Disusun Oleh :
Nama : Novatul Hikmah
NPM : E1G021005
Kelompok : 3 (Tiga)
Hari/Tanggal : Jum’at, 28 Oktober 2022
Shift : Selasa, 10:00 WIB
Dosen : 1. Ulfah Anis, S.TP, M.Si
2. Ir. Hasannudin, M.Sc
Co-Ass : Citra P.N Sitompul (E1G020010)
Acara : PEMBUATAN YOGURT
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan yogurt
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembuatan
yogurt
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yogurt adalah salah satu jenis susu fermentasi yang tersedia secara komersial di
Indonesia. Produksi yoghurt umumnya dilakukan dalam fermentor tertutup yang dikontrol
secara aseptis. Selain itu, yoghurt juga dapat dibuat di rumah dengan menerapkan prosedur
higienis dan sanitasi yang tepat serta menggunakan kultur starter bakteri asam laktat,
sepertiLactobacillus delbruecki ssp. bulgaricus dan Streptococcus thermophilus . Pembuatan
yogurt tidak hanya memerlukan bahan-bahan yang sesuai, namun juga tentang pengertian
konsep mikrobiologi fermentasi agar pembuat yogurt dapat mengendalikan sekaligus
melakukan modifikasi terhadap proses fermentasi untuk menghasilkan produk akhir yang
aman untuk dikonsumsi (Agustinah dkk, 2019).
Yogurt rendah lemak dan yogurt tanpa lemak mengandung setidaknya 3,25% lemak
susu, antara 0,5% dan 2% lemak susu, dan kurang dari 0,5% lemak susu, masingmasing, dan
tiap produk mengandung setidaknya 8,25% padatan susu bukan lemak sebelum penambahan
flavor. Bahan susu pilihan termasuk krim, susu, sebagian susu skim, atau susu skim,
digunakan secara tunggal atau kombinasi, kemudian dibiakkan dengan Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus dan menghasilkan asam laktat setidaknya 0,9%.
Pasteurisasi atau ultra-pasteurisasi harus dilakukan sebelum penambahan kultur. Produk
yogurt ini dapat mengandung bahan berbasis susu tertentu lainnya, pemanis, bahan flavoring,
pewarna, penstabil, serta vitamin A dan D (Aryana, 2017).
Yogurt merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan teknologi fermentasi
melalui inokulasi starter menggunakan campuran bakteri Lactobacillus Bulgaricus dan
Streptococcus Thermophilus. Bakteri tersebut menguraikan gula susu (laktosa) menjadi asam
laktat, adanya asam laktat ini menyebabkan yogurt memiliki cita rasa asam. Bakteri asam
laktat dengan aktivitas laktase yang dihasilkannya akan memfermentasi laktosa hingga 15-
40% menjadi asam laktat, dengan karakteristik fisik yogurt yang asam (pH 4,0-4,5) dan agak
kental (Intasari, 2014).
Susu merupakan cairan berwarna putih yang diproduksi oleh kelenjar susu mamalia.
Komponen kimia utama susu yaitu air, lemak, protein, karbohidrat, mineral, asam organik,
enzim, dan vitamin (Ladokun & Oni, 2014). Susu juga berperan sebagai makanan lengkap
sehat yang menyediakan seluruh nutrisi utama seperti lemak, karbohidrat, dan protein.
Konsumsi susu sapi dapat membantu tubuh manusia dengan menyediakan berbagai host
defence proteins. Hal ini karena berbagai efek anti mikrobia yang menguntungkan dalam susu
sapi. Meskipun ada banyak manfaat terkait dengan konsumsi susu sapi, ada banyak kerugian
terkait dengannya. Pertama, keberadaan berbagai pathogen seperti Salmonella spp. dan
Escherichia coli O157:H7 dalam susu telah dikaitkan menyebabkan wabah penyakit yang
menyebar luas di seluruh dunia. Kedua, alergi susu sapi adalah salah satu alergi yang paling
banyak tersebar di kalangan bayi dan anak-anak. Masalah lain yang banyak tekait dengan
konsumsi susu sapi adalah intoleransi laktosa. Sumber utama karbohidrat laktosa pada
manusia adalah susu sapi. Intoleransi ini disebabkan oleh tidak adanya atau defisiensi enzim
laktase di saluran pencernaan sehingga gula laktosa tidak dapat tercerna (Vanga, 2018).
