USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas mata kuliah
Metode Penelitian Pangan Teknologi Pertanian pada Program Studi Teknologi
Pangan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
OLEH:
SAMPURNA BAKTI
240210160038
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 240210160038
Dr. Ir. Een Sukarminah, M.Si. Ir. Sumanti Debby Moody. M.Si.
NIP. 19550627 198403 2 002 NIP. 19580304 198403 2 001
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas rahmat
Dan Tapioka Pada Nasi Sorghum Galur Zh-30 Terhadap Karakteristik Fisik,
Kimia, Dan Organoleptik Rengginang Sorgum” sebagai salah satu syarat untuk
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Dr. Ir. Een Sukarminah, M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
7. Kedua orangtua papah dan mamah serta adik-adik atas dukungan, do’a,
8. Sahabat-sahabat saya terutama Jefry, Hilma, Elvira, Syifa, Elsha, Sukma yang
9. Kakak Asuh Galih Dwi Hadiyan yang telah membimbing dan menyemangati
10. Teman satu penelitian Vika, Eris, Shilla, Syifa Salitsu, Syifa Hilmi yang
semangat kepada penulis serta kepada seluruh pihak yang telah membantu
Atas semua perhatian dari segala pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun penelitian ini, Penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
kemajuan penulis dimasa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat
Penulis
I. PENDAHULUAN
beras mengandung resiko bahwa kebutuhan pangan rumah tangga dan nasional
akan rapuh (Husodo, 2002). Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki
beragam ekosistem, akan sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya
spesifik lokasi. Dengan kata lain, masyarakat dapat tercukupi dengan apa yang
pangan kita hanya pada satu komoditas, yaitu beras. Sayangnya perhatian
beras sangat banyak ragamnya (Widowati, 2000; Widowati dan Damardjati, 2001).
Indonesia kaya akan ragam camilan tradisional. Salah satu camilan yang
popular saat ini adalah rengginang. Menuru Ana (2010) saat ini rengginang telah
Indonesia. Rengginang adalah kerupuk yang berbentuk bundar, tebal dan gurih
meja makan. Berbeda dengan jenis kerupuk lainnya, rengginang terbuat dari beras
ketan yang tidak dihancurkan sehingga setiap butiran beras ketan tampak di
yang besar, toleran terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh dengan baik di lahan
kernel sorgum. Pati sorgum umumnya berbentuk bulat polygonal dengan kisaran
ukuran diameter 2-30 µm. Pati tersusun oleh dua komponen molekul utama yaitu
amilosa dan amilopektin. Amilosa terdiri dari rantai linier unit glukosa yang
dihubungkan oleh ikatan glikosidik 1-4, dengan berat molekul sekitar 250.000
tergantung dari spesies tanaman ataupun tingkat ketuaan biji sorgum. Amilopektin
108 dan merupakan molekul terbesar yang ditemukan di alam dengan residu
populer di Indonesia adalah dimasak sebagai nasi. Mengingat hal tersebut maka
yang kaya akan karbohidrat. Nasi sorgum dapat dijadikan bahan baku utama
rengginang karena kandungan patinya yang tinggi. Dengan demikian dapa terjadi
diversifikasi produk rengginang terutama dari segi bahan baku, rasa dan aroma.
