Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM

APLIKASI BIOTEKNOLOGI PANGAN

PEMBUATAN TEMPE

NAMA : ANNISA AULIA RAMADHANI HIDAYAT


NIM : G031191016
KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)
ASISTEN : INDAH PRATIWI ROSLAN

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
PEMBUATAN TEMPE
AAR Hidayat1), IP Roslan2)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

Abstrak
The fermentation process is the key to the success of tempe products. Factors that affect the fermentation
process of tempeh are soaking, tempeh inoculum, temperature and time of fermentation. The purpose of
this practicum is to know the process of making tempeh, to know the mechanism of tempeh formation
and to know the characteristics of the tempe produced. Method of making tempe involves several
process, such as washing, soaking, cooking, removing the skin, cooling and drying and adding inoculum.
The materials are soybeans, other types of beans, and coconut cake. The results showed that
characteristics of the tempeh produced, namely the soybean tempeh has a nutty flavored / typical of
tempe, long and thick mycelium growth, compact and fibrous bean seeds, dense texture typical of tempe;
red bean tempeh produces a muddy texture, there is no mycelium growth, the beans are not fused and
have a rotten smell; coconut cake tempe has long and thick mycelium growth, compact and fibrous,
dense texture typical of tempe, coconut flavored; and in tempe that mixture of coconut cake and red
bean has a thin mycelium, compact and fibrous peanut seeds, a dense texture that is almost mushy, and
has a sour flavor.
Keywords: fermentation, mycelium growth, tempeh

