Anda di halaman 1dari 104

RUMAH SAKIT UMUM DR.

GL TOBING PTP NUSANTARA II


TANJUNG MORAWA (1970-2000)

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN
O
L
E
H

Nama : Yudika Situmorang


NIM : 070706028

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTP NUSANTARA II


TANJUNG MORAWA (1970-2000)
Yang diajukan oleh
Nama : Yudika Situmorang
NIM : 070706028

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi oleh:

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. Tanggal ...


NIP. 196709081993032002

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum Tanggal …


NIP. 196409221989031001

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING


PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA (1970-2000)

Skripsi Sarjana

Dikerjakan Oleh:

Nama : Yudika Situmorang


NIM : 070706028

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. Tanggal ...


NIP. 196709081993032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU
Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang
Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara


Lembar Persetujuan Ketua Departemen

Disetujui Oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum

NIP. 196409221989031001

Medan, …

Universitas Sumatera Utara


Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana Oleh Dekan dan Panitia Ujian

Pengesahan

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Ilmu Budaya

Dalam bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Pada

Hari/Tanggal : …

Waktu :…

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 195110131976031001

Universitas Sumatera Utara


Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (Ketua Jurusan) ( )

2. Dra. Nurhabsyah, M.Si (Sekretaris Jurusan) ( )

3. Dra. Junita S. Ginting M.Si ( )

4. Drs. Samsul Tarigan ( )

5. Dra. Peninna Simanjuntak, M.S. ( )

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Sejarah merupakan peristiwa atau kejadian yang telah berlalu yang

mempengaruhi kehidupan manusia. Peristiwa yang terjadi, baru dapat dikatakan

sebagai sejarah apabila di dalamnya telah terdapat tiga aspek, yaitu manusia sebagai

pelaku, tempat terjadinya, serta waktu terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa sejarah

memang tidak dapat terulang kembali. Maka, perlu dilakukan perekonstruksian

terhadap kehidupan manusia yang terjadi di masa lalu melalui penelitian dengan

menggunakan metode sejarah. Walaupun peristiwa tersebut tidak dapat lagi

ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya karena keterbatasan sumber dan skop

temporal, namun paling tidak peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat

dijadikan pelajaran di masa sekarang dan dijadikan pedoman untuk bertindak di masa

yang akan datang.

Dalam kesempatan ini penulis melakukan penelitian mengenai sejarah sosial,

lebih spesifik lagi penulis melakukan penelitian megenai institusi sosial yaitu rumah

sakit. Hasil penelitian sejarah tersebut akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan

skripsi dengan judul “Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II

Tanjung Morawa Tahun 1970-2000”. Skripsi ini membahas mengenai bagaimana

sejarah bedirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa,

bagaimana perkembangannya setelah dinasionalisasi dari kepemilikan kolonial, serta

bagaimana dampak keberadaan rumah sakit ini bagi masyarakat Tanjung Morawa dan

daerah lain di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara


Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan Program Studi Ilmu Sejarah serta untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan dalam bidang Ilmu Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak hambatan yang dialami

penulis diantaranya dalam hal pengumpulan data serta literatur pendukung lainnya.

Oleh karena itu penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam hasil

penelitian ini. Maka, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun

dari semua pihak untuk penyempurnaan hasil penelitian ini nantinya. Semoga skripsi

ini dapat menjadi bahan bacaan serta tambahan literatur bagi penelitian lanjutan

maupun penelitian lainnya.

Medan, September 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, segala hormat dan

pujian syukur penulis naikkan pada Tuhan sang Juruselamat yang telah menebus

segala dosa-dosa dan yang memampukan untuk berdiri hingga saat ini. Terkhusus

untuk penyertaan serta perlindungan Tuhan selama empat tahun penulis menjalani

kegiatan selama perkuliahan dan pada akhirnya menyelesaikan studi sarjananya di

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terima kasih yang teristimewa untuk keluarga tercinta. Kepada kedua orang tua,

Ayahanda St. J. Situmorang dan Ibunda N. Br. Manullang, untuk segala doa dan

jerih payah serta pengorbanan mulia yang diberikan selama ini, yang telah menjaga,

merawat dan mendidik secara jasmani dan rohani hingga saat ini. Terima kasih untuk

perhatian, motivasi dan dukungan yang diberikan terkhusus dalam penyelesaian

skripsi ini. Kiranya Tuhanlah yang membalaskan semua yang baik untuk semua yang

diberikan.

Kepada kedua adik kembarku tersayang, Homile Kristina Situmorang dan

Epiphani Khrisnawati Situmorang, terima kasih untuk dukungan doa dan

kebersamaan yang ada di keluarga kita. Semoga Kasih Tuhan senantiasa menyertai

keluarga kita. Kepada Abangda tercinta Jobel HB Parulian Situmorang yang telah

lebih dulu menghadap Bapa di Surga, terima kasih untuk doa, pengertian dan

perhatian yang telah diberikan semasa hidupmu. Walaupun dirimu tidak seberuntung

kami adik-adikmu, dengan segala keterbatasanmu yang masih tetap memberikan

Universitas Sumatera Utara


perhatian menunjukkan kebanggaanmu pada kami adik-adikmu. Terima kasih bang,

Tuhan menyertaimu di sana. Juga kepada seluruh keluarga besar Situmorang dan

Manullang, terima kasih untuk doa-doanya. Semoga Tuhan masih memberikan waktu

dan umur yang panjang bagi kita untuk saling bersilaturahmi.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan juga atas bantuan, dukungan,

bimbingan dan arahan, serta saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Universitas Sumatera Utara, tempat penulis menyelesaikan studinya.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum, selaku Pimpinan Departemen Ilmu

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Nina Karina, M. SP, selaku dosen wali penulis selama perkuliahan

di Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

6. Ibu Dra.Junita Setiana Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk perhatian, dukungan dan

ketersediaan waktunya untuk bimbingan, memberikan saran dan masukan

sehingga skripsi ini dapat selesai.

10

Universitas Sumatera Utara


7. Seluruh dosen yang pernah memberikan ilmunya pada penulis, diantaranya:

Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum.; Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP.;

Bapak Drs. J. Fachruddin Daulay; Bapak Drs. Samsul Tarigan; Bapak Dr.

Suprayitno, M.Hum.; Bapak Drs. Bebas Surbakti; Bapak Drs. Timbun

Ritonga; Bapak Dr. Budi Agustono, M.Hum.; Ibu Dra. Peninna

Simanjuntak, M.S.; Ibu Dra. Haswita, M.SP.; Ibu Dra. Ratna, M.S.; Ibu

Dra. Lila Pelita Hati, M.Si.; Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U.; Ibu Dra.

Farida Hanum, M.SP.; Ibu Dra. Nurhamidah; Ibu Dra. S.P. Dewi Murni,

M.A.; (Alm) Bapak Drs. Indera, M.Hum; serta staf pengajar dari

departemen/jurusan lain yang juga mengajar di departemen Ilmu Sejarah.

8. Direksi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa, yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Dr.

GL. Tobing PTPN II Tanjung Morawa.

9. Pimpinan, staf pegawai, dokter, serta perawat di Rumah Sakit Umum Dr.

GL. Tobing PTPN II Tanjung Morawa yang telah banyak membantu

penulis dalam melakukan penelitian.

10. Seluruh informan yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.

11. Konsulat Negeri Belanda di Medan Sumatera Utara, Oma Pakasy, yang

telah membantu penulis dalam menterjemahkan literatur berbahasa Belanda.

12. UKM KMK USU UP Fakultas Ilmu Budaya, tempat penulis dibina untuk

senantiasa menjadi garam dan terang dunia di manapun berada. Juga kepada

abang dan kakak rohani penulis; Febrianus, Sere Murni, Gohanna, Jelita,

Taruli.

11

Universitas Sumatera Utara


13. Seluruh teman mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2007 yang tetap saling

memberikan semangat dan dorongan di tengah kesibukan masing-masing

dalam mengerjakan proposal dan skripsi.

14. Alumni IPA IV yang sampai sekarang masih tetap menjalin komunikasi

ditengah kesibukan studi dan pekerjaan masing-masing.

Terima kasih untuk semua pihak yang belum disebutkan, yang telah

memberikan perhatian dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung

dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas secara langsung budi baik

yang telah diberikan, kiranya Tuhan memberikan yang terbaik untuk semuanya.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Agustus 2011


Penulis

Yudika Situmorang

12

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yaitu PT. Perkebunan Nusantara II yang terletak
di Jl. Medan-Tanjung Morawa Km 16 Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini
dinasionalisasi pada tahun 1969 dari Senembah Maatschappij yang merupakan
maskapai perkebunan milik Kolonial.
Penelitian ini diberi judul ”Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP
Nusantara II Tanjung Morawa (1970-2000)”. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal
penelitian karena tahun tersebut merupakan tahun awal kegiatan operasional rumah
sakit ini setelah dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih
sebagai batas akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya
perubahan dalam kegiatan pelayanan yang terdapat di rumah sakit ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan sejarah berdirinya Rumah Sakit
Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa, kemudian menjelaskan perkembangan
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa Tahun 1970 hingga 2000 dan
juga menjelaskan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa
terhadap masyarakat sekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan
tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian
sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi
(penulisan dalam bentuk skripsi).
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa telah
turut serta memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan terhadap buruh
perkebunan khususnya dan masyarakat secara umum. Pelayanan kesehatan di rumah
sakit ini akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat
mengarah ke arah perbaikan atau malah sebaliknya ke arah penurunan. Walaupun
banyak rumah sakit lain bertambah dengan beragam fasilitasnya, namun rumah sakit
ini masih tetap bertahan dan tetap melaksanakan fungsinya sebagai sarana pelayanan
kesehatan.

13

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................................iii
ABSTRAK.................................................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................5
1.4. Tinjauan Pustaka .......................................................................................6
1.5. Metode Penelitian ....................................................................................11

BAB II SEJARAH BERDIRINYA RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING


PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA
2.1. Gambaran Umum Sumatera Timur .........................................................13
2.2. Sejarah Perkebunan Tembakau di Sumatera Timur.................................15
2.3. Maskapai Perkebunan Senembah ............................................................17
2.4. Kondisi Buruh Perkebunan Maskapai Senembah ....................................20
2.5. Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Maskapai Perkebunan
Senembah .................................................................................................23
2.6. Nasionalisasi Maskapai Perkebunan Senembah ......................................26

BAB III PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTP


NUSANTARA II TANJUNG MORAWA (1970-2000)
3.1. Perubahan Nama Rumah Sakit ................................................................30
3.2. Perubahan Sasaran Pelayanan Rumah Sakit ............................................32
3.3. Struktur Organisasi ..................................................................................35
3.4. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit ..........................................40

14

Universitas Sumatera Utara


3.5. Pelayanan di Rumah Sakit .......................................................................47
3.6. Tenaga Kerja dan Disiplin Kerja .............................................................49
3.6.1. Tenaga Kerja ……………...……….....……………………....59
3.6.2. Disiplin Kerja ………………...…………….……………….. 51
3.7. Perubahan Pelayanan di Rumah Sakit …................................................52
3.7.1. Pelayanan Terhadap Penyakit TBC ……...…………….…….53
3.7.2. Dukungan Dana dari Perkebunan ……………............………54
3.7.3. Tenaga Pelayan Kesehatan …………………............………..55
3.7.4. Sarana dan Fasilitas Pelayanan ………………………………56
3.7.5. Jumlah Kunjungan Pasien ……………………………………58

BAB IV PERANAN RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTP


NUSANTARA II TANJUNG MORAWA
4.1. Fungsi Pelayanan Kesehatan …………………………………..……….62
4.2. Fungsi Pelayanan Masyarakat …….........................................................69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ..............................................................................................72
5.2. Saran ........................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN

15

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yaitu PT. Perkebunan Nusantara II yang terletak
di Jl. Medan-Tanjung Morawa Km 16 Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini
dinasionalisasi pada tahun 1969 dari Senembah Maatschappij yang merupakan
maskapai perkebunan milik Kolonial.
Penelitian ini diberi judul ”Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP
Nusantara II Tanjung Morawa (1970-2000)”. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal
penelitian karena tahun tersebut merupakan tahun awal kegiatan operasional rumah
sakit ini setelah dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih
sebagai batas akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya
perubahan dalam kegiatan pelayanan yang terdapat di rumah sakit ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan sejarah berdirinya Rumah Sakit
Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa, kemudian menjelaskan perkembangan
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa Tahun 1970 hingga 2000 dan
juga menjelaskan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa
terhadap masyarakat sekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan
tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian
sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi
(penulisan dalam bentuk skripsi).
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa telah
turut serta memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan terhadap buruh
perkebunan khususnya dan masyarakat secara umum. Pelayanan kesehatan di rumah
sakit ini akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat
mengarah ke arah perbaikan atau malah sebaliknya ke arah penurunan. Walaupun
banyak rumah sakit lain bertambah dengan beragam fasilitasnya, namun rumah sakit
ini masih tetap bertahan dan tetap melaksanakan fungsinya sebagai sarana pelayanan
kesehatan.

13

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan.1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah

suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas

pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat.2

Kesehatan besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya

manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang

pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.3

Pelayanan kesehatan akan terus mengalami perkembangan, tidak terkecuali

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II

Tanjung Morawa. Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe

C+ milik PTP Nusantara II yang terletak di Jl. Medan-Tanjung Morawa Km 16

Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini dahulu dikenal dengan nama Rumah Sakit

1
UU No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan, LN 1992/100; TLN NO. 3495, hal. 2.
2
Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien, Jakarta: Sinar Grafika,
1998, hal. 6.
3
UU No. 23 Tahun 1992, Op. Cit. hal. 1.

16

Universitas Sumatera Utara


kebon atau Rumah Sakit PNP (Perusahaan Nasional Perkebunan) dan hanya melayani

pasien dari karyawan perkebunan PTP Nusantara II, namun sekarang rumah sakit ini

telah melayani pasien umum non karyawan PTP Nusantara II. Artinya, saat ini siapa

saja diperbolehkan untuk berobat ke RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung

Morawa.

Pada awal berdirinya RSU Dr. GL Tobing bernama Hospitaal Te Tandjong

Morawa yang didirikan tahun 1882.4 Rumah sakit ini merupakan tempat pelayanan

kesehatan milik Senembah Maatschappij yang ditujukan untuk mengobati para buruh

perkebunan tembakau yang sakit. Sebab pada waktu itu, setiap perkebunan memiliki

pusat pelayanan kesehatan terhadap para buruhnya. Rumah sakit ini merupakan salah

satu rumah sakit yang cukup populer, terutama dalam hal penanganan penyakit kolera

yang berkembang pada masa itu di perkebunan. Senembah Maatschappij juga

merupakan salah satu perkebunan dengan tingkat kesehatan yang cukup tinggi.5

Setelah kemerdekaan, seluruh perkebunan milik asing dinasionalisasi

menjadi milik pemerintah. Tidak terkecuali Senembah Maatschappij beserta

pelayanan kesehatannya. Maka berdasarkan SK No. : II.0/KPTS/3/1969 yang

dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution, rumah sakit PNP-II Tanjung Morawa

disahkan menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PT Perkebunan II

Tanjung Morawa.6

4
Website PTPN II, http://ptpn2.com/content/view/21/123/ (diakses tanggal 9 Oktober 2010)
5
Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke 20, Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1997. hal. 124-126.
6
Website PTPN II, http://ptpn2.com/content/view/21/123/ (diakses tanggal 9 Oktober 2010)

17

Universitas Sumatera Utara


Daerah Tanjung Morawa pada awalnya merupakan daerah perlintasan bagi

orang-orang yang berasal dari Medan menuju Perbaungan, Tebing Tinggi, Pematang

Siantar, atau kota-kota lainnya. Seiring perkembangan waktu, Tanjung Morawa

mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pertambahan penduduk baik itu

karena faktor kelahiran atau migrasi menjadikan daerah ini berkembang pesat

menjadi daerah industri dan bukan sekedar daerah perlintasan saja. Sejalan dengan

perkembangannya, diperlukan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Salah

satunya adalah RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa.

Keberhasilan rumah sakit ini di masa lalu dalam menangani penyakit yang

berkembang di Senembah Maatschappij menjadi salah satu alasan yang

melatarbelakangi penelitian mengenai RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II

Tanjung Morawa. Sejalan dengan perkembangannya rumah sakit ini turut memberi

peranan besar dalam peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah Tanjung Morawa

dan sekitarnya. Walaupun saat ini banyak berdiri rumah sakit baru di Tanjung

Morawa dan sekitarnya, namun RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung

Morawa masih tetap bertahan dan tetap melakukan fungsinya sebagai sarana

pelayanan kesehatan masyarakat. Minimnya informasi dan tidak adanya literatur

mengenai sejarah berdirinya rumah sakit ini, serta untuk mengetahui bagaimana

perkembangan rumah sakit ini menjadi alasan berikutnya untuk melakukan

penelitian.

