Disusun Oleh :
Nama : Novatul Hikmah
NPM : E1G021005
Kelompok : 3 (Tiga)
Hari/Tanggal : Selasa, 27 September 2022
Shift : Selasa, 10:00 WIB
Dosen : 1. Ulfah Anis, S.TP, M.Sc
2. Ir. Hasannudin, M.Sc
Co-Ass : Citra P.N Sitompul (E1G020010)
Acara : PEMBUATAN TEMPE
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami proses pembuatan tempe.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembuatan tempe.
3. Mengetahui pengaruh lama fermentsi terhadap mutu tempe.
4. Mengetahui lama waktu terbaik fermentasi tempe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tempe adalah produk kedelai fermentasi asli Indonesia yang kaya akan komponen
nutrisi. Selama fermentasi, mikroorganisme menghasilkan beberapa komponen bioaktif vital
dan menurunkan agen anti nutrisi. Perubahan biokimia terjadi selama fermentasi kedelai
dalam tempe yang meningkatkan kesehatan manusia (Tamam, 2019).
Tempe merupakan makanan tradisional yang dihasilkan dari fermentasi biji kedelai
atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer dan beberapa jenis kapang
Rhizopus lainnya. Tempe merupakan makanan yang terbuat biji kedelai atau beberapa bahan
lain yang diproses melalui fermentasi dari apa yang secara umum dikenal sebagai “ragi
tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses penguraian menjadi
senyawa sederhana sehingga mudah dicerna (PUSIDO, 2014).
Secara umum tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Tempe memiliki
aroma yang khas dikarenakan adanya degradasi dari komponen-komponen kedelai itu sendiri
(Aziz, 2014).
Mikroba yang sering dijumpai pada larut tempe adalah kapang jenis Rhizopus
oligosporus, atau kapang dari jenis Rhizophus oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran
selain kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella. Selain
bakteri Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan pula dalam proses fermentasi
tempe diantaranya adalah: Bacillus sp., Lactobacillus sp., Pediococcus sp., Streptococcus sp.,
dan beberapa genus bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp pada
tempe merupakan kontaminan, sehingga hal ini tidak diinginkan (Sumanti, 2015).
Waktu fermentasi memberikan pengaruh dalam kualitas produk suatu produk, produk
fermentasi adalah produk yang dapat diterima baik secara kenampakan, aroma serta nutrisi
yang dihasilkan. Fermentasi dibantu oleh mikroorganisme yang memiliki fase hidup
logaritmik. Sehingga untuk mendapatkan produk fermentasi yang terbaik harus mengetahui
fase pertumbuhan optimal dari mikroorganisme yang dimanfaatkan tersebut (Darajat. 2014).
Proses pembuatan tempe terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemilihan bahan baku,
sortasi, pembersihan atau pencucian bahan baku, perebusan I, perendaman, pengupasan,
perebusan II, pencampuran laru dan pembungkusan. Lama perendaman bervariasi, biasanya
berkisar antara 8-12 jam, bahkan ada yang sampai 2-3 hari. Selama proses fermentasi asam
oleh bakteri, pH turun hingga 5,3-4,5. Hal ini memberikan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan kapang tempe terutama Rhizopus oligoporus dan dapat mencegah
perkembangan bakteri lain yang dapat membusukan kedelai (Laurita, 2018).
Proses pembuatan tempe melibatkan tiga faktor pendukung, yaitu bahan baku yang
dipakai (kedelai), mikroorganisme (kapang tempe), dan keadaan lingkungan tumbuh (suhu,
pH, dan kelembaban). Dalam proses fermentasi tempe kedelai, substrat yang digunakan
adalah biji kedelai yang telah direbus dan mikroorganisme yang digunakan berupa kapang
antara lain Rhizopus olygosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer (dapat terdiri atas
kombinasi dua spesies atau ketiganya) dan lingkungan pendukung yang terdiri dari suhu 30˚C,
pH awal 6.8, kelembaban nisbi 70-80%. Inkubasi dilakukan pada suhu 25 o -37o C selama
36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan
komponen-komponen dalam biji kedelai. Pada proses ini kapang tumbuh pada permukaan dan
menembus biji-biji kedelai, menyatukannya menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan pada
suhu 20 °C–37 °C selama 18–36 jam (Hermana dan Karmini, M., 2019).
Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk yang akan
dihasilkan. Proses pemeraman singkat (fermentasai tidak sempurna) yang berlangsung sekitar
1-2 minggu dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol 3-8%. Contohnya adalah
produk bir. Sedangkan proses pemeraman yang lebih panjang (fermentasi sempurna) yang
dapat mencapai waktu bulanan bahkan tahunan seperti dalam pembuatan anggur dapat
menghasilkan produk dengan kandungan etanol sekitar 7-18% (Hidayat, 2020).
Tahap pengolahan kedelai menjadi tempe meliputi secara umum terdiri dari tahap
perebusan ke-1, pengupasan, perendaman, dan pengasaman, perebusan ke-2, pematusan air,
inokulasi menggunakan ragi tempe, pembungkusan, dan fermentasi. Beberapa faktor dalam
proses pengolahan diperkirakan mempunyai pengaruh yang sangat nyata (signifikan) terhadap
kualitas tempe, faktor-faktor tersebut antara lain perebusan, ruang fermentasi, kadar air
kedelai, pematusan air, kelembaban ruang fermentasi, suhu fermentasi, rak fermentasi, dan
jenis bahan pembungkus (plastik, pelepah pisang, daun pisang, dan kertas) (Mujianto, 2013).
BAB III
METODELOGI
3. Merebus kedelai
4. Menimbang kembali kedelai yang sudah bersih dari
kulitnya
5. Mememberikan ragi
Rasa Rasa Kedelai Rasa Kedelai Rasa kedelai Rasa khas tempe
sedikit tempe kedelai hambar
5.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan tempe termasuk ke dalam pengolahan yang cukup sederhana, namun
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu minimal 24 jam dan maksimal 72 jam.
Banyaknya waktu yang dibutukan karena proses pembuatan tempe dilakukan dengan
media fermentasi. Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan
kondisi suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam (±4-5), sedangkan
unit operasi pengolahannya akan melewati tahapan pernyortiran, pencucian, perebusan,
perendaman, pendinginan, penebaran ragi, pengemasan, dan penginkubasian.
2. Faktor pendukung keberhasilan pada pembuatan tempe, yaitu bahan baku yang dipakai
(kacang kedelai), mikroorganisme (kapang tempe), keadaan lingkungan tumbuh (suhu,
pH, dan kelembaban atau kadar air), kebersihan alat yang digunakan, dan penggunaan
jumlah ragi yang sesuai, lama waktu fermentasi, dan media pembungkus tempe yang
digunakan.
3. Waktu fermentasi berpengaruh dalam kualitas produk tempe, fermentasi dibantu oleh
mikroorganisme yang memiliki fase hidup logaritmik. Sehingga untuk mendapatkan
produk fermentasi yang terbaik harus mengetahui fase pertumbuhan optimal dari
mikroorganisme yang dimanfaatkan tersebut.
4. Untuk lama fermentasi tempe yang baik adalah sesuai waktu yang baik dalam fermetasi
tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama, ada baiknya fermentasi untuk tempe sekitar 2-3
hari atau 48-72 jam untuk menghasilkan tempe yang baik dengan memperhatikan suhu 30
derajat sampai suhu 37 derajat celcius, pH awal 6.8, kelembapan nisbi 70-80%.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam proses pembuatan tempe perlu lebih memehami apa saja alat dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan tempe dan langkah-langkah pembuatan tempe, dengan
tujuan untuk mencapai hasil produk yang baik dan tentunya berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Darajat, Duta Pakerti. (2014). Influence of Fermentation Time and Proportion of Dextrin to
the Quality of Milk Tempeh Powder. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(1): 68-72.
Hermana dan Karmini, M. (2019). The Devolopment of Tempe Technology. The Unique
Fermented Soyfoot Of Indonesia. Skripsi.
Hidayat. (2020). Mikrobiologi Industri. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Laurita, C.A. (2018). Pengaruh Jenis Bahan Baku dan Metode Pemasakan Yang Digunakan
Pada Pembuatan Tempe Terhadap Rasa dan Sifat Fisik Tempe. Skripsi.
Mujianto. (2013). “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe Produk
UMKM di Kabupaten Sidoharjo”. Jurnal REKA Agroindustri Media Teknologi dan
Menejemen Agroindustri. 5(1):1-6.
PUSIDO. (2014). Tempe: Persembahan Indonesia Untuk Dunia. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Tamam, Badrut. (2019). Peptida Bioaktif Dari Tempe: Bioinformatika dan karakteristik.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Saefuddin, Aziz. (2014). "Isolasi Rhizopus Oligosporus Pada Tempe". Jurnal Molekul. 6 (2):
93 - 104 .
Sumanti, D. (2015). Cara Pembuatan Tempe. Jurnal Pangan. 4(2): 55-74.