I. PENDAHULUAN sempurna. Akan tetapi perendaman dengan


waktu yang lama juga dapat meningkatkan
I.1 Latar Belakang
kadar air pada biji kacang-kacangan dan
Tempe merupakan makanan asli
pertumbuhan bakteri asam laktat yang
tradisional dari Indonesia yang
semakin banyak (Suparno dkk., 2020).
mengandung protein dan memiliki tekstur
mirip seperti daging sehingga juga cocok I.2 Rumusan Masalah
untuk dikonsumsi oleh kalangan vegetarian. Rumusan masalah dari praktikum ini
Saat ini sudah banyak diversifikasi tempe ialah beberapa proses dalam pembuatan
dari berbagai macam olahan, seperti tempe tempe, seperti perendaman, pemberian
burger, tempe edible flower, tempe petai inokulum dan waktu fermentasi sangat
dan masih banyak lagi. Mekanisme penting dan menunjang keberhasilan proses
terbentuknya tempe dikarenakan proses fermentasi tempe. Oleh karena itu
fermentasi antara biakan kapang yang praktikum ini dilakukan agar proses dalam
diberikan dengan bahan penyusun tempe. pembuatan tempe tersebut dapat dipahami
Proses fermentasi merupakan kunci dari prinsip dan tujuannya sehingga proses
keberhasilan produk tempe. Oleh karena itu fermentasi tempe dapat berlangsung dengan
perlu memperhatikan setiap proses yang lancar. Selain itu, dapat dihasilkan
juga menjadi penentu keberhasilan proses karakteristik tempe yang baik dan layak
fermentasi. Salah satunya ialah proses konsumsi.
perendaman. Perendaman dapat I.3 Tujuan dan Kegunaan
memperkecil pertumbuhan bakteri patogen Tujuan dari praktikum ini, yaitu:
dan memberi kondisi yang cocok bagi 1. Untuk mengetahui proses pembuatan
pertumbuhan kapang Rhizopus sp. sehingga tempe
proses fermentasi dapat berlangsug secara 2. Untuk mengetahui mekanisme
1)
Praktikan Aplikasi Bioteknoloi Pangan
2)
Asisten Aplikasi Bioteknologi Pangan
pembentukan tempe wadah fermentasi yang telah diberi lubang.
3. Untuk mengetahui karakteristik tempe Fermentasi dilakukan pada suhu kamar
yang dihasilkan selama 2-3 hari dan dilakukan pengamatan
Kegunaan yang diharapkan dari terhadap karakteristik tempe yang
praktikum ini adalah praktikan dapat dihasilkan.
membuat secara langsung tempe melalui II.3.2 Pembuatan Tempe Kacang Lain
pengaplikasian materi praktikum yang Pembuatan tempe kacang lain; dalam
diberikan oleh dosen. hal ini digunakan kacang merah; dilakukan
dengan cara sebanyak ±250 g kacang
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
merah ditimbang, dicuci dan direndam
II.1 Waktu dan Tempat Praktikum selama 6 jam. Setelah direndam, bahan
Praktikum pembuatan tempe dilakukan dimasak 30-45 menit dan dilakukan
pada Rabu, 1 September 2021 yang perendaman kedua selama 10-12 jam.
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Kacang merah tersebut dikupas kulitnya,
dan Bioteknologi Pangan, Program Studi dicuci hingga bersih dan dilakukan
Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen pemasakan selama ±20 menit, kemudian
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, ditiriskan dan diangin-anginkan.
Universitas Hasanuddin. Selanjutnya bahan ditimbang kembali dan
II.2 Alat dan Bahan dicampurkan inokulum tempe sebanyak 1%
Alat yang digunakan dalam praktikum dari berat bahan. Bahan dengan campuran
ini ialah wadah fermentasi, wadah inokulum tempe dimasukkan ke dalam
penyimpanan bahan, pisau, sendok, wadah fermentasi yang telah diberi lubang.
timbangan digital, label, serta perlengkapan Fermentasi dilakukan pada suhu kamar
perendaman, pencucian dan pemasakan. selama 2-3 hari dan dilakukan pengamatan
Bahan yang digunakan dalam terhadap karakteristik tempe yang
praktikum ini ialah kacang kedelai, kacang dihasilkan.
merah, bungkil kelapa, inokulum tempe dan II.3.3 Pembuatan Tempe Bungkil Kelapa
air. Pembuatan tempe bungkil kelapa
II.3 Prosedur Praktikum dilakukan dengan cara sebanyak ±200 g
parutan kelapa yang telah dikeluarkan
II.3.1 Pembuatan Tempe Kacang Kedelai santannya ditimbang. Selanjutnya bungkil
Pembuatan tempe kacang kedelai kelapa dibungkus dengan kain saring dan
dilakukan dengan cara sebanyak ±250 g dilakukan pengukusan selama ±20 menit.
kacang kedelai ditimbang, dicuci dan Setelah dikukus, kain saring yang berisi
direndam selama 6 jam. Setelah direndam, bungkil tersebut diperas untuk dikurangi
bahan dimasak 30-45 menit dan dilakukan kadar airnya, lalu diangin-anginkan.
perendaman kedua selama 10-12 jam. Selanjutnya bahan ditimbang kembali dan
Kacang kedelai tersebut dikupas kulitnya, dicampurkan inokulum tempe sebanyak 1%
dicuci hingga bersih dan dilakukan dari berat bahan. Bahan dengan campuran
pemasakan selama ±20 menit, kemudian inokulum tempe dimasukkan ke dalam
ditiriskan dan diangin-anginkan. wadah fermentasi yang telah diberi lubang.
Selanjutnya bahan ditimbang kembali dan Fermentasi dilakukan pada suhu kamar
dicampurkan inokulum tempe sebanyak 1% selama 2-3 hari dan dilakukan pengamatan
dari berat bahan. Bahan dengan campuran terhadap karakteristik tempe yang
inokulum tempe dimasukkan ke dalam dihasilkan.
II.3.4 Pembuatan Tempe Kacang Lain + dari berat bahan. Bahan dengan campuran
Bungkil inokulum tempe dimasukkan ke dalam
Pembuatan tempe campuran kacang wadah fermentasi yang telah diberi lubang.
lain dan bungkil kelapa dilakukan dengan Fermentasi dilakukan pada suhu kamar
cara masing-masing ditimbang sebanyak selama 2-3 hari dan dilakukan pengamatan
±100 g kacang lain dan bungkil kelapa terhadap karakteristik tempe yang
yang telah dipreparasi. Selanjutnya kedua dihasilkan.
bahan tersebut dicampurkan dan
ditambahkan inokulum tempe sebanyak 1%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


