Anda di halaman 1dari 96

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA

MASYARAKAT SUKU NIAS KECAMATAN


GUNUNGSITOLI ALO’OA KOTA
GUNUNGSITOLI

TESIS

Oleh

ASAARO TELAUMBANUA
137030002/BIO

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA
MASYARAKAT SUKU NIAS KECAMATAN
GUNUNGSITOLI ALO’OA KOTA
GUNUNGSITOLI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Biologi Pada Program Pascasarjana
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASAARO TELAUMBANUA
137030002/BIO

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT


PADA MASYARAKAT SUKU NIAS
KECAMATAN GUNUNGSITOLI ALO’OA
KOTA GUNUNGSITOLI.
Nama Mahasiswa : ASAARO TELAUMBANUA
Nomor Induk Mahasiswa : 130730002
Program Studi : Magister Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Menyetujui
Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. T.Alief Aththorick, M.Si Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc


NIP : 19690919 199903 1 002 NIP : 19630123 199003 2 001

Ketua Program Studi Biologi, Dekan,

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. BioMed Dr. Sutarman, M.Sc


NIP : 19660209 199203 1 003 NIP : 19631026 199103 1 001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : Asaaro Telaumbanua


NIM : 13703002
Program Studi : Magister Biologi
Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exlusive Free
Rigt) atas Tesis saya yang berjudul :
Studi Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Nias
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengolah dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan
Tesis saya tanpa memeinta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 8 Juli 2015

Asaaro Telaumbanua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji pada

Tanggal : 8 Juli 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. T.Alief Aththorick, M.Si

Anggota : 1. Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc

2. Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. BioMed

3. Dr. Saleha Hannum, M. Si

Lulus pada tanggal 8 Juli 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Asaaro Telaumbanua


Temapat dan Tanggal Lahir : Fadoro Lasara, 12 September 1976
Alamat Rumah : Desa Fadoro Lasara Kecamatan
Gunungsitoli Kota Gunungsitoli
Telepon : 081361329201
e-mail : asaarotelaumbanua@gmail.com
Instansi Tempat Kerja : Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli
Kota Gunungsitoli

DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negeri No. 070987 Fadoro Tamat : 1989
SMP : Sekolah Teknik Gunungsitoli Tamat : 1992
SMA : SMA Negeri 3 Gunungsitoli Tamat : 1995
Strata-1 : IKIP Gunungsitoli Tamat : 2003
Strata-2 : Program Pascasarjana FMIPA USU Tamat : 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha


Esa atas segala limpahan rakhmad dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat
diselesaikan.
Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.
Dr. Runtung, SH, M.Hum atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman M.Sc
atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Pascasarjana FMIPA Universitas
Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Biologi, Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M.
Biomed sekaligus sebagai dosen penguji I, Sekretaris Program Studi Magister
Biologi, Dr. Suci Rahayu, M.Si beserta seluruh Staf Dosen pada Program Studi
Magister Biologi Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis ucapkan kepada Dr. T.Alief Aththorick, M.Si selaku dosen pembimbing I
dan Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku dosen pembimbing II, serta Dr. Saleha
Hanum, M.Si selaku dosen penguji II, yang dengan penuh kesabaran menuntun
dan membimbing penulis hingga selesainya tesis ini.
Kepada Bapak Walikota Gunungsitoli Drs. Martinus Lase, M.SP dan
Kepala Dinas Pendidikan Kota Gunungsitoli yang telah memberi rekomendasi
dan kesempatan kepada penulis untuk Tugas Belajar di Universitas Sumatera
Utara.
Secara khusus kepada Saharman Gea, Ph.D dan Destarius Zebua, S.Pd,
M.Si yang telah membantu dan memotifasi penulis selama perkuliahan.
Selanjutnya kepada teman-teman seperjuangan Ibezaro Zega, Rukmini, Tiomas
Gultom, Risky, Tiwi, Nurul dan Tyas yang telah memberikan motivasi dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.
Teristimewa kepada istri tercinta Lestarini Zalukhu, S.Pd.SD dan kedua
anak tersayang Grace Chyntia Telaumbanua, Revin Alvataro Telaumbanua yang
telah sabar dan tabah tidak selalu bersama-sama ± 2 tahun selama perkuliahan.
Kepada orang tua penulis Fatieli Telaumbanua, Gatinia Harefa (alm) dan
mertua Fatiaro Zaluchu (alm), Yunieti Lase yang telah mendoakan selama
perkuliahan.
Kepada pihak yang telah turut membantu baik moril maupun sprituil
selama perkuliahan dan penelitian yang tidak dapat penulis sebut satu persatu,
budi baik ini tidak dapat dibalas hanya diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Asaaro Telaumbanua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat


suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui persepsi dan pengetahuan masyarakat tentang
pemanfaatan tumbuhan obat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
wawancara semi terstruktur, open ended, dan angket, data dianalisa dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan menghitung indeks kepentingan
budaya (Index of Cultural Significance-ICS) serta degradasi pengetahuan
masyarakat (D). Hasil penelitian diketahui bahwa persepsi dan pengetahuan
masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat pada kelompok usia ≥ 50 tahun
laki-laki maupun perempuan dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi,
sedangkan pada kelompok usia rendah semakin berkurang. Jenis tumbuhan obat
yang ditemukan berjumlah 30 famili dari 51 spesies. Pemanfaatan organ
tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 38 spesies,
seluruh bagian tumbuhan 4 spesies, bagian rimpang dan buah 2 spesies dan yang
lainnya masing-masing 1 spesies. Nilai indeks kepentingan budaya (Index of
Cultural Significance-ICS) tertinggi adalah Cocos nucifera dengan nilai 35,
diikuti dengan Curcuma domestica dan Carica papaya dengan nilai 25 dan 20.
Degradasi pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat untuk
kelompok usia A terhadap C sebesar 57,14 %, kelompok usia B terhadap C
sebesar 22,37 %, dan kelompok usia A terhadap B sebesar 34,76 %.

Kata kunci : Etnobotani, tumbuhan obat, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Have been done a research on the utilization of medicinal plants to tribal


community Nias, subdistrict of Gunungsitoli Alo'oa, Gunungsitoli city. The
purpose of this study was to know the perception and knowledge the about
utilization society of medicinal plants. Data collection was conducted method by
semi-structured interviews, open-ended, and questionnaires, the data were
analyzed with qualitative and quantitative approaches to calculate the Index
cultural interests Significance-ICS as well as the degradation of public knowledge
(D). The research result revealed that the perception and knowledge society the
about utilization of medicinal plants on the age group ≥ 50 years of men and
women in everyday life is very high, while on the lower age groups visible
decreased. The type plant Medicinal were found as much 30 family of 51 species.
Utilization of plant organs most widely used are the leaves as many as 38 species,
all parts of the plant 4 species,the rhizome and fruit the 2 species while other each
1 species. The highest value of ICS is Cocos nucifera with score of 35, followed
by Curcuma domestica and Carica papaya with value of 25 and 20. The
degradation of public knowledge about utilization of medicinal plants for age
groups A to C as big as 57.14 %, age group B to C 22.37 %, and age groups A to
B amount 34.76 %.

Keywords: Ethnobotany, medicinal plants, subdistrict of Gunungsitoli Alo'oa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pengetahuan Etnobotani 4
2.2 Kearifan Pengobatan Tradisional Suku Nias 4
2.3 Tumbuhan Obat 5
2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat 6
2.5 Gambaran Asal-usul Suku Nias 8
2.6 Leluhur Orang Nias Dalam Cerita Lisan 9
2.7 Penelitian Suku Nias Secara Genetika 9
BAB III. METODE PENELITIAN 11
3.1 Deskripsi Area Penelitian 11
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 11
3.3 Desain Penelitian 11
3.3.1 Persiapan Penelitian 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.2 Populasi dan Sampel 12
3.3.3 Teknik Pengumpulan Data 13
3.4 Analisis Data 13
3.4.1 Pendekatan Kuantitatif 13
3.4.2 Pendekatan Kualitatif 14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1 Persepsi Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat 15
4.2 Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh
Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 16
4.3 Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang dimanfaat oleh
Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 18
4.4 Indeks Kepentingan Budaya (Index of Cultural
Significance-ICS) 30
4.5 Degradasi Pengetahuan Masyarakat Kecamatan
Gunungsitoli Alo’oa 34
4.6 Deskripsi Tumbuhan Obat 35
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 53
5.1 Kesimpulan 53
5.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1 Jumlah Sampel Tiap Desa Penelitian di Kecamatan Gunungsitoli 12


Alo’oa.
4.3 Jenis Tumbuhan Obat berdasarkan Manfaat dan Organ yang
digunakan serta Cara Pemanfaatannya. 19
4.4 Nilai ICS Tiap-tiap Jenis Tumbuhan Obat. 30
4.5 Degradasi Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli
Alo’oa tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat. 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Skema Asal-usul masyarakat Nias (hoho). 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Peta Kota Gunungsitoli 58


2. Data Penduduk Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 59
3. Penentuan Sampel Tingkat Kesalahan 1%, 5% dan 10% 60
4. Lembaran Kuisioner 61
5. Lembaran Wawancara 64
6. Lembaran Kuisioner Pengetahuan Pemanfaatan Tumbuhan
Obat 67
7. Nilai qualitas Kegunaan Jenis Tumbuhan berdasarkan
Focus Group Discussion (FGD) 70
8. Skor Nilai ICS 71
9. Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 72
10. Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat untuk Ibu Hamil
oleh masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 73
11. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kec. Gunungsitoli Alo’oa
yang mengetahui Jenis Tumbuhan Obat 74
12. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kec. Gunungsitoli Alo’oa
untuk Meramu Tumbuhan Obat 75
13. Perhitungan Indeks Kepentingan Budaya Tiap-tiap Tumbuhan
obat. 76
14. Rekapitulasi Degradasi Pengetahuan Masyarakat 79
15. Perhitungan Degradasi Pengetahuan berdasarkan Kelompok
usia. 80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam yang melimpah serta
memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tergolong sangat tinggi sehingga
dikenal sebagai salah satu “megabiodiversity countries”. Keanekaragaman hayati
tersebut berupa flora dan fauna yang tersebar di wilayah biogeografi utamanya,
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, Papua, dan Kepulauan
Sunda kecil. Flora Indonesia diperkirakan berjumlah 100 sampai dengan 150
famili tumbuh-tumbuhan, sebagian dari jumlah tersebut berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai tumbuhan penghasil buah-buahan, rempah- rempah, obat-
obatan, kosmetik dan bahan mentah dalam industri makanan dan minuman
(Nasution, 1992).
Masyarakat Indonesia telah lama memanfatkan tumbuhan, hewan, mineral,
doa, dan pijat sebagai sumber pengobatan tradisional (Munawwarah, 2012).
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kefarmasian sehingga
teknik pengobatan kuno banyak yang hilang atau terlupakan. Para peneliti
etnobotani di berbagai suku di Indonesia telah banyak menemukan berbagai jenis
tumbuhan berkhasiat untuk obat serta aman untuk kesehatan. Temuan jenis-jenis
tumbuhan obat di berbagai suku di Indonesia baik melalui riset maupun dari
pengalaman seseorang adalah merupakan aset bangsa yang bernilai tinggi
sehingga perlu dikoleksi dan dilestarikan (Hariana, 2008).
Ancaman berbagai jenis penyakit manusia yang timbul dewasa ini akibat
pola hidup dan pola makan yang tidak sesuai, sehingga mendorong berbagai
kalangan termasuk para ilmuan dibidang etnofarmakologis untuk memproduksi
berbagai jenis obat yang berasal dari tumbuhan. Prospek pengembangan produksi
tumbuhan obat yang semakin pesat, mengingat perkembangan industri obat
modern dan obat tradisional terus meningkat. Kondisi ini turut dipengaruhi hasrat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


masyarakat yang semakin tinggi untuk memanfaatkan tumbuhan sebagai sumber
pengobatan. Banyak kesaksian yang telah membuktikan khasiat tiap-tiap jenis
tumbuhan sebagai sumber pengobatan penyakit tertentu serta dapat meningkatkan
kesehatan tubuh. Berbagai informasi tumbuhan obat yang diperoleh membuat
masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature)
dengan memanfaatkan obat-obat alami (Djauhariya dan Hernani, 2004)
Letak geografis pulau Nias yang terpisah dari dataran pulau Sumatera
dipastikan memiliki kekayaan sumber daya genetik tumbuhan mulai dari
rerumputan, herba, perdu, dan pepohonan. Masyarakat suku Nias Kota
Gunungsitoli pada umumnya tinggal di pedesaan dan lebih mengandalkan
tumbuhan yang ada disekitarnya sebagai sumber makanan, sayuran, dan obat-
obatan. Sutarjadi (1992) menyatakan bahwa pada daerah-daerah terisolir
pemanfaatan lingkungan terutama tumbuhan untuk pemenuhan kebutuhan
kesehatan sebagai obat-obatan tradisional sangat tinggi.
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa berada pada daerah perbukitan, dekat
kawasan hutan dan termasuk daerah terpencil. Masyarakat Gunungsitoli Alo’oa
memiliki kultur sosial, budaya dan adat istiadat yang homogen dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Kehidupan masyarakat lebih mengandalkan
lingkungan sebagai sumber pencaharian yakni bertani dan beternak. Hasil
pertanian yang dominan adalah karet, coklat, dan kelapa namun pengelolaannya
masih bersifat tradisional disebabkan karena faktor sumber daya manusia yang
rata-rata berpendidikan rendah.
Penelitian etnobotani dan etnofarmakologis hendaknya perlu
pengidentifikasian dan pengkajian mengingat luasnya hutan dan tersebarnya suku-
suku bangsa di Indonesia (Agoes, 2002). Selanjutnya Sudarsono (2010)
mengatakan koleksi data pada bidang riset pengobatan tradisonal harus lebih
diintensifkan dengan tujuan untuk memperoleh data ilmiah kedokteran yang tepat,
guna memberikan kontribusi pada dunia kesehatan global. Selain itu monitoring
dan penelitian mengenai pengetahuan lokal etnis tertentu yang memiliki
kepercayaan kuat pada kebudayaan mereka sangat dianjurkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah studi etnobotani tumbuhan obat pada masyarakat suku Nias
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
Kota Gunungsitoli tentang pemanfaatan tumbuhan obat?.
2. Jenis tumbuhan apa saja yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Nias
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli sebagai obat-obatan.?

3. Bagaimana pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat


suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli?.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang :

1. Persepsi masyarakat suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota


Gunungsitoli tentang pemanfaatan tumbuhan obat.
2. Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat pada masyarakat suku Nias
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan :
1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum tentang etnobotani
tumbuhan obat masyarakat suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota
Gunungsitoli.
2. Sebagai acuan untuk penelitian lanjutan tentang metabolik sekunder yang
dikandung tiap-tiap jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kecamatan
Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan Etnobotani


Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan yang holistik
antara tumbuhan (botani) dengan kelompok masyarakat atau etnis tertentu di
berbagai belahan dunia (Suryadarma, 2008). Pengetahuan masyarakat suku Nias
Kota Gunungsitoli tentang pemanfaatan tumbuhan obat berawal dari informasi
orang tua secara empiris dari generasi kegenerasi disertai dengan pengalaman dan
keyakinan terhadap penyembuhan berbagai jenis penyakit tertentu. Studi
etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan
tumbuh-tumbuhan dalam suatu komunitas atau etnis tertentu dengan
menggambarkan peran dan fungsi tumbuhan dalam suatu budaya (Hastuti et al.,
2002). Jujur bahwa banyak jenis penyakit di Nias yang tidak terdeteksi oleh
dokter dan tidak sembuh melalui medis, tetapi penyakit tersebut hanya dapat
sembuh dengan memanfaatkan tumbuhan obat melalui dukun kampung atau orang
yang ahli obat tradisional.

