Kelompok 1
Gabriella Daviena 240210160005
Elsha Yolanda Pradivta 240210160038
Sampurna Bakti 240210160038
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR, SUMEDANG
2018
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman. Salah satu jenis tanaman
yang tumbuh subur di Indonesia adalah serealia, kacang, dan umbi-umbian. Serealia,
kacang-kacangan, dan umbi-umbian termasuk dalam komoditas pertanian yang dapat
difermentasi menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, kapang, dan khamir
Pengolahan makanan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan
makanan yang cukup tua. Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah
tangga. Indonesia sangat kaya akan produk-produk pangan hasil proses fermentasi.
Salah satu contohnya tape singkong yaitu hasil olahan fermentasi dari singkong dan
tempe hasil olahan fermentasi dari kacang kedelai
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka tujuan dari praktikum ini adalah:
Mengetahui proses fermentasi dari tape singkong dan tempe
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama
sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat
menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan
mikroba. Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi
barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan
mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt,
minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Waktu fermentasi memberikan pengaruh dalam kualitas produk suatu
produk, produk fermentasi adalah produk yang dapat diterima baik secara
kenampakan, aroma serta nutrisi yang dihasilkan. Fermentasi dibantu oleh
mikroorganisme yang memiliki fase hidu logaritmik. Sehingga untuk mendapatkan
produk fermentasi yang terbaik harus mengetahui fase pertumbuhan optimal dari
mikroorganisme yang dimanfaatkan tersebut (Darajat. 2014).
2.2 Tempe
Menurut Suprapti (2003) dalam Sukardi (2008) Tempe merupakan salah satu
hasil fermentasi kedelai yang sudah cukup dikenal sebagai makanan yang bermanfaat
bagi kesehatan. Tempe mengandung vitamin B12 yang biasanya terdapat dalam
daging dan juga merupakan sumber protein nabati selain sebagai sumber kalori,
vitamin dan mineral (Suprapti, 2003 dalam Sukardi, 2008).
Kata “tempe” diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada masyarakat Jawa
Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi .
Makanan bernama tumpi tersebut terlihat memiliki kesamaan dengan tempe segar
yang juga berwarna putih. Boleh jadi, ini menjadi asal muasal dari mana kata “tempe”
berasal (PUSIDO Badan Standardisasi Nasional, 2012).
Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai
“ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian
menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna (PUSIDO Badan Standardisasi
Nasional, 2012).
Secara umum tahu dan tempe dibuat dari bahan baku kedelai. Sekitar 80%
kedelai dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industry tahu dan tempe sedangkan
sisanya digunakan oleh berbagai macam industry seperti kecap, susu kedelai,
makanan ringan dan sebagainya. Dalam beberapa tahun terakhir produksi kedelai di
Indonesia terus berkurang dan tidak mampu memenehui kebutuhan (Haliza, 2007).
Tempe merupakan olahan kedelai dengan fermentasi kapang Rhizopus.
Kapang yang sering digunakan dalam pembuatan tempe, adalah Rhizopus
microsporus dan R. oryzae. Kedua kapang tersebut mempunyai aktivitas enzim β-
glukosidase berbeda. Aktivitas enzim β-glukosidase R. microsporus var. chinensis
lebih kuat daripada R. oryzae (Purwoko et al., 2001 dalam Purwoko, 2004).
Proses pembuatan tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup
lama. Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 24
jam dan maksimal 72 jam. Lamanya proses pembuatan tempe karena proses
fermentasi. Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan kondisi
suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam (±4-5) (Widayati, 2002
dalam Lumowa, 2014).
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Air
Daun pisang
Kedelai
Ragi
Singkong
3.2 Prosedur
3.2.1 Pembuatan Tempe
1. Kedelai dicuci bersih
2. Kedelai direndam selama 13-18 jam
3. Kulit ari kedelai dipisahkan dengan biji kedelai dengan cara diberikan tekanan
4. Kedelai dibilas hingga kulit ari yang masih tertinggal larut terbawa air
5. Kedelai kemudian direbus pada suhu 100°C selama 15 menit.
6. Kedelai ditiriskan pada suhu 25°C
7. Kedelai ditambahkan ragi sebanyak 3%
8. Kedelai yang sudah ditambah dicampur ragi kemudian dibungkus
menggunakan daun pisang
9. Kedelai yang sudah dibungkus ditaruh pada suhu ruang selama 24 jam
10. Sifat organoleptik dari tempe dicatat.
Ardhana dan Fleet. 1989. The microbial ecology of tape ketan fermentation.
International Journal of Food Microbiology. 9(1989) : 157-165.
Barus T dan Wijaya N. 2011. Mikrobiota dominan dan perannya dalam cita rasa tape
singkong. Biota. 16 (2) : 354-361.
Finalika E, Widjanarko SB. 2015. Penetuan nilai maksimum respon rendemen dan
gula reduksi brem padat tape ubi kayu (Manihot esculenta). Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 3 (2) : 670 – 680.
Nuraida L, Owens JD. 2014. Sweet, sour, alcoholic solid substrate fungal
fermentations. Di dalam: Owens JD, editor. Indigenous Fermented Foods of
Southeast Asia. Boca Raton : CRC Press.
Saono. 1982. Peranan Mikroba dalam Ragi Tape. Bandung (ID) : Institut Teknologi
Bandung.
Sukardi, dkk. 2008. Jurnal Teknologi Pertanian. Tempeh Inoculum Application Test
of Rhizopus oryzae with Rice and Cassava Flour as Substrate at Sanan Tempeh
Industries eh - Kodya Malang Vol. 9 No. 3.