TUGAS AKHIR
Oleh:
2
3
3
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang saya
tulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
4
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penyusun tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
1. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungannya.
3. Bapak Yuliadi, S.Pi., MM selaku pembimbing pertama dalam tugas akhir ini
dan Dr. Ir. Nursidi, M.Si. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
akhir, penulisan tugas akhir sampai selesainya penulisan laporan tugas akhir
ini.
Budidaya Perikana
5. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pada staf dan teman-
teman. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pada orang lain.
Penulis
5
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
6
7
6.1 Kesimpulan..................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
7
8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Alat yang Digunakan dalam Operasional Tambak .......................... 15
Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan dalam Operasional Tambak ....................... 15
Tabel 5.3 Data Hasil FCR dan Hasil Panen ..................................................... 31
Tabel 5.4 Pengukuran Kualitas Air yang Diukur di Lapangan ........................ 31
8
9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 grafik pertumbuhan udang vaname .............................................. 30
9
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pakan yang Digunakan ................................................................. 37
Lampiran 2 Nutrisi Pakan yang Digunakan ..................................................... 37
Lampiran 3 Program Pemberian Pakan dengan Metode Bling Feeding .......... 37
Lampiran 4 Dosis Pakan Setelah >30 Hari ...................................................... 37
Lampiran 5 Frekuensi Pemberian Pakan.......................................................... 38
Lampiran 6 Pertumbuhan Udang ..................................................................... 38
10
11
ABSTRAK
11
12
BAB I PENDAHULUAN
di Indonesia khususnya di Jawa Timur sudah bukan hal yang asing lagi bagi para
windu sebagai alternatif kegiatan diverifikasi usaha yang positif. Udang vaname
merupakan jenis udang laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi, udang vaname
dilakukan secara intensif merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan baik dari
segi penentuan jenis pakan, kandungan nutrisi pakan, dosis pemberian pakan dan
yang mesti dihindari dari manajemen pakan yaitu pemberian pakan yang kurang
(under feeding) dan pemberian pakan yang berlebihan (over feeding) karena
kurang baik dan apabila pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan
menimbulkan udang stress, olehnya itu perlu manajemen pakan yang baik.
12
13
Central Proteina Prima Pasuruan, Jawa Timur dengan judul Tugas Akhir
(Litopenaeus vannamei)”.
Proteina Prima
Manfaat tugas akhir ini adalah sebagai bahan informasi dan meningkatkan
13
14
kali dilakukan oleh Boone pada tahun 1931 dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Bagian tubuh udang vaname terdiri dari kepala yang bergabung dengan
dada (chepalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari
antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname juga
dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang
maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut udang vaname terdiri dar 6 ruas dan juga
terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor) yang
membentuk kipas bersama-sama telson. Sift udang vaname aktif pada kondisi
gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar dan suka memangsa sesama
jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus (continous feeder) serta
14
15
mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6 stadia naupli, 3 stadia
protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus hidupnya. Stadia post
larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa (Haliman 2005
diacu dalam Pranoto 2007). Udang vaname juga mempunyai nama F.A.O yaitu
Udang vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi (Dore dan Frimodt
1987 diacu dalam Muzaki 2004). Udang vaname menyukai dasar yang berpasir
dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut (Dore dan Frimodt 1987
atau coklat kehijauan pada musim pemijahan Penaeus vannamei, biasa juga
disebut sebagai udang putih dan masuk ke dalam famili Penaidae. Anggota famili
ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina.
Udang Penaeid dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi
pada rostrumnya. Penaeid vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian
ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal. Udang vannamei memiliki
karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3
gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi (100 udang/m2). Berat
udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut, Penaeus
vannamei tumbuh dengan lambat yaitu sekitar 1 gram/ minggu. Udang betina
15
16
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda,
polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vanamei pakan dicari dan
organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). Organ sensor ini terpusat
pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped.