III.1 Hasil
Hasil praktikum pembuatan tempe yaitu:
Tabel 03. Hasil Pengamatan Pembuatan Tempe
No. Pengamatan Tempe Tempe Tempe Tempe Kacang
Kedelai Kacang Lain Bungkil Lain + Bungkil
5 5
Pertumbuhan 1 4
1 Panjang dan Panjang dan
miselium Tidak ada Panjang dan tipis
tebal/banyak tebal/banyak
5 5
Kekompakan Sangat 1 Sangat 4
2
butir/serat kompak dan Tidak kompak kompak dan Kompak
berserat berserat
5 5
1 3
3 Tekstur Padat khas Padat khas
Becek Cukup padat
tempe tempe
5 5
1 3
4 Aroma Bau kacang Bau kelapa
Sangat Busuk Kecut/asam
/khas tempe /khas tempe
Sumber: Data Primer Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan, 2021.
Keterangan:
1. Pengamatan dalam skor: tempe yang dihasilkan dinyatakan dalam skor 1-5 terhadap
kriteria pengamatan
2. Nyatakan pengamatan dalam bentuk kualitatif: (Miselium: ……; Kekompakan: ……;
Tekstur: ……; Aroma: ……)
III.2 Pembahasan memudahkan proses pelepasan kulit,
Pembuatan tempe melibatkan beberapa perendaman kembali selama 10-12 jam
tahapan proses, seperti pencucian, dilakukan untuk lebih memudahkan
perendaman, pemasakan, pelepasan kulit, pelepasan kulit biji kacang dan menurunkan
pendinginan dan pengeringan serta nilai pH, pelepasan kulit dilakukan karena
penambahan inokulum. Perendaman 6 jam kulit kacang dalam pembuatan tempe
dilakukan untuk menghidrasi kacang, dianggap sebagai kontaminan, pembersihan
pemasakan selama 45 menit akan agar memperkecil kontaminan kulit kacang
melunakkan biji kacang sehingga yang menempel pada kacang, pemasakan
dan/atau pengukusan terakhir selama 20 panjang dan banyak, butir kacang yang
menit bertujuan untuk menghilangkan kompak dan berserat. Tekstur dan aroma
mentah pada kacang dan menghilangkan pada tempe kedelai ialah padat khas tempe
mikroba patogen dan pembusuk yang dapat dan bau kacang, serta pada tempe bungkil
mengganggu proses fermentasi, ialah padat khas tempe dan bau kelapa.
pendinginan dan pengeringan bertujuan Tempe tersebut menghasilkan karakteristik
untuk menurunkan kadar air pada biji dan tempe pada umumnya setelah difermentasi
mencegah kapang pada inokulum mati selama 3 hari pada suhu ruang. Hal ini
akibat suhu panas setelah pemasakan 20 sesuai dengan pernyataan Ahnan-Winarno
menit, serta penambahan inokulum untuk et al. (2020) bahwa proses fermentasi tempe
membantu terjadinya proses fermentasi optimalnya terjadi pada suhu 37-38℃ dan
tempe (Ahnan-Winarno et al., 2020; tidak lebih dari 72 jam. Bau kacang ataupun
Dwiatmaka et al., 2021). Adapun pada bau kelapa dikarenakan bahan baku tempe
pembuatan tempe berbahan bungkil, itu sendiri. Sesuai dengan Kaczmarska et al.
bungkil dimasukkan ke dalam kain saring (2021) yang membuat tempe dari kedelai
saat pengukusan agar kain saring ikut dan menghasilkan aroma sedikit asam dan
menjadi steril saat digunakan pada proses berbau kacang-kacangan.
pemerasan, serta dilakukan proses Tempe kacang merah menghasilkan
pemerasan ketika bungkil tersebut dikukus tekstur yang becek, tidak terdapat
agar kadar air dalam bungkil berkurang pertumbuhan miselium, butir kacang yang
sehingga mencegah pertumbuhan mikroba tidak menyatu dan beraroma busuk. Hal
pembusuk dan proses pengeringan menjadi tersebut terjadi dikarenakan tektur kacang
cepat (Yuliani dan Mardesci, 2017). merah yang menjadi lembek setelah
Mekanisme pembentukan atau dilakukan pelepasan kulit kacang dan
fermentasi tempe diawali dengan pemasakan ±20 menit mengakibatkan kadar
pertumbuhan dan pembengkakan spora air masih tinggi sehingga proses fermentasi
Rhizopus yang mendorong keluar dinding kacang merah tidak berlangsung. Hal ini
biji kedelai. Hifa Rhizopus menembus biji sesuai dengan pernyataan Kumalasari
kedelai dan kapang tersebut menjadikan (2012) bahwa kadar air mempengaruhi
kedelai sebagai sumber nutrisinya. Kapang pertumbuhan kapang Rhizopus sp agar
memproduksi enzim dan akan memecah dapat tumbuh dengan baik. Umumnya
substrat pada biji kedelai menjadi molekul- kapang dapat tumbuh dalam kondisi aw
molekul kecil yang lebih sederhana saat 0,75-0,99. Adapun kadar air pada tempe
miselia kapang tersebut berpenetrasi ke telah ditetapkan dalam SNI 3144:2009
dalam biji kedelai. Miselia menerobos dengan kriteria yaitu maksimal 65%.
lapisan sel kedelai melalui sela-sela yang Pada tempe campuran kacang merah dan
ada di bawah biji kedelai hingga ke bungkil menghasilkan aroma yang kecut
permukaannya. Di akhir proses fermentasi, dan tekstur yang padat-sedikit lembek. Hal
kedelai-kedelai akan menjadi kompak dan tersebut dikarenakan kandungan kacang
tertutup oleh miselium tersebut sehingga merah pada tempe. Aroma kecut yang
menjadi tempe (Romadoni, 2015; Suparno dihasilkan sesuai dengan pernyataan Hakim
dkk., 2020). (2017) bahwa bau amoniak atau kecut pada
Hasil praktikum menunjukkan bahwa tempe terbentuk karena tempe mengalami