Jenis sorgum yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur ZH-30, yaitu jenis
tapioka. Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi
singkong. Tapioka banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan
bahan pengikat dalam industri pangan (Astawan, 2009 : 243). Tepung tapioka
memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dari pada tepung maizena (54,1g),
tepung beras (-25% pati) dan tepung ketan (17-32% pati) (Ramona Jayana, dkk,
dimana campuran granula pati dan air bila dipanaskan akan membentuk gel. Pati
Salah satu cara melengkapi kekurangan gizi makanan dari serelia adalah
dengan memberikan protein yang bermutu tinggi (Buckle et al. 1987). Tepung
ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki kedudukan
penting sampai saat ini dimana masih sulit digantikan kedudukannya oleh bahan
baku lain apabila ditinjau dari kualitas maupun harganya.Tepung ikan adalah
produk yang diperoleh dari penggilingan ikan yang diperoleh dari suatu reduksi
bahan mentah menjadi suatu produk yang sebagian besar terdiri dari komponen
protein ikan (Irianto dan Giyatmi 2002). Kandungan protein tepung ikan relatif
tinggi. Protein tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks,
diantaranya asam amino lisin dan methionin. Disamping itu juga, mengandung
mineral kalsium dan phospor serta vitamin B kompleks, khususnya vitamin B12
Salah satu contoh ikan non ekonomis yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber tepung ikan adalah ikan tembang. Ikan tembang berukuran kecil, bersisik
dan berduri banyak. Ikan tembang ditangkap oleh para nelayan dalam jumlah
besar. Ikan tembang sangat berlimpah di lautan, namun memiliki nilai ekonomis
pasokan ikan tembang mudah diperoleh tanpa dipengaruhi fluktuasi musim dan
ikan. Tepung ikan yang kita kenal saat ini adalah tepung ikan yang berasal dari
sisa-sisa pengolahan seperti kepala, jeroan, insang, sisik, sirip dan isi perut yang
digunakan untuk pembuatan pakan ikan, sedangkan tepung ikan yang digunakan
untuk pangan berasal dari daging dan tulang ikan. Pemanfaatan tepung ikan dalam
olahan produk pangan masih sangat sedikit, hal ini dikarenakan sebagian besar
pemanfaatan tepung ikan masih dalam bentuk pemberian pakan makanan ternak.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai penambahan tepung ikan dalam
fimbriata) dan tapioca pada nasi sorgum galur ZH-30 agar menghasilkan
karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik rengginang sorgum yang paling baik
tepung ikan tembang dan tapioka pada nasi sorgum galur ZH-30 karakteristik
2.1 Rengginang
Jawa Barat. Biasanya rengginang dapat dijual secara umum dalam bentuk sudah
digoreng ataupun bentuk mentah. Bahan dasar yang biasa digunakan pada
pembuatan rengginang yaitu beras ketan yang ditambahkan dengan bumbu sesuai
selera, seperti: garam, MSG (Monosodium Glutamat), bawang putih dan terasi.
Kerupuk berbentuk bundar, tebal, dan gurih ini biasanya ditemui sebagai
camilan atau pendamping hidangan utama di meja makan. Berbeda dengan jenis
kerupuk lainnya, rengginang terbuat dari beras ketan yang tidak dilakukan proses
penggilingan bahan menjadi adonan halus sehingga setiap butiran beras ketan
tampak di kerupuk yang renyah ini. Bahan utama pembuatan rengginang adalah
beras ketan putih maupun hitam. Beras ketan yang sudah dimasak bersama bumbu,
dijual dalam bentuk kering ataupun yang sudah digoreng (Sari 2010). Pembuatan
rengginang dapat dibuat dari beras ketan atau beras biasa. Perbedaannya terdapat
pada tekstur yang dihasilkan. Rengginang yang terbuat dari beras ketan
menghasilkan tekstur yang lebih porus dan halus di mulut, sedangkan rengginang
yang terbuat dari beras biasa menghasilkan tekstur yang kurang porus dan agak
kasar di mulut (Hsieh dan Luh 1991). Karakteristik yang diperhatikan pada
rengginang yaitu tingkat volume pengembangan, kekerasan atau kerenyahan,
dilakukan sesuai selera, namun pada umumnya bumbu yang digunakan adalah
garam, terasi dan bawang putih (Alim, 2004). Pada tabel 2 disajikan formulasi
rengginang tradisional
Bahan jumlah
Garam (g) 6
Terasi (g) 4
a) Beras ketan
sebagian besar terdiri atas pati (Juliano, 1972 dikutip Garansari, 1999). Ketan
yang digunakan dapat beras ketan putih maupun yang hitam. Beras ketan apabila
dimasak menghasilkan nasi yang lengket dan kerapatan antara butir nasi yang
tinggi sehingga volume nasi sangar kecil (Tjiptadi dan Nasution, 1976 dikutip
b) Garam
memperkuat cita-rasa dan memperhalus efek cita-rasa lain (Matz, 1993). Menurut
lebih dari 2,5% umumnya memberikan cita-rasa yang tidak dapat diterima
(Manley, 2000).
c) Terasi
Terasi adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan atau udang yang
membuat sambal atau sebagai bumbu pada beberapa jenis makanan Indonesia
d) Bawang putih
1998). Rempah ini mengandung minyak atsiri sehingga memberikan aroma khas
pencucian dan perendaman beras ketan, pembuatan bumbu, pemberian bumbu dan
dilakukan penggorengan
Beras ketan dicuci terlebih dahulu hingga air bilasnya jernis. Setelah itu
direndam dalam air selama satu malam agar beras menjadi lunak. Setela itu beras
dengan ukuran diameter 5 cm-7 cm dan tebal 0,5 cm. Adonan rengginang yang
telah dicetak dijemur hingga kering, yaiu mudah dipatahkan. Rengginang yang
telah dicetak dijemur hingga kering, yaitu mudah dipatahkan. Rengginang kering
selanjutnya digoreng dalam minya panas pada suhu kurang lebih 170oC sampai
beras sorgum adalah biji sorgum yang seluruh atau sebagian kulit bijinya.