Adanya sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon untuk mendekati
atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam
amino) dan lemak maka udang meresponnya dengan cara mendekati sumber
Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dan disipkan oleh manusia
penting dalam pertumbuhan. Pakan buatan terdiri dari ramuan beberapa bahan
baku yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah dari
bentuk aslinya.
Pakan buatan (Artifical feed) adalah pakan yang sengaja dibuat dan
disiapkan. Pakan ini terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yan kemudian
diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah bentuk aslinya. Bahan baku
pakan buatan sebaiknya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu; (1) mempunyai
nilai gizi yang tinggi terutama protein sesuai kebutuhan, (2) pakan mudah dicerna
dan diameter pakan harus lebih kecil dari ukuran mulut ikan, (3) kandungan
16
17
nutrisi pakan mudah diserap tubuh serta memiliki rasa yang disukai udang yang
Karakteristik pakan yang layak untuk pakan udang vaname adalah sebagai
berikut:
Stabilitas pakan atau ketahanan pakan dalam air mutlak dimiliki oleh suatu
pakan mengingat sifat biologis udang yang mengonsumsi makanan secara lambat
dan terus menerus. Stabilitas pakan dalam air merupakan faktor penting dalam
konversi pakan. Pakan yang tidak stabil dan cepat terurai dalam air merupakan
Sifat pakan udang yang berbeda dari udang menuntut adanya atraktan
sebagai daya tarik dan kestabilan pakan yang baik agar pakan dapat dimanfaatkan
secara baik dan efisien sebelum larut atau terurai dalam air. Larutnya pakan
dalam air sebelum dimanfaatkan oleh udang akan berakibat terhadap kualitas air
namun kehilangan sebagian kecil nutrien dalam waktu perendaman tertentu masih
Darmawan 2014).
Pellet
Pellet adalah pakan berbentuk silinder yang berasal dari pencetakan bahan-
bahan baku pakan dengan menggunakan mesin die sehingga menjadi bentuk
silinder atau potongan kecil dengan diameter, panjang, dan derajat kekerasan yang
17
18
berbeda. Pellet yang berukuran besar umumnya mengandung serat yang berasal
dari hijauan. Pakan pellet untuk kuda bisa berupa pellet konsentrat, pellet hay, dan
pakan pellet komplit (Ensminger, 1990). Pakan dalam bentuk pellet merupakan
salah satu bentuk pengawetan bahan pakan dalam bentuk yang lebih terjamin
Crumble
pellet dan mash. Pakan ini memiliki cirri dan bentuk yang tidak beraturan,
merupakan proses lanjutan dari pellet. Kelebihan pakan berbentuk crumble adalah
menjadi crumble adalah crumbler. Crumbler atau mesin pemecah pellet biasanya
digunakan untuk memecah pellet menjadi bongkahan partikel yang lebih kecil
baik ukuran panjang dan diameternya. Mesin tersebut digunakan untuk memecah
pellet menjadi bentuk butiran atau granula atau pecahan (crumble) dan biasanya
diberikan pada ternak seperti ayam broiler, benur ikan dan udang. Crumbling
adalah proses penggilingan atau pemecahan pellet menjadi partikel yang kasar
18
19
2.4.1 Protein
organisme lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk
Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih
akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva
kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan
pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa.
Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal
ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka
cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang Vanname adalah
yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan
dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar. (Tacon, A. 1987).
(Djarijah 1998) Pakan tambahan yang baik untuk udang adalah pakan
yang mengandung kadar protein 20-40 %. Selain dilihat dari kadar proteinnya,
kulaitas dari pakan tambahan untuk udang juga ditentukan oleh kehalusan dari
bahanya. Semakin halus bahan baku pellet maka tahan dari pelet tersebut akan
semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan udang untuk memakannya juga
semakin panjang.