pada tempe kedelai, tempe bungkil dan proses fermentasi lanjut yang menyebabkan
tempe campuran kacang merah dan bungkil protein pada tempe terdegradasi.
memiliki pertumbuhan miselium yang Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembuatan tempe meliputi lama tersebut berpenetrasi ke dalam biji
perendaman, inokulum yang digunakan kedelai. Di akhir proses fermentasi,
serta suhu dan waktu fermentasi tempe. kedelai-kedelai akan menjadi kompak
Semakin lama proses perendaman kedelai dan tertutup oleh miselium tersebut
maka kadar air akan semakin meningkat sehingga menjadi tempe
sehingga menyebabkan banyak 3. Karakteristik tempe yang dihasilkan,
pertumbuhan bakteri asam laktat yang akan yaitu pada tempe kedelai memiliki
merusak tekstur tempe. Inokulum yang aroma kacang/khas tempe, pertumbuhan
digunakan menentukan kualitas tempe. miselium panjang dan tebal, biji kacang
Inokulum yang baik dapat menghasilkan yang kompak dan berserat, tekstur padat
tekstur tempe yang kompak atau tidak khas tempe; tempe kacang merah
renggang. Selain itu, konsentrasi inokulum menghasilkan tekstur yang becek, tidak
harus tepat jumlahnya mengikuti jumlah terdapat pertumbuhan miselium, butir
kedelai atau kacang-kacangan dan biji- kacang yang tidak menyatu dan
bijian lain yang digunakan. Konsentrasi beraroma busuk; tempe bungkil kelapa
inokulum yang tinggi akan meningkatkan memiliki pertumbuhan miselium yang
pH tempe. Terakhir ialah suhu dan waktu panjang dan tebal, kompak dan berserat,
fermentasi. Suhu inkubasi yang tepat ialah tekstur padat khas tempe, beraroma
pada suhu ruang yang berkisar 33-39℃. kelapa; dan pada tempe campuran
Jika inkubasi tempe dilakukan di atas suhu bungkil kelapa dan kacang merah
optimal maka spora kapang akan menyusut memiliki miselium yang tipis, biji
atau bahkan kapang akan mati karena suhu kacang yang kompak dan berserat,
yang sangat tinggi, serta waktu fermentasi tekstur padat hampir lembek, serta
yang lebih dari tiga hari akan beraroma kecut.
mengakibatkan tempe membusuk dan tidak IV.2 Saran
layak dikonsumsi (Suparno dkk., 2020; Saran untuk praktikum selanjutnya
Triyono dkk., 2017). ialah demo video setiap praktikum
disediakan dan ditampilkan.
IV. PENUTUP
IV.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan dari praktikum ini, yaitu: Ahnan-Winarno, A.D., L. Cordeiro, F.G.
1. Proses pembuatan tempe secara singkat Winarno, J. Gibbons and H. Xiao.
meliputi pencucian, perendaman,
2021. Tempeh: A Semicentennial
pemasakan, pelepasan kulit, Review On Its Health Benefits,
pengukusan, pendinginan dan Fermentation, Safety, Processing,
pengeringan, penambahan inokulum Sustainability and Affordability.
serta proses fermentasi. Comprehensiv Reviews In Food
2. Mekanisme pembentukan tempe diawali Science and Food Safety 20(2): 1717-
dari pertumbuhan dan pembengkakan 1767.
spora Rhizopus yang mendorong keluar Dwiatmaka, Y., E. Lukitaningsih, N.
dinding biji kedelai. Kapang tersebut Yuniarti and S. Wahyuono. 2021.
akan memproduksi enzim dan akan Fermentation of Soybean Seeds Using
memecah substrat pada biji kedelai Rhizopus oligosporus for Tempeh
menjadi molekul-molekul kecil yang Production and Standardization Based
lebih sederhana saat miselia kapang on Isoflavones Content. Preprints
Article 1: 1-11.
Hakim, L. 2017. Pembuatan Cookies
dengan Substitusi Tepung Tempe.
Tugas Akhir. Politeknik NSC.
Surabaya.
Kaczmarska, K., M. Taylor, U. Piyasiri and
D. Frank. 2021. Flavor and Metabolite
Profiles of Meat, Meat Substitutes, and
Tradisional Plant-Based High-Protein
Food Products Available in Australia.
Foods 10(4): 1-16.
Kumalasari, R. 2012. Pengaruh Konsentrasi
Inokulum Terhadap Kualitas Tempe
Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Var.
Grobogan. Skripsi. Universitas Kristen
Satya Wacana.
Romadoni, A. 2015. Pengaruh Media
Perasan Kulit Nanas (Ananas comosus)
dan Lama Fermentasi Terhadap
Kualitas Fisik Tempe Kedelai (Soja
max L.). Skripsi. Institut Agama Islam
Negeri Palangka Raya.
SNI. 2009. Tempe Kedelai. Badan
Standardisasi Nasional SNI 3144:2009.
Jakarta.
Suparno, Giyanto, W. Kusumadati dan A.
Sadono. 2020. Pengaruh Lama
Perendaman Kedelai dan Proporsi
Tepung Beras sebagai Upaya
Meningkatkan Mutu Gizi Tempe.
Jurnal AGRIENVI 14(2): 50-58.
Triyono, M., Nazaruddin dan W.
Werdiningsih. 2017. Uji Aktivitas
Inokulum Tempe Dari Bahan Limbah
Kulit Pisang Terhadap Mutu Tempe
Kedelai. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan 3(1): 200-206.
Yuliani, S dan H. Mardesci. 2017. Pengaruh
Penambahan Tepung Ampas Tahu
Terhadap Karakteristik Biskuit yang
Dihasilkan. Jurnal Teknologi Pertanian
6(1): 1-11.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Tempe
1. Pembuatan Tempe Kedelai
250 g
kacang kedelai

Pencucian

Perendaman
± 6 jam

Pemasakan
30-45 menit

Perendaman
10-12 jam

Pelepasan kulit

Pembersihan

Pemasakan
± 20 menit

Ditiriskan dan
Diangin-anginkan

Inokulum
tempe 1% dari Ditambahkan
berat bahan

Dicampurkan

Dimasukkan ke
wadah berlubang

Fermentasi 2-3 hari

Tempe kacang
kedelai
2. Pembuatan Tempe Kacang Lain
250 g
kacang jenis lain
(kacang merah)

Pencucian

Perendaman
± 6 jam

Pemasakan
30-45 menit

Perendaman
10-12 jam

Pelepasan kulit

Pembersihan

Pemasakan
± 20 menit

Ditiriskan dan
Diangin-anginkan

Inokulum
tempe 1% dari Ditambahkan
berat bahan

Dicampurkan

Dimasukkan ke
wadah berlubang

Fermentasi 2-3 hari

Tempe kacang
merah
3. Pembuatan Tempe Bungkil
200 g
Bungkil kelapa

Dibungkus
kain saring

Pengukusan
± 20 menit

Diperas

Diangin-anginkan

Inokulum
tempe 1% dari Ditambahkan
berat bahan

Dicampurkan

Dimasukkan ke
wadah berlubang

Fermentasi 2-3 hari

Tempe
bungkil kelapa

4. Pembuatan Tempe Kacang Lain + Bungkil


100 g bungkil dan
kacang merah
(hasil preparasi)

Inokulum
tempe 1% dari Ditambahkan
berat bahan

Dicampurkan

Dimasukkan ke
wadah berlubang

Fermentasi 2-3 hari

Tempe
bungkil dan
kacang merah
Lampiran 2. Dokumentasi Pembuatan Tempe
1. Preparasi bahan

2. Pembuatan tempe kacang kedelai


3. Pembuatan tempe kacang merah

4. Pembuatan tempe bungkil kelapa


5. Pembuatan tempe campuran bungkil kelapa dan kacang merah

6. Setelah 3 hari fermentasi

Tempe campuran bungkil dan kacang merah

Tempe bungkil Tempe kacang kedelai Tempe kacang merah

Anda mungkin juga menyukai