2.2. Kearifan Pengobatan Tradisional Suku Nias


Masyarakat Suku Nias di pedesaan sering memanfaatkan jasa penyembuh
tradisional. Penyembuh tradisional ini dikenal dengan beberapa sebutan,
tergantung pada keahlian masing-masing. Berikut jenis penyembuh tradisional
yang dikenal oleh masyarakat di Nias adalah :
1. Tukang urut (sondrusi) adalah suatu profesi laki-laki atau perempuan yang
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit dengan cara memijat
atau mengurut.
2. Tukang obat (same’e dalu-dalu) adalah suatu profesi laki-laki atau perempuan
yang mampu meracik ramuan obat tradisional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Dukun beranak (sondrusi sabeto/samatumbu’ö iraono) yaitu orang yang
berprofesi menolong persalinan dan merawat kehamilan. Dukun beranak ini
pada umumnya adalah kaum ibu.
4. Peramal (samaele’ö) yaitu seseorang yang memiliki tahyul sehingga mampu
mengetahui kejadian-kejadian yang belum dan akan terjadi serta mampu
mengetahui asal-usul penyakit sesorang.
Penyembuh sebelum melaksanakan pengobatan terlebih dahulu
melaksanakan ritual doa (fangandro) dengan tujuan agar yang Maha Kuasa dapat
memberi kekuatan kepada penyembuh dan juga memberi pertolongan kepada
pasien. Para penyembuh jauh sebelumnya telah menyiapkan berbagai ramuan obat
seperti air putih dan minyak (fanikha dalu-dalu). Setelah selesai pekerjaan dukun
biasanya pasien memberikan uang yang tarifnya tidak di patok kepada dukun
sebagai ucapan terima kasih (fangando saohagolo).
Masyarakat sangat menghormati para penyembuh tradisional di desa-desa.
Contohnya dukun beranak setelah selesai pekerjaannya merawat kehamilan serta
menolong persalinan, maka orang tua bayi mengundang dukun tersebut
kerumahnya untuk berterima kasih dengan menjamu makan dan menyembelih
seekor anak babi serta memberi uang kepada dukun sebagai ganti sabun untuk
cuci tangan (fanasa danga). Secara umum keahlian para penyembuh tradisional
tersebut diperoleh secara turun-temurun dari orang tua, dari mimpi, tetapi ada juga
yang mendapatkan keahliannya karena belajar. Keahlian yang diturunkan dari
orang tua tersebut misalnya kemampuan mengurut atau mengkusuk dan
kemampuan untuk membantu persalinan (Manalu et al., 2012)

2.3. Tumbuhan Obat


Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat sangat beragam, seperti
tumbuhan bawah, liana, terna, perdu, dan berbagai jenis pohon lainnya. Bagian
tumbuhan yang sering dimanfaatkan adalah akar, kulit batang, kayu, daun, bunga,
dan biji (Yusro dan Fathul, 2010). Mempelajari tumbuhan obat pada hakekatnya
tekait dengan berbagai disiplin ilmu antara lain : Taksonomi, Ekologi, Geografi
tumbuhan, Pertanian, Sejarah, dan Antropologi (Tamin dan Arbain, 1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Masyarakat di pedesaan banyak yang belum mengetahui bahwa tumbuhan obat
selain berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, juga dapat
dimanfaatkan dalam berbagai bahan mentah seperti obat kimia, kosmetik,
makanan, minuman dan usaha-usaha produk kesehatan (Duaja et al., 2011)

2.4. Pemanfaatan Tumbuhan Obat.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasi pemanfaatan obat
tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degeneratif dan kanker. Organisasi Kesehatan Dunia juga mendukung
pengelolaannya dengan kearifan lokal masing-masing etnis dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional (World Health Organization, 2003).
Menurut Kumala (2006) ada beberapa hal penting cara pemanfaatan tumbuhan
obat tradisional secara tepat antara lain :

a. Kebenaran Bahan
Secara morfologi tumbuhan terdiri dari akar, batang, daun, bunga, biji, dan
buah. Bila akar atau rimpang yang digunakan, perhatikan pertumbuhannya telah
terhenti dan mengering di atas permukaan tanah. Bila daun yang digunakan,
petiklah daun yang tidak terlalu muda atau tua. Bila yang digunakan herba secara
keseluruhan, cabut tanaman bila fase bunga mulai muncul. Bila yang digunakan
kulit kayu, perhatikan bila pertumbuhannya telah maksimal, dan bila yang
digunakan biji, petik buah yang telah masak sempurna (Yayasan Pusaka Nias,
2010). Keberagaman jenis tumbuhan obat kadang kala sulit untuk dibedakan satu
dengan yang lain, sehingga kebenaran dan ketepatan bahan sangat menentukan
tercapai atau tidaknya efek terapi yang diinginkan. Sebagai contoh Lempuyang
emprit (Zingiber amaricans) dan Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet)
berkhasiat sebagai penambah nafsu makan sedangkan Lempuyang wangi
(Zingiber aromaticum) memiliki khasiat sebagai pelangsing (Sastroamidjojo,
2001)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Ketepatan Cara Penggunaan
Mengkonsumsi obat yang berasal dari tumbuhan ada aturan yang harus di
patuhi dari dukun, misalnya obat dalam khusus untuk diminum dan obat luar yang
di oleskan di permukaan kulit. Sebagai contoh daun wungu (Graptophyllum
pictum) di berikan sedikit minyak makan kemudian di pepes diatas bara api, pada
saat hangat dibalut pada bagian tubuh yang bengkak (Yayasan Pusaka Nias,
2010). Contoh lain adalah daun kecubung (Datura metel) jika cara
menggunakannya dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan
sebagai obat asma, tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan
keracunan/mabuk (Munawwarah, 2012).

c. Ketepatan Dosis
Pemanfaatan tumbuhan obat sama halnya dengan penggunaan obat kimia,
tetap ada dosis yang harus dipatuhi. Contoh Gambir (Uncaria gambir) dapat
mengobati diare jika ukurannya kurang dari ibu jari, tetapi jika dosis
pemakaiannya melebihi maka dapat menyebakan efek lain menyulitkan pasien
buang air besar selama berhari-hari. Informasi ini dapat memberi pelajaran bagi
masyarakat bahwa mengkonsumsi obat tradisional memiliki efek samping jika
tidak mematuhi aturan pemakaiannya (Munawwarah, 2012).

d. Ketepatan Waktu Penggunaan Obat.


Ketepatan dan waktu penggunaan obat sangat penting untuk diketahui oleh
seseorang sebab jika salah dapat beresiko untuk diri sendiri. Contoh masalah
kewanitaan pada awal datang bulan menyebabkan rasa nyeri pada saat haid tentu
sangat cocok mengkonsumsi jamu kunir asam yang diracik dari bahan kunyit,
tetapi hal ini sangat beresiko bagi ibu hamil jika mengkonsumsinya, dapat
menyebabkan kelahiran prematur. Informasi ini menunjukkan bahwa ketepatan
waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang
diharapkan (Sastroamidjojo, 2001).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Ketepatan Telaah Informasi
Informasi dari ahli atau dukun kampung sangat penting, misalnya
kebenaran bahan, petunjuk pemakaian obat, dan ketepatan waktu penggunaan.
Jika informasi yang diperoleh tidak tepat kemungkinan dapat menimbulkan resiko
pada tubuh sendiri. Sebagai contoh petunjuk penggunaan obat alergi, daun pisang
dan daun alang-alang dibakar lalu abunya dicampur dengan minyak manis
selanjutnya dioleskan pada bagian kulit (Yayasan Pusaka Nias, 2010) tetapi jika
petunjuk penggunaanya diminum maka informasi tersebut adalah salah. Kumala
(2006) menyatakan ketidaktahuan dan ketidaktepatan informasi yang diperoleh
dari ahli dapat menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan yang
membahayakan.

f. Peracikan Obat dan Kesesuain Penyakit.


Peracikan obat untuk penyembuhan suatu penyakit bahannya bukan hanya
satu jenis tumbuhan, bahkan terdiri dari beberapa jenis tumbuhan dan
ditambahkan dengan campuran lain seperti minyak, air, garam, gula, kuning telur,
belerang, dan lain-lain sesuai petunjuk dukun obat tradisional.

2.5. Gambaran Asal-usul Suku Nias


Asal-usul suku masyarakat Nias secara lisan (hoho) telah berkembang dari
hasil cerita orang tua kepada anaknya secara turun-temurun. Cerita menyebutkan
penguasa kayangan, Ibu Sirici, yang memerintahkan keenam anaknya untuk turun
ke bumi menggunakan liana lagara, sejenis tumbuhan yang biasanya merambat di
pohon. Karena liana lagara yang digunakan telah rapuh, sebagian anaknya ada
yang jatuh ke bumi dan yang lain memilih tinggal di atas pohon. Anak Ibu Sirici
yang memilih tinggal di atas pohon disebut sowanua atau ono mbela (manusia
pohon). Ono mbela dikenal memiliki kulit putih dan berparas cantik. Anak Ibu
Sirici yang jatuh ke tanah adalah nadaoya dikenal, kepala dan tubuhnya lebih
besar dan berkulit gelap. Menurut sebuah versi hoho yang lain, mereka kemudian
menyelamatkan diri dengan mencari perlindungan di gua-gua. Asal-usul keduanya
kemudian cenderung dimitoskan karena dianggap memiliki nenek moyang yang
berbeda dengan manusia pendatang (Hammerle, 2007)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6. Leluhur Orang Nias Dalam Cerita Lisan
Menurut Hammerle (2007) masyarakat Nias meyakini terdapat tiga
kelompok etnis berbeda yang pernah dan bahkan sampai saat ini keturunannya
dianggap masih tinggal di Nias, yaitu: (1) Niha safusi atau kelompok manusia
berkulit putih dan cantik yang tinggal di atas pohon. Dalam hoho mereka disebut
sebagai ono mbela; (2) Niha sebua gazuzu, yaitu manusia yang berkepala besar
dan merupakan ciri manusia purba yang hidup ribuan tahun, tinggal di gua-gua,
dan mereka disebut manusia dari bawah tanah (soroi tou). Dalam hoho mereka
disebut nadaoya; (3) Lani ewöna, yaitu bangsa manusia yang sudah dikategorikan
sebagai homo sapiens yang berimigrasi dari seberang lautan dengan memiliki
keahlian dan pengetahuan yang lebih tinggi dari kedua pendahulunya, sehingga
mereka berpengaruh besar dan membawa transformasi sosial di Nias.
Keturunan dari kelompok Lani ewöna ini yang selanjutnya
memproklamasikan diri sebagai ono niha atau orang Nias. Menurut Nata’alui
(2008), Lani ewöna memiliki teknologi dan keterampilan untuk mengolah tanah
dan bercocok tanam. Kemampuan mereka inilah yang diduga sanggup bertahan
hidup dalam waktu yang sangat lama. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang
sangat tergantung dengan alam, sehingga ketika sumber pangan yang tersedia di
alam semakin menipis mereka terdesak dan punah. Skema asal-usul masyarakat
Nias (hoho) dapat dilihat pada Gambar 1.

2.7. Penelitian Suku Nias Secara Genetika


Penelitian suku nias secara genetik telah dilakukan Kennerknecht et al.,
(2012) yaitu pengambilan DNA kromosam Y dari ayah dan DNA mitokondria
dari ibu. Diketahui hasil penelitian dari 900 lebih sampel pada 11 keturunan yang
berbeda, bahwa haplogroups kromosom Y ditemukan sebagai penanda asal-usul
genetik orang timur dan asia tenggara dengan frekuensi tertinggi pada penduduk
pribumi Taiwan dan Philipina. Keanekaragaman haplogroups mitokondria lebih
besar, tetapi masih menunjukkan variasi yang sangat terbatas. Seterusnya garis
keturunan ayah, tidak begitu ekstrim pada garis keturunan ibu, hal ini
menunjukkan keanekaragaman genetik sangat kecil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGUASA
KAYANGAN
CERITA (hoho)YANG DI

IBU SIRICI
MITOSKAN

Ono mbela/sowanua Nadaoya

Hidup di pohon Hidup digua

Niha safusi Niha sebua gazuzu Lani ewöna


LELURUR ORANG NIAS DALAM

Ono mbela Nadaoya Manusia yang


berimigrasi
CERITA LISAN

Punah Punah Bertahan hidup

Orang Nias
sekarang

Gambar 1. Skema Asal-usul Masyarakat Nias (hoho)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Area Penelitian


Kota Gunungsitoli adalah bagian dari pulau Nias yang terletak di sebelah barat
pulau Sumatera, memiliki topografi bergelombang dengan ketinggian rata-rata 0 -
600 mdpl, beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi sekitar 2.927,6
mm pertahun. Kelembaban udara rata-rata setiap tahun antara 90 %, dengan suhu
udara berkisar antara 17,0 – 32,60 0C. Kota Gunungsitoli terbagi atas 5 Kecamatan
yaitu : Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kecamatan
Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, dan Kecamatan
Gunungsitoli Barat seperti terlihat pada (Lampiran 1). Lokasi penelitian adalah di
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsitoli Utara Kota Gunungsitoli
dan Kecamatan Sitolu’ori Kabupaten Nias Utara.
Sebelah Selatan : Kecamatan Hiliduho Kabupaten Nias.
Sebelah Barat : Kecamatan Alasa Talu Muzoi dan Kecamatan Namohalu
Esiwa Utara Kabupaten Nias Utara.
Sebelah Timur : Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan dari bulan November - Desember 2014 s/d Januari 2015.
Objek lokasi penelitian terletak di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota
Gunungsitoli Propinsi Sumatera Utara.

3.3. Desain Penelitian


3.3.1. Persiapan Penelitian
Kegiatan pada tahap persiapan adalah melakukan pendekatan persuasif
kepada Pemerintahan tingkat kecamatan sampai pada tingkat desa, guna
mendeskripsikan kondisi umum tempat penelitian. Langkah selanjutnya adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melakukan observasi langsung di beberapa desa untuk memperoleh data informan
kunci dari perangkat desa, tokoh adat, dukun kampung, pengurus gereja, dan
anggota masyarakat yang memiliki keahlian serta mengenal jenis tumbuhan obat
yang berkhasiat.

3.3.2. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
terbagi atas 9 desa seperti terlihat pada (Lampiran 2). Sampel dipilih sebanyak 4
desa berdasarkan kriteria peneliti yaitu masyarakat yang memiliki pengetahuan
tentang obat tradisional, masyarakat yang memiliki kepercayaan tentang
pengobatan obat tradisional, masyarakat yang hidup berdekatan dengan kawasan
hutan, dan masyarakat yang memegang teguh adat istiadat.
Teknik penentuan informan kunci adalah dengan teknik Snowball
Sampling. Sedangkan teknik penentuan sampel responden adalah dengan cara
Stratifiel Random Sampling yaitu berdasarkan strata umur. Kriteria umur
dimaksud terdiri atas tiga strata yaitu usia dewasa muda (15-29 tahun), usia
dewasa sedang (30-49 tahun), dan usia orang tua ( ≥ 50 tahun). Jumlah penduduk
4 desa sampel adalah 3.038 jiwa, dengan menggunakan tabel tingkat kesalahan 10
% seperti terlihat pada (Lampiran 3) maka menurut Sugiyono (2008) jumlah
sampel yang diambil adalah 248 jiwa, pembagian sampel untuk masing-masing
desa penelitian seperti tertera pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Tiap Desa Penelitian di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
Kota Gunungsitoli.

No Desa Jumlah Perhitungan Sampel


penduduk

1. Nazalou Alo,oa 1.129 (1.129 / 3.038) X 248 = 92,16 92


2. Orahili Tanose’o 407 (407 / 3.038) X 248 = 33,22 33
3. Tarakhaini 594 (594 / 3.038) X 248 = 48,48 49
4. Iraono Lase 908 (908 / 3.038) X 248 = 74,12 74
Jumlah 3.038 248

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data tentang persepsi masyarakat suku Nias
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli tentang tumbuhan obat adalah
dengan teknik penyebaran kuisioner kepada responden seperti terilhat pada
(Lampiran 4). Penyusunan kuisioner dibuat berdasarkan indikator pendidikan,
sosial, ekonomi, budaya, dan pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat
dengan menggunakan skala Likert 1-5. Untuk mengetahui tingkat kelayakan
angket, maka peneliti terlebil dahulu melakukan uji coba instrumen pada
masyarakat desa Lololawa yaitu desa tetangga diluar desa penelitian.
Pengumpulan data tentang pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat
pada masyarakat suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli
adalah dengan metode wawancara semi terstruktur dan open ended seperti terlihat
pada (Lampiran 5, 6) kepada informan kunci dengan menggunakan alat perekam,
selanjutnya dicatat pada lembaran wawancara, sedangkan jenis tumbuhan
didokumentasikan dalam bentuk koleksi spesimen dan foto guna
pengidentifikasian.