Pada biji sorgum, penyosohan bertujuan untuk memisahkan pericarp dan testa dari
sorgum.keberadaan pericarp dan testa mempengaruhi warna, rasa dan tekstur nasi
menyatakan presentase sisa bekatul yang terdapat pada beras, yang menjadi tolak
ukur untuk proses penyosohan, semakin lama waktu penyosohan semakin kecil
Jenis sorgum yang digunakan dalam penelitian ini adalah galur ZH-30,
yang termasuk jenis white sorghum. Jenis sorgum ini berasal dari cina yang
sorghum adalah jenis sorgum yang memiliki kandungan tannin yang rendah dan
tidak memiliki testa berpigmen (U.S Grains Council, 2008). Menurut Pitakasari
(2011), kelebihan sorgum galur Zh-30 dibandingan dengan galur lainya adalah
masa tanamnya yang lebih pendek (95 hari) dan produksinya yang lebih tinggi,
yaitu 5 ton-6 ton per ha, sedangkan rata-rata hasl nasional adalah 1,43 ton per ha.
ditanak seperti umumnya beras dengan cara diliwet dalam panci, kastrol, atau
sorgum dan air 1 : 1,5-4 (b/v). Pemasakan beras sorgum membutuhkan waktu
lebih lama dibandingkan pemasakan beras. Hal ini disebabkan oleh sisa-sisa kulit
biji (bekatul) pada beras sorgum akibat tidak tersosoh sempurna sehingga
menghambat absorpi air. Oleh karena itu, penyosohan yang baik dapat engurangi
waku pemasakan beras sorgum (Desikachar, 1974 dikutip Ali dan wills, 1980)
Pada nasi sorgum masih terdapat embryonic disc ( bagian dari lembaga)
yang tidak dapt dilumatkan saat penumbuhan sehingga produ yang dihasilkan
keras. Hal ini dapat diatasi dengan memisahkan embryonic disc dengan
cooker pada pemasakan beras sorgum menghasilkan nasi sorgum yang seluruhnya
pemasakan sampai tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan panci
Waktu pemasakan yang singkat juga memperkcil jumlah air yang diperlukan serta
lebih baik
penyosohan semakin cerah beras yang dihasilkan (FAO, 1994). Beras yang
karena saat nasi dikunyah serat kasar tidak dapat menjadi lembut, sehingga
teksturnya berbeda dengan nasi yang hanya terdiri dari bagian endospresma saja.
Efisiensi penyosohan yang tinggi juga menurunkan tingkat kepulenan nasi karena
serat kasar yang menyelubingi butir nasi diduga menghalangi butir-butir nasi
tersebut saling melekat satu sama lain (Rarni, 1996 dikutip Utomo, 1990)
sorgum dapat dibedaan atas jenis beras (non-waxy sorgum) dan jenis ketan (waxy
sorgum). Kadar ailosa sorgum jenis beras 20%-30% dan jenis ketan 1%-2%
(Deatherage, McMaster dan Riat, 1955 dikutip FAO, 1995). Kadar amilosa beras
menghasilkan nasi yang pera dan agak keras, sebaliknya beras erkadar amilosa
rendah menghasilkan nasi yang pulen dan lunak. Molekul amilosa cenderung
membentuk struktur heliks yang dapat memerangkap molekul lain seperti asam
Ikan tembang memiliki rangka yang terdiri dari tulang benar yang bertutup
insang. Kepala simetris dan badan tidak seperti ular. Tidak seluruh sisik
terbungkus dalam kelopak tebal. Bagian ekor tidak bercincin-cincin. Hidung tidak
memanjang ke depan dan tidak membentuk rostrum. Pipi atau kepala tidak
berkelopak keras dan tidak berduri (Saanin 1984). Klasifikasi ikan tembang
dan Matasa (Seram) Morfologi ikan tembang (Sardinella fimbriata) dapat dilihat
Sirip punggung ikan tembang terdiri dari jari-jari lemah yang berbuku-
buku dan berbelah. Sirip pada punggung bersisik, tidak bersungut dan tidak
berjari-jari keras. Tidak bersirip punggung tambahan yang seperti kulit, tidak
bercak-bercak yang bercahaya, bertulang dahi belakang dan sirip dada senantiasa
sempurna. Perut sangat pipih dan bersisik tebal yang bersiku. Sirip perut jauh ke
belakang di muka sirip dubur, rahang sama panjang, daun insang satu sama lain
tidak melekat, bentuk mulut terminal (posisi mulut terletak di bagian depan ujung
hidung), tajam serta bergerigi. Gigi lengkap pada langit-langit, sambungan tulang
rahang dan lidah (Saanin 1984). Ikan tembang memiliki bentuk badan yang
memanjang dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai diatas mata agak
hampir lurus, dari setelah mata sampai awal dasar sirip punggung agak cembung.