Penelitian ini diberi judul Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara

II Tanjung Morawa (1970-2000). Skop temporal penelitian dimulai dari tahun 1970

sampai tahun 2000. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal penelitian karena tahun

18

Universitas Sumatera Utara


tersebut merupakan tahun awal kegiatan operasional rumah sakit ini setelah

dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih sebagai batas

akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya perubahan

dalam rumah sakit ini.

Peristiwa sejarah memang tidak dapat terulang kembali. Maka perlu dilakukan

perekonstruksian terhadap kehidupan manusia yang terjadi di masa lalu. Walaupun

tidak dapat lagi ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya karena keterbatasan

sumber dan skop temporal, paling tidak peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu

dapat dijadikan pelajaran di masa sekarang dan dijadikan pedoman bertindak di masa

yang akan datang.

2. Rumusan Masalah

Penelitian ini berfokus untuk membahas mengenai sejarah, perkembangan dan

peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa dari

tahun 1970 hingga tahun 2000. Berangkat dari latar belakang di atas maka dibuatlah

suatu perumusan mengenai permasalahan yang hendak diteliti yang digunakan

sebagai landasan utama dalam penelitian. Untuk mempermudah proses penelitian,

maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing

Tanjung Morawa?

2. Bagaimana perkembangan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung

Morawa Tahun 1970-2000?

19

Universitas Sumatera Utara


3. Bagaimana peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa

terhadap masyarakat sekitarnya?

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya harus memiliki tujuan dan manfaat yang dapat

memberikan informasi bagi pembaca. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan sejarah berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing

Tanjung Morawa.

2. Menjelaskan perkembangan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung

Morawa Tahun 1970-2000.

3. Menjelaskan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung

Morawa terhadap masyarakat sekitarnya.

Selain tujuan di atas, penelitian ini juga diharapakan menghasilkan manfaat

secara praktis maupun secara akademis, di antaranya yaitu:

1. Menambah wawasan pembaca mengenai sejarah berdirinya Rumah Sakit

Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa serta perkembangan dan

peranannya terhadap masyarakat Tanjung Morawa dan sekitarnya.

2. Menjadi tambahan literatur dan referensi mengenai Rumah Sakit Umum

Dr. GL Tobing Tanjung Morawa, yang nantinya dapat digunakan untuk

penelitian lebih lanjut.

3. Menjadi masukan bagi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung

Morawa agar dapat mengembangkan lagi pelayanannya di masa yang akan

datang.

20

Universitas Sumatera Utara


4. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian tentunya diperlukan sumber tertulis berupa literatur atau

buku-buku yang dapat membantu pemahaman serta kelancaran dalam pelaksanaan

penelitian. Buku-buku yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Menjinakkan

Sang Kuli, Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke-20 karangan Jan Bremen terbitan

Pustaka Utama Grafiti tahun 1997. Dalam buku ini Jan Bremen menyebutkan

mengenai Senembah Maatschapiij. Buku ini membantu untuk menjelaskan sedikit

mengenai kondisi awal sarana pelayanan kesehatan di Senembah Maatschapiij yang

nantinya menjadi cikal bakal sejarah berdirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing Tanjung

Morawa.

Buku ini juga menyebutkan bahwa angka kematian menurun drastis di

perkebunan-perkebunan. Hal ini adalah akibat dari adanya peningkatan pelayanan

kesehatan di perkebunan. Tahun 1897-1901, jumlah kematian kuli menurun dari 60,2

menjadi 45,1 per 1000 orang. Informasi ini didapatkan dari perkebunan-perkebunan

Senembah Maatschapiij yang pada saat itu adalah paling lengkap. Penyakit yang

paling banyak diderita para buruh perkebunan pada waktu itu adalah penyakit kolera

yang diakibatkan kondisi lingkungan yang buruk. Selain itu, perlakuan yang diterima

oleh para buruh, dimana makanan yang dimakan tidak sebanding dengan apa yang

telah mereka kerjakan menyebabkan mereka sangat mudah terserang penyakit. Hal ini

diperparah lagi dengan buruknya pelayanan kesehatan pada waktu itu.

Penurunan jumlah kematian ini tentunya juga tidak lepas dari peran sarana

pelayanan kesehatan yang semakin membaik. Rumah sakit ini, pada saat itu menjadi

rumah sakit yang paling diminati, terutama oleh petinggi perkebunan di luar

21

Universitas Sumatera Utara


Senembah Maatschapiij. Buku ini sangat membantu dalam menjelaskan bagaimana

kondisi dan peran Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing pada masa lalu ketika

menangani para buruh perkebunan Senembah Maatschapiij.

Dalam buku berjudul Reformasi Perumah-sakitan Indonesia edisi revisi

terbitan Grasindo tahun 2002 digambarkan bagaimana kondisi umum institusi

kesehatan belakangan ini. Dimana ada ancaman yang paling menonjol bagi

kelangsungan hidup institusi publik yang menangani kesehatan sebagai salah satu

kebutuhan pokok manusia. Pertama adalah krisis kesehatan yang dipicu oleh krisis

ekonomi, telah membuat golongan miskin/kurang mampu semakin menderita karena

semakin sulitnya menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta maupun

pemerintah. Kedua adalah krisis kepercayaan, terutama terhadap integritas aparat

pemerintah dan profesionalisme instansi yang bersangkutan beserta aparatnya

terhadap publik. Apabila hal tersebut dibiarkan berlanjut, maka masyarakat akan

takut berobat ke rumah sakit. Masyarakat tidak mampu cenderung peka terhadap

berbagai serangan penyakit. Maka, diperlukan kemudahan dalam menjangkau

fasilitas yang ada di rumah sakit dan profesionalitas dari tenaga kesehatan.

Selain bagaimana kondisi institusi kesehatan dan permasalahan apa yang

timbul di dalamnya, dalam buku karangan Soedarmono Soejitno, Ali Alkatiri dan

Emil Ibrahim ini juga dipaparkan langkah-langkah konkrit apa saja yang dapat

dilakukan oleh institusi kesehatan untuk meningkatkan pelayananannya. Buku ini

sangat membantu dalam menentukan apakah RSU Dr. GL Tobing sudah merupakan

rumah sakit yang ideal. Semua kondisi ideal rumah sakit dalam buku ini nantinya

dapat diperbandingkan dengan kondisi RSU Dr. GL Tobing pada skop temporal

22

Universitas Sumatera Utara


penelitian yaitu tahun 1970 hingga tahun 2000. Sebab apabila masih terjadi

malapraktek dalam pelayanan kesehatan dan masih ada rumah sakit yang berorientasi

komersil, itu bukanlah rumah sakit yang ideal. Buku ini juga dapat dijadikan sebagai

acuan untuk melakukan reformasi dalam institusi pelayanan kesehatan. Jika hal itu

diterapkan, maka rumah sakit dapat berfungsi dan mengemban misi sebagai

pelayanan kesehatan tanpa pandang bulu.

Buku Laksono Trisnantoro berjudul Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit

Antara Misi Sosial dan Tekanan Pasar terbitan Andi tahun 2005 menjelaskan

bagaimana sistem manajemen yang ada di lingkungan rumah sakit termasuk

komponennya. Sifat rumah sakit, rencana strategis dan kepemimpinan, visi dan

strategi program termasuk isu untuk strategi pengembangan rumah sakit. Buku ini

membantu dalam menjelaskan bagaimana sistem manajemen yang ada di lingkungan

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa.

Benyamin Lumenta dalam Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, (1989)

menjelaskan mengenai fungsi rumah sakit sebagai pelayanan Intramural dan

Ekstramural. Fungsi intramural merupakan pelayanan medis beserta semua

penunjangnya untuk memberikan pelayanan kesehatan individual, sedangkan fungsi

ekstramural berupa pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan secara aktif

di masyarakat.7 Artinya, selain perawatan di dalam gedung rumah sakit, institusi

rumah sakit juga harus melakukan pelayanan kesehatan di masyarakat yang

7
Benyamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 14.

23

Universitas Sumatera Utara


diwujudkan dalam bentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ataupun

penyuluhan langsung.

Buku ini juga menjelaskan bagaimana seharusnya peran rumah sakit dalam

pembangunan kesehatan masyarakat. Buku ini sangat membantu dalam menjelaskan

apakah Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing sudah benar-benar menjalankan perannya

dalam pembangunan kesehatan masyarakat khusunya di Tanjung Morawa dan

sekitarnya. Karena pada umumnya fungsi rumah sakit masih belum dapat terlaksana

sepenuhnya, baik bagi pelayanan kesehatan maupun bagi kegiatan kemasyarakatan

seperti penyuluhan, pendidikan dan pembinaan. Hal ini disebabkan oleh

perkembangan rumah sakit di Indonesia yang cenderung demi politik penguasa

kolonial dan pemerintahan nasional.

Dalam buku Kiat Mengelola Rumah Sakit terbitan Hipokrates tahun 1997

dijelaskan bahwa pada saat ini pelayanan rumah sakit merupakan bentuk upaya

pelayanan kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi. Artinya, suatu usaha yang bersifat

sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara

pengelolaan yang profesional dengan turut memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi.

Sementara pada masa lampau rumah sakit merupakan tempat yang selalu

memberikan pertolongan kepada orang sakit yang sifatnya murni sosial dan selalu

mengalami defisit keuangan.

Buku karangan R. Darmanto Djojodibroto ini menjelaskan bagaimana

langkah dan kiat dalam melakukan pengelolaan terhadap rumah sakit agar sasaran

dalam membangun rumah sakit dapat tercapai. Sasarannya yaitu rumah sakit yang

mampu mandiri dalam pembiayaan melalui pengelolaan langsung terhadap dana yang

24

Universitas Sumatera Utara


diperoleh dari jasa pelayanan dan dari sumber dana lainnya. Maka kegiatan

manajemen yang dilakukan meliputi bidang perencanaan, keuangan, personalia,

informasi dan rekam medik, perkantoran, logistik, farmasi, pelayanan medis dan

perawatan, gizi, laundry, sanitasi, keselamatan kerja, keamanan, pemasaran, dan yang

terakhir pengawasan dan evaluasi. Dari keterangan ini nantinya akan dapat diketahui

apakah pelayanan RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa bersifat

sosio-ekonomi atau hanya salah satu diantaranya.

25

Universitas Sumatera Utara


5. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau petunjuk pelaksanaan penelitian. Metode yang

dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu cara yang dipakai dalam

melakukan penelitian sejarah.8 Dalam metode sejarah ada empat tahapan yang harus

dilalui yaitu, sebagai berikut:

Tahap pertama, Heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber informasi yang

mendukung objek yang diteliti baik berupa tulisan atupun lisan. Pada tahapan ini,

yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian

lapangan (field research). Penelitian kepustakaan telah dilakukan dengan

mengumpulkan sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, arsip, laporan atau karya

tulis yang membantu dalam memahami permasalahan. Sumber tertulis diperoleh di

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah Kota Medan,

Perpustakaan Deli Serdang, Arsip Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing serta BPS

Sumatera Utara dan BPS Deli Serdang dan koleksi pribadi. Penelitian lapangan telah

dilakukan dengan wawancara terhadap dokter-dokter, bidan, perawat, atau pegawai

yang bekerja di RSU Dr. GL Tobing serta masyarakat untuk memperoleh informasi

mengenai topik penelitian.

Tahap kedua yang dilakukan adalah Kritik, yaitu pengujian sumber-sumber

yang telah diperoleh baik sumber lisan atau sumber tulisan. Walaupun banyak sumber

yang ditemukan, tentu tidak semuanya digunakan, maka yang harus dilakukan adalah

penyeleksian terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut. Kritik dilakukan

8
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005, hal. 64.

26

Universitas Sumatera Utara


untuk menguji keabsahan informasi yang didapat dari sumber.9 Kritik yang

dilakukan yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern dipergunakan untuk

menilai kelayakan data, apakah data dapat dipercaya atau tidak, sedangkan kritik

ekstern digunakan untuk menentukan keaslian data yang diperoleh.

Tahap ketiga adalah Interpretasi, yaitu penafsiran data-data yang dapat

dipercaya. Interpretasi merupakan pandangan atau kesimpulan baru yang bersifat

objektif dan ilmiah dari peneliti sendiri yang diperoleh setelah menganalisa data-data

yang telah diseleksi.

Tahap keempat adalah historiografi, yaitu penulisan sejarah. Kesaksian dan

keterangan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dirangkai menjadi suatu kajian

atau kisah yang menarik untuk dibaca dengan tetap memperhatikan aspek kronologis,

yaitu mulai dari sejarah berdirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing, perkembangan

Rumah Sakit Dr. GL Tobing, hingga peran atau dampaknya bagi masyarakat Tanjung

Morawa dan sekitarnya. Historiografi ini merupakan tahap akhir dari penelitian

sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan skripsi.

9
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985,
hal. 43-44.

27

Universitas Sumatera Utara


BAB II

SEJARAH BERDIRINYA RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING

PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

2.1 Gambaran Umum Sumatera Timur

Daerah Sumatera Timur merupakan daerah dataran rendah yang sangat luas.

Luas seluruh daerah Sumatera Timur adalah 31.715 km persegi.10 Banyak sungai-

sungai yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang sungai itu, terutama di muara

sungai ditumbuhi pohon nipah dan bakau yang lebat. Sungai yang berhulu di Dataran

Tinggi Karo dan Simalungun tersebut membawa sisa-sisa debu halus, pasir, serta

tanah gembur. Endapan Lumpur yang dibawa sungai-sungai tersebut luasnya rata-rata

sekitar 30 Km.11 Hal ini menyebabkan daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke

Selat Malaka. Tanah-tanah di sepanjang Pantai Timur Sumatera ini menjadi lahan

subur untuk pertanian

Hingga pertengahan abad ke-19 Sumatera Timur dihuni oleh kelompok etnis

Melayu, Batak Karo, dan Simalungun. Mereka inilah yang disebut penduduk asli

Sumatera Timur.12 Etnis Melayu sendiri menempati sepanjang pesisir pantai Timur

Sumatera mulai dari perbatasan Aceh (Tamiang) sampai ke Siak. Sesuatu yang khas

dari raja-raja Melayu adalah kemampuannya menjalin hubungan dengan suku-suku

lain yang saling menguntungkan tanpa harus mengorbankan identitas mereka. Hal

10
Karl J. Pelzer, Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan, Jakarta: Sinar
Harapan, 1985. hal. 31.
11
Ibid., hal. 34.
12
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera Timur,
Jakarta: Sinar Harapan, 1987. hal. 87.

28

Universitas Sumatera Utara


inilah yang membuat etnis Melayu mampu berkuasa di bandar-bandar Pantai Timur

Sumatera. Orang Batak Karo menempati dataran tinggi Karo yang tidak mengenal

sistem pemerintahan kerajaan. Sedangkan orang Simalungun tinggal di dataran tinggi

Simalungun. Orang Simalungun telah memiliki lembaga pemerintahan kerajaan.

Orang Simalungun ada yang menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan ada

yang sudah ‘memelayukan’13 diri.14

Kerajaan-kerajaan yang terdapat di Sumatera Timur adalah Kerajaan Melayu,

Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Kualoh, Bilah, Panai, Kota Pinang, Indrapura,

Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suku Dua, Pelalawan, Bedagai, Padang dan

Kerajaan Rokan, Tambusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar Es Salam dan

Senggigi, Lima Urung Deli, Sinembah, Sunggal, Percut, dan Hamparan Perak. Di

kawasan Dataran Tinggi Simalungun terdapat kerajaan Dolok Silau, Silimakuta,

Purba, Raya, Pane, Siantar, dan Tanah Jawa. Di daerah Tanah Karo terdapat Sibayak

yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kerajaan. Sibayak itu adalah Sibayak

Kutabuluh, Sarinembah, Lingga, Suka, dan Barus Jahe.15

13
Memelayukan diri adalah meninggalkan identitas kesukuan asli dan masuk menjadi etnis
melayu. Untuk dapat menjadi etnis Melayu, seseorang cukup beragama Islam dan mengikuti adat
resam budaya Melayu.
14
Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Terawang Press, 2001. hal.
15-17.
15
Ibid., hal. 18.

29

Universitas Sumatera Utara


2.3 Sejarah Perkebunan Tembakau di Sumatera Timur

Tanaman tembakau pertama kali ditanam di Deli oleh seorang pegawai

Belanda bernama Jacobus Nienhuys pada tahun 1864. Hal ini tidak terlepas dari peran

Said Abdullah bin Umar Bilsagih16 yang mengajak pedagang Belanda di Jawa untuk

membeli dan menanam tembakau di Deli.17 Pada bulan Juli tahun 1963 datanglah

pedagang tembakau dari Jawa termasuk Jacobus Nienhuys dengan kapal Josephine

dari Firma Van Leeuwen en Mainz & Co ke Kuala Deli.18 Mereka mendapat kontrak

selama 20 tahun dari Sultan Deli untuk menanam tembakau.

