Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH VARIASI LAMA PERENDAMAN CAMPURAN AIR DAUN

DAN BATANG GULMA SIAM (Chromolaena odorata) TERHADAP


MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pada


Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh:
WINDA AGUSTINA
NIM: 431 415 011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2019

i
ii
PENGARUH VARIASI LAMA PERENDAMAN CAMPURAN AIR DAUN
DAN BATANG GULMA SIAM (Chromolaena odorata) TERHADAP
MORTALITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera litura)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pada


Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Oleh:
WINDA AGUSTINA
NIM: 431 415 011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2019

iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Winda Agustina. 2019. Pengaruh Variasi Lama Perendaman Campuran Air Daun
dan Batang Gulma Siam (Chromolaena odorata) terhadap Mortalitas Ulat Grayak
(Spodoptera litura). SKRIPSI. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo.
Dibimbing Oleh Dr. Chairunnisah J. Lamangantjo, M.Si sebagai pembimbing I
dan Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan, M.Si sebagai pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui LT50 lama perendaman campuran air
daun dan batang gulma siam (C. odorata) terhadap mortalitas ulat grayak (S.
litura), mengetahui pengaruh variasi lama perendaman campuran air daun dan
batang gulma siam (C. odorata) terhadap mortalitas ulat grayak (S. litura), dan
mengetahui perbedaan antar perlakuan lama perendaman campuran air daun dan
batang gulma siam (C. odorata) terhadap mortalitas ulat grayak (S. litura).
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Botani Universitas Negeri Gorontalo
bulan Januari sampai dengan Maret 2019. Metode yang digunakan adalah
eksperimen dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4
perlakuan dan 5 ulangan. Analisis data menggunakan analisis probit, analisis
varians (One way Anova) dan uji Duncan pada taraf signifikan (α) 0,05. Hasil uji
LT50 lama perendaman 24 jam didapatkan 68,56 jam, 48 jam didapatkan 54,74
jam dan 72 jam didapatkan 50,74 jam. Hasil uji F menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh variasi lama perendaman campuran air daun dan batang gulma siam
terhadap mortalitas ulat grayak dan uji Duncan terdapat perbedaan signifikan
antar perlakuan kontrol, lama perendaman 24 jam, 48 jam dan 72 jam.

Kata kunci: Lama Perendaman, Gulma Siam, Mortalitas, Ulat Grayak

vii
viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga segala apa yang ada di

dunia ini dapat terselesaikan dan berjalan seperti biasa termasuk penyusunan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Variasi Lama Perendaman Campuran Air

Daun dan Batang Gulma Siam (Chromolaena odorata) terhadap Mortalitas

Ulat Grayak (Spodoptera litura)” ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

persyaratan mengikuti Ujian Akhir pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

Penulis menyadari bahwa setiap usaha untuk mencapai suatu kesuksesan

akan mengalami hambatan, demikian pula yang dialami penulis dalam

penyusunan skripsi ini, namun dengan tekad, kemauan, serta kerja keras dari

penulis dibarengi dengan adanya dorongan dan doa dari orang tua, keluarga, dan

bimbingan dari bapak ibu dosen maka semua hambatan tersebut dapat teratasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta dan

tersayang papa Budi dan mama Nurmiati yang selama ini membesarkan,

mengasuh, memberi doa, dukungan, dorongan, mendidik dengan segala kasih

sayang dan ketulusan yang tak terhingga.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Ibu Dr. Chairunnisah J. Lamangantjo, M.Si dan Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan,

M.Si selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membimbing sejak awal

proposal hingga penyelesaian skripsi ini.

ix
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abubakar Sidik Katili,

S.Pd., M.Sc, Dr. Jusna Ahmad, M.Si dan Ibu Dr. Lilan Dama, M.Pd yang telah

bersedia menguji dan telah memberikan banyak masukan, kritik dan saran untuk

kesempurnaan hasil penelitian ini dan semoga bantuan yang telah diberikan ini

akan mendapatkan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Drs. Jhon Hendri, M.Si, Ph.D selaku Rektor Universitas Negeri

Gorontalo.

2. Prof. Dr. Mahludin Baruadi, MP, Dr. Fence M. Wantu, SH, MH, Dr. Udin

Hamim, S.Pd, M.Si dan Prof. Dr. H. Hasanuddin Fatsah, M.Hummasing-

masing selaku Wakil Rektor I, Wakil Rektor II, Wakil Rektor III, dan Wakil

Rektor IV Universitas Negeri Gorontalo.

3. Prof. Dr. Evi Hulukati, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

4. Drs. Asri Arbie, M.Si., Dr. Weny J.A. Musa, M.Si., Dr. Tedy Mahmud, M.Pd,

selaku Wakil Dekan I, II, III Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Gorontalo.

5. Dr. Elya Nusantari, M.Pd, dan Zuliyanto Zakaria, M.Si selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo.

6. Dr. Chairunnisah J. Lamangantjo, M.Si, selaku dosen penasehat akademik

yang tiada hentinya memberi arahan selama pelaksanaan studi.

x
7. Dra. Aryati Abdul, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Jurusan Biologi.

Terimaksih telah membrikan izin bagi penulis dalam menggunakan sarana dan

fasilitas laboratorium.

8. Wirnangsi D. Uno, S.Pd., M.Kes selaku dosen pembimbing PPL 1 dan PPL 2

yang telah banyak memberikan bimbingan.

9. Regina Valentina Aydalina, M.Sc yang selalu membantu, memberikan

motivasi, yang selalu mendengarkan keluh kesah kami mahasiswa selama

menyelesaikan studi.

10. Nur Inda Umadji, S.Pd, M.Si, dan Adam Suduri, S.Pd selaku selaku Laboran

dan Asisten Laboratorium Biologi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo yang telah banyak

membantu selama pelaksanaan praktikum dan penelitian akhir.

11. Teman-teman team peneliti gulma siam Rizky, Wadi, Epen, Fajar, Ahmad,

Rahmat, Nety, Miska, Bei, Maya, Ainun, Tina, terima kasih atas kerjasama

dan kebersamannya selama penelitian.

12. Sahabat tercinta keluarga besar biola (Biologi Kelas A) 2015 Awal, Ahmad,

Fajar, Epen, Mail, Tasya, Inten, Riris, Septi, Indri, Inda, Nety, Sri, Tiwi,

Ainun, Yelin, yang telah menemani suka duka selama penyelesaian studi.

13. Sahabat tersayang (JOFISA) Ekapratiwi S. Yusuf, Inda Kumalasari, Ainun

Nisa Faizah, Septi La Mbewi, Sri Patimi.

14. Teman-teman PPL 1, Hajra Paune, Sri Patimi.

15. Teman-teman PPL 2 dan siswa siswi SMP N 5 GORONTALO yang tak bisa

disebutkan satu persatu.

xi
16. Guru Pamong Dra. Selfi J. Simon yang telah banyak memberikan bimbingan

serta motivasi selama pelaksanaan PPL 2.

17. Teman-teman KKS Desa Bulili khususnya posko 1 Ijal, Andi, Ansar, Adi,

Sapril, Memey, Lila, Pury, Devi, Nisa, Dilla dan posko 2 khusunya Upik,

Yunpad.

18. Seluruh keluarga besar Haseng/HJ. Kandong dan Buhasen/Waji yang telah

bersama-sama mendoakan dan menunggu kesuksesanku, yang selama ini

membantu dan mendorongku dalam penyelesaian studi, serta keluargaku yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah menanti keberhasilanku.

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan studi.

Akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan karunia_Nya

kepada kita semua, aamiin.

Gorontalo, Juli 2019


Penulis

Winda Agustina
431415011

xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN LOGO ......................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Gulma Siam ............................................................................... 6
2.1.1 Taksonomi Gulma Siam .................................................................... 6
2.1.2 Morfologi Gulma Siam ...................................................................... 6
2.1.3 Habitat dan Penyebaran Gulma Siam ................................................ 7
2.1.4 Kerugian Gulma Siam........................................................................ 8
2.2 Kandungan Kimia Gulma Siam ................................................................ 9
2.2.1 Senyawa Flavonoid ........................................................................... 9
2.2.2 Senyawa Saponin............................................................................... 9
2.2.3 Senyawa Alkaloid ............................................................................. 10
2.3 Tinjauan Pestisida Nabati......................................................................... 10
2.3.1 Gulma Siam sebagai Pestisida Nabati .............................................. 11
2.4 Tinjauan Ulat Grayak ............................................................................... 11
2.4.1 Taksonomi Ulat Grayak ................................................................... 12
2.4.2 Morfologi dan Siklus Hidup Ulat Grayak ........................................ 12
2.4.3 Gejala Serangan Ulat Grayak ........................................................... 15
2.5 Tinjauan Lama Perendaman .................................................................... 15
2.6 Tinjauan Mortalitas .................................................................................. 16
2.7 Produk Hasil Penelitian dalam Bidang Pendidikan ................................. 17
2.8 Kerangka Berpikir .................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 20
3.2 Objek Penelitian ....................................................................................... 20
3.3 Metode Penelitian .................................................................................... 20

xiii
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................... 20
3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 21
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 21
3.7 Prosedur Penelitian .................................................................................. 21
3.7.1 Persiapan Hewan Uji.......................................................................... 21
3.7.2 Penyediaan Bahan Perendaman ......................................................... 22
3.7.3 Aplikasi Pestisida Nabati pada Ulat Grayak ...................................... 22
3.8 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 23
3.9 Teknik Analisis Data ................................................................................ 23
3.10 Hipotesis Statistika................................................................................. 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 25
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 25
4.1.2 LT50 Lama Perendaman Campuran Air Daun dan Batang Gulma Siam
terhadap Mortalitas Ulat Grayak ...................................................... 26
4.1.3 Pengaruh Variasi Lama Perendaman Campuran Air Daun dan Batang
Gulma Siam terhadap Mortalitas Ulat Grayak ................................. 27
4.1.4 Perbedaan antar Perlakuan Lama Perendaman Campuran Air Daun dan
Batang Gulma Siam terhadap Mortalitas Ulat Grayak ..................... 27
4.2 Pembahasan .............................................................................................. 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 33
5.2 Saran ........................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Batang Gulma Siam.............................................................. 7


Gambar 2.2 Telur Menetas................................................................................ 13
Gambar 2.3 Larva Instar 1-5 ............................................................................. 14
Gambar 2.4 Gejala Serangan Ulat Grayak ........................................................ 15
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 19
Gambar 4.6 Nilai Probit LT50 ........................................................................... 26

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persentase Mortalitas Ulat Grayak .................................................. 25


Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Duncan ................................................................ 27

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Mortalitas Ulat Grayak ........................................................ 36


Lampiran 2 Hasil Analisis Statistik ................................................................. 37
Lampiran 3 Hasil Analisis Probit ..................................................................... 38
Lampiran 4 Prosedur Kerja .............................................................................. 43
Lampiran 5 Hasil Pengamatan Mortalitas Ulat Grayak ................................... 48
Lampiran 6 Hasil Analisis Kandungan Gulma Siam ....................................... 52

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian di Gorontalo sampai saat ini dianggap penting sebagai mata

pencarian utama penduduk khususnya petani yang bergantung pada pangan,

karena menjadi sumber makanan utama setiap orang seperti beras, sayur-sayuran

dan buah-buahan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, namun seiring

berjalannya waktu petani tidak lepas dari persoalan serangan hama seperti kutu

daun, uret, kumbang, wereng, keong mas, tikus, walang sangit, ulat tanah dan ulat

grayak yang banyak menyerang tanaman budidaya sehingga menyebabkan hasil

pertanian menurun.

Menurut Arifin dan Sunihardi (1997), bahwa dari 111 jenis serangga hama

50 jenis tergolong hama perusak daun salah satunya adalah ulat grayak. Ulat

grayak (Spodoptera litura) merupakan jenis hama yang memakan daun seperti

tembakau, selada, sawi, kedelai, cabai dan kubis, apabila ulat grayak (S. litura)

tidak segera dikendalikan maka petani mengalami kerugian yang cukup besar.

Petani pada umumnya lebih suka mengendalikan ulat grayak (S. litura)

menggunakan pestisida sintetik.

Pestisida sintetik adalah pestisida yang berbahan kimia yang dianggap lebih

efektif dan memberikan hasil yang cepat, namun apabila digunakan secara

berlebihan berdampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan

seperti dapat membunuh hama yang bukan sasaran, dengan dampak negarif yang

ditimbulkan maka perlu dilakukan pengendalian ulat grayak (S. litura) secara

alami dan aman bagi lingkungan yaitu dengan menggunakan pestisida nabati.

1
2

Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahannya berasal dari tumbuhan

yang banyak terdapat di alam dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi

makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa tumbuhan diketahui dapat memberikan

efek mortalitas terhadap serangga, sehingga tumbuhan tersebut dapat digunakan

sebagai alternatif pestisida nabati. Salah satunya adalah gulma siam

(Chromolaena odorata) yang terletak di desa Buhu Gorontalo Indonesia yang

dapat digunakan sebagai pestisida nabati bagian daun dan batang karena

mengandung senyawa bioaktif. Hal ini sesuai dengan uji di Laboratorium Farmasi

Universitas Negeri Gorontalo dihasilkan positif alkaloid, flavonoid, saponin dan

tanin. Jumlah kadar senyawa flavonoid daun 0,0014145%, saponin 12,4842% dan

kadar senyawa flavonoid batang 0,0005395%, saponin 6,3735.

Penelitian Aji dkk (2016), pembuatan pestisida daun gulma siam

menggunakan sabun colek dan minyak tanah sebagai bahan pencampur (active

ingredients) pada belalang dan jangkrik dengan merendam serbuk gulma siam

selama 3, 4 dan 5 jam, hasilnya menunjukkan bahwa lama perendaman dan berat

daun gulma siam sangat berpengaruh terhadap daya bunuh Lethal Dosange 50

(LD50). Penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan pestisida daun

gulma siam dengan pencampuran sabun colek dan minyak tanah yang direndam

selama 3, 4 dan 5 jam memberikan pengaruh yang efektif dalam mengendalikan

hama, namun belum diketahui rendaman gulma siam (C. odorata) bagian daun

dan batang yang dicampurkan dengan air biasa tanpa menggunakan bahan

pendukung lainnya pada ulat grayak dengan waktu yang lebih lama dan

bervariasi. Menurut Setyono (2016), pengaruh lama perendaman kulit ari bawang
3

merah (Allium ascalonicum L.) terhadap mortalitas lalat rumah (Musca domestica

L.) menunjukkan semakin lama kulit ari bawang merah direndam maka senyawa

metabolit sekunder semakin banyak yang terlarut, artinya bahwa semakin lama

perendaman maka senyawa yang keluar akan semakin banyak sehingga mortalitas

yang dihasilkan meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui “Pengaruh Variasi Lama Perendaman Campuran Air Daun dan

Batang Gulma Siam (Chromolaena odorata) terhadap Mortalitas Ulat Grayak

(Spodoptera litura)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan

yaitu:

1.2.1 Berapakah LT50 lama perendaman campuran air daun dan batang gulma

siam (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas ulat grayak

(Spodoptera litura)?

1.2.2 Apakah terdapat pengaruh variasi lama perendaman campuran air daun

dan batang gulma siam (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas ulat

grayak (Spodoptera litura)?

1.2.3 Apakah terdapat perbedaan antar perlakuan lama perendaman campuran

air daun dan batang gulma siam (Chromolaena odorata) terhadap

mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura)?


4

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.3.1 Mengetahui LT50 lama perendaman campuran air daun dan batang gulma

siam (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas ulat grayak

(Spodoptera litura)

1.3.2 Mengetahui pengaruh variasi lama perendaman campuran air daun dan

batang gulma siam (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas ulat

grayak (Spodoptera litura)

1.3.3 Mengetahui perbedaan antar perlakuan lama perendaman campuran air

daun dan batang gulma siam (Chromolaena odorata) terhadap mortalitas

ulat grayak (Spodoptera litura)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.4.1 Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu sebagai bahan informasi pemanfaatan gulma

siam (Chromolaena odorata) pada hama ulat grayak (Spodoptera litura)

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Manfaat bagi mahasiswa yaitu sebagai bahan informasi dalam mata

kuliah Zoologi Invertebrata

1.4.3 Bagi Pendidikan

Manfaat bagi pendidikan yaitu sebagai buku tentang pestisida nabati

untuk hama ulat grayak (Spodoptera litura)


5

1.4.4 Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat yaitu dapat memberikan alternatif dalam

menyelesaikan masalah hama ulat grayak (Spodoptera litura) kepada

petani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Gulma Siam (Chromolaena odorata)

Chromolaena odorata atau yang dikenal dengan nama gulma siam

merupakan jenis tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-

beda seperti lahan kosong, tepi jalan dan pekarangan. Gulma siam dianggap

tumbuhan pengganggu yang tumbuh secara liar pada lahan yang dipakai untuk

budidaya tanaman.

Gulma siam dinyatakan sebagai gulma penting karena jumlahnya atau

kelimpahannya sangat besar (Sirinthipaporn et al., 2016). Gulma siam pada

umumnya dapat digunakan sebagai obat, namun ada pula yang mengandung racun

terutama terhadap kulit, sebagian lagi mempunyai bau menyengat yang digunakan

oleh masyarakat untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

2.1.1 Taksonomi Gulma Siam (Chromolaena odorata)

Klasifikasi gulma siam (USDA, 2013) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Superdivison :Spermatophyta
Division :Magnoliophyta
Class :Magnoliopsida
Order :Asterales
Family :Asteraceae
Genus :Chromolaena
Spesies :Chromolaena odorata

2.1.2 Morfologi Gulma Siam (Chromolaena odorata)

Morfologi gulma siam (C. odorata) terdiri dari akar yang tunggang, batang

berkayu, tegak dan bewarna hijau tua. Daun ditumbuhi rambut-rambut halus dan

bercorak garis-garis, helain daun berbentuk segitiga atau bulat panjang dengan

6
7

pangkal agak membulat dan ujung tumpul atau agak runcing, tepinya bergerigi,

mempunyai tulang daun tiga sampai lima. Permukaan daun berbulu pendek, letak

daun juga berhadapan-hadapan dan bila diremas terasa bau yang menyengat.

Daun bewarna hijau tua, terdapat bunga yang bewarna keunguaan terletak di

ujung cabang serta memiliki biji.

Menurut Prawiradiputra (2007), panjang daun 6-10 cm, lebar 3-6 cm dan

letaknya berhadapan. Gulma siam tumbuh sangat cepat dengan membentuk

komunitas yang rapat sehingga mengahalangi pertumbuhan tanaman lain. Gulma

siam tumbuh pada ketinggian 1000-2800 m dpl, tetapi di Indonesia banyak

ditemukan di daratan rendah 0-500 m dpl seperti di perkebunan-perkebunan karet,

kelapa dan di padang-padang penggembalaan.

Gambar 2.1. Daun dan Batang Gulma Siam (Chromolaena odorata)


(Data Primer, 2019).

2.1.3 Habitat dan Penyebaran Gulma Siam (Chromolaena odorata)

Gulma siam (C. odorata) tersebar luas di Indonesia terutama di kota

Gorontalo seperti di lahan yang kosong, pinggir jalan, dekat rawa-rawa dan

pengunungan, karena pada umumnya gulma siam mudah tumbuh di manapun dan
8

proses pertumbuhannya begitu cepat serta tidak memilih-milih tempat untuk

tumbuh.

Menurut Prawiradiputra (2007), gulma siam berasal dari Amerika Selatan

dan Tengah kemudian menyebar ke daerah tropis Asia, Afrika dan Pasifik. Gulma

siam digolongkan gulma invasive yang dicirikan sebagai semak berkayu yang

dapat berkembang cepat, tumbuh dengan sangat padat sehingga mencegah

pembentukan jenis tumbuhan lainnya, pesaing agresif dan memiliki efek allelopati

yang sangat merugikan karena dapat menyebabkan keracunan, bahkan kematian

bagi hewan ternak dan menimbulkan bahaya kebakaran.

2.1.4 Kerugian Gulma Siam (Chromolaena odorata)

Gulma siam (C. odorata) merupakan tumbuhan liar yang terdapat disegala

tempat yang pertumbuhannya sangat merugikan tanaman budidaya karena

mengandung zat alelopati yang tinggi sehingga menurunkan produksi pertanian,

selain kerugian yang dimiliki ternyata gulma siam juga dapat memberikan

manfaat dalam mengendalikan masalah hama yang banyak menyerang tanaman

karena kandungan senyawa bioaktifnya.

Menurut Prawiradiputra (2007), gulma siam dapat menyebabkan keracunan

bahkan mungkin sekali kematian bagi hewan ternak dan menimbulkan persaingan

dengan tanaman lain dalam hal ini dengan rumput pakan di padang

penggembalaan sehingga mengurangi produktivitas padang rumput yang

menimbulkan bahaya kebakaran terutama pada musim kemarau.


9

2.2 Kandungan Daun dan Batang Gulma Siam (Chromolaena odorata)

Gulma siam (C. odorata) memiliki zat alelopati yang tinggi dan memiliki

kandungan senyawa bioaktif pada daun dan batang yang sudah dibuktikan dengan

melakukan skrining fitokimia di Laboratorium Farmasi Universitas Negeri

Gorontalo dihasilkan beberapa senyawa seperti flavonoid, saponin dan alkaloid.

2.2.1 Senyawa Flavonoid

Senyawa flavonoid pada pengujian kualitatif bagian daun dan batang gulma

siam terdapat positif flavonoid. Pengujian kuantitatif bagian daun dihasilkan

0,0014145% dan batang 0,0005395. Senyawa yang terdapat pada daun lebih

tinggi dibandingkan batang.

Senyawa tersebut merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat

warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan (Lenny, 2006). Flavonoid

merupakan senyawa pertahanan yang bersifat menghambat nafsu makan serangga

dan berperan sebagai antioksidan (Redha, 2010).

2.2.2 Senyawa Saponin

Senyawa saponin pada pegujian kualitatif bagian daun dan batang gulma

siam terdapat saponin. Pengujian kuantitatif bagian daun menghasilkan 12,4842%

dan batang 6,3735%. Senyawa yang terdapat pada daun lebih tinggi dibandingkan

batang.

Saponin termasuk senyawa fitokimia yang dapat menghambat peningkatan

kadar glukosa darah dengan cara penyerapan glukosa di usus halus dan

menghambat pengosongan lambung. Saponin dapat menghambat kerja enzim


10

proteolitik yang menyebabkan penurunan aktivitas enzim pencernaan dan

penggunaan protein.

2.2.3 Senyawa Alkaloid

Senyawa alkaloid pada pengujian kualitatif bagian daun dan batang gulma

siam terdapat positif alkaloid. Pengujian kuantitatif belum diketahui jumlah kadar

senyawa yang terkandung. Alkaloid sekitar 5500 telah diketahui merupakan

golongan zat tumbuhan sekunder terbesar yang bersifat basa (Harbone, 1987).

Alkaloid ada yang sangat bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna

dalam pengobatan seperti kuinin, morfin dan striknin (Maryati, 2006).

2.3 Tinjauan Pestisida Nabati

Pestisida nabati merupakan pestisida alami berbahan dasar tumbuhan yang

banyak ditemukan di alam, aman digunakan terutama bagi mahkluk hidup,

lingkungan serta dalam mengatasi masalah hama dan harga yang dibutuhkan

dalam proses pembuatannya tidak mahal, tidak seperti pestisida sintetik. Petani

sekarang sudah mulai minati penggunaan pestisida nabati karena mahalnya

pestisida sintetik, walaupun pestisida sintetik dapat memberikan pengaruh yang

lebih cepat dalam mengatasi hama.

Pestisida sintetik banyak membawa dampak buruk terutama bagi hama

pengganggu tanaman yang menjadi kebal dan merusak tatanan siklus lingkungan,

mengakibatkan penurunan perlahan-lahan yang sangat berpengaruh terhadap

kesehatan manusia, baik yang melakukan penyemprotan dan juga terhadap

sebagian hasil produksi langsung yang dikomsumsi seperti buah-buahan,sayur-

mayuran dan lainnya (Rahayuningtias dan Wiwik, 2017).


11

Pestisida nabati bisa dibuat dengan sederhana yang dikerjakan oleh

kelompok tani atau petani perorangan. Pestisida nabati yang dibuat bisa berupa

larutan, hasil perasan, rendaman, ekstrak dan rebusan dari bagian tanaman seperti

daun, batang, akar dari jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan dengan cara

sederhana seperti daun nimbah, sirih, mahoni dan lain-lainnya (Rahayuningtias

dan Wiwik, 2017).

2.3.1 Gulma Siam (Chromolaena odorata) sebagai Pestisida Nabati

Tumbuhan yang dapat dijadikan pestisida nabati dalam mengatasi masalah

hama adalah gulma siam (C. odorata) karena gulma siam mengandung senyawa

bioaktif yang dapat mematikan organisme pengganggu tanaman, mulai dari

bagian ujung daun hingga akar gulma siam mengandung racun dengan bahan aktif

Pyrolizidine Alkaloids (PAs) yang memberikan efek insektisida. Ekstrak gulma

siam juga mengandung terpenoid, alkohol, flavononas, khalkones, asam aromatik

dan minyak esensial (Purnomo dkk, 2011).

Gulma siam dilaporkan dapat berperan sebagai nematisida yang dapat

menghambat penetesan telur Meloidogyne sp. Senyawa yang berperan adalah

alkaloid dan flavonoid yang bersifat toksik yang dapat mengganggu

perkembangan telur, selain alkaloid dan flavonoid diduga adanya senyawa tanin

dan saponin yang mempengaruhi perkembangan telur nematode (Purnomo dkk,

2011).

2.4 Tinjauan Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Ulat grayak (S. litura) adalah salah satu jenis hama penting yang sering

menyerang berbagai tanaman. Ulat grayak memakan semua jenis tanaman tanpa
12

terkecuali sehingga tanaman menjadi rusak. Fase larva instar 1-3 ulat grayak

memakan daun dengan meninggalkan sisa tulang daun sedangkan fase larva instar

4-6 memakan daun sampai habis tanpa meninggalkan sisa tulang daun dan sangat

aktif makan pada malam hari, selain menyerang daun ulat grayak juga menyerang

buah dengan gejala adanya lubang tidak beraturan di sekitar buah tanaman.

Ulat grayak dapat menyerang lebih dari 200 spesis tanaman diantaranya

cabai, kubis, padi, jangung, tomat dan buncis. Ulat grayak termasuk ke dalam

jenis serangga yang mengalami metamorphosis sempurna di mana terdiri dari

empat stadia hidup yaitu telur, larva, pupa dan imago.

2.4.1 Taksonomi Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Klasifikasi ulat grayak (Kardinan, 2002) adalah sebagai berikut:

Kingdom :Animalia
Class :Arthropoda
Ordo :Lepidoptera
Family :Noctuide
Genus :Spodoptera
Spesies :Spodoptera litura

2.4.2 Morfologi dan Siklus Hidup Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Morfologi ulat grayak (S. litura) pada saat larva yaitu warna tubuh hijau

muda bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, memiliki kalung bewarna

hitam pada segmen abdomen, bentuk tubuh beruas-ruas, bergaris, memiliki kaki

banyak, mata, antena, memiliki benang dari mulutnya yang digunakan untuk

berpindah-pindah tempat serta hidup bersama-sama atau berkelompok.

1. Telur

Lama stadium telur berkisar 3-4 hari. Kelompok telur ditutupi rambut-

rambut. Telur bewarna hijau muda kekuningan sedangkan telur yang sudah siap
13

menetas akan menjadi kisut kemudian bewarna coklat kehitaman sedangkan telur

yang menetas meninggalkan cangkang. Larva yang baru menetas bewarna hijau

muda dan bagian kepala bewarna coklat tua (Noviana dkk, 2011).

Gambar 2.2. Telur baru Menetas (Sundari dan Kurnia, 2015).

2. Larva

Lama stadium larva berkisar antara 11-12 hari. Instar 1 ditandai dengan

tubuh larva bewarna kuning dengan terdapat bulu-bulu halus, kepala bewarna

hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm. Larva instar 1 terjadi sekitar 2-3 hari kemudian

dilanjutkan fase larva instar 2 yang ditandai dengan tubuh bewarna hijau terdapat

garis hitam serta bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga

ujung abdomen. Lama stadium larva instar berkisar 2-4 hari.

Larva instar 3 ditandai dengan garis zig-zag bewarna putih pada bagian kiri

dan kanan abdomen serta bulatan hitam sepanjang tubuh. Fase larva instar 3

berlangsung selama 2-5 hari. Fase larva instar 4 warna larva sangat bervariasi

yaitu hitam, hijau keputihan, hijau kekuningan. Larva instar 4 berlangsung selama

2-6 hari, kemudian larva instar akhir akan bergerak dan menjatuhkan diri ke

tanah, setelah berada di dalam tanah larva tersebut memasuki pra pupa dan

selanjutnya berubah menjadi pupa (Noviana dkk, 2011).


14

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.3. (a) Larva Instar 1 (Sundari dan Kurnia, 2015).


(b) Larva Instar 3
(c) Larva Instar 4
(d) Larva Instar 5 (Rahmawati, 2016).

3. Pupa

Larva instar terakhir masuk ke dalam tanah kemudian akan menjadi larva

yang tidak aktif (Pra pupa). Pupa berada dalam tanah dengan ke dalamnya 0-3 cm

dan bewarna coklat kemerahan yang beratnya berkisar 0,341 gr per pupa. Masa

stadium pupa ± 10 hari, setelah itu pupa akan berubah menjadi imago.

4. Imago

Imago betina dapat menghasilkan telur dalam jumlah banyak yaitu berkisar

antara 2000-3000 butir. Telur berbentuk bulat dengan diameter 0,5 mm dan

bewarna putih mutiara. Telur diletakkan secara berkelompok dan diselimuti


15

dengan bulu-bulu yang menyerupai kain laten bewarna kecoklatan, dalam satu

kelompok terdapat sekitar 350 butir telur. Telur akan menetas dalam waktu 3 hari.

2.4.3 Gejala Serangan Larva Ulat Grayak (Spodoptera litura) pada


Tanaman Budidaya

Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa

epidermis bagian atas dengan meninggalkan tulang-tulang daun saja serta ulat

yang besar memakan tulang daun dan buahnya. Gejala serangan pada daun rusak

tidak beraturan bahkan kadang-kadang ulat grayak (S. litura) memakan tunas dan

bunga.

Gambar 2.4. Gejala Kerusakan Daun Kedelai akibat Ulat Grayak


(Spodoptera litura) (Sundari dan Kurnia, 2015).

2.5 Tinjauan Lama Perendaman

Menurut penelitian Setyono (2016), pengaruh lama perendaman kulit ari

bawang merah (Allium ascalonium L.) terhadap mortalitas lalat rumah (Musca

domestica L.) dengan lama perendaman selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari

menunjukkan hasil tingkat mortalitas yang paling besar adalah pada lama

perendaman hari ke 3 kemudian diikuti lama perendaman hari ke 2 meningkat

dibandingkan lama perendaman hari ke 1. Hal ini dikarenakan semakin lama kulit

ari bawang merah direndam maka senyawa metabolit sekunder semakin banyak

yang terlarut sehingga mengakibatkan lalat rumah yang mati semakin cepat
16

karena senyawa larutan yang keluar dari kulit ari semakin banyak sehingga

menimbulkan efek racun yang bersifat mematikan terhadap lalat tersebut.

Penelitian Aji dkk (2016), pembuatan pestisida daun gulma siam

menggunakan sabun colek dan minyak tanah sebagai bahan pencampur (active

ingredients) pada belalang dan jangkrik dengan merendam serbuk gulma siam

selama 3, 4 dan 5 jam hasilnya menunjukkan bahwa lama perendaman dan berat

daun gulma siam sangat berpengaruh terhadap daya bunuh Lethal Dosange 50

(LD50). Hal ini disebabkan oleh meningkatnya lama perendaman maka jumlah

konsentrasi senyawa yang keluar dari daun gulma siam meningkat sehingga

menyebabkan jumlah hewan uji yang mati juga meningkat , pada penelitian ini

juga terlihat dengan bertambahnya berat daun gulma siam yang direndam akan

menambah jumlah hewan uji yang mati sehingga semakin banyak daun gulma

siam direndam maka akan memperbesar konsentrasi yang keluar sehingga jumlah

hewan uji juga meningkat.

2.6 Tinjauan Mortalitas

Mortalitas terbagi menjadi dua yaitu mortalitas alami dan mortalitas

penangkapan. Mortalitas alami adalah mortalitas yang disebabkan oleh musuh

alami, parasit, umur maupun lingkungan sedangkan mortalitas penangkapan

adalah mortalitas yang disebabkan oleh tingginya penangkapan pada suatu

populasi. Faktor penyebab mortalitas adalah suhu, kelembapan, musuh alami dan

makanan. Larva dan pupa serangga dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang

tinggi yaitu pada suhu yang berkisar antara 27°C-29°C.


17

Indikator yang menjadi acuan terhadap mortalitas adalah apabila terjadi

perubahan baik perilaku maupun bentuk morfologi dari serangga tersebut.

Perubahan-perubahan dapat berupa pola makan menurun dan pergerakan mulai

lambat.

2.7 Produk Hasil Penelitian dalam Bidang Pendidikan

Hasil penelitian dapat diterapkan dalam bidang pendidikan pada sekolah

SMK program keahlian Agribisnis Tanaman pada mata pelajaran Agribinisnis

Tanaman pangan kelas XI semester II. Kedudukan materi berisi persyaratan

tumbuh, penyiapan lahan, pengelolahan lahan, penanaman, pemiliharaan dan

pasca panen.

Produk penelitian dapat dihasilkan dalam bentuk buku praktis yang berisi

gambaran mengenai tumbuhan pengganggu dan merugikan yaitu gulma siam yang

dapat digunakan sebagai pengendalian hama tanaman budidaya seperti ulat

grayak, karena kandungan senyawa bioaktifnya. Proses pembuatan meliputi

pengambilan gulma siam bagian daun dan batang yang akan dipotong-potong

secara kecil-kecil, masing-masing ditimbang sebanyak 500 gr dan batang 500 gr

kemudian dicampurkan sehingga diperoleh 1 kg kemudian dibersihkan

menggunakan air biasa dan diletakkan ke dalam wadah berupa nampan plastik

dengan mengukur air biasa menggunakan gelas ukur 1000 ml dan dituangkan ke

dalam nampan plastik yang berisi campuran daun dan batang gulma siam,

diamkan selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam, setelah itu lakukan penyaringan.
18

2.8 Kerangka Berpikir

Gulma siam memiliki senyawa bioaktif bagian daun dan batang yang telah

dilakukan skrining fitokimia di Laboratorium Farmasi Universitas Negeri

Gorontalo dihasilkan positif alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Daun

dihasilkan flavonoid dengan total 0,0014145% dan saponin 12,4842%. Batang

dihasilkan flavonoid 0,0005395% dan saponin 6,3735%.

Senyawa biaoktif tersebut dapat dijadikan sebagai air rendaman campuran

daun dan batang gulma siam yang berpotensi sebagai pestisida nabati untuk

mengendalikan ulat grayak.


19

Analisis Kandungan
Gulma Siam

Daun Flavonoid Flavonoid Batang


0,0014145% 0,0005395%

Saponin Saponin
12,4842% 6,3735%

Air Rendaman Campuran Daun Berpotensi sebagai Pestisida


dan Batang Nabati

Flavonoid Saponin dapat Tanin proses Alkaloid


berperan menurunkan pencernaan berperan
menghambat nafsu makan larva menjadi sebagai racun
terganggu
proses sehingga lebih perut dan
pernapasan bersifat sebagai dapat
larva racun perut mengganggu
sistem saraf

Mortalitas
Ulat Grayak

Gambar 2.5. Kerangka Berpikir Pengaruh Variasi Lama Perendaman


Campuran Air Daun dan Batang Gulma Siam
(Chromolaena odorata) terhadap Mortalitas Ulat Grayak
(Spodoptera litura) (Data Primer, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo pada

bulan Januari sampai dengan Maret 2019 dari tahap persiapan penelitian hingga

penyusunan laporan.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah mortalitas larva ulat grayak instar 3

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain rancangan

acak lengkap (RAL) terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan sehingga jumlah

unit percobaan 4 x 5 = 20. Larva ulat grayak yang digunakan sebanyak 200 ekor.

Perlakuan yang digunakan berdasarkan Pralab dan hasil penelitian Setyono

(2016).

Perlakuan A: Kontrol

Perlakuan B: Rendaman campuran air daun dan batang gulma siam salama 24 jam

Perlakuan C: Rendaman campuran air daun dan batang gulma siam selama 48 jam

Perlakuan D:Rendaman Campuran air daun dan batang gulma siam selama 72 jam

3.4 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (X) yaitu lama perendaman campuran air daun dan batang

gulma siam

2. Variabel terikat (Y) yaitu mortalitas ulat grayak

20
21

3.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel Penelitian Definisi Operasional Indikator

Lama perendaman (X) Lama perendaman Lama perendaman dalam


adalah air yang penelitian ini adalah air
direndam dengan yang direndam dari
menggunakan waktu campuran daun dan
batang gulma siam
selama 24 jam, 48 jam
dan 72 jam.

Mortalitas ulat grayak (Y) Mortalitas adalah Mortalitas dalam


kematian pada suatu penelitian ini adalah
individu tingkat kematian pada
ulat grayak, apabila
disentuh tidak bergerak
dengan menghitung
jumlah yang mati setelah
diberikan perlakuan.

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan adalah toples plastik bulat (tempat larva uji), karet

gelang, kain sifon, gunting, pisau, corong, label, tisu, timbangan, gelas ukur 1000

ml, spatula, cawan petri, nampan plastik, alat tulis menulis dan kamera. Bahan

adalah daun dan batang gulma siam 1 kg, air 1 liter, larva ulat grayak instar 3 dan

daun bayam.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Persiapan Hewan Uji

Larva ulat grayak yang masih dalam bentuk telur dipesan dari Balitro dan

dipelihara dalam toples hingga mencapai instar 3 yang akan digunakan sebagai

hewan uji.
22

3.7.2 Penyediaan Rendaman Campuran Air Daun dan Batang Gulma Siam

Daun dan batang gulma siam dipotong kecil-kecil, masing-masing

ditimbang daun 500 gr dan batang 500 gr, kemudian dicampurkan sehingga

diperoleh I kg. Bersihkan dengan air biasa dan letakkan ke dalam nampan plastik.

Menyiapkan air 1 liter dengan menggunakan gelas ukur 1000 ml kemudian

tuangkan ke dalam nampan plastik yang sudah berisi daun dan batang gulma

siam. Diamkan selama 24 ,48 dan 72 jam. Campuran daun dan batang gulma siam

yang telah direndam dipisahkan air rendamannya dengan cara penyaringan.

3.7.3 Aplikasi Pestisida Nabati pada Larva Ulat Grayak

Pengujian dilakukan dengan metode penculupan daun (leaf dipping

methods). Menyiapkan rendaman campuran daun dan batang gulma siam. Larva

ulat grayak yang telah mencapai instar 3 diletakkan ke dalam toples plastik,

masing-masing berisi 10 ekor dan dipuasakan selama 2 jam terlebih dahulu

sebelum dilakukan pengujian kemudian menyiapkan daun bayam segar yang akan

diberi perlakuan dengan mencelupkan ke dalam rendaman campuran daun dan

batang gulma siam selama 10 menit kecuali perlakuan kontrol menggunakan air

biasa.

Daun bayam yang dikenai perlakuan diletakkan ke dalam toples yang berisi

larva, masing-masing toples berisi 5 lembar daun bayam kemudian toples uji

ditutup dengan kain sifon. Aplikasi dilakukan hanya sekali pada sore hari, setiap

24 jam daun perlakuan (makanan hewan uji yang diberi perlakuan) diganti dengan

yang baru dengan daun perlakuan yang sama.


23

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menghitung jumlah larva yang mati setiap toples.

Penghitungan mortalitas dilakukan selama 72 jam dengan interval waktu tiap 6

jam pengamatan. Larva yang mati yaitu larva yang tidak memberikan respon

terhadap rangsangan atau sentuhan. Mortalitas dihitung dengan rumus (Shinta

dkk, 2008).

Jumlah larva yang mati


% Kematian = ------------------------------ x 100%
Jumlah larva yang diuji

3.9 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan analisis probit untuk menghitung nilai LT 50.

Data analisis statistika yang diperoleh diuji prasyarat parametrik yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas selanjutnya uji F dengan menggunakan analisis

varians (One way Anova) dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf signifikan

(α) 0,05.

3.10 Hipotesis Statistika

H0 : Tidak terdapat pengaruh variasi lama perendaman campuran air daun

dan batang gulma siam (C. odorata) terhadap mortalitas ulat grayak (S. litura)

Hi : Terdapat pengaruh variasi lama perendaman campuran air daun dan

batang gulma siam (C. odorata) terhadap mortalitas ulat grayak (S. litura)

Adapun hipotesis statistika dalam penelitian ini yaitu:

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 = µ2
24

Jika Fhitung > Ftabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka variasi lama

perendaman campuran air daun dan batang gulma siam (C. odorata) berpengaruh

terhadap mortalitas ulat grayak (S. litura).


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variasi lama

perendaman campuran air daun dan batang gulma siam terhadap mortalitas ulat

grayak. Persentase jumlah mortalitas ulat grayak selama 72 jam dapat disajikan

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Persentase Jumlah Mortalitas Ulat Grayak Selama 72 jam

Lama Perendaman Jumlah Mortalitas Persentase Jumlah


Mortalitas (%)
Kontrol 0 0
24 Jam 19 38
48 Jam 33 66
72 Jam 40 80
Sumber: Data Primer, 2019.

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa semua perlakuan lama perendaman

ditemukan adanya mortalitas ulat grayak kecuali perlakuan kontrol 0% karena

hanya sebagai kontrol dan pakannya tidak dicelupkan pada rendaman campuran

daun dan batang gulma siam, melainkan hanya air biasa sehingga tidak terdapat

senyawa bioaktif. Mortalitas tertinggi berada pada perlakuan lama perendaman 72

jam dengan persentase sebanyak 80%, lalu diikuti lama perendaman 48 jam

sebanyak 66% dan terendah pada lama perendaman 24 jam sebanyak 38%.

25
26

4.1.2 LT50 Lama Perendaman Campuran Air Daun dan Batang Gulma
Siam terhadap Mortalitas Ulat Grayak

Lethal Time 50 (LT50) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan

50% hewan uji pada perlakuan tertentu. Nilai Probit Lethal Time 50 (LT50)

masing-masing Perlakuan dapat disajikan pada Gambar 4.6.

LT 50%
80.00
70.00
60.00 68.56
Nilai LT 50%

50.00 54.74
50.74
40.00
30.00 LT 50%
20.00
10.00
0.00
A (24) B (48) C (72)
Perlakuan (Jam)

Gambar 4.6. Nilai Probit Lethal Time 50 (LT50) masing-masing Perlakuan


(Sumber: Data Primer, 2019).

Gambar 4.6. menunjukkan bahwa nilai probit Lethal Time 50 (LT50)

perlakuan lama perendaman A (24 jam) yang dibutuhkan untuk mematikan 50%

didapatkan pada waktu 68,56 jam. Perlakuan lama perendaman B (48 jam) yang

dibutuhkan untuk mematikan 50% didapatkan pada waktu 54,74 jam dan

perlakuan lama perendaman C (72 jam) yang dibutuhkan untuk mematikan 50%

didapatkan pada waktu 50,74 jam.


27

4.1.3 Pengaruh Variasi Lama Perendaman Campuran Air Daun dan


Batang Gulma Siam terhadap Mortalitas Ulat Grayak

Hasil analisis statistika uji Anova dengan taraf (α) 0,05 diperoleh nilai yang

signifikan yaitu 0,000 untuk nilai Fhitung = 49,813 sedangkan Ftabel dengan dk

pembilang 3 dan dk penyebut 16 bernilai 3,24 yang berarti nilai Fhitung > Ftabel,

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

variasi lama perendaman campuran air daun dan batang gulma siam terhadap

mortalitas ulat grayak.

4.1.4 Perbedaan antar Perlakuan Lama Perendaman Campuran Air Daun


dan Batang Gulma Siam terhadap Mortalitas Ulat Grayak

Hasil penelitian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan

antar perlakuan lama perendaman campuran air daun dan batang gulma siam

terhadap mortalitas ulat grayak. Hasil analisis uji Duncan pada masing-masing

Perlakuan dapat disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Analisis Uji Duncan pada masing-masing Perlakuan

Mortalitas Notasi
Kontrol 5 .0000 a
Lama Perendaman 5 3.8000 b
Duncan 24 Jam
Lama Perendaman 5 6.6000 c
48 Jam
Lama Perendaman 5 8.0000 c
72 Jam
Sumber: Data Primer, 2019.
Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada
hasil uji Duncan (α) 0,05.

Tabel 4.2. menunjukkan bahwa hasil uji Duncan perlakuan kontrol berbeda

signifikan dengan perlakuan lama perendaman 24 jam, 48 jam dan 72 jam.


28

perlakuan lama perendaman 24 jam berbeda signifikan dengan perlakuan lama

perendaman 48 jam, 72 jam dan kontrol karena berada pada notasi yang berbeda.

Perlakuan lama perendaman 48 jam berbeda signifikan dengan perlakuan

lama perendaman 24 jam dan kontrol, namun tidak berbeda signifikan dengan

perlakuan lama perendaman 72 jam. Perlakuan lama perendaman 72 jam berbeda

signifikan dengan perlakuan lama perendaman 24 jam dan kontrol namun tidak

berbeda signifikan dengan perlakuan lama perendaman 48 jam karena berada pada

notasi yang sama.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis probit untuk menghitung nilai Lethal Time 50

(LT50) didapatkan pada masing-masing perlakuan. Perlakuan lama perendaman 24

jam yang dibutuhkan untuk mematikan 50% didapatkan pada waktu 68,56 jam.

Perlakuan lama perendaman 48 jam yang dibutuhkan untuk mematikan 50%

didapatkan pada waktu 54,74 jam dan perlakuan lama perendaman 72 jam yang

dibutuhkan untuk mematikan 50% didapatkan pada waktu 50,74 jam.

LT50 merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mematikan 50% hewan uji

pada perlakuan tertentu. Berdasarkan LT50 menunjukkan bahwa semakin lama

waktu perendaman maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk membunuh

hewan uji sebanyak 50%. Menurut Andani dkk (2016), bila konsentrasi suatu

minyaktinggi maka daya racun minyak tersebut juga tinggi sehingga LT 50 yang

dibutuhkan akan lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi rendah.

Perlakuan lama perendaman 72 jam menghasilkan mortalitas 80%, lama

perendaman 48 jam menghasilkan 66% dan 24 jam menghasilkan mortalitas 38%.


29

sedangkan perlakuan kontrol 0%, karena hanya sebagai kontrol dan pakannya

tidak dicelupkan pada rendaman campuran daun dan batang gulma siam,

melainkan hanya air biasa sehingga tidak terdapat senyawa bioaktif. Mortalitas

tertinggi berada pada lama perendaman 72 jam dan terendah 24 jam. Tinggi

rendahnya suatu mortalitas yang dihasilkan dipengaruhi oleh lama perendaman

yang digunakan, artinya semakin lama waktu perendaman maka akan semakin

tinggi mortalitas ulat grayak yang dihasilkan. Menurut Aji dkk (2016), bahwa

meningkatnya waktu perendaman maka jumlah konsentrasi senyawa yang keluar

meningkat sehingga menyebabkan jumlah hewan uji yang mati juga meningkat.

Aplikasi yang dilakukan pada larva ulat grayak melalui racun perut berupa

pakan daun bayam yang dicelupkan dalam perlakuan rendaman campuran daun

dan batang gulma siam selama 10 menit, agar senyawa yang menempel pada daun

bayam semakin banyak. Menurut Aji dkk (2016), semakin lama daun dicelupkan

ke dalam pestisida maka semakin banyak residu yang menempel pada daun dan

menyebabkan hama yang memakan daun tersebut keracunan. Aplikasi dilakukan

pada sore hari pukul 17.00 WITA karena penelitian sebelumnya melakukan

aplikasi pada sore hari, sebab ulat grayak menyerang tanaman dimalam hari.

Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan selama 72 jam setelah aplikasi

(JSA) dengan interval waktu tiap 6 jam pengamatan. Hasil pengamatan pertama 6

(JSA) menunjukkan bahwa belum terdapat kematian dan belum terlihat perubahan

tingkah lakunya. Pengamatan kedua 12 (JSA) belum terdapat kematian, namun

nafsu makannya mulai berkurang karena pakannya masih banyak yang tersisa

dalam wadah. Hal ini diduga adanya efek bau yang menyengat atau bau pahit dari
30

pakannya yang sudah dicelupkan diperlakuan rendaman campuran daun dan

batang gulma siam, sehingga ulat grayak menjauhi pakannya.

Ulat grayak saat disentuh selalu membengkokan tubuhnya dan gerakan

tubuhnya mulai melambat. Perubahan-perubahan yang terjadi diduga karena

adanya penyerapan pestisida nabati berupa senyawa bioaktif melalui pakan yang

sudah masuk ke dalam tubuh ulat grayak. Menurut Eri dkk (2014), bahwa

perubahan tingkah laku ulat grayak terlihat 12 jam setelah aplikasi perlakuan. Ulat

grayak menunjukkan penurunan aktivitas seperti gerakan menjadi lambat, nafsu

makan berkurang dan terlihat lemah disebabkan oleh pestisida nabati yang

diberikan. Pengamatan ketiga 18 (JSA) belum terdapat kematian. Pengamatan

keempat 24 (JSA) terdapat kematian sampai dengan pengamatan terakhir yaitu 72

(JSA).

Waktu kematian yang didapatkan selama pengamatan terlalu lama yaitu

pada saat pengamatan keempat 24 (JSA). Hal ini diduga disebabkan beberapa

faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya waktu kematian seperti cara aplikasi,

ketahanan tubuh ulat grayak kuat atau kebal, suhu lingkungan sekitar, perlakuan

yang diberikan dan bahan pendukung. Perlakuan lama perendaman campuran

daun dan batang gulma siam diduga kurang efektif untuk mematikan dalam waktu

yang cepat dibandingkan dengan filtrat gulma siam karena rendaman cair

sedangkan filtrat kental serta bahan pendukung yang digunakan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan baha pendukung

seperti etanol, sabung colek dan minyak tanah, sehingga mortalitas atau kematian

yang didapatkan dalam waktu cepat. Penelitian Setyono (2016), lama perendaman
31

kulit ari bawang merah terhadap mortalitas lalat rumah menggunakan bahan

pendukung etanol 70% dapat mematikan dalam waktu cepat yaitu pengamatan

pertama 6 jam dan penelitian Aji dkk (2016), pembuatan pestisida daun gulma

siam dengan menggunakan sabun colek dan minyak tanah sebagai bahan

pencampur dapat mematikan belalang dan jangkrik pada pengamatan pertama 2

jam.

Ulat grayak yang mengalami kematian warna tubuhnya hitam atau gelap,

seluruh bagian tubuh berubah tekstur dari semua kenyal ketika sebelum diberi

perlakuan menjadi berair bahkan ada yang kering, tubuhnya lembek, tubuhnya

gepeng dan saat disentuh tidak bergerak, berbeda dengan perlakuan kontrol warna

tubuh hijau dan aktif bergerak.

Senyawa bioaktif yang terkandung dalam rendaman campuran daun dan

batang gulma siam merupakan penyebab kematian ulat grayak karena senyawa

bioaktif tersebut berperan sebagai toksisitas atau racun. Hasil uji fitokimia yang

dilakukan pada daun dan batang gulma siam mengandung flavonoid, saponin,

tanin dan alkaloid. Jumlah kadar senyawa flavonoid yang dimiliki daun gulma

siam dihasilkan 0,0014145% dan saponin 12,4842% sedangkan kadar flavonoid

yang dimiliki batang gulma siam dihasilkan 0,0005395% dan saponin 6,3735%.

Kadar senyawa saponin daun dan batang gulma siam lebih tinggi dibandingkan

dengan kadar senyawa flavonoid daun dan batang gulma siam hasilnya sama,

lebih rendah.

Beberapa senyawa bioaktif lainnya yang mempengaruhi mortalitas ulat

grayak juga terkandung dalam gulma siam. Menurut Purnomo dkk (2011), gulma
32

siam mengadung senyawa-senyawa kimia yang dapat mematikan organisme

pengganggu tanaman, mulai dari bagain ujung daun hingga akar gulma siam

mengandung racun dengan bahan aktif Pyrolizidine Alkaloids (PAs) yang

memberikan efek insektisida, selain mengandung (PAs) Pyrolizidine Alkaloids

ekstrak gulma siam juga mengandung terpenoid, alkohol, flavononas, khalkones,

asam aromatik dan minyak esensial, apabila senyawa tersebut sudah masuk ke

dalam tubuh ulat grayak, racun akan menyebar di dalam tubuhnya dan menyerang

sistem saraf sehingga dapat mengganggu aktivitas ulat grayak dan dapat

menyebabkan kematian.

Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan kontrol

berbeda signifikan dengan perlakuan lama perendaman 24 jam, 48 jam dan 72

jam. Perlakuan lama perendaman 24 jam berbeda signifikan dengan perlakuan

lama perendaman 48 jam, 72 jam dan kontrol, karena berada pada notasi yang

berbeda. Perlakuan lama perendaman 48 jam berbeda signifikan dengan perlakuan

lama perendaman 24 jam dan kontrol, namun tidak berbeda signifikan dengan

perlakuan lama perendaman 72 jam. Perlakuan lama perendaman 72 jam berbeda

signifikan dengan perlakuan lama perendaman 24 jam dan kontrol, namun tidak

berbeda signifikan dengan perlakuan lama perendaman 48 jam karena berada pada

notasi yang sama.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 LT50 lama perendaman 24 jam didapatkan 68,56 jam, 48 jam didapatkan

54,74 jam dan 72 jam didapatkan 50,74 jam.

5.1.2 Variasi lama perendaman campuran air daun dan batang gulma siam

berpengaruh terhadap mortalitas ulat grayak.

5.1.3 Perlakuan lama perendaman menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

signifikan antar kontrol, lama perendaman 24 jam, 48 jam dan 72 jam.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menyarangkan agar

dilakukan penelitian lanjut tentang lama perendaman campuran daun dan batang

menggunakan tumbuhan lain yang dapat diujikan pada hama lain.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aji Amri, Syamsul Bahri dan Sinta Raihan. 2016. Pembuatan Pestisida dari Daun
Kerinyu dengan menggunakan Sabun Colek dan Minyak Tanah sebagai
Bahan Pencampur (active ingredients). Jurusan Teknik Kimia. Fakultas
Teknik. Universitas Malikussaleh. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 5:2,
hal: 8-18.

Andani Kafif, Hagus Tarno dan Bambang Tri Rahardjo. 2016. Pengaruh Minyak
Biji Jarak Pagar (Jatropa curcas L.) terhadap Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne sp.). Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya. Jurnal HPT. Vol. 4, No. 2, hal: 77-84.

Arifin dan Sunihardi. 1997. Biopestisida S/NPV untuk mengendalikan Ulat


Grayak (Spodoptera litura). Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Eri, Desita Salbiah dan Hennie Laoh. 2014. Uji beberapa Konsentrasi Ekstrak Biji
Pinang (Area catechu) untuk mengendalikan Hama Ulat Grayak
(Spodoptera litura F.) pada Tanaman Sawi (Brassica juncea L.).
Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Riau.
Jurnal Jom Faperta. Vol. 1, No. 2.

Harbone J. B. 1987. Metode Fitokimia Penentuan cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung: PT Insitut Teknologi Bandung.

Karnidan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: PT Penebar


Swadaya.

Lenny Sovia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Karya


Ilmiah. Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Sumatera Utara.

Maryati Evi. 2006. Karakteristik Senyawa Alkaloid Fraksi Etil Asetat Hasil
Isolasi dari Daun Tumbuhan Pacah Pirin (Ervatamia coronaria). Jurusan
Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Bengkulu. Jurnal Gradien. Vol. 2, No. 2, hal: 176-178.

Noviana Estri, Sholahuddin dan Sri Widadai. 2011. Uji Potensi Ekstrak Daun
Suren (Toona sureni) sebagai Insektisida Ulat Grayak (Spodoptera
litura) pada Tanaman Kedelai. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas
Maret. Jurnal Biofarmasi. Vol. 1o, No. 2, hal: 46-53.

Prawiradiputra R. Bambang. 2007. Kerinyuh (Chromolaena odorata L.) R. M


King dan H. Robinson Gulma Padang Rumput yang merugikan. Balai
Penelitian Ternak. Vol. 17, No. 1.

34
Purnomo, Katrin Kenese, Yuyun Fitriana dan Agus M. Hariri. 2011. Aplikasi
Ekstrak Gulma Siam (Chromolaena odorata) pada Dua Spesis Hama
Penghisap Buah Kakao di Laboratorium. Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi. Jurusan Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian.
Universitas Negeri Lampung.

Rahayuningtias Sri dan Wiwik Sri Harijani. 2017. Kemampuan Pestisida Nabati
(Mimba, Gadun, Laos dan Serai) terhadap Hama Tanaman Kubis
(Brassica oleracea L.). Fakultas Pertanian. UPN Veteran Jawa Timur.
Jurnal Agritrop. Vol. 15 (1).

Rahmawati Anik. 2016. Resistensi Hama Ulat Grayak (Spodopter litura F.)
terhadap Insektisida Botani Azadirachtin dan Pemanfaatannya sebagai
Buku Ilmiah Populer. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember.

Redha Abdi. 2010. Flavonoid Struktur Sifat Antioksidatif dan Perananya dalam
Sistem Biologis. Jurusan Teknologi Pertanian. Politeknik Negeri
Pontianak. Jurnal Berlian. Vol. 9, No. 2, hal: 196-202.

Setyono. 2016. Pengaruh Lama Perendaman Kulit Ari Bawang Merah Allium
ascalonium L. terhadap Mortalitas Lalat Rumah Musca domestica L.
Artikel Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikam. Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik
Indonesia.

Shinta, Supratman Sukowati dan Asri Fauziah. 2008. Kerentanan Nyamuk Aedes
aegypti di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Bogor terhadap
Insektisida Malanthion dan Lambdacyhalothrin. Universitas Negeri
Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 7, No. 1, hal: 722-731.

Sirinthlpaporn Anuashika, Kanita Jiraunkoorskul and Wannee Jiraungkoorskul.


2016. Artemia salina Lethality and Hispothological Studies of Siam
Weed (Chromolaena odorata). Departemen of Pathobiology. Faculty of
Science. Mahidol University. Journal of Natural Remedies. Vol. 3 (4), p
10-20.

Sundari Titik dan Kurnia Paramita Sari. 2015. Perbaikan Ketahanan Kedelai
terhadap Hama Ulat Grayak. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi. Vol. 10, No. 1.

USDA. 2013. Plants Profile for Ananas comusus (Pineapple). Diakses 23


November 2018. http://plants.usda.gov/care/profile?symbol=ANCO30.

35
Lampiran 1: Tabel mortalitas ulat grayak pada masing-masing jam
pengamatan

Total %
No Perlakuan Jam Setelah Aplikasi (JSA)
Mortalitas Mortalitas
6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72
1 A1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 A2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 A3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 A4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 A5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mortalitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 B1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 4 40
7 B2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 20
8 B3 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3 30
9 B4 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 4 40
10 B5 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 6 60
Total 0 0 0 3 3 2 2 2 1 3 2 1
Mortalitas 0 0 0 3 6 8 10 12 13 16 18 19
11 C1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7 70
12 C2 0 0 0 0 0 2 1 1 1 1 0 0 6 60
13 C3 0 0 0 2 1 0 1 2 1 0 0 1 8 80
14 C4 0 0 0 2 1 0 1 0 1 1 0 1 7 70
15 C5 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 2 0 5 50
Total 0 0 0 5 4 3 4 4 4 3 3 3
Mortalitas 0 0 0 5 9 12 16 20 24 27 30 33
16 D1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 1 1 0 6 60
17 D2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90
18 D3 0 0 0 1 1 2 1 0 1 0 1 1 8 80
19 D4 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90
20 D5 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 2 0 8 80
Total 0 0 0 4 5 5 4 5 4 4 6 3
Mortalitas 0 0 0 4 9 14 18 23 27 31 37 40

36
Lampiran 2: Hasil analisis statistik

1. Uji Normalitas

Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.


Mortalitas Lama Perendaman 24 Jam
.246 5 .200* .956 5 .777

Lama Perendaman 48 Jam


.237 5 .200* .961 5 .814

Lama Perendaman 72 Jam


.300 5 .161 .833 5 .146

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.
b. MORTALITAS is constant when PERLAKUAN = KONTROL. It has been omitted.
2. Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Mortalitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.


2.292 3 16 .117
3. Uji Anova

ANOVA
Mortalitas
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups
186.800 3 62.267 49.813 .000

Within Groups 20.000 16 1.250


Total 206.800 19

37
4. Uji Duncan

MORTALITAS
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3

5 .0000
Kontrol

Lama Perendaman 24 Jam 5 3.8000

Lama Perendaman 48 Jam 5 6.6000

Lama Perendaman 72 Jam 5 8.0000

1.000 1.000 .065


Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 3: Hasil analisis probit

1. LT50 kontrol

Jumlah
No Larva Larva Persen Nilai
Waktu Larva Mortalitas
Mati Hidup Mortalitas Probit
Uji
1 6 50 0 50 0.0 0 0
2 12 50 0 50 0.0 0 0
3 18 50 0 50 0.0 0 0
4 24 50 0 50 0.0 0 0
5 30 50 0 50 0.0 0 0
6 36 50 0 50 0.0 0 0
7 42 50 0 50 0.0 0 0
8 48 50 0 50 0.0 0 0
9 54 50 0 50 0.0 0 0
10 60 50 0 50 0.0 0 0
11 66 50 0 50 0.0 0 0
12 72 50 0 50 0.0 0 0

38
Nilai
Transformasi
log
Probit Kontrol
Kontrol
0.78 0 1
1.08 0 0.8

Nilai Probit
1.26 0
0.6
1.38 0 Nilai Probit Kontrol
1.48 0 0.4
1.56 0 y=0
0.2 R² = #N/A Linear (Nilai Probit
1.62 0
0 Kontrol)
1.68 0
1.73 0 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
1.78 0
Log t
1.82 0
1.86 0
Gambar 1: Linear nilai probit kontrol
Persamaan y=0
R2 = -
2. LT50 24 jam

Jumlah
Larva Larva Persen Nilai
No Waktu Larva Mortalitas
Mati Hidup Mortalitas Probit
Uji
1 6 50 0 50 0.0 0 0
2 12 50 0 50 0.0 0 0
3 18 50 0 50 0.0 0 0
4 24 50 3 47 0.1 6 3.45
5 30 50 6 44 0.1 12 3.82
6 36 50 8 42 0.2 16 4.01
7 42 50 10 40 0.2 20 4.16
8 48 50 12 38 0.2 24 4.29
9 54 50 13 37 0.3 26 4.36
10 60 50 16 34 0.3 32 4.53
11 66 50 18 32 0.4 36 4.64
12 72 50 19 31 0.4 38 4.69

39
Nilai
Transformasi Nilai Probit 24 Jam
Probit 24
log
Jam 6
0.78 0 y = 5.391x - 4.932
5
1.08 0 R² = 0.833
1.26 0 4
1.38 3.45 Nilai Probit
3 Nilai Probit 24 Jam
1.48 3.82
2
1.56 4.01
1.62 4.16 1 Linear (Nilai Probit
1.68 4.29 0 24 Jam)
1.73 4.36 -10.00 0.50 1.00 1.50 2.00
1.78 4.53
1.82 4.64 -2
Log t
1.86 4.69
Gambar 2: Linear nilai probit 24 jam
y = 5.391x - 4.932
5= 5.391x - 4.932
5.391x=5+ 4.932
5.391x=9.932
x=9.932/5.391
x=1.84233
Antilogx= 69.5552
x=69.5552-1
LT50=68.5552
3. LT50 48 jam

Jumlah
Larva Larva Persen Nilai
No Waktu Larva Mortalitas
Mati Hidup Mortalitas Probit
Uji
1 6 50 0 50 0.0 0 0
2 12 50 0 50 0.0 0 0
3 18 50 0 50 0.0 0 0
4 24 50 5 45 0.1 10 3.72
5 30 50 9 41 0.2 18 4.08
6 36 50 12 38 0.2 24 4.29
7 42 50 16 34 0.3 32 4.53
8 48 50 20 30 0.4 40 4.75
9 54 50 24 26 0.5 48 4.95
10 60 50 27 23 0.5 54 5.1
11 66 50 30 20 0.6 60 5.25
12 72 50 33 17 0.7 66 5.41

40
Transformasi
Nilai Nilai Probit 48 Jam
Probit 48
log 7
Jam
6 y = 6.106x - 5.662
0.78 0
5 R² = 0.854
1.08 0 Nilai Probit
1.26 0 4
Nilai Probit 48 Jam
1.38 3.72 3
1.48 4.08 2
1.56 4.29 Linear (Nilai Probit
1
1.62 4.53 48 Jam)
0
1.68 4.75
-10.00 0.50 1.00 1.50 2.00
1.73 4.95
1.78 5.1 -2
Log t
1.82 5.25
1.86 5.41
Gambar 3: Linear nilai probit 48 jam
y = 6.106x - 5.662
5=6.106x - 5.662
6.106x=5+ 5.662
6.106x=10.662
x=10.662/6.106
x=1.74615
Antilogx= 55.738
x=55.738-1
LT50=54.738
4. LT50 72 jam
Jumlah
Larva Larva Persen Nilai
No Waktu Larva Mortalitas
Mati Hidup Mortalitas Probit
Uji
1 6 50 0 50 0.0 0 0
2 12 50 0 50 0.0 0 0
3 18 50 0 50 0.0 0 0
4 24 50 4 46 0.1 8 3.59
5 30 50 9 41 0.2 18 4.08
6 36 50 14 36 0.3 28 4.42
7 42 50 18 32 0.4 36 4.64
8 48 50 23 27 0.5 46 4.9
9 54 50 27 23 0.5 54 5.1
10 60 50 31 19 0.6 62 5.31
11 66 50 37 13 0.7 74 5.64
12 72 50 40 10 0.8 80 5.84

41
Nilai
Transformasi Nilai Probit 72 Jam
Probit 72
log
Jam 7
0.78 0 6 y = 6.471x - 6.090
1.08 0 R² = 0.872
5
1.26 0
Nilai Probit

1.38 3.59 4
Nilai Probit 72 Jam
1.48 4.08 3
1.56 4.42 2
1.62 4.64 Linear (Nilai
1
Probit 72 Jam)
1.68 4.9 0
1.73 5.1
-10.00 0.50 1.00 1.50 2.00
1.78 5.31
-2
1.82 5.64 Log t
1.86 5.84
Gambar 4: Linear nilai probit 72 jam
y = 6.471x - 6.090
5=6.471x - 6.090
6.471x =5+ 6.090
6.471x =11.09
x=11.09/6.471
x=1.7138
Antilogx= 51.7369
x=51.7369-1
LT50=50.7369

42
Lampiran 4: Prosedur kerja

Menggunting daun gulma siam Menggunting batang gulma siam

Menimbang daun gulma siam Menimbang batang gulma siam


sebanyak 500 gram sebanyak 500 gram

43
Mencuci daun dan batang gulma siam Mengukur air sebanyak 1 liter

Menuangkan air 1 liter kedalam Menekan campuran daun dan batang


nampan plastik yang berisi campuran gulma siam agar semuanya terendam
daun dan batang gulma siam

44
Rendaman campuran air daun dan Melakukan penyaringan dari campuran
batang gulma siam air daun dan batang gulma siam

Wadah yang akan digunakan Larva ulat grayak yang sedang


dipuasakan selama 2 jam

45
Daun bayam yang akan digunakan Menuangkan hasil rendaman campuran
sebagai pakan hewan uji air daun dan batang gulma siam pada
pakan hewan uji

Daun bayam yang sedang direndam Pengaplikasian pada hewan uji dengan
dengan air dan rendaman campuran air diberikan pakan daun bayam yang
daun dan batang gulma siam sudah terkena perlakuan

46
Pengamatan larva ulat grayak Larva ulat grayak yang mengalami
mortalitas

47
Lampiran 5: Hasil pengamatan mortalitas ulat grayak

Perlakuan 24 Jam Perlakuan 24 Jam


Ulangan 1 Ulangan 2

Perlakuan 24 Jam Perlakuan 24 Jam


Ulangan 3 Ulangan 4

48
Perlakuan 24 Jam Perlakuan 48 Jam
Ulangan 5 Ulangan 1

Perlakuan 48 Jam Perlakuan 48 Jam


Ulangan 3 Ulangan 5

49
Perlakuan 72 Jam Perlakuan 72 Jam
Ulangan 1 Ulangan 2

Perlakuan 72 Jam Perlakuan 72 Jam


Ulangan 3 Ulangan 4

50
Perlakuan 72 Jam
Ulangan 5

51
Lampiran 6: Hasil analisis kandungan gulma siam

Gulma siam tanin Gulma siam flavonoid

Gulma siam alkaloid Gulma siam saponin

52
Tabel hasil analisis kadar flavonoid dan saponin gulma siam

Flavonoid
Sampel
Concentration Kadar sampel Persentase
Sampel Yang diambil AUC Fp
(ug/ml) ug dalam 1 ml (%)
(ml)
1 475
Batang 1.798969853 10 17.98969853 0.0005395
1 629
Daun 4.715194667 10 47.15194667 0.0014145

Saponin

Sampel Yang Concentration Kadar sampel ug Persentase


Sampel AUC Fp
diambil (ml) (ug/ml) dalam 1 ml (%)

Batang 1 1045 21.24650295 10 212.4650295 6.3735


1
Daun 1700 41.60708735 10 416.0708735 12.4842

53
54
55
CURRICULUM VITAE
I. Identitas Pribadi
Winda Agustina, lahir di Tolitoli, Kabupaten Tolitoli,

Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 07 Agustus 1997,

Beragama Islam. Anak pertama dari putri dari pasangan

Bapak Budi dan Ibu Nurmiati.

II. Riwayat Pendidikan

a. Pendidikan Formal

1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Malangga Selatan pada tahun ajaran 2004

dan lulus pada tahun 2009.

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Galang pada tahun ajaran 2009

dan lulus pada tahun 2012.

3. Madrasah Aliyah Alkhairaat (MAA) Kalangkangan pada tahun ajaran 2012

dan lulus pada tahun 2015.

4. Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Jurusan Biologi Prodi Pendidikan

Biologi pada tahun ajaran 2015 sampai dengan sekarang.

b. Pendidikan Nonformal

1. Peserta Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) tahun 2015 yang

diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas

Negeri Gorontalo.

2. Peserta Pelatihan Komputer dan Internet oleh Pusat Teknologi Informasi

dan Komunikasi pada tahun 2015.

56
3. Peserta Orientasi Medan Biologi (OMB) di Desa Longalo, Kecamatan

Bulango Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2016.

4. Peserta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang diselenggarakan oleh

HMJ Biologi pada tahun 2016.

5. Peserta Kuliah Pakar “Restorasi Ekosistem Mangrove yang

Berkelanjutan” pada tahun 2017.

6. Peserta Kuliah Lapangan pada mata kuliah Zoologi Invertebrata di Desa

Langala, Kecamatan Dulupi Kabupaten Boalemo pada tahun 2015.

7. Peserta Pelatihan Praktikum dengan Tema “From Zero to Hero in the

Practical Work” pada tahun 2015.

8. Peserta Kuliah Lapangan pada mata kuliah Botani Tumbuhan Tinggi dan

mata kuliah Ekologi di bukit Do’a Tomohon Sulawesi Utara pada tahun

2016.

9. Peserta Kuliah Lapangan pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan di

Paguat, Kabupaten Pohuwato pada tahun 2016.

10. Peserta Kuliah Lapangan pada mata kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan di

Taman Sains Pertanian Bio Industri Palma di Sulawesi Utara pada tahun

2017.

11. Panitia Pelaksana Orientasi Medan Biologi (OMB) pada tahun 2018 dan

2019.

12. Peserta Praktek Kerja Lapangan (PPL II) di SMP Negeri 5 Gorontalo

tahun 2018.

57
13. Pemakalah dalam Kegiatan Seminar Nasional Hari Bumi dengan Tema

“Bersama Kita Menjaga Bumi Untuk Para Penerus Bangsa, Peduli

Sekarang atau Musnah Perlahan” pada tahun 2019.

14. Peserta Kuliah Kerja Sibermas Pengabdian (KKS-P) di Desa Bulili,

Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato tahun 2019.

58

Anda mungkin juga menyukai