TUGAS AKHIR
OLEH :
LAILAN SYAFINA
NIM 132410016
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah. Rabb seru sekalian alam yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Penetapan kadar baku
Nicotinamidum secara Titrsi Bebas Air”, yang dibuat sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, dengan ini penulis
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
3. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan
4. Bapak Dadang Irfan Husori, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf program studi Diploma III Analis
arti keberadaannya.
Penulis berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata,
Lailan Syafina
NIM 132410016
ABSTRAK
PT. Kimia Farma, Tbk., merupakan sebuah badan usaha milik negara
(BUMN) bergerak dalam bidang industri farmasi, industri kimia dan makanan,
kesehatan, perkebunan obat, perdagangan farmasi kimia dan ekspor-impor. PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk., mempunyai anak perusahaan, yaitu PT. Kimia
Farma trading distributor. PT. Kimia Farma apotek, dan swalayan farmasi PT.
Kimia Farma.
Aktivitas utama PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., plant Medan di
khususkan untuk memasok kebutuhan obat diwilayah Sumatera. Produk yang
dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat cara pembuatan obat yang
baik (CPOB) ini memproduksi tiga bentuk sediaan obat yaitu sediaan tablet, krim
dan kapsul. Salah satu obat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma adalah vitamin
B kompleks. Sebelum melakukan produksi dilakukan pengujian pemastian mutu
terhadap bahan awal, yaitu adalah penetapan kadar bahan baku nicotinamidum
dengan menggunakan metode titrasi bebas air sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Farmakope edisi V agar vitamin B kompleks yang diproduksi memenuhi syarat.
Sampel nicotinamidum yang tersedia di Kimia Farma di kemas di sebuah
pot plastik sebanyak 8 g dan di timbang 100 mg sebanyak dua kali untuk dua
sampel. Penetapan kadar di lakukan dengan menggunakan Metode titrasi bebas
air, sesuai dengan prosedur yang di gunakan di laboratorium PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk., plant Medan.
Hasil penetapan kadar bahan baku nicotinamidum pada sampel pertama
yaitu 100,62%, dan hasil penetapan kadar pada sampel kedua yaitu 99,63%.
Kadar rata-rata bahan baku nicotinamidum adalah 100,12%. Hasil ini sesuai
dengan persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V, yaitu tidak
kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%.
Kata kunci: Bahan Baku Nicotinamidum, Penetapan Kadar, Titrasi Bebas Air.
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ v
4.1 Hasil..................................................................................... 15
LAMPIRAN ............................................................................................. 19
Lampiran Halaman
1 Perhitungan............................................................................. 19
PENDAHULUAN
PT. Kimia Farma, Tbk., merupakan sebuah badan usaha milik negara
(BUMN) bergerak dalam bidang industri farmasi, industri kimia dan makanan,
Kimia Farma (Persero) Tbk., mempunyai anak perusahaan, yaitu PT. Kimia
Farma trading distributor. PT. Kimia Farma apotek, dan swalayan farmasi PT.
dihasilkan oleh pabrik yang telah memperoleh sertifikat cara pembuatan obat yang
baik (CPOB) ini memproduksi tiga bentuk sedian obat yaitu sediaan tablet, krim
dan kapsul. Salah satu obat yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma adalah vitamin
terhadap bahan awal, yaitu adalah penetapan kadar bahan baku nicotinamidum
dengan menggunakan metode titrasi bebas air sesuai dengan yang ditetapkan oleh
Kemudian dilanjutkan pengujian pemastian mutu, produk ruahan dan obat jadi.
Saat proses berlangsung dilakukan in process control (IPC) pada setiap tahapan
proses produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi. Setiap tahap
syarat sesuai dengan Farmakope Indonesia (FI) Edisi V Tahun 2014 yaitu tidak
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2014 yaitu tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nicotinamidum
Struktur nicotinamidum
Nicotinamidum mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
Pemerian : serbuk hablur, warna putih; tidak berbau, rasa pahit, larutan : bersifat
Kelarutan : larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam gliserin
Identifikasi :
endapan kuning. Keringkan endapan pada suhu 105o ; suhu lebur endapan
chas.
- Sisa pemijaran : tidak lebih dari 0,1 % (Ditjen POM RI, 1972).