3.4. Analisis Data


3.4.1 Pendekatan Kuantitatif
Data tentang pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat pada
masyarakat suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli,
selanjutnya ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif dengan perhitungan
sebagai berikut :
a. Index Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance )
n
ICS = ∑ (q.i.e) (Cotton, 1996).
i=1 ni

Dimana : untuk penggunaan n,


q = nilai kualitas,
i = nilai intensitas,
e = nilai ekslusivitas .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nilai kualitas (q) suatu jenis tumbuhan ditentukan oleh masyarakat dalam
bentuk teknik Focus Group Discussion (FGD) sebanyak 5 - 6 orang tiap-tiap
kelompok umur dengan skor 1-7 seperti terlihat pada (Lampiran 7), sedangkan
nilai intensitas (i) dengan skor 1-5 dan nilai eksluvisitas (e) dengan skor 0,5-2
sebagaimana terdapat pada (Lampiran 8).

b. Untuk mengetahui tingkat degradasi pengetahuan masyarakat (D)


digunakan rumus :
∑C-∑A
D1 = X 100 %
∑C

∑C-∑B
D2 = X 100 %
∑C

∑B-∑A
D2 = X 100 % (Rugayah et al., 2004)
∑C

Dimana :
D1 = Degradasi pengetahuan kelompok umur C terhadap kelompok umur A
D2 = Degradasi pengetahuan kelompok umur C terhadap kelompok umur B
D1 = Degradasi pengetahuan kelompok umur B terhadap kelompok umur A
Σ A = Manfaat tumbuhan yang diketahui oleh kelompok umur A (15-29 tahun)
Σ B = Manfaat tumbuhan yang diketahui oleh kelompok umur B (30 49 tahun)
Σ C = Manfaat tumbuhan yang diketahui oleh kelompok umur C ( ≥ 50 tahun).

3.4.2 Pendekatan Kualitatif


Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat
tradisional dari informan kunci selanjutnya diidentifikasi, diklasifikasikan, dan
dideskripsikan serta dijelaskan bagaimana teknik pemanfaatan masing-masing
tumbuhan tersebut dalam penyembuhan berbagai jenis penyakit. Tumbuhan yang
belum diketahui nama ilmiahnya seterusnya diberi label dan nomor koleksi
sebagai dasar untuk taksonomi dan pendeskripsian di Herbarium Medanense
(MEDA) Universitas Sumatera Utara (USU).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persepsi Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa tentang


Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Masyarakat Suku Nias sejak dahulu telah menggunakan dan mengandalkan
tumbuhan untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit. Selain karena bahan-
bahannya mudah di dapatkan, pemanfaatan tumbuhan obat menurut masyarakat
juga sangat aman dan bebas dari efek samping. Masyarakat Gunungsitoli Alo’oa
yang bermukim di pedesaan sangat erat hidupnya dengan alam di sekitarnya,
sehingga mereka sangat mengetahui jenis, manfaat, dan cara meramu tumbuhan
obat. Secara umum persepsi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan obat
dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi. Hal ini diketahui bahwa 63,04 % dari
kelompok bapak-bapak, dan 44,37 % dari kelompok ibu-ibu yang berusia ≥ 50
tahun sering menggunakan tumbuhan obat dalam kehidupan sehari-hari seperti
tertera pada (Lampiran 9).
Pemikiran orang tua di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa masih memegang
teguh sifat dan tradisi nenek moyang mereka untuk menggunakan tumbuhan obat.
Penelitian yang sama oleh Suryana et al., (2014) bahwa 29,30 % masyarakat Desa
Cibunar Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat, masih tetap
kokoh dalam memanfaatkan tumbuhan obat, karena cara pengobatan ini dianggap
cukup ampuh/mujarab dan biayanya murah, tidak ada efek samping, serta mudah
membuatnya. Pemanfaatan tumbuhan obat semakin berkurang pada kelompok
usia yang lebih rendah. Sebanyak 59,99 % laki-laki usia 30-49 tahun kadang-
kadang menggunakan tumbuhan obat, dan 50,41 % perempuan kurang sering
menggunakan tumbuhan obat. Selanjutnya lebih 70 % kelompok usia 15-29 tahun
baik laki-laki maupun perempuan jarang menggunakan tumbuhan obat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mereka lebih memilih
menggunakan obat kimia dibandingkan dengan menggunakan tumbuhan obat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


alasan mereka adalah menggunakan obat kimia lebih praktis selain itu harganya
dapat terjangkau. Sudibyo et al., (1997) yang melalukan penelitian pada
masyarakat Kecamatan Tanjung Bintang Lampung Selatan, menunjukan bahwa
sebanyak 296 orang (80,9 %) menggunakan obat kimia, dan 61 orang (19,1 %)
menggunakan obat tradisional.
Persepsi pemanfaatan tumbuhan obat untuk ibu hamil dalam kehidupan
sehari-hari juga tergolong sangat tinggi. Hal ini diketahui bahwa 65,22 % ibu-ibu
usia ≥ 50 tahun sangat sering menggunakan tumbuhan obat untuk ibu hamil, dan
41,04 % ibu-ibu usia 30-49 tahun sering menggunakan tumbuhan obat untuk ibu
hamil seperti tertera pada (Lampiran 10). Persepsi ini berdasarkan hasil
wawancara dengan responden bahwa jauh sebelumnya orang tua (ibu) mereka
telah menggunakan dan membuktikan khasiat tumbuhan obat untuk menjaga
kesehatan ibu hamil dan memperlancar kelahiran. Persepsi pemanfaatan tumbuhan
obat untuk ibu hamil semakin berkurang pada usia 15-29 tahun, dimana 37 %
perempuan keluarga mereka tidak pernah menggunakan tumbuhan untuk ibu
hamil. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan responden bahwa keluarga
mereka tidak menggunakan tumbuhan obat untuk ibu hamil karena tingkat
pengetahuan mereka mengenal jenis, manfaat, dan cara meramu tumbuhan obat
untuk ibu hamil sangat minim. Alasan lain adalah dengan adanya
Puskesmas/Posyandu dan bidan di tiap-tiap desa mendorong ibu-ibu hamil untuk
lebih memilih berobat dan berkonsultasi.

4.2 Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat


Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
Sebagian besar masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa memiliki
pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan obat guna menyembuhkan berbagai
penyakit dan telah dilakukan secara turun-temurun. Sumber pengetahuan
masyarakat tentang tumbuhan obat diperoleh dari orang tua, dukun, mimpi, dan
sumber lain seperti buku dan kerabat dekat. Menurut responden beberapa jenis
penyakit yang sering muncul di masyarakat seperti demam, mencret, diare,
malaria, termakan racun, bisul, dan gangguan kehamilan. Penyebab penyakit
menurut pengetahuan masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bersumber dari faktor alam, perbuatan manusia, makanan, dan kekuatan gaib.
Sumber penyakit dari faktor alam seperti perubahan cuaca (panas, dingin) dapat
menyebabkan penyakit umum seperti demam dan batuk. Sedangkan sumber
penyakit akibat faktor perbuatan manusia seperti bisul, termakan racun dan
gangguan kehamilan. Sumber penyakit dari makanan adalah penyakit hipertensi,
asam urat, ginjal, diabetes, mencret, dan diare, dan penyakit akibat kekuatan gaib
seperti, penyakit demam atau (Sitesafo) untuk anak-anak. Pernyataan diatas
hampir sama dengan pengetahuan masyarakat Desa Cibunar Kecamatan
Rancakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat bahwa sumber penyakit dapat
digolongkan menjadi 2 macam berdasarkan faktor penyebabnya yaitu faktor alam,
dan faktor gaib (Suryana, 2014).
Pengetahuan masyarakat yang mengenal jenis tumbuhan obat diketahui
59,45 % laki-laki usia 15-29 tahun, dan 58,33 % perempuan tidak mengetahui
jenis tumbuhan obat. Selanjutnya 58,47 % laki-laki usia 30-49 tahun kurang
mengetahui jenis tumbuhan obat, dan 40,83 % perempuan mengetahui tumbuhan
obat, sedangkan kelompok usia ≥ 50 tahun 66,85 % laki-laki, dan 45,02 %
perempuan sangat mengetahui jenis tumbuhan obat seperti tertera pada (Lampiran
11). Kelompok usia 15-29 tahun tidak mengetahui jenis tumbuhan obat diduga
karena faktor pengaruh lingkungan dan keluarga yang tidak membelajarkan usia
muda untuk mengetahui jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat yang
tumbuh disekitarnya.
Penelitian yang sama oleh Rasna (2010) di Kabupaten Buleleng Bali
tentang pengetahuan remaja desa yang mengetahui jenis tumbuhan Antawali, 8
orang (10,66 %) yang tahu, 5 orang (6,66 %) sedikit tahu, dan 62 orang (82,66 %)
tidak tahu. Hal ini disebabkan karena tumbuhan Antawali jarang digunakan dan
jarang di tanam orang, sekalipun hidup sebagai tumbuhan liar, para remaja tidak
mengenalinya. Pengetahuan kelompok usia ≥ 50 tahun laki-laki maupun
perempuan sangat mengetahui jenis tumbuhan obat, disebabkan karena jauh
sebelumnya orang tua mereka telah memanfaatkan dan membuktikan khasiat
tumbuhan obat dalam berbagai ritual termasuk pengobatan penyakit. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suli et al., (2012) bahwa lebih 70 % masyarakat suku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Serawai Kabupaten Bengkulu selatan masih menggunakan tumbuhan obat karena
cara menggunakan dan mengolahnya sangat mudah.
Pengolahan atau meramu tumbuhan obat oleh masyarakat Kecamatan
Gunungsitoli Alo’oa memiliki tingkat pengetahuan yang bervariasi. Sebanyak
49,86 % laki-laki usia 15-29 tahun tidak mengetahui cara meramu tumbuhan obat,
dan 61,46 % perempuan kurang mengetahui cara meramu tumbuhan obat seperti
tertera pada (Lampiran 12). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
bahwa mereka tidak mengetahui cara meramu tumbuhan obat karena lingkungan
keluarganya jarang atau sama sekali tidak tergantung pada tumbuhan obat jika
anggota keluarga mereka sakit. Selanjutnya 39,86 % laki-laki, dan 33,33 %
perempuan usia 30-49 tahun cukup mengetahui cara meramu tumbuhan obat, hal
ini berdasarkan penuturan responden bahwa tingkat pengetahuan mereka cara
meramu tumbuhan obat sangat terbatas karena informasi yang mereka peroleh
berasal dari interaksi dan komunikasi dengan masyarakat sekitarnya.
Pengetahuan kelompok usia ≥ 50 tahun 40,61 % laki-laki mengetahui, dan
30,83 % perempuan sangat mengetahui cara meramu tumbuhan obat, pengetahuan
ini disebabkan oleh faktor kebiasaan orang tua mereka sejak dulu yang selalu
menggunakan tumbuhan untuk keperluan pengobatan penyakit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suli et al., (2012) bahwa meskipun fitokimia yang terkandung
dalam tumbuhan tidak dimengerti oleh masyarakat Suku Serawai, tetapi mereka
dapat mengkombinasikan berbagai jenis tumbuhan obat dan meramunya untuk
penyembuhan suatu penyakit.

4.3 Jenis Tumbuhan Obat yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Kecamatan


Gunungsitoli Alo’oa
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa merupakan daerah yang berdekatan
dengan kawasan hutan dan memiliki keragaman jenis tumbuhan obat yang cukup
tinggi. Hasil wawancara dan identifikasi yang dilakukan kepada responden,
diketahui 30 famili dari 51 spesies tumbuhan obat dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli seperti tertera
pada tabel 4.3.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.3 Jenis Tumbuhan Obat berdasarkan Manfaat, Organ yang digunakan serta Cara Pemanfaatannya.

No Organ yang
Famili Spesies Nama Umum Nama Lokal Manfaat Cara Pemanfaatan
digunakan
1 Apiaceae Apium graveolens Siladri Siladiri Daun Obat hipertensi Daun seladri 9 helai, daun belimbing sesenggam,
dicuci bersih, ditambahkan air secukupnya, diperas,
disaring lalu hasil sarinya diminum 1 kali sehari, dan
bila sembuh dapat dihentikan
2 Acanthaceae Andrographis Kanine Daun Obat malaria Tumbuhan kanine dicabut bersama akar secukupnya,
paniculata daun lanang segenggam, kulit lanang selembar telapak
tangan, dan akar lanang secukupnya, dicuci bersih,
ditambahkan air secukupnya, direbus kemudian airnya
diminum 1 kali sehari (sore) bila sembuh dapat
dihentikan.
Obat ginjal Daun kanine, daun, kulit dan akar Lanang sekukupnya,
dicuci bersih, ditambahkan air secukupnya, direbus lalu
diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan
3 Barleria rionitis Afore hili Daun Obat penawar Afore hili 5 pucuk, daun pulutan 5 lembar, dicuci
racun bersih, ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu
hasil sarinya diminum 1 kali sehari bila sembuh dapat
dihentikan.
4 Graptophylum Wungu Nazalõ’u Daun Obat maag Daun wungu 5 atau 7 lembar, dicuci bersih,
pictum ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat
dihentikan.
Obat bengkak Daun wungu dioles minyak makan, dipepes dibara api
ditunggu sampai panas lalu ditempel pada bagian
tubuh yang bengkak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3