19
20
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik
bahan dan cara pengabuannya. Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung
mineral yang berupa abu. Mineral yang terdapat dalam satu bahan dapat
merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam
organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan pektat,
sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat,
klorida, sulfat, dan nitrat. Mineral juga biasanya berbentuk sebagai senyawa
Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang
terdapat dalam suatu bahan terdapat dua macam garam yaitu garam organic dan
asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat,
(Sudarmadji 2003). kasar juga sering disebut sebagai ether extract (Cherney2000)
atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam,
lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu
20
21
ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan
Lemak kasar terdiri dari lemak pigmen, zat-zat nutrient bersifat larut dalam
Pigmen yang sering terekstrak pada analisa lemak kasar seperti klorofil atau
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang
sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
(Dwijosepputro 1994) Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting dalam bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi
tergantung pada species dan fase pertumbuhan bahan tanaman (Anggorodi, 1994).
21
22
serat kasar dapat menurunkan daya rombak mikroba rumen (Farida 1998).
Analisis serat kasar adalah usaha untuk mengetahui serat kasar bahan baku
pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri
dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang,
dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Perbedaan
berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada
2.4.6 Karbohidrat
larut berperan sebagai unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel
bakteri dan tanaman. Karbohidrat lain berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka,
sebagai senyawa perekat di antara sel dan pemberi spesifitas biologi pada
sejak benur ditebar hingga udang siap panen. Namun, ukuran dan jumlah pakan
yang diberikan harus dilakukan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak
feeding).
22
23
ukuran tidak seragam, tubuh tampak keropos dan timbul rasa kanibalisme udang.
Sementara over feeding dapat menyebabkan kualitas air terganggu dan pakan juga
langkah awal yang harus di perhatikan untuk menentukan jenis, ukuran, frekuensi,
dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwidjaya, 2005). Nutrisi
budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang efisien dalam usaha budidaya
udang sangat penting karena pakan merupakan faktor produksi yang paling mahal
(Haryanti 2003).
mungkin dengan memperharikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dimana
penggunaan pakan.
vaname bersifat nokturnal atau aktif makan pada malam hari. Frekuensi
untuk mendapatkan nilai feed convertion ratio (FCR) atau nilai konversi yang
ideal. Pakan yang dikonsumsi secara normal akan diproses selama 3-4 jam setelah
23
24
dengan interval tertentu. Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2-3
kali sehari karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa dengan
4-6 kali sehari pada pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00 dan 24.00.
benur ditebar hingga benur siap panen. Namun ukuran dan jumlah pakan yang
harus di perhatikan secara cermat dan tepat sehingga udang tidak kekurangan
pakan atau kelebihan pakan (Haliman dan Adijaya, 2005). Jumlah pakan yang
diberikan dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran langsung disekeliling area
tambak dan pemberian pakan yang di letakkan di dalam anco pakan (Kordi,
2010).
berlangsung.
2.6.1 Pertumbuhan
pertumbuhan dapat dilakukan di anco atau dengan cara sampling. Wyban dan
24
25
hidup pada akhir pemeliharaan dan jumlah udang diawal pemeliharaan. Menurut
Effendi (2004), survival rate atau tingkat kelangsungan hidup dalam perikanan
budidaya merupakan indeks kelulusan hidup udang dalam proses budidaya dari
kelangsungan hidup udang yaitu pengelolaan dalam pemberian pakan yang baik
(Yustianti, 2013).
pakan yang diberikan dengan bobot biomassa yang dihasilkan (Effendy, 2000).
Menurut Haliman dan Adijaya (2008), FCR adalah perbandingan antara jumlah
kebutuhan pakan yang diperlukan untuk memproduksi satu kilogram bobot udang.
Berdasarkan pendataan pada tambak intensif dalam kondisi panen normal, FCR
yang dicapai antara 1,5-2,0 (tergantung dari media/kondisi lahan tambak yang
25
26
Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari tanggal 14
Januari 2019 sampai 17 April 2019 di tambak mitra PT. Central Proteina Prima.
