar 20.45-25,38%, karbohidrat tersedia 28,21-33,76%. Namun dedak juga
memiliki kelemahan terutama kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi dan
adanya senyawa asam fitat yang dapat mengikat mineral dan protein, sehingga
sulit dicerna oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas
penggunaannya sebagai pakan alternatif.
Ragi tape merupakan populasi campuran yang terdiri dari spesies-spesies genus
Aspergilius, Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter
(Dwijoseputro, 1988). Ragi tape digunakan untuk pembuatan produk fermentasi
seperti misal tape ketan dan tape singkong. Ragi tape berasal dari tepung beras
yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain sehingga dapat membantu dalam
proses fermentasi.
1
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menfermentasi dedak
menggunakan ragi tape sebagai sumber carbon(C) untuk menumbuhkan
zooplankton dan bakteri
2
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
Dedak yang telah dingin dihamparkan di atas plastik yang bersih dan tempat yang
teduh dengan ketebalan 2-3 cm. Taburkan ragi tape secara merata pada dedak dan
ditutup dengan plastik yang berlubang-lubang kecil agar oksigen bias masuk ke dalam
dedak . Dosis ragi 2-3 gram per kg dedak.
Pemeraman (inkubasi) dilakukan selama 48 jam. Proses pada poin (a) sampai poin (d)
berlangsung dengan baik bila setelah 48 jam tumbuh miselia jamur. Proses (a) sampai
dengan (d) disebut hidrolisis karbohidrat dedak oleh enzim jamur. Dedak yang
diperam selama 48 jam dan jamurnya tumbuh dengan baik, kemudian direndam dalam
air. Pada proses perendaman ini juga terjadi proses fermentasi lanjutan oleh
mikroorganisme lainnya. Perendaman dilakukan selama 5-7 hari dan dilakukan
pengadukan setiap hari.
3
BAB III
3.1. Hasil
Hasil dari praktikum dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1
No Hari ke- Gambar Keterangan
4
3.2. Pembahasan
Praktikum dilakukan dengan membuat fermentasi dedak yang diberi ragi tape dan
di peram selama 48 jam. Setelah diperam, dedak di rendam kembali di wadah
baskom dan di amati selama 5-7 hari sembari di aduk setiap hari nya. Pada hari
pertama dedak banyak terdapat gelembung udara, berwarna cokelat keputihan
dengan bau seperti tape.pada hari kedua dedak mengeluarkan bau busuk dan
banyak terdapat gelembung halus berwarna putih. Pada hari kedua banyak
gelembung halus berwarna putih, berbau busuk dan saat diaduk antara air dan
dedak mulai terpisah. di hari ketiga adonan fermentasi mulai berendir pada
permukaannya tetap banyak gelembung halus dan aroma yang dikeluarkan sangat
busuk. Di hari keempat dan seterusnya fermentasi masih sama seperti sebelumnya
hanya saja banyk terdapat belatung berwarna putih kecokelatn di pinggir baskom.
Dedak padi mengandung minyak yang cukup tinggi sekitar 6-10% yang mudah
mengalami ketengikan oksidatif. Ketengikan oksidatif disebabkan oleh auto
oksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Auto oksidasi dimulai
dengan pembentukan radikal-radikal bebas, lalu radikal ini dengan oksigen
membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang
bermanfaat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai
karbon yang lebih pendek (asam lemak, aldehida, keton) yang bersifat volatil dan
menimbulkan bau tengik pada lemak. Hal inilah yang menimbulkan bau busuk
pada adonan fermentasi (Winarno,1997).
Berdasarkan penelitian Sianturi et al. (2006), diketahui bahwa ragi tape dapat
menjadi salah satu bahan dalam media kultur Daphnia sp., pemilihan ragi tape
dilakukan dengan pertimbangan yaitu
1. Di dalam ragi tape terdapat mikroba-mikroba seperti kapang, khamir
maupun bakteri yang mampu menghidrolisis pati, menciptakan
keseimbangan mikroflora usus, meningkatkan kesehatan serta membantu
penyerapan zat-zat makanan, dalam hal ini peran Saccharomyces
cerevisiae sangat penting
2. Ragi tape tersebar luas di pasarpasar tradisional di berbagai daerah di
Indonesia, sehingga tidak sulit untuk mendapatkannya
3. Ragi tape biasa dijadikan fermentor dalam makanan yang dikonsumsi
oleh manusia sehingga aman bagi ternak.
Penggunaan dedak dalam kultur Daphnia sp. karena dedak menggandung 11,35%
protein, 12,15% lemak, 28,62% karbohidrat, 24,46% serat kasar dan 10,15% air,
sehingga sangat baik untuk digunakan.
5
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang sudah dilaksanakan adalah fermentasi
dedak menggunakan ragi berguna untuk memecah karbohidrat menjadi
asam organik, gas dan alkohol agar mudah dicerna oleh zooplankton daan
bakteri yang ingin dikultur.
6
DAFTAR PUSTAKA
Sianturi EM, Fuah AM dan Wiryawan KG. 2006. Kajian penambahan ragi tape
pada pakan terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan, rasio konversi
pakan, dan mortalitas tikus (Rattus norvegicus). Media Peternakan,
29(3):155-161.
No Gambar Keterangan