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet
(UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak
Prinsip :
tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam
- Spektrum ultraviolet suatu obat sering digunakan sebagai salah satu dari
Kekuatan :
- Metode rutin untuk menentukan beberapa sifat fisikokimia obat, yang harus
spektrum derivatif
Keterbatasan :
yang diperpanjang lebih khas daripada obat dengan kromofor cincin benzen
sederhana.
KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan
fase gerak cairan dan fase diam cairan atau padat (Putra, 2004).
Prinsip :
Suatu fase gerak cair dipompa dibawah tekanan melalui kolom baja yang
mengandung partikel-partikel fase diam dengan diameter 3-10 µm. analit tersebut
yang dibutuhkan oleh komponennya didalam fase diam. Perlu diperhatikan bahwa
sama dalam fase gerak agar dapat keluar dari kolom. Pemantauan efluen kolom
Penerapan :
melalui deteksi UV/visible memberikan suatu metode yang akurat, tepat, dan
- Penentuan koefisien partisi dan nilai-nilai pka obat dan penentuan ikatan
protein obat.
kuantitatif.
yang lebih kecil karena pemanasan bukan merupakan syarat dalam proses
kromatografi.
- Mudah diotomatisasi
Keterbatasan :
- Masih dibutuhkan detektor yang terandalkan dan tidak mahal yang dapat
- Terbentuknya buangam pelarut organik dalam jumlah besar, yang mahal jika
Titrasi bebas air (titrasi dalan pelarut bukan air) sudah lama diketahui
bahwa asam dan basa adalah senyawa yang memberi ion hidrogen dan ion
hidroksil bila dilarutkan dalam air. Definisi yang perkenalkan oleh Arrhenius ini
tidak mencakup kenyataan bahwa sifat yang spesifik dari asam dan basa ini dapat
juga terjadi dalam pelarut lain. Definisi yang lebih umum adalah definisi
memberikan proton, dan basa adalah suatu senyawa yang dapat mengikat proton.
Yang lebih luas lagi adalah devinisi lewis, yang menyatakan bahwa asam adalah
setiap senyawa yang bisa menerima pasangan elektron, basa adalah setiap
Kekuatan yang nyata suatu asam atau suatu basa ditentukan oleh
kemampuannya bereaksi dengan pelarut. Dalam larutan air semua asam kuat
tampak sama kuat karena senyawa ini bereaksi dengan pelarut dan terkonversi
sempurna menjadi ion oksonium dan anion asam (efek penyetingkatan). Dalam
adalah asam perklorat, asam bromide, asam sulfat, asam klorida, dan asam nitrat
Asam asetat bereaksi tidak sempurna dengan air untuk membentuk ion
oksonium, oleh karena itu merupakan asam lemah. Sebaliknya senyawa ini larut
dalam basa seperti etilendiamina, dan bereaksi begitu sempurna dengan pelarut,
sehingga bersifat sebagai asam kuat. Hal yang sama berlaku juga untuk asam
perklorat.
Efek penyetingkatan juga terlihat pada basa. Dalam asam sulfat hampir
semua basa berkekuatan sama. Sifat asam sebagai pelarut menurun dalam seri
asam sulfat, asam asetat, fenol, air, piridina, dan butilamina, dalam seri
kebalikannya sifat basa menurun dan asam paling kuat kehilangan sifat basanya.
asam atau sifat basa jika dilarutkan dalam pelarut organik. Oleh karena itu
berbagai senyawa yang demikian secara titrasi bebas air. Selanjutnya, tergantung
pada bagian mana suatu senyawa yang merupakan bagian yang aktif, seringkali
untuk mentitrasi bagian ini dengan pemilihan dan titran yang tepat. Senyawa
murni dapat langsung dititrasi, tetapi untuk sedian farmasi seringkali diperlukan
Jenis senyawa yang dapat dititrasi dengan asam antara lain halida asam,
anhidrida asam, asam karboksilat, asam amino, senyawa enol seperti berbiturat
dan xantin, imida, fenol, pirol, dan sulfonamide. Jenis senyawa yang dapat
dititrasi sebagai basa antara lain amina, senyawa heterosiklik yang mengandung
garam alkali asam anorganik lemah, dan beberapa garam amina. Beberapa garam
asam halogen dapat dititrasi dalam asam asetat setelah penambahan raksa (II)
asetat P, yang akan mendesak ion halida sebagai kompleks raksa (II) halida yang
tak terionisasi dan membebaskan ion asetat (Ditjen POM RI, 1995).
