PERCOBAAN I
PEMBUATAN TEMPE
OLEH :
NAMA : GIAN PURNAMA SARI
STAMBUK : F1D1 20 008
KELOMPOK : VII (TUJUH)
ASISTEN PEMBIMBING : MUHAMAD YUSUF
A. Latar Belakang
bahan makanan agar bisa disimpan lebih lama, memberi cita rasa, memberikan
Tempe merupakan makanan tradisional yang sudah ada sejak dulu dan
merupakan bahan makanan yang berbahan dasar dari kacang kedelai. Tempe
produk olahan kedelai yang terbentuk atas jasa kapang jenis Rhizopus sp.
fermentasi pada tempe ini akan menghasilkan misellium yang berupa padatan
berwarna putih.
Pembuatan Tempe.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
D. Manfaat Praktikum
A. Tempe
telah melalui proses fermentasi, sehingga tempe dapat juga dikatakan sebagai
kedelai yang diselubungi oleh misellium putih dari jamur Rhizopus sp. yang
dimana kadar protein pada tempe berkisar 35%, dimana protein pada tempe ini
lebih mudah untuk dicerna karena protease dari Rhizopus sp. dapat menghidrolisis
fermentasi dari tempe, dimana jamur ini akan membentuk hifa (benang-benang
misellium yanag memiliki warna putih dan bentuknya memadat. Jamur ini dalam
menguraikan protein sehingga menjadi peptida yang lebih pendek serta asam
amino bebas, selain itu juga dihasilkan enzim lipase yang akan menguraikan
lemak sehingga menjadi asam lemak, serta juga memproduksi enzim amilase yang
cara tradisional serta dengan cara baru (modern). Proses pembuatan tempe
selanjutnya merendam biji kedelai tadi dengan air rebusan selama 22 jam dan
kemudian dicuci, setelah itu di rebus kembali selama 40 menit dan ditiriskan
tempe dan tempe di masukkan dalam plastik yang kemudian plastik tersebut
D. Fermentasi
perubahan sifat awal sutu bahan karena adanya pemecahan oleh mikroba yang ada
pada substrat yang sesuai, sehingga bahan hasil fermentasi tersebut mejadi
tidak busuk, makanan yang difermentasi memiliki rasa yang lebih baik dan mudah
dimana ragi ini adalah zat yang dapat meyebabkan fermentasi, di dalam ragi
suhu, dimana suhu ini akan mempengaruhi mikroba yang tumbuh dominan.
Faktor lainnya yaitu oksigen, dimana terdapat beberapa mikroba seperti khamir
faktor lainnya yaitu waktu fermentasi, dimana waktu ini adalah variabel yang
turut terkait dengan fase pertumbuhan mikroba pada saat fermentasi yang juga
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 02 April 2023 pukul 13.00-
Selesai WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Unit Ekologi Lahan Basah dan
B. Bahan Praktikum
C. Alat Praktikum
1 2 3
D. Prosedur Kerja
8. Membungkus kedelai (Glycine max L.) menggunakan plastik dan daun pisang.
10. Menginkubasi tempe selama 2-3 hari pada tempat steril dan suhu ruang.
A. Hasil Pengamatan
Kedelai
1. (Glycine max Berhasil
L.)
(Plastik) (Plastik)
(Daun Pisang)
2. Kedelai
(Glycine max Berhasil
L.)
(Daun Pisang)
3. Ampas
Kedelai Tidak
(Glycine max Berhasil
L.)
(Plastik) (Plastik)
4. Ampas
Kedelai Tidak
(Glycine max Berhasil
L.)
tempe memiliki rasa dan aroma khas. Tempe merupakan produk hasil fermentasi
dimana tempe ini bersal dari bahan baku yaitu kacang kedelai yang diproses
dengan bantuan starter (ragi tempe), dimana pada ragi tempe ini terdapat mikroba
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat dan
mudah dicerna dan kandungan asam lemak jenuh pada tempe akan menurunkan
kadar kolesterol.
Praktikum ini dilakukan dengan cara merendam terlebih dahulu kedelai (Glycine
max L.) yang akan digunakan selama satu malam, dimana hal ini berfungsi agar
kulit ari pada kacang kedelai dapat dibuka dengan mudah, selain itu agar enzim-
enzim yang terkandung pada kedelai dapat aktif sehingga fermentasi dapat
berlangsung dengan baik. Tahap selanjutnya yaitu merebus kedelai (Glycine max
L.) hingga empuk 500 gr dan di diamkan hingga dingin lalu dibersihkan kulitnya.
