TEMPE
Anggota Kelompok :
- Aprillia Nurul Fatimah
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Sumber makanan yang mengandung protein tinggi tidak hanya berasal dari
daging, telur, dan susu. Kacang kedelai juga mengandung protein tinggi, yang
merupakan sumber protein nabati. Kedelai merupakan sumber makanan
vegetarian yang mempunyai protein lengkap yang memenuhi kebutuhan akan
asam amino esensial. Dalam 100 gr tempe tersedia 19 gr protein atau mencukupi
sekitar 38% konsumsi harian.Tempe memang dikenal sebagai panganan yang
murah meriah. Namun, tempe kaya akan gizi yang dibutuhkan tubuh. Tempe
memiliiki mineral penting yang dibutuhkan oleh tubuh seperti kalsium, zat besi,
serta magnesium. Dalam 100 gr tempe terdapat 11% kalsium, 15% zat besi, dan
20% magnesium. Selain mineral, tempe juga sumber vitamin B6 dan B12.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Pembuatan tempe dikenal beberapa macam lara atau inokulum yang dapat
digunakan. Penggunaan laru yang baik sangat penting untuk menghasilkan tempe
menggunakan tempe yang sudah jadi. Tempe diiris-iris tipis, dikeringkan dengan
oven 40-450C atau jamur sampai kering, digiling atau ditumbuk halus dan hasilnya
digunakan sebagai inokulum bubuk. Disamping itu, di beberapa daerah digunakan
juga miselium kapang yang tumbuh di permukaan tempe. Caranya, miselium yang
tumbuh dipermukaan tempe diambil dengan cara mengiris permukaan tempe
tersebut. kemudian irisan permukaan yang diperoleh dijemar, digiling dan
digunakan sebagai inokulum bubuk (Sarwono, 1982).
Menurut Hidayat (2012), Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase
yaitu :
1. Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam
lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan
terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin lebat, sehingga
menunjukkan masa yang lebih kompak
2. Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe
dan siap untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam
lemak yang dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah
sedikit, flavor spesifik tempe optimal, dan tekstur lebih kompak
1. Alat
a. Kompor
b. Panci
e. Tampah
f. Kain
g.Pengaduk
h. Wadah
2. Bahan
a. Kedelai 1 kg
e. Air secukupnya
d. Daun pisang
e. Karet
C. Prosedur Kerja
1. Mencuci bersih kedelai sampai 3 kali
3. Setelah itu mengangkat dan meniriskannya lalu di kupas kulitnya setelah itu di
rendam selama -+ 18 jam
4. Cuci kedelai hingga bersih
6.Kemudian ditiriskan
7. Setelah dingin mencampurnya dengan ragi tempe
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami dilakukan, maka pembuatan tempe
pada kelompok kami berhasil. Ini dilihat dari indikator yaitu bungkusan tempe
terasa panas ketika pemeraman berlangsung pada hari pertama hal ini
disebabkan karena dalam pertumbuhannya Rhizopus akan menggunakan Oksigen
dan menghasilkan CO2 hal inilah yang menjadikan tempe terasa panas. kemudian
pada hari kedua terlihat adanya sekelompok massa yang berwarna putih yang
menyeliputi kacang kedelai tersebut yang disebut misclia. Dalam proses
pembuatan tempe terdapat jamur dan bakteri. Keikutsertaan hakteri dalam
proses pembuatan tempe tidak dapat dihindari walaupun dalam pembuatannya
sudah secara higienis dalam laboratorium dan dengan menggunakan inokulum
kultur murni sebab kontaminasi akan selalu terjadi oleh spora bakteri yang
berasal dari kedelai. Ragi merupakan salah satu faktor penentu dalam pembuatan
tempe yang optimal bagi pertumbuhan mikrobia khamir dan kapang. Selain itu
khamir dan kapang juga membutuhkan media tumbuh yang mengandung banyak
protein. Oleh karena itu dapat digunakan Kacang kedelai sebagai nutrisi atau
media tumbuh kedua jenis mikroba tersebut.
Menurut Hidayat (2012), Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase
yaitu:
(a). Fase pertumbuhan cepat (0-30 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam
lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat. terlihat dengan
terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin lebat, sehingga
menunjukkan masa yang lebih kompak.
(b). Fase transisi (30-50 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi
tempe dan siap untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah
asam lemak yang dibebaskan dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau
bertambah sedikit, flavor spesifik tempe optimal, dan tekstur lebih kompak.
(c). Fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50-90 jam fermentasi) terjadi
penaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur
menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi
perubahan flavor karena degradasi protein lanjut sehingga terbentuk
amonia.Bentuk Biji kedelai Terbentuk benangmiselium dari kapangpada bagian
atas tempe,tetapi ada bagian tempeyang belum ditumbuhikapang dan
masihterbentuk keledai2. PembahasanPraktikum kali ini mengenai pembuatan
tempe dengan cara fermentasi kedelai. Proses pembuatan tempe dapat terbilang
membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga diperoleh hasil jadi tempe, waktu
yang dibutuhkan yaitu minimal 24 jam dan maksimal 72 jam. Lamanya proses
pembuatan tempe karena proses fermentasi. Fermentasi akan berlangsung baik
dan cepat bila dibantu dengan kondisi suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat
dan pH yang asam (±4-5). Percobaan pembuatan tempe kali ini dilakukan selama
2 hari berturut-turut atau ± 48 jam.Pada pengamatan hari pertama, kedelai yang
sedang difermentasi dalam keadaan panas dan mengembun yang terlihat dengan
terdapatnya uap pada plastik pembungkus kedelai. Terlihat pula mulai tumbuh
sedikit jamur, yang belum merata pada sekitar kedelai. Pada pengamatan hari
kedua, terlihat jamur yang sudah merata dan menutupi kedelai, dan tercium bau
khas tempe.
BAB V PENUTUP
A.kesimpulan
1.Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil
fermentasi jenis bahan utama/substratnya yaitu kedelai, macam mikroba yang
aktif dan kondisi di sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan
metabolisme mikroba tersebut, dan hal ini dapat dikatakan bahwa pengolahan
kedelai hingga menjadi tempe sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki.
2. Tempe merupkan salah satu produk bioteknologi terbuat dari singkong yang
difermentasikan oleh Rhizopus oligosporus
B. Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum pembuatan tempe alat dan bahan yang akan
digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan kemudian disterilkan agar pembuatan
tempe dapat berhasil kita lakukan