Tinggi badan lebih besar daripada panjang kepala. Mata tertutup oleh kelopak
mata. Awal dasar sirip punggung sebelum pertengahan badan, dasar sirip
punggung sama panjang dengan dasar sirip anal. Kepala dan badan bagian atas
15 jari-jari lemah, sirip anal memiliki 18 jari-jari lemah dan sirip perut memiliki 8
Protein merupakan suatu zat gizi yang amat penting bagi tubuh, karena
selain berfungsi sebagai penghasil energi dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
tubuh dan fungsi-fungsi tubuh. Sifat protein sebagai zat pengatur dimiliki oleh
enzim. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk sel-sel dan
jaringan dalam tubuh. Selain itu, protein juga berperan dalam proses pertumbuhan,
2008).
dari berat total daging ikan. Molekul protein terutama terdiri dari asam amino
yang merupakan senyawa organik yang mengandung satu atau lebih gugus amino
dan satu atau lebih gugus karboksil. Asam amino penting yang harus ada dalam
konsumsi makanan sehari-hari dan tidak dapat disintesis oleh tubuh dikenal
dengan istilah asam amino esensial. Protein daging ikan mengandung asam amino
triptofan dan fenilalanin (Irianto dan Giyatmi 2002). Kebutuhan tubuh manusia
terhadap asam amino esensial dapat dipenuhi dari protein yang terkandung di
dalam makanan yang dimakan. Tanaman pangan sering kekurangan satu atau
lebih asam amino esensial sehingga perlu digabungkan dengan bahan protein
lainnya. Dengan demikian, bahan satu dan lainnya akan saling menutupi dan
melengkapi kekurangan dari satu protein dengan asam amino sejenis yang
berlebihan pada protein lain (Wirakusumah 2007). Mutu protein ditentukan oleh
jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein dengan nilai biologi
tinggi atau bermutu tinggi adalah protein yang mengandung semua jenis asam
amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan dan
esensial, namun masing-masing dalam jumlah terbatas, akan tetapi cukup untuk
perbaikan jaringan tubuh dan tidak cukup untuk pertumbuhan. Asam amino yang
pembatas atau limiting amino acid. Lisin merupakan asam amino pembatas pada
beras (Almatsier 2006). Penambahan tepung ikan tembang yang kaya akan lisin
dapat saling mengisi untuk menghasilkan protein yang dibutuhkan tubuh untuk
badan. Orang dewasa memerlukan sekitar 1 gram protein untuk setiap kilogram
misalnya untuk anak-anak usia 5-6 tahun dibutuhkan sekitar 2 gram protein untuk
yang dikenal sebagai kwashiorkor dan marasmus. Penyakit ini disebabkan oleh
susunan makanan yang mengandung kandungan protein yang rendah. Selain itu,
untuk pembentukan sel-sel butir darah merah (Gaman dan Sherrington 1992).
Tepung ikan adalah komoditas olahan hasil perikanan yang diperoleh dari
suatu proses reduksi bahan mentah menjadi suatu produk yang sebagian besar
terdiri dari komponen protein ikan. Tepung ikan mempunyai kandungan protein
yang tinggi dan merupakan salah satu zat gizi yang paling penting dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Tepung ikan mempunyai nilai gizi sepuluh kali lebih besar
dibandingkan dengan tepung yang dibuat dari hewan darat (Kulikov 1971).
menyuplai protein (Irianto dan Giyatmi 2002). Berdasarkan bahan baku, tepung
ikan dapat digolongkan menjadi tepung ikan yang berwarna gelap yang biasanya
terbuat dari limbah pengolahan ikan dan tepung ikan berwarna putih kekuningan
yang biasanya terbuat dari rucah. Bahan mentah untuk produksi tepung ikan dapat
dibedakan atas tiga kategori utama, yaitu (Irianto dan Giyatmi 2002):
a) Ikan yang sengaja ditangkap untuk produksi tepung ikan dan sering
disebut sebagai ikan industri, contoh ikan teri di Peru, ikan teri dan pilchard di
b) Hasil tangkap samping dari kegiatan perikanan lain, contoh perikanan udang.
industri fillet serta kepala dan isi perut dari industri pengalengan.
