SUHU FERMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan:
Skor warna
1. Tidak putih
2. Agak putih
3. Putih
4. Sangat putih
Skor rasa
1. Tidak asam
2. Agak asam
3. Asam
4. Sangat asam
Skor aroma
1. Tidak beraroma
2. Agak beraroma
3. Beraroma
4. Sangat beraroma
Skor tekstur
1. Tidak menggumpal
2. Agak menggumpal
3. Menggumpal
4. Sangat menggumpal
Skor cairan
1. Tidak berair
2. Agak berair
3. Berair
4. Sangat berair
BAB V
PEMBAHASAN
Yoghurt adalah produk yang diperoleh dari fermentasi susu dana tau susu
rekonstitusi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai,
dengan /atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan pangan
yang diizinkan. Syarat mutu yoghurt sesuai Badan Standarisasi Nasional tahun
2009 untuk jumlah bakteri starter yoghurt adalah minimal 107 CFU/mL,
sedangkan keasaman tertitrasi (sebagai asam laktat) (b/b) berkisar 0,5 – 2,0%.
Kultur starter yoghurt atau biasa disebut starter adalah sekumpulan
mikroorganisme yang digunakan dalam produksi biakan atau budidaya dalam
pengolahan susu seperti yoghurt. Kultur starter yoghurt mempunyai peranan
penting dalam proses fermentasi susu. Kualitas hasil akhir yoghurt sangat
dipengaruhi oleh komposisi dan preparasi kultur starter. Secara komersial,
pemanasan susu untuk pembuatan yoghurt umumnya dilakukan pada suhu 85 oC
selama 30 menit atau 90 – 95oC selama 5 – 10 menit.
Yoghurt memiliki karakteristik sensori yang dapat dilihat dari parameter
warna, rasa, aroma, hingga tekstur. Berdasarkan Standarisasi Nasional Indonesia
(SNI) 2981 : 2009 yoghurt yang baik yaitu memiliki warna putih kekuningan.
Selain itu, yoghurt memiliki karakteristik rasa asam dan aroma segar seperti
aroma asam. Aroma ini timbul karena selama proses fermentasi terjadi perubahan
laktosa susu menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat. Asam laktat inilah yang
menyebabkan yoghurt memiliki aroma khas asam. Yoghurt yang baik memiliki
tekstur yang lembut seperti bubur, tidak terlalu encer dan tidak pula terlalu padat.
Kekentalan pada yoghurt dipengaruhi oleh penggumpalan yang terjadi.
Penggumpalan atau pengendapan merupakan salah satu sifat susu yang paling
khas.
Pembuatan yoghurt dilakukan dengan proses fermentasi yang
memanfaatkan bakteri asam laktat dari golongan Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus. Golongan Streptococcus thermophilus ini
berkembangbiak lebih cepat sehingga menghasilkan asam dan CO2 kemudian
merangsang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bulgaricus. Aktivitas proteolitik
dari bakteri Lactobacillus bulgaricus dapat memproduksi peptide stimulan dan
asam amino yang dipakai oleh Streptococcus thermophilus. Bakteri asam laktat
ini bertanggungjawab dalam pembentukan tekstur dan juga rasa pada yoghurt.
Proses pembuatan atau fermentasi yoghurt sendiri, baik secara tradisional maupun
modern, secara garis besar terdiri dari empat langkah dasar yaitu pemanasan,
inokulasi, inkubasi, dan pendinginan. Umumnya fermentasi yoghurt dilakukan
pada suhu 40 -45oC selama 2,5 – 3 jam. Namun, suhu dan waktu fermentasi dapat
berubah tergantung pada jenis bakteri pada kultur starter yang digunakan.