Untuk titrasi senyawa basa, larutan volumetrik asam perklorat dalam asam
asetat glasial lebih disukai, walaupun asam perklorat dalam dioksan juga
bersifat agak tidak menentu dapat digunakan untuk titrasi seperti ini. Penggunaan
dibandingan titran lainnya yaitu (a) garam tetraalkilamonium dari asam yang
dititrasi larut dalam media titrasi, dan (b) elektrode kaca-kolomel yang sesuai
asam harus dilindungi dari paparan atmosfir yang berlebih dengan penutup yang
sesuai atau bekerja dengan atmosfir inert selama titrasi (Ditjen POM RI, 1995).
Cairan jernih tidak berwarna; berbau tajam, mengandung tidak kurang dari
Kelarutan sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol dan asam asetat
larutan ini kedalam labu tentukur 100 mL dan encerkan dengan asam asetat
Pipet 20 mL larutan ini dan titrasi perlahan-lahan dengan asam perklorat 0,1
lebih dari 0,10 mL asam perklorat 0,1 N (Ditjen POM RI, 1995).
METODE PENGUJIAN
industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., plant Medan yang beralamat di jalan
3.2 Alat-alat
Alat yang digunakan pada percobaaan ini adalah : batang pengaduk, buret
(Pyrex, ukuran 50 mL), corong, erlenmeyer (Pyrex, ukuran 250 mL), gelas ukur
(Pyrex, ukuran 10 mL), gelas ukur (Pyrex, ukuran 100 mL), labu tentukur (Pyrex,
ukuran 250 mL), neraca analitik (Digital semi micro balance), oven, statif dan
klem, tisu.
3.3 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah : asam asetat anhidrida,
asam perklorat, asam perklorat P 70%, asam asetat glasial, asam asetat P, kalium
3.4 Prosedur
biru toska.
- Dikeringkan alat yang akan digunakan didalam oven pada suhu 100oC selama
30 menit
- Dikeringkan alat yang akan digunakan didalam oven pada suhu 100oC selama
30 menit
Keterangan :
Vt : Volume titrasi
NHCLO4 : Normalitas asam perklorat
BE : Berat ekivalen
BP : Baku pembanding
BS : Berat sampel
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Data sampel diperoleh dari Lampiran 1 halaman 19
No Berat sampel Volume titrasi Kadar Kadar rata-
(mg) (mL) rata
1. 100,31 mg 7,05 mL 100,62 % 100,12 %
2. 100,59 mg 7,0 mL 99,63 %
4.2 Pembahasan
Hasil penetapan kadar bahan baku nicotinamidum yang diproleh pada
sampel pertama yaitu 100,62%, dan hasil penetapan kadar pada sampel kedua
yaitu 99,63%. Kadar rata-rata bahan baku nicotinamidum adalah 100,12%. Hasil
ini sesuai dengan persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V,
yaitu tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%. Walaupun kadar yang
Adapun perbedaan hasil yang diproleh pada penetapan kadar sampel yang
dapar berjalan dengan baik. Bila titrasi berlangsung dengan pelarut yang masih
pelarut menjadi lebih rendah dari seharusnya (bila ditambahkan pelarut bebas air).
kandungan air yang akan mempengaruhi reaksi. Semua pereaksi yang dibuat
mengandung air sehingga pada titrasi bebas air, jumlah kelebihan air dari peniter,
pelarut serta indikator tersebut akan mempengaruhi titik akhir titrasi, perubahan
warna dapat terjadi di luar titik akhir titrasi seharusnya, titrasi menjadi tidak
5.1 Kesimpulan
sampel pertama yaitu 100,62%, dan hasil penetapan kadar pada sampel kedua
yaitu 99,63%. Kadar rata-rata bahan baku nicotinamidum adalah 100,12%. Hasil
ini sesuai dengan persyaratan yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi V,
yaitu tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,5%. Metode yang
digunakan dalam penentuan kadar zat aktif nicotinamidum adalah titrasi bebas air
(TBA).
5.2 Saran
N= Volume titrasi
= × 4,15 = 0,11803 N
Kadar nicotinamidum =
Keterangan :
Vt : Volume titrasi
NHCLO4 : Normalitas asam perklorat
BE : Berat ekivalen
BP : Baku pembanding
BS : Berat sampel