Salah satu syarat pengolahan tepung ikan adalah tersedianya bahan mentah
yang berlebihan dan harganya murah, karena harga tepung ikan juga relatif murah
dipasaran (Moeljanto 1992). Jenis bahan mentah yang digunakan oleh pengolahan
atau pabrik tepung ikan di Indonesia adalah ikan utuh dan limbah dari pengolahan
lainnya. Biasanya ikan utuh yang diolah menjadi tepung ikan adalah ikan yang
bermutu rendah atau ikan yang tidak terserap oleh industri pengolahan yang lain
dan ikan yang berasal dari hasil tangkapan sampingan (Irianto dan Giyatmi 2002).
Tinggi rendahnya kadar protein pada tepung ikan selain dipengaruhi oleh
cara pengolahan, juga dipengaruhi oleh bahan mentah yang digunakan. Bahan
mentah ikan yang digunakan dalam pengolahan tepung ikan seharusnya bermutu
baik. Hanya dengan menggunakan ikan bermutu baik saja yang dapat menjamin
bahwa tepung ikan yang dihasilkan akan bermutu baik pula. Apabila ikan yang
digunakan sebagai bahan mentah dalam pengolahan tepung ikan bermutu tidak
baik, maka akan menghasilkan tepung ikan yang mutunya tidak sesuai yang
diharapkan, yaitu kadar protein rendah dan kadar lemak tinggi. Selain bahan
mentah yang digunakan mempunyai mutu yang baik, bahan mentah yang
digunakan juga sebaiknya dari ikan yang memiliki nilai ekonomis yang rendah
pemasakan dan pengeringan bahan mentah ikan. Terdapat dua metode utama
pengolahan tepung ikan yang telah diterapkan secara komersial, yaitu pengolahan
sistem basah dan pengolahan sistem kering. Proses pengolahan sistem basah
digunakan terutama untuk produksi tepung ikan dengan bahan mentah ikan
berlemak tinggi (>5%), seperti: ikan lemuru. Metode ini telah diterapkan secara
luas dan yang paling umum dijumpai pada pengolahan tepung ikan. Proses
kering dipergunakan untuk bahan mentah ikan yang mengandung kadar lemak
kesegaran ikan dan teknik atau cara pengolahannya (Irianto dan Giyatmi 2002).
Mutu tepung ikan dapat dinilai secara fisik, kimia, mikrobiologi. Secara fisik,
kriteria yang dinilai adalah bentuk dan keseragaman ukuran partikel tepung.
air dan abu. Secara mikrobiologi, tepung ikan harus terbebas dari bakteri patogen
seperti Salmonella dan kapang. Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut: mempunyai butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa
Nasional telah menetapkan persyaratan mutu tepung ikan melalui SNI 01-2715-
singkong atau ketela pohon (Manihot utilisima, Pohl.) yang telah mengalami
sebagai bahan pengental, bahan pengisi dan bahan pengikat seperti dalam
pembuatan pudding, sop, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, dan
berbagai jenis kerupuk, karena murah, mudah didaptkan dan mempunyai daya ikat
Ditinjau dari segi komposisinya, tapioca kaya akan pati, tetapi memiliki
kandungan protein dan lemak yang sangat rendah. Kandungan pati dalam umbi
(Mc Williams, 2008). Menurut Murphy (2000), granula pati singkong berbentuk
oval kerucut dengan bagian atas terpotong menyerupai Kattle drumb, dengan
ukuran 4 μm- 35 μm, suhu pembbentukan pasta 67,6oC ( Jane et al, 1999) dan
suhu gelatinisasi 52 oC, dibandingkan dengan jenis pati lain, tapioca memiliki
Nwokocha (2000), tapioca memiliki kemampuan untuk memngikat air sebesar 73,
50%
III. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
menghasilkan nasi yang lengket atau sticky (smith, 2003). Menurut Lusas dan
Roonet (2001) kandungan amilosa beras ketan rendah, yaitu kurang dari 1% dan
kandungan patinya yang tinggi, Kandungan pati sekitar 56-73% yang terdiri dari
Rist, 1955 dikutip FAO, 1995), sehingga perlu ditambahkan bahan pengisi yang
dan dapat mengembang dengan baik. Jenis bahan pengisi dapat ditentukan
produk sorgum adalah pati, tepung terigu, protein, hidrokoloida, dan gula.
Tapioka merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong. Tapioka
banyak digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pengikat
dalam industri pangan (Astawan, 2009 : 243). Tapioka memiliki kandungan pati
yang lebih tinggi dibandingkan maizena (54,1g), tepung beras (-25% pati) dan
tepung ketan (17-32% pati) (Ramona Jayana, dkk, 2011) dengan kandungan
amilopektin yang tinggi 83% (Tjahjadi, 2011), berwarna putih, tidak berasa,
penambahan tapioca pada nasi sorgum galur Zh-30 maka semakin baik daya ikat
sangat renyah, rapuh, byaj terdapat lubang dan retakan, serta volume
menghasilkan rengginang sorgum yang renyah, sedikit lubang dan retakan, serta
menghasilkan rengginang sorgum yang keras, sedikit lubang dan retakan, serta
adalah sorgum yang banyak mengandung pati salah satu cara melengkapi
kekurangan gizi makanan dari serelia adalah dengan memberikan protein yang
bermutu tinggi (Buckle et al. 1987). Tepung ikan merupakan salah satu sumber
protein hewani yang memiliki kedudukan penting sampai saat ini dimana masih
sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku lain apabila ditinjau dari kualitas
ikan yang diperoleh dari suatu reduksi bahan mentah menjadi suatu produk yang
sebagian besar terdiri dari komponen protein ikan (Irianto dan Giyatmi 2002).
Kandungan protein tepung ikan relatif tinggi. Protein tersebut disusun oleh
asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino lisin dan
methionin. Disamping itu juga, mengandung mineral kalsium dan phospor serta
et al. 2006).
penerimaan terbaik terhadap warna, aroma, tekstur, rasa, over all dan uji hedonik
dan 8%. Menurut Khalishi 2011 dalam pembuatan rengginang beras ketan
3.2 Hipotesis
yang terbaik pada rengginang dan penambahan tepung ikan tembang pada
Zh-30, Tapioka, Air mineral dalam kemasan, terasi udang tanpa pewarna, garam,
bawang putih dan minyak kelapa ikan tembang (Sardinella fimbriata), Bahan-
bahan yang digunakan untuk analisis adalah akuades, H2SO4, NaOH 40%,
H3BO3, K2SO4, HCl 0,1 N, metil biru, metil merah, pelarut heksana
Universitas Padjadjaran, kompor gas, gas LPG, neraca analitik, dandang, baskom,
lumping, alu, mangkuk, saringan, sendok, garpu, cetakan plastik berbentuk bulat
dengan ukuran diameter 5,5 cm dan tinggi 0,8 cm, Loyang alumunium, deep fat
fryer, kantung plastic poplipropilen (PP), sealer, kamera, gelas ukur.pisau, talenan,
dan saringan halus (nilon mesh). Alat yang digunakan pada pengujian kimia
produk antara lain label, timbangan digital, cawan porselin, oven, desikator,
neraca analitik, tanur pengabuan, pemanas Kjeldahl, labu Kjeldahl, kertas saring,
destruktor, erlenmeyer, alat ekstraksi soxhlet, tabung reaksi, labu lemak, cawan
petri, mortar, bulb, penjepit refluks, waring blender, pipet ukur, buret, gelas piala,
gelas ukur dan inkubator. Pengujian fisik produk dilakukan dengan menggunakan
alat rheoner, gelas ukur, manik-manik yang berbentuk bulat dengan diameter 2
kedua adalah konsentrasi penambahan tepung ikan tembang (B) dengan 3 taraf
(Gasperz, 1995).
Kelompok I
A2B1 A1B1 A3B2 A2B2 A1B2 A3B3 A1B3 A2B3 A3B2
Kelompok II
A1B1 A2B2 A3B3 A2B3 A1B3 A3B2 A3B1 A1B2 A2B1
Kelompok III
A3B3 A3B2 A2B2 A3B1 A1B1 A2B3 A2B1 A1B3 A1B2
Berdasarkan rancangan diatas maka dapat dibuat tabel sidik ragam untuk
Keterangan :
Yijk = Nilai respon pada pengamatan kelompok ke-k dari perlakuan suhu
(AB)ij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i faktor suhu perkecambahan (A) dan
ɛij = Pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi
perlakuan ij
1. Jika Fhitung ≤ Ftabel pada taraf 5% maka tidak ada pengaruh antara rata-
ditolak.
2. Jika Fhitung> Ftabel, pada taraf 5% maka adanya pengaruh antara rata-
diterima dan selanjutnya dilakukan uji jarak berganda Duncan pada taraf
KT Galat
S𝑥 = √ 𝑟
dengan nilai LSR. Jika nilai selisih rata-rata perlakuan lebih kecil atau sama
dengan nilai LSR maka hasil uji kedua perlakuan yang dibandingkan tersebut
ditandai dengan huruf yang sama, namun jika nilai selisih rata-rata perlakuan
lebih besar dari nilai LSR, maka hasil uji kedua perlakuan yang dibandingkan
tersebut ditandai dengan huruf yang berbeda. Jika selisih itu lebih besar atau
tembang. Bahan baku yang digunakan untuk membuat tepung ikan adalah ikan
tembang. Ikan yang digunakan sebelumnya dicuci dan ditimbang untuk mengetahui
bobot awal ikan tersebut. Kemudian, ikan tembang utuh disiangi dengan membuang
bagian kepala, insang, sisik, sirip dan isi perut. Setelah itu, ikan yang telah disiangi
dicuci dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran dan darah yang masih menempel.
Selanjutnya dilunakkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 1 jam
sampai tulang dan duri yang melekat pada daging menjadi lunak, kemudian dipres
terkandung dalam daging ikan. Setelah dipres kemudian digiling dengan penggiling
pengeringan kurang lebih 15 jam pada suhu sekitar 60oC sampai kadar air menjadi
rendah yaitu 6-10%. Setelah ikan dikeringkan, dilakukan penepungan. Daging ikan
menggunakan ayakan ukuran 100 mesh sehingga didapatkan tepung ikan tembang
dengan butiran yang homogen dan halus (Amirullah 2008). Tepung ikan tembang
yang dihasilkan dilakukan pengujian terhadap kadar air, abu, protein dan lemak.
Diagram alir pembuatan tepung ikan tembang dapat dilihat pada Gambar 2 Diagram
Pencucian beras sorgum dengan air bersih dilakukan sampai air cucian
tidak keruh
menetes lagi
d) Penanakan Nasi Sorgum dalam pressure cooker
b) Penghalusan
menjadi pasta
c) Pengadukan
Pasta bumbu ditambahkan air 50 ml lalu diaduk dan ditampung dalam
b) Pencampuran Bahan
c) Pengukusan
rengginang sorgum
65oC hingga rengginang sorgum kering dan dapat dipatahkan (20 jam)
4.4.5 Penggorengan
a) Penyiapan Alat dan Bahan
500 ml dituangkan ke dalam deep far fryer. Dan suhu diatur 190oC
c) Penirisan Minyak
Penirisan rengginang dilakukan sampai minyak tidak menetes dan
subjektif meliputi uji sensori (penampakan, warna, aroma, rasa dan tekstur) yang
diolah dengan metode Kruskal Wallis, apabila diperoleh hasil analisis ragam beda
nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Multiple Comparison. Analisis objektif
meliputi uji fisik, kimia dan mikrobiologis. Analisis fisik yang dilakukan yaitu
kekerasan dan volume pengembangan. Analisis kimia yang dilakukan meliputi kadar
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat yang dihitung
berdasarkan by difference,
kadang disebut uji sensori indera. Uji organoleptik yang digunakan yaitu hedonic
test (uji hedonik). Uji hedonik merupakan metode uji yang digunakan untuk
penilaian. Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji
rasa dan tekstur yang bertujuan untuk mengetahui respon dari panelis terhadap
orang panelis (Soekarto 1985). Analisis dari hasil uji ini diolah dengan
menggunakan program SPSS 13.0. Lembar penilaian uji sensori dengan skala
Parameter yang diukur pada analisis fisik meliputi: kekerasan dan volume
pengembangan.
Analisis tekstur dapat dilakukan menggunakan alat. Salah satunya menggunakan Texture
Profile Analysis (TPA) adalah alat yang terkait dengan penilaian dari karakteristik
mekanis suatu materi. Alat ini diperlakukan untuk menentukan kekuatan materi dalam
bentuk kurva. Tekstur analizer digunakan untuk menentukan sifat fisik bahan yang
berhubungan dengan daya tahan atau kekuatan suatu bahan terhadap tekanan (Smewing,
1999).
dengan menggunakan probe dengan berbagai tipe. Terdapat dua metode dalam
mengukur tekstur dari suatu sampel, yaitu dengan mengukur besarnya gaya yang
deformasi yang disebabkan oleh besar gaya yang konstan (Szczesniak dan Kleyn,
1963).
b) Volume Pengembangan (Zulviani 1992)
metode Muliawan (1991), yang dimodifikasi oleh Zulviani (1992). Alat-alat yang
berbentuk bulat dengan diameter 2 mm, gelas ukur dan neraca analitik.
𝑉𝑏−𝑉𝑎
%volume pengembangan = x 100%
𝑉𝑎
Keterangan:
menggunakan metode AOAC 2007. Analisis kadar air dilakukan dengan metode
oven, analisis kadar abu dilakukan dengan metode tanur, analisis kadar protein
difference.
Tahap pertama yang dilakukan untuk menganalisis kadar air adalah cawan
porselen yang akan digunakan dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu
berat yang konstan (A). Sampel sebanyak 2 gram ditimbang dan diletakkan ke
dalam cawan yang sudah dikeringkan (B), kemudian dipanaskan ke dalam oven
pada suhu 105-110oC selama 3-4 jam. Setelah selesai, cawan tersebut didinginkan
dalam desikator selama 30 menit dan setelah dingin ditimbang kembali (C). Tahap
ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air dapat dihitung dengan
𝐵−𝐶
Kadar Air = 𝐵−𝐴 x 100%
Keterangan:
basah ditimbang sebanyak 2 gram dan diletakkan ke dalam cawan yang sudah
tanur dengan suhu 600oC sampai pengabuan sempurna (sesekali pintu tanur
dibuka sedikit agar oksigen masuk). Sampel yang sudah diabukan didinginkan ke
dalam desikator dan ditimbang. Tahap pembakaran dalam tanur diulangi hingga
didapatkan berat yang konstan. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
𝐶−𝐴
Kadar Abu = 𝐵−𝐴 x 100%
Keterangan:
meliputi tahap destruksi, destilasi dan titrasi. Tahap destruksi dilakukan untuk
mengubah protein dalam bahan menjadi garam amonium sulfat. Pada tahap
destilasi, garam ini direaksikan dengan basa dan amonia diuapkan untuk diserap
dalam larutan asam borat. Jumlah nitrogen yang terkandung dapat ditentukan
H2SO4 pekat. Sampel didihkan sampai cairan berwarna jernih (sekitar 1-1,5 jam);
didinginkan dan dipindahkan ke alat destilasi. Lalu dibilas dengan air sebanyak 5
sampai 6 kali dengan akuades (20 ml) dan air bilasan tersebut juga dimasukkan
dalam wadah yang terdapat dibawah kondensor dengan ujung kondensor terendam
20 ml. Cairan dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmeyer 125 ml berisi
larutan H3BO3 dan 3 tetes indikator (campuran metil merah 0,2% dalam alkohol
dan metilen biru 0,2% dalam alkohol dengan perbandingan 2:1) yang diletakkan
yang bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlenmeyer. Destilat dititrasi
dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari hijau
menjadi merah. Volume titran dibaca dan dicatat. Penetapan blanko dilakukan
dengan prosedur yang sama, akan tetapi sampel diganti dengan akuades. Hal yang
sama juga dilakukan terhadap blanko. Persentase kadar protein dapat dihitung
dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan
tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Pelarut heksana dituangkan ke
dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan dan
dilakukan refluks selama minimal 16 jam sampai pelarut turun kembali ke dalam
labu lemak. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua
Selanjutnya labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan
ke dalam oven pada suhu 105oC selama 5 jam. Labu lemak kemudian didinginkan
ke dalam desikator selama 20-30 menit sampai beratnya konstan (W3). Persentase
𝑊3−𝑊2
% Kadar Lemak = x 100%
𝑊1
Keterangan:
pengurangan dari 100% dengan kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar
ini karena karbohidrat sangat berpengaruh terhadap zat gizi lainnya. Persentase
% Kadar Karbohidrat = 100%- (kadar air +kadar abu + kadar lemak + kadar
protein
DAFTAR PUSTAKA