Suhu merupakan salah satu faktor terpenting yang perlu diperhatikan
dalam proses pembuatan yoghurt. Kondisi suhu suatu proses fermentasi dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan ketahanan hidup mikroorganisme yang
digunakan. Setiap mikrooganisme memiliki suhu tertentu untuk dapat tumbuh
optimal. Starter yoghurt Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
memiliki suhu optimum pertumbuhan 37oC. Sementara itu, kondisi optimum suhu
fermentasi adalah 43oC. suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, menyebabkan
mikroorganisme tertentu dapat tidak berkembang atau mati. Rentang suhu
minimal dan maksimal dari masing-masing mikroorganisme sangat bervariasi dan
mencerminkan rentang dan rata-rata suhu dari lingkungan hidupnya. Perubahan
suhu lingkungan dapat menyebabkan perubahan laju reaksi enzimatis
mikroorganisme. Oleh karena itu, suhu pada saat proses fermentasi sangat
berperan penting pada kualitas mutu yoghurt yang dihasilkan. Suhu memiliki
pengaruh yang nyata terhadap rasa, warna, aroma, dan juga tekstur pada yoghurt.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan yaitu mengetahui
pengaruh suhu fermentasi terhadap sifat fisik dan mutu organoleptik yoghurt,
perlakuan suhu yang diberikan yaitu 0o, 4o, 28o, 37o, dan 50o. Parameter mutu yang
diamati ialah warna, rasa, aroma, tekstur, dan caiiran. Yoghurt dengan perlakuan
suhu 0o memiliki warna yang sangat putih, rasa yang tidak asam, tidak beraroma,
tidak menggumpal, dan tidak berair. Yoghurt dengan perlakuan suhu 4 oC
memiliki warna yang putih, rasa yang tidak asam, beraroma, tidak menggumpal,
dan tidak berair. Yoghurt dengan perlakuan suhu 28oC memiliki warna yang
sangat putih, berasa asam, sangat beraroma, tidak menggumpal, dan tidak berair.
Yoghurt dengan perlakuan suhu 37oC memiliki warna agak putih, rasa yang
sangat asam, sangat beraroma, tekstur menggumpal, dan berair. Yoghurt dengan
perlakuan suhu 50o memiliki warna putih, rasa agak asam, beraroma, tekstur agak
menggumpal, dan berair.
Menurut Anggorowati dkk (2015), menyatakan bahwa akibat pengaruh
suhu terhadap proses fermentasi ada 2 hal, yaitu secara langsung mempengaruhi
hasil alkohol karena penguapan. Suhu yang baik untuk fermentasi berkisar antara
31oC hingga 33oC karena kecepatan fermentasi akan bertambah sesuai dengan
kenaikan suhu hingga suhu optimum. Berdasarkan hasil pengamatan, penyataan di
atas mendukung dengan hasil perlakuan pada suhu 37oC. Diperoleh warna agak
putih, rasa yang sangat asam, sangat beraroma, tekstur menggumpal, dan sangat
berair. Rasa yang sangat asam dapat dipengaruhi oleh perlakuan pH yang
diberikan. Sementara itu, tekstur yang menggumpal atau pengentalan merupakan
sifat khas dari susu. Suhu memiliki pengaruh yang nyata terhadap warna, rasa,
aroma, dan juga tekstur pada yoghurt, hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan
yang telah dilakukan, dimana mutu sensori pada tiao suhu berbeda-beda.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu yoghurt antara lain substrat,
jenis starter, konsentrasi starter, suhu, pH, dan waktu inkubasi. Inkubasi adalah
proses pertumbuhan biakan bakteri atau perbanyakan biakan dengan menyediakan
keadaan lingkungan yang sesuai. Lingkungan yang sesuai dalam hal ini adalah
suhu yang merupakan faktor terpenting pada inkubasi dan akan mempengaruhi
terhadap perkembangbiakan asam laktat dari yoghurt. Suhu dan lama inkubasi
perlu diperhatikan agar dapat dicegah terjadinya dominasi oleh salah satu galur
biakan atau spesies lain. Suhu juga disesuaikan dengan jenis starter yang
digunakan.
BAB VI
KESIMPULAN
Emmawati, A., Rafly R, dan Anton R. 2020. Perubahan Populasi Bakteri Asam
Laktat, Kapang / Khamir, Keasaman dan Respons Sensoris Yoghurt
Durian. Journal of Tropical Agrifood. 2(2) : 78-89.
Kristiandi, K., Sanya A.L, Nur A. Q. A, Rizki N. R, Ismail M, Sri Rezeki, Ira E,
Andi E. Y, Shanti D. W, Raida A. I, Rosyanne K, Tatty Y, Octavianus R.
P. 2021. Teknologi Fermentasi. Medan : Yayasan Kita Menulis.
Yuwono, S. S., Nur I, dan Ahmad Z. M. 2022. Kinetika Reaksi pada Bahan
Pangan dan Produk Fermentasi. Malang : Universitas Brawijaya Press
UB.