SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
Pembimbing
Skripsi Sarjana
Dikerjakan Oleh:
Pembimbing
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU
Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam bidang
Ilmu Sejarah.
Disetujui Oleh:
MEDAN
DEPARTEMEN SEJARAH
Ketua Departemen
NIP. 196409221989031001
Medan, …
Pengesahan
Diterima oleh:
Pada
Hari/Tanggal : …
Waktu :…
Dekan,
NIP. 195110131976031001
sebagai sejarah apabila di dalamnya telah terdapat tiga aspek, yaitu manusia sebagai
pelaku, tempat terjadinya, serta waktu terjadinya peristiwa tersebut. Peristiwa sejarah
terhadap kehidupan manusia yang terjadi di masa lalu melalui penelitian dengan
temporal, namun paling tidak peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu dapat
dijadikan pelajaran di masa sekarang dan dijadikan pedoman untuk bertindak di masa
lebih spesifik lagi penulis melakukan penelitian megenai institusi sosial yaitu rumah
sakit. Hasil penelitian sejarah tersebut akhirnya dituangkan dalam bentuk tulisan
skripsi dengan judul “Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II
sejarah bedirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa,
bagaimana dampak keberadaan rumah sakit ini bagi masyarakat Tanjung Morawa dan
Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak hambatan yang dialami
penulis diantaranya dalam hal pengumpulan data serta literatur pendukung lainnya.
Oleh karena itu penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam hasil
penelitian ini. Maka, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak untuk penyempurnaan hasil penelitian ini nantinya. Semoga skripsi
ini dapat menjadi bahan bacaan serta tambahan literatur bagi penelitian lanjutan
Penulis
Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, segala hormat dan
pujian syukur penulis naikkan pada Tuhan sang Juruselamat yang telah menebus
segala dosa-dosa dan yang memampukan untuk berdiri hingga saat ini. Terkhusus
untuk penyertaan serta perlindungan Tuhan selama empat tahun penulis menjalani
terima kasih yang teristimewa untuk keluarga tercinta. Kepada kedua orang tua,
Ayahanda St. J. Situmorang dan Ibunda N. Br. Manullang, untuk segala doa dan
jerih payah serta pengorbanan mulia yang diberikan selama ini, yang telah menjaga,
merawat dan mendidik secara jasmani dan rohani hingga saat ini. Terima kasih untuk
skripsi ini. Kiranya Tuhanlah yang membalaskan semua yang baik untuk semua yang
diberikan.
kebersamaan yang ada di keluarga kita. Semoga Kasih Tuhan senantiasa menyertai
keluarga kita. Kepada Abangda tercinta Jobel HB Parulian Situmorang yang telah
lebih dulu menghadap Bapa di Surga, terima kasih untuk doa, pengertian dan
perhatian yang telah diberikan semasa hidupmu. Walaupun dirimu tidak seberuntung
Tuhan menyertaimu di sana. Juga kepada seluruh keluarga besar Situmorang dan
Manullang, terima kasih untuk doa-doanya. Semoga Tuhan masih memberikan waktu
bimbingan dan arahan, serta saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
5. Ibu Dra. Nina Karina, M. SP, selaku dosen wali penulis selama perkuliahan
Utara.
10
Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum.; Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP.;
Bapak Drs. J. Fachruddin Daulay; Bapak Drs. Samsul Tarigan; Bapak Dr.
Simanjuntak, M.S.; Ibu Dra. Haswita, M.SP.; Ibu Dra. Ratna, M.S.; Ibu
Dra. Lila Pelita Hati, M.Si.; Ibu Dra. Fitriaty Harahap, S.U.; Ibu Dra.
Farida Hanum, M.SP.; Ibu Dra. Nurhamidah; Ibu Dra. S.P. Dewi Murni,
M.A.; (Alm) Bapak Drs. Indera, M.Hum; serta staf pengajar dari
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Dr.
9. Pimpinan, staf pegawai, dokter, serta perawat di Rumah Sakit Umum Dr.
10. Seluruh informan yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.
11. Konsulat Negeri Belanda di Medan Sumatera Utara, Oma Pakasy, yang
12. UKM KMK USU UP Fakultas Ilmu Budaya, tempat penulis dibina untuk
senantiasa menjadi garam dan terang dunia di manapun berada. Juga kepada
abang dan kakak rohani penulis; Febrianus, Sere Murni, Gohanna, Jelita,
Taruli.
11
14. Alumni IPA IV yang sampai sekarang masih tetap menjalin komunikasi
Terima kasih untuk semua pihak yang belum disebutkan, yang telah
memberikan perhatian dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis tidak dapat membalas secara langsung budi baik
yang telah diberikan, kiranya Tuhan memberikan yang terbaik untuk semuanya.
Yudika Situmorang
12
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yaitu PT. Perkebunan Nusantara II yang terletak
di Jl. Medan-Tanjung Morawa Km 16 Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini
dinasionalisasi pada tahun 1969 dari Senembah Maatschappij yang merupakan
maskapai perkebunan milik Kolonial.
Penelitian ini diberi judul ”Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP
Nusantara II Tanjung Morawa (1970-2000)”. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal
penelitian karena tahun tersebut merupakan tahun awal kegiatan operasional rumah
sakit ini setelah dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih
sebagai batas akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya
perubahan dalam kegiatan pelayanan yang terdapat di rumah sakit ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan sejarah berdirinya Rumah Sakit
Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa, kemudian menjelaskan perkembangan
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa Tahun 1970 hingga 2000 dan
juga menjelaskan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa
terhadap masyarakat sekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan
tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian
sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi
(penulisan dalam bentuk skripsi).
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa telah
turut serta memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan terhadap buruh
perkebunan khususnya dan masyarakat secara umum. Pelayanan kesehatan di rumah
sakit ini akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat
mengarah ke arah perbaikan atau malah sebaliknya ke arah penurunan. Walaupun
banyak rumah sakit lain bertambah dengan beragam fasilitasnya, namun rumah sakit
ini masih tetap bertahan dan tetap melaksanakan fungsinya sebagai sarana pelayanan
kesehatan.
13
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
UCAPAN TERIMA KASIH.....................................................................................iii
ABSTRAK.................................................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................4
1.3. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................5
1.4. Tinjauan Pustaka .......................................................................................6
1.5. Metode Penelitian ....................................................................................11
14
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
15
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik
BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yaitu PT. Perkebunan Nusantara II yang terletak
di Jl. Medan-Tanjung Morawa Km 16 Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini
dinasionalisasi pada tahun 1969 dari Senembah Maatschappij yang merupakan
maskapai perkebunan milik Kolonial.
Penelitian ini diberi judul ”Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP
Nusantara II Tanjung Morawa (1970-2000)”. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal
penelitian karena tahun tersebut merupakan tahun awal kegiatan operasional rumah
sakit ini setelah dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih
sebagai batas akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya
perubahan dalam kegiatan pelayanan yang terdapat di rumah sakit ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan sejarah berdirinya Rumah Sakit
Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa, kemudian menjelaskan perkembangan
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa Tahun 1970 hingga 2000 dan
juga menjelaskan peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing Tanjung Morawa
terhadap masyarakat sekitarnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan
tahapan Heuristik (pengumpulan data atau sumber informasi), Kritik (pengujian
sumber informasi), Interpretasi (penafsiran atau penyimpulan data) dan Historiografi
(penulisan dalam bentuk skripsi).
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa telah
turut serta memberikan kontribusi dalam peningkatan kesehatan terhadap buruh
perkebunan khususnya dan masyarakat secara umum. Pelayanan kesehatan di rumah
sakit ini akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat
mengarah ke arah perbaikan atau malah sebaliknya ke arah penurunan. Walaupun
banyak rumah sakit lain bertambah dengan beragam fasilitasnya, namun rumah sakit
ini masih tetap bertahan dan tetap melaksanakan fungsinya sebagai sarana pelayanan
kesehatan.
13
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
upaya kesehatan.1 Salah satu di antaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah
suatu lembaga dalam mata rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas
manusia Indonesia dan sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang
Tanjung Morawa. Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe
Kabupaten Deli Serdang. Rumah sakit ini dahulu dikenal dengan nama Rumah Sakit
1
UU No. 23 Tahun 1992 Tentang : Kesehatan, LN 1992/100; TLN NO. 3495, hal. 2.
2
Dalmy Iskandar, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien, Jakarta: Sinar Grafika,
1998, hal. 6.
3
UU No. 23 Tahun 1992, Op. Cit. hal. 1.
16
pasien dari karyawan perkebunan PTP Nusantara II, namun sekarang rumah sakit ini
telah melayani pasien umum non karyawan PTP Nusantara II. Artinya, saat ini siapa
saja diperbolehkan untuk berobat ke RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung
Morawa.
Morawa yang didirikan tahun 1882.4 Rumah sakit ini merupakan tempat pelayanan
kesehatan milik Senembah Maatschappij yang ditujukan untuk mengobati para buruh
perkebunan tembakau yang sakit. Sebab pada waktu itu, setiap perkebunan memiliki
pusat pelayanan kesehatan terhadap para buruhnya. Rumah sakit ini merupakan salah
satu rumah sakit yang cukup populer, terutama dalam hal penanganan penyakit kolera
merupakan salah satu perkebunan dengan tingkat kesehatan yang cukup tinggi.5
dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution, rumah sakit PNP-II Tanjung Morawa
Tanjung Morawa.6
4
Website PTPN II, http://ptpn2.com/content/view/21/123/ (diakses tanggal 9 Oktober 2010)
5
Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke 20, Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1997. hal. 124-126.
6
Website PTPN II, http://ptpn2.com/content/view/21/123/ (diakses tanggal 9 Oktober 2010)
17
orang-orang yang berasal dari Medan menuju Perbaungan, Tebing Tinggi, Pematang
karena faktor kelahiran atau migrasi menjadikan daerah ini berkembang pesat
menjadi daerah industri dan bukan sekedar daerah perlintasan saja. Sejalan dengan
Keberhasilan rumah sakit ini di masa lalu dalam menangani penyakit yang
Tanjung Morawa. Sejalan dengan perkembangannya rumah sakit ini turut memberi
dan sekitarnya. Walaupun saat ini banyak berdiri rumah sakit baru di Tanjung
Morawa dan sekitarnya, namun RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung
Morawa masih tetap bertahan dan tetap melakukan fungsinya sebagai sarana
mengenai sejarah berdirinya rumah sakit ini, serta untuk mengetahui bagaimana
penelitian.
Penelitian ini diberi judul Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara
II Tanjung Morawa (1970-2000). Skop temporal penelitian dimulai dari tahun 1970
sampai tahun 2000. Tahun 1970 dipilih sebagai batas awal penelitian karena tahun
18
dinasionalisasi di tahun sebelumnya yaitu 1969. Tahun 2000 dipilih sebagai batas
akhir penelitian karena pada tahun tersebut sudah dapat dilihat adanya perubahan
Peristiwa sejarah memang tidak dapat terulang kembali. Maka perlu dilakukan
sumber dan skop temporal, paling tidak peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu
dapat dijadikan pelajaran di masa sekarang dan dijadikan pedoman bertindak di masa
2. Rumusan Masalah
peranan Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa dari
tahun 1970 hingga tahun 2000. Berangkat dari latar belakang di atas maka dibuatlah
Tanjung Morawa?
19
Suatu penelitian tentunya harus memiliki tujuan dan manfaat yang dapat
memberikan informasi bagi pembaca. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Tanjung Morawa.
datang.
20
penelitian. Buku-buku yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Menjinakkan
Sang Kuli, Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke-20 karangan Jan Bremen terbitan
Pustaka Utama Grafiti tahun 1997. Dalam buku ini Jan Bremen menyebutkan
nantinya menjadi cikal bakal sejarah berdirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing Tanjung
Morawa.
kesehatan di perkebunan. Tahun 1897-1901, jumlah kematian kuli menurun dari 60,2
menjadi 45,1 per 1000 orang. Informasi ini didapatkan dari perkebunan-perkebunan
Senembah Maatschapiij yang pada saat itu adalah paling lengkap. Penyakit yang
paling banyak diderita para buruh perkebunan pada waktu itu adalah penyakit kolera
yang diakibatkan kondisi lingkungan yang buruk. Selain itu, perlakuan yang diterima
oleh para buruh, dimana makanan yang dimakan tidak sebanding dengan apa yang
telah mereka kerjakan menyebabkan mereka sangat mudah terserang penyakit. Hal ini
Penurunan jumlah kematian ini tentunya juga tidak lepas dari peran sarana
pelayanan kesehatan yang semakin membaik. Rumah sakit ini, pada saat itu menjadi
rumah sakit yang paling diminati, terutama oleh petinggi perkebunan di luar
21
kondisi dan peran Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing pada masa lalu ketika
kesehatan belakangan ini. Dimana ada ancaman yang paling menonjol bagi
kelangsungan hidup institusi publik yang menangani kesehatan sebagai salah satu
kebutuhan pokok manusia. Pertama adalah krisis kesehatan yang dipicu oleh krisis
terhadap publik. Apabila hal tersebut dibiarkan berlanjut, maka masyarakat akan
takut berobat ke rumah sakit. Masyarakat tidak mampu cenderung peka terhadap
fasilitas yang ada di rumah sakit dan profesionalitas dari tenaga kesehatan.
timbul di dalamnya, dalam buku karangan Soedarmono Soejitno, Ali Alkatiri dan
Emil Ibrahim ini juga dipaparkan langkah-langkah konkrit apa saja yang dapat
sangat membantu dalam menentukan apakah RSU Dr. GL Tobing sudah merupakan
rumah sakit yang ideal. Semua kondisi ideal rumah sakit dalam buku ini nantinya
dapat diperbandingkan dengan kondisi RSU Dr. GL Tobing pada skop temporal
22
malapraktek dalam pelayanan kesehatan dan masih ada rumah sakit yang berorientasi
komersil, itu bukanlah rumah sakit yang ideal. Buku ini juga dapat dijadikan sebagai
acuan untuk melakukan reformasi dalam institusi pelayanan kesehatan. Jika hal itu
diterapkan, maka rumah sakit dapat berfungsi dan mengemban misi sebagai
Antara Misi Sosial dan Tekanan Pasar terbitan Andi tahun 2005 menjelaskan
komponennya. Sifat rumah sakit, rencana strategis dan kepemimpinan, visi dan
strategi program termasuk isu untuk strategi pengembangan rumah sakit. Buku ini
7
Benyamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 14.
23
penyuluhan langsung.
Buku ini juga menjelaskan bagaimana seharusnya peran rumah sakit dalam
apakah Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing sudah benar-benar menjalankan perannya
sekitarnya. Karena pada umumnya fungsi rumah sakit masih belum dapat terlaksana
Dalam buku Kiat Mengelola Rumah Sakit terbitan Hipokrates tahun 1997
dijelaskan bahwa pada saat ini pelayanan rumah sakit merupakan bentuk upaya
pelayanan kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi. Artinya, suatu usaha yang bersifat
sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara
Sementara pada masa lampau rumah sakit merupakan tempat yang selalu
memberikan pertolongan kepada orang sakit yang sifatnya murni sosial dan selalu
langkah dan kiat dalam melakukan pengelolaan terhadap rumah sakit agar sasaran
dalam membangun rumah sakit dapat tercapai. Sasarannya yaitu rumah sakit yang
mampu mandiri dalam pembiayaan melalui pengelolaan langsung terhadap dana yang
24
informasi dan rekam medik, perkantoran, logistik, farmasi, pelayanan medis dan
perawatan, gizi, laundry, sanitasi, keselamatan kerja, keamanan, pemasaran, dan yang
terakhir pengawasan dan evaluasi. Dari keterangan ini nantinya akan dapat diketahui
apakah pelayanan RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa bersifat
25
dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu cara yang dipakai dalam
melakukan penelitian sejarah.8 Dalam metode sejarah ada empat tahapan yang harus
mendukung objek yang diteliti baik berupa tulisan atupun lisan. Pada tahapan ini,
Perpustakaan Deli Serdang, Arsip Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing serta BPS
Sumatera Utara dan BPS Deli Serdang dan koleksi pribadi. Penelitian lapangan telah
yang bekerja di RSU Dr. GL Tobing serta masyarakat untuk memperoleh informasi
yang telah diperoleh baik sumber lisan atau sumber tulisan. Walaupun banyak sumber
yang ditemukan, tentu tidak semuanya digunakan, maka yang harus dilakukan adalah
8
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 2005, hal. 64.
26
dilakukan yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern dipergunakan untuk
menilai kelayakan data, apakah data dapat dipercaya atau tidak, sedangkan kritik
objektif dan ilmiah dari peneliti sendiri yang diperoleh setelah menganalisa data-data
keterangan dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dirangkai menjadi suatu kajian
atau kisah yang menarik untuk dibaca dengan tetap memperhatikan aspek kronologis,
yaitu mulai dari sejarah berdirinya Rumah Sakit Dr. GL Tobing, perkembangan
Rumah Sakit Dr. GL Tobing, hingga peran atau dampaknya bagi masyarakat Tanjung
Morawa dan sekitarnya. Historiografi ini merupakan tahap akhir dari penelitian
9
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1985,
hal. 43-44.
27
Daerah Sumatera Timur merupakan daerah dataran rendah yang sangat luas.
Luas seluruh daerah Sumatera Timur adalah 31.715 km persegi.10 Banyak sungai-
sungai yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang sungai itu, terutama di muara
sungai ditumbuhi pohon nipah dan bakau yang lebat. Sungai yang berhulu di Dataran
Tinggi Karo dan Simalungun tersebut membawa sisa-sisa debu halus, pasir, serta
tanah gembur. Endapan Lumpur yang dibawa sungai-sungai tersebut luasnya rata-rata
sekitar 30 Km.11 Hal ini menyebabkan daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke
Selat Malaka. Tanah-tanah di sepanjang Pantai Timur Sumatera ini menjadi lahan
Hingga pertengahan abad ke-19 Sumatera Timur dihuni oleh kelompok etnis
Melayu, Batak Karo, dan Simalungun. Mereka inilah yang disebut penduduk asli
Sumatera Timur.12 Etnis Melayu sendiri menempati sepanjang pesisir pantai Timur
Sumatera mulai dari perbatasan Aceh (Tamiang) sampai ke Siak. Sesuatu yang khas
lain yang saling menguntungkan tanpa harus mengorbankan identitas mereka. Hal
10
Karl J. Pelzer, Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan, Jakarta: Sinar
Harapan, 1985. hal. 31.
11
Ibid., hal. 34.
12
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di Sumatera Timur,
Jakarta: Sinar Harapan, 1987. hal. 87.
28
Sumatera. Orang Batak Karo menempati dataran tinggi Karo yang tidak mengenal
Orang Simalungun ada yang menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan ada
Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Kualoh, Bilah, Panai, Kota Pinang, Indrapura,
Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suku Dua, Pelalawan, Bedagai, Padang dan
Senggigi, Lima Urung Deli, Sinembah, Sunggal, Percut, dan Hamparan Perak. Di
Purba, Raya, Pane, Siantar, dan Tanah Jawa. Di daerah Tanah Karo terdapat Sibayak
yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kerajaan. Sibayak itu adalah Sibayak
13
Memelayukan diri adalah meninggalkan identitas kesukuan asli dan masuk menjadi etnis
melayu. Untuk dapat menjadi etnis Melayu, seseorang cukup beragama Islam dan mengikuti adat
resam budaya Melayu.
14
Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Terawang Press, 2001. hal.
15-17.
15
Ibid., hal. 18.
29
Belanda bernama Jacobus Nienhuys pada tahun 1864. Hal ini tidak terlepas dari peran
Said Abdullah bin Umar Bilsagih16 yang mengajak pedagang Belanda di Jawa untuk
membeli dan menanam tembakau di Deli.17 Pada bulan Juli tahun 1963 datanglah
pedagang tembakau dari Jawa termasuk Jacobus Nienhuys dengan kapal Josephine
dari Firma Van Leeuwen en Mainz & Co ke Kuala Deli.18 Mereka mendapat kontrak
mengalami kegagalan karena masalah gaji buruh yang sangat tinggi. Pada akhirnya
modal dari Tuan Van Den Arend.19 Jacobus Nienhuys memulai usaha barunya di
Martubung dengan jumlah pekerja 120 orang buruh Tionghoa dari Penang dan 23
orang Melayu.20 Tembakau yang ditanam di Deli ini ternyata memiliki prospek yang
baik.
16
Said Abdullah adalah putera seorang pedagang kaya dari Arab yang tinggal di Surabaya.
Hidupnya boros dan senang akan petualangan. Tahun 1863, Abdullah berlayar dengan tujuan
Singapura-Siak-Kalkuta, namun dalam pelayaran kapalnya diterjang badai dan terdampar di dekat
pantai Deli. Akhirnya dia dinikahkan dengan saudara perempuan Sultan Deli dan menjadi salah
seorang keluarga Sultan. Lihat: Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas
Tanah di Sumatera Timur (Tahun 1800-1975), (Bandung: Alumni, 1978), hal. 36, Lihat juga: T.
Luckman Sinar Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, (Medan:
tanpa penerbit, tanpa tahun terbit), hal. 206.
17
T. Luckman Sinar Basarshah II, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera
Timur, Medan: tanpa penerbit, tanpa tahun terbit. hal. 206.
18
Ibid., hal. 207
19
Ibid.
20
Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-hak Suku Melayu Atas Tanah di Sumatera
Timur (Tahun 1800-1975), Bandung: Alumni, 1978. hal. 38.
30
Deli sangat memuaskan karena kualitas daun yang baik dan daya bakar yang juga
perkongsian antara C.W. Janssen, P.W. Clemen dan Jacobus Nienhuys, bernama Deli
Maatschappij yang semakin diperkuat oleh kehadiran J.T. Cremer dengan kuli-kuli
Langkat dan satu di Serdang. Tahun 1874-1884 terjadi penambahan perkebunan yang
Van Der Sluis membuka perkebunan di Perbaungan dan Tuan Naeher dan Grob
membuka kebun di Tanjong Morawa Kiri, Petumbak, Sei Bahasa dan Tadukan
Raga.23
persiapan lahan dan banyak kebun tembakau didirikan. Setelah berdirinya Deli
Maatschappij, pada tahun 1875 berdiri pula perusahaan Deli Batavia Maatschappij,
Tabak Maatschappij Arendburg tahun 1877 dan Senembah Maatschappij pada tahun
1889, serta banyak perusahaan tembakau lainnya. Sampai tahun 1889, tercatat telah
21
T. Luckman Sinar Basarshah II, Op.Cit, hal. 210.
22
Mahadi, Op.Cit, hal. 39.
23
T. Luckman Sinar Basarshah II, Op.Cit, hal. 311-312.
31
perkebunan yang berada pada tanah-tanah yang baik, yaitu tanah-tanah yang terletak
di antara dua sungai besar, yaitu Sungai Ular (Serdang) dan Sungai Wampu
(Langkat). Di luar kawasan itu, satu persatu perusahaan gulung tikar dan mengalihkan
usahanya pada budidaya lainnya, seperti karet karena tanahnya tidak cocok untuk
tanaman tembakau.
perkebunan yang dimiliki oleh Firma Naeher & Grob. Maskapai ini memiliki kebun
yang ada di Tanjung Morawa, Tanjung Morawa Kiri, Sei Bahasa, Batang Kuis,
Maatschappij masih dibantu oleh Deli Maatschappij dalam hal pembiayaan dan
Firma Naeher & Grob merupakan usaha bersama dua orang asing, yaitu
Hermann Naeher, seorang pedagang di Sicilie yang berkebangsaan Beier dan Karl
24
Ibid., hal. 315.
32
tahun 1871 mereka mendapat kontrak tanah dari Serdang seluas 7588 bahu26. Tahun
1876 lahan mereka ditambah dengan sebidang tanah yang terletak di Deli, kemudian
pada tahun 1886 semakin meluas ke gunung-gunung dan ke pantai, sehingga luas
Letak kebun-kebun Naeher & Grob yang kebanyakan berada di tepi sungai
sungai yang baik untuk dilayari. Di muara sungai Belumai terdapat kebun-kebun
nipah yang juga mereka manfaatkan untuk keperluan atap bagi gudang-gudang
tembakau mereka.
Kemajuan Firma Naeher & Grob ini disebabkan karena tanah-tanah yang
mereka miliki menghasilakan daun-daun tembakau yang besar, berat dan berwarna
gelap yang pada waktu itu lebih disukai oleh orang-orang Eropa. Kondisi inilah yang
menyebabkan Firma Naeher & Grob mengalami kemajuan yang pesat. Namun hal ini
tidak berlangsung lama, sebab sekitar tahun 1887 terjadi perubahan selera pada
orang-orang Eropa. Selera mereka berubah menjadi lebih menyukai tembakau yang
berwarna cerah.28
25
C.W. Janssen, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam:Drukkerij v/h Roeloffzen-
Hübner en Van Santen, 1914. hal. 1.
26
Istilah aslinya adalah bouws yaitu satuan seluas 7096,50 M²
27
Ibid.
28
Ibid., hal. 8.
33
produksi tembakau yang berat dan besar, sehingga pada tahun itu terjadi penurunan
harga tembakau. Harga yang buruk ini cukup membuat Firma Naeher & Grob
mengalami kerugian yang besar. Kesehatan Karl Furchtegott Grob yang pada waktu
itu yang juga sedang tidak baik mengakibatkan Naeher & Grob berniat untuk menjual
mereka pada Perseroan Terbatas yang mereka bentuk sendiri dengan harga yang telah
mereka sepakati. Naeher & Grob menerima saran tersebut, maka berdasarkan izin
kerajaan tanggal 30 September 1889 resmilah seluruh kebun milik Naeher & Grob
menjadi milik Senembah Maatschappij dengan Jacobus Nienhuys dan C.W. Janssen
ragu akan perkembangan maskapai ini. Hal ini disebabkan karena perubahan selera
orang-orang Eropa terhadap tembakau dan kondisi cuaca yang buruk pada tahun-
masih mendapat bantuan dana dari Deli Maatschappij. Namun, setelah beberapa
tahun berlalu, hasil yang diperoleh dari Senembah Maatschappij jauh melebihi apa
yang diharapkan oleh para pendirinya. Sebab, walaupun tanah-tanah yang dimiliki
oleh Senembah Maatschappij tidak sama dan bahkan ada yang berada di bawah mutu
29
Ibid., hal. 9.
34
Pada tahun awal berdirinya Senembah Maatschappij yaitu tahun 1889 luas
tanah yang dimiliki oleh maskapai ini seluas 31.563 bahu. Tahun 1897 luas tanah
40.340 terletak di Serdang dan sisanya 10.654 bahu berada di Deli.31 Penambahan
tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, tidak lagi menjadi ancaman berarti bagi
maskapai ini. Cadangan dana yang mereka miliki membuat Senembah Maatschappij
Faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi adalah tenaga kerja.
Tenaga kerja untuk proses produksi tanaman perkebunan dikenal dengan istilah kuli
dimana setelah satu kali proses produksi tembakau, maka lahan tersebut ditinggalkan
30
Ibid.
31
Ibid.
35
Hal ini disebabkan karena apabila setelah selesai satu kali masa produksi tembakau,
lahan tersebut langsung ditanami kembali, maka hasil produksinya tidak akan baik.
dilakukan setiap tahun. Pembukaan lahan baru ini tidaklah mudah, sebab areal yang
mereka akan kerjakan adalah hutan dan rawa-rawa, sementara alat berupa mesin tidak
ada, sehingga pekerjaan itu hanya dilakukan oleh tangan dan alat seadanya. Dengan
alat yang seadanya, sementara medan yang dikerjakan cukup sulit dan berbahaya
menjadikan pekerjaan membuka lahan merupakan pekerjaan yang paling berat yang
Dalam sekali proses produksi, satu tahun dibagi menjadi dua periode kerja
yaitu masa ladang yang berlangsung selama delapan bulan lebih dan sisanya adalah
masa lumbung.32 Pekerjaan untuk membuka dan menyiapkan ladang dilakukan oleh
orang-orang Jawa, India dan para pekerja di sekitar perkebunan. Pekerjaan mereka
pengeringan tembakau dan membangun barak untuk tempat tinggal para kuli.33
Tempat tinggal para kuli yang berupa barak di bangun berjajar atau
dapur umum untuk tempat memasak makanan para kuli perkebunan. Sisa-sisa
sampah dan air yang tergenang menambah kotor dan baunya lingkungan tempat
32
Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal Abad Ke 20. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1997. hal. 106.
33
Ibid.
36
berupa lubang-lubang terbuka yang dibuat tak jauh dari perumahan membuat
Sesuai peraturan yang ditetapkan ordonansi kuli, waktu kerja para kuli adalah
sepuluh jam sehari. Namun, dalam kenyataanya mereka bekerja lebih dari sepuluh
jam sehari. Ladang yang biasanya cukup jauh dari barak tempat mereka tinggal,
membuat mereka harus datang lebih awal karena mereka harus tiba tepat waktu
sesuai dengan yang telah disepakati. Kerja harian dengan sistem borong
mengakibatkan mereka tidak boleh pulang sebelum pekerjaan mereka selesai. Mereka
perkebunan telah selesai mereka kerjakan. Kondisi ini kadang menyebabkan mereka
bekerja satu atau dua jam lebih lama dari aturan yang telah ditetapkan oleh ordonansi
Kerja para buruh yang seperti ini tidak dibarengi dengan upah yang memadai,
sehingga kehidupan para buruh semakin sulit. Kondisi ini semakin diperparah dengan
tidak mencukupinya asupan gizi yang mereka terima. Jan Bremen mengungkapkan
bahwa tuan kebun cenderung memperdaya para kuli dengan tidak memberikan
kebebasan kepada kuli untuk membelanjakan upah mereka yang memang sudah
rendah tersebut. Banyak perkebunan yang menggaji kulinya sebagian dengan uang
buatan sendiri berupa kertas bon atau keping logam yang hanya dapat dibelanjakan di
34
Ibid., hal. 121.
37
makanan mereka sendiri. Gaji yang diterima dua kali sebulan dihabiskan para kuli
untuk kebutuhan yang paling pokok saja yaitu makan pagi dan malam yang hanya
terdiri dari nasi saja. Karena panjangnya waktu mereka bekerja, mereka tidak lagi
memiliki waktu untuk menanam sendiri sayur-sayuran atau padi. Pada masa-masa
awal berdirinya perkebunan, para kuli masih memiliki waktu senggang untuk
bercocok tanam ala kadarnya. Kalaupun para kuli masih ingin bercocok tanam,
mereka akan kehilangan tenaga untuk bekerja di perkebunan. Kondisi seperti ini
bahkan ketika perkebunan ini masih dikelola langsung oleh Naeher & Grob.35 Pada
awal berkembangnya perusahaan perkebunan, tenaga kesehatan yang ada adalah juru
rawat dan peracik obat yang berasal dari India-Inggris yang didatangkan dari
jumlah dokter-dokter Eropa di Deli sudah mencapai dua belas orang, mereka bertugas
melayani 700 orang Eropa dan puluhan ribu kuli perkebunan.37 Senembah
Morawa bernama Hospitaal Te Tandjong Morawa dan dikepalai oleh seorang dokter
35
C.W. Janssen, Op.Cit, hal. 7-8.
36
Jan Bremen, Op.Cit.
37
Ibid.
38
Keadaan tempat tinggal para kuli perkebunan yang kotor serta kondisi
pekerjaan berat yang mereka terima, sementara asupan gizi tidak mencukupi tentunya
membuat mereka mudah terserang berbagai penyakit. Dalam bukunya yang berjudul
pekerja di perkebunan yang mati karena penyakit yang mewabah. Musim panas dan
musim hujan yang berkepanjangan silih berganti tak menentu ditambah buruknya
makanan menyebabkan munculnya penyakit beri- beri, kolera dan disentri. Selain tiga
penyakit ini, penyakit anemia dan malaria juga banyak memakan korban. Walaupun
sudah ada tempat pelayanan kesehatan di sana, namun pelayanannya masih buruk dan
cenderung tidak maksimal. Kondisi yang tidak maksimal ini tampak dari masih
adanya petinggi perkebunan orang Eropa yang mati ketika dalam masa perawatan,
padahal rumah sakit ini memprioritaskan petinggi perkebunan yakni orang Eropa
untuk dilayani.
Buruknya perawatan di rumah sakit juga nampak dari tidak adanya fasilitas
bahkan yang paling sederhana sekalipun yang seharusnya ada di setiap rumah sakit.
Tidak ada tempat mencuci, tempat buang air besar dan kecil, pispot untuk malam
hari, lampu untuk penerangan malam hari dan juga air minum.39 Kondisi ini
38
C.W. Janssen, Op.Cit, hal. 41.
39
Jan Bremen, Op.Cit. hal. 129.
39
yang sakit dapat dirawat di sana. Namun ketika dalam perjalanan ke sana, ada orang
perkebunan. Dr. Schuffner memulai penelitiannya dengan mencari tahu apa hubungan
kesehatan yang buruk dengan keadaan wilayah setempat. Dengan dibantu Dr.
kesehatan tropis. Dia telah dapat menemukan apa penyebab penyakit anemia, beri-
Kondisi kesehatan para buruh mulai diperhatikan dan pelayanan kesehatan di rumah
sakit juga semakin ditingkatkan. Tahun 1897-1901, jumlah kematian kuli menurun
dari 60,2 menjadi 45,1 per 1000 orang.41 Menurut Jan Bremen, angka ini masih
sebelum kedatangan Dr. Schuffner. C.W. Janssen juga mengatakan dalam bukunya
40
C.W. Janssen, Op.Cit, hal. 43.
41
Jan Bremen, Op.Cit. hal 125.
40
Tanjung Morawa yang bergabung dengan rumah sakit Deli Maatschappij. Yayasan
ini dibiayai oleh Deli Maatschappij, Senembah Maatschappij dan Medan Tabak yang
bersedia untuk melayani seluruh koloni dalam hal memberi petunjuk di bidang
harapan bahwa di masa depan semakin banyak ilmuwan muda yang ambil bagian
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, maka pihak kolonial meyerahkan
kekuasaanya kepada Indonesia. Namun pihak kolonial tidak menyerah sampai di situ.
terjadinya revolusi sosial tahun 1946, dimana banyak bangsawan kerajaan yang
Belanda di Indonesia. Tujuannya, selain sebagai alat politik untuk merebut kembali
41
Undang tersebut juga mengatur ganti rugi bagi pemilik lama untuk mencari
penyelesaian hukum di pengadilan Indonesia jika ganti rugi yang ditawarkan tidak
memuaskan.43
Dari sekitar 76 perkebunan tanaman umur panjang yang ada di Sumatera Utara
perkebunan teh dan empat perkebunan sisal serta tanaman berserat lainnya.45
Nomor 14 tahun 1968 berganti nama menjadi PNP IX. Sementara Senembah
42
Karl Pelzer, Sengketa Agraria Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1991. hal. 215-216.
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ibid.
42
(Persero) PT. Perkebunan IX. Sementara PNP II berganti nama menjadi Perusahaan
tahun 1975.46
bidang usaha Pertanian dan Perkebunan yang didirikan dengan Akte Notaris GHS
Akte Notaris No. 54 tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman
dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah
diumumkan dalam Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan
No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan
46
Arsip PTPN II Tanjung Morawa; PP No 7 Tahun 1996, Tentang Peleburan Perusahaan
Perseroan (Persero) PTP II dan PTP IX menjadi PTPN II.
47
Website PTPN II, http://ptpn2.com/ (diakses tanggal 9 Oktober).
43
September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT Perkebunan
tertanggal 11 Maret 1996. Akte pendirian ini kemudian disyahkan oleh Menteri
tahun 1969 yang dikeluarkan Direktur Utama MD. Nasution, rumah sakit PNP-II
Tanjung Morawa disahkan menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PT
48
Website PTPN II, http://ptpn2.com/ (diakses tanggal 9 Oktober).
44
rumah sakit yang berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yaitu PT. Perkebunan Nusantara II (Persero). Seperti yang telah dibahas di bab
sebelumnya, bahwa rumah sakit ini berdiri pada tahun 1882 dengan nama awal
Naeher dan Grob. Karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi Hermann Naeher
dan Karl Furchtegott Grob untuk meneruskan usaha perkebunan mereka, maka
Maatschappij.
bangsa Indonesia. Namun usaha tersebut tidaklah mudah, sebab pihak asing, terutama
pihak kolonial masih ingin menguasai apa yang telah mereka bangun sebelumnya.
Pada tangal 13 September 1950, oleh Bapak Jendral Maraden Panggabean, rumah
sakit ini berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. GL Tobing.49 Kemudian pada tahun
49
Informasi dari Bapak Irwanto (Seksi Rekam Medik RSU Dr.GL Tobing PTPN II) dalam
Laporan Praktek Kerja Lapangan RS Dr.GL Tobing tahun 1986.
45
Perkebunan MD. Nasution, rumah sakit PNP-II Tanjung Morawa disahkan secara
resmi menjadi Rumah Sakit Dr. Gerhard Lumban Tobing PNP II Tanjung Morawa.
Dr. GL Tobing merupakan nama seorang dokter dari rumah sakit di daerah
Tebing Tinggi. Menjelang tahun 1950, terjadi konflik di daerah Tanjung Morawa,
tepatnya di dekat jembatan sungai Belumai yang berada di sebelah rumah sakit ini.
Ketika konflik terjadi, Dr. GL Tobing tertembak, kemudian dibawa ke rumah sakit ini
meninggal di rumah sakit ini.50 Orang-orang di sekitar rumah sakit mulai menyebut
rumah sakit ini dengan rumah sakit tempat dokter tersebut meninggal.
semua aset Kolonial harus dialihkan atas nama kepemilikan bangsa Indonesia. Karena
nama Dr. GL Tobing mewakili identitas salah satu etnis di Sumatera Utara maka
namanya mulai sering dipakai untuk menyebut nama rumah sakit yang dimiliki oleh
perkebunan ini. Puncaknya pada tahun 1969, secara resmi rumah sakit ini
Rumah Sakit Dr. GL Tobing berada di daerah Tanjung Morawa dan berfungsi
untuk melayani pegawai serta buruh PT. Perkebunan Nusantara II, sehingga rumah
sakit ini disebut Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa.
50
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.
46
tahun 2000, rumah sakit ini kembali menambah predikat namanya menjadi Rumah
Sakit Umum Dr. GL Tobing PT. Perkebunan II Tanjung Morawa.51 Hal ini dilakukan
karena pengembangan pelayanan yang ada. Selain itu, hal ini dilakukan sebagai
bentuk sosialisasi bagi masyarakat bahwa rumah sakit ini tidak hanya melayani
dari masa lalu. Jika ditinjau dari sudut pandang sejarah, maka akan terlihat bahwa
sistem manajemen rumah sakit bergantung pada kebijakan politik yang dikeluarkan
pemerintah dari masa ke masa. Perubahan sasaran pelayanan rumah sakit berdasarkan
kebijakan politik dapat ditelusuri sejak masa kolonial. Tujuan pemerintah kolonial
Belanda pada awalnya mendirikan rumah sakit adalah untuk keperluan tentara,
bertujuan untuk menyehatkan tenaga manusia agar mampu bekerja dengan baik
Pada akhir abad XX, politik balas budi pemerintah kolonial Belanda dan
51
Wawancara dengan Bapak Sri Yanto, SE (Wakil KTU RSU Dr.GL Tobing PTPN II) pada
tanggal 31 Maret 2011.
52
Laksono Trisnantoro, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial dan
Tekanan Pasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2005. hal. 11.
47
Hingga saat ini rumah sakit keagamaan Kristen dan rumah sakit milik pemerintah
kolonial Belanda masih berdiri, walaupun sebagian sudah berubah menjadi rumah
sakit milik pemerintah. Dalam kegiatan operasionalnya, rumah sakit pada masa
kolonial mendapat subsidi dari pemerintah kolonial sebagai bentuk balas jasa dari
keagamaan Kristen mendapat bantuan dari donatur mereka di Eropa yang bertujuan
Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa rumah sakit pada masa lalu
cenderung bersifat non profit, yaitu tidak berorientasi pada pemasukan untuk
mendanai kegiatannya. Demikian pula yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Dr. GL
Tobing PTPN II Tanjung Morawa. Ketika masih dipegang oleh kolonial, rumah sakit
ini bertujuan untuk mengobati para buruh perkebunan yang sakit, mengingat pada
masa itu banyak korban meninggal akibat penyakit yang mewabah di perkebunan.
Seiring berjalannya waktu, Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II beralih
Kondisi ini bukan berarti bahwa RSU Dr. GL Tobing PTPN II telah berubah
menjadi institusi yang berfokus pada pendapatan (money oriented). Rumah sakit ini
masih tetap menjadi institusi sosial yang bertujuan menjadi rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan secara tepat guna, inovatif dan efisien dengan didukung oleh
53
Ibid.
48
Adapun Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung
Morawa. yaitu:
54
Visi dan Misi RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa.
49
Setiap perusahaan atau badan usaha, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah
cerminan pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang serta posisi setiap
perencanaan, dana yang mencukupi, tersedianya alat dan bahan, organisasi tersebut
tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan secara efisien dan efektif apabila tidak
dirinya sendiri dan orang lain agar mau bekerja dengan mencapai tujuan.
dikepalai oleh seorang Kepala Rumah Sakit. Dalam hal ini kepala rumah sakit
bertindak sebagai pimpinan tertinggi di rumah sakit yang mengatur segala kegiatan
yang ada di rumah sakit. Struktur organisasi beserta tanggung jawab dan wewenang
yang ada di RSU Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa adalah sebagai
berikut:
manajemen resiko serta aktifitas Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara
II Tanjung Morawa.
50
yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa,
- Bidang Pelayanan
Pada periode tahun 1970 hingga tahun 2000, masa jabatan seorang dokter
sebagai kepala rumah sakit tidak ditentukan. Sedangkan setelah tahun 2000, masa
jabatan seorang dokter sebagai kepala rumah sakit adalah selama tiga tahun. Adapun
dokter yang pernah menjabat sebagai dokter kepala di rumah sakit ini pada periode
B. Bidang Pelayanan
51
3. Bertanggung jawab atas unit rawat jalan pasien, rawat inap pasien dan Unit
Gawat Darurat.
jaringannya.
dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai pengobatan, rumah bersalin, optik,
11. Pemberian perijinan bagi dokter, dokter gigi, bidan, perawat, balai
* Seksi Keperawatan
52
* Unit Farmasi
* Unit Laboratorium
* Unit Radiologi
* Unit Fisioterapi
* Unit Ambulance
2. Mengantar semua surat korespondensi, surat dan fax yang masuk maupun
53
* Seksi Personalia
* Seksi Diklat
* Seksi Sekretariat
* Seksi Pengadaan
* Seksi Inventaris/Pemeliharaan
* Seksi Kasir
54
* Seksi Upah/Gaji
* Seksi Utang/Piutang
* Seksi Aktiva
* Seksi Finek
* Seksi Persediaan
* Seksi Transportasi/EAP.
* Seksi Pemasaran
* Seksi Kehumasan
sebuah rumah sakit tentunya memiliki sarana dan fasilitas pelayanan yang memadai.
Sarana dan Fasilitas pelayanan yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Dr. GL
Unit Gawat Darurat (Emergency Room) merupakan satu bagian di rumah sakit
yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit maupun
cedera, yang dapat mengancam nyawanya. Unit Gawat Darurat juga merupakan
ujung tombak dari sebuah rumah sakit, dimana pasien-pasien yang datang dalam
55
Tanjung Morawa didukung oleh dokter umum serta perawat yang terlatih. Unit
Gawat Darurat di rumah sakit ini juga dilayani oleh seorang dokter residen senior
dalam bidang anestesiologi55 dan didukung oleh dokter konsultan. Selain itu, Unit
Gawat Darurat di rumah sakit ini juga dilengkapi dengan peralatan life saving
(penyelamatan nyawa) seperti ventilator portable (alat bantu nafas) dan defibrilator
Unit Rawat Intensif atau Intensif Care Unit (ICU) merupakan sebuah fasilitas
di rumah sakit yang menyediakan penanganan medis yang lebih intensif. Ruang Unit
Rawat Intensif didukung oleh tenaga ahli dan dilengkapi dengan peralatan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien yang terancam jiwanya oleh kegagalan
/disfungsi suatu organ tubuh akibat penyakit, bencana atau komplikasi yang masih
ada harapan hidupnya. Unit Rawat Intensif selama 24 jam di RSU Dr. GL Tobing
dan didukung oleh dokter konsultan perawatan intensif serta dibantu oleh tim perawat
yang mahir dan berpengalaman. Unit ini dilengkapi dengan peralatan canggih
termasuk ventilator.
55
Anestesiologi merupakan kegiatan pelayanan di rumah sakit yang berhubungan dengan
pembedahan.
56
Kamar bedah merupakan sebuah ruangan di rumah sakit yang melayani segala
tindakan pembedahan selama 24 jam, dengan didukung oleh dokter spesialis dan sub
spesialis bedah, dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter anestesi, serta
perawat kamar bedah yang terlatih. RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa
memiliki empat kamar bedah, tiga digunakan untuk operasi besar, dan satu digunakan
untuk operasi kecil. Kamar bedah di rumah sakit ini dilengkapi dengan peralatan
dalam kamar bedah terdapat c-arm yaitu alat x-ray yang memungkinkan ahli bedah
melihat posisi tulang atau alat bantu dalam kandung kemih maupun kantong empedu
Kamar bersalin merupakan ruangan untuk melayani pasien yang akan bersalin
atau sesudah tindakan kebidanan dan kandungan. RSU Dr. GL Tobing PTPN II
Tanjung Morawa memiliki kamar bersalin dengan peralatan yang lengkap, serta
didukung oleh dokter spesialis kandungan serta bidan yang profesional. Rumah sakit
ini juga memiliki kamar bayi yang di dalamnya terdapat fasilitas seperti tempat tidur
56
Bedah Endoskopi (Laparoskopi) adalah teknik bedah mutakhir untuk pembedahan spesifik,
biasanya dikerjakan pada batu empedu (kolesistektomi), usus buntu (apendektomi), operasi sinus
(FESS), persendian (artroskopi), operasi saluran kencing dan prostat (TUR, RPG, sistoskopi), serta
pemotongan usus (reseksi usus). Dalam bidang kandungan dan kebidanan, endoskopi dapat digunakan
pada pengangkatan kista (kistektomi), kehamilan di luar kandungan (KET), kasus endometriosis
(bercak bercak yang tumbuh di luar rahim), serta ligasi tuba (salah satu cara Keluarga Berencana).
Keunggulan bedah endoskopi ini adalah sayatan yang kecil serta masa perawatan yang singkat,
sehingga lebih nyaman bagi pasien.
57
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit dan biasanya disebut ruang rawat inap.
Ruangan ini pada masa lalu sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak
orang sekaligus. Seiring permintaan kebutuhan pasien, saat ini banyak kamar rawat
inap di rumah sakit yang sudah sangat mirip dengan kamar-kamar di hotel. RSU Dr.
GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa memiliki kamar rawat inap yang terbagi atas
beberapa kelas sesuai dengan fasilitas yang ada di dalamnya serta kamar isolasi steril
Kamar rawat inap yang ada di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung
Morawa:
1. Kelas I (VIP)
Kamar rawat inap kelas I disebut dengan kamar VIP, dimana satu ruangan
hanya terdiri dari satu tempat tidur. Kamar ini biasanya dipakai untuk merawat
2. Kelas II
Kamar rawat inap kelas II memiliki tempat tidur maksimal lima tempat tidur.57
57
Wawancara dengan Ibu Lince Tampubolon tanggal 29 April 2011.
58
Kamar rawat inap kelas III merupakan ruangan berupa bangsal dengan banyak
3.4.6 Poliklinik
kesehatan kepada pasien untuk menjalani prosedur diagnostik serta pengobatan tanpa
rawat jalan. Kegiatan perawatan di poliklinik juga sebagai pintu pertama untuk
menentukan apakah pasien perlu di rawat inap atau tidak serta perlu dirujuk ke tempat
pelayanan kesehatan lain atau tidak. RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa
1. Poliklinik Umum
2. Poliklinik Gigi
ditetapkan.
59
1. Mikrobiologi
tinja, darah, dahak dan peralatan medis yang mungkin terinfeksi. Objek
2. Hematologi
Kegiatan ini merupakan pemeriksaan terhadap darah dan plasma dari pasien
3. Toksikologi
58
Anamnesa merupakan kegiatan tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi pasien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
60
4. Parasitologi
5. Imunologi
namun sejalan dengan kemajuan teknologi modern, rumah sakit ini melakukan
3.4.8 Apotik
oleh pasien. RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa memiliki apotik yang
melayani pembelian obat kepada pasien selama 24 jam dalam sehari. Apabila obat
yang diperlukan pasien tidak terdapat di apotik yang rumah sakit, maka pasien dapat
61
Umum dan E untuk Rumah Sakit Khusus.59 Pembagian ini didasarkan terhadap jenis
dan tingkat pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan jaringan pelayanan
kesehatan masyarakat.
pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesialis. Rumah sakit umum kelas A terletak
sakit ini sering disebut sebagai rumah sakit pusat dan pada umumnya digunakan
sebagai rumah sakit pendidikan. Rumah sakit kelas B merupakan rumah sakit yang
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan sub spesialis yang masih
terbatas. Terletak di daerah provinsi yang juga melayani rujukan dari rumah sakit di
kabupaten.
kelas D umumnya hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah
sakit kelas C dan D menerima rujukan pelayanan dari puskesmas yang ada di
sekitarnya. Selain itu, rumah sakit kelas C dan D merupakan rumah sakit yang
59
Depkes RI, Standardisasi Rumah Sakit Umum Kelas C dan Kelas D, Jakarta, 1978. hal. 1.
62
Rumah sakit kelas E merupakan rumah sakit khusus yang hanya menyediakan satu
jenis pelayanan kesehatan saja, misalnya penyakit kusta, paru, jantung, serta ibu dan
anak.
umum dan spesialis. Untuk menunjang kegiatan pelayanannya terutama rawat jalan
dan rawat inap, rumah sakit ini memiliki tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur.
Rumah Sakit Umum Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe/kelas C+ karena
memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 106 buah, sementara untuk rumah sakit tipe
C, jumlah minimum tempat tidur adalah 100 buah. Selain itu, pelayanan yang
kedokteran spesialis yang dimiliki oleh rumah sakit ini juga sudah melebihi standar
pelayanan kedokteran spesialis untuk rumah sakit tipe C, yaitu minimal 4 pelayanan
kedokteran spesialis.
Pelayanan medis yang ada di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa
yaitu:
63
peduli dan terpusat kepada harapan dan kebutuhan pelanggan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, yakni pelayanan kesehatan yang bermutu, maka diperlukan tenaga kerja
sebagai penyedia jasa bagi pelayanan tersebut. Di rumah sakit terdapat tiga kelompok
prakarya.60
1. Kelompok Profesional.
Morawa yaitu: dokter umum dan dokter spesialis, perawat, apoteker dan asisten
apoteker, laboratorium, penata rontgen, penata Gizi, penata anastesi dan penata
60
R. Darmanto Djojodibroto, Kiat Mengelola Rumah Sakit, Jakarta: Hipokrates, 1997. hal. 55.
64
mendapat gaji setiap bulan.61 Rumah sakit juga menggunakan jasa dokter
bekerja di rumah sakit lain dan bukan pegawai di RSU Dr. GL Tobing.
2. Kelompok Manajerial
sakit. Tenaga kerja yang tergolong kelompok manajerial di RSU Dr. GL Tobing
PTPN II Tanjung Morawa yaitu: kepala bagian pelayanan dari direksi PTPN II,
staf administrasi seperti bagian SDM, bagian keuangan dan pemasaran serta
tenaga struktural lainnya. Hingga tahun 1986 jumlah staf yang ada di rumah sakit
3. Kelompok Prakarya
administrasi. Di RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa tenaga kerja ini
disebut pegawai rendah, seperti tukang cuci (laundry), tukang masak, supir, dan
disebut buruh harian lepas. Hingga tahun 1986 jumlah pegawai rendah yang ada
di rumah sakit ini sebanyak 50 orang yang terdiri dari 24 orang pria dan 26 orang
61
Informasi dari Bapak Irwanto (Seksi Rekam Medik RSU Dr.GL Tobing PTPN II) dalam
Laporan Praktek Kerja Lapangan RS Dr.GL Tobing tahun 1986.
62
Ibid.
65
Tobing PTPN II Tanjung Morawa hingga tahun 2000 jumlahnya berkurang. Hal
tersebut disebabkan karena beberapa dari mereka ada yang telah habis masa kerjanya.
Selain itu, penyesuaian jumlah tenaga kerja terhadap jumlah pasien telah
menyebabkan pihak rumah sakit lebih selektif dalam hal perekrutan tenaga kerja
dengan alasan kesejahteraan para pekerja tersebut juga harus diperhatikan. Pihak
rumah sakit juga mengahargai jasa para tenaga kerja yang telah berstatus pegawai
tetap dengan memberikan tunjangan hidup walaupun masa kerjanya telah berakhir.
kesehatan yang bermutu, maka setiap tenaga kerja yang ada di rumah sakit harus
mematuhi disiplin kerja yang telah ditentukan untuk masing-masing bagian. Disiplin
kerja yang ditetapkan oleh RSU Dr. GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa yaitu:
3. Malam, hanya dipekerjakan selama enam jam kerja, dan selebihnya dihitung
sebagai premi.
63
Ibid.
66
yaitu dokter dan perawat. Untuk pekerjaan lainnya seperti administrasi, radiologi,
laboratorium hanya dilakukan siang hari. Para pekerja juga diberikan keringanan
kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan ini melibatkan beberapa pihak yaitu dokter
sebagai orang yang merawat dan pasien sebagai orang yang dirawat. Jadi pelayanan
di rumah sakit merupakan pelayanan yang tidak hanya melibatkan satu pihak saja.
Hal ini menyebabkan pelayanan di rumah sakit terus menerus mengalami perubahan.
dari pasien. Selain itu, kebijakan dari pemerintah yang berkuasa atau orang yang
rumah sakit tersebut berubah ke arah yang lebih baik, atau malah sebaliknya berubah
ke arah penurunan. Demikian pula halnya yang terjadi di RSU Dr. GL Tobing PTPN
II Tanjung Morawa. Rumah sakit ini terus menerus mengalami perubahan sesuai
dengan situasi yang terjadi pada masanya. Pada awal berdirinya, rumah sakit
ditujukan untuk melayani para petinggi perkebunan pihak kolonial, termasuk orang-
berubah dari yang semula hanya melayani para pekerja menjadi turut melayani
67
terjadi di RSU Dr. GL Tobing PTPN II dari tahun 1970 hingga tahun 2000.
Tahun 1970 merupakan tahun awal bagi rumah sakit ini menggunakan nama
beberapa sebutan, diantaranya rumah sakit Senembah, rumah sakit Maskapai, dan
rumah sakit kebun.64 Sekitar tahun 1970-an, rumah sakit ini cukup terkenal akan
tersebut, rumah sakit di Tanjung Morawa belum sebanyak pada masa sekarang.
Kondisi ini menyebabkan nama rumah sakit ini semakin populer bahkan hingga ke
penyakit TBC yang datang ke rumah sakit ini. Kondisi pasien-pasien penderita
penyakit TBC tersebut membaik setelah menjalani perawatan di rumah sakit ini.
Kondisi ini berlangsung terus sehingga pada akhirnya predikat sebagai rumah sakit
dengan penanganan paling baik bagi penderita TBC pun melekat pada rumah sakit
ini.
64
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.
65
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan dahak atau menghirup
titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis.
68
sudah mulai membaik. Hal ini disebabkan karena gencarnya pemerintah dalam
tindakan preventif dari masyarakat membuat mereka dapat menjaga diri sendiri dari
Rumah Sakit Dr. GL Tobing berada langsung di bawah naungan Direksi PT.
Perkebunan II, sehingga segala kegiatan pelayanannya diatur oleh dewan direksi yang
ada di PT. Perkebuanan II. Dalam mejalankan kegiatan pelayanannya, Rumah Sakit
Dr. GL Tobing mendapat dukungan dana dari PT. Perkebunan II. Dukungan dana ini
mengakibatkan rumah sakit ini tidak berfokus untuk mendapatkan keuntungan yang
tinggi dari hasil pelayaannya. Dengan demikian, pihak rumah sakit dapat berfokus
mandiri. Kondisi ini pada akhirnya menuntut perubahan sistem manajemen yang ada
69
terdapat di dalamnya. Maka, rumah sakit mulai memasuki sistem mekanisme pasar.
Namun hal ini tidak mengakibatkan Rumah Sakit Dr. GL Tobing menjadi terfokus
pembantu ini sering disebut perawat/bidan. Sampai tahun 1988, Rumah Sakit Dr. GL
dan pelatihan.66 Para calon perawat tersebut dididik dan dilatih untuk terampil dalam
menangani pasien. Ketika dalam masa studi, para perawat tersebut berpraktek
langsung di Rumah Sakit Dr. GL Tobing. Kegiatan ini dilakukan agar mereka
Rumah Sakit Dr. GL Tobing, atau rumah sakit lain yang ada dalam lingkungan PT.
Perkebunan Nusantara II, Seperti Rumah Sakit Tembakau Deli, Rumah Sakit
PT.Perkebunan Nusantara II, sebagian dari mereka ada yang ditempatkan di rumah
66
Wawancara dengan Ibu Laura Situmorang (Mantan Kepala Asrama Sekolah Perawat di
Rumah Sakit Dr. GL Tobing), tanggal 28 April 2011.
70
Rumah Sakit Dr. GL Tobing tidak lagi membuka tempat pendidikan bagi perawat.
tenaga perawat dari sekolah-sekolah tinggi keperawatan lain yang berada di bawah
ditentukan oleh sarana dan fasilitas pelayanan yang dimiliki. Pada tahun 1975,
Rumah Sakit Dr. GL Tobing memiliki tenaga dokter sebanyak 4 orang. Dokter-dokter
tersebut terdiri dari 3 dokter umum dan satu dokter spesialis paru-paru, serta memiliki
tenaga keperawatan dan kebidanan sebanyak 49 orang. Jumlah luas bangunan rumah
sakit secara keseluruhan seluas 6.940 m² dan memiliki tempat tidur sebanyak 321
GL Tobing. Luas areal bangunan yang dahulu 6.940 m², kini sudah bertambah
menjadi 9.540 m², dengan jumlah tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur. Dari data
tersebut terlihat jelas sebuah perubahan yang sangat signifikan, dimana tempat tidur
67
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Rumah Sakit di Indonesia, Edisi Pertama, Jakarta:
1975. hal. 47.
68
Obstetri-Ginekologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang menangani masalah
kesehatan wanita, terutama masalah kandungan selama kehamilan.
71
karena pada tahun-tahun 1970 hingga pertengahan tahun 1990-an, tempat tidur
disusun sangat rapat antara satu dengan lainnya. Kemudian diadakan penataan ulang
letak tempat tidur dengan memberikan jarak yang cukup antara satu tempat tidur
Akreditasi rumah sakit juga berpengaruh pada jumlah tempat tidur yang
dimiliki rumah sakit ini. Pada tahun-tahun tersebut, akreditasi belum menjadi
perhatian di rumah sakit. Kemudian diadakan akreditasi rumah sakit, yang mana
Rumah Sakit Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe/kelas C dengan jumlah
tempat tidur minimal 100 tempat tidur. Selain itu, karena tempat tidur merupakan
produk-produk dari masa lalu, maka tempat tidur tersebut banyak yang sudah tidak
layak pakai dan akhirnya dibuang. Perubahan luas bangunan yang semakin bertambah
untuk gedung kelas VIP. Selain itu, gedung-gedung lama juga direnovasi dengan
karena memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur, sementara untuk
rumah sakit tipe C, jumlah minimum tempat tidur adalah 100 tempat tidur. Selain itu,
pelayanan kedokteran spesialis yang dimiliki oleh rumah sakit ini juga sudah
melebihi standar pelayanan kedokteran spesialis untuk rumah sakit tipe C, yaitu
72
akreditasi yang secara berkala dilakukan oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Indonesia.
kunjungan pasien ke rumah sakit tersebut. Dari hasil penelitian wawancara dengan
beberapa informan kunci di rumah sakit ini, diperoleh informasi bahwa jumlah
kunjungan pasien cenderung menurun. Untuk skop temporal penelitian yaitu tahun
1970 hingga tahun 2000, data mengenai jumlah kunjungan pasien sudah tidak ada
lagi. Sementara untuk tahun 2000, jumlah kunjungan pasien rawat inap 2.800 orang,
untuk pasien rawat jalan 29.066 orang. Sementara untuk tahun 2001, jumlah
kunjungan pasien rawat inap 2.544 orang, untuk pasien rawat jalan 27.319 orang.69
Pada tahun 1970 hingga tahun 1980-an, jumlah tersebut bisa mencapai dua kali
lipat.70 Alasannya, karena seluruh jumlah tempat tidur terisi penuh, sebab jumlah
jumlah pasien yang datang berobat ke rumah sakit ini. Penurunan jumlah pasien yang
datang berobat ke rumah sakit ini tidak semata-mata disebabkan karena penurunan
kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing.71 Penurunan jumlah
kunjungan pasien ke rumah sakit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
69
Laporan Pelayanan Rumah Sakit Dr. GL Tobing Tahun 2000 dan 2001.
70
Wawancara dengan Ibu Tiaman Situmorang, tanggal 15 Januari 2011.
71
Wawancara dengan Ibu Lince Tampubolon tanggal 29 April 2011.
73
Tempat tidur merupakan salah satu sarana pokok yang wajib ada di sebuah
rumah sakit, terutama untuk melayani pasien rawat inap. Pada periode awal setelah
RSU Dr. GL Tobing PTPN II dinasionalisasi, jumlah tempat tidur yang ada mencapai
tiga kali lipat dari yang ada sekarang, yaitu lebih dari 300 tempat tidur. Tempat tidur
tersebut disusun sangat rapat antara satu dengan yang lain di dalam bangsal ruangan
yang ditetapkan pemerintah, maka tata letak tempat tidur tersebut mulai diperhatikan.
Tempat tidur tersebut mulai dikurangi jumlahnya. Selain itu, tempat tidur tersebut
banyak yang tidak digunakan lagi dengan alasan tidak layak pakai karena usianya
yang sudah tua. Jumlah ini tentu menjadi salah satu faktor yang menyebabkan
penurunan jumlah pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit ini. Keterangan
tersebut menujukkan bahwa daya tampung rumah sakit juga mempengaruhi jumlah
Kesehatan sangat besar artinya bagi setiap orang. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal, maka diperlukan sarana pelayanan kesehatan. Kondisi ini
meningkat. Dari tahun ke tahun, jumlah rumah sakit semakin bertambah dengan
74
yang membuka tempat praktek sendiri secara individual yang juga melayani kegiatan
jumlah pasien yang datang berobat ke RSU Dr. GL Tobing PTPN II. Semua sarana
75
TANJUNG MORAWA
fungsi, yakni fungsi intramural dan fungsi ekstramural. Fungsi intramural merupakan
di dalam gedung rumah sakit, institusi rumah sakit juga harus melakukan pelayanan
Rumah sakit sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan juga berperan dan
73
bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan umum sistem kesehatan nasional.
72
Benyamin Lumenta, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 14.
73
Soedarmono Soejitno, dkk, Reformasi Perumahsakitan Indonesia, Jakarta: PT. Grasindo,
2002. hal. xxiv.
76
menderita sakit.
kesehatan.
lingkungannya.
poin 1, 2 dan 3, maka rumah sakit harus menyelenggarakan upaya kesehatan seperti
yang tercantum dalam bab V pasal 10 UU. No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
dalam fungsi pelayanan intramural rumah sakit, yaitu pelayanan medis di dalam
Rumah sakit sebagai sebuah institusi sosial pastinya memiliki peran dalam
77
Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa tidak hanya
sebuah lembaga atau instansi yang berdiri sendiri dan berorientasi pada aspek internal
saja, melainkan sebuah lembaga sosial yang juga harus berorientasi pada aspek
pelayanan sosial bagi pelayanan kesehatan milik Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yaitu PT. Perkebunan II Tanjung Morawa yang bertanggung jawab dalam
pelayanan kesehatan bagi seluruh pekerja yang ada di lingkungan PT. Perkebunan
Nusantara II Tanjung Morawa. Selain tanggung jawab internal tersebut, RSU Dr. GL
Tobing PTPN II juga memiliki tanggung jawab eksternal, yaitu pelayanan kesehatan
institusi pelayanan kesehatan milik PT. Perkebunan Nusantara II, maka rumah sakit
PT. Perkebunan Nusantara II. Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara II ini terdiri
1. Distrik
74
Ibid., hal 169.
78
4. Distrik Tembakau
5. Distrik Tebu
2. Kebun
3. Limau Mungkur
4. Mariendal-Bekala
5. Tanjung Morawa
6. Patumbak
7. Batang Kuis
8. Bandar Klippa
9. Sampali
10. Saentis
11. Helvetia
13. Klumpang
79
16. Tandem
B. Kabupaten Langkat
1. Tanjung Jati
2. Kwala Begumit
3. Kwala Bingei
4. Gohor Lama
5. Batang Serangan
6. Sawit Seberang
7. Sawit Hulu
8. Kwala Sawit
9. Air Tenang
11. Bekiun
13. Maryke
14. Basilam
1. Barumun
80
4. Bengkel Pusat
6. Riset/Pengembangan Tebu
RSU Dr. GL Tobing juga menjalin kerjasama dalam perawatan pasien yang
berasal dari institusi pelayanan kesehatan milik PT. Perkebunan Nusantara II lainnya,
yaitu:
institusi sosial penyedia jasa pelayanan kesehatan juga memiliki tanggung jawab
Nusantara II. Objek dari pelayanan kesehatan RSU Dr. GL Tobing PTPN II dalam hal
ini adalah masyarakat yang ada di wilayah Tanjung Morawa secara khusus dan
wilayah sekitarnya secara umum. Rumah sakit ini juga menerima rujukan pasien dari
81
maupun masyarakat umum yang secara langsung datang berobat ke rumah sakit ini.
Rumah sakit ini juga menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan sebagai
kesehatan pekerjanya kepada rumah sakit ini. Beberapa perusahaan yang menjalin
kerjasama dengan RSU Dr. GL Tobing PTPN II berdasarkan data dari rumah sakit
yaitu:
3. PT. Indofood
7. PT. Sosro
82
kerjasama dengan RSU Dr. GL Tobing PTPN II, namun adapula yang tidak lagi
melanjutkan kerjasamanya. Hal ini dikarenakan semakin banyak rumah sakit maupun
83
semakin beragam.
perusahaan-perusahaan lain. Sebagai sebuah institusi sosial, rumah sakit ini juga
menjalankan fungsi sosialnya dengan melayani masyarakat kurang mampu. Hal ini
Tersedianya tempat tidur Kelas III / kelas yang paling rendah bagi masyarakat
1. Untuk rumah sakit swasta yang dimiliki oleh yayasan, perhimpunan sosial dan
2. Untuk rumah sakit swasta yang dimiliki oleh pemilik modal minimal 10%.
Sebagai pusat pelayanan kesehatan sosial, rumah sakit juga memiliki fungsi
ekstramural yaitu pelayanan langsung di masyarakat. Tindak lanjut dari pelayanan ini
dapat berupa penyuluhan langsung di masyarakat atau melalui puskesmas. RSU Dr.
rumah sakit ini tidak bertanggung jawab untuk memberikan penyuluhan langsung di
puskesmas. Namun, rumah sakit ini tetap menerima rujukan dari puskesmas yang ada
maupun palayanan kesehatan di klinik atau pos kesehatan yang juga didatangi pasien
75
Ibid., hal. 172.
84
Nusantara II.
kesehatan sendiri. Hal ini karena rumah sakit merupakan instasi yang berada
1. Karyawan rumah sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk
dari penyuluhan.
masyarakat setempat.
panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku hidup sehat, keselamatan
76
Ibid., hal. 165-166.
77
Morbiditas adalah istilah yang dipakai untuk pernyataan terkena penyakit, insiden sebuah
penyakit, jumlah kasus penyakit pada sebuah populasi.
85
atau promosi kesehatan akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.
sehat dan menjaga kebersihan merupakan salah satu tindakan preventif yang dapat
RSU Dr. GL Tobing PTPN II tidak hanya melayani pasien dari kalangan
buruh perkebunan. Sebagai sebuah institusi sosial pelayanan kesehatan, rumah sakit
ini juga melayani masyarakat umum yang bukan buruh perkebunan. Secara
keseluruhan, dapat dilihat bahwa RSU Dr. GL Tobing PTPN II memiliki andil besar
86
5.1 Kesimpulan
Rumah Sakit Dr. GL Tobing merupakan rumah sakit tipe C+ milik Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa,
sehingga rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II
Tanjung Morawa. Rumah sakit ini dibangun pada tahun 1882 dengan nama Hospitaal
angka kematian buruh perkebunan di masanya. Pada tahun 1969 rumah sakit ini
dinasionalisasi dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP II
Tanjung Morawa.
sakit-rumah sakit baru di Tanjung Morawa dan daerah-daerah sekitarnya baik yang
dikelola oleh pemerintah maupun yang dikelola oleh swasta. Rumah sakit-rumah
sakit baru ini dengan segala macam fasilitasnya pada akhirnya menyebabkan
munculnya alternatif lain bagi masyarakat dalam memilih tempat untuk berobat.
87
II. Pada awalnya Rumah Sakit Dr. GL Tobing mendapatkan dukungan dana untuk
Nusantara II, sehingga rumah sakit ini terkesan non profit. Sekarang rumah sakit ini
mandiri.
sakit ini dengan menggunakan kartu Askes atau Jamsostek yang mereka miliki.
Walaupun rumah sakit ini membiayai sendiri operasionalnya secara mandiri, hal ini
tidak membuat rumah sakit ini menjadi lembaga profit yang hanya mementingkan
88
masa lalu. Walaupun tidak dapat lagi ditampilkan atau direkonstruksikan seutuhnya
karena keterbatasan sumber dan skop temporal, namun setidaknya peristiwa sejarah
yang terjadi di masa lalu dapat dijadikan pelajaran di masa sekarang serta dijadikan
pedoman untuk bertindak dan mengambil keputusan di masa yang akan datang.
Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa, maka penulis merasa perlu
untuk menyampaikan beberapa saran yang membangun untuk kemajuan rumah sakit
ini di masa depan. Adapun saran dan masukan diberikan penulis kepada PT.
II Tanjung Morawa selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membawahi
Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa agar lebih
memperhatikan keadaan rumah sakit ini, baik itu secara fisik maupun operasional
rumah sakit ini. Secara fisik misalnya dengan tetap mempertahankan kondisi serta
generasi yang akan datang tidak akan dapat lagi melihat bukti sejarah peristiwa masa
lalu, sebab segala sesuatu yang ada sekarang merupakan produk hasil peristiwa masa
lalu. Selain itu juga karena bangunan-bangunan lama tersebut merupakan aset budaya
yang juga dapat menunjang sektor pariwisata. Secara operasional misalnya dengan
89
Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II Tanjung Morawa untuk dapat lebih
memperhatikan kondisi serta fasilitas kerja para staff /karyawan rumah sakit untuk
pegawai, staff/ karyawan agar menjaga kebersihan, bekerja sesuai waktu yang telah
ditentukan, serta menumbuhkan kecintaan kepada rumah sakit ini dengan menjaga
segala fasilitas serta alat-alat yang ada di dalamnya. Kepada bagian kearsipan rumah
sakit agar menyimpan semua laporan yang ada, sebab data-data tersebut kelak
Kepada seluruh komponen yang ada di Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP
Nusantara II Tanjung Morawa mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah untuk
Secara umum agar pihak Rumah Sakit Dr. GL Tobing PTP Nusantara II
rumah sakit ini dapat menjadi yang terdepan dan tidak tertutup kemungkinan dapat
pada masa lalu rumah sakit ini dijadikan sebagai pusat studi penelitian penyakit-
90
sebagai referensi bagi peneliti baru yang akan mengembangkan kembali penelitian
ini. Selain itu juga, agar masyarakat bersama-sama menjaga kebersihan di lingkungan
rumah sakit ini ketika berkunjung serta menjaga kelestarian dan keberadaan rumah
sakit ini sebagai aset budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebab keberadaan
rumah sakit ini tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang sejarah bangsa
Indonesia.
91
Bremen, Jan, Menjinakkan Sang Kuli, Politik Kolonial pada Awal Abad Ke-20,
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997.
Departemen Kesehatan RI, Standardisasi Rumah Sakit Umum Kelas C dan Kelas D,
Jakarta, 1978.
Iskandar, Dalmy, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan Dan Pasien, Jakarta: Sinar
Grafika, 1998.
________, Metodologi Sejarah (Edisi Kedua), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,
2003.
Lumenta, Benyamin, Hospital, Citra, Peran dan Fungsi, Yogyakarta: Kanisius, 1989.
________, Toen Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan, Jakarta: Sinar
Harapan, 1985.
92
Trisnantoro, Laksono, Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial
dan Tekanan Pasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2005.
93
94
9. Nama : Sugiarti
Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Bagian Laboratorium RS Dr. GL. Tobing PTPN II
95
96
97
98
7. Peta Perkebunan
Sumber:
C.W. Janssen, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam: Drukkerij
v/h Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1914.
8. Peta Perkebunan
Sumber:
C.W. Janssen, Senembah Maatschappij 1889-1914, Amsterdam: Drukkerij
v/h Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1914.
101
sebelah timur Deli Serdang dan terletak di ketinggian 30 meter di atas permukaan
laut. Pada garis lintang dan bujur, Tanjung Morawa terletak di 03°.30' - 11°.60'
Lintang Utara dan 98°.46' – 103°.83' Bujur Timur dengan luas wilayah ± 131,75
KM².78
Batas-batas wilayah:
Sebelah Barat : Kec. Patumbak, Kec. Percut Sei Tuan dan Kota Medan.
Celcius dengan jumlah curah hujan 3-4mm per tahun. Secara keseluruhan daerah ini
dipengaruhi oleh iklim di Deli Serdang yaitu musim penghujan dan musim kemarau
karena pengaruh dua arah angin, yakni angin laut yang menurunkan hujan dan angin
pegunungan yang kering. Hal ini disebabkan karena letak Deli Serdang yang berada
di lereng Bukit Barisan yang berhawa dingin dan sering turun hujan, sedangkan di
pesisir pantai berhawa sedang.79 Daerah Tanjung Morawa juga dialiri oleh tiga sungai
besar yaitu Sungai Belumai, Sungai Batang Kuis, dan Sungai Palu Kemiri.
78
BPS Kabupaten Deli Serdang. Tanjung Morawa Dalam Angka 1997. hal 2.
79
BPS Kabupaten Deli Serdang. Deli Serdang Dalam Angka 1984.
102
1. Aek Pancur
2. Bandar Labuhan
3. Bangun Sari
4. Bangun Sari Baru
5. Bangun Rejo
6. Buntu Bedimbar
7. Dagang Kelambir
8. Dagang Kerawan
9. Dalu Sepuluh A
10. Dalu Sepuluh B
11. Lengau Seprang
12. Limau Manis
13. Medan Senembah
14. Naga Timbul
15. Perdamean
16. Penara Kebon
17. Punden Rejo
18. Sei Merah
19. Tanjung Baru
20. Tanjung Morawa A
21. Tanjung Morawa B
22. Tanjung Morawa Pekan
23. Tanjung Mulia
24. Telaga Sari
25. Ujung Serdang
26. Wonosari.
80
BPS Kabupaten Deli Serdang. Tanjung Morawa Dalam Angka 2008. hal 3.
103