Selanjutnya kacang kedelai (Glycine max L.) direbus kembali untuk proses
pemanasan yang berfungsi untuk menghilangkan bau langu pada kacang kedelai
langu yang terdapat dalam kedelai, selanjutnya meniriskan kedelai hingga kering.
max L.) hingga merata sebanyak ¾ sdm. Ragi ini berfungsi sebagai starter agar
(Glycine max L.) dan ampasnya masing-masing pada wadah plastik dan daun
pisang dan diinkubasi selama 2-3 hari ditempat steril dengan suhu ruang hingga
misellium pada kacang kedelai (Glycine max L.) mulai terbentuk maka akan
terbentuk tempe, dimana selama proses inkubasi Rhizopus sp. akan merubah
senyawa-senyawa yang terkandung dalam biji kacang kedelai (Glycine max L.)
didokumentasikan.
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah dari 4 perlakuan pada
pembuatan biji kacang kedelai (Glycine max L.) yang dibungkus oleh plastik dan
daun pisang berhasil. Sedangkan ampas kacang kedelai (Glycine max L.) yang
dibungkus oleh plastik dan daun pisang tidak berhasil. Keberhasilan ditandai
dengan adanya misellium yang dihasilkan oleh kapang Rhizopus sp. dengan warna
bahan (kedelai) yang digunakan, kelembaban dan suhu saat fermentasi, serta lama
fermentasi. Fermentasi yang dibutuhkan tempe adalah 2-3 hari, dimana jika
melebihi waktu fermentasi maka kapang yang terdapat pada tempe akan
mendapatkan tempe yang baik yaitu suhu, oksigen dan kadar air setiap jenis
menyebabkan jenis larutan yang berpengaruh nyata terhadap daya simpan tempe
aktivitasnya pada proses pembusukan protein yang telah dipecah menjadi asam
atau busuk pada tempe (Rya et al., 2021). Hasil yang diperoleh selama
tempe yang dibungkus dengan plastik. Hal ini dapat disebabkan karena kapang
permukaan plastik diberi lubang sehingga udara dapat masuk, sedangkan pada
tempe yang dibungkus oleh daun pisang memiliki sirkulasi udara yang sedikit
kedelai (Glycine max L.) yang dibungkus daun pisang dan plastik dikarenakan
yang dibungkus daun lebih cepat membusuk, hal ini dapat dikarenakan respirasi
yang dibutuhkan oleh Rhrizopus sp. yang membuat daun pada tempe menjadi
al., (2016) dimana tempe yang dibungkus plastik lebih cepat busuk dibandingkan
tempe dibungkus daun pisang, hal ini disebabkan karena plastik adalah kemasan
yang kedap udara meskipun telah dilubangi sebelum proses pengemasan, karena
pembungkus yang ada. Hal ini terjadi karena selain perlakuan yang tidak steril
kemungkinan hasil pengamatan yang dilakukan akan selalu sama hasil akhirnya.
V. PENUTUP
A. Simpulan
1. Proses pembuatan tempe melalui beberapa tahap utama yaitu merendam biji
pengamatan.
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Anwar, L.O., Hardjito & Desniar. (2014). Fermentasi Tambelo dan Karakteristik
Produknya. Jurnal JPHPI, 17(3): 254-255.
Barus, T., Salim, D.P. & Hartanti, A.T. (2019). Kualitas Tempe menggunakan
Rhizopus delemar TB 26 dan R. delemar TB 37 yang Diisolasi dari
Inokulum Tradisional Tempe “Daun Waru”. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan, 8(4): 143-144.
Kusuma, G.P.A.W., Nocianitri, K.A. & Pratiwi, I.D.P.K. (2020). Pengaruh Lama
Fermentasi terhadap Krakteristik Fermentes Rice Drink sebagai Minuman
Probiotik dengan Isolat Lactobacillus sp. Jurnal Itepa, 9(2): 182-183.
Rya, A.S., Mahmud I., Irda V.T.P., Yuni A. & Resti F. (2021). Aplikasi
Bioteknologi Konvensional dalam Pembuatan Tempe Kacang Kedelai,
Prosiding Seminar Nasional. Universitas Negeri Padang: Sumatra Barat.
Sukina, S.L. & Rahmani, T.P.D. (2020). Proses Pembuatan Tempe Home Industry
Berbahan Dasar Kedelai (Glycine max (L.) Merr) dan Kacang Merah
(Phaseolus vulgaris L.) di Candiwesi, Salatiga. Southeast Asian Journal of
Islamic Education, 3(1):59-60.
Sulistiyono, P., Samuel & Mailani, M.M. (2016). Pengaruh Pembungkus Tempe
terhadap Daya Simpan dan Sifat Fisik Tempe. Jurnal Buletin Media
Informasi, 12(1): 1-4.