Anda di halaman 1dari 111

PENGARUH KADAR GARAM (SALINITAS)

TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM PADA MEDIA TANAM


JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus L)
DI DESA PENYARING KECAMATAN MOYO UTARA
KABUPATEN SUMBAWA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

KIPA

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperole Gelar Sarjana Sains Terapan

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN

SYARAPUDDIN
07.1.2.10.1071

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014
PENGARUH KADAR GARAM (SALINITAS)
TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM PADA MEDIA TANAM
JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus L)
DI DESA PENYARING KECAMATAN MOYO UTARA
KABUPATEN SUMBAWA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

SYARAPUDDIN
NIRM.07.1.2.10.1071

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014
PENGARUH KADAR GARAM (SALINITAS)
TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM PADA MEDIA TANAM
JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus L)
DI DESA PENYARING KECAMATAN MOYO UTARA
KABUPATEN SUMBAWA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR

Diajukan sebagai syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN

SYARAPUDDIN
NIRM.07.1.2.10.1071

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014
KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR

PENGARUH KADAR GARAM (SALINITAS)


TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM PADA MEDIA TANAM
JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus L)
DI DESA PENYARING KECAMATAN MOYO UTARA
KABUPATEN SUMBAWA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

SYARAPUDDIN
NIRM.07.1.2.10.1071

Telah dipertahankan di depan penguji


Pada tanggal,1 Juli 2014
Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Sardjono, MM Drs. H. Arkho Sudjianto, M.Pd


NIP:19510815 197603 1 003 NIP:19540507 198303 1 001

Penguji III,
Sutoyo, SP, MP
NIP :19580530 198101 1 001

KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR

PENGARUH KADAR GARAM (SALINITAS)


TERHADAP PERTUMBUHAN MISELIUM PADA MEDIA TANAM
JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus L)
DI DESA PENYARING KECAMATAN MOYO UTARA
KABUPATEN SUMBAWA PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

SYARAPUDDIN
NIRM.07.1.2.10.1071

Malang 2 Juli 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Sardjono, MM Drs. H. Arkho Sudjianto, M.Pd


NIP:19510815 197603 1 003 NIP:19540507 198303 1 001

Mengetahui;

Ketua
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang

Dr. Ir. Siti Munifah, M.Si


NIP:19650723 199403 2 002PERUNTUKAN

Karya ilmiah ini kUpersembahkan kepada :


Ayahanda Daeng haking dan Ibunda hamimang tercinta
Atas doa dan motivasi yang diberikan, Istri dewi nurmalasari dan
putra Husain ariski, akbar wahyudi, Muhammad fikri putriku
indah fitri natasya tersayang Sebagai rasa hormat, cinta dan
kasih setiaku

Adik-adikku terimah kasih untuk semua dukungan penuh


cinta yang selalu memberiku motivasi hingga akhir
perjuanganKU, tanpa kalian semua ini takkan berakhir penuh
bahagia dan

KAWAN-KAWAN SETINGKAT SEPERJUANGANKU ANGKATAN


2010 STPP MALANG, YANG TELAH BANYAK MEMBANTU BAIK
PIKIRAN MAUPUN MATERIAL SERTA MOTIVASI DEMI
TERSELESAINYA KARYA ILMIAHKU, trims.

1
PERYATAAN ORISINALITAS KIPA

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang


pengetahuan saya, di dalam Naskah KIPA ini tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain sebagai Karya Ilmiah Tugas Akhir atau untuk
memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan
dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah KIPA ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia KIPA ini digugurkan dan gelar vokasi yang
telah saya peroleh (SST) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.

Malang, 10 Juli 2014


Mahasiswa,

Matrae

Syarapuddin
Nirm.07.1.2.10.1071

2
RINGKASAN

Nama; Syarapuddin, Program Studi Penyuluhan Pertanian


Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang, Pengaruh Kadar Garam
(Salinitas) Terhadap Pertumbuhan Miselium Pada Media Tanam Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus L) Di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara
Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat
Komisi Pembimbing:
1. Drs. Sardjono, MM, selaku Dosen Pembimbing I
2. Drs. H. Arkho Sudjianto, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II
Sejak lama jamur tiram (Pleurotus ostreatus L) sudah dikonsumsi oleh
manusia. Seperti di Mesir jamur tiram menjadi makanan khusus untuk Raja
Mesir, Selain itu di Cina jamur tiram dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan
sejak ribuan tahun silam. Saat ini jamur tiram telah memasyarakat hingga di
berbagai belahan dunia.
Jamur tiram tumbuh dan berkembang serta diminati oleh masyarakat di
wilayah Kecamatan Moyo Utara khususnya di Desa Penyaring sejak tahun 2011
sampai sekarang, kecamatan ini terletak dibagian pesisir Pantai Utara Kabupaten
Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Penerapan teknik budidaya jamur tiram
masyarakat Desa Penyaring terhadap pengomposan media, ada yang
menggunakan air tawar (< 0,5) ada juga yang menggunakan air payau
(Salinitas 0,5-3) (Wikipedia, 2012). Melihat kecepatan tumbuh batang buah
jamur dan hasil produksinya tidak jauh berbeda bahkan sulit dibedakan mana
yang terbaik
Desa Penyaring kesulitan untuk mendapatkan air tawar (air minum/ air
sumur). Masyarakat mendapatkan air tawar lewat penjual yang menggunakan
mobil dengan jerigen, yang harga Rp.3000/1 jerigen didatangkan dari luar
kecamatan. Oleh karna itu penulis mengadakan kajian dengan judul pengaruh
kadar garam (Salinitas) terhadap pertumbuhan miselium pada media tanam
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L)
Rancangan Percobaan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktorial yaitu faktor komposisi air media
tanam yang terdiri dari 4 perlakuan, masing-masing perlakuan 6 ulangan yaitu :

3
P1 = 0,5 kadar garam/ salinitas (air payau)
P2 = 1 kadar garam/ salinitas (air payau)
P3 = 2 kadar garam/ salinitas (air payau)
P4 = 3 kadar garam/ salinitas (air payau)
Analisis kajian menggunakan Ms. Excell hasil ANOVA bahwa F hitung
(0.126726) lebih kecil dari pada F tabel (3.238872) atau HO diterima dan H1
ditolak artinya dari keempat perlakuan berbagai salinitas yaitu P1 0,5, P2 1,
P3 2, dan P4 3 tidak menampakan perbedaan yang siknifikan, sebagai air
pengomposan media tanam jamur tiram putih untuk menumbuhkan miselium
secara maksimal pada media tanam. Sehingga kajian tersebut diatas tidak perlu
dilakukan uji lanjut BNT 5% (Beda Nyata Terkecil).
Hasil kajian menyimpulkan bahwa air payau yang berkadar salinitas
0,5 - 3 dapat digunakan sebagai air pengomposan atau pemeraman pada
media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L).
Efektifitas peningkatan pengetahuan diketahui dengan :
P sP r
x 100
N 4 QP r
Pelaksanaan evaluasi berkaitan dengan evaluasi tentang pengetahuan dan
efektifitas peningkatan pengetahuan dalam penyuluhan cukup efektif dengan
nilai 51,89%.

Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada


Ayahandaku dan Ibunda tercinta
Atas doa dan motivasi yang diberikan

4
ABSTRACT

Name: Syarapuddin, Agricultural Studies Program Guidance


High School Guidance Agriculture Unfortunately, Influence of Salt
(Salinitas) Mycelium Growth On The Media Plant White Oyster Mushrooms
(Pleurotus ostreatus L) The Village filter Moyo District North Sumbawa Regency
West Nusa Tenggara Province
Commission Comment:
1. Drs. Sardjono, MM, as Supervisor I
2. Drs. H. Arkho Sudjianto, M.Pd, as Supervisor II
Since the old oyster mushroom (Pleurotus ostreatus L) is consumed by
humans, but not known for certain early mushroom is consumed. In Egypt the
oyster mushrooms into special meals for the King of Egypt, in addition Chinese
oyster mushrooms used as drugs of thousands of years ago. Currently oyster
mushrooms were popular in the community to spread around the world.
Oyster mushroom growing and growing and sought after by society in the region,
particularly in the Northern District of Moyo Village filters since 2011 until now,
this district is a section of the North Coast of Sumbawa Regency offshore West
Nusa Tenggara, application of oyster mushroom cultivation techniques village
community composting or fermentation media filter, some are using fresh water
(<0.5 ) there is also the use of brackish water (Salinitas 0.5-3 ) (Wikipedia,
2012). Looking at the speed of the trunk grows mushrooms and their products
are not much different from even difficult to distinguish which one is best
Country Filter difficulty in obtaining fresh water (drinking water / water
wells). People get fresh water by vendors who use cars with jerry can, the price
Rp.3000 / 1 jerry can come from outside the district. cuz the authors provide a
study with the title "the influence of salt (Salinitas) on the growth of mycelium on
white oyster mushroom planting media (Pleurotus ostreatus L).
Experimental plan used in this study is Completely Randomized Design
(CRD) of the factorial composition of the water that is a factor of planting media
consisting of 4 treatments, each doing six repetitions, namely:
P1 = 0,5 salinity / salinity (brackish water)
P2 = 1 salinity / salinity (brackish water)
P3 = 2 salinity / salinity (brackish water)
P4 = 3 salinity / salinity (brackish water)
Analytical studies using Id. Excell ANOVA results that count F (0.126726)
is smaller than the F table (3.238872) or HO is accepted and H1 rejected the four
treatment means different salinity 0.5 namely P1, P2 1, 2 P3, and P4 3
no menampakan siknifikan difference, as water media composting plant oyster
mushroom mycelium white to grow optimally in media cultivation. As the above
studies do not need to do further testing BNT 5% (Smallville Return Squares).

5
Brackish water can be used as compost or planting media incubation at
white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus L).
P sP r
Effectiveness of increasing knowledge : x 100
N 4 QP r
The implementation of the evaluation related to the evaluation of the
knowledge and effectiveness of counseling for increasing knowledge in effective
enough to 51,89%.

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

limpahan rahmat-Nya serta atas izin rhido-Nya sehingga Karya Ilmiah

Penugasan Akhir yang berjudul Pengaruh kadar garam (Salinitas) terhadap

pertumbuhan miselium pada media tanam jamur tiram putih (Pleurotus

ostreatus L) dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada yang

terhormat:

1. Drs. Sardjono, MM, selaku Dosen Pembimbing I


2. Drs. H. Arkho Sudjianto, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II
3. Sutoyo, SP. MP, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian
4. Ainu Rahmi, SP, MP, selaku Sekretaris Jurusan Penyuluhan Pertanian
5. Dr. Ir. Siti Munifah, M.Si, Selaku Ketua STPP Malang
Semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan

Karya Ilmiyah Penugasan Akhir ini sehingga dapat diselesaikan sesuai waktu

yang ditentukan.

Tulisan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Sekolah Tinggi Penyuluhan

Pertanian Malang.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

konstruktif demi perbaikan tulisan, sekiranya tulisan ini dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Malang, Juni 2014

Penulis

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL....................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................. 3
1.4 Manfaat............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 4


2.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih................................................ 4
2.2 Klasifikasi Jamur Tiram Putih............................................... 4
2.3 Siklus Hidup Jamur.............................................................. 5
2.3.1 Spora.......................................................................... 5
2.3.2 Hipa............................................................................ 5
2.3.3 Miselium..................................................................... 6
2.3.4 Pin Head..................................................................... 6
2.3.5 Jamur Dewasa............................................................ 6
2.4 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih...................................... 6
2.5 Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih..................................... 10
2.6 Media Tumbuh Jamur Tiram Putih....................................... 11
2.6.1 Serbuk Gergaji Kayu................................................... 11
2.7 Sumber Nutrisi Jamur Tiram Putih....................................... 12
2.7.1 Bekatul........................................................................ 12
2.7.2 Kapur (caCO3)............................................................ 13
2.8 Aspek Teknis Penyuluhan.................................................... 13
2.8.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian.............................. 13
2.8.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian..................................... 14

2
2.8.3 Sasaran Penyuluhan.................................................. 15
2.8.4 Metode dan Teknik Penyuluhan.................................. 15
2.8.5 Materi Penyuluhan Pertanian...................................... 16
2.8.6 Media Penyuluhan Pertanian...................................... 16
2.8.7 Monitoring dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian.......... 16

BAB III METODE PELAKSANAAN....................................................... 18


3.1 Lokasi dan Waktu............................................................... 18
3.2 Metode Kajian..................................................................... 18
3.2.1 Rancangan Percobaan.............................................. 18
3.2.2 Teknik Penentuan Sampel......................................... 18
3.2.3 Metode Pengumpulan Data....................................... 19
3.2.4 Parameter Pengkajian............................................... 20
3.2.5 Metode Analisa Data.................................................. 20
3.2.6 Langkah Kegiatan...................................................... 20
3.3 Rancangan Penyuuhan...................................................... 26
3.3.1 Kerangka Pikir Penyuluhan........................................ 26
3.3.2 Penetapan Materi...................................................... 28
3.3.3 Media Penyuluhan..................................................... 28
3.3.4 Metode dan Teknik Penyuluhan................................. 28
3.3.5 Penyuluhan................................................................ 29
3.4 Definisi Operasional........................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 32
4.1 Keadaan Umum Wilayah.................................................... 32
4.2 Keadaan Penduduk............................................................ 32
4.3 Keadaan Pertanian Desa Penyaring................................... 34
4.4 Kelembagaan..................................................................... 35
4.5 Hasil Kajian........................................................................ 35
BAB V PELAKSANAAN PENYULUHAN............................................. 37
5.1 Rancangan Penyuluhan..................................................... 37
5.2 Kerangka Pikir.................................................................... 37
5.3 Kegiatan Penyuluhan......................................................... 40

BAB VI PENUTUP................................................................................. 45
6.1 Kesimpulan......................................................................... 45
6.2 Saran.................................................................................. 45

3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 47

LAMPIRAN............................................................................................... 49

4
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1.......................................................................................................Definisi

Salinitar Air....................................................................................... 7
2.......................................................................................................Kompos

isi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih.................................. 11


3.......................................................................................................Kompos

isi Kandungan Kimia Kayu............................................................... 11


4.......................................................................................................Kompos

isi yang Terdapat dalam Dedak atau Bekatul................................... 12


5.......................................................................................................Kandun

gan Vitamin dan Mineral Bekatul (per 100 ml sari bekatul).............. 13


6.......................................................................................................Nama

Bahan-bahan Pengkajian Beserta Fungsinya.................................. 20


7.......................................................................................................Nama

Alat-alat Pengkajian Beserta Fungsinya........................................... 21


8.......................................................................................................Jumlah

Penduduk Mata Pencaharian........................................................... 33


9.......................................................................................................Kelemb

agaan............................................................................................... 35
10.....................................................................................................Hasil

Kajian............................................................................................... 36
11.....................................................................................................Summar

y....................................................................................................... 36
12.....................................................................................................Analisis

ANOVA............................................................................................. 36
13.....................................................................................................Distribu

si Responden Menurut Kelompok Umur........................................... 40


14.....................................................................................................Distribu

si Responden Menurut Kelompok Pendidikan.................................. 40


15.....................................................................................................Nilai Pre

Tes Tingkat Pengetahuan Responden.............................................. 41

5
16.....................................................................................................Nilai

Pos Tes Tingkat Pengetahuan Responden...................................... 42


17.....................................................................................................Rekapit

ulasi Nilai Pre Tes dan Post Tes Responden.................................... 42


18.....................................................................................................Perubah

an Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Kelompok Pendidikan

.........................................................................................................43
19.....................................................................................................Efektivit

as Peningkatan Pengetahuan Responden....................................... 43

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
1.........................................................................................................Kerangk

a Pikir................................................................................................. 27
2.........................................................................................................Luas

Lahan Menurut Penggnaannya.......................................................... 34

6
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman
1.............................................................................Jadwal Kegiatan

.....................................................................................................49
2......................................................................Identitas Responden

.....................................................................................................51
3....................................................................................Kuwesioner

.....................................................................................................52
4................................................................Berita Acara Penyuluhan

.....................................................................................................55
5................................................................Daftar Hadir Penyuluhan

.....................................................................................................56
6.......................................................Daftar Hasil Evaluasi Tes Awal

.....................................................................................................57
7.........................................................................Materi Penyuluhan

.....................................................................................................58
8...........................................Lembar Persiapan Penyuluhan (LPM)

.....................................................................................................61
9..................................................................................Media Folder

.....................................................................................................60
10....................................................Daftar Hasil Evaluasi Tes Akhir

.....................................................................................................64
11................Rerata Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

.....................................................................................................65
12.................................................................Evektifitas Penyuluhan

.....................................................................................................66
13..............................................................Sket Pengamatan Kajian

.....................................................................................................67
14.............................................................Hasil Pengamatan Kajian

.....................................................................................................68
15.....................................................................Analisis Hasil Kajian

.....................................................................................................71

7
16................................................Analisa Usaha Jamur Timur Putih

.....................................................................................................72
17.......................................................................Berita Acara Kajian

.....................................................................................................73
18............................................................Dokumen Kegiatan Kajian

.....................................................................................................74
19...................................................Dokumen Kegiatan Penyuluhan

.....................................................................................................79

8
9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak lama jamur tiram (Pleurotus ostreatus L) sudah dikonsumsi oleh

manusia, tetapi tidak diketahui secara pasti awal jamur tersebut dikonsumsi. Di

Mesir jamur tiram menjadi makanan khusus untuk Raja Mesir, demikian pula di

Cina jamur tiram diolah menjadi hidangan lezat para keluarga kerajaan karena

rasanya yang enak. Selain itu di Cina jamur tiram dimanfaatkan sebagai bahan

obat-obatan sejak ribuan tahun silam. Saat ini jamur tiram telah memasyarakat

hingga di berbagai belahan dunia.

Untuk menjalankan agribisnis dengan lahan yang terbatas dapat memilih

jenis usaha yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Salah satu jenis agribisnis

yang tepat untuk kondisi tersebut adalah budidaya jamur tiram (Muhammad. S &

Rahmad. M, 2011), jamur tiram putih proses budidayanya mudah dilakukan dan

memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Jamur tiram tumbuh dan berkembang serta diminati oleh masyarakat di

wilayah Kecamatan Moyo Utara khususnya di Desa Penyaring sejak tahun 2011

sampai sekarang di tahun 2014, kecamatan ini terletak dibagian pesisir Pantai

Utara Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat, luas wilayah kecamatan

mencapai 2.675 Ha dengan jumlah penduduk 2.684 jiwa (Programa Penyuluhan

Kecamatan Moyo Utara, 2013).

Penerapan teknik budidaya jamur tiram di masyarakat Desa Penyaring

hal pengomposan atau pemeraman media, ada yang menggunakan air tawar

(< 0,5) ada juga yang menggunakan air payau (Salinitas 0,5-3) (Wikipedia,

2012). Melihat kecepatan tumbuh batang buah jamur dan hasil produksinya

tidak jauh berbeda bahkan sulit dibedakan mana yang terbaik. Menurut beberapa

1
referensi yang ada, air yang layak digunakan untuk pengomposan/ pemeraman

jamur tiram sebaiknya air tawar yang steril.

Desa Penyaring ada kesulitan untuk mendapatkan air tawar (air minum/

air sumur). Masyarakat mendapatkan air tawar lewat penjual yang menggunakan

mobil dengan jerigen, yang harga Rp.3000/1 jerigen didatangkan dari luar

kecamatan. Jamur tiram tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat. Dengan

kasus di atas perlu dilakukan kajian penelitian untuk dapat menjawab sekaligus

arahan terhadap pelaku utama dan pelaku usaha untuk usaha jamur tiram putih

di daerah pesisir, karna itu penulis mengadakan kajian dengan judul pengaruh

kadar garam (Salinitas) terhadap pertumbuhan miselium pada media tanam

jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L) di Desa Penyaring Kecamatan

Moyo Utara Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh kadar garam (Salinitas) terhadap pertumbuhan

miselium pada media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L).
2) Pada kadar garam (Salinitas) berapakah yang cocok digunakan untuk air

pengomposan pada media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L).
3) Bagaimana membuat rancangan penyuluhan tentang pengaruh kadar

garam (Salinitas) terhadap pertumbuhan miselium pada media tanam jamur

tiram putih (Pleurotus ostreatus L).

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengaruh kadar garam (Salinitas) terhadap

pertumbuhan miselium pada media tanam jamur tiram putih di Desa

Penyaring Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa

Tenggara Barat

2
2) Untuk mengetahui kadar garam (Salinitas) yang cocok digunakan untuk

air pengomposan pada media tanam jamur tiram putih


3) Untuk mengetahui rancangan penyuluhan tentang pengaruh kadar garam

(Salinitas) terhadap pertumbuhan miselium pada media tanam jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus L).

1.4 Manfaat
1) Sebagai bahan pertimbangan petani dalam menentukan salinitas air

pengomposan pada media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus L).
2) Sebagai sumbangsih untuk penyuluh pertanian atau aparat teknis terkait

lainnya, dalam penggunaan air pengomposan media jamur tiram putih di

daerah pesisir
3) Sebagai masukan bagi penulis untuk memperkaya materi penyuluhan

yang dikemas dalam rancangan penyuluhan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) adalah jamur kayu yang tumbuh

berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah

yang tumbuh menyerupai kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini memiliki

tudung (pileus) dan tangkai (stipe/ stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram

berukuran 5-15 cm dan bagian jamur tiram putih bergelombang (Djarijah dan

Djariah, 2001).

Batang atau tangkai (stipe atau stalk) jamur tiram putih tidak tepat berada

ditengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Tubuh buahnya membentuk rumpun

yang memiliki banyak percabangan dan menyatu dalam media. Jika sudah tua,

daging buahnya akan menjadi liat dan keras. Lamella (gills) tepat dibagian

bawah tudung jamur, bentuknya seperti insang, lunak, rapat, dan berwarna putih.

Pada lamella terdapat spora yang berwarna putih, makroskopis 5,5-8,5 x1-6,6

mikron, berbentuk lonjong, dan licin (Parjimo dan Agus, 2007) dalam Bakri

Skripsi UNSA 2013.

2.2 Klasifikasi Jamur Tiram Putih

Menurut sub kelasnya, jamur dibedakan menjadi dua, yakni Ascomycetes

dan Basidiomycetes. Jamur dari kelas Basidiomycetes lebih mudah diamati

karena ukurannya lebih besar, tidak seperti Ascomycetes yang ukurannya lebih

kecil, menurut Darnetty (2006) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013, jamur tiram

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

4
Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Mycota (Fungi)

Sub Divisi : Eumycotina (Jamur sejati)

Kelas : Basidiomycetes (Jamur dasar)

Sub Kelas : Homobasidiomycetidae (Basidium tidak bersekat)

Ordo : Himenomycetales (Basidium bebas)

Sub Ordo : Agaricales (Menempel pada kayu)

Keluarga : Agariceae (Tubuh buah berbentuk payung)

Marga : Pleurotus (Jamur tiram)

Jenis : Pleurotus ostreatus L. (Jamur Tiram Putih)

2.3 Siklus Hidup Jamur


Berikut penjelasan singkat mengenai siklus hidup jamur.
2.3.1 Spora
Awal mula jamur berasal dari spora, spora berukuran kecil dan berbobot

ringan sehingga mudah berterbangan menyebar ke berbagai tempat dengan

bantuan angin. Spora yang telah matang akan terlepas dari tubuh jamur dan

jatuh atau menempel diberbagai tempat. Spora akan tumbuh jika kondisi

lingkungan tempat ia menempel mendukung proses pertumbuhannya. Suhu,

kelembaban dan sumber makanan merupakan kondisi yang mempengaruhi

pertumbuhan spora untuk menjadi jamur.


2.3.2 Hifa
Ketika kondisi lingkungan sudah memadai untuk pertumbuhan, spora

akan mulai berkecambah. Kecambah yang dibentuk spora berupa benang-

benang tipis berwarna putih dan disebut dengan hipa. Fungsi hifa hampir sama

dengan fungsi akar pada tumbuhan, yaitu untuk menyerap sumber makanan .

2.3.3 Miselium
Hifa akan terus tumbuh dan menyebar keseluruh media tumbuh.

Pertumbuhan hifa memanjang, bercabang dan saling tumpang tindih disebut

5
miselium. Miselium berwarna putih seperti kapas dan akan menutupi seluruuh

permukaan media tumbuh.


2.3.4 Pin Head
Pin head akan tumbuh dari miselium yang saling menumpuk dan

membentuk benjolan atau gumpalan kecil seperti kancing. Pin head ini nantinya

akan berkembang menjadi jamur dewasa, dari tudung yang menguncup

kemudian menjadi mekar membentuk setengah lingaran seperti cangkang tiram.


2.3.5 Jamur Dewasa
Lamanya dua sampai empat hari setelah kemunculan pin head, jamur

mulai memasuki fase dewasa. Jamur dewasa akan kembali menghasilkan spora.

Sora dihasilkan oleh serat-serat halus dibawah tudung jamur yang disebut

lamella. Di dalam lamela ini terdapat basidium, yaitu sel-sel penghasil spora

(Meinanda. I 2013).

2.4 Syarat Tumbuh Jamur Tiram Putih


2.4.1 Air

Salah satu kegunaan air bagi jamur adalah sebagai bahan pengencer

media agar miselium jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media

dengan baik, sekaligus menghasilkan spora. Kadar air media diatur 50-60%.

Apabila air yang ditambah kurang maka jamur tumbuh kurang optimal sehingga

menghasilkan jamur yang kurus, bila air yang ditambah terlalu banyak

menyebabkan busuknya akar (Cahyana, 2004) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013.

Menurut Suriawiria (2001) bahwa pertumbuhan jamur dalam subtrat

sangat tergantung pada kandungan air. Apabila kandungan air terlalu sedikit

maka pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu atau terhenti sama

sekali. Sebaliknya bila terlalu banyak air miselium akan membusuk dan mati.

Subtrat tanam yang terlalu banyak air ditandai dengan banyaknya pertumbuhan

jenis jamur liar yang tidak diharapkan dan hal ini merupakan jenis jamur hama

yang akan menghambat pertumbuhan.

6
Air tawar ialah air yang tidak berasa lawan dari air asin. Merupakan air

yang tidak mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di dalamnya.

Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk ke air dari sumur, danau,

sungai, salju, atau es. Air tawar juga berarti air yang dapat dan aman untuk

dijadikan minuman bagi manusia. Air Samudera dan lautan tersusun dari banyak

garam natrium chlorida (NaCl) hingga air terasa asin, yang tidak bisa dan tidak

nyaman untuk dikonsumsi oleh manusia. Dari Wikipedia bahasa Indonesia,

ensiklopedia bebas

Air asin lebih sering berarti air dari laut dan samudra. Air ini juga disebut

air laut. Air asin ialah lawan air tawar. Air asin mengandung garam. Kita tidak

bisa meminum air asin karena garam dalam air membuat kita dehidrasi - badan

kita akan kehilangan lebih banyak air yang diminum, dan nanti bisa sakit. Namun,

banyak jenis ikan, hewan, dan tanaman yang berbeda tinggal di air asin. Dari

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.

Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.

Tabel 1. Definisi Salinitas Air


Jenis Air Kandungan Salinitas
Air Tawar < 0,5
Air Payau 0,5 3
Air Saline 35
Air Brine 5
Sumber: Anonymous Salinitas (1978).

Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air

alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar.

Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,5.

Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila

konsentrasinya 3 sampai 5. Lebih dari 5, ia disebut brine. Air laut secara

alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5. Beberapa

7
danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi

dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar

30.

Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Jika

kadar garam yang dikandung dalam satu liter air adalah antara 0,5 sampai 3

(30 gram), maka air ini disebut air payau. Namun jika lebih, disebut air asin. Air

payau ditemukan di daerah-daerah muara dan memiliki keanekaragaman hayati

tersendiri.

2.4.2 Suhu

Untuk pertumbuhan miselium suhu optimumnya tergantung dari jenis

strain. Jika termauk strain suhu tinggi maka lebih menyukai suhu 2530 oC dan

kelompok strain suhu rendah menyukai suhu 1215 oC. Pertumbuhan bakal buah

membutuhkan suhu normal ruangan yang berkisar 25-28oC, jika terlalu dingin

tubuh buah akan banyak mengandung air yang berdampak pada kebusukan,

sedangkan jika terlalu panas maka akan terhambat pertumbuhan bakal buahnya

(Wardi dkk, 2006) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013.

2.4.3 Kelembaban Udara

Pada masa pembentukan miselium membutuhkan kelembaban udara di

atas 60-80%, sedang untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah

membutuhkan kelembapan 90%. Tunas dan tubuh buah yang tumbuh dengan

kelembapan di bawah 80% akan mengalami gangguan absorbsi nutrisi sehingga

menyebabkan kekeringan dan mati. Kelembaban ini dipertahankan dengan

menyemprotkan air secara teratur (Parjimo dan Agus, 2007) dalam Bakri Skripsi

UNSA 2013.

2.4.4 Cahaya

Jamur tidak memerlukan cahaya dalam pertumbuhannya, namun

demikian cahaya penting untuk merangsang sporulasi. Di samping itu cahaya

8
juga berguna dalam pemencaran spora, karena organ-organ yang menghasilkan

spora berkisar fototrofik dan memencarkan sporanya (Darnetty, 2006) dalam

Bakri Skripsi UNSA 2013.

2.4.5 Keasaman (pH)

pH mempengaruhi pertumbuhan jamur, baik dari pertumbuhan miselium

atau pun pertumbuhan tubuh buah. Keasaman ini dipengeruhi oleh permeabilitas

membran jamur, oleh karena itu jamur menjadi tidak mampu mengambil nutrisi

yang penting pada saat pH tertentu, sehingga akan dikenal sebagai jamur

bersifat acidofilik (pH rendah) dan jamur basiofilik (pH tinggi) (Pasaribu dkk.,

2002) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013.

Dilaboratorium pada umumnya jamur akan tumbuh pada pH 4,5-8

dengan pH optimum antara 5,5-7,5 tergantung pada jenis jamurnya. Kisaran pH

untuk pertumbuhan miselium akan berbeda (5,4-6) dengan pembentukan tubuh

buah (4,2-4,6) (Gunawan, 2004) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013.

2.4.6 Sumber Nutrisi

Jamur saprofitik memperoleh makanan dengan cara merusak bahan

organik mati. Hasil studi laboratorium menunjukkan bahwa C, H, O, N, P, K,

Mg,S, B, Mn, Cu, Mo, Fe, dan Zn dibutuhkan oleh kebanyakan jamur atau

mungkin untuk semua jenis jamur. Elemen lainnya seperti Ca, hanya dibutuhkan

oleh beberapa jenis jamur saja. Glukosa merupakan sumber karbon yang paling

baik untuk jamur dan begitu juga dengan senyawa Nitrogen organik merupakan

sumber nitrogen yang baik. Ukuran molekul makanan harus cukup kecil sehingga

mampu untuk melewati dinding sel dan membran. Oleh karena itu jamur harus

terlebih dahulu merombak molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil

untuk dapat diabsorpsi. Perombakan molekul ini dilakukan dengan mengeluarkan

enzim ekstraseluler (Darnetty, 2006) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013.

2.4.7 Aerasi

9
Jamur kayu membutuhkan serkulasi udara segar untuk pertumbuhannya,

oleh karena itu kumbung perlu diberi ventilasi agar aliran udara bisa berjalan

secara baik (Kristiawati, 1992) dalam Bakri Skripsi UNSA 2013.

Wardi dkk (2006) dalam Bakri Skripsi UNSA (2013) menjelaskan bahwa

miselium membutuhkan lingkungan yang mengandung 15- 20% CO2, akan tetapi

tubuh buahnya tidak toleran terhadap kondisi tersebut. Pada kadar CO2 yang

tinggi akan menghambat pertumbuhan bakal buah, maka untuk pertumbuhan

miselium memang diperlukan CO2 yang tinggi akan tetapi untuk pertumbuhan

buahnya dibituhkan O2 yang cukup, hal itu dapat kita lakukan dengan menutup

rapat jika kita akan menumbuhkan miselium. Untuk menumbuhkan bakal buah

kita harus menjaga sirkulasi udara agar tetap lancar .

2.5 Kandungan Gizi Jamur Tiram Putih

Jamur tiram putih mengandung 18 asam amino yang dibutuhkan

oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol. Selain sebagai sumber

bahan pangan yang bernilai gizi tinggi, jamur tiram juga digunakan sebagai

bahan obat anti tumor, meningkatkan sistem kekebalan, menurunkan kolesterol

dan efek antioksidan. Jamur tiram mengandung asam folat yang berguna

mencegah dan mengobati anemia. Jamur tiram juga sangat kaya akan vitamin,

seperti vitamin B (B1, B2, B3, B6, Biotin dan B12), vitamin C dan Bioflavonoid

(Vit P). mengandung beberapa mineral seperti sodium, potasoum, fosfor,

mangan, magnesium, besi dan seng. Komposisi dan kandungan nutrisi jamur

tiram putih disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Jamur Tiram Putih


Zat Gizi Kandungan Zat gizi Kandungan

Kalori 367 kal Niacin 77,2 mg


Protein 10,5-30,4 % Ca 14 mg

10
Karbohirat 56,6 % K 3,793 mg
Lemak 1,7-2,2 % P 717 mg
Thiamin 0,2 % Na 837 mg
Riboflavin 4,7-1,9 mg Fe 3,4-18,2 mg
Sumber: Suriawiria (2001).

2.6 Media Tumbuh Jamur Tiram


2.6.1 Serbuk Gergaji Kayu

Cahyana (2006) dalam Bakri Skripsi UNSA (2013) menyatakan serbuk

kayu yang baik adalah serbuk kayu tersebut tidak bercampur dengan bahan

bakar, misalnya solar, atau sebagaian besar bukan berasal dari jenis kayu yang

banyak mengandung getah (terpentin) karena dapat menghambat pertumbuhan

jamur. Contoh jenis kayu yang dapat digunakan adalah kayu sengon, randu,

meranti, dan albasia. Jenis kayu tersebut tidak mengandung getah atau minyak

yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. Komposisi kandungan kimia kayu

disajikan pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Komposisi Kandungan Kimia Kayu


Komposisi Golongan Kayu
kimia kayu Kayu Berdaun Lebar(%) Kayu Berdaun Jarum(%)
Selulosa 40-45 41-44
Lignin 18-33 28-32
Pentosa 21-24 8-13
Zat ekstratif 1-12 2,03
Abu 0,22-6 0,89
Sumber: Cahyana (2004).

Serbuk kayu merupakan bahan substrat lignoselulosa yang mengandung

bahan organik cukup tinggi. Bahan organik yang dikandung serbuk gergaji kayu

tidak dapat secara langsung diserap oleh jamur tiram, sehingga diperlukan

proses penguraian bahan organik terlebih dahulu dengan cara dikomposkan

(Pasaribu dkk, 2002) dalam Bakri Skripsi UNSA (2013).

2.7 Sumber Nutrisi Jamur Tiram Putih


2.7.1 Bekatul

11
Definisi dedak dan bekatul oleh FAO dibedakan secara khusus. Dedak

adalah hasil samping proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan sebelah

luar (aleuron) dari butian padi dengan sejumlah lembaga biji. Bekatul adalah

lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm

berpati (Nurcholis, 2007) dalam Bakri Skripsi UNSA (2013). Bekatul memberikan

panas yang cukup tinggi juga mengandung beberapa unsur yang dapat dipakai

sebagai nutrien oleh jamur (Genders, 1986) dalam Bakri Skripsi UNSA (2013),

karena itu bekatul bisa digunakan sebagai campuran media bagi budidaya jamur.

Untuk meningkatkan hasil produksi jamur, maka dalam campuran media

tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan

nutrisi berupa bekatul. Bekatul yang digunakan harus bekatul yang mutunya baik,

tidak mengandung sekam dan campuran-campuran lain. Bekatul yang disimpan

lama akan menggumpal dan tejadi fermentasi maka tidak dapat digunakan

(Nurfalakhi, 1999) dalam Bakri Skripsi UNSA (2013). Komposisi yang terdapat

dalam dedak atau bekatul disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi yang Terdapat dalam Dedak atau Bekatul.


Komposisi Jumlah (%)
Abu 7,7-20,6 %
Protein 9,8-15,4 %
Selulosa 5-12,3%
Serat Kasar 5,7-20,9 %
Nitrogen 34,2-46,1 %
Pentosa 8,7-11,14 %
Lemak 7,7-11,4 %
Kadar Air 8,4-14,7 %
P2O3 2,72-4,87 %
Sumber : Suhati (1988)

Tabel 5. Kandungan Vitamin dan Mineral Bekatul (Per 100 ml sari bekatul)
Vitamin Jumlah Mineral Jumlah
Thiamin B1 (mg) 4 Besi (mg) 12
Riboflavin B2 (mg) 0,06 Maknisium (mg) 1
Niacin B3 (mg) 4,3 Mangan (mg) 52
Vitamin B6 mg) 2,5 Fosfat (mg) 3
Vitamin B12 (mg) 1,6 Potassium (mg) 160
Biotin (mcg) 44 Sodium (mg) 20
Folate (mcg) 6 Seng (mg) 18
Vitamin E (mg) 0,4 Kalsium (mg) 89

12
Asam Pantotenat 0,6 Klorin (mg) 21
Sumber : Nurcholis (2007)

2.7.2 Kapur (CaCO3)

Jenis kapur yang digunakan dalam budidaya jamur tiram putih dapat

berupa kapur CaCO3 atau kapur bangunan yang biasa disebut dengan mill.

Selain kedua jenis kapur tersebut dapat pula digunakan kapur gamping yang

biasa digunakan untuk mengecat rumah. Namun, sebelum digunakan kapur

gamping tersebut harus dimatikan terlebih dahulu dengan cara merendamnya

dalam air hingga bongkahan gamping tersebut pecah atau hancur dan tidak

panas. Dalam budidaya jamur, kapur yang digunakan sebagai pengatur pH

(keasaman) media tanam dan sebagai sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan

oleh jamur dalam pertumbuhannya. Perlu diketahui bahwa hampir semua

tanaman membutuhkan pH yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya,

termasuk juga jamur tiram putih. Pada media jamur tiram putih, pH yang

dikehendaki berkisar antara 6,5 sampai 7 (Cahyana, 2006) dalam Bakri Skripsi

UNSA (2013).

2.8 Aspek Teknik penyuluhan

2.8.1 Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan

pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha

agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,

sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan

dan kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

13
Menurut Daniel (2005) dalam Tacae,J KIPA (2008), Penyuluhan Pertanian

adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku

agribisnis melalui pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu

menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat tercapai. Sedangkan

menurut Soekartawi (2005) dalam Tacae,J KIPA (2008), Penyuluhan pertanian

adalah sistem pendidikan diluar sekolah (informal) yang diberikan kepada petani

dan keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup dan

berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya sendiri

atau bila memungkinkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

sekelilingnya.

2.8.2 Tujuan Penyuluhan Pertanian

Tujuan penyuluhan pertanian merupakan hasil akhir yang ingin dicapai

dari suatu kegiatan penyuluhan pertanian dalam kurun waktu tertentu. Tujuan

penyuluhan harus dirumuskan secara jelas, singkat dan mudah dipahami petani,

sehingga petani sebagai sasaran utama dapat mengetahui hasil akhir yang ingin

dicapai proses penyuluhan pertanian (Mardikanto, T 2009).

Menurut Sudarmanto (1989) dalam Tacae,J KIPA (2008) tujuan

penyuluhan pertanian adalah untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan

mengubah sikap petani dalam mengelola usahataninya kearah: (1) bertani lebih

baik (better farming), (2) berusahatani lebih menguntungkan (better bussines),

(3) Kehidupan lebih sejahtera (better living) dan (4) kehidupan bermasyarakat

yang lebih baik (better community) kegagalan kecil, tersedia dalam jangkauan

sasaran, tidak memiliki dampak negative, motivatif dan memiliki karakter

komplementer (melengkapi) dengan teknologi yang telah diterapkan.

2.8.3 Sasaran Penyuluhan

14
Dalam UU No.16 tahun 2006 Pasal 5 juga dirumuskan sasaran

penyuluhan adalah: (1) pihak yang paling berhak memperoleh manfaat

penyuluhan meliputi sasaran utama dan sasaran antara, (2) sasaran utama

penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, (3) sasaran antara

penyuluhan yaitu pemangku kepentingan lainnya yang meliputi kelompok atau

lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan kehutanan serta generasi muda

dan tokoh masyarakat.

Samsudin (1987) dalam Tacae,J KIPA (2008) menyatakan bahwa

kegiatan penyuluhan pertanian ditujukan kepada keluarga tani di pedesaan, yang

terdiri dari bapak tani, ibu tani, pemuda-pemudi tani yang merupakan kesatuan

petani dan keluarganya.

2.8.4 Metode dan Teknik Penyuluhan

Menurut Wahjuti (2006), metode diartikan cara dan teknik diartikan

prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode dan teknik penyuluhan

pertanian berarti cara dan prosedur yang harus ditempuh oleh penyuluh.

Samsudin (1987) dalam Tacae,J KIPA (2008) mengartikan metode ialah

cara yang dalam fungsi kegiatannya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Atau merupakan tingkatan kegiatan yang digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu. Metode yang digunakan dalam penyuluhan pertanian dapat dibagi

dalam tiga golongan yaitu: (1) metode penyuluhan pertanian massal, (2) metode

penyuluhan pertanian kelompok dan (3) metode penyuluhan pertanian

perorangan.

2.8.5 Materi Penyuluhan Pertanian

Sesuai dengan amanat UU SP3K pasal 27 , menegaskan bahwa materi

penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para

penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai

bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi,

15
hukum, dan kelestarian lingkungan serta dibuat berdasarkan kebutuhan dan

kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan

kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian, perikanan, dan kehutanan.

2.8.6 Media Penyuluhan Pertanian

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

tengah, perantara, atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar pesan

dari pengirim pesan kepada penerima pesan. The Association for Educational

Communications Technology (AECT), menyebutkan media sebagai bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Berbagai penggolongan media penyuluhan didasarkan pada bentuk fisik

adalah: (1) media cetak (2) media foto (3) media slide dan film (4) media

rekaman dan (5) media peraga. Masing-masing golongan tersebut mempunyai

keunggulan dan kelemahan serta karakteristik yang berbeda. Misalnya media

cetak berupa folder dan leaflet, yaitu lembaran kertas lepas yang dilipat dua atau

tiga lipatan, berisi pesan penyuluhan dalam bentuk tulisan dan gambar (foto).

2.8.7 Monitoring dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Monitoring kegiatan penyuluhan pertanian merupakan pengamatan dan

pengukuran suatu kegiatan penyuluhan pertanian, yang secara terus menerus

oleh pemantau melalui pengumpulan dan penganalisaan informasi secara

sistematis mengenai konteks dan atau kebutuhan penyuluhan untuk petani,

masukan/ input, proses dan hasil/ produk yang dapat memberikan bukti adanya

penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaan kegiatan Soesilo ( 2009) dalam

Tacae,J KIPA (2008).


Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terencana dan

sistimatis untuk dapat melihat/ menilai apakah suatu proses kegiatan telah

dilaksanakan atau berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Evaluasi

merupakan upaya penilaian atas hasil sesuatu kegiatan melalui pengumpulan

16
dan penganalisaan data secara sistematik serta mengikuti prosedur tertentu

yang secara ilmu diakui keabsahannya.

Menurut Mardikanto (1993) dalam Haryono KIPA (2011) kegiatan evaluasi

penyuluhan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan pengukuran dan

penilaian atas suatu keadaan, peristiwa, atau kegiatan yang sedang diamati,

dimana kegiatan tersebut didasarkan pada keterangan, data dan fakta.

17
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Lokasi dan Waktu


Kegiatan Kaji Widya dilaksanakan di Desa Penyaring Kecamatan Moyo

Utara Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan kaji an pada

tanggal 7 April 2014 sampai dengan tanggal, 30 Mei 2014 dan penyuluhan

dilaksanakan di Kelompoktani Kangulu Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara

Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

3.2 Metode Kajian

Pengkajian ini menggunakan metode eksperimental

3.2.1 Rancangan Percobaan

Rancangan Percobaan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktorial yaitu faktor komposisi air media

tanam yang terdiri dari 4 perlakuan yaitu :

P1 = 0,5 kadar garam/ salinitas (air payau)

P2 = 1 kadar garam/ salinitas (air payau)

P3 = 2 kadar garam/ salinitas (air payau)

P4 = 3 kadar garam/ salinitas (air payau)

Masingmasing perlakuan diulang 6 kali sehingga terdapat 24 baglog

percobaan.

3.2.2 Teknik Penentuan Sampel

Tanaman sampel pada pengkajian ini adalah seluruh tanaman yang

terdapat pada baglog sesuai dengan perlakuannya masing-masing. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sugiyono (2012) yang menyatakan pada probability sampling

18
adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi

setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

3.2.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil kajian, pengamatan langsung dan kuesioner, sedangkan data

sekunder diperoleh dari buku perpustakaan dan internet. Data hasil kajian

dianalisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) karena kondisi lingkungan

homogen (Gamez 1983). Menggunakan RAL karna: Media percobaan homogeny

atau dianggap seragam, hanya ada satu sumber keragaman yaitu perlakuan dan

acak . Lingkungan homogeny dianggap tidak ada factor lain yang berpengaruh

sehingga percobaan terkendali atau terkontrol seperti sebagai berikut:

Yij = + i + ij

Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j
= Nilai tengah umum
i = Pengaruh perlakuan ke-i
ij = Pengaruh acak dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i = Perlakuan 1,2,.........p
j = Ulangan 1,2,...........r
Apabila terjadi perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT

5% (Beda Nyata Terkecil) untuk memperoleh kesimpulan.

Adapun rumus BNT adalah sebagai berikut

BNT = t/2. db g
2 KTG
r

Keterangan:
BNT = Beda Nyata Terkecil
t = T Tabel
db = Derajat Bebas
KTG = Kuadrat Tengah Galat
r = Ulangan

19
3.2.4 Parameter Pengkajian

Parameter yang diamati dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut :

Lama Pertumbuhan miselium jamur (hari setelah inokulasi). Pengamatan

dilakukan 7 hari sekali dengan mengamati dan mencatat waktu munculnya

miselium sampai pertumbahan miselium optimal. Waktu mencatat dihitung sejak

proses inokulasi hingga pertumbuhan miselium jamur tersebut sampai penuh

menutupi permukaan media tanam. Tujuan dilakukan pengamatan lama

Pertumbuhan miselium jamur adalah untuk mengetahui sampai berapa lama

pertumbuhan meselium jamur tersebut hingga menutupi permukaan media

tanam pada setiap masing-masing perlakuan.

3.2.5 Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian dianalisis dengan

menggunakan analisis of varians (Anova) pada taraf nyata 5%. Jika terdapat

perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut mengunakan uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) pada taraf nyata 5%.

3.2.6 Langkah Kegiatan

3.2.6.1 Bahan

Bahan yang akan digunakan dalam pengkajian ini sesuai dalam table:

Tabel 6. Nama Bahan-bahan Pengkajian Beserta Fungsinya


No Nama Bahan Fungsi Bahan
1 Serbuk kayu Sebagai media tanam
3 Bekatul/ dedak Sebagai sumber nutrisi media tanam
4 Kalsium karbonat Sebagai pengatur pH media tanam
5 Bibit jamur tiram putih Sebagai calon tanaman yang dibudidayakan
6 Air tawar dan air asin (payau) Sebagai pengatur kelembaban media tanam
7 Alkohol 70% Sebagiai sterilisasi alat pengkajian
8 Spritus Sebagai bahan bakar lampu bunsen

20
3.2.6.2 Alat-alat

Alat yang akan digunakan termuat dalam berikut :

Tabel 7. Nama Alat-alat Pengkajian Beserta Fungsinya


No
Nama Alat Fungsi Alat
.
Sebagai tempat/wadah media tanam bibit jamur
1 Kantong plastik PP
tiram putih
Untuk membentuk leher pada kantong plastik
2 Cincin (ring) agar dapat memudahkan memasukkan inokulum
pada saat inokulasi.
Sebagai pengikat kantong plastik yang telah
3 Karet gelang
berisi media tanam
Sebagai alat untuk menimbang bahan-bahan
4 Timbangan
yang diperlukan dalam pengkajian.
5 Kertas minyak/koran Sebagai penutup mulut baglog
Sebagai alat untuk sterilisasi media tanam jamur
6 Drum
tiram putih.
7 Para-para Sebagai tempat penirisan serbuk gergaji kayu
Digunakan untuk melakukan sterilisasi pada alat-
8 Lampu bunsen
alat isolasi/inokulasi.
Sebagai alat untuk memasukkan bibit jamur tiram
9 Sendok inokulasi
putih kedalam baglog
Sebagai alat untuk mencampur atau mengaduk
10 Scop
bahan-bahan yang diperlukan dalam pengkajian
11 Ember Untuk mengisi air
Sebagai alat untuk memadatkan campuran bahan
12 Kayu pemadat media tanam yang dimasukkan kedalam kantong
plastik PP
13 Salinometer Untuk mengukur kadar garam atau salinitas
Sebagai alat untuk mengukur suhu atau
14 Thermometer
temperatur
15 Higrometer Sebagai alat untuk mengukur kelembaban
16 pH meter Sebagai alat untuk mengukur keasaman
17 Penggaris Untuk mengukur pertumbuhan miselium jamur

3.2.6.3 Langka kerja

Pelaksanaan kajian dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :

1) Persiapan ruangan/ tempat inokulasi dan inkubasi


Tempat inokulasi dan inkubasi dilaksanakan di satu ruangan dalam

rumah, pada proses percobaan ini dilakukan pembersihan dan sterilisasi ruangan

yang bertujuan untuk menghidari terjadinya kontaminasi pada log jamur.

21
2) Persiapan Bibit

Bibit yang digunakan adalah bibit jamur tiram putih (F2) yang didapat dari

pembibit jamur tiram putih.

3) Persiapan media tanam

Serbuk gergaji kayu sebelum dicampur dengan bahan-bahan yang lainnya

terlebih dahulu dilakukan pengayakan. Pada prinsipnya pengayakan dilakukan

untuk menyeragamkan ukuran serbuk gergaji, yakni menentukan ukuran

maksimal serbuk gergaji yang akan diginakan. Hal ini dilakukan agar

pencampuran serbuk kayu dengan bahan-bahan yang lainnya dapat merata.

Selain itu diharapkan Pertumbuhan miselium pada media tanam setelah

dilakukan inokulasi dengan bibit jamur lebih merata. Untuk lebih mudahnya dapat

digunakan ayakan untuk pasir halus.

4) Persiapan air pengomposan

Air yang mengandung kadar garam (Salinitas) sebagai air pengomposan

media tanam jamur tiram putih, dengan cara mengambil air sumur yang sudah

payau dibagi menjadi empat bagian masukan dalam wadah ember diukur

salinitas menggunakan salinometer, bila salinitas belum sesuai dengan

kebutuhan kajian pada perlakuan maka ditambahkan garam sedikit demi sedikit

lalu diukur kembali sampai salinitas sesuai dengan kebutuhan kajian Karya

Ilmiah Penugasan Akhir tahun 2014. Air tersebut disebut air payau

Air payau adalah campuran air laut (air asin) dan air tawar, secara alami

biasa ditemukan pada muara sungai yaitu pertemuan antara air laut dengan air

sungai (air tawar) dengan kandungan kadar garam dalam sat liter air antara 0,5

sampai 3 (30 gram) Wikipedia.

22
5) Pencampuran media tanam

Pencampuran media tanam serbuk kayu 80 %, bekatu 19 %, dan kapur 1

% dicampur sampai membentuk adonan yang sudah merata selanjutnya diberi

air percobaan masing-masing perlakuan (P1 0,5, P2 1, P3 2, dan P4 3)

sampai diperoleh kadar air adonan 60% - 70%. Selain kadar air, pH atau tingkat

keasaman adonan media tanam harus diatur sehingga mencapai angka antara

5,5-6,5. Untuk mengukur pH media tanam dapat digunakan alat yang disebut soil

tester. Mengukur kadar air dapat dilakukan dengan cara menggenggam adonan

tersebut dalam tangan. Kadar air media diperkirakan cukup apabila genggaman

tangan air tidak menetes dan bila tangan dibuka adonan media tanam tidak

hancur, tetapi mudah dihancurkan. Apabila media tanam mudah dihancurkan,

menunjukkan bahwa kebutuhan air masih kurang (Achmad dkk, 2011) dalam

Bakri M. Skripsi UNSA 2013.

6) Pengomposan

Kemudian dilakukan pengomposan lebih kurang selama 12 jam

pengomposan dimaksudkan untuk mengurai senyawa-senyawa kompleks yang

ada dalam bahan dengan bantuan mikroba sehingga diperoleh senyawa-

senyawa yang lebih sederhana. Senyawa-senyawa sederhana akan lebih mudah

dicerna oleh jamur sehingga pertumbuhan jamur menjadi lebih baik.

Pengomposan dilakukan dengan cara media tanam yang sudah tercampur

membentuk adonan dari berbagai salinitas air percobaan dimasukan kedalam

karung masing-masing perlakuan, kemudian karung tersebut diberi kode lalu

diikat agar tertutup rapat dan ditempatkan pada tempat yang aman, seuai

dengan pendapat Menanda. I (2013) setelah pencampuran seluruh bahan

lakukan pengomposan dengan menimbun kemudian menutupi dengan plastik

yang rapat.

23
7) Pengisian media tanam

Setelah media selesai dikomposkan, maka untuk masing-masing

perlakuan tersebut sesuai dengan komposisi media tanam yang telah ditentukan.

Perbandingan komposisi media serbuk gergaji kayu dan bekatul adalah

perbandingan berat dari masing-masing komposisi media tanam. Kemudian

dimasukkan dalam kantong plastik PP, dengan ketebalan plastik minimum 0,05

mm (Achmad dkk, 2011). Dalam Bakri

Media tanam di dalam kantong plastik tersebut dipadatkan agar media

tanam tidak mudah hancur atau busuk. Dengan kondisi media yang tidak busuk

maka diharapkan produktivitas jamur menjadi lebih tinggi. Pemadatan media

tanam dalam kantong plastik dapat dilakukan dengan secara manual dengan

botol atau alat pemadat lainnya. Selain secara manual pewadahan dan

pemadatan media tanam dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat

pengisi mekanik (filler) (Alex, 2011). Dalam Bakri M. Skripsi UNSA 2013.

8) Sterilisasi

Setelah pembungkusan selesai, maka dilakukan sterilisasi media dengan

menggunakan drum sterilisasi dengan suhu tinggi. Sterilisasi dilakukan secara

tetap dengan suhu 90-100oC selama 6-9 jam dengan menggunakan uap panas.

Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana, yaitu drum

minyak yang pada bagian bawahnya dipasang saringan untuk memisahkan

bagian air (bawah) dan media tanam (di atas). Bisa juga menggunakan autoklaf

atau chamber sterilizer, yaitu suatu ruangan yang khusus digunakan untuk

sterilisasi. Sterilisasi tidak boleh menggunakan panas kering karena plastik akan

mudah rusak, demikian juga dengan media tanamnya. Media yang sudah

disterilisasikan kemudian didinginkan selama 24 jam. Pendinginan ini dilakukan

dengan tujuan agar bibit yang ditanam tidak mati (Achmad dkk, 2011). Dalam

Bakri M. Skripsi UNSA 2013.

24
9) Pendinginan

Media tanam yang sudah disterilisasi kemudian didinginkan. Pendinginan

dilakukan didalam suatu ruangan yang mempunyai sirkulasi udara yang cukup

agar panas yang ada pada media tanam dapat berangsur-angsur menjadi dingin.

Apabila jumlah media tanam yang diinginkan cukup banyak sebaiknya ruang

pendingin dilengkapi dengan blower atau kipas angin untuk membantu agar

sirkulasi udara dalam ruangan agar lebih sempurna. Cara ini dapat membantu

media tanam cepat dingin. Pendinginan dilakukan selama sehari semalam atau

selama 24 jam. Pendinginan media tanam mutlak dilakukan karena pada

prinsipnya pendinginan dilakukan agar pada saat media tanam diinokulasi

(ditanami) bibit jamur tidak akan mati.

10) Inokulasi

Inokulasi dilakukan diruang khusus yang sudah disteril dengan

menyemprotkan alkohol 70% dan dibiarkan selama 24 jam. Inokulasi dilakukan

dengan membuka kertas penutup baglog dan ujung dari baglog didekatkan pada

bunsen, kemudian bibit jamur dimasukkan lewat cicin paralon bagian tengah

dalam media. Selain ruangan yang harus bersih dan seteril, peralatan yang

digunakan harus disterilisasi juga. Sterilisasi peralatan dapat dilakukan dengan

cara menyemprot peralatan yang digunakan dengan alkohol dan membakarnya

di atas api bunsen. Inokulasi ini dilakukan dengan teknik taburan, yaitu

penanaman bibit jamur dengan cara menaburkan bibit ke atas permukaan media

tanam secukupnya. Kira-kira 1 sendok makan bibit dapat ditaburkan ke media

dengan berat 1-1,2 kg.

11) Inkubasi

Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan pada ruang khusus dengan

kondisi tertentu bertujuan agar miselium jamur tumbuh dengan baik. Semua

baglog ditempatkan di atas lantai yang sudah diberi alas kartun denah perlakuan

25
Rancangan Acak Lengkap yang akan diamati dengan cermat 7 hari sekali sejak

hari inokulasi, dengan ruangan posisi tertutup dan dibiarkan sampai tumbuh

miselium jamur tiram putih. Kondisi ruangan inkubasi diatur dengan suhu 20-

35oC dengan kelembaban udara kira - kira 80% dengan cara memberikan

sirkulasi udara. Inkubasi diakhiri setelah 4-6 minggu yang ditandai dengan

adanya miselium yang tampak putih merata menyelimuti seluruh permukaan

media tanam, maka pengamatan dianggap selesai.

3.3 Rancangan Penyuluhan

3.3.1 Kerangka Pikir Penyuluhan

Kondisi yang terjadi di petani saat ini secara umum adalah kurang adanya

teknologi-teknologi baru yang diharapkan untuk perkembangan usahataninya

seperti yang terjadi di Desa Penyaring yang mempunyai potensi untuk

pengembangan budidaya jamur tiram putih.

Adapun kerangka pikir dari penyusunan rancangan penyuluhan ini dapat

dilihat pada gambar 1.

26
KERANGKA PIKIR

Keadaan Sekarang Keadaan yang diinginkan


Petani menggunakan air yang Petani dapat menggunakan air
berkadar garam sebagai air payau yang berkadar garam/
pengomposan pada media salinitas yang pas untuk
tanam jamur tiram putih untuk pertumbuhan miselium jamur tiram
pertumbuhan miselium putih

Masalah
Petani belum mengetahui kadar garam/
salinitas berapa yang pas untuk pertumbuhan
miselium jamur tiram

Kaji widya
Berbagai Perlakuan teknologi
penggunaan air payau/
salinitas pada pengomposam
media jamur tiram putih

Rancangan Penyuluhan
Pengaruh kadar garam/ salinitas terhadap pertumbuhan
miselium jamur tiram putih.

Tujuan
Petani dapat mengetahui dan menggunakan kadar garam/ salinitas yang
pas untuk pertumbuhan miselium jamur tiram putih

PENYULUHAN

Sasaran Materi Metode dan Media


Kelompok Tentang kadar garam/ Teknik Folder dan
-tani salinitas yang pas Ceramah, benda
jamur untuk pertumbuhan Diskusi dan sesungguhnya
miselium jamur tiram. Demcar

Evaluasi Rencana Tindak Lanjut


Pre Test dan Post Test

27
Gambar 1. Kerangka Pikir Rancangan dan Penerapan Penyuluhan

3.3.2 Penetapan Materi

Materi penyuluhan disesuaikan dengan hasil identifikasi kebutuhan

wilayah, masalah, tujuan, sasaran. Kegiatan kaji widya dimaksudkan guna

mendapatkan materi yang sesuai permasalahan petani sehingga lebih aplikatif.

Penetapan materi penyuluhan didasarkan pada pertimbangan teknis, sosial dan

ekonomi. Secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan

dan secara sosial dapat diterima sasaran.

3.3.3 Media Penyuluhan

Berdasarkan data hasil identifikasi yang diperoleh dari data monografi

Desa Penyaring, bahwa tingkat pendidikan, kelompok umur, dan pengalaman

kerja petani di Kelompoktani Kangulu adalah sangat heterogen, maka bisa

ditetapkan media penyuluhan yang tepat adalah menggunakan media cetak

berupa folder. Tujuan penggunaan media adalah agar tidak terjadi salah tafsir

dan sekaligus membawa petani pada kondisi nyata.

3.3.4 Metode, dan Teknik Penyuluhan

Penggunaan metode dan teknik dalam fungsi kegiatannya merupakan

cara mengoperasionalkan kegiatan untuk mencapai tujuan. Metode dan teknik

yang digunakan dalam penyuluhan pertanian adalah :

1) Metode ceramah dengan teknik: penyampaian pesan yang dilakukan

dengan cara tatap muka dan berdialok langsung dengan audien,

manyampaikan materi secara sistimatis dengan upaya agar audien dapat

merespon pesan yang disampaikan oleh komunikan.


2) Metode diskusi dengan teknik audien membentuk kelompok diberikan

pesan untuk di diskusi maka terjadi dialok tanya jawab, diberikan kebebasan

kepada audien untuk mengemukaan pendapat dan menyampaikan aspirasi

28
untuk dirumuskan yang pada akhirnya diperoleh suatu kesepakatan atau

kesimpulan untuk ditindak lanjuti (Permentan 52 Tahun 2009).


3.3.5 Penyuluhan

3.3.5.1 Persiapan

Sebelum melakukan penyuluhan maka perlu dilakukann kaji widya dalam

rangka pemantapan materi kemudian membuat rancangan penyuluhan yang

disesuaikan dengan data hasil identifikasi sumber daya alam dan sumber daya

manusia, sehingga materi penyuluhan akan tepat sasaran. Berdasarkan hasil

identifikasi dan analisis potensi wilayah, hasil wawancara dengan petani para

pedagang, komsumen, dan informasi agroklimat, komoditi jamur tiram memiliki

prospek dalam skala ekonomi yang berdaya saing. Namun dihadapkan pada

permasalahan keterbatasan teknologi ditingkat petani yang sampai saat ini masih

tergantung pada alam. Untuk memberikan solusi yang tepat maka perlu ditempu

suatu kegiatan penyuluhan yang konsisten dan stimulan. Hal tersebut dituangkan

dalam perumusan tujuan yang khusus (spesifik), dapat diukur (Measurable),

dapat dilaksanakan (actinary), nyata (realistik), dan dalam kerangka waktu(Time

Frime).

3.3.5.2 Pelaksanaan

Setelah menghasilkan sebuah rancangan penyuluhan yang berisi

masalah, tujuan, cara mencapai tujuan, komunikator, sasaran, lokasi, serta biaya,

maka akan dilakukan penerapan rancangan penyuluhan, guna mengatasi

permasalahan petani. Diharapkan setelah penerapan rancangan penyuluhan,

pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani akan meningkat yang pada hasil

akhirnya akan berusaha lebih baik, berusaha lebih menguntungkan, dan hidup

lebih sejahtera.

29
3.3.5.3 Evaluasi

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani dapat dilakukan melalui

tes awal dan tes akhir dengan menggunakan alat ukur kuwesioner sebanyak 25

pertanyaan yang terkait dengan judul dan responden 8 orang. Hasil penelitian tes

awal dan tes akhir diberi skor dengan ketentuan yaitu jawaban yang benar nilai 4

dan jawaban yang salah diberi nilai 1, sehingga interprestasi adalah skor tertinggi

25 x 4 = 100 dan skor terendah 25 x 1 = 25. Kriteria tingkat pengetahuan adalah:

81 < baik sekali < 100

62 < baik < 81

43 < cukup < 62

25 < kurang < 43

Menggunakan kriteria simbul lebih besar, lebih kecil, dan sama dengan

untuk mengetahui klasifikasi tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui

pengisian soal pre tes yang dibagikan sebelum penyuluhan dan pos tes

pembagian soal yang sama setelah penyuluhan, pengurangan nilai hasil pos tes

dengan pre tes adalah nilai peningkatan pengetahuan petani.

Untuk menganalisis efektifitas penyuluhan yang dilakukan, menurut

Ginting (1991) dalam Haryono KIPA (2011) dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

P sP r
Efektifitas peningkatan pengetahuan : x 100
N 4 QP r

Cara perhitungan efektifitas penyuluhan adalah sebagai berikut:

1) N = Jumlah Responden
2) 100 = Target (harapan penyuluhan)
3) 4 = Nilai Tertinggi
4) Q = Jumlah Pertanyaan

30
5) Pr = Jumlah Nilai Tes Awal
6) Kesenjangan = Target Pr
7) Ps = Jumlah Nilai Tes Akhir
8) Peningkatan Pengetahuan = Ps Pr.

Selanjutnya nilai efektifitas dibandingkan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Skor > 66,67% = Efektif


2) Skor = 33,33% - 66,67% = Cukup Efektif
3) Skor < 33,33% = Kurang Efektif

Penyuluhan secara berkelanjutan tentang pemeliharaan jamur tiram putih

secara baik dan benar, sehingga jamur tiram putih dapat berproduksi secara

maksimal

3.4 Definisi Operasional

1) Salinitas adalah: Tingkat keasinan atau kadar garam yang melarut dalam

air, dapat juga mengacu pada kandungan garam dalam tanah, tingkat

keasinannya dapat diukur menggunakan alat salinometer dengan satuan .

2) Air Payau adalah: Campuran antara air laut dengan air tawar dan

memiliki keaneka ragaman hayati tersendiri, jika kadar garam yang dikandung

dalam satu liter air adalah 0,5 sampai 3.

3) Salinometer adalah: Alat untuk mengukur salinitas atau tingkat keasinan

air terbuat dari kaca dilengkapi dengan satuan

4) Miselium adalah: Akar yang tumbuh memanjang, bercabang dan saling

tumpang tindih tidak beraturan berwarna putih seperti kapas yang menyelimuti

media tanam jamur (bag log). Pertumbuhan miselium diukur tidak seperti

mengukur pertumbuhan pada tanaman berdaun, tetapi dengan cara melihat

dari bagian luar bag log yang berwarna putih pada bagian ujung atas

menyebar pertumbuhannya ke bagian bawah pangkal bag log inilah yag

diukur menggunakan mistar dengan satuan cm.

BAB IV

31
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Wilayah

4.1.1 Letak geografis

Desa Penyaring merupakan salah satu dari 6 desa yang ada di

Kecamatan Moyo Utara di Wilayah Kabupaten Sumbawawa dengan luas wilayah

2.675 Ha dengan jarak 3 km dari Kantor Kecamatan. Desa Penyaring terbagi

menjadi 4 Dusun, 6 Rukun Warga (RW) dan 12 Rukun Tetangga (RT) dengan

batas wilayah:

Sebelah Utara : Laut Teluk Saleh

Sebelas Barat : Desa Baru Tahan

Sebelah Selatan : Desa Sebewe

Sebelah Barat : Kecamatan Sumbawa

Wilayah Desa Penyaring berada di ketinggian 7 meter dari permukaan

laut, dengan suhu rata-rata 24C-30C dan curah hujan rata-rata 179,61mm per

tahun. Desa Penyaring beriklim tropis sehingga dengan kondisi iklim seperti ini

maka musim kemarau berkisar antara 8 sampai 9 bulan sedangkan musim hujan

sangat pendek yaitu 3 sampai 4 bulan hujan yang terjadi pada bulan Desember

sampai bulan Maret. Desa Penyaring memiliki kondisi wilayah dengan topografi

datar dan berbukit.

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Keadaan Umum Penduduk Desa Penyaring

Jumlah penduduk Desa Penyaring pada tahun 2013 sebanyak 2.684 jiwa

yang terdiri dari 1.285 laki-laki (47,876%) dan 1.210 perempuan (45,082%), Desa

Penyaring terdiri atas 664 rumah tangga dengan kepadatan sebesar 4 jiwa/

rumah tangga.

32
4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian


No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1 KK PNS 36 5.42
2 Nelayan 148 22.29
3 Pemilik Lahan Pertanian 427 64.31
4 Penggarap Lahan Pertanian 14 2.11
5 Pengusaha Kayu 39 5.87
Jumlah 664 100%
Data Monografi Desa Penyaring, 2013

Berdasarkan Tabel 8 di atas, bahwa sebagian besar penduduk Desa

Penyaring memiliki mata pencaharian di sektor pertanian. Hal ini menunjukan

bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor penting dalam mendukung

perekonomian masyarakat di Desa Penyaring. Kemudian urutan kedua pada

sector perikanan Desa Penyaring terletak di muara sungai yang mrupakan

sumber air payau, urutan selanjutnya terletak pada pengusaha kayu yaitu

pengusaha kayu gelondongan dan pengusaha kayu somel yang menghasilkan

serbuk gergaji kayu.

4.3 Keadaan Pertanian di Desa Penyaring

4.3.1 Luas Lahan Menurut Penggunaannya

33
Keadaan luas lahan menurut penggunaannya di Desa Penyaring seperti

pada diagram berikut:

Sumber: Data Programa Kecamatan Moyo Utara, 2013

Gambar 2. Luas Lahan Menurut Penggunaannya

Gambar 2 di atas, menunjukan Desa Penyaring memiliki lahan kering

yang cukup luas (75%) berpotensi dalam pengembangan tanaman kayu keras

seperti kayu sengon, sonokling, kayu mahoni, dan kayu randu yang akan

menghasilkan serbuk gergaji kayu pada saat pengolahanya, dapat pula ditanami

tanaman tumpang sari seperti palawija, hortikultura, terutama tempat

penggembalaan ternak.

Luas lahan sawah (16%) merupakan sawah tadah hujan yang

pengairannya tergantung pada musim penghujan, sehingga dalam 1 tahun hanya

mencapai 2 (dua) kali musim tanam, sawah teknis sangat kecil persentasenya

9%.

4.4 Kelembagaan

Tabel 9. Jumlah Kelembagaan yang di Desa Penyaring


Desa Jenis Kelembagaan yang Ada

34
Kelompok Koprasi Kios Rumah KWT Pustu Keterangan
tani Makan
Penyaring 32 - 12 3 1 1 Usaha
jamur 7
kelompok
Sumber: Data Programa Penyuluhan Kecamatan Moyo Utara, 2013

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa Desa Penyaring memiliki

kelompoktani yang cukup banyak yaitu 32 kelompok di dalamnya ada kelompok

jamur 7 kelompok. ini merupakan peluang untuk pengembangan agribisnis jamur

tiram putih. kelembagaan lain sangant mendukung karna Desa Penyaring dekat

dengan pegunungan hawanya sejuk tetapi tekstur tanah pekarangannya asin

sehingga minat masyarakat menanam tanaman hortikultura kurang, Jamur tiram

merupakan pilihan alternative untuk memenuhi kebutuhan sayuran dimasyarakat.

4.5 Hasil Kajian

35
Rerata pertumbuhan miselium jamur tiram putih akibat berbagai perlakuan

salinitas, data primer hasil pengamatan sebagai lampiran.

Tabel 10. Rerata Pertumbuhan Miselium Jamur Tiram Putih Akibat Berbagai
Perlakuan Salinitas
Perlakuan ULANGAN Total
Salinitas 1 2 3 4 5 6
P I 0,5 19.9 56.8 82.7 108 120 120 507.4
P II 1 25.6 64 105.7 114.5 119 120 548.8
P III 2 15.5 56.4 87.8 109.5 119 120 508.2
P IV 3 14.6 59.8 76.6 102 116 120 489
Total 75.6 237 352.8 434 474 480 2053.4

Tabel 12. Analisis ANOVA


Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 255.986 3 85.32867 0.126726 0.942883 3.238872
Within Groups 10773.29 16 673.3308
Total 11029.28 19

Tabel di atas menunjukan data dianalisis menggunakan Ms. Excell hasil

ANOVA bahwa F hitung (0.126726) lebih kecil dari pada F tabel (3.238872) atau

HO diterima dan H1 ditolak artinya dari keempat perlakuan berbagai salinitas

yaitu P1 0,5, P2 1, P3 2, dan P4 3 tidak menampakan perbedaan yang

siknifikan, sebagai air pengomposan media tanam jamur tiram putih untuk

menumbuhkan miselium secara maksimal pada media tanam. Sehingga kajian

tersebut diatas tidak perlu dilakukan uji lanjut BNT 5% (Beda Nyata Terkecil). Hal

ini didukung oleh pendapat Menanda. I (2013) penggunaan air untuk

pengomposan media tanam jamur harus bersih dan penggunaannya tidak boleh

berlebihan sesuai takaran kelembaban 50-60%. Didukung pula oleh pendapat

Achmad dkk (2011) lama proses Pertumbuhan miselium untuk memenuhi secara

maksimal media tanam jamur diperlukan kisaran waktu 4-7 minggu setelah hari

inokulasi.

BAB V

36
PELAKSANAAN PENYULUHAN

5.1 Rancangan Penyuluhan

Rancangan Penyuluhan ini ditetapkan dengan satu permasalahan petani

jamur yaitu rancangan yang berorientasi pada mengintegrasikan pemecahan

masalah oleh petani dalam hal ketersediaan air tawar untuk air pengomposan

media tanam jamur tiram putih. Salah satu upaya pemecahan masalah tersebut

yaitu dengan memberikan suatu teknologi inovasi baru mengenai teknik

pengomposan media tanam jamur tiram putih menggunakan air payau. Hal ini

disesuaikan pendapat Mardikanto ( 1993), bahwa penyuluhan pertanian sebagai

salah satu sistem yang bertujuan menyampaikan informasi tentang inovasi baru

sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan terhadap perilaku komunikasi.

Selanjutnya dengan kesadaran sendiri, komunikan bersedia mengadopsi inovasi

baru tersebut dalam kegiatan usahatani.

5.2 Kerangka Pikir

Penetapan kerangka pikir dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal

penting yaitu : a) