AERASI
BAB I
PENDAHULUAN
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus
arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”.
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks
menjadi sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam
tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan
antioksidan pencegahan penyakit degenerative (Surbakti, dkk., 2020).
Tempe merupakan produk pangan fermentasi yang beredar secara luas di
Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkannya standar yang berlaku untuk menjaga
keamanan pangan dan melindungi kesehatan dari konsumen. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 3144 : 2015 merupakan standar yang berlaku yang ditetapkan
oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) tahun 2015. Tempe yang sesuai standar
yaitu tempe yang bertekstur kompak dan tetap utuh saat diiris. Berwarna putih
merata pada permukaan karena Rhizopus dapat tumbuh dengan baik. Aroma
tempe yang dihasilkan juga berbau khas tempe tanpa bau amoniak (Barus, dkk.,
2021).
Proses pembuatan tempe dibagi menjadi du acara, yaitu cara tradisional
dan cara baru. Pembuatan tempe secara tradisional, kedelai mula-mula direbus,
lalu dikupas dan dibuang kulitnya, dicuci, direndam semalaman, direbus,
didinginkan, diberi bibit tempe (kapang tempe) diperam dalam bungkusan atau
ditutup menggunakan daun pisang. Sementara itu cara pembuatan tempe dengan
cara baru dimulai dengan pengupasan kering biji kedelai dengan mesin
pengupasan (burr mill), kemudian direbus sampai suhu mendidih. Perendaman
dalam air rebusan dilakukan selama 22 jam, dicuci untuk menghilangkan kulit
yang mungkin masih tersisa, dan direbus kembali selama 40 menit. Peririsan
dilakukan sampai bagian luarnya mengering dan diberi kapang tempe sampai
merata kemudian dimasukkan kantong plastik 200 gram. Kantong plastik diberi
lubang berukuran 4cm, lalu diperam (fermentasi) selama 14-16 jam (Alvina dan
Dany, 2019).
Inokulum tempe disebut juga sebagai starter temped an banyak pula yang
menyebutnya dengan ragi tempe. Meskipun dalam istilah ilmiah ragi
dimaksudkan sebagai inokulum pembuatan tape, tetapi dikalangan masyarakat
umumnya ragi diartikan sebagai produk fermentasi mikroba dengan pengubahan
bahan menjadi produk fermentasi. Starter tempe adalah bahan yang mengandung
biakan jamur tempe yang digunakan sebagai agensia mengubah kedelai menjadi
tempe. Perubahan-perubahan karakteristik kadelai menjadi tempe disebabkan
adanya jamur yang tumbuh dan melakukan fermentasi membentuk hifa dan
miselia. Jenis jamur yang mengubah kedelai menjadi tempe yaitu
Chlamydomucor oryzae, dan jamur ini disebut dengan Amylomyces rouxii, yang
umumnya dinamakan jamur benang atau jamur tempe (Ihsan, 2021).
Kedelai yang sudah diinokulasi dan bercampur dengan ragi tempe
kemudian dikemas. Jenis pengemasan yang digunakan pada pengolahan tempe
dapat berupa daun pisang atau kantong plastik dengan aerasi yang cukup. Kondisi
suhu inkubasi yang umum agar ragi tempe dapat tumbuh adalah 32 oC selama 20 –
22 jam. Keberadaan berbagai jenis mikroorganisme pada tempe yang sebagian
besar merupakan mikroorganisme scera alami terdapat pada bahan baku, ragi atau
lingkungan, akan mempengaruhi mutu dan cita rasa tempe. Keberadaan
mikroorganisme yang tidak diinginkan pada tempe dapat menurunkan mutu
tempe, seperti adanya Bacillus yang diduga menyebabkan rasa pahit yang kurang
disukai (Winarno, dkk., 2017).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Direbus t = 40 menit
Keterangan:
Skor warna
1. Sangat kuning
2. Kuning
3. Agak putih
4. Putih
Skor kekompakan
1. Tidak kompak
2. Agak kompak
3. Kompak
4. Sangat kompak
Skor aroma
1. Tidak beraroma
2. Agak beraroma
3. Beraroma
4. Sangat beraroma
BAB V
PEMBAHASAN
Alvina, A., dan Dany H. 2019. Proses Pembuatan Tempe Tradisional. Jurnal
Pangan Halal. 1(1) : 9-12.
Yuwono, S. S., Nur I, dan Ahmad Z. M. 2022. Kinetika Reaksi pada Bahan
Pangan dan Produk Fermentasi. Malang : Universitas Brawijaya Press
UB.