Berdasarkan cita rasanya, yoghurt dibedakan menjadi yoghurt alami atau sederhana
dan yoghurt buah. Yoghurt alami, yaitu yoghurt yang tidak ditambah cita rasa atau flavor
yang lain sehingga asamnya tajam. Sedangkan yoghurt buah adalah yoghurt yang ditambah
dengan komponen cita rasa yang lain seperti buah-buahan, sari buah, flavor sintetik dan zat
pewarna. Selama penyimpanan setelah inkubasi, yoghurt mengalami penurunan pH secara
terus menerus. Penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi akan mempercepat penurunan pH
yoghurt. Yoghurt yang disimpan pada suhu 4 °C selama 6 hari akan mengalami penurunan pH
dari 4.68 menjadi 4,15. Oleh karena itu untuk mempertahankan cita rasa dan aroma, yoghurt
hasil fermentasi harus disimpan di tempat dingin atau dapat juga dipasteurisasi untuk
menghambat aktivitas mikroba dalam yoghurt (Purbasari, 2014).
BAB III
METODELOGI
Warna
Putih kekuningan
Aroma
Khas susu yourgt
Tekstur Cair
Warna
Putih kekuningan
Aroma
Khas susu yakult
5.1 Kesimpulan
1. Yoghurt merupakan produk fermentasi dari susu dengan bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan streptococcus thermoplillus. Proses pembuatan yoghurt pemanasan susu dilakukan
untuk membunuh mikroorganisme pencemar, menurunkan potensial redoks campuran
tersebut, dan menghasilkan faktor-faktor dan kondisi yang menguntungkan untuk
perkembangan bakteri yang dimasukkan sebagai inokulum. Yoghurt dapat dibuat dari
susu apa saja, termasuk sari kacang kedelai. Produksi modern saat ini didominasi susu
sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) menghasilkan asam laktat yang berperan dalam
protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel dan aroma unik pada yoghurt.
2. Faktor -faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan pembuatan yoghurt adalah
proses yang dijaga sterilannya, penambahan gula, waktu pemeraman, suhu inkubasi serta
jumlah penambahan mikroorganisme. Peningkatan asam laktat ini disebabkan adanya
aktivitas enzim yang dihasilkan oleh plain bakteri Lactobacillus bulgaricus.
5.2 Saran
Dalam melakukan pengamatan yoghurt, sebaiknya praktikan memperbanyak referensi
sehingga hasil yang didapat lebih beragam termasuk faktor-faktor keberhasilan dari
pembuatan yogurt. Dan praktikan harus lebih menjaga kebersihan dari alat dan bahan yang
dipratikumkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustinah, W., Warjoto, R. E., & Canti, M. (2019). Yogurt making as a tool to understand the
food fermentation process for nonscience participants. Journal of microbiology &
biology education, 20(1), 30.
Aryana, K.J., Olson, D.W. (2017). A 100-Year Review: Yogurt and Other Cultured Dairy
Products. Journal of Dairy Science, 100(12): 9987-10013.
Intasari, R.A., Kusnadi, & J. Ningtyas, DW. 2014. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Susu
Skim Dan Sukrosa Terhadap Karakteristik Minuman Probiotik Sari Beras Merah.
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(3), 65-75.
Purbasari, A., & Abduh, S. B. M. 2013. Nilai pH, Kekentalan, Citarasa, dan Kesukaan pada
Susu Fermentasi dengan Perisa Alami Jambu Air (Syzygium Sp). Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan, 3(4), 174 – 177.
Vanga, S.K. and Raghavan, V. (2018). How Well Do Plant Based Alternatives Fare
Nutritionally Compared to Cow’s Milk. Journal of Food Science and Technology,
55(1): 10-20.