5 Justicia Gandra rusa Lio-lio Daun Obat demam Daun gandra rusa 3 atau 5 pucuk, dicuci bersih,
gendarussa ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 2 kali sehari.
Obat asam urat Daun gandra rusa segenggam, dicuci bersih
ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 1 kali sehari, bila sembuh dapat
dihentikan.
6 Arecaceae Cocos nucifera Kelapa Ohi Buah Obat hipertensi Air kelapa muda sebagai bahan larutan pada tumbuhan
suruhan untuk obat hipertensi.
7 Asteraceae Ageratum Babandotan Sõfõ – Sõfõ Seluruh Obat demam Tumbuhan Sõfõ-sõfõ dicabut bersama akar sebanyak 3
conyzoides bagian batang, 3 lembar daun muda ilalang, dicuci bersih,
tumbuhan ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 2 kali sehari, sedangkan ampasnya
disapukan keseluruh badan anak yang sakit.
Obat sakit mata Daun Sõfõ-sõfõ 3 lembar diperas lalu hasil sarinya
diteteskan pada mata pada pagi hari, bila sembuh dapat
dihentikan.
8 Blumea Sembung Gomboyu Daun Obat malaria Daun sembung 3 lembar, daun pepaya 1 lembar, dicuci
balsamifera bersih, diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum 3
kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan
9 Elephantopus Tapak liman Ambala danõ Seluruh Obat ginjal Kumis kucing secukupnya, Tapak liman dicabut
scaber bagian bersama akar secukupnya, dicuci bersih, ditambahkan
tumbuhan air secukupnya, direbus lalu airnya diminum 3 kali
sehari, bila sembuh dapat dihentikan.
10 Eupatorium Kono-kono Daun Obat mencret Daun muda kono-kono 3 pucuk, daun muda singkong
odoratum 3 pucuk, dicuci bersih, ditambahkan air sedikit,
diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum 2 kali
sehari, bila sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3
11 Gynura segetum Zini-zini Daun Obat bisul Daun zini-zini secukupnya, digiling sampai halus
lalu ditaburkan disekeliling bisul selanjutnya dibalut
dan diikat dengan kain.
12 Athyriaceae Angiopteris Paku-pakuan Gezero Daun Obat sakit perut Daun paku-pakuan 18 lembar, daun muda Ilalang 7
evecta lembar, daun muda rumput gajah paitan 7 lembar,
dicuci bersih, ditambahkan air sedikit, diperas,
disaring lalu hasil sarinya diminum 2 kali sehari,
bila sembuh dapat dihentikan.
13 Bromeliaceae Ananas comosus Nenas Gõna Buah Obat ginjal Nenas yang tua 1 buah, dikupas kulitnya, bawang
putih secukupnya, direbus lalu airnya diminum 1
kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan.
14 Caricaceae Carica papaya Pepaya Bala Daun Obat malaria Daun pepaya 1 lembar, daun Sembung 3 lembar,
dicuci bersih, diperas, disaring lalu hasil sarinya
diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan
Obat bisul Daun pepaya secukupnya, digiling sampai halus lalu
ditaburkan disekeliling bisul selanjutnya dibalut dan
diikat dengan kain
15 Campanulaceae Laurentia Kitolod Katara Daun Obat katarak mata Daun muda melati katarak sebanyak 3 lembar,
longiflora dicuci bersih, diperas, disaring lalu hasil sarinya
diteteskan pada mata 1 kali sehari.
16 Convolvulaceae Aniseia biflora Susu gi’a Daun Obat bisul Daun susu gi’a 3 lembar, daun Sirih 3 lembar,
digiling sampai halus lalu ditaburkan disekeliling
bisul selanjutnya dibalut dan diikat dengan kain.
17 Ipomoea batatas Ubi jalar Bulu gowi Daun Obat diare Daun ubi jalar 9 pucuk, dicuci bersih, ditambahkan
air, diperas, disaring lalu hasil sarinya dicampur
garam sedikit, lalu diminum 2 kali sehari, bila
sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3
18 Ipomea triloba Giti-iti Daun Obat diare Daun giti-iti 5 atau 7 lembar, dicuci bersih,
ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat
dihentikan.
19 Euphorbiaceae Excoecaria Sambang darah Bale-bale angi Daun Obat demam Daun sambang darah 7 lembar, daun Sõfõ-sõfõ 7
cochinchinensis lembar, daun Lanang 7 lembar, dicuci bersih,
ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 2 kali sehari.
20 Manihot Singkong Gowirio Daun Obat mencret Pucuk daun muda singkong 3 pucuk, daun muda
esculenta kono-kono 3 pucuk, dicuci bersih, ditambahkan air
sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum
2 kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan.
21 Flacourtiaceae Flacourtia rukam Manaze Daun Obat cacar air Daun manaze secukupnya ditambahkan air, direbus
kemudian airnya dipakai untuk mandi, bila sembuh
dapat dihentikan.
22 Graminae Saccharum Tebu hitam Tewu saitõ Batang Obat penawar Batang tebu hitam sepanjang 5 ruas, dipanggang
officinarum racun dibara api sampai panas, diperas hingga airnya
keluar selanjutnya diminum 1 kali sehari, bila
sembuh dapat dihentikan
23 Lauraceae Cinnamomum Languwato Daun Obat terkilir Daun languwato secukupnya, digiling sampai halus
burmannii lalu ditempel pada bagian tubuh yang terkilir,
selanjutnya dibalut dan diikat dengan kain.
Obat penawar Daun languwato 6 lembar, dicuci bersih,
racun ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya dicampur dengan kuning telur ayam
kampung 1 butir selanjutnya dapat diminum 3 kali
seminggu, bila sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3
24 Cinnamomum Selasihan Afo,a Daun Obat Daun selasihan 3 pucuk, dicuci bersih ditambahkan
partenoxylon memperlancar air sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya
kelahiran diminum jika ada tanda-tanda melahirkan.

25 Persea Americana Alpukat Foka Daun Obat ginjal Daun alpukat 3 lembar, dicuci bersih, diseduh di air
panas lalu airnya diminum 3 kali sehari, bila sembuh
dapat dihentikan.
26 Lamiaceae Orthosiphon Kumis kucing Sogambi mao Seluruh bagian Obat ginjal Kumis kucing secukupnya, tapak liman dicabut
aristatus tumbuhan bersama akar secukupnya, dicuci bersih,
ditambahkan air secukupnya, direbus lalu airnya
diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan.
27 Leaceae Leea indica Mali-mali Daun Obat luka bakar Daun mali-mali secukupnya digiling halus lalu
dibalut sekitar luka bakar
Obat menjaga Daun mali-mali 15 lembar, daun kelor 5 tangkai,
kehamilan daun kecubung 15 lembar, dicuci bersih,
ditambahkan air secukupnya, kemudian direbus
sampai mendidih lalu airnya diminum 3 kali sehari
selama 3 hari.
28 Liliaceae Allium sativum Bawang putih Bawa safusi Umbi Obat ginjal Bawang putih secukupnya, Nenas yang tua 1 buah,
dikupas kulitnya, direbus lalu airnya diminum 1 kali
sehari, bila sembuh dapat dihentikan.
29 Malvaceae Hibiscus rosa Kembang Sõma- soma Bakal bunga Obat batuk Bakal bunga kembang sepatu 9 buah, dicuci bersih,
sinensis sepatu ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 1 kali sehari, bila sudah sembuh
dapat dihentikan.
30 Urena lobata Pulutan Hefuyu,a Daun Obat penawar Daun pulutan 5 lembar, daun muda rumput gajah
racun paitan 9 lembar, cakar ayam 5 lembar, daun senggani
5 lembar, dicuci bersih, ditambahkan air sedikit,
diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum 3 kali
seminggu, bila sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3
Obat batuk Daun pulutan secukupnya, dicuci bersih,
ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 3 kali seminggu, bila sembuh
dapat dihentikan.
31 Meliaceae Khaya Lanang Boli Akar, kulit, dan Obat Demam Daun lanang 27 lembar, dicuci bersih, ditambahkan
sinegalensis batang air hangat sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 2 kali sehari, sedangkan
ampasnya disapukan keseluruh tubuh yang sakit.
Obat hipertensi Daun lanang segenggam, dicuci bersih,
ditambahkan air hangat sedikit, diperas, disaring
lalu hasil sarinya diminum 2 kali sehari, bila
sembuh dapat dihentikan.
Obat malaria Daun lanang segenggam, kulit lanang selebar
telapak tangan, dan akar lanang secukupnya,
tumbuhan kanine dicabut bersama akar
secukupnya, dicuci bersih, ditambahkan air
secukupnya, direbus kemudian airnya diminum 1
kali sehari (sore) bila sembuh dapat dihentikan.
Obat ginjal Daun, kulit dan akar lanang sekukupnya, daun
kanine secukupnya, dicuci bersih, ditambahkan air
secukupnya, direbus lalu diminum 3 kali sehari,
bila sembuh dapat dihentikan.
32 Lansium Langsat Lase Kulit batang Obat diabetes kulit langsat secukupnya, daun sukun secukupnya,
domesticum daun nangka secukupnya, daun senggani
secukupnya, daun wewe usõ secukupnya dicuci
bersih, direbus lalu airnya diminum 3 kali sehari,
bila sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3

33 Melastomatac Melastoma Senggani Nduru-nduru Daun Obat penawar Daun senggani 5 lembar, pulutan 5 lembar, daun
eae candidum racun muda rumput gajah paitan 9 lembar, cakar ayam 5
lembar, dicuci bersih, ditambahkan air sedikit,
diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum 3 kali
seminggu, bila sembuh dapat dihentikan.
34 Moringaceae Moringa oleifera Daun kelor Bulu muru Daun Obat menjaga Daun kelor 5 tangkai, daun kecubung 15 lembar,
kehamilan daun mali-mali 15 lembar, dicuci bersih,
ditambahkan air secukupnya, kemudian direbus
sampai mendidih lalu airnya diminum 3 kali sehari
selama 3 hari.
35 Moraceae Artocarpus Sukun Suku Daun Obat diabetes Daun sukun secukupnya, daun nangka secukupnya,
communis kulit langsat secukupnya daun senggani secukupnya,
daun wewe usõ secukupnya dicuci bersih, direbus
lalu airnya diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat
dihentikan.
36 Artocarpus Nangka Na’a Daun Obat Diabetes Daun nangka secukupnya, daun sukun secukupnya,
heterophyllus kulit langsat secukupnya daun senggani secukupnya,
daun wewe usõ secukupnya dicuci bersih, direbus
lalu airnya diminum 3 kali sehari, bila sembuh dapat
dihentikan
37 Myrtaceae Eugenia aquea Jambu air Samba Daun Obat sakit mata Daun muda jambu air secukupnya, dicuci bersih,
ditambahkan air 1 piring, diperas, disaring kemudian
mata dicelupkan pada pagi hari, bila sembuh dapat
dihentikan.
Obat serak Daun jambu air dan daun jambu mawar masing-
masing 7 lembar, dicuci bersih, ditambahkan air
sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum 1
kali sehari pada pagi hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3
38 Psidium guajava Jambu biji Maziambu Daun Obat mencret Daun muda jambu biji segenggam, dicuci bersih,
ditambahkan air sedikit, diperas dan disaring. Hasil
sarinya ditambahkan garam sedikit lalu diminum 3
kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan.
39 Syzygium jambos Jambu mawar Maufa Daun Obat serak Daun jambu mawar dan daun jambu air masing-
masing 7 lembar, dicuci bersih, ditambahkan air
sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum
1 kali sehari pada pagi hari.
40 Syzygium Wewe usõ Daun Obat lever Daun wewe usõ secukupnya ditambahkan air,
polyanthum direbus lalu airnya diminum 3 kali sehari, bila
sembuh dapat dihentikan.
41 Oxalidaceae Averrhoa blimbi Belimbing Malimbi Daun Obat hipertensi Daun belimbing sesenggam, daun seladri 9 helai,
dicuci bersih, ditambahkan air secukupnya, diperas,
disaring lalu hasil sarinya diminum 1 kali sehari,
dan bila sembuh dapat dihentikan
42 Piperaceae Peperomia Suruhan Tima-tima Seluruh bagian Obat hipertensi Tumbuhan suruhan dicabut besama akar
pellucida tumbuhan secukupnya, dicuci bersih, diperas, disaring lalu
hasil sarinya ditambahkan air kelapa muda
kemudian diminum pagi dan sore hari.
43 Piper betle Sirih Tawuo Daun Obat bisul Daun sirih 3 lembar, daun susu gi’a 3 lembar,
digiling sampai halus lalu ditaburkan disekeliling
bisul selanjutnya dibalut dan diikat dengan kain.
44 Poaceae Axonopus Rumput gajah Soi-soi Daun Obat luka Daun muda rumput gajah paitan sebanyak 5 lembar,
compressus paitan dikunyak sampai halus lalu dibalut sekeliling luka.
Obat mencret Daun muda Ilalang 7 lembar, daun muda rumput
gajah paitan 7 lembar, daun paku-pakuan 18
lembar, dicuci bersih, ditambahkan air sedikit,
diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum 2 kali
sehari, bila sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4. 3

Obat penawar Daun muda rumput gajah paitan, 9 lembar, daun


racun pulutan 5 lembar, cakar ayam 5 lembar, daun
senggani 5 lembar, dicuci bersih, ditambahkan air
sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum
3 kali seminggu, bila sembuh dapat dihentikan .
45 Imperata Ilalang Go.o Daun Obat demam Daun muda ilalang 3 lembar, daun sõfõ-sõfõ dicabut
cylindrical bersama akar sebanyak 3 batang, dicuci bersih,
ditambahkan air sedikit, diperas, disaring lalu hasil
sarinya diminum 2 kali sehari, sedangkan ampasnya
disapukan keseluruh badan anak yang sakit.
Obat luka Daun Ilalang secukupnya, dibakar lalu abunya
dicampur dengan minyak makan sedikit, lalu
dioleskan pada bagian yang luka.
46 Rubiaceae Uncaria gambir Gambir Gambe Daun Obat mencret Daun gambir 5 lembar, dicuci bersih, ditambahkan
air sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya
diminum 2 kali sehari, bila sembuh dapat dihentikan
47 Selaginellaceae Selaginella Cakar ayam Lagaene Daun Obat luka Daun cakar ayam secukupnya, digiling halus lalu
doederleinii dibalut sekitar luka.
Obat penawar Daun cakar ayam 5 lembar, daun pulutan 5 lembar,
racun daun muda rumput gajah paitan 9 lembar, daun
senggani 5 lembar, dicuci bersih, ditambahkan air
sedikit, diperas, disaring lalu hasil sarinya diminum
3 kali seminggu, bila sembuh dapat dihentikan.
48 Solanaceae Datura Kecubung Sikaso Daun Obat menjaga Daun kecubung 15 lembar, daun kelor 5 tangkai,
suaveolens kehamilan daun mali-mali 15 lembar, dicuci bersih,
ditambahkan air secukupnya, kemudian direbus
sampai mendidih lalu airnya diminum 3 kali sehari
selama 3 hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.3

49 Verbenaceae Vitex pinnata. Laban Manawa danõ Daun Obat luka Daun laban secukupnya, digiling halus lalu dibalut
sekitar daerah luka
50 Zingiberaceae Curcuma Kunyit Undre Rimpang Obat demam Di potong salah satu ujung rimpang kunyit, lalu
domestica dioleskan kapur sirih, dan dituliskan pada kening
anak dengan bentuk tanda (†).
Obat batuk Kunyit secukupnya dikupas kulitnya, di parut,
disaring lalu hasil sarinya ditambahkan kuning telur
kampung 1 butir, madu 1 sendok, dan gula ½
sendok, aduk selanjutnya diminum 3 kali seminggu,
bila sembuh dapat dihentikan.
51 Curcuma Temu lawak Undre gaza Rimpang Obat sesak nafas Temulawak dan kunyit secukupnya dikupas
xanthoriza kulitnya, diparut, disaring lalu hasil sarinya
ditambahkan kuning telur ayam kampung 1 butir,
madu 1 sendok, gula ½ sendok aduk selanjutnya
diminum 3 kali seminggu, bila sembuh dapat
dihentikan.
Obat batuk Temulawak secukupnya dikupas kulitnya, di parut,
disaring lalu hasil sarinya ditambahkan kuning telur
kampung 1 butir, madu 1 sendok, dan gula ½
sendok, aduk selanjutnya diminum 3 kali seminggu,
bila sembuh dapat dihentikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan tabel diatas maka famili yang paling banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa adalah Asteraceae terdiri atas 5
spesies, diikuti dengan Acanthaceae dan Myrtaceae 4 spesies, sedangkan
Convolvulaceae, dan Lauraceae masing-masing 3 spesies. Menurut informan
kunci bahwa Asteraceae, Acanthaceae, Myrtaceae, Convolvulaceae, dan
Lauraceae merupakan tumbuhan yang khasiatnya dapat dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit umum seperti demam, malaria, mencret, diare, bisul, terkilir,
dan bengkak. Selanjutnya cara pengolahan tumbuhan obat yang paling banyak
dilakukan oleh masyarakat untuk pemanfaatan tumbuhan obat diketahui 27
dengan cara diperas, 8 dengan cara digiling, dan 7 dengan cara direbus.
Pengolahan dengan cara diperas, digiling dan merebus menurut informan
kunci adalah cara yang cepat, mudah dan paling sederhana untuk melakukan
pengobatan penyakit umum. Diperas dan digiling umumnya pada organ daun
sedangkan cara merebus umumnya organ akar, kulit batang, daun dan buah,
walaupun pengobatan keduanya diperuntukkan untuk obat dalam (diminum),
sedangkan yang digiling diperuntukkan untuk obat luar. Selanjutnya pemanfaatan
organ tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 38 spesies,
seluruh bagian tumbuhan yang digunakan 4 spesies, sedangkan bagian rimpang
dan buah 2 spesies. Menurut hasil wawancara dengan informan kunci bahwa
organ daun paling mudah didapat serta tidak tergantung pada musim, selain itu
cara meramu juga sangat sederhana bila dibandingkan dengan organ akar dan kulit
batang. Penelitian yang sama oleh Sada. J dan Tanjung H.R (2010) di kampung
Nansfori Kabupaten Supiori-Papua bahwa 52,08 % masyarakatnya menggunakan
organ daun untuk pengobatan, sedangkan organ lainnya seperti akar, kulit batang,
dan buah sangat sedikit.
Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
dapat dimanfaatkan untuk mengobati 25 jenis penyakit dengan kategori :
1) Penyakit umum antara lain : demam, malaria, mencret, sakit perut, diare,
batuk, bengkak, dan terkilir.
2) Penyakit paru antara lain : sesak nafas.
3) Penyakit THT antara lain serak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4) Penyakit kulit dan kelamin antara lain : bisul, luka, luka bakar, dan cacar air,
5) Penyakit mata antara lain : sakit mata, dan mata katarak
6) Penyakit kandungan antara lain : menjaga kehamilan dan memperlancar
kelahiran.
7) Penyakit dalam antara lain : hipertensi, ginjal, penawar racun, maag, diabetes,
asam urat, dan lever.
Kategori jenis penyakit yang sering muncul dan paling banyak membutuhkan
tumbuhan obat adalah penyakit umum seperti demam, malaria, mencret, sakit
perut, diare, batuk, bengkak, dan terkilir.

