Anda di halaman 1dari 114

AKTIVITAS HARIAN DAN PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus wurmbii, TIEDEMANN 1808) DENGAN TINGKAT UMUR

BERBEDA DI STASIUN PENELITIAN ORANGUTAN TUANAN, KALIMANTAN TENGAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh : Angga Prathama Putra 103095029753

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H

AKTIVITAS HARIAN DAN PERILAKU MAKAN ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus wurmbii. TIEDEMANN 1808) DENGAN TINGKAT UMUR BERBEDA DI STASIUN PENELITIAN ORANGUTAN TUANAN, KALIMANTAN TENGAH Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: Angga Prathama Putra 103095029753

Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II

DR. Sri Suci Utami Atmoko

Firman, M.Si

Mengetahui, Ketua Program Studi Biologi

DR. Lily Surayya EP, M.Stud.Env NIP. 150 375 182

PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul Aktivitas Harian Dan Perilaku Makan Anak Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii, TIEDEMANN, 1808) Dengan Tingkat Umur Berbeda Di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan (SPOUT), Kalimantan Tengah, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Biologi. Jakarta, 19 Februari 2008

Tim Penguji, Penguji I Penguji II

DR. Lily Surayya EP, M.Stud.Env NIP. 150 375 182

Megga Ratnasari Pikoli, M.Si NIP. 150 321 567

Mengetahui, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Biologi

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 150 317 956

DR. Lily Surayya EP, M.Stud.Env NIP. 150 375 182

PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 19 Februari 2008

Angga Prathama Putra 103095029753

Abstrak Angga Prathama Putra. Aktivitas Harian Dan Perilaku Makan Anak Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii, TIEDEMANN, 1808) Dengan Tingkat Umur Berbeda Di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan (SPOUT), Kalimantan Tengah. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains Dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Februari 2098 Hutan rawa gambut Tuanan merupakan salah satu habitat orangutan liar, namun terjadi perubahan tipe hutan dari tipe primer ke tipe sekunder akibat logging. Kondisi hutan yang demikian mengakibatkan fluktuasi pada buah, akhirnya orangutan harus merubah perilaku makannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi aktivitas harian dan perilaku makan (jenis pakan, jarak makan, kecepatan makan, teknik makan) anak orangutan liar dengan tingkat umur berbeda di SPOUT, Kalimantan Tengah. Metode yang digumnakan adalah Focal Animal Sampling dan Ad Libitum, pencatatan data dilakukan setiap dua menit di mulai dari focal bangun tidur sampai tidur kembali disarang sore. Analisis data dilakukan deskriptif dan non parametric, yaitu Uji Kruskal-Wallis untuk pengujian aktivitas harian dan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda, untuk mengetahui perbedaan antar focal dilakukan Uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan pemanfaatan aktivitas harian dan perilaku makan anak dengan tingkat umur berbeda. Proses pembelajaran yang dilakukan anak terhadap induk dapat terlihat dari pemanfaatan jenis pakan, jarak makan anak, kecepatan makan dan teknik makan. Anak yang memasuki masa remaja cenderung lebih pandai dibandingkan anak dan bayi. Kata kunci : orangutan kalimantan, aktivitas harian, perilaku makan, SPOT.

Abstrack Angga Prathama Putra, Days Activities and Eat Behaviour of Child Orangutan (Pongo Pygmaeus wurmbii, TIDEMANN, 1808) with Level Age is Different in Station Observation Orangutan Tuanan (SPOT), Central Kalimantan. Skripsi. Program study of Biology. Faculty of Sains and Technology. State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta. February 2008. Forest peatland swamp of Tuanan is one of habitat wild orangutan, but haven change forest type from primer type to secunderPP because logging. Condition this forest result in fluctuation at fruits, in the end orangutan must change his eat behaviour. This observation purposeed to can days activities information and eat behaviour (kind of eat, range of eat, speed of eat, and technik to eat) child wild orangutan with level age is different in SPOT, Central Kalimantan. The mothode is using Focal Animal Sampling and Ad Libitum, data noted every two minute with start from focal is wake up until sleep again in afternoon nest. Analysis of data is descriftive and nonparametric, is Test of Kriskal-Wallis to test days activities and kind of eat child with level age is different, to know different between focal do Mann-Withney test. Based of analysis result, there is different use of days activities and eat behaviour child with level age is different. Child make do learning procces to mother can see from using kind of eat , range of eat, speed of eat and technic to eat. Child goes into adolescent more clever than child and baby.

Keyword : orangutan kalimantan, daily activity, feeding behaviour, SPOT

LEMBAR PERSEMBAHAN

Peradaban sirna senyap tertelan waktu Indahnya bumi bagian dari rimba Ilusi yakinkan lautan berwarna biru Tanpa partikel saling menolak setiap kutub bumi Hilang, tersembunyi nyanyian alam di pagi hari, tergantikan bising besi Putaran detik yang terlangkah adalah tujuan hidup Alamku yakin mereka penentu suksesi berikutnya Ujungkan benihmu pada gunung, hamparkan di pesisir untaian pohon Kepada kau penerus bangsa langkahmu bukan pengekor, ragamu bukan provokator, wajahmu bukan takdir pelapor Hijaukan lisanmu sebagai pelopor perubahan bangsa Jadikan pendengaranmu pemikir pembaharu negeri Tanpa lelah untuk berproses Jadikan hari ini kenyataan Kemarin tutp kenangan dan esok langkah menuju impian dan cita-cita

Untuk mu.. Orangtua dan keluarga besarku Setiap orang-orang yang selalu menyayangiku di setiap detik tanpa terakhiri penantiannya atas doa, cinta dan motivasi Sang delapan sebelas nol tujuh

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji penulis lisankan kehadirat Ilahi Robbi dengan mengucapkan puji bagi-NYA yang Maha memiliki segala ilmu didunia ini maka terbagikan sebagian ilmu-NYA untuk umat yang mencari-NYA, dengan selalu mengucapkan nama-NYA maka umatnya dijauhkan dari bahaya dan

didekatkannya pada kesehatan, teriring selalu ingat kepada-NYA dan dilisankan dalam tulisan ini kata-kata yang baik, serta ditambahkan nikmat dunia dan akhirat untuk semua umat yang selalu ingat untuk mensyukuri nikmat dari-NYA dan dengan lafadz syukur yang selalu terucap dijauhkan umatnya dari kesusahan dari duka dan bencana. Syukur alhamdullilah ku haturkan pada ALLAH SWT, berkat rahmat, hidayah dan rezeki yang terpancarkan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Aktivitas harian dan perilaku makan anak orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii, TIEDEMANN, 1808 ) dengan tingkat umur berbeda di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan, Kalimantan Tengah, untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syahid Jakarta. Penulisan ini tak terlepas dari dukungan banyak pihak yang membantu secara moril dan material, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. DR. Sri Suci Utami Atmoko sebagai pembimbing pertama dan keluarga atas kesempatan yang diberikan untuk penelitian, motivasi yang tak terhenti diberikan menjadikannya sebagai inspirasi, dengan kebaikannya

memberi ilmu dalam diskusi dan ide untuk penulisan yang diberikan pada penulis 2. Prof. Carel van Schaik (Direktur Museum Antropologi, Universitas Zurich), atas kesempatan yang diberikan untuk penelitian sekaligus bantuan material selama penelitian yang diberikan pada penulis 3. Firman M.Si sebagai pembimbing kedua yang memberikan semangat dan motivasi selama penulis melakukan penelitian hingga selesai penulisan ini tak lelah menjadi tempat curahan hati serta tempat diskusi. 4. Ari Meididit, S.Si sebagai pembimbing lapangan yang senantiasa

memberikan pengalaman dan ilmu selama pengambilan data dilapangan 5. Nani Radiastuti, M,Si sebagi pembimbing akademik yang selalu sabar membimbing penulis serta saran yang berharga untuk penulis. 6. Fahma Wijayanti M.Si yang membukakan pemikiran tentang pentingnya arti idealisme seorang mahasiswa untuk maju dan atas kesabarannya untuk mendengarkan curahan hati penulis. 7. DR. Lily Surayya EP M, Env.Stud selaku kordinator program studi biologi dan seluruh dosen biologi yang menciptakan suasana diskusi dan masukkan berarti dalam penulisan ini. 8. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Bapak DR.Sopiansyah Jaya Putra. MSIS dan jajaran dekanat. 9. Tatang Mitra Setia, M.Si selaku dekan Fakultas Biologi UNAS yang telah membantu dalam administrasi serta motivasi dan dorongan yang tak henti tentang sebuah perjuangan.

10.

Yayasan BOS untuk izin yang diberikan pada peneliti untuk penelitian diareal kerjanya

11.

Yayasan

BOSF-MAWAS

Kalimantan

Tengah

yang

memberikan

pelayanan yang berkesan tak terlupakan, Licen botak dengan canda dan kejailannya, Program Manager Pandu B Wahono atas saran yang diberikan, Ass Manager Kisar Odom atas pengalaman dan kesan di indahnya hutan Tuanan. 12. Seluruh staf yang terlibat di lapangan, Mande, Bambang, Fernan (suasana pertama di camp Tuanan yang menyenangkan), Yunan (penjaga terapung yang penuh pilu), Mamang Ether (kekocakkan yang selalu hadir disisinya), Pak Le (wong jowo, kakek yang memberikan inspirasi arti kerja keras dengan selalu tersenyum), pak Berkat (suasana keluarga yang ramah), Pak Sungkono (canda tawa membuat suasana jadi berkesan), Bang Ozy (untuk diskusi tentang pengalaman Sampit), Udin (terimakasih untuk diskusi berharga tentang aborsi), Pak Ina (yang selalu sabar mengantar jemput dengan kolotok). Samsi (selalu setia menyalakan listrik di camp ), Misu dan Toto ( penjaga camp yang menjadi tempat tukar pengalaman), Ibu Igo, Ana, Ita, Oben (masakan yang enak untuk penulis bawa ke hutan), Hiskia ( kelucuan dan kegilaan yang tak berhenti), Cedi (terimakasih untuk tagging di setiap transek hutan), Pak Guru ( pengabdiaan seorang guru di desa) 13. Teman setia penulis dipetarungan hutan Pak Nadi ( arti sebuah perjalanan hidup), Ganda (kelucuan dan pijitan saat penulis letih), Yandi (keluguan yang berati penuh tawa membuat suasana hutan menjadi indah), Rahmatd (kebaikan dan kenangan grising di Begantung), Ipung ( kecablakan

10

menyadarkan diri penulis), Hadi, Kumpo dan Idun terima kasih selalu sabar menghadapi penulis di hutan. 14. Warga Dusun Tuanan yang setia menyambut kedatangan penulis, keceriaan Niko, Ibu Ina, Meson dan semua warga. 15. Rekan peneliti yang menghuni hutan Tuanan, Ari Meididit, S.Si, Lynda Dunkel, Amda Rahmalia, Latcha Meret, Nicole, Brigitte. Terima kasih atas kebersamaan dan suasana yang mengakrabkan. 16. Putri Tani Sari wanita setia atas kesabaran menunggu serta pengertian yang selalu diberikan dalam buah kasih sayang yang berkesan selama penulis menyelesaikan tulisan ini. Muti untuk setiap pengorbanan yang tak terbalas. Di 10 Januari 1986 terima kasih untuk semuanya, maaf atas setiap salahku. 17. Sri Anggraeni SH, CN sebagai ibu angkat yang sabar mendidik, Ucu Putri (alm) terima kasih atas pelajaran hidup, Ucu meidy dan keluarga memberikan tumpangan hidup di Jakarta dan masukkan hidup berarti disetiap detiknya, Tante Elma (alm) Ibuku yang memberikan bantuan materi dan moril, serta kasih sayang kepada penulis yang tak pernah terhenti dan Uma dan keluarga terimakasih suasana keluarga yang indah disetiap tahunnya. 18. Rekan-rekan Biologi Angkatan 2003, yang menemani selama menimba ilmu dan berbagi suasana ceria dan sedih, Mba Irul dan Ika suasana terindah sebuah pertemanan sejati. Seorang teman di langkah akhir perjuangan menuju Sarjana Ima. Adik-adik kelas yang membawa

11

kejengkelan tapi mengesankan, Kakak kelas pengalaman sepele namun manis. 19. HIMA BIOLOGI Oryza sativa ruang organisasi sekaligus profesi yang mengajarkan arti pemikiran organisaisi dan idealisme. 20. Kelompok Pengamat Primata Tarsius Biologi UIN (Tyo, Ridho, Sofi, Mute, Zeean, Apdus Bahadur, Deden dan Anggi) semoga kalian konsisten dan komitmen membangunnya, teman seperjuangaku mendirikan

kelompok studi ini Ano. 21. Teman senior UNAS, Didik Praseyo M.Si, Tri Wahyu S, S.Si, Fitri Basalamah, S.Si, Gurit Ady Suryo S.Si, Yanuar Ningsih atas satu harapan dan inspirasi sebuah perjuangan bersama Orangutan dan Konservasi di Kalimantan. 22. Teman Senat Fabiona, Terutama Fembry Arianto seorang sahabat yang setia mendengar kepiluan, Neneng, Etika, Tiwi, Tata, Tommy S.Si, Uun, dan semua penghuni KSPL Ragunan terima kasih telah memberi tempat buat sang penyelundup. 23. Jajaran Pengurus Pusat Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI) dari sabang sampai Merauke terima kasih sudah mengerti. Jangan pernah berpikir apa yang bisa IKAHIMBI berikan untuk kita, tapi apa yang bisa kita berikan untuk IKAHIMBI 24. Hutan Tuanan dan seluruh penghuninya terima kasih telah menerima penulis selama pengamatan, Niko sang jantan besar sebuah kenangan indah di dalamnya parit Transek P .

12

25.

Terakhir dan untuk selamanya Ibunda tercinta yang telah tiada terima kasih kau lahirkan aku, Papah tersayang atas sebuah pelajaran kerasnya sebuah perjuangan hidup didunia, Mama Lina atas ketulusan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, Kakakku sekeluarga Metty Sri Handayani, adikku tercinta Arya Widiastama Putra, Amelia Iswari Wardhani P, Audya Jihan Naura, Alisya Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan. Manusia

tercipta sebagai tempat khilafan dan salah, penulis sadar dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, saran dan kritik yang membangun diharapkan sekali, akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua kalangan dan dunia konservasi Indonesia dan Internasional.

Jakarta, 19 Februari 2008

Penulis

13

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................. PENGESAHAN PENGUJI ..................................................................... PERNYATAAN ...................................................................................... ABSTRAK ............................................................................................... ABSTARCK .. LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................ i ii iii iv v vi vii viii xiv xvii xviii xix 1 1 3 4 3 4 5 6 6

KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 Latar Belakang ................................................................. Tujuan Penelitian ............................................................. Peumusan Masalah .......................................................... Pembatasan Masalah ........................................................ Manfaat Penelitian ........................................................... Hipotesis ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 2.1 Morfologi dan Habitat Orangutan .....................................

14

2.2 2.3

Taksonomi dan persebaran orangutan . Aktivitas harian ............................................................... 2.3.1 2.3.2 2.3.3 2.3.4 2.3.5 Aktivitas makan .................................................. Aktivitas bergerak .................................................. Aktivitas istirahat ................................................... Aktivitas sosial ....................................................... Aktivitas bersarang ................................................

8 11 11 12 12 12 13 14 14 14 15 15 16 17 17 18 18 18 19 20 22 22 28 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 3.1 3.2 3.3 Waktu dan lokasi penelitian ............................................... Alat dan bahan penelitian .................................................. Cara kerja ........................................................................... 3.3.1 3.3.2 Objek penelitian ..................................................... Pencarian objek .....................................................

3.3.3 Pendataan aktivitas harian ...................................... 3.3.3.1 3.3.3.2 3.3.3.3 3.3.3.4 3.3.3.5 Pendataan fenologi ..................................... Pendataan pada jenis pakan ........................ Jarak makan anak ....................................... Kecepatan makan ....................................... Teknik makan .............................................

3.3.4 Analisis data ........................................................... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 4.1 4.2 4.3 Aktivitas harian ............................................................... Profil fenologi hutan Tuanan ............................................. Jenis pakan dan proporsi pakan..........................................

15

4.4

Jarak makan anak dengan induknya ...................................

33

4.4.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 4.2.5

Jarak anak dengan induk pada saat makan buah .... Jarak anak dengan induk pada saat makan daun .....

34 35

Jarak anak dengan induk pada saat makan bunga ..... 36 Jarak anak dengan induk pada saat makan vegetasi .. 38 Jarak anak dengan induk pada saat makan kulit pohon .............................................. 39

4.2.6 4.6

Jarak anak dengan induk pada saat makan serangga... 41

Teknik makan ........................................................................ 46 4.6.1 4.6.2 4.6.3 4.6.4 Teknik makan pada buah ............................................. 46 Teknik makan pada daun ........................................... 48 Teknik makan pada kulit pohon ........ ................ ... Teknik makan pada serangga ................................. 49 49 51 51 52 53 56

BAB V KESIIMPULAN DAN SARAN .............................................. 5.1 5.2 Kesimpulan ................................................................... Saran .............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. LAMPIRAN .............................................................................................

16

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Penggolongan orangutan menurut golongan umur atau jenis kelamin ............................................................................. Tabel 2 : Individu (anak) target dengan tingkat umur berbeda ........................ Tabel 3 : Perbedaan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda ......... Tabel 4 : Persentase kecepatan makan anak pada buah dan daun di
stasiun penelitian, Tuanan................................................................. 43.

10 15 23

17

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 : Gambar 2 : Gambar 3 : Gambar 4 : Gambar 5 : Gambar 6 : Gambar 7 : Gambar 8 : Gambar 9 : Gambar 10 : Gambar 11 :
Orangutan ibu-anak Sumatera dan Kalimantan ......................... Peta penyebaran orangutan di Kalimantan dan Sumatera ....... Aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda di stasiun penelitian Tuanan, Kalimantan tengah. 7

.....................

23

Ketersediaan buah dan bunga dari bulan Agustus 2006 sampai Maret 2007 di SPO Tuanan. Kalimantan Tengah. ...... Pemanfaatan jenis pakan pada tingkatan umur anak di stasiun penelitian Tuanan, Kalimantan tengah. .................... 29 Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan buah ........... Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan daun .......... Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan bunga ......... Pemanfaatan jarak makan anak dengan induk saat makan ....... Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon . Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan serangga.. ... 28

34 36 37 39 40 41

18

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Uji Kruskal-Wallis terhadap proporsi penggunaan waktu pada aktivitas harian tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. ................................................. Lampiran2: Uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan proporsi penggunaan aktivitas harian pada tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah................. Lampiran 3: Uji Kruskal-Wallis terhadap proporsi penggunaan waktu pada setiap jenis pakan antara tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. .............. Lampiran 4: Uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan proporsi penggunaan waktu pada setiap jenis pakan antara tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah.... 64 Lampiran 5 : Deskripsi teknik makan anak dengan tingkat umur berbeda.......... 67 Lampiran 6 : Jenis-jenis pakan orangutan SPOU Tuanan, Kalimantan Tengah ..69 Lampiran 7 : Denah penelitian dan habitat orangutan. Tuanan, Kalimantan tengah.................................................................. Lampiran 8 : Pendataan anak orangutan dengan tingkat umur berbeda per bulan................................................................................ Lampiran 9 : Jenis-jenis pakan orangutan di hutan Tuanan...................... Lampiran10: Individu target penelitian................................................... 73 74 75 78 63 57 56

19

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Kalimantan Tengah memiliki hutan hujan tropis jenis rawa gambut yang mempunyai kekhasan pada flora dan faunanya, salah satunya adalah primata besar orangutan (Pongo pygmaeus) yang merupakan spesies endemik Indonesia. Menurut Heynsius-Viruli dan van Heurn (1953) dalam Meijaard dan Rijksen (1999) orangutan paling sering terlihat pada hutan rawa dan rawa gambut yang sangat luas ataupun pada hutan dataran banjir pada kawasan Sungai Barito dan Sungai Kahayan. Menurut Lelono (1998) dalam Meijaard dan Rijksen, (1999) pada kehidupan sehari-hari orangutan melakukan beberapa aktivitas yang meliputi aktivitas makan (feeding), bergerak (moving), istirahat (resting), dan bersarang (nesting). Perilaku harian tersebut berhubungan dengan keadaan habitat orangutan. Mackinnon (1974) menambahkan perilaku sosial anak terhadap induk atau sebaliknya, baik saat makan, istirahat, bergerak, dan bersarang juga termasuk dalam aktivitas harian orangutan. Daya dukung habitat terhadap populasi orangutan didukung dengan adanya ketersediaan pakan yang baik agar orangutan dapat bertahan pada habitat tersebut, namun orangutan juga tidak selalu tergantung pada ketersediaan buah. Suatu habitat akan dikatakan baik jika dapat menyediakan buah pada musim buah untuk orangutan makan, ketidakpastian musim buah pada suatu habitat menyebabkan orangutan harus menyesuaikan pola makan dengan memakan daun,

20

pucuk daun, bunga, efipit, liana, kulit kayu, umbut atau empelur, biji, serangga, madu, telur burung, vertebrata kecil, bahkan tanah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Rijksen, 1978). Stasiun penelitian orangutan Tuanan (SPOT) memiliki tipe hutan rawa gambut yang merupakan salah satu habitat orangutan Kalimantan, namun telah mengalami tingkat degradasi yang tinggi akibat di masa lalu terjadi penebangan kayu secara besar-besaran, sehingga areal hutan Tuanan sekarang merupakan hutan sekunder dengan vegetasi yang sangat rapat dan sering terjadi kebakaran pada musim kemarau. Keadaan diperburuk oleh masyarakat yang membakar lahan untuk perkebunan karet dan pembukaan areal pertambangan pasir disekitar habitat orangutan, hal ini jelas merusak ekologi hutan itu sendiri (Meididit, 2006). Kegiatan tertentu seperti konversi hutan untuk lahan perkebunan dan pertambangan terbuka menyebabkan kepunahan habitat orangutan, karena tidak terjadi lagi regenerasi pada hutan (Meijaard dan Rijksen, 1999). Kondisi hutan rawa gambut seperti itu membuat orangutan harus bertahan dengan tekanan lingkungan yang berat, karena tidak selalu pohon buah bermusim (berbuah) dan tersedia untuk pakan orangutan (Yohana, 2004). Dengan sendirinya pola pakan pada orangutan akan berubah karena kebutuhan untuk bertahan hidup pada habitat yang demikian. Menurut Knott (1998) di Gunung Palung orangutan merespon ketersediaan buah yang rendah dengan merubah pola makannya sehingga terjadi keseimbangan energi negatif dengan ditemukan kandungan keton dalam (urine) orangutan. Induk orangutan telah mengetahui jenis pakan yang baik untuk menggantikan energi yang hilang. Primata seperti orangutan yang mengalami

21

fluktuasi ketersediaan buah yang inter dan intra-annual pada habitatnya, maka orangutan akan merespon dengan mengubah pola makan, meningkatkan usaha pencarian makanan, meminimalisasi pengeluaran energi, mengubah daerah jelajah dan waktu kelahiran (Brugiere et al, 2002; Stanford dan Nkurunungin, 2003; Chapman, 1988; Doran, 1997; Buij dkk, 2002; Olupot, 1997; van Schaik dan van Noordwijk, 1985 dalam Meididit 2006). Induk bersama bayi orangutan ataupun anak yang mulai mandiri terkena pengaruh dari keadaan hutan Tuanan tersebut, terlihat dari daerah jelajah, jenis pakan yang dimanfaatkan sebagai jenis pengganti buah. Orangutan betina dengan anak yang masih bayi akan kesulitan dalam mencari makanan alternatif yang harus mencukupi energi ibu dan anak tersebut.

1.2. Tujuan penelitian Informasi tentang perilaku makan anak orangutan liar masih kurang, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan informasi tentang pemanfaatan aktivitas harian pada anak dengan tingkat umur berbeda. 2. Mendapatkan informasi tentang perilaku makan pada anak dengan tingkat umur berbeda yang meliputi jenis pakan, jarak makan terhadap induk, kecepatan makan dan teknik makan. 3. Mendapatkan informasi tentang pengaruh fenologi pada perilaku makan anak dengan tingkat umur berbeda terutama pada pemanfaatan jenis pakan.

22

1.3. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang ada: 1. Apakah ada perbedaan pemanfaatan waktu harian pada bayi, anak dan remaja ? 2. Apakah ada perbedaan antara perilaku makan bayi, anak, dan remaja yang meliputi jenis pakan, jarak makan terhadap induk, kecepatan makan dan teknik makan?

1.4. Pembatasan masalah Penelitian perilaku makan anak orangutan dengan tingkat umur berbeda hanya dilakukan di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan, Kalimantan Tengah.

1.5. Manfaat penelitian 1. Untuk mendapatkan informasi tentang aktivitas harian anak orangutan dengan tingkat umur berbeda di stasiun penelitian orangutan Tuanan 2. Untuk mendapatkan informasi tentang perilaku makan anak orangutan dengan tingkat umur berbeda di stasiun penelitian orangutan Tuanan 3. Untuk mendapatkan informasi tentang faktor pembeda adanya perbedaan perilaku makan anak dengan tingkat umur berbeda. 4. Untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran perilaku makan dari ibu ke anak. 5. Sebagai acuan atau bahan referensi penelitian berikutnya ditempat yang sama atau yang berbeda.

23

1.6. Hipotesis Berdasarkan uraian latar belakang diatas, hipotesis yang akan diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Terdapat perbedaan pemanfaatan waktu harian pada anak orangutan dengan tingkat umur berbeda. 2. Terdapat perbedaan perilaku makan pada anak orangutan dengan tingkat umur berbeda berdasarkan pemanfaatan jenis pakan, jarak makan anak terhadap induk, kecepatan makan dan teknik makan.

24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi dan Habitat Orangutan Orangutan merupakan kera besar, dan hampir memiliki ciri-ciri yang sama dengan saudara mereka di benua Afrika, biasanya kera besar memiliki anggota badan yang dapat bergerak leluasa ke semua arah, tidak mempunyai ekor, mempunyai kebiasaan membuat tempat tidur di atas pohon (sarang), dan memiliki ukuran tubuh yang besar (van Schaik, 2006). Menurut Sarich dan Wilson (1967) dalam Meijaard dan Rijksen (1999) orangutan (Pongo pymaeus) termasuk dalam suku Pongidae yang terdiri dari tiga kera besar yaitu, Bonobo (Pan paniscus), Simpanse (Pan troglodytes), dan Gorila (Gorilla gorilla). Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, di antara keempat kera besar tersebut memiliki persamaan genetis dan biokimia. Ciri lainnya yang menyatukan dunia kera, adalah perkembangan yang lambat, umur yang panjang dan jarak yang cukup panjang diantara kelahiran (Kelley, 1997). Tubuh orangutan hampir seluruhnya ditutupi rambut kecuali pada wajah, telapak tangan dan kaki. Di Kalimantan orangutan yang masih muda umumnya mempunyai warna rambut kuning mengkilap dan akan berkembang menjadi kecoklatan sesuai dengan perkembangan umur, namun ada juga yang mempunyai warna lebih gelap pada individu tertentu (MacKinnon, 1974). Orangutan Sumatera yang masih muda warna rambutnya pucat kekuningkuningan, ada juga pirang dan akan berkembang menjadi merah kecoklatan atau menjadi gelap sesuai dengan perkembangan umur. Rambut agak halus dan tidak

25

begitu kaku dan biasanya pada individu yang sudah dewasa rambut pada bagian lengan dan punggungnya panjang dan berwarna gelap (MacKinnon, 1974) Ukuran tubuh dan bentuk tubuh antara orangutan jantan dan betina memiliki perbedaan. Jantan dewasa berpipi memiliki ukuran tubuh dua kali lebih besar dari pada betina dewasa yaitu 125-150 cm, dengan berat tubuh di habitat bebas 50-90 kg (Goodall, 1986). Hal lain yang menarik pada sebagian jantan dewasa terdapat bantalan pipi check pad yang merupakan penebalan lemak di bagian pipi disertai adanya kantung suara di leher untuk mengeluarkan seruan panjang atau long call (MacKinnon, 1974 dan Utami-Atmoko, 2000).

Gambar 1. A. Orangutan ibu-anak Sumatera (Utami Atmoko, 1999) dan B. Orangutan ibu-anak Kalimantan (Putra, 2006).

26

Umumnya orangutan dapat hidup di berbagai tipe habitat mulai hutan tropik dataran rendah, rawa-rawa, sampai hutan perbukitan pada ketinggian 1.500 m dpl (Supriatna et al, 2000). Kondisi hutan yang berubah dari hutan primer (sebelum logging ) ke hutan sekunder (sesudah logging) akan mengalami perubahan, yaitu orangutan akan terlihat jarang beristirahat dan terjadi peningkatan waktu pencarian makan (MacKinnon, 1974; van Schaik, 2006).

2.2. Taksonomi dan persebaran orangutan Orangutan yang berada di Indonesia kini habitatnya semakin sempit, keberadaannya hanya di pulau Sumatera dan Kalimantan (Gambar 2). Letak kedua pulau ini berjauhan secara geografis dan memiliki topografi/relif bumi yang berbeda. Perbedaan geografis menimbulkan perbedaan secara morfologi, genetis, ekologi, tingkah laku dan daur hidup serta mempengaruhi pada kemampuan dalam sosialnya (Rijksen,1978; Delgado dan van Schaik, 2001; Groves, 2001; Zhang et al (2001) dalam Yuwono et al, 2007).

Pongo abelii

Gambar 2. Peta penyebaran orangutan di Kalimantan dan Sumatera (PHVA (2004) dalam Yuwono et al, 2007 )

27

Berdasarkan

perbedaan

morfologi

dan

genetis,

Groves

(2001)

mengklasifikasikan orangutan, sebagai berikut : Filum Anak Filum Kelas Bangsa Anak Bangsa Induk Suku Suku Marga Jenis Sumatera Jenis Kalimantan Anak Jenis : Chordata : Vertebrata : Mammalia : Primata : Anthropoidea : Hominoidea : Pongidae : Pongo : Pongo abelii (Lesson, 1827) : Pongo pygmaeus (Hoppius, 1786) : Pongo pygmaeus pygmaeus (Linnaeus, 1760) Serawak, Danau Sentarum dan Betung Kerihun Pongo pygmaeus wurmbii (Tiedemann, 1808) Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah Pongo pygmaeus morio (Owen, 1837) Kalimantan Timur dan Sabah Mackinnon (1974), Rijksen (1978), dan Galdikas (1986) menggolongkan orangutan berdasarkan umur, jenis kelamin, morfologi, tingkah laku, dan perkembangan hidupnya menjadi beberapa tahap, yaitu bayi (infant), kanak-kanak (juvenile), remaja (adolescent), pradewasa (sub adult), dan dewasa (adult).

28

Tabel 1. Penggolongan orangutan menurut golongan umur atau jenis kelamin


Jenis kelamin Jantan/Betina Taraf perkembangan Bayi (infant) Umur (Tahun) 04 Berat perkiraan (Kg) 1 - 5 Sifat tingkah laku Biasanya berpegangan pada induknya pada waktu berpindah dari pohon satu ke pohon lain, tapi akan meninggalkan induknya pada waktu makan di pohon, menyusu. Biasanya berpindah bersama, tetapi terlepas dari badan induk; kadangkadang menggunakan sarang bersama induknya, masih menyusu. Bebas dari induk, sekalipun kadang-kadang bergerak pindah bersama induk atau dengan individu lain, sangat sosial, berpasangan dengan jantan selama masa tanggap seksual. Bebas dari induk, sekalipun kadang-kadang pindah bersama induk atau dengan individu lain; sangat sosial; berusaha melakukan kopulasi dengan betina remaja. Mulai bersuara yang mirip seruan panjang, berpasangan dengan betina, sangat sosial. Biasanya telah beranak dan diikuti anaknya, berpasangan dengan jantan selama masa estrus, kadang-kadang berpindah bersama betina lain atau individu taraf muda. Menyuarakan seruan panjang, hidup soliter kecuali berpasangan dengan betina tanggap seksual. Tidak diikuti bayi atau remaja, berpasangan tapi tidak mengandung; barangkali lebih banyak bergerak di permukaan tanah daripada betina dengan bayi, gerakan lambat. Tidak mengeluarkan seruan panjang atau berpasangan dengan betina, gerakan sangat lambat. Sifat morfologi Warna rambut biasanya jauh lebih pucat daripada individu dewasa, sangat putih disekeliling mata dan moncong, bercakbercak kulit putih meliputi seluruh tubuh. Wajah masih lebih putih daripada individu dewasa, tapi lebih gelap daripada bayi; bercak-bercak putih juga semakin kabur. Wajah tetap lebih putih dan ukuran tuhuh lebih kecil daripada individu dewasa.

Jantan/Betina

Anak (juvenile)

47

5 20

Betina

Remaja (adolescent)

7 12

20 30

Jantan

Remaja

7 10

20 30

Wajah tetap putih daripada individu dewasa, ukuran tubuh lebih kecil daripada betina dewasa.

Jantan

Pra-dewasa (subadult)

10 15

30 50

Betina

Dewasa (adult) umur muda

12 35

30 50

Wajah gelap, bantalan pipi dan kantong leher mulai berkembang, lebih besar daripada betina dewasa, tapi lebih kecil daripada jantan dewasa. Wajah sangat gelap; kadang-kadang berjanggut.

Jantan

Dewasa umur muda

15 35

>50

Betina

Dewasa umur lanjut

>35

>30

Ukuran besar sekali, bantalan pipi, kantong leher, kerapkali berjanggut, kadangkadang punggung gundul. Rambut tipis dan jarang, berkeriput.

Jantan

Dewasa umur lanjut

>35

>40

Rambut tipis dan jarang, berkeriput dalam, bantalan pipi menyusut.

29

2.3. Aktivitas harian Menurut para ahli aktivitas harian orangutan terdiri dari aktivitas makan, bergerak, istirahat, bersarang dan sosial. Ditambahkan Rijksen (1978) dan Galdikas (1986) aktivitas harian adalah seluruh aktivitas yang dilakukan orangutan sejak meninggalkan sarang tidur pada pagi hari dan sampai orangutan membuat sarang sore untuk bermalam. Proporsi waktu yang digunakan orangutan untuk melakukan aktivitas harian tergantung pada faktor umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan untuk betina ditentukan juga oleh status reproduksi mereka (Delgado dan van Schaik, 2001) 2.3.1. Aktivitas makan Menurut Galdikas (1986) aktivitas makan adalah waktu yang dipakai orangutan untuk menggapai/memetik, mengolah, mengunyah, dan menelan makanan pada sumber makan. Aktivitas makan yang tinggi umumnya dilakukan orangutan ketika pagi hari, setelah itu orangutan akan melakukan penjelajahan untuk mencari tempat sumber makan lain (Shofiana, 2006). Setelah melakukan rutinitas, orangutan akan meningkatkan aktivitas makan pada sore hari sampai membuat sarang untuk bermalam (Rijksen, 1978). Keadaan hutan dan ketersediaan buah sebagai sumber makan orangutan akan mempengaruhi aktivitas harian. Ketika hutan mengalami penurunan pada musim buah, orangutan akan lebih banyak bergerak untuk mencari makan dan melakukan pemilihan yang selektif terhadap jenis pakan untuk meningkatkan kualitas makanannya (Mackinnon, 1974 ; Rijksen, 1978). Knott (1998) menambahkan bahwa pemilihan jenis pakan yang selektif dan proporsional akan mempengaruhi kemampuannya dalam bertahan hidup, reproduksi dan perilaku. Pemilihan

30

makanan pada primata tergantung pada umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas harian (Richard, 1985). 2.3.2. Aktivitas bergerak Pergerakan pada orangutan umumnya dilakukan arboreal, tetapi tidak jarang orangutan bergerak secara teresterial pada waktu tertentu. Orangutan melakukan pergerakan arboreal dengan bergerak dari pohon ke pohon untuk menjelajahi areal hutan (Rijksen, 1978). Orangutan memiliki pola pergerakan, seperti treesway, bipedal, quadrupedal, brakhiasi dan climbing (Rijksen, 1978; Maple, 1980; Jolly, 1985; Napier dan Napier, 1985; Sugardjito, 1986 ). 2.3.3.Aktivitas istirahat Aktivitas yang dilakukan saat orangutan relatif terdiam hanya sekedar duduk, berbaring santai, terlentang bersandar dipohon bahkan tertidur disarang pada siang hari (Rijksen, 1978; Galdikas, 1986). 2.3.4. Aktivitas sosial Aktivitas sosial dilakukan saat orangutan berinteraksi dengan orangutan lain atau antara induk dengan anaknya saat menjelajah atau dalam satu pohon makan (Rijksen, 1978). Interaksi antara individu seperti, kiss dan touch, mouth to mouth, grooming, anak bermain sendiri, sosial dan dengan induk, dalam bentuk vokalisasi dan ekspresi kiss squeak, scream, lork call dan long call (MacKinnon, 1974; Rijksen, 1978; Galdikas, 1986).

31

2.3.5. Aktivitas bersarang Bersarang merupakan salah satu aktivitas yang dijadikan fasilitas istirahat oleh orangutan. Orangutan akan membangun sarang baru atau memperbaiki sarang lama untuk beristirahat di siang hari atau untuk bermalam (Maple, 1980; Galdikas, 1986). Orangutan cenderung membangun sarang sore pada pohon yang tinggi yang berada didekat pohon makan terakhir (MacKinnon, 1974; Sugardjito, 1986).

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian berlangsung selama enam bulan, dari bulan November 2006 sampai dengan bulan Mei 2007. Lokasi penelitian di Stasiun Penelitian Orangutan Tuanan, secara administratif berada di kawasan Pasir Putih Tuanan, Dusun

Mangkutup, Desa Katunjung, Kecamatan Mentangai, Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Merupakan areal hutan Blok E Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Konservasi Mawas dengan luas total 2730 km2. Areal penelitian ini berada pada titik ordinat 02o09`06.0``LS dan 114o26`26,6`BT dengan luas 900 Ha. Stasiun ini merupakan satu ekosistem hutan rawa gambut dengan kisaran kedalaman gambut 1,5 4,0 meter dan keadaan pH rata-rata 3,5 - 4,0 (Meididit, 2006 dan Basalamah, 2006).

3.2. Alat dan bahan penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Binokuler - Nikon Sprint VI 2. Jam tangan digital Illumination Casio 3. Kompas- (penunjuk arah) 4. Kamera Digital Olympus dan Sony CyberShot 5. Focal tabulasi (data sheet) 6. Peta tabulasi (map sheet) 7. Counter (alat hitung)

33

8. Plastik sample (contoh) 9. Parang 10. Jas hujan (ponco) dan raincoat Eiger/Avtec 11. Alat tulis dan papan alas tulis 12. Kalkulator Casio Scientific 13. Paku dan nomor pohon 14. Pita tagging 15. Tub pengukur suhu

3.3. Cara kerja 3.3.1. Objek penelitian Penelitian ini dilakukan pada tingkat umur anak yang berbeda, adapun individu anak yang jadi objek penelitian dalam Lampiran Gambar 10 dan Tabel 2.
Tabel 2. Individu (anak) target dengan tingkat umur berbeda

No

Nama induk

Nama anak Kondor Milo Jeri Deri Jip

Jenis kelamin betina betina jantan jantan jantan

Perkiraan usia anak 7 tahun, 6 bulan 5 tahun, 7 bulan 4 tahun, 6 bulan 3 tahun, 10 bulan 1 tahun, 2 bulan

Taraf perkembangan praremaja anak anak anak bayi

1 2 3 4 5

Kerry Mindi Jinak Desi Juni

34

3.3.2. Pencarian objek Pencarian dilakukan saat orangutan tidak ada untuk di data, orangutan hilang saat mendata, pendataan sudah maksimal (15 hari). Pencarian dilakukan pada jalur rintisan atau jalan utama dengan bantuan peta areal. Hutan Tuanan yang memiliki vegetasi yang rapat, maka pencarian harus dilakukan dengan teliti dan konsentrasi yang tinggi pada pendengaran dan penglihatan. Keberadaan orangutan ditandai dengan adanya suara pada pohon buah tertentu yang dapat didengar dengan orangutan dapat terlihat dengan kisaran 100-200 m, untuk pergerakan

kisaran 10-50 m, terlihat bengkokan dahan

ataupun batang pohon yang mengarah pada suatu arah (diprediksikan dengan melihat arah bengkokan dahan atau jika di sekitarnya ada pohon pakan) dan terdapat jatuhan buah dari pohon buah, saat musim buah dengan dilihat buah tersebut baru atau sudah lama, dengan mengamati adanya bentuk gigitan orangutan. Terdengarnya suara panjang long- call orangutan jantan yang dapat

terdengar hingga 1 km lalu dilakukan pengukuran sudut datangnya suara dengan kompas, kemudian diprediksikan jaraknya baru di telusuri, ataupun terdengar kisssqueak dari orangutan yang menandakan alarm, suara ini dapat terdengar jelas saat orangutan mengetahui keberadaan dan merasa terancam atau terganggu oleh kehadiran orangutan atau hewan lain. Adanya bau pada bekas urine yang kadang disertai dengan faeces. Apabila orangutan ditemukan, maka dilakukan pengambilan data dan penggambaran daerah jelajah pada peta lapangan hingga ke sarang tidur, untuk memudahkan keesokan harinya. Esoknya orangutan tersebut diikuti dan didata

35

dari sarang pagi hingga membuat sarang sore lagi atau hingga orangutan hilang, saat orangutan hilang dapat dicari denga cara yang sama. 3.3.3. Pendataan aktivitas harian Pencatatan data pada penelitian ini menggunakan metode Focal Animal Sampling, karena memiliki tingkat akuratisasi data yang dapat dipercaya dan konsisten mewakili aktivitas harian. Pencatatan dilakukan dengan interval waktu per dua menit (Instantaneous sampling) pada setiap aktivitas yang dilakukan, terdiri dari : aktivitas makan, bergerak, istirahat, membuat sarang dan aktivitas sosial meliputi interaksi individu dengan benda atau sesamanya. Pengamatan pada masing-masing individu dilakukan per hari selama 12-15 hari, dalam satu hari orangutan dapat beraktivitas selama 12-15 jam (dari sarang pagi sampai sarang sore/bermalam). Sosial pada anak terbagi atas APO (auto play objek) merupakan aktivitas sosial anak saat bermain dengan objek tertentu yang dianggap menarik, contohnya: menggigit ranting, daun, kulit dan melemparkan buah. APM (auto play move) merupakan aktivitas sosial anak saat bermain melakukan pergerakan kecil, seperti bergelantungan, berputar pada badan induk, atau berpindah dari satu dahan ke dahan lain melewati badan induk Ditambahkan metode ad libitum sampling yaitu, mencatat kejadian yang tidak sistematis terdapat pada interval waktu pengamatan. Adapun pendataan fenologi dan perilaku makan, sebagai berikut: 3.3.3.1. Pendataan fenologi Untuk mengetahui fluktuasi buah di area penelitian dilakukan dengan pengukuran parameter ketersediaan buah yang diambil setiap bulan melalui

36

pendataan pada jumlah daun muda (pucuk), bunga, dan buah untuk setiap pohon yang digunakan untuk pohon pakan, hanya saja pendataan ini tidak dilakukan pada seluruh luasan transek namun pada transek tertentu saja yang dianggap mewakili. Pendataan fenologi ini juga sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan cuaca. Dengan adanya data fenologi akan diketahui kecenderungan pola dan komposisi pakan pada anak dan induk orangutan. 3.3.3.2. Pendataan pada jenis pakan Pendataan jenis pakan adalah untuk melihat seberapa besar anak orangutan memanfaatkan jenis pakan tertentu dalam aktivitas makanya. Pendataan meliputi jenis buah, mentah (m), setengah matang (Mm), matang (M), bunga (fl), daun muda (yl), daun tua (lv), umbut, empelur, akar muda (veg). Vegetasi sendiri merupakan jenis pakan selain dari bunga, daun dan buah (Zulfa, 2006), serangga (ins), kulit pohon (br), air (Fw) dan tanah (oth). 3.3.3.3. Jarak makan anak Pendataan jarak saat anak makan jenis pakan, dengan mengambil data waktu per lima menit dengan jarak 2 m (tidak termasuk digendong) merupakan jarak terdekat anak dengan induk, 2-10 m merupakan jarak sedang/tidak terlalu jauh atau terlalu dekat dengan induk, 10-50 mmerupakan jarak terjauh dengan induk, untuk anak sampai pra remaja. 3.3.3.4. Kecepatan makan Kecepatan makan merupakan kecepatan makan setiap individu, dimulai dari mengambil makan, menggigit, mengunyah, menelan, sampai mengambil makanan kembali kemudian waktu diberhentikan. Data digunakan untuk

mengetahui berapa banyak individu makan untuk per satuan waktunya (menit ;

37

detik). Adapun jenis pakannya adalah buah, daun, bunga, daun muda, dan kulit pohon. Berikut ini merupakan perhitungan kecepatan makan buah dan per menit : Jumlah Buah Jumlah buah per menit = Waktu (menit)

3.3.3.5. Teknik makan Pendataan cara makan pada orangutan dalam mengolah suatu jenis pakan menurut Yohana (2004), terhadap : 1. Buah, daun, bunga a. Tarik ranting, dahan, cabang baru memakan buah, daun atau bunga b. Petik ranting, buah, daun atau bunga c. Bawa buah, daun atau bunga d. Two tree: memegang 2 pohon untuk memetik buah, daun atau bunga e. Juicy : memeras air dari buah, daun atau bunga f. Bipedal tree: memakan buah, daun atau bunga sambil berdiri diantara cabang g. Teknik twist: teknik menahan buah, daun dengan pergelangan tangan h. Eat all: memakan buah, daun atau bunga semuanya tanpa sisa

38

i. Leaf stripping hand/mouth: memakan daun/bunga dengan cara bouqet (seperti memakan jagung) j. Tarik daun dengan mulut k. Pucut tea: memakan daun seperti memetik pucuk teh 2. Vegetasi a. Lolly pop: memakan empelur seperti makan permen lolly b. Teknik duri: menarik daun berduri dengan sedikit sentuhan 3. Kulit kayu a. Break branch: mematahkan cabang b. Ground branch: memakan di tanah c. Kupas kulit: mengupas kulit pohon mati d. Teknik mulut: mengupas sekaligus memakan dengan mulut e. Teknik twist: menahan dengan pergelangan tangan 4. Serangga a. Nest destruction: membongkar sarang serangga yang lama b. Standing log: makan sambil berdiri di pohon mati yang masih tegak c. Broken log: kayu ditekan ke bawah dengan tangan d. Snag crashing: menumbangkan pohon mati e. Leave-Twig: sarang semut dihisap dari daun f. Jari kupas: mengorek-ngorek sarang g. Ant-ball: sarang semut dihisap h. First hand ants: tangan diletakkan di antara semut yang berjalan.

39

3.3.4. Analisis data Pengujian hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dilakukan dengan teknik statistik non-parametrik, karena data-data yang diambil terdistribusi secara bebas dengan anggapan bahwa data yang diambil dari objek penelitian tersebut tidak mendapat perlakuan. Analisis varian ranking satu arah Kruskal-Wallis merupakan uji untuk menentukan apakah k sampel independent berasal dari

populasi-populasi yang berbeda dengan tingkat signifikansi P<0,05 atau P<0,01 (Siegel et al, 1988). Penelitian ini menggunakan standar significant P<0,01, dimana nilai dari P adalah output data asimp. Sig. Uji Kruskal-Wallis dilakukan pada pengujian aktivitas harian anak, pemanfaatan jenis pakan dan kecepatan makan anak pada tingkat umur berbeda. Apabila ditemukan perbedaan yang bermakna dengan munculnya angka (asimp. Sig kurang dari 0,01), maka menunjukkan pada penolakkan H0, maka untuk mengetahui atau melihat perbedaan di antara individu dilakukan pengujian uji U Mann-Whitney (Siegel et al, 1988 dan Walpole, 1992). Semua penghitungan analisis ini menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistic Programme for Scientific and Social Science) versi 11.5. Analisis data yang dilakukan pada jarak makan anak dengan induk, kecepatan makan anak dan teknik makan adalah dengan deskriptif berdasarkan pengamatan dilapangan

40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 6 bulan (November 2006 - Mei 2007) mencatat aktivitas harian anak: aktivitas makan, bergerak, istirahat, sosial yang meliputi cling (digedong) induk dan membuat sarang., selama 1.560 jam pengamatan. Pendataan difokuskan pada aktivitas makan anak meliputi ketersediaan jenis pakan di hutan, durasi waktu makan, jenis pakan, jarak makan anak dengan induk, kecepatan makan dan teknik makan anak.

4.1. Aktivitas harian Aktivitas harian merupakan seluruh aktivitas yang dilakukan orangutan dimulai dari bangun tidur di sarang sampai kembali tidur pada sarang sore atau malam. Menurut Tinbergen (1979) Perilaku atau aktivitas harian memiliki hubungan dengan adanya rangsangan dari lingkungan dan meresponnya dengan perilaku-perilaku tertentu. Rata-rata anak memulai aktivitas bersamaan dengan induknya dimulai dari pukul 05.00-06.00 WIB diakhiri pukul 16.00-17.00 WIB. Anak biasanya memulai aktivitas setelah bangun tidur dengan bermain (APM) kemudian urinasi dan defecasi. Induk akan mencari pohon makan atau mengunjungi pohon buah terakhir yang dikunjungi sebelum membuat sarang sore untuk tidur (Meididit, 2006). Grafik aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda diasjikan pada Gambar 3 :

41

80 70 60 50 % 40 30 20 10 0

makan bergerak istirahat sosial digendong bersarang Kondor Milo Jeri Individu Deri Jip

Gambar 3. Aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda di stasiun penelitian Tuanan, Kalimantan tengah.

Kondor, Milo dan Jeri memanfaatkan waktu untuk makan lebih tinggi di bandingkan aktivitas lainnya, sedangkan pada Deri dan Jip memanfaatkan waktu aktivitas sosial lebih tinggi dibandingkan aktivitas lainnya (Gambar 3). Setelah dianalisis dengan Kruskal-Wallis terhadap masing-masing aktivitas harian menunjukan perbedaan pada semua individu (Tabel lampiran 1), dan untuk mengetahui perbedaan diantara individu dilakukan Uji Mann-Whitney (Tabel lampiran 2). Perbedaan aktivitas harian antar individu di sajikan pada tabel 3 :

Tabel 3. Perbedaan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda


Individu Makan Chisquare=45,761 df= 4 asimp.sig=0,000 Milo Deri Jip Deri Jip Deri Jip Gerak Chisquare=44,546 df= 4 asimp.sig=0,000 Jip Deri Jip Deri Jip Deri Jip Istirahat Chisquare=20,966 df= 4 asimp.sig=0,000 Jip Sosial Chisquare=41,458 df= 4 asimp.sig=0,000 Jeri Deri Jip Deri Jip Deri Jip Digendong Chisquare=48,920 df= 4 asimp.sig=0,000 Milo Jeri Deri Jip Deri Jip Deri Jip Sarang Chisquare=50,384 df= 4 asimp.sig=0,000 Milo Jeri Deri Jip -

Kondor

Milo Jeri Deri

Jip Jip Jip

42

Pemanfaatan aktivitas makan yang tinggi pada Kondor, karena Kondor sudah mandiri dari induknya. Hal ini membuat Kondor leluasa dalam mencari makan dengan daerah jelajah yang luas dan saat menemukan sumber makan akan di manfaatkan dengan baik. Sesuai dengan sifat orangutan yang oportunis, karena mempunyai daerah jelajah yang cukup luas Kondor harus menggantikan energi yang hilang akibat pergerakan dengan mencari sumber makan. Sedangkan pada Milo dan Jeri masih dalam proses mandiri dari induknya sehingga untuk mencari makan tidak bisa jauh dari induknya karena masih membutuhkan susu walaupun tidak sering. Energi yang dikeluarkan pun tak terlalu besar karena pergerakan masih sering digendong induknya (cling) jadi tidak perlu banyak makan untuk menggantikan energi. Persentase aktivitas makan yang rendah dibandingkan dengan anak

lainnya adalah pada individu Jip. Karena Jip masih bayi semua aktivitas makan masih bergantung kepada induknya dan belum pandai mencari makanan sendiri, Jip lebih sering minum susu dari induknya untuk mendapatkan energi dan nutrisi, selain Jip makan dari sumber makan. Pergerakan pada tingkatan umur anak memiliki teknik yang berbeda pada anak yang memasuki masa remaja. Mereka akan melakukan pergerakan yang luas, artinya mereka akan mencoba berpindah pohon atau berjalan di tanah, mencoba memanjat pohon (climbing), namun mereka tetap mempelajari semua teknik pergerakan dari induknya. Menurut van Schaik (2006) bakat yang ada pada orangutan dewasa bukan datang secara alami sejak dilahirkan, melainkan mempelajarinya semenjak mereka kecil dari lingkungan sekitarnya dan sebuah pengalaman.

43

Kondor melakukan pergerakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu anak lainnya (Gambar 3). Hal ini disebabkan Kondor telah memasuki masa remaja. Sumber makan pada jenis buah di daerah areal penelitian bagian selatan sangat terbatas oleh karena itu Kondor mencari alternatif pengganti buah, sehingga daerah jelajahnya menjadi luas dan pergerakkan menjadi tinggi. Jeri dan Milo memanfaatkan waktu pergerakan hampir sama (Gambar 3). Karena

keduanya dalam proses mandiri, sehingga sering terlihat menjauh dari induknya untuk bermain atau mencari sesuatu jenis pakan. Deri dan Jip yang masih bayi/anak kecil hanya melakukan pergerakan kecil sambil bermain-main, berayunayun didahan pohon makan induknya atau hanya sekedar bergerak di badan induknya. Istirahat merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orangutan dengan relatif tidak melakukan pergerakan sampai menghentikan aktivitas secara total (Galdikas, 1986). Biasanya orangutan beristirahat di dalam sarang saat tidur, pada siang hari setelah makan dan hanya sekedar duduk, berbaring pada batang pohon bercabang. Pernah terlihat di Tuanan orangutan jantan dewasa berpipi beristirahat ditanah pada tumpukan daun grising (Pandanus sp). Milo memanfaatkan aktivitas istirahat lebih tinggi dibandingkan dengan Kondor (Gambar 3). Ketika menjelajah mencari makan bersama induk Milo sering istirahat dengan bergelantungan atau bersandar pada dahan. Menurut Russon (1994) terkadang orangutan melewati hari dengan bermalas-malasan dengan merebahkan badannya dipercabangan pohon. Musim hujan mempengaruhi aktivitas, kebanyakan orangutan lebih memanfaatkan waktu istirahat daripada makan atau begerak. Beberapa kali saat

44

hujan Milo lebih sering duduk pada batang pohon dan menyandarkan punggungnya ke batang pohon sambil menutupi kepalanya dengan daun tarantang (Campnosperma coriaseum) sebagai payung untuk melindungi kepalanya dari air hujan. Jika hujan turun dengan deras dan lama, Mindi dan Milo akan membuat sarang dengan memakai atap di atasnya. Pembuatan sarang saat hujan juga dilakukan oleh Deri dan induknya. Kondor lebih sering beristirahat setelah melakukan pergerakkan mencari makan, istirahat hanya dilakukan dengan bergelantungan didahan pohon. Di selasela waktu memakan rayap, Kondor sering terlihat beristirahat sejenak, baru melanjutkan makan lagi. Dikarenakan proses pengolahan pada rayap yang memerlukan tenaga yang besar dan pencariannya sulit. Deri lebih sering istirahat siang di dalam sarang bersama induknya, karena induk kelelahan harus selalu menggendong Deri yang masih anak kecil. Jeri dan induk jarang istirahat disarang siang karena usia Jeri yang beranjak besar membuat pergerakan induk sedikit leluasa karena Jeri tidak harus selalu digendong. Induk Jip lebih sering bergerak mencari makan untuk mencukupi kebutuhan susu Jip, karena hutan di sebelah barat sangat minim ketersediaan buahnya. Sama halnya dengan Jeri, Jip lebih sering bermain saat induk istirahat dengan bergelantungan di dahan. Salah satu aktivitas sosial yang penting pada anak adalah bermain, karena akan mengembangkan potensi sosial anak (van Lawick, Goodall, !968; Savage dan Malick, 1976; dalam Maple, 1980). Hal ini karena Kondor telah memasuki usia remaja maka menjadi bahan perhatian jantan yang ada di areal penelitian kadang-kadang jantan mendekati Kondor untuk melakukan sex investigate. Salah

45

satu bentuk sex investigate adalah pengecekan vagina yang dilakukan dengan menyentuh vulva oleh bibir atau jari (Rijksen, 1978). Sedangkan interaksi dengan induk sudah jarang karena Kondor sudah terpisah jauh dari Induk. Terlihat aktivitas sosial yang tinggi pada Deri dan Jip (Gambar 3). Kedua anak ini lebih sering bermain sendiri (APM dan APO) atau berbagi pada pohon makan. Saat istirahat Jip sering gooming dibantu induknya. Menurut Maple

(1980) saat grooming orangutan memeriksa bagian lengan, kaki dan perut dengan jari, kotoran yang ditemukan diambil dengan jari dan bibir. Milo dan Jeri memanfaatkan waktu sosial yang rendah, walau keduanya masih anak-anak Milo dan Jeri lebih suka mencari makan dari pada bermain-main. Aktivitas sosial diantara keduanya lebih sering terlihat saat bebagi pada pohon makan. Aktivitas sosial pada orangutan di musim buah dilakukan pada saat mencari makan dan berbagi makan (Rijksen, 1978). Kondor yang sudah remaja sudah tidak digendong oleh induk saat beraktivitas. Milo dan Jeri jarang digendong oleh induk karena keduanya dalam proses mandiri, keduanya akan digendong saat menyusu atau pada saat melakukan pergerakan yang cepat dan jauh. Anak yang masih kecil akan sering digendong, Jip dan Deri masih kecil sehingga dalam setiap pergerakannya induk akan menggendong mereka, terutama saat minum susu. Aktivitas bersarang Kondor lebih tinggi dibandingkan dengan individu lainnya, karena Kondor yang sudah terpisah dengan induk atau sudah tidak tidur bersama induk dan harus membuat sarang sendiri. Milo selama pengamatan beberapa kali membuat sarang siang saat terjadi hujan, lalu induk

memperbaikinya, tetapi sarang sore masih dibuat oleh induknya. Pada Jeri, Deri

46

dan Jip usianya masih kecil dn belum bisa membuat sarang tidur, ketiganya masih tidur dengan induk jadi untuk sarang sore masih dibuat oleh induknya.

4.2 Profil fenologi hutan Tuanan Pengambilan data di setiap bulanan berhubungan dengan pemanfaatan pada jenis pakan oleh anak berdasarkan ketersediaan buah di hutan pada setiap bulannya, berikut gambar grafik ketersediaan buah berdasarkan data fenologi.

30 25
Persentase

20 15 10 5 0 Agustus September Oktober November Desember Bulan Januari Februari Maret April Buah Bunga

Gambar 4. Ketersediaan buah dan bunga dari bulan Agustus 2006 sampai Maret 2007 di SPO Tuanan. Kalimantan Tengah.

Ketersediaan buah di hutan Tuanan dari bulan Agusutus 2006 sampai April 2007 mengalami fluktuasi. Keadaan ini mempengaruhi aktivitas makan orangutan. Menurut Tilman et al (1991) makanan yang tersedia di hutan dimanfaatkan hewan untuk melengkapi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan mineral, digunakan untuk proses pertumbuhan, reproduksi dan pemeliharaan tubuh. Menurut para ahli adanya bunga pada pohon buah menunjukkan pohon tersebut siap berbuah. Keadaan hutan Tuanan memasuki musim ekstrem, pada saat musim panas yang berkepanjangan membuat bunga yang bermekaran jadi

47

rontok (van Schaik, 2007 in press). Selama pengamatan hampir di seluruh areal penelitian pohon buah tidak selalu berbuah.

4.3. Jenis pakan dan proporsi pakan Jenis pakan orangutan diberbagai tipe habitat relatif memiliki kemiripan yaitu buah, daun, bunga, kulit kayu, serangga dan umbut (Galdikas, 1986;

Suhandi, 1988). Rodman (1977) melaporkan orangutan di Kutai memanfaatkan buah, daun, kulit kayu, bunga, serangga dan tanah. Pengamatan persentase jenis pakan yang dikonsumsi anak dengan tingkat umur yang berbeda, menunjukan buah lebih tinggi pada Kondor, Jeri dan Deri. Sedangkan Milo dan Jip daun lebih tinggi dibandingkan dengan buah. Grafik pemanfaatan pada jenis pakan lain dapat terlihat disajikan pada Gambar 5:

80 70 60 50 % 40 30 20 10 0 Kondor Milo Jeri Individu Deri Jip Buah Daun Bunga Vegetasi Kulit Serangga Air Susu

Gambar 5. Pemanfaatan jenis pakan pada tingkatan umur anak di stasiun Tuanan, Kalimantan tengah.

penelitian

Berdasarkan pengujian Kruskal-Wallis untuk pemanfaatan jenis pakan pada tingkatan umur anak menunjukkan perbedaan yang berarti pada jenis buah (Chi-Square= 27,621; df= 4; Asymp. Sig= 0,000. Tabel Lampiran 3). Setelah

48

dilakukan uji Mann-Whitney perbedaan ada pada Individu anak Kondor dengan Jeri, Milo dengan Jeri, Jeri dengan Jip, dan Jeri dengan Deri. (Tabel Lampiran 4 ). Pemanfaatan buah oleh Jeri jauh lebih besar dibandingkan dengan yang lainnya. Dikarenakan Jeri makan buah saat hutan memiliki ketersediaan buah yang baik, dan belum masuk bulan dimana buah sulit ditemukan (Gambar 4 dan Tabel Lampiran 8 ). Menurut Zulfa (2006) dan Knott (1998) pada saat musim buah diperkirakan orangutan akan memperoleh dan memakan buah sangat tinggi untuk menimbun lemak sebagai persediaan energi saat tidak musim buah. Tutup kabali (Diospiros psedomalabarica) menjadi makanan favorit Jinak dan Jeri, pada waktu itu hampir di semua area penelitian tutup kabali berbuah matang. Buah pada akar kamunda (Leucomphalos callicarpus) juga digemari oleh anak orangutan, bentuk buahnya yang seperti buncis ketika dikupas mengeluarkan suara yang menarik. Jeri menggemari buah kamunda, dia lebih memilih atau mencari buah kamunda dari pada makan buah lainnya. Saat memakan buah kamunda ini Jeri menghabiskan waktu yang lama sekali bisa berjam-jam, buah ini tidak sulit ditemukan di area barat yang merupakan daerah jelajah Jeri dan induknya. Kondor yang memiliki daerah jelajah disebelah timur area penelitian, cukup kesulitan mendapatkan buah tutup kabali karena waktu itu pohon tutup kabali sudah jarang berbuah, seandainya ada yang tersisa hanya buah yang busuk. Daerah jelajah Kondor yang luas memudahkan dia menemukan buah lain yang dapat dikonsumsi walaupun jumlahnya tidak banyak, lunuk kecil (Ficus sp) dan pinding pandan (Diospyros siamang).

49

Pengaruh induk pada Deri berdampak pada tingginya pemanfaatan buah oleh Deri. Induk Deri memanfaatkan lunuk kecil (Ficus sp) yang berbuah cukup banyak didaerah selatan. Pergerakan relatif kecil untuk menyimpan energi dan mencari sumber pohon lunuk disekitarnya. Selama pengamatan induk Deri lebih sering membuat sarang sore/tidur dekat dengan pohon makan terakhir, esoknya mereka hanya tinggal pindah pohon saja. Milo berbeda dengan Jeri, pemanfaatan buah pada Milo relatif kecil karena lebih sering terlihat memakan daun kamunda (Leucomphalos callicarpus) dan kamuning (Xanthopyhllum sp). Terlihat saat induk makan manggis hutan daun kecil (Garsinia bancana), Milo lebih memilih pindah pohon pada akar kamunda, atau Milo mengigit buah sedikit lalu membuangnya. Ketergantungan Jip pada ibu masih besar, maka Jip akan terlihat jarang memakan buah karena masih menyusu pada induknya untuk sumber energi dan nutrisi. Pengolahan pada buah masih terbatas, susunan gigi yang belum sempurna membuat Jip sering kewalahan saat mengupas buah tutup kabali atau manggis hutan daun kecil akhirnya kebanyakan dari buah itu Jip membuangnya. Jip lebih menyukai makanan yang mudah diolahnya, daun kamunda yang muda menjadi favorit karena lembut dan tidak sulit mendapatkannya. Perbedaan juga terdapat pada pemanfaatan jenis serangga (Chi-Square= 26,862; df= 4; Asymp. Sig= 0,000. Tabel Lampiran 3). Dengan uji Mann-Whitney diketahui perbedaan terdapat pada individu Kondor dengan Deri, Kondor dengan Jip, Milo dengan Deri dan Milo dengan Jip (Tabel Lampiran 4) Pemanfaatan jenis serangga oleh Milo dan Kondor lebih besar di bandingkan dengan yang lain (Gambar 5). Sulitnya mencari buah saat itu

50

membuat Kondor harus mencari makanan alternatif yang mudah didapat dan bervitamin untuk tubuh. Pergerakan yang tidak tergantung lagi dengan induknya membuat Kondor dapat mencari sumber pakan lain tanpa dipengaruhi induk. Rayap umumnya terdapat pada batang pohon mati yang roboh ataupun masih tegak, saat mencari rayap Kondor melakukan dengan Quadrupedal ataupun brachiating 5 m di atas tanah. Kandungan protein pada rayap yang cukup tinggi dapat membantu perkembangan tubuh. Menurut Suryo (2007) serangga memiliki kandungan protein yang tinggi yang tidak ditemukan pada buah dan diperlukan untuk persiapan kehamilan, pengasuhan anak dan perkembangan anak. Milo

cukup menggemari serangga saat induk makan serangga Milo sering berada di samping induk atau membawa bongkahan kayu rayap tersebut ke atas pohon. Pernah terlihat Milo membongkar pohon mati berisi rayap dan memakannya cukup lama. Jeri makan serangga hanya saat bersama induk, karena masih belajar untuk menemukan dan mengolah makan jenis ini. Tidak pernah terlihat Jeri mencari sendiri sarang rayap pada pohon mati, tetapi Jeri pernah mencari semut pada tangkai daun kamunda. Demikian juga dengan Deri dan Jip yang belum memanfaatkan rayap sebagai sumber pakannya. Bongkahan kayu yang sulit untuk dibelah karena membutuhkan tenaga yang besar, lebih sering terlihat Deri dan Jip digendong saat induk makan rayap ada kemungkinan keduanya tertarik dan sedang mempelajari proses mengolah serangga dari induknya. Perbedaan terlihat pada konsumsi susu (Uji Chi-Square= 48,671; df= 4; Asymp. Sig= 0,000. Tabel Lampiran 3). Dengan uji Mann-Whitney terdapat perbedaan pada individu anak Kondor dengan Milo, Kondor dengan Jeri, Kondor

51

dengan Deri, Kondor dengan Jip, Milo dengan Deri, Milo dengan Jip, Jeri dengan Deri, dan Deri dengan Jip (Tabel Lampiran 4) Susu lebih diperlukan oleh anak yang masih bayi untuk asupan energi dan nutrisinya. Jip memanfaatkan susu jauh lebih besar dibandingkan dengan anak lainnya. Hal ini disebabkan Jip memanfaatkan susu induknya sebagi sumber energi dan pertumbuhannya. Dalam mengolah jenis makanan Jip masih belajar dan sekedar mencoba, akan tetapi ada beberapa jenis pakan yang sudah dapat dimanfaatkan walaupun hanya dalam jumlah kecil. Usia Kondor beranjak yang remaja, maka sudah tidak minum susu induknya. Susu hanya diperlukan oleh bayi sampai anak yang masih dalam proses mandiri. Kondor dapat memenuhi kebutuhan energinya dengan mencari makan sendiri. Milo memanfaatkan susu lebih tinggi dari Jeri, karena perbedaan jenis kelamin pada keduanya. Dimana anak betina memanfaatkan susu cenderung lebih besar dari jantan (Horr (1975) dalam Galdikas, 1986). Ditambahkan Knott (1998) kualitas makanan orangutan betina lebih tinggi dibandingkan jantan, karena kebutuhan energi yang besar pada betina untuk memasuki masa kopulasi.. Jeri lebih sering terlihat bermain-main saat minum susu dan Jeri lebih suka mencari makan disekitar induknya. Pernah terlihat Jeri ditarik kakinya oleh induk untuk disuruh minum susu, tak lama setelah minum susu Jeri kembali bermain dengan akar.

4.4. Jarak makan anak dengan induknya Jarak makan antara anak dan induk mempengaruhi aktivitas sosial anak terhadap proses belajar dan mandiri. Jenis pakan akan mempengaruhi jarak anak

52

terhadap induknya, karena ada beberapa jenis pakan yang membutuhkan keahlian khusus dalam mengolahnya. Perbedaan jarak makan akan dipengaruhi oleh luas kanopi pohon dan banyaknya percabangan pada pohon . 4.4.1. Jarak anak dengan induk pada saat makan buah Pohon buah rata-rata memiliki luas kanopi 15-25 m dengan cabang yang banyak sehingga banyak daerah yang bisa dimanfaatkan untuk mengolah buah atau hanya sekedar bermain-main pada cabang. Grafik jarak anak saat makan buah disajikan pada Gambar 6.
80 70 60 50 % 40 30 20 10 0 Kondor Milo Jeri Deri Buah 0-2 m Buah 2-10 m Buah 10-50 m

Individu

Gambar 6. Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan buah

Jarak makan buah terdekat sering dimanfaatkan oleh Deri, karena dalam mengolah buah Deri masih belajar dari induknya dan masih sering bergantung pemberian induk. Sedangkan Kondor jarang dekat dengan induknya karena Kondor lebih nyaman makan sendiri saat menemukan sumber pakan terutama buah. Induk yang selalu mendekati Kondor saat di pohon buah, ketika satu pohon ini jarak relatif dekat antara induk dan Kondor, tetapi waktu makan bersama ini tidak pernah terlalu lama karena induk lebih sering mendominasi lama kelamaan Kondor menjauh dan pergi mencari pohon makan lain. Hal ini diperkirakan induk

53

memanfaatkan anak yang remaja untuk mencari buah, karena induk membutuhkan buah untuk energinya dan meningkatkan kualitas susunya. Milo dan Jeri saat makan buah tidak terlalu jauh dari induk atau hanya berada disekitar pohon buah induk. Luas kanopi pada pohon buah menunjang anak sering memanfatkan dahan dan cabang untuk bermain sambil tetap makan buah. Saat makan buah orangutan akan terlihat nyaman tanpa ingin terganggu, jarak yang tidak terlalu jauh juga memungkinkan anak jika terjadi bahaya segera mendekat pada induk untuk berlindung. Menurut van Schaik (2006) anak orangutan yang dalam proses mandiri cenderung menjaga jarak makan dengan induknya. Contohnya, ketika Jeri pindah pohon buah, ke buah kamunda saat ingin kembali induknya, ia membengkokkan dahan pohon pinding pandan memudahkan Jeri untuk kembali makan bersama induknya. 4.4.2. Jarak anak dengan induk pada saat makan daun Daun merupakan makanan yang padat kandungan vitamin dan protein yang sering dimanfaatkan anak-anak orangutan (van Schaik, 2006). Pengolahan daun yang tidak terlalu sulit dan lembut saat dimakan, berbeda dengan buah yang harus dikupas lalu dipisahkan antara daging buah dan bijinya. Pohon yang dimanfaatkan daunnya beragam, tapi saat penelitian kebanyakan orangutan memakan daun pada akar kamunda (Leucomphallos callicarpus), pohon kamuning (Xanthophyllum sp), akar kecil (Dichidia sp) dan daun pinding pandan (Diospyros siamang). Grafik jarak anak dengan induk saat makan daun disajikan pada Gambar 7.

54

100 90 80 70 60 % 50 40 30 20 10 0

Daun 0-2 m Daun 2-10 m Daun 10-50 m

Kondor

Milo

Jeri

Deri

Individu

Gambar 7. Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan daun.

Saat makan daun Deri lebih sering dekat dengan induknya, karena pohon yang dililit akar kamunda umumnya memiliki luas kanopi kurang dari 10 meter sehingga Deri hanya bergerak disekitarnya saja. Pengolahan daun kamunda tidak terlalu sulit, pernah terlihat Deri lebih sering menunggu induk memetikkan daun daripada mengambilnya sendiri. Kondor sering menjauh dari induk seperti saat makan buah karena selain mengetahui jenis daun yang dapat dimakan, hal lain adalah pohon yang relatif kecil membuat induk sering mengusir Kondor. Berbeda dengan yang dilakukan oleh Milo, Milo lebih sering makan daun berbeda pohon dengan induknya, faktor kemandirian untuk mengolah daun bisa jadi alasan Milo untuk beda pohon. Biasanya di sekitar sumber makan akan terdapat 2-3 pohon yang dililit akar kamunda. 4.4.3. Jarak anak dengan induk pada saat makan bunga Dilaporkan Milton (1993) dalam Handayani (2003) bunga merupakan jenis pakan yang mudah dicerna saat berada di dalam mulut, didalam bunga juga terdapat kandungan protein yang tinggi sama seperti pada serangga, tetapi bunga

55

memiliki kandungan phytochemical. Berikut jarak makan anak dengan induk saat makan bunga disajikan pada Gambar 8.

100 90 80 70 60 % 50 40 30 20 10 0

Bunga 0-2 m 0 Bunga 2-10 m Bunga 10-50 m

Kondor

Milo

Jeri

Deri

Individu

Gambar 8. Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan bunga

Bunga yang dimakan oleh anak orangutan di Tuanan merupakan bunga pada akar kamunda. Saat induk menemukan pohon buah dan makan pada pohon buah tersebut, sering terlihat Jeri pindah pada pohon lain yang terlilit akar kamunda dan makan bunga pada pohon tersebut. Jeri lebih suka makan bunga saat induk makan di pohon buah, tetapi Jeri makan bunga bersamaandengan memakan buah dan daun muda kamunda. Milo sering makan bunga disekitar induknya (2-10 m) yang sedang makan di pohon buah. Kandungan nutrisi pada bunga tidak sebesar yang dikandung buah, usia Milo yang lebih besar dari Jeri, mengambil pengalaman tersebut dengan sering kembali memakan buah bersama dengan induknya. Orangutan akan memanfaatkan buah saat ditemukan, karena kandungan nutrisi buah lebih komplek dari jenis lainnya (Zulfa, 2007 ; Horr, 1975 dalam Galdikas 1986). Kondor memanfaatkan bunga sebagai sumber pakan saat melakukan penjelajahan mencari buah dan dilakukan dalam jumlah yang kecil,

56

wilayah jelajah Kondor yang luas, saat mencari bunga mengakibatkan saat mengkonsumsi bunga Kondor selalu jauh dari induknya. 4.4.4. Jarak anak dengan induk pada saat makan vegetasi Vegetasi merupakan jenis pakan alternatif yang dimanfaatkan orangutan dewasa saat memasuki musim paceklik pada buah. Vegetasi yang ada di Tuanan terdiri dari umbut, empelur, akar muda dan liana, jenis vegetasi ini mudah

ditemukan dan berada dalam jumlah yang besar sepanjang tahun. Dilaporkan Galdikas (1986) orangutan Tanjung Puting Kalimantan hanya sedikit sekali memakan umbut (vegetasi) dan berlangsung hanya beberapa menit saja. Untuk mengolah vegetasi saat ditemukan, orangutan memerlukan keterampilan khusus (Handayani, 2003). Rata-rata jarak antara anak dengan induk saat makan vegetasi tidak terlalu jauh (2-10 m), baik yang sudah mandiri maupun yang masih dalam proses. Anak orangutan selalu berada didekat induk untuk mempelajari teknik pengolahan vegetasi tersebut, ada bagian yang tidak perlu dimakan karena tidak baik untuk tubuh dan memiliki rasa yang pahit. Berikut grafik jarak anak dan induk saat makan vegetasi disajikan pada Gambar 9.

57

100 90 80 70 60 % 50 40 30 20 10 0

Vegetasi 0-2 m Vegetasi 2-10 m Vegetasi 10-50 m

Kondor

Milo

Jeri

Deri

Individu

Gambar 9. Pemanfaatan jarak makan anak dengan induk saat makan vegetasi

Dalam grafik terlihat untuk Kondor jarang mendekati induk saat makan vegetasi, karena daerah jelajah yang luas Kondor dapat menemukan vegetasi saat penjelajahanya yang jauh dari induk. Dalam grafik telihat semakin muda usia anak jarak semakin dekat dan sebaliknya, karena ruang yang digunakan untuk mengolah vegetasi umumnya tidak terlalu luas dan anak orangutan tidak akan jauh dari induknya karena anak-anak tersebut akan mempelajari teknik makan vegetasi dari induknya, namun kadang anak tersebut sedikit menjauh (2-10 meter) setelah induk memberikan vegetasi tersebut, dikarenakan anak masih suka bermain dengan makannya. 4.4.5. Jarak anak dengan induk pada saat makan kulit pohon Kulit pohon adalah jenis makanan yang memiliki kandungan serat yang tinggi, dimana serat kulit pohon sulit dicerna dan memiliki kandungan energi yang rendah (Rodman, 1999). Pemanfaatan kulit pohon oleh orangutan menunjukkan kondisi hutan yang tidak baik, bisa diakibatkan fluktuasi buah atau sulit menemukan jenis pakan lain (van Schaik, 1991 dalam Primack,1998; Fishing,

58

2001). Berikut jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon disajikan pada Gambar 10.

100 90 80 70 60 % 50 40 30 20 10 0

Kulit 0-2 m Kulit 2-10 m Kulit 10-50 m

Kondor

Milo

Jeri

Deri

Individu

Gambar 10. Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan kulit pohon

Pada saat penelitian di Tuanan terdapat dua jenis pohon yang biasa dimakan kulinya, pohon pantung (Dyera lowii) dan meruang (Myristica lowiana). Pohon pantung selain dimakan kulitnya, orangutan juga memakan empelu.

Meruang hanya kulit saja yang dimakan karena memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi untuk cadangan energi (Zulfa, 2006). Jeri selalu dekat dengan induk ketika makan kulit pantung, sering terlihat Jeri memperhatikan induk saat mengupas kulit dan menunggu induk memberikan jatah padanya. Begitupun Deri terlihat hanya menunggu diberi oleh induk (2 m), karena untuk mengupas kulit dari pohon bukan hal mudah buat individu /orangutan yang masih tergolong bayi. Setelah diberi Deri sedikit menjauh (2-10 m) dari induk sambil memperhatikan kulit yang siap dimakan. Pernah terlihat deri ingin mematahkan dahan pantung, tapi induk menarik kepangkuan lalu memberikan kulit yang sudah bisa dimakan. Pengalaman dan proses belajar yang

59

lama dari Kery membuat Kondor lebih nyaman makan sendiri kulit pohon meruang, saat makan kulit, Kondor bisa menghabiskan waktu yang cukup lama. sampai pohon meruang terlihat telanjang. 4.4.6. Jarak anak dengan induk pada saat makan serangga Kandungan protein yang tinggi pada serangga hampir sama dengan daun muda (Fredriksson, 1995). Keberadaan serangga jenis rayap mudah ditemukan di Tuanan, terdapat pada bongkahan kayu busuk di tanah, pohon mati yang masih berdiri tegak, dan gundukan tanah. Untuk jenis semut orangutan lebih mudah menemukan saat makan di pohon buah, karena semut membangun sarang pada daun atau pada batang kayu dengan membuat lubang. Orangutan walaupun oportunis tapi tidak semua jenis semut dimakan, semut merah yang berukuran setengah kelingking dewasa tidak disukai orangutan karena jenis ini sering menyerang dengan gigitan. Berikut grafik jarak anak dengan induk saat makan serangga disajikan pada Gambar 11.

80 70 60 50 % 40 30 20 10 0 Kondor Milo Jeri Deri Serangga 0-2 m Serangga 2-10 m Serangga 10-50 m

Individu

Gambar 11. Pemanfaatan jarak anak dengan induk saat makan serangga

60

Jarak Jeri ketika makan rayap relatif lebih dekat dengan induknya, ha ini karena terlalu sulit untuk mengolah bongakan kayu mati untuk mendapatkan rayap yang banyak. Ketika makan rayap Jeri banyak diam dan jarang bermainmain, mungkin karena sulitnya mengolah rayap dari sarangnya membuat Jeri lebih serius dan konsentrasi mempelajari teknik dari induknya, sambil menunggu jatah bongkahan kecil berisi rayap dari induknya. Milo lebih sering memanfaatkan jarak yang tidak jauh (2-10 m) dari induk saat mengolah rayap. Usia Milo memberikan gambaran bahwa dia lebih tua dibandingkan Jeri. Hal ini dapat terlihat bahwa Milo sering terlihat berusaha sendiri saat makan rayap. Saat bongkahan sarang rayap habis Milo baru mendekati induk untuk meminta bongkahan yag cukup besar. Ketika induk sedang makan rayap, Milo pergi menjauh mencari semut di daun dan lubang-lubang pohon. Kondor yang sudah remaja sering makan rayap dekat induknya, karena ketika induk merobohkan pohon kondor seperti meminta bongkahan yang cukup besar lalu membawanya pergi menjauh atau makan bersama induk. Mungkin saat itu di daerah Timur sulit menemukan sarang raya atau semut, beberapa kali Kondor menjatuhkan pohon mati tapi tanpa menemukan sarang rayap. Pernah sekali waktu Kondor menemukan sarang rayap di tanah, lalu induk menghampiri Kondor. Sama dengan pencarian buah, Kondor di manfaatkan untuk mencari serangga sebagai sumber protein, sehingga sering terjadi jarak yang dekat antara induk dan Kondor. Menurut Jolly (1985) induk memerlukan protein yang tinggi untuk menghasilkan susu yang baik. Jarak nol pada Deri dikarenakan Deri tidak makan serangga walaupun saat induk sedang makan serangga, hali ini dikarenakan usia Deri yang masih anak.

61

4.5. Kecepatan anak saat makan buah dan daun Makan adalah proses meraih, mengolah, mengunyah, menelan (Galdikas, 1986). Perbedaan kecepatan akan terlihat saat anak akan meraih jenis buah atau daun, kemudian bagaimana anak akan mengolah atau mengupasnya, setelah itu di dalam mulut akan terjadi pengunyahan sebelum ditelan. Orangutan dewasa akan memanfaatkan waktu yang sedikit untuk memakan buah sebanyak-banyaknya. Berikut tabel rata-rata kecepatan makan anak per menit di sajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Persentase kecepatan makan anak pada buah dan daun di stasiun penelitian, Tuanan.

Individu Kondor Milo Jeri Jip

Tk 3.67 7

Pp 6.33

Mhdk
6 0.47 2.63 8.1

Lunuk Buah Akar Nyatu Daun Lewang Mrm kecil Kmd kuning undus Kmd
6,6

0,7 -

28.47

13.65

31.1

30.65

43.3 15.7 54.6 11.33

Tk : Tutup kabali Pp : Pinding pandan Mhdk : Manggis hutan daun kecil

Mrm : Madang rambut merah Kmd : Kamunda

Banyaknya jenis buah yang dimakan oleh anak dengan tingkat umur berbeda menghasilkan perbedaan pada saat pemanfaatan waktu pengolahanya perwaktu (menit). Pada tabel diatas hanya buah pada jenis manggis hutan daun kecil dan daun kamunda yang dianggap mewakili, karena keduanya memiliki waktu penghitungan saat anak makan persatuan menit. Walaupun Jip mengkonsumsi buah nyatu undus dengan kecepatan tinggi (Tabel 4), hal ini dikarenakan saat proses mengunyah kebanyakan jip tidak mengambil semua daging buah yang ada, dari 4 ruang berisi daging buah hanya dimakan 2 isi pada

62

ruang daging buah tersebut (buah ini mirip seperti manggis biasa). Kemudian Jip meraih buah yang baru atau menunggu diberi induknya. Kondor hanya memakan 6 buah selama 1 menit, Kondor melakukan pemetikan, pengolahan sendiri tanpa bantuan induknya, karena usia kondor memasuki remaja sehingga memiliki pengalaman yag lebih dari yang lainnya. Kebutuhan karbohidrat yang tinggi membuat Kondor harus banyak memakan buah dengan waktu yang sempit. Banyak makan buah berarti banyak menggantikan energi yang hilang dalam beraktivitas. Terlihat Kondor sering mengumpulkan buah pada bagian lengannya, memakan satu per satu baru dibuang bijinya. Milo memakan buah manggis hutan daun kecil relatif kecil dalam satuan menit, dikarenakan saat mengolah Milo lebih sering lama saat mengupas dan membelah buah tersebut menjadi dua bagian. Saat meraih buah pun Milo cenderung lebih lama, memetik buah satu per satu lalu mengupasnya pun satu per satu. Pernah terlihat Milo sering memainkan buah manggis hutan tersebut dengan membawanya pindah dari satu dahan ke dahan lain sambil memilih buah yang lebih baik. Buah manggis hutan yang dimanfaatkan Jeri jauh lebih banyak dari yang dimanfaatkan Milo per satuan menit (Tabel 4). Induk jeri yang masih sering terlihat memberikan buah untuk dikupas oleh Jeri, atau memindahkan posisi Jeri kedahan yang lebih banyak buahnya. Namun saat mengolah buah Jeri lebih sering memainkannya didalam mulut baru bijinya dibuang. Jeri tidak sepenuhnya menunggu pemberian buah dari ibu, saat memetik, mengolah sendiri itu yang cukup memakan waktu lama sehingga buah yang dimakan berjumlah sedikit.

63

Daun kamunda dimakan oleh orangutan adalah daun yang mudanya tapi tak sedikit orangutan jantan memakan daun yang sudah tua. Kondor dan Jeri memiliki jumlah daun hampir sama permenitnya dan lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya (Tabel 4). Jeri memiliki kecenderungan selalu memakan akar kamunda, dari mulai bunga, daun sampai buah. Kecepatan dan makan yang tinggi saat mengolah daun kamunda karena Jeri memakan daun dari satu tangkai lalu dimakan seperti memakan jagung leaf stripping mouth/hand, teknik makan seperti ini tidak semua anak orangutan bisa melakukannya (Lihat dalam sub bab teknik makan daun). Untuk memakan daun kamunda Jeri lebih sering mencarinya sendiri tanpa bantuan induk, daun muda yang lembut dan halus memudahkan saat mengunyah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Saat memetik daun kamunda, Kondor terlihat lama karena harus memilah daun muda dan daun tua sebelum memakannya, lebih unik terlihat setelah leaf stripping mouth Kondor membuang daun yang tua lalu melanjutakan memakan daun yang muda. Hal yang sama telihat ketika leaf stipping hand (Lihat dalam sub bab teknik makan daun). Milo dan Jip lebih lama dalam memanfaatkan waktu untuk mengolah daun kamunda (Tabel 4). Saat memakan daun kamunda Milo lebih sering mengunyah dalam waktu yang lama didalam mulut, dikarenakan Milo lebih menyukai kandungan air yang ada pada ampas daun kamunda. Saat memetik pun Milo lebih terlihat tidak terburu-buru sambil memilih daun yang benar-benar muda. Jip mengolah daun sangat lambat sekali, lebih sering terlihat memainkannya diantara mulut kemudian dimakan.

64

4.6. Teknik makan 4.6.1. Teknik makan pada buah. Anak orangutan memakan buah sambil mempelajari teknik pengolahan dari induknya. Buah diambil dari pohon dengan menggunakan satu tangan, tangan yang lain memegang dahan (teknik makan bergantung). Saat memakan buah anak orangutan jarang duduk pada dahan pohon, mereka lebih sering bergelantungan sambil mencoba-coba (Handayani, 2003). Manggis hutan daun kecil (Garciana bancana) bentuk buah ini mirip dengan manggis biasa. Tidak semua area penelitian terdapat pohon manggis hutan daun kecil, jenis manggis ini terbagi menjadi dua berdasarkan ukuran daunnya yaitu, manggis hutan daun kecil (Garciana bancana) dan manggis hutan daun besar (Garciana sp). Teknik makan Jip dan Jeri saat mengolah buah manggis yaitu, dengan menjilati seluruh bagian kulit, kemudian baru dikupas. Proses pemisahan biji dan daging buah terjadi dimulut dengan menghisap-hisap daging buah. Manggis hutan yang mentah dikupas lalu digigit hanya 2-3 kali saja kemudia dibuang, perilaku ini terlihat pada Milo dan Jip. Setelah makan manggis hutan Milo dan Jip terlihat menjilat rambut pada lengannya. Perilaku seperti ini, orangutan menghisap rasa yang berasal dari keringat ditubuhnya untuk mengubah rasa tidak enak pada buah (Rijksen, 1978). Milo dan Kondor ketika memetik manggis hutan keduanya membelah menggunakan tangan, baru memakan daging buahnya dan menyemburkan

bijinya. Pinding pandan (Diospyros siamang) memiliki getah di antara kulit dengan daging buah, sehingga orangutan sering meludah saat mengupas kulit baru

65

memakan daging buahnya, seperti yang dilakukan Kondor, Jeri dan Jip. Pernah terlihat Jeri hanya menjilati kulit luarnya saja kemudian langsung membuangnya dan memetik buah yang baru. Buah tutup kabali (Diospyros pseudomalabarica) memiliki kanopi yang luas dan banyak percabangan. Buahnya tidak terlalu berbeda dengan manggis hutan, hanya daging buahnya lebih kenyal. Biasanya orangutan mengupas kulit dengan cara di belah, lalu daging buah dimakan kemudian bijinya disemburkan. Tapi untuk buah yang setengah matang dikupas dengan cara dipukul-pukulkan pada batang pohon baru dimakan daging buahnya. Induk sering memberikan kemudahan pada anaknya dengan mengupaskan kulitnya, kemudian daging buahnya diberikan ke anak untuk dimakan. Buah dangu (Willughbeia sp) memiliki bentuk mirip seperti buah bangkuang, namun pada dangu memiliki getah diantara kuli dan daging buah. Kulit dikupas sedikit demi sedikit sambil meludah baru dimakan daging buah dan bijinya. Lunuk (Ficus sp) buahnya berada pada akar yang melilit pada pohon buah. Pengolahan buah yang mentah, setengah matang, matang pada lunuk tidak terlalu berbeda (ukuran lunuk kecil). Milo memakan buah lunuk dengan cara mengumpulkannya di dalam tangan kemudian dimakan satu per satu, atau lunuk yang sudah dimakan dilepehkan bersama kulitnya. Pernah terlihat buah lunuk dicuci satu per satu pada tetesan air hujan yang ada pada daun baru kemudian dimakan, pernah juga lunuk dilap atau digosokan pada bagian tubuh (dada) baru dimakan. Buah lunuk dibelah menjadi 2 bagian dengan menggunakan mulut ataupun tangan, kemudian dimakan teknik makan ini dilakukan oleh Jip. Di daerah selatan dan timur areal penelitian pohon buah

66

tapuhut (Syzygium sp) sedang berbuah cukup banyak. Ukuran buah tapuhut kecil tetapi beruntun seperti anggur dengan jumlah 20-30 buah setiap tangkai. Deri memakan buah tapuhut sambil meminum susu induknya. Kondor dan Deri setelah memakan buah ini hanya menghisap airnya kemudian membuang ampasnya, karena buah tapuhut memiliki rasa sedikit asam (observasi pribadi). Akar kamunda yang melilit pada pohon juga memiliki buah yang bisa dimakan oleh anak orangutan, namun orangutan dewasa jarang terlihat makan buah kamunda. Kulit pada buah kamunda dikupas dengan mulut atau tangan kemudian hanya bijinya yang dimakan. Hutan Tuanan memiliki buah bintan (Licania splendens) yang mirip seperti kuaci, pengolahannya mirip seperti kuaci. Buah dipetik dari pohon menggunakan mulut lalu pemisahan daging buah dan kulit terjadi di dalam mulut, kemudian kulit dibuang. Kondor juga memakan buah kayu arang (Diospyros sp) yang mirip dengan pinding pandan, tapi ukurannya lebih kecil. Kulit buah ini dikupas dengan digigit di antara mulut, daging buah dimakan dan biji dibuang. Madang rambut merah (Ctenolophon parvipilius) oleh anak orangutan lebih senang mengumpulkannya di tangan, lalu dimakan satu per satu. Kondor memakan semua buah lalu kulit dan biji dilepehkan. 4.6.2. Teknik makan pada daun Teknik yang dipakai untuk makan daun umumnya tidak terlalu berbeda. Leaf stripping mouth/hand merupakan teknik memakan daun seperti jagung ada yang dikumpulkan di tangan atau langsung dimakan dengan mulut (Yohana, 2004), Jeri dan Milo menggunakan kedua teknik tersebut, terkadang juga hanya mengambil airnya dan membuang ampas. Jip dan Jeri sering memainkan daun kamunda sebelum dimakan dengan memakan sebagian dan sebagian lagi

67

dikeluarkan dari mulut, kemudian didorong keluar masuk menggunakan lidah, atau hanya menggigit-gigit kecil lalu membuangnya dan mengambil yang baru. Daun kamunda yang tumbuh bersamaan dengan bunga, oleh milo dan jip dimakan bersamaan antara daun dan bunganya. Namun Jip setelah menghisap airnya langsung membuang ampas daun dan bunganya. Akar kecil (Dischidia sp ) juga memiliki daun yang biasa dimakan oleh orangutan. Pada Milo dan Deri memakan daun dengan cara memetik dan menariknya baru dimakan sampai habis. Daun pada pinding pandan dimakan semua oleh Jip lalu membuang tulangnya. 4.6.3. Teknik makan pada kulit pohon Teknik makan saat mengolah kulit pantung tidaklah mudah, orangutan sering memakan bagian yang berwarna putih lalu menancapkan gigi dan

menariknya secara vertikal dari atas ke bawah (Handayani, 2003). Teknik ini terlihat pada individu Kondor dan Jip saat memakan kulit meruang, kadang Kondor menjilati kulit pantung sebelum dimakan atau hasil mengunyahnya Kondor lepehkan kembali. Saat induk membuang bekas kulit, Kondor dan Deri menjilatinya baru memakannya. Deri dan Jip terlihat lebih tertarik pada getah kulit pantung. Getah pantung dijilat setelah kulit dikupas dari pohon. Dahan pantung berukuran kecil mudah dipatahkan oleh Jeri mmenjadi dua bagian baru mengupas kulitnya dan memakan bagian empelur/kambium. 4.6.4. Teknik makan pada serangga Serangga yang biasa dimakan oleh orangutan ialah jenis rayap dan semut. Kondor dan Jeri memakan rayap pada pohon mati dengan membelahnya menjadi bagian yang bisa tergenggam oleh tangan baru dimakan terlihat ampas dari kayu

68

yang termakan disemburkan. Jeri memakan rayap dengan cara menghisapnya dari bongkahan kecil. Semut membangun sarang di antara daun atau sebuah lubang di batang pohon. Jeri dan Milo memakan semut beserta sarangnya yang ada di antara daun dan membuang kembali sarangnya dengan ludah (saliva). Kondor sering terlihat mengorek-ngorek lubang semut yang ada pada batang pohon dengan jarinya kemudian menjilati lubang tersebut menggunakan lidah dan memakan semut yang menempel pada lidah.

69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian inin diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Aktivitas harian yang paling tinggi dilakukan anak yang mandiri dan yang dalam proses mandiri adalah makan, diikuti istirahat, bergerak, sosial, digendong dan membuat sarang, sedangkan bagi anak dan bayi aktivitas harian tertinggi ada pada sosial, makan, digendong, istirahat,dan bersarang. 2. Pemanfaatan jenis makan buah dan daun pada remaja, anak dan bayi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya. 3. Adanya korelasi antara jarak anak dengan induk dipohon makan dengan tingkat umur bebeda. 4. Kecepatan makan tertinggi, ada pada tingkat umur anak tertua dan turun ke tingkat umur anak paling kecil. 5. Semua proses pembelajaran perilaku makan terutama teknik makan pada anak memerlukan waktu yang lama terlihat dari anak yang remaja masih sering berada di sekitar induk saat makan. 6. Anak mempelajari cara memilih dan mengolah jenis sumber pakan dari induknya.

70

5.2. SARAN Penelitian tentang perilaku makan anak pada tingkat umur berbeda masih jarang dilakukan, kebanyakan pada perilaku makan orangutan dewasa. Maka disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut diberbagai habitat orangutan selain Tuanan. Sehingga hasilnya diharapkan menjadi masukan dan referensi dalam upaya rehabilitasi orangutan di Indonesia.

71

DAFTAR PUSTAKA Basalamah, F. 2006. Peran Kelawat (Hylobates agilis albibarbis) sebagai penyebar biji di stasiun penelitian orangutan Tuanan, Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Biologi UNAS, Jakarta. Delgado, RA. JR and van Schaik. CP. 2001. The Behaviioral Ecology and Conservation of the Orangutan, Atale of Two Island. Evolutionary Anthropology : 201-218. Fishing, JP. 2001. Feeding Ecology of Guerezas in the Kakamega Forest , Kenya : The Importance of Moraceae Fruit in Their Diet. International Journal of Primatology, Vol.22, No.4. Fredriksson, G. 1995. Reintroduction of Orangutan : A new Approach A study on the Behaviour ang Ecology of Reintroduced Orangutan in The Sungai Wain. Nature Reserve, East Borneo. Indonesia. Thesis. Universiteut van Amsterdam. Galdikas. 1978. Adaptasi orangutan di suaka Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. UI Press. Jakarta. Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe. Cambridge, MA: Harvard University. Press Groves CP. 2001. Primate Taxonomy. Smithsonian institution press. Washington and London, hal 298-300. Handayani, DP. 2003 Adaptasi Perilaku Harian Orangutan (Pongo pygmaeus linnaeus, 1760) Reintroduksi di Hutan Lindung Gunung Meratus. Kalimatan Timur. Skripsi. UNJ. Jakarta Jolly, A. 1985. The evolution of Primate Behaviour Macmillan Publishing Co. New York Kelley, J. 1997. Paleobiological and Phylogenetic Significant of Life Histories in Miocere Hominoids. New York. Knott CD. 1998. Changes in orangutan caloric intake, energy balance, and ketones in response to fluctuating fruit availability. Internasional Journal of Primatology. Volume. 19, No. 6:1061-1069. Maple, T.L.1980. Orangutan Behavior. Van Nostrand Reinhold Company, New York.

72

Meididit, A. 2006. Macam Pakan, Aktivitas harian orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii TIEDEMANN, 1808) dan ketersediaan buah di stasiun penelitian orangutan Tuanan, Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Biologi UNAS, Jakarta. Mackinnon JR. 1974. The Behavior and Ecology of Wild Orangutan (Pongo pygmaeus) Animal Behavior, 22:3. Napier, JR. And Napier, PH. 1985. The Natural History of Primate. British Museum (Natural History) Cromwell Road. London Primack, BP., Supriatna, J.,. Indrawanm, M., Kamadibrata, P. 1998. Biologi Konservasi.Yayasan Obor Indonesia , Jakarta. Richard, AF. 1985. Primate in Nature. W. H. Freeman and Company. New York Rijksen, HD., Meijaard. E., Kartikasari, S.N. 1999. Diambang Kepunahan, Kondisi Orangutan Liar diawal abad ke-21. The Gibbon Foundation dan The Troppenbos Foundation. Jakarta. Rodman, PS. 1977. Feeding Behavior of Orangutan In Kutai Reserve, East Borneo. Clutton Brock T.H (ed), Academyc. Press. London Rodman, PS. 1999. Whiter Primatology ? The Place of Primate in Contemporary Anthropology. Anru Rev. Anthropol. 28;311;39. Russon, AE. 1994. Orangutan:Wizard of the rainforest. Key porter book limited. Toronto. Ontorio. Canada. Shofiana, R. 2007. Adaptasi Perilaku Harian Orangutan Sumatera (Pongo abelii lesson 1827) Reintroduksi pada dua tipe Hutan berbeda di Taman Nasional Bukit tigapuluh, Jambi. Skripsi. UNJ. Jakarta Siegel.S dan Castellan NJ. 1988. Non parametric statistic for the behavioral science. MacGraw-hill book company, New York, Sugardjito. 1986. Ecological Constraints on the Behavior of Sumatran Orangutan-In Gunung Leuser National Park Indonesia. Drukerijj Pressa Trajectina. Utrecht. Suhandi, AS. 1988. Regenerasi Jenis Tumbuhan yang Dipencarkan Orangutan Sumatera di Suaka Alam Gunung Leuser. Skripsi. UNAS. Jakarta Supriatna J. dan Hendras EW. 2000. Panduan lapangan primata Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

73

Suryo, GA. 2007. Perilaku Makan Serangga pada Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii TIEDEMANN, 1808) Jantan dan Betina di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Biologi UNAS, Jakarta. Tilman. AD., Hartadi., Reksohadiprodjo. S. 1991. Ilmu Makanan Ternak. Gadjah Mada University. Yogjakarta Tinbergen, N. 1979. Peri-Laku Binatang. Pustaka Time-Life, Jakarta. Utami Atmoko SS. 2000. Bimaturism in orangutan males. PhD thesis, Uthrech University, Netherland. Yuwono, E.H., dkk. 2007. Petunjuk Teknis : Penanganan Konflik ManusiaOrangutan di dalam dan sekitar Perkebunan Kelapa Sawit. WWFIndonesia Jakarta van Schaik, CP. 2006. Antara Orangutan Kera merah dan Bangkitnya Kebudayaan Manusia. Yayasan BOSF. Jakarta Voros, J. 2000. Geophagy by Rehabilitated Orangutan (Pongo pygmaeus) in Sungai Wain Forest Indonesia Borneo. Thesis. Programme in Geography. York Univ. Toronto. Ontorio Walpole, ER. 1992. Pengantar Statistika. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yohana, T. 2004. Kode dan Deskripsi Teknik Makan Orangutan di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta . Zulfa, A. 2006 Aktivitas, Komposisi makanan dan Kandungan Nutrien dari Makanan utama Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii TIEDEMANN, 1808) Betina yang memiliki anak dengan umur berbeda di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Biologi UNAS, Jakarta.

74

Tabel lampiran 1. Uji Kruskal-Wallis terhadap proporsi penggunaan waktu pada aktivitas harian tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Rank
Focal N Mean rank Makan Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Gerak Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Isturahat Kondor Milo Jeri Deri Jip Total 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 42.54 40.15 32.77 34.58 12.62 47.85 44.23 41.23 19.17 9.00 50.77 41.46 42.00 16.25 10.77 Sosial Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Cling Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Sarang Kondor Milo Jeri Deri Jip Total 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 56.77 31.62 24.50 24.50 24.50 11.00 26.54 24.15 47.42 54.54 Focal N Mean Rank 12.88 22.81 28.46 46.42 53.00

Test Statistics(a,b) Makan Chi-Square df Asymp. Sig. 45.761 4 .000 Gerak 44.546 4 .000 Istirahat 20.966 4 .000 Social 41.458 4 .000 cling 48.920 4 .000 Sarang 50.384 4 .000

a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda Keterangan : Hasil menyatakan terdapat perbedaan yang berarti pada semua aktivitas harian (makan, gerak, istirahat, sosial, cling dan sarang) antar tingkat umur anak (P<0.01). (penolakan Ho).

75

Tabel Lampiran 2. Uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan proporsi penggunaan aktivitas harian pada tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah. Ranks INDIVIDU kondor milo Total kondor milo Total kondor milo Total kondor milo Total kondor milo Total kondor milo Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 16.77 10.23 14.62 12.38 13.77 13.23 10.81 16.19 8.00 19.00 18.77 8.23 Sum of Ranks 218.00 133.00 190.00 161.00 179.00 172.00 140.50 210.50 104.00 247.00 244.00 107.00

Makan Gerak Sarang Sosial Cling Sarang

Test Statistics(b)
Makan 42.000 133.000 -2.179 .029 .029(a) Bergerak 70.000 161.000 -.744 .457 .479(a) Istirahat 81.000 172.000 -.179 .858 .880(a) Social 49.500 140.500 -1.890 .059 .072(a) Digendong 13.000 104.000 -4.078 .000 .000(a) Bersarang 16.000 107.000 -3.616 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU.


Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

76

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU kondor jeri Total kondor jeri Total kondor jeri Total kondor jeri Total kondor jeri Total kondor jeri Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 16.00 11.00 15.23 11.77 15.69 11.31 9.08 17.92 10.00 17.00 20.00 7.00 Sum of Ranks 208.00 143.00 198.00 153.00 204.00 147.00 118.00 233.00 130.00 221.00 260.00 91.00

Makan Gerak Istirahat Social Cling Sarang

Test Statistics(b) Makan Gerak Istirahat Mann-Whitney U 52.000 62.000 56.000 Wilcoxon W 143.000 153.000 147.000 Z -1.667 -1.154 -1.462 Asymp. Sig. (2.096 .249 .144 tailed) Exact Sig. [2*(1.101(a) .264(a) .153(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU Social 27.000 118.000 -3.011 .003 .002(a) Cling 39.000 130.000 -2.987 .003 .019(a) Sarang .000 91.000 -4.631 .000 .000(a)

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

77

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU kondor deri Total kondor deri Total kondor deri Total kondor deri Total kondor deri Total kondor deri Total N 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 Mean Rank 19.00 6.50 19.00 6.50 14.54 11.33 7.00 19.50 7.00 19.50 19.00 6.50 Sum of Ranks 247.00 78.00 247.00 78.00 189.00 136.00 91.00 234.00 91.00 234.00 247.00 78.00

Makan

Gerak

Istirahat

Social

Cling

Sarang

Test Statistics(b) Makan .000 78.000 -4.243 Gerak Istirahat .000 58.000 78.000 136.000 -4.251 -1.088 .277 .295(a) Social .000 91.000 -4.289 .000 .000(a) Cling .000 91.000 -4.575 .000 .000(a) Sarang .000 78.000 -4.497 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2.000 .000 tailed) Exact Sig. [2*(1.000(a) .000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

78

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU kondor jip Total kondor jip Total kondor jip Total kondor jip Total kondor jip Total kondor jip Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 20.00 7.00 20.00 7.00 19.54 7.46 7.00 20.00 7.00 20.00 20.00 7.00 Sum of Ranks 260.00 91.00 260.00 91.00 254.00 97.00 91.00 260.00 91.00 260.00 260.00 91.00

Makan Gerak Istirahat Social Cling Sarang

Test Statistics(b) Makan .000 91.000 -4.333 Gerak Istirahat .000 6.000 91.000 97.000 -4.631 -4.033 .000 .000(a) Social .000 91.000 -4.375 .000 .000(a) Cling .000 91.000 -4.631 .000 .000(a) Sarang .000 91.000 -4.631 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2.000 .000 tailed) Exact Sig. [2*(1.000(a) .000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01

79

Lanjutan Tabel Lampiran 2.


Ranks INDIVIDU Milo jeri Total milo jeri Total milo jeri Total milo jeri Total milo jeri Total milo jeri Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 13.54 13.46 14.77 12.23 15.15 11.85 12.15 14.85 13.85 13.15 15.00 12.00 Sum of Ranks 176.00 175.00 192.00 159.00 197.00 154.00 158.00 193.00 180.00 171.00 195.00 156.00

Makan

Gerak

Istirahat

Social

Cling

Sarang

Test Statistics(b) Makan Mann-Whitney U 84.000 Wilcoxon W 175.000 Z -.026 Asymp. Sig. (2.980 tailed) Exact Sig. [2*(11.000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU Gerak 68.000 159.000 -.846 .397 .418(a) Istirahat 63.000 154.000 -1.103 .270 .287(a) Social 67.000 158.000 -.906 .365 .390(a) Cling 80.000 171.000 -.234 .815 .840(a) Sarang 65.000 156.000 -1.802 .072 .336(a)

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

80

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU milo deri Total milo deri Total milo deri Total milo deri Total milo deri Total milo deri Total N 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 Mean Rank 18.85 6.67 18.08 7.50 14.23 11.67 7.77 18.67 7.69 18.75 14.38 11.50 Sum of Ranks 245.00 80.00 235.00 90.00 185.00 140.00 101.00 224.00 100.00 225.00 187.00 138.00

Makan Gerak Istirahat Social Cling Sarang

Test Statistics(b) Makan 2.000 80.000 -4.134 Gerak Istirahat 12.000 62.000 90.000 140.000 -3.597 -.870 .384 .406(a) Social 10.000 101.000 -3.713 .000 .000(a) Cling 9.000 100.000 -3.754 .000 .000(a) Sarang 60.000 138.000 -1.734 .083 .347(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2.000 .000 tailed) Exact Sig. [2*(1.000(a) .000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

81

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU milo jip Total milo jip Total milo jip Total milo jip Total milo jip Total milo jip Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 19.85 7.15 20.00 7.00 18.54 8.46 7.69 19.31 7.00 20.00 15.00 12.00 Sum of Ranks 258.00 93.00 260.00 91.00 241.00 110.00 100.00 251.00 91.00 260.00 195.00 156.00

Makan

Gerak

Istirahat

Social

Cling

Sarang

Test Statistics(b) Makan 2.000 93.000 -4.231 Gerak Istirahat .000 19.000 91.000 110.000 -4.631 -3.365 .001 .000(a) Social 9.000 100.000 -3.885 .000 .000(a) Cling .000 91.000 -4.334 .000 .000(a) Sarang 65.000 156.000 -1.802 .072 .336(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2.000 .000 tailed) Exact Sig. [2*(1.000(a) .000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

82

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU jeri deri Total jeri deri Total jeri deri Total jeri deri Total jeri deri Total jeri deri Total N 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 13 12 25 Mean Rank 18.85 6.67 18.23 7.33 12.54 13.50 8.62 17.75 8.00 18.42 13.00 13.00 Sum of Ranks 245.00 80.00 237.00 88.00 163.00 162.00 112.00 213.00 104.00 221.00 169.00 156.00

Makan Gerak Istirahat Social Cling Sarang

Test Statistics(b) Makan Mann-Whitney U 2.000 Wilcoxon W 80.000 Z -4.134 Asymp. Sig. (2.000 tailed) Exact Sig. [2*(1.000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU Gerak Istirahat 10.000 72.000 88.000 163.000 -3.706 -.326 .000 .000(a) .744 .769(a) Social 21.000 112.000 -3.101 .002 .001(a) Cling 13.000 104.000 -3.560 .000 .000(a) Sarang 78.000 156.000 .000 1.000 1.000(a)

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

83

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU jeri jip Total jeri jip Total jeri jip Total jeri jip Total jeri jip Total jeri jip Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 19.69 7.31 20.00 7.00 18.08 8.92 8.08 18.92 7.00 20.00 13.50 13.50 Sum of Ranks 256.00 95.00 260.00 91.00 235.00 116.00 105.00 246.00 91.00 260.00 175.50 175.50

Makan

Gerak

Istirahat Social

Cling Sarang

Test Statistics(b) Makan 4.000 95.000 -4.128 Gerak Istirahat .000 25.000 91.000 116.000 -4.631 -3.057 .002 .002(a) Social 14.000 105.000 -3.616 .000 .000(a) Cling .000 91.000 -4.359 .000 .000(a) Sarang 84.500 175.500 .000 1.000 1.000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2.000 .000 tailed) Exact Sig. [2*(1.000(a) .000(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

84

Lanjutan Tabel Lampiran 2. Ranks INDIVIDU deri jip Total deri jip Total deri jip Total deri jip Total deri jip Total deri jip Total N 12 13 25 12 13 25 12 13 25 12 13 25 12 13 25 12 13 25 Mean Rank 15.92 10.31 17.33 9.00 17.58 8.77 10.00 15.77 10.25 15.54 13.00 13.00 Sum of Ranks 191.00 134.00 208.00 117.00 211.00 114.00 120.00 205.00 123.00 202.00 156.00 169.00

Makan

Gerak

Istirahat

Social

Cling

Sarang

Test Statistics(b) Makan Gerak Istirahat Mann-Whitney U 43.000 26.000 23.000 Wilcoxon W 134.000 117.000 114.000 Z -1.904 -3.415 -3.003 Asymp. Sig. (2.057 .001 .003 tailed) Exact Sig. [2*(1.060(a) .004(a) .002(a) tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU Social 42.000 120.000 -1.958 .050 .052(a) Cling 45.000 123.000 -1.795 .073 .077(a) Sarang 78.000 169.000 .000 1.000 1.000(a)

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan aktivitas harian anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

85

Tabel Lampiran 3. Uji Kruskal-Wallis terhadap proporsi penggunaan waktu pada setiap jenis pakan antara
Rank Focal N Mean rank Buah Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Daun Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Bunga Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Vegetasi Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Test Statistics(a,b) BUAH Chi-Square df Asymp. Sig. 27.621 4 .000 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: INDIVIDU DAUN 13.151 4 .011 BUNGA 7.768 4 .100 VEGETASI 4.615 4 .329 KULIT 8.819 4 .066 SERANGGA 26.862 4 .000 AIR 3.555 4 .470 SUSU 48.671 4 .000 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 26.54 36.27 33.12 39.25 27.85 40.23 32.92 31.00 25.00 32.77 27.46 44.92 20.23 32.92 37.00 34.23 23.85 54.23 31.13 18.96 Kulit Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Cling Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Sarang Kondor Milo Jeri Deri Jip Total Sarang Kondor Milo Jeri Deri Jip Total 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 13 13 13 12 13 64 10.50 26.69 25.27 45.42 55.62 32.85 30.50 35.42 30.50 33.08 45.85 42.23 31.54 21.00 21.00 Focal N Mean Rank 39.85 30.65 23.69 40.00 28.88

tingkatan umur anak di Stasiun

Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah.

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur Keterangan : Hasil menyatakan terdapat perbedaan yang berarti pada jenis pakan buah, serangga dan susu antara tingkatan umur anak (P<0.01). berbeda

86

Tabel Lampiran 4. Uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan proporsi penggunaan waktu pada setiap jenis pakan antara tingkatan umur anak di Stasiun Penelitian Tuanan, Kalimantan Tengah.
Ranks INDIVIDU Kondor Milo Total SERANGGA Kondor Milo Total SUSU Kondor Milo Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 9.00 18.00 117.00 234.00 13.88 13.12 180.50 170.50 Mean Rank 15.85 11.15 Sum of Ranks 206.00 145.00

BUAH

Test Statistics(b) BUAH Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda 54.000 145.000 -1.564 .118 .125(a) SERANGGA 79.500 170.500 -.260 .795 .801(a) SUSU 26.000 117.000 -3.533 .000 .002(a)

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

87

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU Kondor Jeri Total Kondor Jeri Total Kondor Jeri Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 9.23 17.77 16.85 10.15 8.50 18.50 Sum of Ranks 120.00 231.00 219.00 132.00 110.50 240.50

BUAH

SERANGGA

SUSU

Test Statistics(b) BUAH 29.000 120.000 -2.846 .004 .003(a) SERANGGA 41.000 132.000 -2.320 .020 .026(a) SUSU 19.500 110.500 -3.805 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

88

Lanjutan Tabel Lampiran 4.

Ranks INDIVIDU BUAH Kondor Deri Total SERANGGA Kondor Deri Total SUSU Kondor Deri Total N 13 12 25 13 12 25 13 12 25 Mean Rank 13.46 12.50 17.62 8.00 7.00 19.50 Sum of Ranks 175.00 150.00 229.00 96.00 91.00 234.00

Test Statistics(b) BUAH 72.000 150.000 -.326 .744 .769(a) SERANGGA 18.000 96.000 -3.684 .000 .001(a) SUSU .000 91.000 -4.575 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

89

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU Kondor Jip Total Kondor Jip Total Kondor Jip Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 16.69 10.31 18.50 8.50 7.00 20.00 Sum of Ranks 217.00 134.00 240.50 110.50 91.00 260.00

BUAH

SERANGGA

SUSU

Test Statistics(b) BUAH 43.000 134.000 -2.136 .033 .034(a) SERANGGA 19.500 110.500 -3.805 .000 .000(a) SUSU .000 91.000 -4.632 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

90

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU Milo Jeri Total Milo Jeri Total Milo Jeri Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 7.77 19.23 15.92 11.08 14.23 12.77 Sum of Ranks 101.00 250.00 207.00 144.00 185.00 166.00

BUAH

SERANGGA

SUSU

Test Statistics(b) BUAH 10.000 101.000 -3.821 .000 .000(a) SERANGGA 53.000 144.000 -1.726 .084 .113(a) SUSU 75.000 166.000 -.492 .623 .650(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

91

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU BUAH Milo Deri Total SERANGGA Milo Deri Total SUSU Milo Deri Total N 13 12 25 13 12 25 13 12 25 Mean Rank 11.15 15.00 16.69 9.00 8.00 18.42 Sum of Ranks 145.00 180.00 217.00 108.00 104.00 221.00

Test Statistics(b) BUAH 54.000 145.000 -1.306 .191 .205(a) SERANGGA 30.000 108.000 -3.152 .002 .008(a) SUSU 13.000 104.000 -3.542 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

92

Lanjutan Tabel Lampitran 4. Ranks INDIVIDU Milo Jip Total SERANGGA Milo Jip Total SUSU Milo Jip Total BUAH N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 14.77 12.23 17.50 9.50 7.46 19.54 Sum of Ranks 192.00 159.00 227.50 123.50 97.00 254.00

Test Statistics(b) BUAH 68.000 159.000 -.854 .393 .418(a) SERANGGA 32.500 123.500 -3.261 .001 .006(a) SUSU 6.000 97.000 -4.033 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

93

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU BUAH Jeri Jip Total SERANGGA Jeri Jip Total SUSU Jeri Jip Total N 13 13 26 13 13 26 13 13 26 Mean Rank 19.77 7.23 16.00 11.00 7.31 19.69 Sum of Ranks 257.00 94.00 208.00 143.00 95.00 256.00

Test Statistics(b) BUAH 3.000 94.000 -4.194 .000 .000(a) SERANGGA 52.000 143.000 -2.422 .015 .101(a) SUSU 4.000 95.000 -4.132 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

94

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU Jeri Deri Total SERANGGA Jeri Deri Total SUSU Jeri Deri Total BUAH N 13 12 25 13 12 25 13 12 25 Mean Rank 18.46 7.08 15.31 10.50 7.69 18.75 Sum of Ranks 240.00 85.00 199.00 126.00 100.00 225.00

Test Statistics(b) BUAH 7.000 85.000 -3.862 .000 .000(a) SERANGGA 48.000 126.000 -2.335 .020 .110(a) SUSU 9.000 100.000 -3.756 .000 .000(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

95

Lanjutan Tabel Lampiran 4. Ranks INDIVIDU Deri Jip Total Deri Jip Total Deri Jip Total N 12 13 25 12 13 25 12 13 25 Mean Rank 16.04 10.19 13.00 13.00 8.25 17.38 Sum of Ranks 192.50 132.50 156.00 169.00 99.00 226.00

BUAH

SERANGGA

SUSU

Test Statistics(b) BUAH 41.500 132.500 -1.999 .046 .046(a) SERANGGA 78.000 169.000 .000 1.000 1.000(a) SUSU 21.000 99.000 -3.101 .002 .001(a)

Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]


a Not corrected for ties. b Grouping Variable: INDIVIDU

Ho : Tidak terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda H1 : Terdapat perbedaan pada pemanfaatan jenis pakan anak dengan tingkat umur berbeda

Keterangan Garis bawah pada angka menunjukan adanya perbedaan aktivitas yang berarti (P<0,01)

96

Tabel Lampiran 5. Jenis-jenis pakan orangutan SPOU Tuanan, Kalimantan Tengah (Tim riset Tuanan, 2006)
Counter 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Jenis Akar dangu Akar gerising Akar kalalawit Akar kamunda (Akar buncis) Akar kecil 1 Akar kecil 2 Akar kuning Akar tampelas (Bajaka tampelas) Anggrek akar kecil Anggrek tanah Bintan Epiphyte Gandis Gerising besar Gerising kecil Jambu burung Jambu lancip Jambu mente Kamuning Karamunting Karandau Karandau putih (K. baputi) Katiau Kayu lalas Kayu Rasak Kayu sapat 1 Kayu seribu Kayu tulang Keput bajuku Lewang Lunuk Lunuk beringin Lunuk besar Lunuk kecil Lunuk kuning Lunuk lombok Lunuk tanah Lunuk ungu besar Ebenaceae Icacinaceae Sapotaceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Moraceae Diospyros Stemonurus Pouteria Ficus Ficus Ficus Ficus Ficus Ficus Ficus Ficus confertiflora cf. scorpioides cf. malaccensis sp.1 sp.2 sp.3 sp.4 sp.8 sp.5 sp.6 sp.7 Guttifereae Pandanaceae Pandanaceae Myrtaceae Myrtaceae Anacardiaceae Polygalaceae Melastomataceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Sapotaceae Rubiaceae Dipterocarpaceae Burseraceae Garcinia Pandanus Pandanus Syzygium Syzygium Anacardia Xanthophyllum Melastoma Neoscortechinia Blumeodendron Madhuca Musaendopsis Cotylelobium Santiria parvifolia sp.1 sp.2 sp.8 sp.9 occidentale sp.1 malabathricum kingii kurzii motleyana beccarium melanoxylon cf. laevigata Family Apocynaceae Pandanaceae Rubiaceae Leguminoseae Asclepiadaceae Moraceae Menispermaceae Gnetaceae Genus Willughbeia Freycinetia Uncaria Leucomphalos Dischidia Ficus Fibraurea Gnetum species sp.1 sp.1 sp.1 callicarpus sp.1 sp.9 tinctoria sp.1

Orchidaceae Chrysobalanaceae

some orchid Licania (Parastemon)

sp.2 splendens

97

39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 67 68 69 70 71 72 73 74 75

Madang rambut merah Manggis hutan daun besar Manggis hutan daun kecil Maranti (Lanan) Maruang (Meruang) Mipa (=garungan) Murui Nyatoh puntik (suluh gita) Nyatoh undus buah besar Nyatoh undus buah merah Nyatoh undus daun ujung (Nyatoh undus daun lancip) Pakan Pantung Pendo Piais Pinding pandan (Kayu Arang) Rahanjang (Maharajang, Haranjang) Rambutan hutan ramuan Rengas parei (Rengas) Rewui Rotan sangkuru Tagula Tampang Tangon Tantimun Tapuhut Tarantang Tatumbu empat gigi Tatumbu hitam Tatumbu kalepang Tatumbu kasar Tatumbu merah Tatumbu pohon merah Tatumbu putih Tatumbu ungu Tutup kabali

Linaceae Guttifereae Guttifereae Dipterocarpaceae Myristicaceae Hypericaceae Sapotaceae Sapotaceae Sapotaceae Sapotaceae Moraceae Apocynaceae Sterculiaceae Sapindaceae Ebenaceae Annonaceae Sapindaceae Anacardiaceae Tiliaceae Palmae Lauraceae Moraceae Tetrameristaceae Myrtaceae Anacardiaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Ebenaceae

Ctenolophon Garcinia Garcinia Shorea Myristica Cratoxylum Palaquium Palaquium Palaquium Payena Parartocarpus Dyera Sterculia Nephelium Diospyros Xylopia Nephelium Buchanania Microcos Litsea Artocarpus Tetramerista Syzygium Campnosperma Syzygium Syzygium Syzygium Syzygium Syzygium Syzigium Syzygium Syzygium Diospyros

parvifolius sp.1 bancana sp.1 lowiana glaucum pseudorostratum cochlearifolium ridleyi leerii Venenosus lowii sp.1 maingayi siamang fusca sp.1 sp.1 sp.1 sp.1 sp.1 sp.1 glabra sp.10 coriaceum sp.12 sp.3 sp.1 cf. garcinifolia sp.6 sp.7 havilandii sp.11 pseudomalabarica

98

Tabel Lampiran 6. Deskripsi teknik makan anak dengan tingkat umur berbeda (Yohana, 2004 ; Putra, 2007) NO Deskripsi teknik makan 1 Manggis Hutan Daun Kecil (Mhdk) a. Mhdk kulit luar dijilati lalu kultnya dikupas baru dimakan b. Mhdk digigit 2-3 kali daging dan kulitnya, kemudian langsung dibuang c.Buah dibelah jadi 2 bagian dengan tangan lalu daging dan biji dimakan Pinding Pandan a. Buah dijilati kulitnya lalu dibuang, kemudian ambil yang baru b. Buah dikupas dengan tangan lalu daging di gigit tengahnya sedikit, getah diludahkan bersama daging tadi Tutup Kabali (Tk) a. T.k, dikupas dengan tangan, dimakan daging dan biji kulit dibuang dan biji disembur b. Tk.dikupas dengan mulut dibagi 2 bagian dimakan hanya daging kulit dan biji langsung dibuang c. Tk, Mengambil buah yang sudah dikupas oleh induknnya lalu dimakan d. Tk dikupas dengan dipukulpukul kedahan yang besar lalu dimakan Dangu a. Buah dikupas sedikit-sedikit dengan mulu dimakan daging buah, biji dan kulit dibuang Lunuk a. Buah dicuci dengan air hujan di genangan daun pada pohon makan Individu Simbol makan Skin-lick Try-eat meat Teknik kupas-buah teknk

Jeri, Jip Milo, Jip Milo,Kondor

Jeri Jeri, Jip, Kondor

Meludah-kulit Teknik tangan kupas-

Jeri Jeri

Teknik tangan

kupas-

teknik kupas-teknik mulut Sharr-fruit Teknik pukul kupas-

Jeri, Milo Jeri

Milo, Jip

Petik buah-kupasbiji Take skin fruit-clean

Milo

99

Lanjutan Tabel Lampiran 6. b. Buah diambil sebanyakbanyaknya dalam genggaman tangan tapi dimakan 1/1 c, Buah dimakan setelah dikunyah beberapa menit lalu dilepehkan d. Buah dibersihkan seperti dilap pada badanya e. Buah dipetik beberapa lalu dibelah dengan tangan dan mulut seperti jadi 2, kemudian dimakan Tapuhut a. Buah dipetik dimakan semua sambil bergelantungan b. Buah dimakan sebanyakbanyaknya lalu dilepehkan kebawah c. Makan buah sambil minum susu, buahnya di makan 1/1 Madang Rambut Merah a. Buah dikumpulkan dalam tangan dimakan1/1 biji dan kulit dibuang Kayu arang a. kulitnya dikupas dengan mulut yang dimakan hanya buah dan biji. Nyatu Undus a. buah dan biji dimakan semuanya kecuali kulit dibuang dengan cara disemburkan Bintan a. Buah dimakan seperti membuka kuaci dengan mulut, lalu ampas dibuang Buah Kamunda a. buah dikupas dengan mulut tapi yang dimakan hanya bijinya kulitnya di buang Tarik cabangkumpul-1/1 Petik buah-kunyahlepeh Clean body Take-fruit-sharr

Milo Milo Milo Milo,Jip

Deri, Jip Deri, Kondor Deri Kondor

Take fruit-eat all Teknik kumpulmulut-lepeh Take drink fruit-1/1-

Petik buah-kumpul

Kondor

Teknik mulut

Kondor

Petik buah-kupasbiji

kondor

Jeri, Milo

Teknik mulut-biji

100

Lanjutan Tabel Lampiran . 6. 2 Daun Kamunda a. daun dipetik langsung Jeri setangkai lalu dimakan 1/1 b. daun dikunyah lalu hanya di hisap airnya, ampasnya dibuang c. daun ditetesi air pada ujung tangkai baru dimakan sampai habis d. daun dimakan tapi hanya sebagian, sebagian lagi ditahan diluar mulut didorong keluarmasuk beberapa kali baru dimakan e. daun hanya digigit tapi tidak dimakan habis f. daun dikumpulkan sebanyakbanyaknya ditangan lalu dimakan sekaligus g. daun dan bunga dimakan habis berbarengan langsung dari pohonnya h. daun dan bunga dimakan berbarengan tapi setelahnya langsung dilepehan i. leaf striping hand/mouth, daun dipeti setangaki penuh dimakan seperti jagung. Daun Kamuning a. daun diambil sebanyakbnyaknya dikumpul dalam tangan dimakan semua b. daun diambil 1/1 dari tangkai sampai habis baru dimakan Daun akar kecil a. daun dimakan 1/1 sambil menarik akar dari atas pohon buah Daun Muda Pinding Pandan a. Daun muda dimakan 1/1 lalu dinuang hanya tulang daunnya Tarik cabang-1/1

Jeri, Milo, Deri, Juicy Jip, Kondor Jeri, Jip Wash-water Jeri , Jip Try-eat Lv

Milo, Jeri, Jip Milo, Jeri Milo, Jip Jip

Try-eat lv Petik daun-kumpul Teknik mix Teknik mix-lepeh

Milo, Jeri

LSH LSM Petik daun-kumpul Petik tangkai Teknik mulut-1/1

Jeri, Kondor Milo, Jip Milo, Deri

Jip

Teknik mulut-1/1

101

Lanjutan Tabel Lampiran 6. 3 Kulit Pantung a. kulit dibuka lalu dikerok bagian dalamnya (empelur/kambium) b. kulit bekas gigitan induknya dijilat lalu dimakan c. Getah pantung dijilat dari bekas kupasan induknya d. Kulit pantung dibuka dengan tangan dari pohon getah dijilat, empelur/kambium dimakan e. kulit pantung dijilat, dimakan bagian dalamnya langsung dilepehan kemudian mengelap dengan daun g. Batang pantung dipatahkan jadi 2 bagian lalu bagian tengahnya dimakan langsung Meruang a. Kulit Meruang dikupas dengan gigi dimakan kulitnya sedikitsedikit Serangga a. kayu mati dibelah dengan tangan lalu rayapnya dimakan b. Rayap dihisap langsung dari kayu mati c. Rayap bekas induknya dimakan kayu mati yang termakan disemburkan d. Mengorek-ngorek lubang semut dipohon dengan jari lalu dijilat dengan lidah baru dimakan. e. memakan sarang semut di tangai daun, tapi sarang dilepehkan

Kondor Kondor, Deri Jip, Deri Jip, Deri Jip, Kondor

Teknik mulut Sharr-bark

Teknik kupas Teknik mulut-lepeh

Jeri

Teknik mix

Jip

Teknik mulut

kupas-

Jeri, Kondor Jeri Milo Kondor

Break branch Teknik hisap Sharr-ins Fingers searching

Jeri, Milo

Lv -twig

102

Lampiran Gambar 7. Denah penelitian dan habitat orangutan, Tuanan, Kalimantan tengah

Peta SPO Tuanan, Kalimantan tengah

Kerapatan vegetasi hutan Tuanan (Putra, 2007 )

Camp SPO Tuanan (Meididit, 2004)

Luas area transek penelitan SPO Tuanan (Prasetyo, 2003)

Luas area penelitian dan keadaan hutan Tuanan (Rwanda, 2005)

Jalan papan menuju Camp SPOT ketika musim kemarau (asap) (Meididt, 2006)

103

Lampiran Tabel 8. Pendataan anak orangutan dengan tingkat umur berbeda per bulan Individu Kondor Milo Jeri Deri Jip November terdata Desesmber terdata Januari terdata terdata terdata Februari terdata terdata terdata terdata Maret terdata terdata terdata April terdata terdata

104

Lampiran Gambar 9. Jenis-jenis pakan orangutan di hutan Tuanan (Putra, 2007)

Madang rambut merah (Ctenolophon parvifolius) (matang )

Madang rambut merah (Ctenolophon parvifolius) (mentah)

Manggis hutan daun kecil (Garciana bancana)

Manggis hutan daun kecil (Garciana bancana)

Buah lunuk (Ficus sp)

Buah kamunda (Leucomphalos callicarpus)

105

Manggis hutan daun kecil (Garciana bancana) (Dunkel, 2004)

Akar dangu (Willughbeia sp) (Dunkel, 2004)

Tutup kabali (Diospyros pseudomalabarica) (Wich, 2003)

Pinding pandan (Diospyros siamang) (Meididit, 2004)

Nyatu undus daun ujung (Payena leeni) (Geurt, 2004)

Kayu arang (Diospyros sp) (Putra, 2007)

106

Daun kamuning (Xanthophylum sp) (Bastian, 2004)

Daun dan bunga kamunda (Leucomphalos callicarpus) (Meididit, 2006)

Daun grising (Freycinetia sp) (Odom, 2004)

Akar kecil (Dischidia sp) (Geurt, 2004)

Rayap (Ternites) (Dunkel, 2004)

Kulit pohon pantung (Dyera lowii) (Putra, 2006)

107

Lampiran Gambar 10. Individu target penelitian (Putra, 2007)

Kondor (betina) : 7 tahun, 6 bulan

Milo (betina) : 5 tahun, 7 bulan

Jeri (jantan) : 4 tahun, 6 bulan

Deri (jantan) : 3 tahun, 10 bulan

Jip (jantan) : 1 tahun, 2 bulan

108

109

110

111

7)

ondor (betina)

Jeri (jantan)

112

Jip (jantan)

Milo (betina)

Deri (jantan)

113

114

Anda mungkin juga menyukai