Pada awal berdirinya perusahaan perkebunan, usaha Jacobus Nienhuys

mengalami kegagalan karena masalah gaji buruh yang sangat tinggi. Pada akhirnya

Jacobus Nienhuys memutuskan untuk memulai usahanya sendiri dengan bantuan

modal dari Tuan Van Den Arend.19 Jacobus Nienhuys memulai usaha barunya di

Martubung dengan jumlah pekerja 120 orang buruh Tionghoa dari Penang dan 23

orang Melayu.20 Tembakau yang ditanam di Deli ini ternyata memiliki prospek yang

baik.

16
Said Abdullah adalah putera seorang pedagang kaya dari Arab yang tinggal di Surabaya.
Hidupnya boros dan senang akan petualangan. Tahun 1863, Abdullah berlayar dengan tujuan
Singapura-Siak-Kalkuta, namun dalam pelayaran kapalnya diterjang badai dan terdampar di dekat
pantai Deli. Akhirnya dia dinikahkan dengan saudara perempuan Sultan Deli dan menjadi salah
seorang keluarga Sultan. Lihat: Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas
Tanah di Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), (Bandung: Alumni, 1978), hal. 36, Lihat juga: T.
Luckman Sinar Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, (Medan:
tanpa penerbit, tanpa tahun terbit), hal. 206.
17
T. Luckman Sinar Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera
Timur, Medan: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit. hal. 206.
18
Ibid., hal. 207
19
Ibid.
20
Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di Sumatera
Timur (Tahun 1800-1975), Bandung: Alumni, 1978. hal. 38.

30

Universitas Sumatera Utara


Pada bulan Maret 1864, contoh daun tembakau Deli yang pertama tiba di

Rotterdam, Belanda. Sambutan para pedagang tembakau terhadap daun tembakau

Deli sangat memuaskan karena kualitas daun yang baik dan daya bakar yang juga

baik. Keuntungan besar yang diperoleh menyebabkan banyak maskapai-naskapai

asing datang untuk menanam tembakau di Deli. Tahun 1866, dibentuklah

perkongsian antara C.W. Janssen, P.W. Clemen dan Jacobus Nienhuys, bernama Deli

Maatschappij yang semakin diperkuat oleh kehadiran J.T. Cremer dengan kuli-kuli

Cina dan India yang didatangkan dari Penang.21

Pada tahun 1872, di Deli telah terdapat 13 perkebunan tembakau, satu di

Langkat dan satu di Serdang. Tahun 1874-1884 terjadi penambahan perkebunan yang

pesat di Deli menjadi 44 perkebunan, 20 di Langkat, sembilan di Serdang, dua di

Bedagai dan satu di Padang.22 Galang Tobacco Cy Ltd membuka perkebunan di

Serdang, Tuan De Floris dan Hordijk membuka perkebunan di Ramunia, Tuan J.

Van Der Sluis membuka perkebunan di Perbaungan dan Tuan Naeher dan Grob

membuka kebun di Tanjong Morawa Kiri, Petumbak, Sei Bahasa dan Tadukan

Raga.23

Dalam waktu yang relatif singkat, pohon-pohon di hutan ditebang untuk

persiapan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan. Setelah berdirinya Deli

Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula perusahaan Deli Batavia Maatschappij,

Tabak Maatschappij Arendburg tahun 1877 dan Senembah Maatschappij pada tahun

1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya. Sampai tahun 1889, tercatat telah

21
T. Luckman Sinar Basarshah II, Op.Cit, hal. 210.
22
Mahadi, Op.Cit, hal. 39.
23
T. Luckman Sinar Basarshah II, Op.Cit, hal. 311-312.

31

Universitas Sumatera Utara


ada 170 perkebunan besar maupun kecil. Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di

wilayah Siak, Asahan, Serdang, Deli dan Langkat.

Pada tahun-tahun berikutnya jumlah perkebunan semakin berkurang.

Beberapa perkebunan tidak dapat bertahan dalam persaingan dengan perkebunan-

perkebunan yang berada pada tanah-tanah yang baik, yaitu tanah-tanah yang terletak

di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Ular (Serdang) dan Sungai Wampu

(Langkat). Di luar kawasan itu, satu persatu perusahaan gulung tikar dan mengalihkan

usahanya pada budidaya lainnya, seperti karet karena tanahnya tidak cocok untuk

tanaman tembakau.

2.4 Maskapai Perkebunan Senembah

Maskapai Perkebunan Senembah (Senembah Maatschappij) merupakan

maskapai perkebunan yang didirikan tahun 1889 untuk meneruskan usaha

perkebunan yang dimiliki oleh Firma Naeher & Grob. Maskapai ini memiliki kebun

yang ada di Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis,

Gunung Rinteh dan Petumbak.24 Pada tahun-tahun awal berdirinya Senembah

Maatschappij masih dibantu oleh Deli Maatschappij dalam hal pembiayaan dan

untuk menjual tembakau mereka ke pasaran.

Firma Naeher & Grob merupakan usaha bersama dua orang asing, yaitu

Hermann Naeher, seorang pedagang di Sicilie yang berkebangsaan Beier dan Karl

24
Ibid., hal. 315.

32

Universitas Sumatera Utara


Furchtegott Grob, pendiri onderneming Helvetia yang berkebangsaan Swiss.25 Pada

tahun 1871 mereka mendapat kontrak tanah dari Serdang seluas 7588 bahu26. Tahun

1876 lahan mereka ditambah dengan sebidang tanah yang terletak di Deli, kemudian

pada tahun 1886 semakin meluas ke gunung-gunung dan ke pantai, sehingga luas

wilayah mereka menjadi 31.563 bahu pada tahun 1889.27

Letak kebun-kebun Naeher & Grob yang kebanyakan berada di tepi sungai

Belumai mendatangkan keuntungan tersendiri bagi maskapai ini, mereka tidak

memerlukan pembukaan jalan menuju ke Medan untuk pemasukan barang maupun

pengeluaran hasil-hasil perkebunan. Pada waktu itu, sungai Belumai merupakan

sungai yang baik untuk dilayari. Di muara sungai Belumai terdapat kebun-kebun

nipah yang juga mereka manfaatkan untuk keperluan atap bagi gudang-gudang

tembakau mereka.

Kemajuan Firma Naeher & Grob ini disebabkan karena tanah-tanah yang

mereka miliki menghasilakan daun-daun tembakau yang besar, berat dan berwarna

gelap yang pada waktu itu lebih disukai oleh orang-orang Eropa. Kondisi inilah yang

menyebabkan Firma Naeher & Grob mengalami kemajuan yang pesat. Namun hal ini

tidak berlangsung lama, sebab sekitar tahun 1887 terjadi perubahan selera pada

orang-orang Eropa. Selera mereka berubah menjadi lebih menyukai tembakau yang

berwarna cerah.28

25
C.W. Janssen, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam:Drukkerij v/h Roeloffzen-
Hübner en Van Santen, 1914. hal. 1.
26
Istilah aslinya adalah bouws yaitu satuan seluas 7096,50 M²
27
Ibid.
28
Ibid., hal. 8.

33

Universitas Sumatera Utara


Menjelang tahun 1888, suhu udara yang panas dan kering menghasilkan

produksi tembakau yang berat dan besar, sehingga pada tahun itu terjadi penurunan

harga tembakau. Harga yang buruk ini cukup membuat Firma Naeher & Grob

mengalami kerugian yang besar. Kesehatan Karl Furchtegott Grob yang pada waktu

itu yang juga sedang tidak baik mengakibatkan Naeher & Grob berniat untuk menjual

Firma yang telah mereka dirikan.

Mereka memberitahukan rencana penjualan Firma mereka kepada Deli

Maatschappij. Pimpinan Deli Maatschappij menyarankan agar mereka menjual milik

mereka pada Perseroan Terbatas yang mereka bentuk sendiri dengan harga yang telah

mereka sepakati. Naeher & Grob menerima saran tersebut, maka berdasarkan izin

kerajaan tanggal 30 September 1889 resmilah seluruh kebun milik Naeher & Grob

menjadi milik Senembah Maatschappij dengan Jacobus Nienhuys dan C.W. Janssen

sebagai direksi, sedangkan yang menjadi komisaris yaitu J. T. Cremer, H. Naeher, G.

E. Haarsma, A. L. Wurfbain dan R. Von Seutter.29

Pada awal terbentuknya Senembah Maatschappij, Naeher & Grob sempat

ragu akan perkembangan maskapai ini. Hal ini disebabkan karena perubahan selera

orang-orang Eropa terhadap tembakau dan kondisi cuaca yang buruk pada tahun-

tahun tersebut. Selama beberapa tahun sejak berdirinya, Senembah Maatschappij

masih mendapat bantuan dana dari Deli Maatschappij. Namun, setelah beberapa

tahun berlalu, hasil yang diperoleh dari Senembah Maatschappij jauh melebihi apa

yang diharapkan oleh para pendirinya. Sebab, walaupun tanah-tanah yang dimiliki

oleh Senembah Maatschappij tidak sama dan bahkan ada yang berada di bawah mutu

29
Ibid., hal. 9.

34

Universitas Sumatera Utara


tanah-tanah Deli Maatschappij, tetapi tembakau hasil perkebunan Senembah masih

tergolong yang paling baik dari tembakau-tembakau Pantai Timur.30

Pada tahun awal berdirinya Senembah Maatschappij yaitu tahun 1889 luas

tanah yang dimiliki oleh maskapai ini seluas 31.563 bahu. Tahun 1897 luas tanah

yang dimiliki Senembah Maatschappij bertambah menjadi 50.994 bahu, dimana

40.340 terletak di Serdang dan sisanya 10.654 bahu berada di Deli.31 Penambahan

luas wilayah perkebunan ini menunjukkan bahwa Senembah Maatschappij telah

mengalami kemajuan dalam hal keuangan. Selain penambahan wilayah perkebunan,

maskapai ini juga menambah gudang-gudang pengeringan tembakau serta

memperbaiki gudang-gudang yang lama. Hasil panen tahun–tahun berikutnya yang

tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, tidak lagi menjadi ancaman berarti bagi

maskapai ini. Cadangan dana yang mereka miliki membuat Senembah Maatschappij

mampu mengatasi masa-masa sulit tanpa bantuan dari Deli Maatschappij.

2.5. Kondisi Buruh Perkebunan Maskapai Senembah

Faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi adalah tenaga kerja.

Tenaga kerja untuk proses produksi tanaman perkebunan dikenal dengan istilah kuli

atau buruh perkebunan. Pada umumnya buruh perkebunan dipekerjakan untuk

pembukaan lahan, menanam, merawat, mengangkut hasil produksi dan

mengeringkannya. Penanaman tembakau menggunakan sistem ladang berpindah,

dimana setelah satu kali proses produksi tembakau, maka lahan tersebut ditinggalkan

30
Ibid.
31
Ibid.

35

Universitas Sumatera Utara


dan dibiarkan sekitar delapan tahun lamanya baru kemudian dapat ditanami kembali.

Hal ini disebabkan karena apabila setelah selesai satu kali masa produksi tembakau,

lahan tersebut langsung ditanami kembali, maka hasil produksinya tidak akan baik.

Sistem ladang berpindah tersebut menyebabkan pembukaan lahan baru

dilakukan setiap tahun. Pembukaan lahan baru ini tidaklah mudah, sebab areal yang

mereka akan kerjakan adalah hutan dan rawa-rawa, sementara alat berupa mesin tidak

ada, sehingga pekerjaan itu hanya dilakukan oleh tangan dan alat seadanya. Dengan

alat yang seadanya, sementara medan yang dikerjakan cukup sulit dan berbahaya

menjadikan pekerjaan membuka lahan merupakan pekerjaan yang paling berat yang

dilakukan oleh para buruh.

Dalam sekali proses produksi, satu tahun dibagi menjadi dua periode kerja

yaitu masa ladang yang berlangsung selama delapan bulan lebih dan sisanya adalah

masa lumbung.32 Pekerjaan untuk membuka dan menyiapkan ladang dilakukan oleh

orang-orang Jawa, India dan para pekerja di sekitar perkebunan. Pekerjaan mereka

adalah membabat hutan, mencangkul dan meratakan tanah, membuat guludan

tanaman dan menggali parit pembuangan air, membangun lumbung untuk

pengeringan tembakau dan membangun barak untuk tempat tinggal para kuli.33

Tempat tinggal para kuli yang berupa barak di bangun berjajar atau

membentuk bujur sangkar mengelilingi lapangan. Di lapangan tersebut didirikan

dapur umum untuk tempat memasak makanan para kuli perkebunan. Sisa-sisa

sampah dan air yang tergenang menambah kotor dan baunya lingkungan tempat

32
Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke 20. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1997. hal. 106.
33
Ibid.

36

Universitas Sumatera Utara


tinggal serta menjadi sumber penyakit yang berbahaya, belum lagi sanitasi seadanya

berupa lubang-lubang terbuka yang dibuat tak jauh dari perumahan membuat

penyakit gampang sekali muncul dan berkembang.34

Sesuai peraturan yang ditetapkan ordonansi kuli, waktu kerja para kuli adalah

sepuluh jam sehari. Namun, dalam kenyataanya mereka bekerja lebih dari sepuluh

jam sehari. Ladang yang biasanya cukup jauh dari barak tempat mereka tinggal,

membuat mereka harus datang lebih awal karena mereka harus tiba tepat waktu

sesuai dengan yang telah disepakati. Kerja harian dengan sistem borong

mengakibatkan mereka tidak boleh pulang sebelum pekerjaan mereka selesai. Mereka

baru diperbolehkan pulang apabila pekerjaan yang ditetapkan oleh pemimpin

perkebunan telah selesai mereka kerjakan. Kondisi ini kadang menyebabkan mereka

bekerja satu atau dua jam lebih lama dari aturan yang telah ditetapkan oleh ordonansi

kuli yaitu sepuluh jam sehari.

Kerja para buruh yang seperti ini tidak dibarengi dengan upah yang memadai,

sehingga kehidupan para buruh semakin sulit. Kondisi ini semakin diperparah dengan

tidak mencukupinya asupan gizi yang mereka terima. Jan Bremen mengungkapkan

bahwa tuan kebun cenderung memperdaya para kuli dengan tidak memberikan

kebebasan kepada kuli untuk membelanjakan upah mereka yang memang sudah

rendah tersebut. Banyak perkebunan yang menggaji kulinya sebagian dengan uang

buatan sendiri berupa kertas bon atau keping logam yang hanya dapat dibelanjakan di

toko (kedai) perkebunan sementara staf Eropa dibayar dengan gulden.

34
Ibid., hal. 121.

37

Universitas Sumatera Utara


Lebih lanjut Jan Bremen menjelaskan bahwa para pekerja harus menyediakan

makanan mereka sendiri. Gaji yang diterima dua kali sebulan dihabiskan para kuli

untuk kebutuhan yang paling pokok saja yaitu makan pagi dan malam yang hanya

terdiri dari nasi saja. Karena panjangnya waktu mereka bekerja, mereka tidak lagi

memiliki waktu untuk menanam sendiri sayur-sayuran atau padi. Pada masa-masa

awal berdirinya perkebunan, para kuli masih memiliki waktu senggang untuk

bercocok tanam ala kadarnya. Kalaupun para kuli masih ingin bercocok tanam,

mereka akan kehilangan tenaga untuk bekerja di perkebunan. Kondisi seperti ini

menunjukkan bahwa sistem kerja di perkebunan semakin kapitalis.

2.6. Pengembangan Pelayanan Kesehatan di Maskapai Perkebunan Senembah

Setiap maskapai perkebunan besar pastinya memiliki tenaga kesehatan

sendiri, tidak terkecuali maskapai perkebunan Senembah (Senembah Maatschappij),

bahkan ketika perkebunan ini masih dikelola langsung oleh Naeher & Grob.35 Pada

awal berkembangnya perusahaan perkebunan, tenaga kesehatan yang ada adalah juru

rawat dan peracik obat yang berasal dari India-Inggris yang didatangkan dari

Penang.36 Perlahan-lahan mereka digantikan oleh dokter-dokter Eropa. Tahun 1889

jumlah dokter-dokter Eropa di Deli sudah mencapai dua belas orang, mereka bertugas

melayani 700 orang Eropa dan puluhan ribu kuli perkebunan.37 Senembah

Maatschappij memiliki sarana pelayanan kesehatan yang berpusat di Tanjung

Morawa bernama Hospitaal Te Tandjong Morawa dan dikepalai oleh seorang dokter

35
C.W. Janssen, Op.Cit, hal. 7-8.
36
Jan Bremen, Op.Cit.
37
Ibid.

38

Universitas Sumatera Utara


Jerman bernama Dr. Hauser.38 Rumah sakit ini dibangun tahun 1882, yaitu ketika

perkebunan masih dimiliki oleh Naeher & Grob.