Alat yang digunakan selama kegiatan di tambak mitra PT. Central Proteina
Tabel 3.2 Jenis Bahan yang Digunakan pada Tambak Intensif Mitra PT. Central
Proteina Prima.
26
27
Metode pengumpulan data yaitu observasi aktif dan partisipasi aktif untuk
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melaksanakan dan
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka dengan
3.4.1 Pengeringan
2. Kemudian terpal dikeringkan selama 3-5 hari hingga kotoran terepas dari terpal
3. Selang spiral dihubungkan kepompa dan dikilat dengan menggunakan karet ban
27
28
lester
ditutup
petakan
28
29
3. Nuvaq siap ditebar pada petakan dengan mengelilingi petakan dengan tujuan
3. Kemudia kaporit dimasukkan ke dalam karung yang terbuat dari waring yang
diayak-ayak
1. Fermentasi yang telah disimpan selama 24 jam kemudian ditebar pada petakan
3. Super NB siap ditebar secara merata dengan menambahkan sedikit air tambak
29
30
3. Baskom diisi dengan air petakan menggunakan timba sebanyak satu liter
dalam ember
3. Air dimasukkan ke dalam ember sebanyak 1-2 liter dan ditambahkan vitamin B,
vitamin C, omega protein, dan natural mikro mineral sesuai dengan dosis,
kemudian dihomogenkan.
4. Kemudian air dicampur vitamin B, vitamin C, omega protein dan natural mikro
30
31
3. Apabila pakan pada anco telah habis maka anco dibersihkan dan anco diangkat.
4. Udang yang terjala dimasukkan ke dalam ember yang berisi air petakan.
dalam ember
10. Berat rata-rata sampling (ABW), pertumbuhan berat harian (ADG), biomassa,
3.4.15 Pengukuran pH
31
32
dalam wadah
nilai salinitas
2. Selanjutnya dilihat skala pada termometer sejajar dengan mata untuk melihat
membelakangi sinar matahari dan angka pada secchi disk dihadapkan ke arah
4. Secchi disk diangkat secara perlahan-lahan sampai piringan secchi disk terlihat
32
33
𝑇1+𝑇2
5. Selanjutnya nilai dapat dihitung dengan rumus
2
3.4.19 Tinggi Air
2. Dilihat angka pada papan yang sejajar pada air yang dicatat sebagai nilai
ketinggian
3.4.20 Penyiponan
ujung pipa pengeluaran dipasangi waring agar kotoran yang keluar tidak
menyebar
2. Pada central drain, selang spiral yang tersambung dengan pipa penutup central
3. Kemudian ditutup ujung selang spiral sebagian menggunakan kaki agar udang
2. Dituang super NB ke dalam gelas ukur dengan dosis pemberian yaitu 0,5-1
ppm
secukupnya
33
34
3.4.22 Pengapuran
ember
menggunakan timba
4. Kapur siap ditebar secara merata pada petakan dengan mengelilingi petakan.
4. Udang ditangkap dengan menggunakan jala lempar dan disimpan pada drum
blong
5. Drum blong yang telah berisi udang diangkat ke tempat penyortiran udang.
keranjang
34
35
1. Pertumbuhan
Survival Rate (SR) merupakan tingkat kehidupan udang dalam petakan tambak.
3. Biomassa udang
Biomassa merupakan jumlah berat total udang dari suatu populasi dalam
suatu periode.
atau 1 siklus
Feed Conversion Ratio (FCR) adalah jumlah pakan yang dihabiskan udang
35
36
Menurut Halima dan Adijaya (2005), Mean body weight (gr/ekor) dihitung
dengan rumus :
Berdasarkan Panduan PT. CP. Prima (2016) FCR dihitung dengan rumus :
Berdasarkan Panduan PT. CP. Prima (2016) ADG dihitung dengan rumus :
5. Feed/Day (F/D)
Berdasarkan Panduan PT. CP. Prima (2016) F/D dihitung dengan rumus :
36