4.4. Indeks Kepentingan Budaya (Index of Cultural Significance-ICS)


Hasil analisis pada (Lampiran 13) tentang Indeks Kepentingan Budaya
(Index of Cultural Significance-ICS) tiap-tiap jenis tumbuhan obat berdasarkan
jenis penyakit yang di sembuhkan pada masyarakat Kecamatan Gunungsitoli
Alo’oa dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai ICS Tiap-tiap Jenis Tumbuhan Obat.
No Spesies Nama Lokal Manfaat ICS
1 Cocos nucifera Ohi Obat hipertensi 35
2 Curcuma domestica undre Obat demam 25
Obat batuk
Obat sesak nafas
3 Carica papaya Bala Obat malaria 20
Obat bisul
4 Andrographis paniculata Kanine Obat malaria 16
Obat ginjal
5 Khaya sinegalensis Boli Obat demam 16
Obat hipertensi
Obat malaria
Obat ginjal
6 Apium graveolens Siladiri Obat hipertensi 14
7 Elephantopus scaber Ambala danõ Obat ginjal 14
8 Saccharum officinarum Tewu saitõ Obat penawar racun 14
9 Persea Americana Foka Obat ginjal 14
10 Orthosiphon aristatus Sogambi mao Obat ginjal 14
11 Allium sativum Bawa safusi Obat ginjal 14
12 Lansium domesticum Lase Obat diabetes 14
13 Artocarpus communis Suku Obat diabetes 14
14 Artocarpus heterophyllus Na’a Obat diabetes 14
15 Eugenia aquea Samba Obat sakit mata 14
Obar serak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan tabel 4.4
16 Averrhoa blimbi Malimbi Obat hipertensi 14
17 Gynura segetum Zini-zini Obat bisul 12
18 Piper betle Tawuo Obat bisul 12
19 Ageratum conyzoides Sõfõ – Sõfõ Obat demam 12
Obat malaria
20 Curcuma xanthoriza Undre gaza Obat batuk 12
Obat sesak nafas
21 Graptophylum pictum Nazalõ’u Obat maag 8
Obat bengkak
22 Vitex pinnata. Manawa danõ Obat luka 8
23 Justicia gendarussa Lio-lio Obat demam 7,5
Obat asam urat
24 Axonopus compressus Soi-soi Obat luka 7,5
25 Cinnamomum Afoa Obat memperlancar 6
partenoxylon kelahiran
26 Moringa oleifera Bulu muru Obat menjaga kehamilan 6
27 Datura suaveolens Sikaso Obat menjaga kehamilan 6
28 Selaginella doederleinii Lagaene Obat luka 5,5
Obat penawar racun
29 Ipomoea batatas Bulu gowi Obat diare 5
30 Manihot esculenta Gowirio Obat mencret 5
31 Leea indica Mali-mali Obat menjaga kehamilan 5
Obat luka bakar
32 Cinnamomum burmannii Languwato Obat terkilir 4
Obat penawar racun
33 Urena lobata Hefuyu,a Obat penawar racun 4
Obat batuk
34 Syzygium jambos Maufa Obar serak 4
35 Barleria rionitis Afore hili Obat penawar racun 3,5
36 Melastoma candidum Nduru-nduru Obat penawar racun 3,5
37 Syzygium polyanthum Wewe usõ Obat lever 3,5
38 Peperomia pellucida Tima-tima Obat hipertensi 3,5
39 Psidium guajava Maziambu Obat mencret 3
40 Uncaria gambir Gambe Obat mencret 3
41 Laurentia longiflora Katara Obat katarak mata 2,5
42 Aniseia biflora Susu gi,a Obat bisul 2
43 Blumea balsamifera Gomboyu Obat malaria 1
44 Flacourtia rukam Manaze Obat cacar air 2
45 Hibiscus rosa sinensis Sõma- sõma Obat batuk 1
46 Imperata cylindrical Go,o Obat demam 1
Obat luka
47 Eupatorium odoratum Kono-kono Obat mencret 0,5
48 Angiopteris evecta Gezero Obat sakit perut 0,5
49 Ananas comosus Gõna Obat ginjal 0,5
50 Ipomea triloba Giti-iti Obat diare 0,5
51 Excoecaria cochinchinensis Bale-bale angi Obat demam 0,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh nilai ICS tertinggi
adalah Kelapa (Cocos nucifera) dengan nilai total 35, Kunyit (Curcuma
domestica) dan Pepaya (Carica papaya) masing-masing nilai total 25 dan 20.
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan kunci bahwa tanaman kelapa
merupakan tanaman yang dibudidayakan oleh masyarakat dan memiliki
multifungsi dalam kehidupan sehari-hari. Buah kelapa muda memiliki nilai
kepentingan yang tertinggi bagi masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
karena air kelapa muda, sering dimanfaatkan sebagai bahan laruran (ramuan) obat
tradisional untuk pengobatan penyakit, salah satunya adalah penyakit hipertensi.
Biasanya para dukun memilih buah kelapa muda yang berwarna hijau dan di
ambil dari atas pokok kelapa secara hati-hati (tidak sampai jatuh) agar ramuan
obat dapat berkhasiat dengan baik.
Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa terutama para dukun,
memiliki kepercayaan bahwa air kelapa muda sama sekali belum tercemar dengan
zat-zat lain sehingga sangat baik untuk bahan larutan obat tradisional. Menurut
hasil penelitian yang dilakukan Universitas Kerala di India menyebutkan bahwa
dengan mengkonsumsi air kelapa muda dengan rutin dapat mengurangi penderita
komplikasi penyakit jantung, karena air kelapa muda mengandung kalium (K),
kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) (Indo Asian News Service, 2002).
Penyembuhan hipertensi dengan mengkonsumsi air kelapa muda diduga ada
hubungannya dengan kandungan mineral seperti K, Ca dan Mg yang berfungsi
untuk menghambat terjadinya konstriksi pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan penurunan resistensi perifer dan tekanan darah (Krummel, 2004).
Kunyit (Curcuma domestica) merupakan komoditas yang sudah dikenal
dan mudah ditemukan dimasyarakat karena memiliki manfaat sebagai bumbu
penyedap makanan, dan bahan ramuan obat tradisional. Kearifan lokal
pemanfaatan rimpang kunyit oleh masyarakat Suku Nias adalah sebagai obat
ritual penyembuh penyakit demam atau (Sitesafo) untuk anak-anak. Kepercayaan
terjangkitnya demam atau sitesafo dapat disebabkan oleh makluk halus atau
arwah-arwah orang tua yang sudah meninggal pada saat anak-anak bermain diluar
rumah pada saat hujan gerimis dan pada jam 12 siang (Teu sino). Khasiat lain dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


rimpang kunyit adalah dapat menyembuhan batuk dan sesak nafas (Sido). Batuk
dan sesak nafas dapat terjangkit pada orang pekerja berat, perokok, dan peminum
alkohol. Menurut Winarti dan Nurdjanah (2005), salah satu senyawa yang
terdapat pada kunyit dengan kadar cukup tinggi adalah antioksidan, berkhasiat
sebagai anti-inflamasi yang mampu mencegah pertumbuhan kanker paru-paru.
Hal ini diduga bahwa senyawa antioksidan pada rimpang kunyit dapat melindungi
sel paru-paru dari efek radikal bebas yang bersumber dari asap rokok, alkohol dan
bahan polutan.
Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman budidaya yang sudah dikenal
luas oleh masyarakat umum. Nilai intensitas penggunaan pepaya oleh masyarakat
tergolong sangat tinggi karena memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari,
sebagai sumber makanan buah, sayuran, dan obat-obatan. Pepaya memiliki
kandungan vitamin A, B, C, dan vitamin E, selain itu daun pepaya juga berkhasiat
sebagai penyembuh penyakit, kejang perut, malaria, demam, demam berdarah,
insomia, kaki gajah, kejengkolan, disentri amuba, keputihan, dan jerawat
(Yustine, 2007). Salah satu kearifan lokal pemanfaatan daun pepaya oleh
masyarakat suku Nias Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa adalah pengobatan bisul.
Penyakit bisul atau (Faosa) dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu infeksi bakteri
dan perbuatan manusia (guna-gunain). Bisul yang disebabkan oleh infeksi bakteri
dapat sembuh dengan tindakan medis, sedangkan bisul akibat perbuatan manusia
sulit disembuhkan lewat terapi medis tetapi dapat sembuh dengan pengobatan
dukun kampung dengan menggunakan daun pepaya. Penyembuhan bisul dengan
daun pepaya diduga ada hubungannya dengan kandungan enzim papain dan
chymopapain pada daun pepaya yang dapat mengurangi peradangan untuk
penyembuhan luka bakar dan luka-lainnya (Superkunam, 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5 Degradasi Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
Berdasarkan hasil analisis pada (Lampiran 14, 15), maka degradasi
pengetahuan masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa tentang pemanfaatan
tiap-tiap jenis tumbuhan obat dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Degradasi Pengetahuan Masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa
tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat.

No Kelompok usia ∑ Responden Degradasi Pengetahuan

1. Kelompok usia A terhadap C 83 57,14 %


2. Kelompok usia B terhadap C 82 22,37 %
3. Kelompok usia A terhadap B 83 34,76 %

Tabel diatas menunjukan bahwa kelompok usia A (15-29) tahun


mengalami degradasi pengetahuan sebesar 57,14 % terhadap kelompok usia C
( ≥ 50) tahun. Kelompok usia B (30-49) tahun mengalami degradasi pengetahuan
sebesar 22,37 % terhadap kelompok usia C ( ≥ 50) tahun, sedangkan kelompok
usia A (15-29) tahun mengalami degradasi pengetahuan sebesar 34,76 % terhadap
kelompok usia B (30-49) tahun tentang pengetahuan pemanfaatan tumbuhan obat.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa yang berusia 15-29 tahun memiliki tingkat
pengetahuan yang sangat rendah tentang pemanfaatan tumbuhan obat, meskipun
tingkat pendidikan mereka 71,43 % tamat SMA. Penyebab degradasi pengetahuan
ini dapat disebabkan oleh faktor keterbukaan para dukun atau orang tua
mentrasfer pengetahuan atau ilmu mereka kepada usia muda sangat sulit, sebab
untuk memperoleh pengetahuan pengobatan tradisional harus mempunyai syarat
salah satunya adalah dibayar dengan uang mahal. Hal ini semakin menurunnya
minat usia muda untuk mau belajar tentang kearifan lokal pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat tradisional.
Faktor lain adalah pengaruh lingkungan dan keluarga yang tidak
membelajarkan usia muda mengetahui, membudidayakan, dan memanfaatkan
tumbuhan dalam penyembuhan berbagai penyakit, hal ini sangat berdampak bagi
kelompok usia muda untuk beralih memanfaatkan obat kimia yang dijual bebas di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


warung atau di kedai. Menurut Munawwarah (2012), kebiasaan lingkungan
keluarga yang jarang atau tidak pernah menggunakan tumbuhan obat untuk
penyembuhan penyakit, dapat menyebabkan berkurangnya minat dan ketertarikan
kelompok usia muda untuk memanfaatkan tumbuhan obat. Krisis kepercayaan
kelompok usia muda terhadap dukun kampung juga semakin besar, karena mereka
hampir tidak dapat membedakan dukun benaran dan dukun asal-asalan yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan, selain itu biaya berobat ke dukun juga
cukup besar. Kejadian seperti ini kelompok usia muda cenderung membeli obat
kimia tanpa resep dokter yang harganya relatif murah. Adarnya sarana dan
prasarana kesehatan, dan tenaga medis di tiap-tiap desa juga dapat mempermudah
bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan untuk berobat baik
ditingkat kecamatan maupun ditingkat desa.
Degradasi pengetahuan pada kelompok usia muda juga dapat disebabkan
oleh faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hadirnya media informasi
seperti Televisi, Radio dan layanan internet melalui Telepon seluler dapat
memberikan pengaruh besar terhadap generasi muda untuk mengenal informasi
penggunaan obat-obat kimia yang mereka anggap lebih praktis, mudah dan
ekonomis.

4.6 Deskripsi Tumbuhan Obat


Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan
Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang bersegi, beralur,
beruas, bercabang banyak, Daun majemuk,
memiliki anak daun 3 - 7 helai, anak daun
bertangkai dengan panjang 1 - 2,7 cm,
helaian daun tipis, pangkal dan ujung daun
runcing, tepi daun beringgit, panjang 2-7,5
cm, lebar 2 - 5 cm, pertulangan daun
menyirip, daun berwarna hijau muda.
Apium graveolens

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang (Quadrangularis) dengan
nodus membesar. Tinggi batang 20 – 60
cm. Daun tunggal, bertangkai pendek,
panjang daun 3,5 – 8 cm, lebar daun 1 – 2
cm, letak berhadapan bersilang, bentuk
lanset, pangkal dan ujung daun meruncing,
tepi rata. Permukaan atas daun hijau tua,
bagian bawah hijau muda.
Andrographis paniculata

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, perdu. guadraguralis, tinggi
batang ± 120 cm, bercabang. Daun tunggal,
opposit, jorong, berombak, acuminatus,
permukaan daun hijau gelap, bagian bawah
daun kasar, panjang daun 12 - 15 cm, lebar
daun 4 – 4,5 cm, penninervis, hijau muda.

Barleria prionitis

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang berkayu, bercabang,
bulat, tegak, ukurannya kecil dan tingginya
mencapai ± 2 m, percabangan simpodial.
Berdaun tunggal, tipis, bentuk bulat telur,
ujung meruncing, tepi daun rata,
pertulangan menyirip, permukaan daun
mengkilat, berwarna ungu kemerahan,
panjang 10 - 15 cm, lebar 7 - 10 cm.
Graptophylum pictum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :

Tumbuhan liar, perdu, tumbuh tegak, tinggi 50 -


70 cm, bercabang, beruas, warnanya cokelat
kehitaman, mengkilap. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan
bersilang. Daun berbentuk lanset, tepi rata,
ujung meruncing, pertulangan menyirip,
panjang 5 - 25 cm, lebar 3 - 5 cm, warnanya
hijau tua.
Justicia gendarussa

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang tegak, bulat,
tinggi 5 - 10 m, diameter 30 - 35 cm,
permukaanya batang beralur-alur. Daun
majemuk menyirip genap, penampang
melintang pipih, panjang ±80 cm, lebar 3-4
cm, ujung daun runcing, tulang daun
sejajar, daging daun seperti perkamen tipis
tetapi cukup kaku dan permukaan daun
Cocos nucifera licin.