Keadaan tempat tinggal para kuli perkebunan yang kotor serta kondisi

pekerjaan berat yang mereka terima, sementara asupan gizi tidak mencukupi tentunya

membuat mereka mudah terserang berbagai penyakit. Dalam bukunya yang berjudul

Senembah Maatschappij 1889-1914, C.W. Janssen menjelaskan bahwa banyak para

pekerja di perkebunan yang mati karena penyakit yang mewabah. Musim panas dan

musim hujan yang berkepanjangan silih berganti tak menentu ditambah buruknya

makanan menyebabkan munculnya penyakit beri- beri, kolera dan disentri. Selain tiga

penyakit ini, penyakit anemia dan malaria juga banyak memakan korban. Walaupun

sudah ada tempat pelayanan kesehatan di sana, namun pelayanannya masih buruk dan

cenderung tidak maksimal. Kondisi yang tidak maksimal ini tampak dari masih

adanya petinggi perkebunan orang Eropa yang mati ketika dalam masa perawatan,

padahal rumah sakit ini memprioritaskan petinggi perkebunan yakni orang Eropa

untuk dilayani.

Buruknya perawatan di rumah sakit juga nampak dari tidak adanya fasilitas

bahkan yang paling sederhana sekalipun yang seharusnya ada di setiap rumah sakit.

Tidak ada tempat mencuci, tempat buang air besar dan kecil, pispot untuk malam

hari, lampu untuk penerangan malam hari dan juga air minum.39 Kondisi ini

menyebabkan banyak kuli yang sakit akhirnya mati di rumah sakit.

38
C.W. Janssen, Op.Cit, hal. 41.
39
Jan Bremen, Op.Cit. hal. 129.

39

Universitas Sumatera Utara


Menurut C.W. Janssen, maskapai perkebunan sebenarnya masih memiliki

saham di Nederlandsche Sanatorium ”The Crag” di Penang sehingga staf Eropa

yang sakit dapat dirawat di sana. Namun ketika dalam perjalanan ke sana, ada orang

Eropa yang meninggal. Kejadian ini mendorong maskapai untuk memaksimalkan

perawatan kesehatan yang ada di perkebunan. Usaha untuk memaksimalkan

pelayanan kesehatan ini dibuktikan dengan didatangkannya Dr. W.A.P. Schuffner

untuk melakukan penelitian di Deli.

Dr. Schuffner ditugaskan untuk meneliti penyakit-penyakit yang mewabah di

perkebunan. Dr. Schuffner memulai penelitiannya dengan mencari tahu apa hubungan

kesehatan yang buruk dengan keadaan wilayah setempat. Dengan dibantu Dr.

Maurer, seorang dokter dari Deli Maatschappij, dia melakukan penelitian di

laboratorium di Medan. Penelitiannya membuahkan hasil yang menarik di bidang

kesehatan tropis. Dia telah dapat menemukan apa penyebab penyakit anemia, beri-

beri, dan malaria dan bagaimana cara mengatasinya.40

Hasil peneliatiannya diterapkan dalam lingkungan kerja di perkebunan.

Kondisi kesehatan para buruh mulai diperhatikan dan pelayanan kesehatan di rumah

sakit juga semakin ditingkatkan. Tahun 1897-1901, jumlah kematian kuli menurun

dari 60,2 menjadi 45,1 per 1000 orang.41 Menurut Jan Bremen, angka ini masih

cukup tinggi, namun dapat pula dikatakan menurun dibandingkan masa-masa

sebelum kedatangan Dr. Schuffner. C.W. Janssen juga mengatakan dalam bukunya

40
C.W. Janssen, Op.Cit, hal. 43.
41
Jan Bremen, Op.Cit. hal 125.

40

Universitas Sumatera Utara


bahwa keberhasilan Senembah Maatschappij dalam mengatasi penyakit perkebunan

yang mewabah adalah karena pertolongan Dr. Schuffner dengan penelitiannya.

Setelah Dr. A. Kuenen bekerja di Senembah Maatschappij, mereka

mendirikan sebuah yayasan ilmu pengetahuan, yaitu Laboratorium Pathology di

Tanjung Morawa yang bergabung dengan rumah sakit Deli Maatschappij. Yayasan

ini dibiayai oleh Deli Maatschappij, Senembah Maatschappij dan Medan Tabak yang

bersedia untuk melayani seluruh koloni dalam hal memberi petunjuk di bidang

kesehatan. Penelitian mengenai penyakit-penyakit tropis tetap diteruskan dengan

harapan bahwa di masa depan semakin banyak ilmuwan muda yang ambil bagian

dalam kegiatan penelitian mereka. Di Laboratorium ini mereka dapat

mempersiapakan diri untuk menjadi dokter yang menangani penyakit-penyakit tropis.

2.7. Nasionalisasi Maskapai Perkebunan Senembah

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, maka pihak kolonial meyerahkan

kekuasaanya kepada Indonesia. Namun pihak kolonial tidak menyerah sampai di situ.

Mereka masih berusaha untuk masuk kembali ke Indonesia dan menanamkan

kekuasaannya, termasuk menguasai kembali aset perkebunan yang telah mereka

bangun sebelumnya di Indonesia. Puncak pergolakan politik di perkebunan adalah

terjadinya revolusi sosial tahun 1946, dimana banyak bangsawan kerajaan yang

menjadi korban akibat dianggap pro kepada kolonial.

Pada tanggal 27 Desember 1958, Presiden Soekarno menandatangani

Undang-Undang No. 86 mengenai Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik

Belanda di Indonesia. Tujuannya, selain sebagai alat politik untuk merebut kembali

41

Universitas Sumatera Utara


Irian Barat yang pada waktu itu memang masih menjadi perdebatan, juga untuk

menjamin kesejahteraan rakyat Indonesia, memperkuat kemampuan nasional dan

menghapus diskriminasi ekonomi serta penaklukan ekonomi kolonial.42 Undang-

Undang tersebut juga mengatur ganti rugi bagi pemilik lama untuk mencari

penyelesaian hukum di pengadilan Indonesia jika ganti rugi yang ditawarkan tidak

memuaskan.43

Pada saat perkebunan tembakau dinasionalisasi tahun 1957, tinggal dua

perusahaan perkebunan tembakau yang masih bertahan, yakni Deli Maatschappij

dengan 17 kebun tembakau dan Senembah Maatschappij dengan 5 kebun tembakau.44

Dari sekitar 76 perkebunan tanaman umur panjang yang ada di Sumatera Utara

termasuk Aceh, 54 adalah perkebunan karet, 13 perkebunan kelapa sawit, lima

perkebunan teh dan empat perkebunan sisal serta tanaman berserat lainnya.45

Nasionalisasi ini mengakibatkan terjadinya perubahan nama pada perusahaan

perkebunan Belanda yaitu Deli Maatschaapij dan Senembah Maatschaapij. Sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1960, kedua perusahaan tersebut

berubah status menjadi Perusahaan Perkebunan Nasional (PPN). Deli Maatschaapij

inilah yang kemudian menjadi PPN Tembakau Deli berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 30 tahun 1963, kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 14 tahun 1968 berganti nama menjadi PNP IX. Sementara Senembah

Maatschaapij berganti nama menjadi PNP II. Berdasarkan Peraturan Pemerintah

42
Karl Pelzer, Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1991. hal. 215-216.
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ibid.

42

Universitas Sumatera Utara


Nomor 44 tahun 1973, PNP IX berganti nama lagi menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero) PT. Perkebunan IX. Sementara PNP II berganti nama menjadi Perusahaan

Perseroan (Persero) PT. Perkebunan II berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 28

tahun 1975.46

PT Perkebunan II (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam

bidang usaha Pertanian dan Perkebunan yang didirikan dengan Akte Notaris GHS

Loemban Tobing, SH No. 12 tanggal 5 April 1976. Kemudian diperbaiki dengan

Akte Notaris No. 54 tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman

dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah

diumumkan dalam Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan

kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari 1977 No.

10/1977/PT. Perseroan Terbatas ini bernama Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT

Perkebunan II yang merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN Perkebunan

II Tanjung Morawa dengan PN Perkebunan IX Sawit Seberang. Pendirian perusahaan

ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang

No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan

Perseroan dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1975.47

Tanggal 11 Maret 1996 kembali diadakan perubahan organisasi perkebunan

berdasarkan nilai kerja. PT Perkebunan II yang diresmikan dengan Akte Notaris

GHS. Loemban Tobing, SH Nomor 6 tanggal 1 April 1974 dan PT Perkebunan IX

46
Arsip PTPN II Tanjung Morawa; PP No 7 Tahun 1996, Tentang Peleburan Perusahaan
Perseroan (Persero) PTP II dan PTP IX menjadi PTPN II.
47
Website PTPN II, http://ptpn2.com/ (diakses tanggal 9 Oktober).

43

Universitas Sumatera Utara


yang diresmikan dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH Nomor 100 tanggal 18

September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT Perkebunan

Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 35

tertanggal 11 Maret 1996. Akte pendirian ini kemudian disyahkan oleh Menteri

Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No. C2.8330.HT.01.01.TH.96 dan

diumumkan dalam Berita Negera RI Nomor 81. Pendirian Perusahaan yang

merupakan hasil peleburan PTP-II dan PTP-IX berdasarkan Peraturan Pemerintah RI

Nomor 7 tahun 1996.48

Nasionalisasi bukan hanya terjadi pada perkebunannya saja, namun institusi

yang termasuk di dalamnya juga ikut dinasionalisasi, termasuk institusi pelayanan

kesehatan yang dimiliki Senembah Maatschaapij. Rumah Sakit Dr. GL Tobing

merupakan rumah sakit milik perkebunan. Ketika perkebunan dinasionalisasi, rumah

sakit ini juga termasuk di dalamnya. Maka berdasarkan SK No. : II.0/KPTS/3/1969

tahun 1969 yang dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution, rumah sakit PNP-II

Tanjung Morawa disahkan menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PT

Perkebunan II Tanjung Morawa.

48
Website PTPN II, http://ptpn2.com/ (diakses tanggal 9 Oktober).

44

Universitas Sumatera Utara


BAB III

PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING

PTP NUSANTARA II TANJUNG MORAWA (1970-2000)

3.1. Perubahan Nama Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa merupakan

rumah sakit yang berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yaitu PT. Perkebunan Nusantara II (Persero). Seperti yang telah dibahas di bab

sebelumnya, bahwa rumah sakit ini berdiri pada tahun 1882 dengan nama awal

Hospitaal Te Tandjong Morawa yang merupakan sarana kesehatan milik Firma

Naeher dan Grob. Karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi Hermann Naeher

dan Karl Furchtegott Grob untuk meneruskan usaha perkebunan mereka, maka

mereka mengalihkan kepemilikannya kepada Senembah Maatschappij. Maka secara

otomatis, Hospitaal Te Tandjong Morawa berada di bawah kepemilikan Senembah

Maatschappij.

Setelah Indonesia merdeka, mulailah bermunculan usaha-usaha untuk

menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik asing menjadi atas nama kepemilikan

bangsa Indonesia. Namun usaha tersebut tidaklah mudah, sebab pihak asing, terutama

pihak kolonial masih ingin menguasai apa yang telah mereka bangun sebelumnya.

Pada tangal 13 September 1950, oleh Bapak Jendral Maraden Panggabean, rumah

sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. GL Tobing.49 Kemudian pada tahun

49
Informasi dari Bapak Irwanto (Seksi Rekam Medik RSU Dr.GL Tobing PTPN II) dalam
Laporan Praktek Kerja Lapangan RS Dr.GL Tobing tahun 1986.

45

Universitas Sumatera Utara


1969, berdasarkan SK No. : II.0/KPTS/3/1969 yang dikeluarkan Direktur Utama

Perkebunan MD. Nasution, rumah sakit PNP-II Tanjung Morawa disahkan secara

resmi menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PNP II Tanjung Morawa.

Dr. GL Tobing merupakan nama seorang dokter dari rumah sakit di daerah

Tebing Tinggi. Menjelang tahun 1950, terjadi konflik di daerah Tanjung Morawa,

tepatnya di dekat jembatan sungai Belumai yang berada di sebelah rumah sakit ini.

Ketika konflik terjadi, Dr. GL Tobing tertembak, kemudian dibawa ke rumah sakit ini

untuk mendapatkan pertolongan. Namun nyawanya tidak tertolong dan akhirnya

meninggal di rumah sakit ini.50 Orang-orang di sekitar rumah sakit mulai menyebut

rumah sakit ini dengan rumah sakit tempat dokter tersebut meninggal.

Seperti diketahui tahun 1950 merupakan masa-masa Nasionalisasi, dimana

semua aset Kolonial harus dialihkan atas nama kepemilikan bangsa Indonesia. Karena

nama Dr. GL Tobing mewakili identitas salah satu etnis di Sumatera Utara maka

namanya mulai sering dipakai untuk menyebut nama rumah sakit yang dimiliki oleh

perkebunan ini. Puncaknya pada tahun 1969, secara resmi rumah sakit ini

menggunakan nama Dr. GL Tobing menjadi namanya.

Rumah Sakit Dr. GL Tobing berada di daerah Tanjung Morawa dan berfungsi

untuk melayani pegawai serta buruh PT. Perkebunan Nusantara II, sehingga rumah

sakit ini disebut Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa.

Rumah Sakit Dr. GL Tobing memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan

kepada para pegawai perkebunan dan memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat umum. Pelayanan kesehatan dibutuhkan karena kesehatan sangat

50
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.

46

Universitas Sumatera Utara


diperlukan dalam produktivitas, baik pegawai maupun masyarakat umum. Menjelang

tahun 2000, rumah sakit ini kembali menambah predikat namanya menjadi Rumah

Sakit Umum Dr. GL Tobing PT. Perkebunan II Tanjung Morawa.51 Hal ini dilakukan

karena pengembangan pelayanan yang ada. Selain itu, hal ini dilakukan sebagai

bentuk sosialisasi bagi masyarakat bahwa rumah sakit ini tidak hanya melayani

pasien perkebunan saja namun juga melayani masyarakat umum.

3.2. Perubahan Sasaran Pelayanan Rumah Sakit

Perubahan sasaran pelayanan di rumah sakit dipengaruhi oleh faktor-faktor

dari masa lalu. Jika ditinjau dari sudut pandang sejarah, maka akan terlihat bahwa

sistem manajemen rumah sakit bergantung pada kebijakan politik yang dikeluarkan

pemerintah dari masa ke masa. Perubahan sasaran pelayanan rumah sakit berdasarkan

kebijakan politik dapat ditelusuri sejak masa kolonial. Tujuan pemerintah kolonial

Belanda pada awalnya mendirikan rumah sakit adalah untuk keperluan tentara,

pejabat-pejabat pemerintah dan karyawan perusahaan. Secara praktis, hal ini

bertujuan untuk menyehatkan tenaga manusia agar mampu bekerja dengan baik

sehingga dapat tetap menjaga kelangsungan pemerintahan kolonial.52

Pada akhir abad XX, politik balas budi pemerintah kolonial Belanda dan

gerakan keagamaan kristen memperhatikan rumah sakit sebagai bagian dari

51
Wawancara dengan Bapak Sri Yanto, SE (Wakil KTU RSU Dr.GL Tobing PTPN II) pada
tanggal 31 Maret 2011.
52
Laksono Trisnantoro, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial dan
Tekanan Pasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2005. hal. 11.

47

Universitas Sumatera Utara


pelayanan kesejahteraan bagi masyarakat.53 Maka rumah sakit-rumah sakit

pemerintah kolonial dan keagamaan didirikan di berbagai daerah di Indonesia.

Hingga saat ini rumah sakit keagamaan Kristen dan rumah sakit milik pemerintah

kolonial Belanda masih berdiri, walaupun sebagian sudah berubah menjadi rumah

sakit milik pemerintah. Dalam kegiatan operasionalnya, rumah sakit pada masa

kolonial mendapat subsidi dari pemerintah kolonial sebagai bentuk balas jasa dari

pihak kolonial terhadap buruh maupun masyarakat. Sedangkan rumah sakit

keagamaan Kristen mendapat bantuan dari donatur mereka di Eropa yang bertujuan

untuk mengobati masyarakat yang tidak mampu.

Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa rumah sakit pada masa lalu

cenderung bersifat non profit, yaitu tidak berorientasi pada pemasukan untuk

mendanai kegiatannya. Demikian pula yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Dr. GL

Tobing PTPN II Tanjung Morawa. Ketika masih dipegang oleh kolonial, rumah sakit

ini bertujuan untuk mengobati para buruh perkebunan yang sakit, mengingat pada

masa itu banyak korban meninggal akibat penyakit yang mewabah di perkebunan.

Seiring berjalannya waktu, Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II beralih

kepemilikan akibat nasionalisasi dan diharapkan dapat mandiri dengan membiayai

sendiri kegiatan operasionalnya.

Kondisi ini bukan berarti bahwa RSU Dr. GL Tobing PTPN II telah berubah

menjadi institusi yang berfokus pada pendapatan (money oriented). Rumah sakit ini

masih tetap menjadi institusi sosial yang bertujuan menjadi rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan secara tepat guna, inovatif dan efisien dengan didukung oleh

53
Ibid.

48

Universitas Sumatera Utara


sumber daya manusia yang profesional. Tujuan ini seperti tercermin dalam Visi dan

Misi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa.

Adapun Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung

Morawa. yaitu:

1. Visi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa:

Dinamis, Unggul, Terpercaya.

2. Misi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa:

1. Melaksanakan manajemen rumah sakit yang profesional, transparan,

jujur dan adil.

2. Mengutamakan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang

profesional, produktif, inovatif, jujur dan ikhlas.

3. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat dan tenaga

kesehatan yang berada di sekitar rumah sakit untuk memanfaatkan

fasilitas pelayanan yang tersedia.

4. Mengembangkan jenis pelayanan kesehatan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dan lingkungan terhadap pelayanan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif, sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

5. Memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada masyarakat luas.

6. Meningkatkan kesejahteraan karyawan Rumah Sakit Umum Dr. GL

Tobing PTPN II Tanjung Morawa.54

54
Visi dan Misi RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa.

49

Universitas Sumatera Utara


3.3. Struktur Organisasi

Setiap perusahaan atau badan usaha, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah

maupun swasta pasti memiliki struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan

cerminan pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang serta posisi setiap

individu dalam perusahaan tersebut. Organisasi erat kaitannya dengan kepemimpinan,

sebab kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, seperti apapun baiknya

perencanaan, dana yang mencukupi, tersedianya alat dan bahan, organisasi tersebut

tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan secara efisien dan efektif apabila tidak

dipimpin oleh pemimpin yang berkualitas. Seorang pemimpin harus memotivasi

dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja dengan mencapai tujuan.

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa

berada langsung di bawah naungan Direksi PT. Perkebunan Nusantara II dengan

dikepalai oleh seorang Kepala Rumah Sakit. Dalam hal ini kepala rumah sakit

bertindak sebagai pimpinan tertinggi di rumah sakit yang mengatur segala kegiatan

yang ada di rumah sakit. Struktur organisasi beserta tanggung jawab dan wewenang

yang ada di RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa adalah sebagai

berikut:

A. Kepala Rumah Sakit

1. Bertanggung jawab atas peningkatan peran bisnis dan pemasukan yang

berorientasi untuk keperluan pelayanan yang optimal.

2. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan check list kepatuhan dan

manajemen resiko serta aktifitas Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara

II Tanjung Morawa.

50

Universitas Sumatera Utara


3. Bertanggung jawab atas pemenuhan kompetensi dari Sumber Daya Manusia

yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa,

melakukan perencanaan serta bimbingan terhadap pegawai yang dibawahi.

Kepala Rumah Sakit membawahi:

- Bidang Pelayanan

- Bidang Sumber Daya Manusia dan Umum

- Bidang Keuangan dan Pemasaran

Pada periode tahun 1970 hingga tahun 2000, masa jabatan seorang dokter

sebagai kepala rumah sakit tidak ditentukan. Sedangkan setelah tahun 2000, masa

jabatan seorang dokter sebagai kepala rumah sakit adalah selama tiga tahun. Adapun

dokter yang pernah menjabat sebagai dokter kepala di rumah sakit ini pada periode

tahun 1970 hingga tahun 2000, yaitu:

1. Dr. Suandi (1967-1978)

2. Dr. Sri Hardono (1978-1990)

3. Dr. Gunawan (1990-1995)

4. Dr. Fauziah Sofyan (1995-1999)

5. Dr. Tuti Ketaren (1999-2004)

B. Bidang Pelayanan

1. Bertugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta

pengawasan dan pengendalian kegiatan pelayanan di Rumah Sakit Dr. GL

Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa.

51

Universitas Sumatera Utara


2. Bertanggung jawab atas pelayanan medis dan keperawatan yang ada di

Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa.

3. Bertanggung jawab atas unit rawat jalan pasien, rawat inap pasien dan Unit

Gawat Darurat.

4. Bertanggung jawab atas sarana penunjang medis, unit farmasi, laboratorium,

radiologi, kamar bedah, fisioterapi, ambulance dan kamar jenazah.

5. Perencanaan program pengobatan, pencegahan dan penaggulangan penyakit.

6. Peningkatan mutu pelayanan program kesehatan jiwa, program kesehatan

kerja, program kesehatan indera dan laboratorium di puskesmas dan

jaringannya.

7. Pengadaan alat kesehatan.

8. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait.

9. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.

10. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan praktek

dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai pengobatan, rumah bersalin, optik,

apotik, toko obat, laboratorium, klinik rontgen, rumah sakit.

11. Pemberian perijinan bagi dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai

pengobatan, rumah bersalin, optik, apotik, toko obat, laboratorium, klinik

rontgen, rumah sakit.

12. Pemberian surat ijin kerja asisten apoteker.

Bidang Pelayanan membawahi:

- Sub Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan:

* Seksi Keperawatan

52

Universitas Sumatera Utara


* Unit Rawat Jalan

* Unit Rawat Inap

* Unit Gawat Darurat

- Sub Bidang Penunjang Medis:

* Unit Farmasi

* Unit Laboratorium

* Unit Radiologi

* Unit Kamar Bedah

* Unit Fisioterapi

* Unit Ambulance

* Unit Kamar Jenazah

C. Bidang Sumber Daya Manusia dan Umum

1. Bertugas mengadministrasikan semua surat dan fax yang masuk maupun

keluar dan memberikannya kepada yang berkepentingan.

2. Mengantar semua surat korespondensi, surat dan fax yang masuk maupun

keluar kepada pihak yang telah disebutkan.

3. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi atau lembaga terkait perencanaan,

pelaksanaan, pengolahan dan analisa data kegiatan, pengumpulan data bahan

perumusan kebutuhan obat untuk apotek.

4. Monitoring pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian pada apotek, instalasi

farmasi Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa.

53

Universitas Sumatera Utara


Bidang Sumber Daya Manusia dan Umum membawahi:

- Sub Bidang Sumber Daya Manusia:

* Seksi Personalia

* Seksi Diklat

* Seksi Pengabdian Masyarakat

- Sub Bidang Umum/Sarana:

* Seksi Sekretariat

* Seksi Rekam Medik

* Seksi Pengadaan

* Seksi Inventaris/Pemeliharaan

* Seksi K3/Sanitasi Lingkungan

* Seksi Keamanan dan Rumah Tangga.

D. Bidang Keuangan dan Pemasaran

1. Bertugas membuat, menyampaikan laporan sesuai dengan waktu, jumlah,

sarana yang telah ditentukan.

2. Meneliti apakah laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya telah benar.

3. Mengarsip seluruh laporan keuangan.

4. Mengelola penggunaan sarana promosi.

5. Memberikan informasi kepada pasien.

Bidang Keuangan dan Pemasaran membawahi:

- Sub Bidang Keuangan / Administrasi:

* Seksi Kasir

54

Universitas Sumatera Utara


* Seksi Pembukuan

* Seksi Upah/Gaji

* Seksi Utang/Piutang

* Seksi Aktiva

* Seksi Finek

* Seksi Persediaan

* Seksi Transportasi/EAP.

- Sub Bidang Pemasaran:

* Seksi Pemasaran

* Seksi Kehumasan

3.4. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit

Agar dapat menjalankan fungsi pelayanan kesehatannya dengan baik, maka

sebuah rumah sakit tentunya memiliki sarana dan fasilitas pelayanan yang memadai.

Sarana dan Fasilitas pelayanan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Dr. GL

Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa yaitu:

3.4.1 Unit Gawat Darurat (UGD)

Unit Gawat Darurat (Emergency Room) merupakan satu bagian di rumah sakit

yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit maupun

cedera, yang dapat mengancam nyawanya. Unit Gawat Darurat juga merupakan

ujung tombak dari sebuah rumah sakit, dimana pasien-pasien yang datang dalam

kondisi yang terancam nyawanya atau dalam keadaan darurat memerlukan

55

Universitas Sumatera Utara


pertolongan yang cepat dan tepat. Unit Gawat Darurat RSU Dr. GL Tobing PTPN II

Tanjung Morawa didukung oleh dokter umum serta perawat yang terlatih. Unit

Gawat Darurat di rumah sakit ini juga dilayani oleh seorang dokter residen senior

dalam bidang anestesiologi55 dan didukung oleh dokter konsultan. Selain itu, Unit

Gawat Darurat di rumah sakit ini juga dilengkapi dengan peralatan life saving

(penyelamatan nyawa) seperti ventilator portable (alat bantu nafas) dan defibrilator

serta ambulance yang siap melayani selama 24 jam.

3.4.2 Unit Rawat Intensif (ICU)

Unit Rawat Intensif atau Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah fasilitas

di rumah sakit yang menyediakan penanganan medis yang lebih intensif. Ruang Unit

Rawat Intensif didukung oleh tenaga ahli dan dilengkapi dengan peralatan khusus

untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya oleh kegagalan

/disfungsi suatu organ tubuh akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih

ada harapan hidupnya. Unit Rawat Intensif selama 24 jam di RSU Dr. GL Tobing

PTPN II Tanjung Morawa berada di bawah pengawasan dokter spesialis anestesiologi

dan didukung oleh dokter konsultan perawatan intensif serta dibantu oleh tim perawat

yang mahir dan berpengalaman. Unit ini dilengkapi dengan peralatan canggih

termasuk ventilator.

55
Anestesiologi merupakan kegiatan pelayanan di rumah sakit yang berhubungan dengan
pembedahan.

56

Universitas Sumatera Utara


3.4.3 Kamar Bedah

Kamar bedah merupakan sebuah ruangan di rumah sakit yang melayani segala

tindakan pembedahan selama 24 jam, dengan didukung oleh dokter spesialis dan sub

spesialis bedah, dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter anestesi, serta

perawat kamar bedah yang terlatih. RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa

memiliki empat kamar bedah, tiga digunakan untuk operasi besar, dan satu digunakan

untuk operasi kecil. Kamar bedah di rumah sakit ini dilengkapi dengan peralatan

untuk semua jenis operasi dengan keunggulan bedah minimal (endoskopi56). Di

dalam kamar bedah terdapat c-arm yaitu alat x-ray yang memungkinkan ahli bedah

melihat posisi tulang atau alat bantu dalam kandung kemih maupun kantong empedu

selama kegiatan operasi berlangsung.

3.4.4 Kamar Bersalin

Kamar bersalin merupakan ruangan untuk melayani pasien yang akan bersalin

atau sesudah tindakan kebidanan dan kandungan. RSU Dr. GL Tobing PTPN II

Tanjung Morawa memiliki kamar bersalin dengan peralatan yang lengkap, serta

didukung oleh dokter spesialis kandungan serta bidan yang profesional. Rumah sakit

ini juga memiliki kamar bayi yang di dalamnya terdapat fasilitas seperti tempat tidur

56
Bedah Endoskopi (Laparoskopi) adalah teknik bedah mutakhir untuk pembedahan spesifik,
biasanya dikerjakan pada batu empedu (kolesistektomi), usus buntu (apendektomi), operasi sinus
(FESS), persendian (artroskopi), operasi saluran kencing dan prostat (TUR, RPG, sistoskopi), serta
pemotongan usus (reseksi usus). Dalam bidang kandungan dan kebidanan, endoskopi dapat digunakan
pada pengangkatan kista (kistektomi), kehamilan di luar kandungan (KET), kasus endometriosis
(bercak bercak yang tumbuh di luar rahim), serta ligasi tuba (salah satu cara Keluarga Berencana).
Keunggulan bedah endoskopi ini adalah sayatan yang kecil serta masa perawatan yang singkat,
sehingga lebih nyaman bagi pasien.

57

Universitas Sumatera Utara


bayi yang dilengkapi dengan fototerapi, inkubator, jaundice meter, audiometer

khusus bayi, oxymetry, glucotest, dan C-Pap.

3.4.5 Kamar Rawat Inap

Rawat inap (opname) merupakan proses perawatan pasien oleh tenaga

kesehatan profesional yang diakibatkan oleh penyakit tertentu dimana pasien

diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit dan biasanya disebut ruang rawat inap.

Ruangan ini pada masa lalu sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak

orang sekaligus. Seiring permintaan kebutuhan pasien, saat ini banyak kamar rawat

inap di rumah sakit yang sudah sangat mirip dengan kamar-kamar di hotel. RSU Dr.

GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa memiliki kamar rawat inap yang terbagi atas

beberapa kelas sesuai dengan fasilitas yang ada di dalamnya serta kamar isolasi steril

untuk pasien dengan kasus imunitas (kekebalan tubuh) menurun.

Kamar rawat inap yang ada di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung

Morawa:

1. Kelas I (VIP)

Kamar rawat inap kelas I disebut dengan kamar VIP, dimana satu ruangan

hanya terdiri dari satu tempat tidur. Kamar ini biasanya dipakai untuk merawat

petinggi-petinggi/ direksi perkebunan.

2. Kelas II

Kamar rawat inap kelas II memiliki tempat tidur maksimal lima tempat tidur.57

57
Wawancara dengan Ibu Lince Tampubolon tanggal 29 April 2011.

58

Universitas Sumatera Utara


3. Kelas III

Kamar rawat inap kelas III merupakan ruangan berupa bangsal dengan banyak

tempat tidur di dalamnya.

3.4.6 Poliklinik

Poliklinik merupakan bagian dari rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan kepada pasien untuk menjalani prosedur diagnostik serta pengobatan tanpa

membutuhkan rawat inap. Pelayanan di poliklinik sering disebut dengan kegiatan

rawat jalan. Kegiatan perawatan di poliklinik juga sebagai pintu pertama untuk

menentukan apakah pasien perlu di rawat inap atau tidak serta perlu dirujuk ke tempat

pelayanan kesehatan lain atau tidak. RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa

memiliki dua jenis poliklinik, yaitu:

1. Poliklinik Umum

Bertugas memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum sesuai dengan

standar pelayanan medis yang ditetapkan.

2. Poliklinik Gigi

Bertugas memberikan pelayanan kesehatan gigi baik yang bersifat umum

maupun spesialistis sesuai dengan standar pelayanan medis yang telah

ditetapkan.

59

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan yang ada di poliklinik RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung

Morawa antara lain:

1. Melakukan pemeriksaan, anamnesa,58 tindakan, dan terapi pasien rawat jalan.

2. Mencatat dan merekam semua hasil-hasil pemeriksaan.

3. Mengambil keputusan medis berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.

4. Membuat ringkasan riwayat penyakit rawat jalan.

5. Membuat Sensus Harian Rawat Jalan (SHRJ).

3.4.7 Laboratorium dan Radiologi

Laboratorium merupakan tempat dimana berbagai jenis tes/percobaan

dilakukan pada organisme biologis untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan

pasien. Laboratorium di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa memiliki

beberapa jenis pemeriksaan, yaitu:

1. Mikrobiologi

Kegiatan ini merupakan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan air seni,

tinja, darah, dahak dan peralatan medis yang mungkin terinfeksi. Objek

tersebut dikultur untuk memeriksa mikroba patogen.

2. Hematologi

Kegiatan ini merupakan pemeriksaan terhadap darah dan plasma dari pasien

untuk mengetahui penyakit yang dialami oleh pasien.

3. Toksikologi

58
Anamnesa merupakan kegiatan tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.

60

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan ini merupakan pemeriksaan untuk menguji obat farmasi, obat yang

disalahgunakan, dan toxic (racun) lainnya.

4. Parasitologi

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeriksaan parasit/bakteri yang

menyebabkan pasien sakit.

5. Imunologi

Kegiatan ini merupakan pemeriksaan terhadap kekebalan tubuh pasien.

Radiologi merupakan kegiatan untuk melihat bagian dalam tubuh manusia

dengan menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik itu gelombang

elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Radiologi RSU Dr. GL Tobing PTPN

II Tanjung Morawa pada awalnya menggunakan frekwensi berbentuk sinar-x (x-ray),

namun sejalan dengan kemajuan teknologi modern, rumah sakit ini melakukan

scanning (pemindaian) dengan gelombang yang sangat tinggi (ultrasonic) seperti

ultrasonography (USG) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging).

3.4.8 Apotik

Apotik merupakan tempat yang menyediakan obat-obatan yang diperlukan

oleh pasien. RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa memiliki apotik yang

melayani pembelian obat kepada pasien selama 24 jam dalam sehari. Apabila obat

yang diperlukan pasien tidak terdapat di apotik yang rumah sakit, maka pasien dapat

mencarinya di apotik lain yang berada di luar rumah sakit.

61

Universitas Sumatera Utara


3.5. Pelayanan di Rumah Sakit

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun

1972 No.031/Birhup/1972 tentang rumah sakit, pemerintah telah menetukan bahwa

rumah sakit dibagi menurut klasifikasi kelas/tipe A, B, C, D untuk Rumah Sakit

Umum dan E untuk Rumah Sakit Khusus.59 Pembagian ini didasarkan terhadap jenis

dan tingkat pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan jaringan pelayanan

kesehatan masyarakat.

Rumah sakit kelas/tipe A merupakan rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesialis. Rumah sakit umum kelas A terletak

di ibukota provinsi yang ditetapkan pemerintah sebagai rujukan tertinggi. Rumah

sakit ini sering disebut sebagai rumah sakit pusat dan pada umumnya digunakan

sebagai rumah sakit pendidikan. Rumah sakit kelas B merupakan rumah sakit yang

mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesialis yang masih

terbatas. Terletak di daerah provinsi yang juga melayani rujukan dari rumah sakit di

kabupaten.

Rumah sakit kelas C dan D pada umunya terletak di daerah ibukota

Kecamatan atau Kotamadya. Perbedaanya, rumah sakit kelas C sudah memiliki

pelayanan kedokteran spesialis walaupun masih terbatas, sedangkan rumah sakit

kelas D umumnya hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah

sakit kelas C dan D menerima rujukan pelayanan dari puskesmas yang ada di

sekitarnya. Selain itu, rumah sakit kelas C dan D merupakan rumah sakit yang

memegang peranan penting dalam rangkaian sistem jaringan pelayanan kesehatan

59
Depkes RI, Standardisasi Rumah Sakit Umum Kelas C dan Kelas D, Jakarta, 1978. hal. 1.

62

Universitas Sumatera Utara


sebagai pembina langsung dari puskesmas-puskesmas yang ada di daerah sekitarnya.

Rumah sakit kelas E merupakan rumah sakit khusus yang hanya menyediakan satu

jenis pelayanan kesehatan saja, misalnya penyakit kusta, paru, jantung, serta ibu dan

anak.

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa merupakan

rumah sakit kelas/tipe C+ yang telah mampu memberikan pelayanan kedokteran

umum dan spesialis. Untuk menunjang kegiatan pelayanannya terutama rawat jalan

dan rawat inap, rumah sakit ini memiliki tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur.

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe/kelas C+ karena

memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 106 buah, sementara untuk rumah sakit tipe

C, jumlah minimum tempat tidur adalah 100 buah. Selain itu, pelayanan yang

kedokteran spesialis yang dimiliki oleh rumah sakit ini juga sudah melebihi standar

pelayanan kedokteran spesialis untuk rumah sakit tipe C, yaitu minimal 4 pelayanan

kedokteran spesialis.

Pelayanan medis yang ada di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa

yaitu:

1. Pelayanan Kedokteran Umum

2. Pelayanan Kedokteran Spesialis

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Bedah

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Anak

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Kandungan

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Penyakit Dalam

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Mata

63

Universitas Sumatera Utara


- Pelayanan Kedokteran Spesialis Kulit

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Paru

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Bedah Mulut

- Pelayanan Kedokteran Spesialis THT

- Pelayanan Kedokteran Spesialis Syaraf

- Pelayanan Kedokteran Gigi

3.6. Tenaga Kerja dan Disiplin Kerja

3.6.1 Tenaga Kerja

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan pelayanan kesehatan yang

peduli dan terpusat kepada harapan dan kebutuhan pelanggan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, yakni pelayanan kesehatan yang bermutu, maka diperlukan tenaga kerja

sebagai penyedia jasa bagi pelayanan tersebut. Di rumah sakit terdapat tiga kelompok

tenaga kerja, yaitu kelompok profesional, kelompok manajerial dan kelompok

prakarya.60

1. Kelompok Profesional.

Kelompok profesional merupakan tenaga kerja yang bertugas

mengupayakan penyembuhan terhadap pasien yang dirawat. Tenaga kerja yang

tergolong kelompok profesional di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung

Morawa yaitu: dokter umum dan dokter spesialis, perawat, apoteker dan asisten

apoteker, laboratorium, penata rontgen, penata Gizi, penata anastesi dan penata

60
R. Darmanto Djojodibroto, Kiat Mengelola Rumah Sakit, Jakarta: Hipokrates, 1997. hal. 55.

64

Universitas Sumatera Utara


fisioterafis. Pada periode 1970 sampai tahun 2000 jumlah tenaga kerja yang

tergolong kelompok profesional di rumah sakit mencapai 100 orang dan

mendapat gaji setiap bulan.61 Rumah sakit juga menggunakan jasa dokter

konsultan dalam kegiatan pelayanannya. Dokter konsultan yaitu dokter yang

bekerja di rumah sakit lain dan bukan pegawai di RSU Dr. GL Tobing.

2. Kelompok Manajerial

Kelompok manajerial merupakan tenaga kerja yang bertugas membantu

memperlancar jalannya proses pelayanan dan administrasi yang ada di rumah

sakit. Tenaga kerja yang tergolong kelompok manajerial di RSU Dr. GL Tobing

PTPN II Tanjung Morawa yaitu: kepala bagian pelayanan dari direksi PTPN II,

staf administrasi seperti bagian SDM, bagian keuangan dan pemasaran serta

tenaga struktural lainnya. Hingga tahun 1986 jumlah staf yang ada di rumah sakit

ini sebanyak 11 orang dan mendapat gaji setiap bulan.62

3. Kelompok Prakarya

Kelompok prakarya merupakan tenaga kerja yang juga bertugas

membantu pelayanan di rumah sakit di luar kegiatan penyembuhan pasien dan

administrasi. Di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa tenaga kerja ini

disebut pegawai rendah, seperti tukang cuci (laundry), tukang masak, supir, dan

keamanan (security). Tenaga kebersihan (cleaning service), tukang sapu taman

disebut buruh harian lepas. Hingga tahun 1986 jumlah pegawai rendah yang ada

di rumah sakit ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari 24 orang pria dan 26 orang

61
Informasi dari Bapak Irwanto (Seksi Rekam Medik RSU Dr.GL Tobing PTPN II) dalam
Laporan Praktek Kerja Lapangan RS Dr.GL Tobing tahun 1986.
62
Ibid.

65

Universitas Sumatera Utara


wanita.63 Pegawai rendah mendapat gaji setiap bulan, sedangkan buruh harian

lepas mendapatkan gaji dengan sistem upah harian.

Secara perlahan, keseluruhan tenaga kerja yang ada di RSU Dr. GL

Tobing PTPN II Tanjung Morawa hingga tahun 2000 jumlahnya berkurang. Hal

tersebut disebabkan karena beberapa dari mereka ada yang telah habis masa kerjanya.

Selain itu, penyesuaian jumlah tenaga kerja terhadap jumlah pasien telah

menyebabkan pihak rumah sakit lebih selektif dalam hal perekrutan tenaga kerja

dengan alasan kesejahteraan para pekerja tersebut juga harus diperhatikan. Pihak

rumah sakit juga mengahargai jasa para tenaga kerja yang telah berstatus pegawai

tetap dengan memberikan tunjangan hidup walaupun masa kerjanya telah berakhir.

3.6.2. Disiplin Kerja

Pelayanan kesehatan yang bermutu juga tidak dapat dipisahkan dari

profesionalitas tenaga kerjanya. Agar tujuan tersebut tercapai, yaitu pelayanan

kesehatan yang bermutu, maka setiap tenaga kerja yang ada di rumah sakit harus

mematuhi disiplin kerja yang telah ditentukan untuk masing-masing bagian. Disiplin

kerja yang ditetapkan oleh RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa yaitu:

1. Pagi, dimulai pukul 07.00 s/d pukul 14.30 (7 Jam)

2. Sore, dimulai pukul 14.30 s/d pukul 21.30 (7 Jam)

3. Malam, hanya dipekerjakan selama enam jam kerja, dan selebihnya dihitung

sebagai premi.

63
Ibid.

66

Universitas Sumatera Utara


Jam kerja tersebut berlaku untuk tenaga kerja yang bertugas merawat pasien,

yaitu dokter dan perawat. Untuk pekerjaan lainnya seperti administrasi, radiologi,

laboratorium hanya dilakukan siang hari. Para pekerja juga diberikan keringanan

bekerja oleh perusahaan berupa cuti kerja setiap tahunnya.

3.7. Perubahan Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan sebuah lembaga sosial yang melakukan pelayanan

kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan ini melibatkan beberapa pihak yaitu dokter

sebagai orang yang merawat dan pasien sebagai orang yang dirawat. Jadi pelayanan

di rumah sakit merupakan pelayanan yang tidak hanya melibatkan satu pihak saja.

Hal ini menyebabkan pelayanan di rumah sakit terus menerus mengalami perubahan.

Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi berdasarkan permintaan atau kebutuhan

dari pasien. Selain itu, kebijakan dari pemerintah yang berkuasa atau orang yang

memegang kendali di sebuah rumah sakit juga dapat menyebabkan perubahan

pelayanan di rumah sakit.

Perubahan pelayanan di rumah sakit ini natinya akan menentukan apakah

rumah sakit tersebut berubah ke arah yang lebih baik, atau malah sebaliknya berubah

ke arah penurunan. Demikian pula halnya yang terjadi di RSU Dr. GL Tobing PTPN

II Tanjung Morawa. Rumah sakit ini terus menerus mengalami perubahan sesuai

dengan situasi yang terjadi pada masanya. Pada awal berdirinya, rumah sakit

ditujukan untuk melayani para petinggi perkebunan pihak kolonial, termasuk orang-

orang Eropa lainnya. Setelah kemerdekaan, perkebunan dinasionalisasi dan pelayanan

berubah dari yang semula hanya melayani para pekerja menjadi turut melayani

67

Universitas Sumatera Utara


masyarakat umum. Berikut ini beberapa perubahan dalam kegiatan pelayanan yang

terjadi di RSU Dr. GL Tobing PTPN II dari tahun 1970 hingga tahun 2000.

3.7.1. Pelayanan Terhadap Penyakit TBC.

Tahun 1970 merupakan tahun awal bagi rumah sakit ini menggunakan nama

Dr. GL Tobing sebagai namanya, setalah setahun sebelumnya diresmikan. Sebelum

penggunaan nama Dr. GL Tobing diresmikan, masyarakat mengenalnya dengan

beberapa sebutan, diantaranya rumah sakit Senembah, rumah sakit Maskapai, dan

rumah sakit kebun.64 Sekitar tahun 1970-an, rumah sakit ini cukup terkenal akan

penanganannya terhadap penyakit paru-paru yaitu Tuberkulosis (TBC).65 Pada tahun

tersebut, rumah sakit di Tanjung Morawa belum sebanyak pada masa sekarang.

Kondisi ini menyebabkan nama rumah sakit ini semakin populer bahkan hingga ke

daerah-daerah lain di sekitar Tanjung Morawa.

Kepopuleran Rumah Sakit Dr. GL Tobing dalam penanganan penyakit

Tuberkulosis (TBC) tentunya diakibatkan oleh banyaknya jumlah pasien penderita

penyakit TBC yang datang ke rumah sakit ini. Kondisi pasien-pasien penderita

penyakit TBC tersebut membaik setelah menjalani perawatan di rumah sakit ini.

Kondisi ini berlangsung terus sehingga pada akhirnya predikat sebagai rumah sakit

dengan penanganan paling baik bagi penderita TBC pun melekat pada rumah sakit

ini.

64
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.
65
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan dahak atau menghirup
titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis.

68

Universitas Sumatera Utara


Memasuki tahun 2000, kepopuleran Rumah Sakit Dr. GL Tobing dalam

menangani penyakit TBC sudah tidak sebesar masa-masa sebelumnya. Penyebabnya

dapat disimpulkan ke dalam beberapa faktor. Pertama, tingkat kesehatan masyarakat

sudah mulai membaik. Hal ini disebabkan karena gencarnya pemerintah dalam

menggiatkan program kebersihan serta promosi kesehatan lainnya. Dengan demikian,

tindakan preventif dari masyarakat membuat mereka dapat menjaga diri sendiri dari

paparan penyakit. Kedua, tumbuhnya sarana pelayanan kesehatan lain yang

menyebabkan alternatif palayanan kesehatan semakin beragam. Kedua hal ini

tentunya dapat menyebakan kepopuleran Rumah Sakit Dr. GL Tobing dalam

penanganan penyakit TBC menurun.

3.7.2. Dukungan Dana dari Perkebunan.

Rumah Sakit Dr. GL Tobing berada langsung di bawah naungan Direksi PT.

Perkebunan II, sehingga segala kegiatan pelayanannya diatur oleh dewan direksi yang

ada di PT. Perkebuanan II. Dalam mejalankan kegiatan pelayanannya, Rumah Sakit

Dr. GL Tobing mendapat dukungan dana dari PT. Perkebunan II. Dukungan dana ini

mengakibatkan rumah sakit ini tidak berfokus untuk mendapatkan keuntungan yang

tinggi dari hasil pelayaannya. Dengan demikian, pihak rumah sakit dapat berfokus

untuk meningkatkan kegiatan pelayanannya, termasuk untuk melakukan kegiatan

penelitian terhadap penyakit-penyakit pasien.

Seiring perkembangan waktu, Rumah Sakit Dr. GL Tobing diberikan

kesempatan untuk membiayai sendiri kegiatan operasional pelayanannya secara

mandiri. Kondisi ini pada akhirnya menuntut perubahan sistem manajemen yang ada

69

Universitas Sumatera Utara


di rumah sakit. Rumah sakit juga harus mulai memikirkan pembiayaan tenaga yang

terdapat di dalamnya. Maka, rumah sakit mulai memasuki sistem mekanisme pasar.

Namun hal ini tidak mengakibatkan Rumah Sakit Dr. GL Tobing menjadi terfokus

pada penghasilan, rumah sakit tetap berusaha menjalankan misi sosialnya.

3.7.3. Tenaga Pelayan Kesehatan

Untuk menunjang kegiatan pelayanannya, sebuah rumah sakit tentunya

membutuhkan tenaga pembantu selain dokter untuk melayani pasien. Tenaga

pembantu ini sering disebut perawat/bidan. Sampai tahun 1988, Rumah Sakit Dr. GL

Tobing menghasilkan sendiri tenaga keperawatannya dengan mendirikan pusat studi

dan pelatihan.66 Para calon perawat tersebut dididik dan dilatih untuk terampil dalam

menangani pasien. Ketika dalam masa studi, para perawat tersebut berpraktek

langsung di Rumah Sakit Dr. GL Tobing. Kegiatan ini dilakukan agar mereka

terbiasa dalam menangani pasien.

Perawat-perawat yang dihasilakan tersebut yang kemudian dipakai bekerja di

Rumah Sakit Dr. GL Tobing, atau rumah sakit lain yang ada dalam lingkungan PT.

Perkebunan Nusantara II, Seperti Rumah Sakit Tembakau Deli, Rumah Sakit

Bangkatan, dan Rumah Sakit Tanjung Selamat. Selain ditempatkan di lingkungan

PT.Perkebunan Nusantara II, sebagian dari mereka ada yang ditempatkan di rumah

sakit di daerah lain.

66
Wawancara dengan Ibu Laura Situmorang (Mantan Kepala Asrama Sekolah Perawat di
Rumah Sakit Dr. GL Tobing), tanggal 28 April 2011.

70

Universitas Sumatera Utara


Setelah tahun 1988, sesuai keputusan bersama dewan direksi perkebunan,

Rumah Sakit Dr. GL Tobing tidak lagi membuka tempat pendidikan bagi perawat.

Untuk keperluan pelayanan kesehatannya, Rumah Sakit Dr. GL Tobing mengambil

tenaga perawat dari sekolah-sekolah tinggi keperawatan lain yang berada di bawah

asuhan Departemen Kesehatan RI.

3.7.4. Sarana dan Fasilitas Pelayanan

Keberhasilan pelayanan di sebuah rumah sakit tidak bisa dipungkiri juga

ditentukan oleh sarana dan fasilitas pelayanan yang dimiliki. Pada tahun 1975,

Rumah Sakit Dr. GL Tobing memiliki tenaga dokter sebanyak 4 orang. Dokter-dokter

tersebut terdiri dari 3 dokter umum dan satu dokter spesialis paru-paru, serta memiliki

tenaga keperawatan dan kebidanan sebanyak 49 orang. Jumlah luas bangunan rumah

sakit secara keseluruhan seluas 6.940 m² dan memiliki tempat tidur sebanyak 321

buah.67 Fasilitas berobat jalan disediakan untuk pelayanan kedokteran umum,

pelayanan kedokteran spesialis bedah, pelayanan kedokteran Obstetri-Ginekologi68

dan untuk Keluarga Berencana.

Selama beberapa tahun pelayanannya terjadi perubahan di Rumah Sakit Dr.

GL Tobing. Luas areal bangunan yang dahulu 6.940 m², kini sudah bertambah

menjadi 9.540 m², dengan jumlah tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur. Dari data

tersebut terlihat jelas sebuah perubahan yang sangat signifikan, dimana tempat tidur

67
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Rumah Sakit di Indonesia, Edisi Pertama, Jakarta:
1975. hal. 47.
68
Obstetri-Ginekologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menangani masalah
kesehatan wanita, terutama masalah kandungan selama kehamilan.

71

Universitas Sumatera Utara


yang semula berjumlah 321 menjadi hanya 106 tempat tidur. Hal ini disebabkan

karena pada tahun-tahun 1970 hingga pertengahan tahun 1990-an, tempat tidur

disusun sangat rapat antara satu dengan lainnya. Kemudian diadakan penataan ulang

letak tempat tidur dengan memberikan jarak yang cukup antara satu tempat tidur

dengan tempat tidur lainnya.

Akreditasi rumah sakit juga berpengaruh pada jumlah tempat tidur yang

dimiliki rumah sakit ini. Pada tahun-tahun tersebut, akreditasi belum menjadi

perhatian di rumah sakit. Kemudian diadakan akreditasi rumah sakit, yang mana

Rumah Sakit Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe/kelas C dengan jumlah

tempat tidur minimal 100 tempat tidur. Selain itu, karena tempat tidur merupakan

produk-produk dari masa lalu, maka tempat tidur tersebut banyak yang sudah tidak

layak pakai dan akhirnya dibuang. Perubahan luas bangunan yang semakin bertambah

menunjukkan adanya penambahan gedung-gedung baru di rumah ini, yaitu fasilitas

untuk gedung kelas VIP. Selain itu, gedung-gedung lama juga direnovasi dengan

tetap mempertahankan bentuk aslinya. Renovasi gedung-gedung di rumah sakit

paling banyak terjadi pada masa kepemimpinan Dr. Sri Hardono.

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe/kelas C+

karena memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur, sementara untuk

rumah sakit tipe C, jumlah minimum tempat tidur adalah 100 tempat tidur. Selain itu,

pelayanan kedokteran spesialis yang dimiliki oleh rumah sakit ini juga sudah

melebihi standar pelayanan kedokteran spesialis untuk rumah sakit tipe C, yaitu

minimal 4 pelayanan kedokteran spesialis. Tipe/kelas Rumah Sakit Dr. GL Tobing

72

Universitas Sumatera Utara


ini, tidak tertutup kemungkinan nantinya akan berubah. Hal ini tergantung dari proses

akreditasi yang secara berkala dilakukan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Indonesia.

3.7.5. Jumlah Kunjungan Pasien

Keberhasilan pelayanan di rumah sakit juga dapat diukur dari tingkat

kunjungan pasien ke rumah sakit tersebut. Dari hasil penelitian wawancara dengan

beberapa informan kunci di rumah sakit ini, diperoleh informasi bahwa jumlah

kunjungan pasien cenderung menurun. Untuk skop temporal penelitian yaitu tahun

1970 hingga tahun 2000, data mengenai jumlah kunjungan pasien sudah tidak ada

lagi. Sementara untuk tahun 2000, jumlah kunjungan pasien rawat inap 2.800 orang,

untuk pasien rawat jalan 29.066 orang. Sementara untuk tahun 2001, jumlah

kunjungan pasien rawat inap 2.544 orang, untuk pasien rawat jalan 27.319 orang.69

Pada tahun 1970 hingga tahun 1980-an, jumlah tersebut bisa mencapai dua kali

lipat.70 Alasannya, karena seluruh jumlah tempat tidur terisi penuh, sebab jumlah

tempat tidur tahun 1975 saja mencapai 321 tempat tidur.

Secara umum hasil penelitian wawancara menunjukkan adanya penurunan

jumlah pasien yang datang berobat ke rumah sakit ini. Penurunan jumlah pasien yang

datang berobat ke rumah sakit ini tidak semata-mata disebabkan karena penurunan

kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing.71 Penurunan jumlah

kunjungan pasien ke rumah sakit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

daya tampung rumah sakit dan perkembangan teknologi pelayanan kesehatan.

69
Laporan Pelayanan Rumah Sakit Dr. GL Tobing Tahun 2000 dan 2001.
70
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.
71
Wawancara dengan Ibu Lince Tampubolon tanggal 29 April 2011.

73

Universitas Sumatera Utara


1. Daya Tampung Pasien di Rumah Sakit.

Tempat tidur merupakan salah satu sarana pokok yang wajib ada di sebuah

rumah sakit, terutama untuk melayani pasien rawat inap. Pada periode awal setelah

RSU Dr. GL Tobing PTPN II dinasionalisasi, jumlah tempat tidur yang ada mencapai

tiga kali lipat dari yang ada sekarang, yaitu lebih dari 300 tempat tidur. Tempat tidur

tersebut disusun sangat rapat antara satu dengan yang lain di dalam bangsal ruangan

perawatan. Setelah ada pembenahan berdasarkan standar pengelolaan rumah sakit

yang ditetapkan pemerintah, maka tata letak tempat tidur tersebut mulai diperhatikan.

Tempat tidur tersebut mulai dikurangi jumlahnya. Selain itu, tempat tidur tersebut

banyak yang tidak digunakan lagi dengan alasan tidak layak pakai karena usianya

yang sudah tua. Jumlah ini tentu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

penurunan jumlah pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit ini. Keterangan

tersebut menujukkan bahwa daya tampung rumah sakit juga mempengaruhi jumlah

pasien yang datang untuk berobat.

2. Bertambahnya Sarana Pelayanan Kesehatan Lain

Kesehatan sangat besar artinya bagi setiap orang. Untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal, maka diperlukan sarana pelayanan kesehatan. Kondisi ini

menyebabkan pertumbuhan sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit

meningkat. Dari tahun ke tahun, jumlah rumah sakit semakin bertambah dengan

beragam fasilitasnya, khususnya yang berada di daerah Tanjung Morawa maupun

daerah lain di sekitarnya.

74

Universitas Sumatera Utara


Selain jumlah rumah sakit yang bertambah, juga banyak dokter ataupun bidan

yang membuka tempat praktek sendiri secara individual yang juga melayani kegiatan

pengobatan. Di tambah lagi kemajuan teknologi di bidang pelayanan kesehatan,

memungkinkan seseorang sudah dapat memeriksakan kesehatannya atau menjalani

pengobatan di rumahnya sendiri. Kondisi ini tentunya menyebabkan penurunan

jumlah pasien yang datang berobat ke RSU Dr. GL Tobing PTPN II. Semua sarana

pelayanan kesehatan tersebut dengan beragam fasilitasnya mengakibatkan pasien

memiliki alternatif pilihan sesuai dengan yang dibutuhkannya.

75

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PERANAN RUMAH SAKIT UMUM DR. GL TOBING PTPN II

TANJUNG MORAWA

Rumah sakit sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan memiliki dua

fungsi, yakni fungsi intramural dan fungsi ekstramural. Fungsi intramural merupakan

pelayanan medis beserta semua penunjangnya untuk memberikan pelayanan

kesehatan individual, sedangkan fungsi ekstramural berupa pelayanan kesehatan

masyarakat yang dilaksanakan secara aktif di masyarakat.72 Artinya, selain perawatan

di dalam gedung rumah sakit, institusi rumah sakit juga harus melakukan pelayanan

kesehatan di masyarakat yang biasanya diwujudkan dalam bentuk penyuluhan atau

melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Rumah sakit sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan juga berperan dan
73
bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan umum sistem kesehatan nasional.

Tujuan umum sistem kesehatan nasional yaitu:

1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

2. Diperolehnya derajat kesehatan yang optimal.

3. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang bermutu.

4. Diperolehnya jaminan pelayanan di saat menderita sakit bagi masyarakat,

terutama di wilayah cakupan institusi pelayanan.

72
Benyamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 14.
73
Soedarmono Soejitno, dkk, Reformasi Perumahsakitan Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo,
2002. hal. xxiv.

76

Universitas Sumatera Utara


5. Diperolehnya jaminan penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan di saat

menderita sakit.

6. Terwujudnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan

kesehatan.

7. Terwujudnya kewajiban seluruh pihak berkepentingan untuk ikut serta dalam

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan

lingkungannya.

Untuk mewujudkan tujuan umum sistem kesehatan nasional khususnya pada

poin 1, 2 dan 3, maka rumah sakit harus menyelenggarakan upaya kesehatan seperti

yang tercantum dalam bab V pasal 10 UU. No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,

yaitu dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan termasuk ke

dalam fungsi pelayanan intramural rumah sakit, yaitu pelayanan medis di dalam

gedung rumah sakit. Sedangkan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan merupakan fungsi ekstramural rumah sakit, yaitu pelayanan kesehatan di

masyarakat di luar gedung rumah sakit.

4.1. Fungsi Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit sebagai sebuah institusi sosial pastinya memiliki peran dalam

kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat. Selain membantu dinas kesehatan

kabupaten/kota dalam kegiatan dan masalah kesehatan masyarakat yang merupakan

77

Universitas Sumatera Utara


prioritas di wilayahnya, rumah sakit secara khusus bertanggung jawab terhadap

pelayanan medis di seluruh jaringan rujukan di wilayah kabupaten/kota.74

Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa tidak hanya

sebuah lembaga atau instansi yang berdiri sendiri dan berorientasi pada aspek internal

saja, melainkan sebuah lembaga sosial yang juga harus berorientasi pada aspek

eksternalnya. Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan sebuah institusi

pelayanan sosial bagi pelayanan kesehatan milik Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yaitu PT. Perkebunan II Tanjung Morawa yang bertanggung jawab dalam

pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja yang ada di lingkungan PT. Perkebunan

Nusantara II Tanjung Morawa. Selain tanggung jawab internal tersebut, RSU Dr. GL

Tobing PTPN II juga memiliki tanggung jawab eksternal, yaitu pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat yang berada di wilayah Tanjung Morawa dan sekitarnya.

4.1.1. Pelayanan Kesehatan Internal

Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa RSU Dr. GL Tobing merupakan

institusi pelayanan kesehatan milik PT. Perkebunan Nusantara II, maka rumah sakit

ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan seluruh pekerja di lingkungan

PT. Perkebunan Nusantara II. Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara II ini terdiri

dari distrik, kebun, dan unit.

1. Distrik

PT. Perkebunan Nusantara II terdiri atas beberapa distrik, yaitu:

1. Distrik Rayon Utara

74
Ibid., hal 169.

78

Universitas Sumatera Utara


2. Distrik Rayon Tengah

3. Distrik Rayon Selatan

4. Distrik Tembakau

5. Distrik Tebu

6. Distrik Rumah Sakit

2. Kebun

PT. Perkebunan Nusantara II memiliki kebun-kebun yang terletak di beberapa

kabupaten dan provinsi, yaitu:

A. Kabupaten Deli Serdang

1. Melati (Saat ini berada di Kabupaten Serdang Bedagai)

2. Tanjung Garbus- Pagar Merbau

3. Limau Mungkur

4. Mariendal-Bekala

5. Tanjung Morawa

6. Patumbak

7. Batang Kuis

8. Bandar Klippa

9. Sampali

10. Saentis

11. Helvetia

12. Kelambir Lima

13. Klumpang

14. Bulu Cina

79

Universitas Sumatera Utara


15. Sei Semayam

16. Tandem

17. Tandem Hilir

B. Kabupaten Langkat

1. Tanjung Jati

2. Kwala Begumit

3. Kwala Bingei

4. Gohor Lama

5. Batang Serangan

6. Sawit Seberang

7. Sawit Hulu

8. Kwala Sawit

9. Air Tenang

10. Padang Brahrang

11. Bekiun

12. Tanjung Keliling

13. Maryke

14. Basilam

15. Bukit Lawang

C. Kabupaten Tapanuli Selatan

1. Barumun

D. Provinsi Papua/Irian Jaya

Kebun Prafi dan Kebun Arso.

80

Universitas Sumatera Utara


3. Unit

1. Pabrik Gula Sei Semayang

2. Pabrik Gula Kwala Madu

3. Pabrik Kelapa Sawit Kwala Sawit

4. Bengkel Pusat

5. Balai Penelitian Tembakau Deli

6. Riset/Pengembangan Tebu

RSU Dr. GL Tobing juga menjalin kerjasama dalam perawatan pasien yang

berasal dari institusi pelayanan kesehatan milik PT. Perkebunan Nusantara II lainnya,

yaitu:

1. Rumah Sakit Tembakau Deli

2. Rumah Sakit Bangkatan

3. Rumah Sakit Tanjung Selamat

4.1.2. Pelayanan Kesehatan Eksternal

Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa sebagai

institusi sosial penyedia jasa pelayanan kesehatan juga memiliki tanggung jawab

melakukan pelayanan kesehatan secara eksternal di luar lingkungan PT. Perkebunan

Nusantara II. Objek dari pelayanan kesehatan RSU Dr. GL Tobing PTPN II dalam hal

ini adalah masyarakat yang ada di wilayah Tanjung Morawa secara khusus dan

wilayah sekitarnya secara umum. Rumah sakit ini juga menerima rujukan pasien dari

puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Tanjung Morawa.

81

Universitas Sumatera Utara


RSU Dr. GL Tobing PTPN II tidak hanya melayani buruh perkebunan

maupun masyarakat umum yang secara langsung datang berobat ke rumah sakit ini.

Rumah sakit ini juga menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan sebagai

rujukan pelayanan kesehatan para pekerjanya. Banyak perusahaan yang berada di

wilayah Tanjung Morawa dan sekitarnya telah mempercayakan penanganan

kesehatan pekerjanya kepada rumah sakit ini. Beberapa perusahaan yang menjalin

kerjasama dengan RSU Dr. GL Tobing PTPN II berdasarkan data dari rumah sakit

yaitu:

1. PT. London Sumatera S.Merah

2. PT. Sama Wood

3. PT. Indofood

4. PT. Siantar Top

5. PT. Girvi Mas

6. PT. Alam Jaya

7. PT. Sosro

8. PT. Gelanggang Ria

9. PT. Setia Karya Masa Sejati

10. PT. Mechmar Jaya Medan

11. PT. Fata Husada Tanjung Morawa

12. PT. Sinar Mentari

13. PT. Inti Kimiatama Perkasa

14. PT. Mandiri Inti Buana

15. PT. Bina Nusantara Rajawali

82

Universitas Sumatera Utara


16. PT. Citra Kencana Industri

17. PT. Antara Kesuma

18. PT. Indo Kencana Satria Jaya

19. PT. Surya Mas

20. PT. Timberindo Industri

21. PT. Budi Tamora Permai

22. PT. Kreasi Kotak M

23. PT. Ajii

24. PT. Indowood

25. PT. Charoen Pokhpan

26. PT. Putra Rimba Tani

27. PT. Mahakarya Inti Buana

28. PT. Asia Sakti Wahid

29. PT. Indokarya Tri Utama

30. PT. Rimba Karya Makmur Sejahtera

31. CV. Karya Sejahtera

32. PT. Jamsostek Tanjung Morawa

33. PT. PLN

34. PT. Askes

Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang masih melanjutkan menjalin

kerjasama dengan RSU Dr. GL Tobing PTPN II, namun adapula yang tidak lagi

melanjutkan kerjasamanya. Hal ini dikarenakan semakin banyak rumah sakit maupun

pelayanan kesehatan lainnya yang bermunculan, sehingga alternatif pilihan bagi

83

Universitas Sumatera Utara


perusahaan untuk memilih tempat rujukan pelayanan kesehatan bagi para pekerjanya

semakin beragam.

RSU Dr. GL Tobing PTPN II tidak hanya menjalin kerjasama dengan

perusahaan-perusahaan lain. Sebagai sebuah institusi sosial, rumah sakit ini juga

menjalankan fungsi sosialnya dengan melayani masyarakat kurang mampu. Hal ini

sesuai dengan SK Menkes No. 378/Menkes/Per/1993 mengenai fungsi sosial rumah

sakit.75 Dalam bab II, pasal 3 SK Menkes tersebut disebutkan bahwa:

Tersedianya tempat tidur Kelas III / kelas yang paling rendah bagi masyarakat

kurang mampu/ tidak mampu dengan ketentuan:

1. Untuk rumah sakit swasta yang dimiliki oleh yayasan, perhimpunan sosial dan

rumah sakit BUMN minimal 25%

2. Untuk rumah sakit swasta yang dimiliki oleh pemilik modal minimal 10%.

4.2. Fungsi Pelayanan Masyarakat

Sebagai pusat pelayanan kesehatan sosial, rumah sakit juga memiliki fungsi

ekstramural yaitu pelayanan langsung di masyarakat. Tindak lanjut dari pelayanan ini

dapat berupa penyuluhan langsung di masyarakat atau melalui puskesmas. RSU Dr.

GL Tobing PTPN II merupakan rumah sakit BUMN, sehingga dalam pelayanannya

rumah sakit ini tidak bertanggung jawab untuk memberikan penyuluhan langsung di

puskesmas. Namun, rumah sakit ini tetap menerima rujukan dari puskesmas yang ada

di wilayah Tanjung Morawa. RSU Dr. GL Tobing PTPN II memberikan penyuluhan

maupun palayanan kesehatan di klinik atau pos kesehatan yang juga didatangi pasien

75
Ibid., hal. 172.

84

Universitas Sumatera Utara


umum yang terdapat di setiap kebun-kebun yang dimiliki oleh PT. Perkebunan

Nusantara II.

Rumah sakit memegang peranan penting dalam kegiatan penyuluhan

dibandingkan dengan lembaga swadaya masyarakat lainnya termasuk dari dinas

kesehatan sendiri. Hal ini karena rumah sakit merupakan instasi yang berada

langsung ditengah-tengah masyarakat. Beberapa alasan mengapa rumah sakit

dianggap perlu untuk melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatan yaitu:76

1. Karyawan rumah sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk

memberikan penyuluhan kesehatan, karena pasien dan keluarganya sedang

berada pada keadaan dimana mereka akan lebih memperhatikan pesan-pesan

dari penyuluhan.

2. Sistem informasi di rumah sakit akan dapat mendeteksi perubahan angka

morbiditas77 yang berkaitan dengan perubahan pola hidup dan perilaku

masyarakat setempat.

3. Karyawan rumah sakit beserta keluarganya paling cocok untuk dijadikan

panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku hidup sehat, keselamatan

dan keamanan kerja, serta kesehatan lingkungan.

4. Pesan-pesan dari rumah sakit dalam penyuluhan kesehatan memiliki bobot

yang jauh lebih besar dari instansi lain.

76
Ibid., hal. 165-166.
77
Morbiditas adalah istilah yang dipakai untuk pernyataan terkena penyakit, insiden sebuah
penyakit, jumlah kasus penyakit pada sebuah populasi.

85

Universitas Sumatera Utara


5. Sebagai pusat sumber daya untuk jaringan rujukannya, kerjasama rumah sakit

dengan fasilitas pelayanan kesehatan lain di wilayahnya dalam hal penyuluhan

atau promosi kesehatan akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.

Keterangan di atas telah menunjukkan bahwa fungsi ekstramural rumah sakit

apabila dilaksanakan akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pola hidup

sehat dan menjaga kebersihan merupakan salah satu tindakan preventif yang dapat

dilakukan masyarakat untuk dapat terhindar dari paparan penyakit.

RSU Dr. GL Tobing PTPN II tidak hanya melayani pasien dari kalangan

buruh perkebunan. Sebagai sebuah institusi sosial pelayanan kesehatan, rumah sakit

ini juga melayani masyarakat umum yang bukan buruh perkebunan. Secara

keseluruhan, dapat dilihat bahwa RSU Dr. GL Tobing PTPN II memiliki andil besar

dalam peningkatan kesehatan masyarakat yang ada di wilayah Tanjung Morawa

maupun daerah lain di sekitarnya.

86

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Rumah Sakit Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,

sehingga rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II

Tanjung Morawa. Rumah sakit ini dibangun pada tahun 1882 dengan nama Hospitaal

Te Tandjong Morawa yang kemudian oleh petinggi Senembah Maatschappij juga

dijadikan sebagai pusat studi penelitian untuk penyakit-penyakit yang mewabah di

perkebunan. Keberadaan rumah sakit ini memberikan kontribusi dalam mengurangi

angka kematian buruh perkebunan di masanya. Pada tahun 1969 rumah sakit ini

dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP II

Tanjung Morawa.

Sampai tahun 1980-an Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II

Tanjung Morawa juga terkenal akan perawatannya terhadap penyakit saluran

pernafasan yaitu TBC (Tuberculosis). Seiring dengan perubahan waktu dan

perkembangan zaman serta kemajuan teknologi, maka mulailah bermunculan rumah

sakit-rumah sakit baru di Tanjung Morawa dan daerah-daerah sekitarnya baik yang

dikelola oleh pemerintah maupun yang dikelola oleh swasta. Rumah sakit-rumah

sakit baru ini dengan segala macam fasilitasnya pada akhirnya menyebabkan

munculnya alternatif lain bagi masyarakat dalam memilih tempat untuk berobat.

87

Universitas Sumatera Utara


Dalam pelayanannya, Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung

Morawa melayani pelayanan kesehatan untuk seluruh karyawan/buruh PT.

Perkebunan Nusantara II dan sejalan dengan perkembangannya juga diperuntukkan

melayani masyarakat umum yang bukan karyawan/buruh PT. Perkebunan Nusantara

II. Pada awalnya Rumah Sakit Dr. GL Tobing mendapatkan dukungan dana untuk

kegiatan operasionalnya dari perusahaan yang membawahinya yaitu PT. Perkebunan

Nusantara II, sehingga rumah sakit ini terkesan non profit. Sekarang rumah sakit ini

diberikan kesempatan untuk membiayai sendiri kegiatan operasionalnya secara

mandiri.

Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa juga

menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan produksi untuk pelayanan

kesehatan tenaga kerjanya. Mereka dapat memperoleh pelayanan kesehatan di rumah

sakit ini dengan menggunakan kartu Askes atau Jamsostek yang mereka miliki.

Walaupun rumah sakit ini membiayai sendiri operasionalnya secara mandiri, hal ini

tidak membuat rumah sakit ini menjadi lembaga profit yang hanya mementingkan

pendapatan tanpa meningkatkan mutu pelayanannya. Rumah Sakit Dr. GL Tobing

PTP Nusantara II Tanjung Morawa tetap memperhatikan dan meningkatkan mutu

pelayanannya dengan penambahan sarana dan prasarana pelayanan serta penambahan

sub spesialis pelayanan.

88

Universitas Sumatera Utara


5.2 Saran

Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang tidak dapat diulang kembali.

Maka, perlu dilakukan perekonstruksian terhadap kehidupan manusia yang terjadi di

masa lalu. Walaupun tidak dapat lagi ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya

karena keterbatasan sumber dan skop temporal, namun setidaknya peristiwa sejarah

yang terjadi di masa lalu dapat dijadikan pelajaran di masa sekarang serta dijadikan

pedoman untuk bertindak dan mengambil keputusan di masa yang akan datang.

Setelah melakukan penelitian dan pengamatan selama beberapa waktu di Rumah

Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa, maka penulis merasa perlu

untuk menyampaikan beberapa saran yang membangun untuk kemajuan rumah sakit

ini di masa depan. Adapun saran dan masukan diberikan penulis kepada PT.

Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa dan Rumah Sakit Dr. GL Tobing.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kepada PT. Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membawahi

Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa agar lebih

memperhatikan keadaan rumah sakit ini, baik itu secara fisik maupun operasional

rumah sakit ini. Secara fisik misalnya dengan tetap mempertahankan kondisi serta

bentuk asli bangunan-bangunan lama, karena apabila direnovasi seutuhnya maka

generasi yang akan datang tidak akan dapat lagi melihat bukti sejarah peristiwa masa

lalu, sebab segala sesuatu yang ada sekarang merupakan produk hasil peristiwa masa

lalu. Selain itu juga karena bangunan-bangunan lama tersebut merupakan aset budaya

yang juga dapat menunjang sektor pariwisata. Secara operasional misalnya dengan

89

Universitas Sumatera Utara


tetap memperhatikan fasilitas yang ada di rumah sakit ini, bahkan apabila diperlukan

dapat menambah rujukan alat-alat teknologi kesehatan yang baru.

Secara khusus, dengan adanya penelitian ini diharapakan kepada pimpinan

Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa untuk dapat lebih

memperhatikan kondisi serta fasilitas kerja para staff /karyawan rumah sakit untuk

mendorong para karyawan agar semakin bersemangat dalam bekerja. Kepada

pegawai, staff/ karyawan agar menjaga kebersihan, bekerja sesuai waktu yang telah

ditentukan, serta menumbuhkan kecintaan kepada rumah sakit ini dengan menjaga

segala fasilitas serta alat-alat yang ada di dalamnya. Kepada bagian kearsipan rumah

sakit agar menyimpan semua laporan yang ada, sebab data-data tersebut kelak

diperlukan untuk riset bagi penelitian mengenai rumah sakit ini.

Kepada seluruh komponen yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP

Nusantara II Tanjung Morawa mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah untuk

selalu menjaga kekompakan dan kebersamaan yang mencerminkan sikap

kekeluargaan serta menerapakan budaya korporasi dalam bekerja untuk mencapai

hasil yang diinginkan bersama.

Secara umum agar pihak Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II

Tanjung Morawa dapat mempertahankan pencapaian yang pernah didapat bahkan

lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, sehingga

rumah sakit ini dapat menjadi yang terdepan dan tidak tertutup kemungkinan dapat

kembali menjadi pusat studi penelitian terhadap penyakit-penyakit lainnya, karena

pada masa lalu rumah sakit ini dijadikan sebagai pusat studi penelitian penyakit-

penyakit yang mewabah di perkebunan.

90

Universitas Sumatera Utara


Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah informasi baru

mengenai sejarah berdirinya, perkembangan, serta kondisi Rumah Sakit Dr. GL

Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa bagi masyarakat, pembaca maupun

sebagai referensi bagi peneliti baru yang akan mengembangkan kembali penelitian

ini. Selain itu juga, agar masyarakat bersama-sama menjaga kebersihan di lingkungan

rumah sakit ini ketika berkunjung serta menjaga kelestarian dan keberadaan rumah

sakit ini sebagai aset budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebab keberadaan

rumah sakit ini tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang sejarah bangsa

Indonesia.

91

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Bremen, Jan, Menjinakkan Sang Kuli, Politik Kolonial pada Awal Abad Ke-20,
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997.

Departemen Kesehatan RI, Standardisasi Rumah Sakit Umum Kelas C dan Kelas D,
Jakarta, 1978.

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Rumah Sakit di Indonesia, Edisi Pertama,


Jakarta: 1975.

Djojodibroto, R. Darmanto, Kiat Mengelola Rumah Sakit, Jakarta: Hipokrates, 1997.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto,


Jakarta: UI Press, 1985.

Iskandar, Dalmy, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien, Jakarta: Sinar
Grafika, 1998.

Janssen, C.W, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam: Drukkerij v/h


Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1914.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005.

________, Metodologi Sejarah (Edisi Kedua), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,
2003.

Lumenta, Benyamin, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989.

________, Pasien, Citra, Peran dan Perilaku, Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di


Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), Bandung: Alumni, 1978.

Pelzer, Karl, Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 1991.

________, Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan, Jakarta: Sinar
Harapan, 1985.

Reid, Anthony, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera


Timur, Jakarta: Sinar Harapan, 1987.

92

Universitas Sumatera Utara


Sinar, T. Luckman, Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di
Sumatera Timur, Medan: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit.

Soejitno, Soedarmono, Ali Alkatiri, Emil Ibrahim, Reformasi Perumahsakitan


Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo, 2002.

Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Terawang Press, 2001.

Trisnantoro, Laksono, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial
dan Tekanan Pasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2005.

Arsip, Laporan dan Website

Irwanto, Laporan Praktek Kerja Lapangan RS Dr. GL Tobing Tahun 1986.

Undang Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan


http://www.balitbangham.go.id/PERANGKAT%20UU%20TERKAIT/UU.%
2023.pdf

Website PTPN II,


http://ptpn2.com/content/view/21/123/

93

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Sri Yanto, S.E.


Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Wakil KTU RS Dr. GL. Tobing PTPN II

2. Nama : Laura Situmorang


Usia : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan Perawat RS Dr. GL. Tobing PTPN II

3. Nama : Lince Tampubolon


Usia : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat RS Dr. GL. Tobing PTPN II

4. Nama : Dahniar Silalahi


Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat RS Dr. GL. Tobing PTPN II

5. Nama : Darmawati Siahaan


Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat RS Dr. GL. Tobing PTPN II

94

Universitas Sumatera Utara


6. Nama : Irwanto
Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Seksi Rekam Medik RS Dr. GL. Tobing PTPN II

7. Nama : Tiaman Situmorang


Usia : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pensiunan Perawat RS Dr. GL. Tobing PTPN II

8. Nama : Sri Murti


Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di Poliklinik RS Dr. GL. Tobing PTPN II

9. Nama : Sugiarti
Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bagian Laboratorium RS Dr. GL. Tobing PTPN II

10. Nama : Rosmawati Siregar


Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bagian Apotik RS Dr. GL. Tobing PTPN II

11. Nama : Rehngena Ginting


Usia : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di UGD RS Dr. GL. Tobing PTPN II

95

Universitas Sumatera Utara


12. Nama : Edi
Usia : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Bagian Kamar Operasi

13. Nama : Rasmin Kita


Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bidan di RS Dr. GL. Tobing PTPN II

14. Nama : Syamsinar


Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di RS Dr. GL. Tobing PTPN II

15. Nama : Juriah


Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di RS Dr. GL. Tobing PTPN II

16. Nama : Suryaningsih


Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di RS Dr. GL. Tobing PTPN II

17. Nama : Sunarsih


Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di RS Dr. GL. Tobing PTPN II

96

Universitas Sumatera Utara


18. Nama : Tarsiyem
Usia : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat di RS Dr. GL. Tobing PTPN II

19. Nama : B. Simanullang


Usia : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : - (Pasien RS Dr. GL. Tobing PTPN II Tahun 1990)

97

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

1. Foto dan Gambar

98

Universitas Sumatera Utara


99

Universitas Sumatera Utara


100

Universitas Sumatera Utara


Keterangan Foto dan Gambar

1. Rumah Sakit Dr. GL Tobing (Hospitaal Te Tandjong Morawa) Tahun 1885.


Sumber:
http://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_H
ospitaal_van_de_Senembah_Maatschappij_op_de_tabaksonderneming_Tandj
ong_Morawah._TMnr_60001786.jpg

2. Pelayanan di bangsal rumah sakit.


Sumber:
http://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Z
iekenzaal_voor_vrouwen_en_kinderen_met_personeel_van_de_onderneming
_Tandjong_Morawa_te_Serdang_Oost-Sumatra._TMnr_60047725.jpg

3. Rumah Sakit Dr. GL Tobing tahun 1975


Sumber:
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Rumah Sakit di Indonesia, Edisi
Pertama, Jakarta: 1975

4. Rumah Sakit Dr. GL Tobing tahun 2010


Sumber:
Dokumentasi pribadi

5. Salah satu bangsal rumah sakit


Sumber:
Dokumentasi pribadi

6. Gedung bangsal rumah sakit


Sumber:
Dokumentasi pribadi

7. Peta Perkebunan
Sumber:
C.W. Janssen, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam: Drukkerij
v/h Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1914.

8. Peta Perkebunan
Sumber:
C.W. Janssen, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam: Drukkerij
v/h Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1914.

101

Universitas Sumatera Utara


2. Kondisi Geografis Tanjung Morawa

Tanjung Morawa atau Tandjong Morawa merupakan daerah yang terletak di

sebelah timur Deli Serdang dan terletak di ketinggian 30 meter di atas permukaan

laut. Pada garis lintang dan bujur, Tanjung Morawa terletak di 03°.30' - 11°.60'

Lintang Utara dan 98°.46' – 103°.83' Bujur Timur dengan luas wilayah ± 131,75

KM².78

Batas-batas wilayah:

Sebelah Utara : Kec. Batang Kuis dan Kec. Beringin

Sebelah Selatan : Kec. STM Hilar

Sebelah Timur : Kec. Lubuk Pakam dan Kec. Pagar Merbau

Sebelah Barat : Kec. Patumbak, Kec. Percut Sei Tuan dan Kota Medan.

Suhu udara rata-rata di daerah Tanjung Morawa adalah sekitar 23°-33°

Celcius dengan jumlah curah hujan 3-4mm per tahun. Secara keseluruhan daerah ini

dipengaruhi oleh iklim di Deli Serdang yaitu musim penghujan dan musim kemarau

karena pengaruh dua arah angin, yakni angin laut yang menurunkan hujan dan angin

pegunungan yang kering. Hal ini disebabkan karena letak Deli Serdang yang berada

di lereng Bukit Barisan yang berhawa dingin dan sering turun hujan, sedangkan di

pesisir pantai berhawa sedang.79 Daerah Tanjung Morawa juga dialiri oleh tiga sungai

besar yaitu Sungai Belumai, Sungai Batang Kuis, dan Sungai Palu Kemiri.

78
BPS Kabupaten Deli Serdang. Tanjung Morawa Dalam Angka 1997. hal 2.
79
BPS Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang Dalam Angka 1984.

102

Universitas Sumatera Utara


Saat ini di Tanjung Morawa terdapat 25 desa dan 1 kelurahan,80 yaitu:

1. Aek Pancur
2. Bandar Labuhan
3. Bangun Sari
4. Bangun Sari Baru
5. Bangun Rejo
6. Buntu Bedimbar
7. Dagang Kelambir
8. Dagang Kerawan
9. Dalu Sepuluh A
10. Dalu Sepuluh B
11. Lengau Seprang
12. Limau Manis
13. Medan Senembah
14. Naga Timbul
15. Perdamean
16. Penara Kebon
17. Punden Rejo
18. Sei Merah
19. Tanjung Baru
20. Tanjung Morawa A
21. Tanjung Morawa B
22. Tanjung Morawa Pekan
23. Tanjung Mulia
24. Telaga Sari
25. Ujung Serdang
26. Wonosari.

80
BPS Kabupaten Deli Serdang. Tanjung Morawa Dalam Angka 2008. hal 3.

103

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai