BIOPROSES
Disusun oleh
Plug/Kelompok : A/1
LABORATORIUM BIOPROSES
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan dan menyusun Laporan Praktikum Bioproses dengan
judul “Pembuatan Tempe” ini dengan baik.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Praktikum ini adalah agar praktikan memahami
penggunaan teori dan praktik pada Praktikum Bioproses “Pembuatan Tempe”, serta untuk
memenuhi tugas Praktikum Bioproses.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
saya ucapkan terima kasih kepada :
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak kekurangan.
Maka saya sebagai penulis sangat menerima segala bentuk kritik maupun saran yang bersifat
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran dan pengembangan
ilmu bagi saya, pembaca, dan masyarakat luas.
Disusun oleh:
NIM : 021190001
(Widayati, S.T.)
BAB I
PENDAHULUAN
Harga tempe kedelai yang terjangkau menjadikan tempe ini sangat digemari oleh
masyarakat. Kebutuhan kedelai yang tinggi mengakibatkan produsen tempe juga kesulitan
dalam mendapatkan bahan baku tempe tersebut, sehingga perlu impor kedelai dari negara lain
(Handoyo, 2014). Hal ini dapat mengakibatkan naiknya harga kedelai, oleh karena itu perlu
adanya bahan baku alternatif lain untuk menggantikan kedelai sebagai bahan baku tempe.
Selain tempe kedelai terdapat berbagai tempe yang terbuat dari kacang-kacangan lain yang
belum tereksplor secara luas.
Proses pembuatan tempe selain membutuhkan bahan baku, juga dibutuhkan ragi tempe
untuk proses fermentasinya. Ragi tempe juga dikenal sebagai laru atau usar merupakan
kumpulan spora kapang yang digunakan untuk bahan pembibitan dalam pembuatan tempe.
Mikroba yang sering dijumpai pada laru tempe adalah kapang jenis Rhizopus oligosporus atau
kapang dari jenis Rhizopus oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain kapang
Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella (Suprihatin, 2010). Produk
ragi tempe dapat diperoleh dipasaran sudah berupa serbuk yang mengandung spora kapang.
I.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu membuat tempe dari kedelai.
Namun demikian, aktivitas yang nyata dari mikroorganisme yang mungkin turut campur
ini akan terlihat setelah aktivitas pertumbuhan Rhizopus sp. melampaui masa optimumnya,
yakni setelah terbentuknya spora-spora baru yang berwarna putih-kehitaman. Hal ini dapat
diketahui, terutama pada tempe yang dibiarkan atau disimpan dalam suatu kamar, yaitu dengan
terciumnya bau amoniak. Adanya bau amoniak pada tempe menunjukkan bahwa tempe tersebut
mulai mengalami pembusukan. Bau amoniak ini masih terasa sekalipun tempe telah dimasak,
sehingga dapat menurunkan citarasa konsumen.
Oleh karena itu, agar diperoleh tempe yang berkualitas baik dan tahan agak lama, maka
selama proses pembuatan tempe perlu diperhatikan mengenai sanitasi dan kemurnian bibit
(inokulum) yang digunakan.
BAB II
PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN
B. Bahan:
1. Kacang kedelai 150 gram
2. Ragi tempe 3 gram
3. Air
4. plastik
II.2 Diagram Alir
B. Percobaan
- Variabel 1:
• Berat ragi = 1,6 gram
• Berat kedelai akhir = 215,1 gram
- Variabel 2
• Berat ragi = 1,9 gram
• Berat kedelai akhir = 235,5 gram
III.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini pembuatan tempe menggunakan kedelai, proses fermentasi
dilakukan dengan melakukan penambahan ragi. Melulai proses fermentasi inilah biji kedelai
mengalami proses penguraian menjadi senyawa. Pada proses fermentasi membutuhkan waktu
kurang lebih 2 hari, hasil dari fermentasi akan baik dan cepat apabila ditempatkan pada kondisi
suhu yang optimal, pengunaan ragi yang tepat, dan pH yang asam.
Terdapat dua tahap dalam pembuatan tempe yaitu tahap pendahuluan dan tahap
fermentasi. Tahap pendahuluan adalah proses pembersihan dan perendaman. Pembersihan
dilakukan dengan air bersih mengalir bertujuan untuk memilih biji-biji kedelai yang berkualitas
baik. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada biji kedelai.
Perendaman bertujuan untuk melunakkan biji dan mencegah pertumbuhan bakteri busuk
selama fermentasi. Ketika perendaman, pada kulit biji kedelai telah berlangsung proses
fermentasi oleh bakteri yang terdapat di air terutama oleh bakteri asam laktat. Saat perendaman
juga bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada keping kedelai menyerap air sehingga
menjamin pertumbuhan kapang menjadi optimum. Setelah itu, dilakukam perebusan hingga
kacang kedelai menjadi lunak. Perebusan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas
tempe. Perebusan bertujuan untuk melunakkan biji kedelai dan memudahkan dalam
pengupasan kulit serta bertujuan untuk menonaktifkan tripsin inhibitor yang ada didalam biji
kedelai, mengurangi bau langu dari kedelai, dan membunuh bakteri yang kemungkinan tumbuh
selama perendaman. Tahapan fermentasi dan inkubasi merupakan tahapan akhir dalam
pembuatan tempe dan penyimpanan inokulus dilakukan didalam pembungkus yang tertutup
agar tidak terkontaminasi oleh udara dari luar.
Pada proses pembuatan tempe, terdapat faktor – faktor yang harus diperhatikan yaitu:
1. Proses perebusan
2. Proses fermentasi
3. Kelembaban ruang fermentasi
4. Jenis bahan yang digunakan untuk membungkus.
Pada pembungkusan perlu adanya lubang – lubang yang berfungsi sebagai sirkulasi
oksigen. Namun disisi lain, penggunaan sirkulasi yang terlalu banyak maka akan
mengakibatkan metabolisme kapang semakin cepat dan menghasilkan suhu yang tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan kapang tersebut mati.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan tempe kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada penambahan ragi sebesar 1,6 gram didapatkan tempe yang mempunyai tekstur
padat, memiliki warna yang putih, beraroma kedelai, menghasilkan hifa yang merata,
dan memiliki berat akhir 215,1 gram.
2. Pada penambahan ragi sebesar 1,9 gram didapatkan tempe yang mempunyai tekstur
padat, memiliki warna yang putih, beraroma kedelai, menghasilkan hifa yang tidak
merata, dan memiliki berat akhir 235,5 gram.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. (2020). Buku Petunjuk Praktikum Bioproses. Anonim, Buku Petunjuk
Praktikum Bioproses (hal. 6-8). Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional
"Veteran" Yogyakarta.
LAMPIRAN
JURNAL PRAKTIKUM
PEMBUATAN TEMPE
A.Komposisi
Kedelai kering 250 gram
B. Percobaan
Variabel 1 Variabel 2
Berat ragi = 1,6 gram Berat ragi = 1,9 gram
Berat kedelai akhir = 215,1 gram Berat kedelai akhir = 235,5 gram
C. Pengamatan C. Pengamatan
1. Tekstur : padat 1. Tekstur : padat
2. Warna : putih 2. Warna : putih
3. Aroma : kedelai 3. Aroma : kedelai
4. Hifa : merata 4. Hifa : tidak merata
( Widayati, ST )
(Stevanus Kawentar Adi L)