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar dan sebagian
dibudidayakan, herba. Batang basah, bulat,
tinggi ± 40 cm, berwarna hijau. Daun
tunggal, tipis berbulu halus, bentuk bulat
telur, agak bundar, ujung runcing, pangkal
membulat, tepi bergerigi, pertulangan
menyirip, panjang 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm.
Bunga majemuk, berwarna putih.
Ageratum conyzoides

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi tumbuhan :
Tumbuhan liar, tinggi ± 2 m, batang tegak,
percabangan pada ujungnya. Daun tunggal,
berseling, terdapat 2 - 3 daun tambahan
pada tangkai daunnya. Helai daun lonjong
dan ujung pangkal meruncing, tepi
bergerigi, permukaan daun berbulu. Tulang
daun menyirip, panjang 8-30 cm, lebar 4 –
12 cm.

Blumea balsamifera
Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang silindris, berwarna
hijau tua, permukaanya berambut halus
berwarna putih, tinggi ± 40 cm, jarak antar
daun sangat berdekatan sudah berkembang.
Panjang daun ± 35 cm, lebar ± 7 cm, tepi
daun berlekuk. Bunga majemuk, berwarna
merah muda hingga ungu, bunga tunggal
terlindung oleh seludung daun.
Elephantopus scaber

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang tegak, bersegi 4 dan
beralur, tinggi 30 – 50 cm. Daun : helai
daun berbentuk segi tiga/ bulat panjang
dengan pangkal agak membulat dan ujung
tumpul atau tegak meruncing, tepi bergigi,
mempunyai tulang daun tiga sampai lima.
panjang daun 10 - 12 cm, lebar 4 - 5 cm.

Eupatorium odoratum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, herba, batang lunak,
beruas, berwarna hijau, tinggi 30 - 50 cm.
Daun tunggal, bertangkai panjang 3 - 5 cm,
letak berseling berhadapan, daging daun
tebal dan basah, ujung daun melancip,
pinggir daun beringgit, panjang 7 - 10 cm,
lebar 2-3 cm, warna hijau tua, bagian
bawah hijau muda.
Gynura segetum

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, rimpang pendek merayap,
tinggi pelepah daun 120 cm, lebar 30 cm,
Daun menyirip, elips sampai lanset,
acuminate puncak, kuning-hijau, gundul
penuh rambut. Bunga 20 sampai 30
pasangan, melekat di tangkai daun. Sorus
lurus, kadang-kadang tersambung di ujung,
spora berwarna kecoklatan-abu-abu gelap
Athyrium filix-femina coklat atau kuning

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang berbentuk gada
panjangnya 20-30 cm. Batang dikelilingi
daun yang tersusun spiral dengan posisi
daun sejajar secara vertikal, terbentuk 3
spiral terdiri dari 15 daun. Daun
memanjang, sempit, ujung daun runcing,
panjang 60 - 80 cm, lebar daun 3 - 6 cm,
pinggir daun rata dan ada juga yang berduri.
Ananas comosus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang bulat, basah dan
bergetah, tinggi 5 -10 m. Daun tunggal dan
mempunyai daun lengkap berupa pelepah
daun, tangkai daun dan helaian daun, tulang
daun menjari, bercagap, tersebar, menyirip
3, tangkai daun panjang dan berongga,
berwarna hijau. Bunga berwarna putih,
berkelamin satu atau berumah dua.
Carica papaya

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang tegak, lunak,
bergetah, tinggi 30 - 50 cm, bercabang pada
pangkalnya. Daun tunggal, bentuk lanset,
permukaan kasar, ujung meruncing,
pangkal menyempit, tepi bergigi melekuk
menyirip. Panjang daun 6 - 15 cm, lebar 2 -
3 cm, warna hijau. Bunga tegak tunggal
keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang.
Isotoma longiflora

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, liana, batang memiliki sulur
dan melilit, warna hijau sampai hitam
kemerahan. Daun tunggal, berseling, jarak
antar ruas batang 8 – 10 cm. Daun tunggal,
berwarna hijau, berbulu halus, daun
bertangkai, bentuk bulat dan pangkalnya
membentuk jantung hati, ujung daun
tumpul, tulang daun menyirip, tepi daun
Aniseia biflora rata, panjang daun 6-7 cm, lebar 6-8 cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang lunak, bergetah,
menjalar, batang beruas, setiap ruas tumbuh
daun, tunas atau cabang. Daun berbentuk
bulat hati, lonjong, bulat runcing tergantung
varietasnya, tepi daun rata, berlekuk
dangkal, menjari. Bunga berbentuk
terompet, panjang 3 - 5 cm. Mahkota bunga
berwarna ungu keputihan.
Ipomoea batatas

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang bulat, memanjat dan
membelit, bertambah panjang, warna
batang hijau sampai merah kehitaman, jarak
antar ruas batang 5 - 8 cm. Daun tunggal,
berwarna hijau, letak berseling, memiliki
tangkai daun, bentuk bulat hati, ujung
tumpul, tulang daun menyirip, panjang 5-6
cm, lebar 7-8 cm, pinggir daun rata.
Ipomea triloba

Deskripsi tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang berkayu, bulat kecil,
bercabang, tinggi ± 1,5 m. Daun tunggal,
bertangkai, tersusun berhadapan, warna atas
daun hijau tua, bagian bawah merah gelap,
bentuk jorong hingga lanset, panjang 4 - 15
cm, lebar 3 - 5 cm, helaian daun tipis, ujung
dan pangkal daun meruncing, tepi bergerigi
halus, pertulangan menyirip.
Excoecariacochinc hinensis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang bulat dan
bergerigi dari bekas pangkal tangkai daun,
bagian tengahnya bergabus dan termasuk
tumbuhan tinggi. Memiliki tangkai daun,
bulat, panjang 12 - 25 cm, dan helaian daun
menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai
mempunyai daun sekitar 3 - 8 lembar,
panjang 8 - 15 cm, lebar 1 - 2 cm.

Manihot esculenta
Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, perdu, batang berkayu,
bulat, bercabang, tinggi ± 100 cm, tumbuh
duri diketiak daun. Daun tunggal, berseling,
tangkai daun pendek, bentuk daun bundar,
ujung meruncing, tepi daun berombak,
tulang daun menyirip, panjang daun 11 - 20
cm, lebar 6 - 8 cm.

Flacourtia rukam
Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang tumbuh tegak
atau lurus, tinggi 2,5 m – 4 m, beruas-ruas,
setiap ruas terletak mata tunas yang dapat
tumbuh menjadi kuncup tanaman baru.
Daun tersusun dari pelepah daun dan helai
daun, terdapat bulu-bulu dan duri di sekitar
pelepah dan helai.

Saccharum officinarum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, pohon erectus, lignosus,
tinggi batang 2 – 3 meter, diameter batang
18 - 20 cm, Daun tunggal, keras dan kaku,
jorong, ujung daun meruncing, tepi daun
rata, opposite, permukaan daun leavis,
papyraceus, panjang daun 14 - 20 cm, lebar
4 - 7 cm.

Cinnamomum burmannii

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang tegak, bulat,
berdiameter ±1 m, tinggi ± 20 m. Daun
tunggal, letak tersebar, duduk berseling,
bentuk oval sampai lonjong, panjang 10-20
cm, lebar 5-8 cm, ujung meruncing, tepi
daun rata, berwarna coklat kemerahan,
permukaan atas licin, dan permukaan
bawah sedikit kasar.
Cinnamomum partenoxylon

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang 8 - 10 m.
Daun tunggal, bertangkai, letaknya
berdesakan di ujung ranting, bentuknya
jorong sampai bundar, tepi rata, pertulangan
menyirip, panjang daun 10-20 cm, lebar 5-
10 cm. Buahnya buni, bentuk bulat telur,
panjang 10-20 cm, warna hijau atau hijau
kuning.
Persea Americana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, terna tegak. Batang bersegi,
beralur, tinggi ± 50 cm. Daun bundar
hingga lanset, ujung meruncing, tepi daun
bergerigi, menyirip, panjang daun 3 - 10
cm, lebar 1 - 1.5 cm, panjang tangkai daun
5- 25 cm.

Orthosiphon aristatus

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang berkayu, bercabang,
tinggi ± 5 m. Daun majemuk, menyirip,
memiliki satu ibu tulang daun dari pangkal
sampai keujung, memiliki tangkai dari
terusan ibu tulang daun dengan arah
menyamping, titik tangkai daun berwarna
kemerahan, tepi daun bergigi. Panjang 20-
25 cm, lebar 8-10 cm. permukaan daun
Leea indica gelap, bagian bawah daun hijau terang.

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi 30-50 cm, herba
tahunan, tinggi 30-50 cm, berpelepah daun.
Helaian daun mirip pita, pipih, memanjang.
Memiliki akar serabut- serabut kecil. Kulit
tipis berlapis dan berwarna putih. Umbi
terdiri dari sejumlah anak bawang.

Allium sativum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, perdu. Batang berkayu,
bulat, bercabang, tinggi ± 3 m. Daun
tunggal, tersusun spiral, daun berbentuk
bundar telur, ujung meruncing, tepi daun
bergerigi, panjang daun 3,5 - 9,5 cm, lebar
2,0 - 6,0 cm, tulang daun menyirip, panjang
tangkai daun 1,0 - 3,7 cm.

Hibiscus rosa-sinensis
Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, perdu, batang berkayu,
bercabang banyak, tinggi 40-80 cm,
berambut halus. Daun tunggal, berlekuk
menjari 3,5 atau 7, panjang daun 3 - 5 cm,
lebar 3 - 5,5 cm, tepi daun bergerigi, daun
bagian atas hijau, bagian bawah hijau muda,
pangkal daun membulat, berlekuk, ujung
runcing. Bunga tumbuh diketiak daun,
Urena lobata berwarna ungu

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, tinggi batang ±15 m, bulat,
tegak, putih, sedikit bercabang,
daun majemuk, bentuk bulat telur, panjang
daun 6 - 12 cm lebar 4-6 cm, bentuk
bunga aktinomorf, jumlah dan warna
sepal dan hijau, memiliki stamen banyak,
bentuk buah buni bulat atau bulat telur,
berdiameter 4 - 6 cm dan berwarna hijau.
Khaya sinegalensis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang berkayu,
bercabang, beralur-alur tak beraturan, tinggi
± 30 m, diameter hingga 75 cm. Daun
majemuk menyirip, dengan 6 - 9 anak daun
yang tersusun berseling, panjang 9 - 21 cm,
lebar 5 - 10 cm, permukaan daun
mengkilap, ujung daun meruncing, tepi
daun rata.
Lansium domesticum
Deskripsi Tumbuhan :

Tumbuhan liar, batang berkayu, bercabang,


tinggi 1 - 4 m, warna hijau hingga hijau
kekuningan. Daun tunggal, menyirip, tulang
daun memanjang, lurus kearah ujung daun,
letak daun bersilangan, bulat memanjang
hingga lanset, ujung meruncing lancip,
panjang 4 - 15 cm, lebar 5 - 8 cm.

Melastoma candidum
Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, tinggi 7 - 12 m, batang
berkayu, tegak, kulit tipis, permukaan
kasar. Daun majemuk, bertangkai panjang,
berseling, beranak daun, helai daun bulat
telur, panjang 1 - 2 cm, lebar 1 - 2 cm, tipis
lemas, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata,
pertulangan menyirip, permukaan atas dan
bawah halus.
Moringa oleifera

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang ± 20 m,
bergetah. Daun bercanggap menjari, keras,
tersusun berselang-seling, permukaan daun
hijau tua mengkilap sampai kusam, bagian
bawah daun kasar dan berbulu halus.
Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar
dan berbentuk kerucut panjang 20 - 60 cm,
lembar 20 - 40 cm.

Artocarpus communis
Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang ± 15 m,
Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1 - 4 cm,
daun kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik
sampai jorong memanjang, panjang 8 – 10
cm, lebar 5 – 8 cm, pangkal menyempit
sedikit, daun penumpu bulat telur lancip,
pertulangan daun menyirip, permukaan
daun mengkilap, bagian bawah pucat.
Artocarpus heterophyllus

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, pepohonan, batang
berkayu bercabang dan berbengkok-
bengkok, kasar, tinggi 5 - 8 m,. Daun
tunggal berhadapan, berbentuk jantung-
jorong sampai bundar telur sungsang
lonjong, panjang 15 - 20 cm, lebar 4 - 5 cm,
tepi daun rata, tangkai daun berukuran
panjang 0,5 - 1,5 mm.
Eugenia aquea

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang 3-5 m,
kulit batang halus, berwarna coklat, mudah
mengelupas. Daun berhadapan, menyirip,
memiliki satu ibu tulang daun dari pangkal
sampai keujung, daun bundar sampai
meruncing, agak menjorong, tepi daun rata.
Panjang 6 - 14 cm, lebar 3 - 7 cm, daun
muda berbulu, dan tua permukaan licin
Psidium Guajava

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang 5-8 m,
diameter 50 cm, percabangan rendah dan
bertajuk padat. Daun berhadapan, bentuk
elips, mendatar sampai melengkung,
panjang 25-35 cm, lebar 10-15 cm, pangkal
membaji, ujung lancip, permukaan daun
atas hijau gelap dan bagian bawah hijau
terang, tepi daun rata.
Syzygium malaccense

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, liana, batang bulat,
bercabang, pegangan, berwarna cokelat.
Daun tunggal, berhadapan, bertangkai
pendek, bentuk daun bundar, ujung
meruncing, tepi daun rata, tulang daun
menyirip, permukaan daun hijau gelap,
bagian bawah daun hijau pucat, panjang
daun 12 – 21 cm, lebar 6 - 8 cm.
Syzygium polyanthum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang 6 - 10 m,
diameter ± 30 cm. Daun majemuk, bulat
telur atau memanjang, ujung meruncing,
tepi daun bergerigi, tulang daun menyirip,
panjang 5 - 8 cm, lebar 1 - 2 cm. Malai
bunga kecil menggangtung pada batang dan
ranting, berwarna putih, kuning atau ungu.
Buah mengkilat, bentuk elips bersegi bulat.

Averrhoa blimbi
Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang basah, bulat,
bercabang, tinggi 20-30 cm, warnanya
batang hijau pucat. Daun tunggal, berseling,
bentuk bundar telur, ujung meruncing,
pangkalnya membentuk jantung, tepi rata,
panjang 1,5-3 cm, lebar 1,5-2 cm,
permukaan daun hijau pucat mengkilap,
bagian bawah daun berwarna hijau muda.
Peperomia pellucida

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, liana, batang memanjat
dan merambat, bercabang, panjang batang 6-
10 m. Daun tunggal, bulat lonjong, tepi rata,
panjang 5 - 8 cm, lebar 3-5 cm, letak daun
berselang-seling, bertangkai, pangkal
berbentuk jantung dan ujung meruncing.
Permukaan daun licin berwarna hijau terang,
daun bagian bawah berwarna hijau gelap.
Piper betle

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :

Tumbuhan liar, rerumputan, Tinggi


tumbuhan 5 - 10 cm, berpelepah, panjang
daun 5 - 7 cm, lebar 1 – 1,2 cm, berwarna
hijau pekat, berbulu halus, tulang daun
sejajar, berdaun tebal, tepi daun rata lurus
dan ada juga yang keriting, daunnya
tumbuh ke samping.

Axonopus compressus

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, tumbuh berumpun, tinggi
30 - 90 cm. Akar rimpang, menjalar, batang
berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm,
daun hijau, bentuk pita, panjang 50 - 80 cm,
lebar 1 - 2 cm, ujung daun meruncing, tepi
rata, pertulangan sejajar, permukaan atas
halus, permukaan bawah kasap (scaber).

Imperata cylindrical

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, tinggi batang 1 - 3 cm,
tegak, bulat, percabangan simpodial, warna
cokelat pucat. Daun tunggal, berhadapan,
bentuk lonjong, tepi rata, pangkal bulat,
ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar
5 - 7 cm, warna hijau. Bunga majemuk,
bentuk lonceng diketiak daun, panjang ± 5
cm, mahkota 5 helai berbentuk lonjong.
Uncaria gambir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang tegak, tinggi 15 - 35
cm, bercabang. Daun bentuk jorong, ujung
meruncing, panjang 4 - 5 mm, lebar 2 mm,
pangkal rata, warna daun bagian atas hijau
tua, bagian bawah hijau muda. Kedudukan
daun tersusun berseling di kiri kanan pada
batang induk.

Selaginella doederleinii

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, tinggi batang 2 - 3 m.
silindris, tegak, bagian dalam solid, ujung
cabang berbulu. Daun tunggal, bertangkai
pendek, warna hijau, panjang 15 - 20 cm,
lebar 10 - 15 cm, helaian daun agak tebal,
bentuk lonjong, ujung runcing, pangkal
tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip,
permukaan kasar berwarna hijau tua.
Datura suaveolens

Deskripsi Tumbuhan :
Tumbuhan liar, batang berkayu, keras,
kasar, berwarna coklat, tinggi ± 15 m,
diameter batang 35 - 50 cm, mempunyai
banyak cabang yang tidak lurus/bengkok
serta tidak teratur. Duduk daun berhadapan,
3 - 5 daun, Bentuk daun bundar, ujung dan
pangkal daun meruncing, tepi daun rata,
panjang 8 - 15 cm, lebar 4 - 6 cm.
Vitex pinnata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, terna, batang berupa
rimpang berwarna kuning dengan tinggi ±
50 cm, beruas-ruas dan bercabang,
memiliki pelepah, tegak saling bertumpang
tindih. Daun bundar sampai lanset,
memiliki ibu tulang, menyirip, tepi daun
rata, panjang 40 - 50 cm, lebar 5 - 7 cm,
hijau muda sampai hijau tua.
Curcuma domestica

Deskripsi Tumbuhan :
Tanaman budidaya, batang berupa rimpang
beruas-ruas, bercabang, berwarna coklat tua
tinggi mencapai ± 60 cm. Memiliki pelepah
daun yang tegak saling bertumpang tindih,
hijau tua. Daun bundar memanjang sampai
lanset, memiliki ibu tulang daun, tepi daun
rata, helai daun 2-9, berwarna hijau tua,
panjang 30-50 cm, lebar 8-10 cm
Curcuma xanthoriza

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Persepsi dan pengetahuan masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa untuk
kelompok usia ≥ 50 tahun tentang pemanfaatan tumbuhan, mengetahui jenis,
dan cara meramu tumbuhan obat dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi.
2. Diketahui 30 famili dari 51 spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa. Famili yang paling banyak
dimanfaatkan adalah Asteraceae, Acanthaceae, Myrtaceae, Convolvulaceae,
dan Lauraceae.
3. Organ tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 38
spesies, seluruh bagian tumbuhan 4 spesies, bagian rimpang dan buah 2
spesies, dan yang lainnya masing-masing 1 spesies.
4. Nilai indeks kepentingan budaya tertinggi adalah Kelapa (Cocos nucifera)
dengan nilai 35, diikuti dengan Kunyit (Curcuma domestica), dan Pepaya
(Carica papaya ) dengan nilai 25 dan 20.
5. Kelompok usia A (15-29) tahun mengalami degradasi pengetahuan tentang
pemanfaatan tumbuhan obat sebesar 57,14 % terhadap kelompok usia C
( ≥ 50) tahun.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui metabolik sekunder
yang dikandung tiap-tiap jenis tumbuhan dengan harapan dapat
dikembangkan menjadi obat nasional yang bermanfaat untuk bangsa.
2. Diharapkan kepada Pemerintah daerah untuk selalu mendorong masyarakat
membudidayakan tumbuhan obat melalui tanaman obat keluarga (TOGA)
guna menjaga kesehatan keluarga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Agoes. 2002. Inventarisasi Tumbuhan Obat TNKS : Kajian dalam prespektif


Etnofarmakologis dan Budaya. Jurnal Bahan Alam Indonesia. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya / SP3T. Sumatera Selatan.

Cotton, C.M. 1996. Ethnobotany. Principles and Applications. Roehamton


Institute London.UK.John Willey & Sons Inc.London.

Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Duaja, D.D., Kartika, E., Muklis, F. 2011. Peningkatan Kesehatan Masyarakat


Melalui Pemberdayaan Wanita Dalam Pemanfaatan Pekarangan Dengan
Tanaman Obat Keluarga (Toga) Di Kecamatan Geragai. Jurnal
Pengabdian pada Masyarakat. Jambi.

Duha, N. 2008. Sowanua dan Nadaoya Manusia Pertama Penghuni Pulau Nias?,
diunduh dari http://mediawarisan.wordpress.com/10/05/2014

Gitawati., Handayani 2008. Badan Litbangkes Depkes. Profil Konsumen Obat


Tradisional Terhadap Ketanggapan adanya Efek Samping Obat
Tradisional. Buletin Sistem Kesehatan. 11 (3) : 283-288.

Hariana. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Cetakan Kelima. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Hastuti. S. D., Tokede. M.J dan Maturbongs. R.A. 2002. Tumbuhan Obat menurut
Etnobotani Suku Biak. Beccariana 4 (1) : 20-40.

Hammerle, J. 2007. Nias: Antara Budaya Batu dan Ono Niha, National
Geographic Indonesia. diunduh dari http://unesdoc.unesco.org/
25/04/2014.

Indo Asian News Service 2002. Kelapa Muda Untuk Jantung. Smc/cn02.
http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/diunduh 30/11/2014.

Kennerknecht, I., Johannes M.H, and Roger M.B. 2012. The Peopling of Nias,
from the Perspective of Oral Literature and Molecular Genetic Data.
http://www.kennerknecht et al Nias 2012 offprint.pdf/ diunduh
30/10/2014.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Krummel D.A. 2004. Medical nutrition therapy in hypertension. In: Mahan
K,Escott-Stump S. Krause’s food, nutrition, & diet therapy. 11 th edition.
Philadelphia. p. 900-18.

Kumala. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan


Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Program Studi Farmasi
Universitas Jember.

Manalu., Ida., Pangaribuan., Lawolo, dan Handayani. 2012. Etnik Nias Desa
Hilifadölö, Kecamatan Lölöwa’u Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Balitbangkes. Kemenkes RI.

Maturbongs, R.A., Worabai, S. dan Kesaulija, E.M. 2001. Pemanfaatan Jenis


Tumbuhan Pohon Oleh Suku Wondama di Desa Tandia, Wasior
Kabupaten Manokwari. Pusat studi Keanekaragaman Hayati Universitas
Cendrawasih. Manokwari.

Munawwarah, S.S. 2012. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat


Etnis Simalungun Di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang
Bedagai.Tesis. FMIPA.USU.Medan

Nasution, R.E. 1992. Prosiding Seminar dan Loka Karya Nasional Etnobotani.
Departement Pendidikan dan Kebudayaan RI-LIPI. Perpustakaan
Nasional RI. Jakarta.

Patterson, S.O., Hagan, D. 2002. Biosynthetic studies on the tropane alkaloid


hyoscyamine in Datura stramonium; hyoscyamine is stable to in vivo
oxidation and is not derived from littorine via a vicinal interchange
process., Phytochemistry, 61(3): 323-9.

Rasna, I.W, 2010. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Tanaman Obat
Tradisional Di Kabupaten Buleleng Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan : Sebuah Kajian Ekolinguistik. Jurnal Bumi Lestari, Volume
10 No. 2, Agustus 2010. hlm. 321 – 332

Rugayah., Widjaja, E.A. dan Praptiwi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data


Keanekaragaman Flora. PUSLITBIO LIPI. Bogor

Sada, J. dan Tanjung, H.R. 2010. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di


Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Supiori–Papua.
Jurnal Biologi Papua. Volume 2, Nomor 2. Oktober 2010

Sastroamidjojo. 2001. Obat Asli Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sudarsono. 2010. Pengoleksian Data Riset Pengobatan Tradisional Perlu Lebih
Diintensifkan. Fakultas Farmasi UGM. Liputan/Berita.
http://www.ugm.ac.id.diunduh 05/06/2014

Sudibyo, S., Muktiningsih, S.R., Handayani. 1997. Faktor-faktor yang


mempengaruhi pemilihan obat atau obat Taradisional Dalam Pengobatan
Sendiri di Pedesaan. Puslitbang Farmasi, Badan Litbang Kesehatan
Depkes RI, Jakarta

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta,


Bandung.

Suli, A.M., Priyo, P., Sumarto, W. 2012. Eksistensi Pemanfaatan Tanaman Obat
Tradisional (TOT) Suku Serawai Diera Medikalisasi Kehidupan. Jurnal
Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. Universitas
Bengkulu. Vol 1. Desember 2012

Superkunam. 2010, Manfaat Konsumsi Buah Pepaya, www.google.co.id/ diakses


28/11/2014

Suryadarma. 2008. Diktat Etnobotani. Pendidikan Biologi.FMIPA.Universitas


Negeri Yogyakarta.

Suryana, Y., Iskandar, J., Supratman, U. 2014. Studi Pengetahuan Lokal Tanaman
Obat Pada Agroekosistem Pekarangan Dan Dinamika Perubahannya Di
Desa Cibunar Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang-Jawa
Barat. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. Universitas
Padjadjaran, Bandung. Vol. 16, No. 1, Maret 2014: 19 - 25

Sutarjadi. 1992. Tumbuhan Indonesia Sebagai Sumber Obat, Kosmetika dan


Jamu.Prosiding Seminar dan Loka Karya Nasional Etnobotani. Fakultas
Farmasi.Universitas Airlangga. Surabaya.

Tamin, R. dan Arbain, D. 1995. Biodiversitas dan Survey Etnobotani. Makalah


Lokakarya Isolasi Senyawa Berkhasiat. Kerjasama HEDS-FMIPA
Universitas Andalas, Padang.

Winarti, C. dan N. Nurdjanah. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian 24(2): 47-55

World Health Organization. 2003. Traditional medicine.


http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs134/en/ 25/04/2014.

Yayasan Pusaka Nias. 2010. Obat Tradisional Nias. Yayasan Pusaka


Nias.Gunungsitoli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Yustine, A. 2007, Pengembangan Formulasi Sediaan Gel Antijerawat Serta
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Daun Pepaya (Carica
Pepaya A Linn.), Tesis, Pasca Sarjana Farmasi, ITB. Bandung.

Yusro., Fathul. 2010. Rendemen Ekstrak Etanol Dan Uji Fitokimia Tiga Jenis
Tumbuhan Obat Kalimantan Barat. 29. http://jurnal.untan.ac.id. diunduh
24/04/2014.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

Peta Kota Gunungsitoli.


Sumber : BAPPEDA Kota Gunungsitoli 2011.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2

Data Penduduk Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa

Jumlah Penduduk Jumlah


No Nama Desa Jumlah Kepala
Laki-laki Perempuan Keluarga
1 Fadoro Yõu 406 418 824 204
2 Nazalõu Alo’oa 518 611 1.129 235
3 Niko’otano Dao 646 761 1.407 369
4 Nazalõu Lõlõwua 594 662 1.256 265
5 Lõlõlawa 168 177 345 76
6 Orahili Tanose’õ 192 215 407 85
7 Tarakhaini 305 289 594 126
8 Fadoro Hilimbõwõ 196 236 432 85
9 Iraono Lase 459 449 908 195
Total 3.484 3.818 7.302 1.640

Sumber, Kantor Camat Gunungsitoli Alo’oa, 2013.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

N N N
1% 5% 10% 1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 115 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 134 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 157 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 663 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
110 94 84 78 850 373 247 205 200000 661 347 270
120 102 89 83 900 382 251 208 250000 662 348 270
130 109 95 88 950 391 255 211 300000 662 348 270
140 116 100 92 1000 399 258 213 350000 662 348 270
150 122 105 97 1050 414 265 217 400000 662 348 270
160 129 110 101 1100 427 270 221 450000 663 348 270
170 135 114 105 1200 440 275 224 500000 663 348 270
180 142 119 108 1300 450 279 227 550000 663 348 270
190 148 123 112 1400 460 283 229 600000 663 348 270
200 154 127 115 1500 469 286 232 650000 663 348 270
210 160 131 118 1600 477 289 234 700000 663 348 270
220 165 135 122 1700 485 292 235 750000 663 348 271
230 171 139 125 1800 492 294 237 800000 663 348 271
240 176 142 127 1900 498 297 238 850000 663 348 271
250 182 146 130 2000 510 301 241 900000 663 348 271
260 187 149 133 2200 520 304 243 950000 663 348 271
270 192 152 135 2600 529 307 245 1000000 664 349 272

Penentuan Sampel dengan Tingkat Kesalahan 1%, 5% dan 10%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

BIODATA RESPONDEN

Nama : Jenis kelamin :


Umur : Pendidikan :
Suku : Pekerjaan :
Agama : Alamat :
Status : Kawin/Belum kawin.

Lembaran Kuisioner.

Petunjuk :

1. Baca setiap pertanyaan dibawah ini dengan baik, kemudian beri tanda silang
(x) pada jawaban yang dipilih.
2. Saya mengharapkan jawaban dan kejujuran dari anda.
3. Jawaban yang diberikan tidak akan merugikan anda dalam bidang apapun
karena hanya merupakan data penelitian saya.

Pertanyaan,
1. Apakah tingkat pendidikan Anda?.
1. Tamat SD
2. Tamat SMP
3. Tamat SMA
4. Tamat Diploma
5. Tamat Sarjana
2. Apakah pekerjaan Anda sehari-hari?.
1. Buruh
2. Bertukang
3. Bertani
4. Pegawai swasta
5. Pegawai Negeri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Berapakah penghasilan Anda setiap bulan?.
1. 500 ribu – 1 juta
2. 1 juta – 1.5 juta
3. 1.5 juta – 2 juta
4. 2 juta – 2.5 juta
5. 2.5 juta keatas
5. Apakah pekerjaan sampingan Anda sehari-hari?.
1. Tidak ada
2. Berburu
3. Memancing
4. Beternak
5. Berdagang
5. Apakah Anda pernah menggunakan obat bebas kimia?.
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang kadang
4. Sering
5. Sangat sering
6. Apakah Anda percaya pada dukun kampung?.
1. Tidak percaya
2. Kurang percaya
3. Kadang percaya
4. Percaya
5. Sangat percaya
7. Apakah Anda mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat tradisional?.
1. Tidak mengetahui
2. Kurang mengetahui
3. Cukup mengetahui
4. Mengetahui
5. Sangat mengetahui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Apakah Anda pernah memanfaatkan tumbuhan obat tradisional?.
1. Tidak sering
2. Kurang sering
3. Kadang kadang
4. Sering
5. Sangat sering
9. Apakah Anda mengetahui cara meramu tumbuhan obat tradisional?.
1. Tidak mengetahui
2. Kurang mengetahui
3. Cukup mengetahui
4. Mengetahui
5. Sangat mengetahui
10. Apakah keluarga Anda pernah memanfaatkan tumbuhan obat untuk ibu
hamil?.
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang kadang
4. Sering
5. Sangat sering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

BIODATA INFORMAN KUNCI

Nama : Jenis kelamin :


Umur : Pendidikan :
Suku : Pekerjaan :
Agama : Alamat :
Status : Kawin/Belum kawin.

Lembaran Wawancara.

Pertanyaan,

1. Apakah Anda mengenal jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh


masyarakat Nias?.
Ya

Tidak

Jika Ya, sebutkan jenis tumbuhan obat apa saja,………………………………


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

2. Dari beberapa jenis tumbuhan obat di atas, apakah ada yang di peruntukkan
obat ibu Hamil?.

Ya

Tidak

Jika Ya, sebutkan jenis tumbuhan obat apa saja,………………………………


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Apakah tumbuhan obat tersebut yang dibudidayakan atau tumbuhan liar?.
Dibudidayakan

Tumbuhan liar

4. Apakah Anda mengetahui cara meramu tumbuhan obat dalam penyembuhan


penyakit?.
Ya

Tidak

Jika Ya, sebutkan semua jenis tumbuhan obat dan cara meramunya,…………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

5. Dari mana Anda mengetahui informasi tumbuhan obat?.

Orang tua Mimpi

Dukun Sumber lain, contohnya……

6. Apakah keluarga Anda yang sakit berobat ke dukun kampung?.

Ya

Tidak

Jika Ya, sebutkan apa alasannya………………………………………………


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

7. Apakah Anda mengkonsumsi obat bebas kimia yang dijual di warung, toko
obat atau apotik?.
Ya

Tidak

Jika Ya, sebutkan alasannya dan obat apa saja,………………………………


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Apakah keluarga Anda yang sakit berobat ke puskesmas?.

Ya

Tidak

Jika Ya, sebutkan apa alasannya……………………………………………….


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

BIODATA RESPONDEN

Nama : Jenis kelamin :


Umur : Pendidikan :
Suku : Pekerjaan :
Agama : Alamat :
Status : Kawin/Belum kawin.

Lembaran Kuisioner Pemanfaatan Tumbuhan Obat.

Petunjuk :

1. Menurut pengetahuan anda isilah kotak disebelah ini berdasarkan manfaat


tumbuhan obat yang anda ketahui.
2. Saya mengharapkan jawaban dan kejujuran dari anda.
3. Jawaban yang diberikan tidak akan merugikan anda dalam bidang apapun
karena hanya merupakan data penelitian saya.

Tumbuhan
No Manfaat sebagai obat
Nama umum Nama lokal
1 Babandotan Sõfõ-sõfõ 1. 3.
2. 4.
2 Ilalang Go’o 1. 3.
2. 4.
3 Kunyit Undre 1. 3.
2. 4.
4 Lanang Boli 1. 3.
2. 4.
5 Sambang darah Bale-bale angi 1. 3.
2. 4.
6 Gandra rusa Lio-lio 1. 3.
2. 4.
7 Jambu air Samba 1. 3.
2. 4.
8 Kitolod Katara 1. 3.
2. 4.
9 Suruhan Tima-tima 1. 3.
2. 4.
10 Belimbing Malimbi 1. 3.
2. 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan…

11 Kanine 1. 3.
2. 4.
12 Sembung Gomboyu 1. 3.
2. 4.
13 Pepaya Bala 1. 3.
2. 4.
14 Kumis kucing Sogambi mao 1. 3.
2. 4.
15 Kumis kucing Sogambi mao 1. 3.
2. 4.
16 Alpukat Foka 1. 3.
2. 4.
17 Nenas Gõna 1. 3.
2. 4.
18 Bawang putih Bawa safusi 1. 3.
2. 4.
19 Rumput gajah Soi-soi 1. 3.
paitan 2. 4.
20 Laban Manawa danõ 1. 3.
2. 4.
21 Mali-mali 1. 3.
2. 4.
22 Cakar ayam Lagaene 1. 3.
2. 4.
23 Paku-pakuan Gezero 1. 3.
2. 4.
24 Jambu biji Maziambu 1. 3.
2. 4.
25 Kono-kono 1. 3.
2. 4.
26 Singkong Gowirio 1. 3.
2. 4.
27 Gambir Gambe 1 3.
2. 4.
28 Giti-iti 1. 3.
2. 4.
29 Ubi jalar Bulu gowi 1. 3.
2. 4
30 Wungu Nazalõ’u 1 3
2 4
31 Susu gi’a 1 3
2 4
32 Zini-zini 1. 3.
2. 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan…

33 Langsat Lase 1. 3.
2. 4.
34 Languwato 1. 3.
2. 4.
35 Senggani Nduru-nduru 1. 3.
2. 4.
36 Nangka Na’a 1. 3.
2. 4.
37 Tebu hitam Tewu saito 1. 3.
2. 4.
38 Afore hili 1. 3.
2. 4.
39 Sukun Suku 1. 3.
2. 4.
40 Temu lawak Undre gaza 1. 3.
2. 4.
41 Manaze 1. 3.
2. 4.
42 Jambu mawar Maufa 1. 3.
2. 4.
43 Wewe use 1. 3.
2. 4.
44 Kelapa Ohi 1. 3.
2. 4.
45 Selandri Silandri 1. 3.
2. 4.
46 Sirih Tawuo 1. 3.
2. 4.
47 Kembang sepatu Sõma-sõma 1. 3.
2. 4.
48 Kelor Bulu Muru 1. 3.
2. 4.
49 Kecubung Sikaco 1. 3.
2. 4.
50 Selasihan Afoa 1. 3.
2. 4.
51 Pulutan Hefuyu,a 1. 3.
2. 4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7

Nilai qualitas Kegunaan Jenis Tumbuhan Obat berdasarkan


Focus Group Discussion (FGD).

No Kategori jenis penyakit yang disembuhkan Skor


1 Penyakit Umum 1
2 Penyakit Tenggorokan hidung dan telinga (THT) 2
3 Penyakit Paru 3
4 Penyakit Kulit dan kelamin 4
5 Penyakit Mata 5
6 Penyakit Kandungan 6
7 Penyakit Dalam ( Internis) 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8

SKOR NILAI ICS

Kategorisasi yang Menggambarkan intensitas Penggunaan (intensity of use) Jenis


Tumbuhan berguna.
Nilai Deskripsi
Sangat tinggi intensitas penggunaannya ; yaitu jenis-jenis tumbuhan
5 yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara
regular hampir setiap hari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Intensitas penggunaannya tinggi ; meliputi jenis-jenis tumbuhan
4 yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, digunakan secara
regular harian, musiman atau dalam waktu berkala
Intensitas penggunaanya sedang ; jenis-jenis tumbuhan secara
3 regular tetapi dalam kurun waktu-waktu tertentu, misalnya
pemanfaatan yang bersifat musiman. Biasanya jenis ini diramu,
diekstrak, atau bila hasilnya berlebihan bisa diperjual belikan
Intensitas pengunaannya rendah ; meliputi jenis-jenis yang jarang
2 digunakan dan tidak mempunyai pengaruh dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat
Sangat jarang inetensitas penggunaanya ; meliputi jenis-jenis
1 tumbuhan yang sangat minimal atau sangat jarang digunakan dalam
kehidupan sehar-hari

Kategorisasi yang menggambarkan Tingkat eklusifitas atau Tinggat Kesukaan

Nilai Deskripsi
Paling disukai, merupakan pilihan utama, jenis tumbuhan yang
2 menjadi komponen utama dan sangat berperan dalam cultural. Jenis
ini memiliki kegunaan yang paling disukai atau juga bagi jenis yang
mempunyai nilai guna tidak tergantikan oleh jenis lain
1 Meliputi jenis tumbuhan berguna yang disukai tetapi terdapat jenis-
jenis apabila jenis tersebut tidak ada.
0,5 Meliputi jenis tumbuhan berguna yang sebagai sumber daya
sekunder, eklusifitasnya atau nilai kegunaanya rendah

(Tunner. 1988)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 9

Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat


Kec. Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli.

Kelompok Jenis Skala Likert


Umur/tahun kelamin 1 2 3 4 5

L 70,63 % 22,75 % 6,62 % 0% 0%


15-29
P 74,16 % 14,99 % 7,08 % 3,77 % 0%

L 0% 31,12 % 59,99 % 8,89 % 0%


30-49
P 2,35 % 50,41 % 36 % 8,12 % 3,12 %

L 0% 5,06 % 9,61 % 63,04 % 22,29 %


≥ 50
P 4,39 % 0% 30,41 % 44,37 % 20,83 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 10

Persentase Pemanfaatan Tumbuhan Obat untuk Ibu Hamil oleh Masyarakat


Kec. Gunungsitoli Alo’oa Kota Gunungsitoli.

Kelompok Jenis Skala Likert


Umur kelamin 1 2 3 4 5

L 57,21 % 26,28 % 8,33 % 8,18 % 0%


15-29
P 37,29 % 25 % 20,21 % 12,5 % 0%

L 0% 29,16 % 51,39 % 19,45 % 0%


30-49
P 15,41 % 12,08 % 11,46 % 41,04 % 20,01 %

L 0% 10,25 % 18,96 % 47,80 % 22,99 %


≥ 50
P 0% 0% 14,37 % 20,41 % 65,22 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kec. Gunungsitoli Alo’oa


Kota Gunungsitoli yang Mengetahui Jenis Tumbuhan Obat.

Kelompok Jenis Skala Likert


Umur kelamin 1 2 3 4 5

L 59,45 % 37,42 % 3,13 % 0% 0%


15-29
P 58,33 % 35,01 % 6,66 % 0% 0%

L 2,09 % 12,77 % 58,47 % 26,67 % 0%


30-49
P 2, 09 % 22,50 % 34,58 % 40,83 % 0%

L 3,86 % 9,67 % 3,58 % 16,04 % 66,85 %


≥ 50
P 2,08 % 2.08 % 26,45 % 24,37 % 45,02 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 12

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Kec. Gunungsitoli Alo’oa


Kota Gunungsitoli untuk Meramu Tumbuhan Obat.

Kelompok Jenis Skala Likert


Umur kelamin 1 2 3 4 5

L 49,86 % 38,26 % 11,88 % 0% 0%


15-29
P 28,37 % 61,46 % 10,17 % 0% 0%

L 12,35 % 39,44 % 39,86 % 8,35 % 0%


30-49
P 16,25 % 20,41 % 33,33 % 30,01 % 0%

L 0% 20,92 % 6,09 % 40,61 % 32,38 %


≥ 50
P 4,18 % 17,08 % 24,58 % 23,33 % 30,83 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 13.

Perhitungan Indeks Kepentingan Budaya Masing-masing Jenis Tumbuhan Obat

Nama umum Nilai Nilai Nilai


No Nama Lokal Manfaat Kategori jenis Quality Intensitas Eklusivitas ICS = ∑ (q.i.e)
Tumbuhan penyakit (q) (i) (e)
1 Siladri Siladiri Obat hipertensi Penyakit dalam 7 2 1 14
2 Kanine Obat malaria Penyakit umum 1 2 1 16
Obat ginjal Penyakit dalam 7 2 1
3 Afore hili Obat penawar racun Penyakit dalam 7 1 0,5 3,5
4 Wungu Nazalõ’u Obat maag Penyakit dalam 7 2 0,5 8
Obat bengkak Penyakit umum 1 2 0,5
5 Gandra rusa Lio-lio Obat demam Penyakit umum 1 1 0,5 7,5
Obat asam urat Penyakit dalam 7 1 1
6 Kelapa Ohi Obat hipertensi Penyakit dalam 7 5 1 35
7 Babandotan Sõfõ – Sõfõ Obat demam Penyakit umum 1 2 1 12
Obat sakit mata Penyakit mata 5 2 1
8 Sembung Gomboyu Obat malaria Penyakit umum 1 2 0,5 1
9 Tapak liman Ambala danõ Obat ginjal Penyakit dalam 7 2 1 14
10 Kono-kono Obat mencret Penyakit umum 1 1 0,5 0,5
11 Zini-zini Obat bisul Penyakit kulit 4 3 1 12
12 Paku-pakuan Gezero Obat sakit perut Penyakit umum 1 1 0,5 0,5
13 Nenas Gõna Obat ginjal Penyakit dalam 7 2 1 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan lampiran 13.

14 Pepaya Bala Obat malaria Penyakit umum 1 4 1 20


Obat bisul Penyakit kulit 4 4 1
15 Kitolod Katara Obat katarak mata Penyakit mata 5 1 0,5 2,5
16 Susu gi’a Obat bisul Penyakit kulit 4 1 0,5 2
17 Ubi jalar Bulu gowi Obat diare Penyakit umum 1 5 1 5
18 Giti-iti Obat diare Penyakit umum 1 1 0,5 0,5
19 Sambang darah Bale-bale angi Obat demam Penyakit umum 1 1 0,5 0,5
20 Singkong Gowirio Obat mencret Penyakit umum 1 5 1 5
21 Manaze Obat cacar air Penyakit kulit 4 1 0,5 2
22 Tebu hitam Tewu saitõ Obat penawar racun Penyakit dalam 7 2 1 14
23 Languwato Obat terkilir Penyakit umum 1 1 0,5 4
Obat penawar racun Penyakit dalam 7 1 0,5
24 Selasihan Afo,a Obat memperlancar Penyakit kandungan 6 1 1 6
kelahiran
25 Alpukat Foka Obat ginjal Penyakit dalam 7 2 1 14
26 Kumis kucing Sogambi mao Obat ginjal Penyakit dalam 7 2 1 14
27 Mali-mali Obat menjaga kehamilan Penyakit kandungan 6 1 0,5 5
Obat luka Penyakit kulit 4 1 0,5
28 Bawang putih Bawa safusi Obat ginjal Penyakit dalam 7 2 1 14
29 Kembang sepatu Sõma- soma Obat batuk Penyakit umum 1 1 1 1
30 Pulutan Hefuyu,a Obat penawar racun Penyakit dalam 7 1 0,5 4
Obat batuk Penyakit umum 1 1 0,5
31 Lanang Boli Obat deman Penyakit umum 1 1 1 16
Obat malaria Penyakit umum 1 1 1
Obat hipertensi Penyakit dalam 7 1 1
Obat ginjal Penyakit dalam 7 1 1
32 Langsat Lase Obat diabetes Penyakit dalam 7 2 1 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lanjutan lampiran 13.

33 Senggani Nduru-nduru Obat penawar racun Penyakit dalam 7 1 0,5 3,5


34 Daun kelor Bulu muru Obat menjaga kehamilan Penyakit kandungan 6 1 1 6
35 Sukun Suku Obat diabetes Penyakit dalam 7 2 1 14
36 Nangka Na’a Obat diabetes Penyakit dalam 7 2 1 14
37 Jambu air Samba Obat sakit mata Penyakit mata 5 2 1 14
Obat serak Penyakit THT 2 2 1
38 Jambu biji Maziambu Obat mencret Penyakit umum 1 3 1 3
39 Jambu mawar Maufa Obat serak Penyakit THT 2 2 1 4
40 Wewe usõ Obat lever Penyakit dalam 7 1 0,5 3,5
41 Belimbing Malimbi Obat hipertensi Penyakit dalam 7 2 1 14
42 Suruhan Tima-tima Obat hipertensi Penyakit dalam 7 1 0,5 3,5
43 Sirih Tawuo Obat bisul Penyakit kulit 4 3 1 12
44 Rumput gajah paitan Soi-soi Obat luka Penyakit kulit 4 1 0,5 7,5
Obat penawar racun Penyakit dalam 7 1 0,5
45 Ilalang Go.o Obat demam Penyakit umum 1 1 0,5 1
Obat luka Penyakit umum 1 1 0,5
46 Gambir Gambe Obat mencret Penyakit umum 1 3 1 3
47 Cakar ayam Lagaene Obat penawar racun Penyakit dalam 7 1 0,5 5,5
Obat luka Penyakit kulit 4 1 0,5
48 Kecubung Sikaso Obat menjaga kehamilan Penyakit kandungan 6 1 1 6
49 Laban Manawa danõ Obat luka Penyakit kulit 4 2 1 8
50 Kunyit Undre Obat batuk Penyakit umum 1 3 2 6
Obat sesak nafas Penyakit paru 3 3 2 25
Obat demam Penyakit umum 1 1 1
51 Temu lawak Undre gaza Obat batuk Penyakit umum 1 3 1 12
Obat sesak nafas Penyakit paru 3 3 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 14

Rekapitulasi Degradasi Pengetahuan Masyarakat


tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat.

Usia 15-39 Usia 40-49 Usia ≥ 50


(A) (B) (C)
No Nama Desa
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 Iraono Lase 206 227 352 377 468 452

2 Orahili Tanoseo 72 93 237 241 374 351


3 Tarakhani 114 139 265 282 395 364

4 Nazalou Alo’oa 314 330 458 494 522 560


Jumlah 705 789 1312 1394 1759 1727

∑ Total ∑ A = 1.494 ∑ B = 2.706 ∑ C = 3.486

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 15

Perhitungan Degradasi Pengetahuan berdasarkan Kelompok Usia adalah :

∑C - ∑A
D1 = X 100 %
∑C

3.486 – 1.494
= X 100 %
3.486

= 57,14 %

∑C - ∑B
D2 = X 100 %
∑C

3.486 - 2.706
= X 100 %
3.486

= 22,37 %

∑B - ∑A
D3 = X 100 %
∑C

2.706 - 1.494
D3 = X 100 %
3.486

= 34,76 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai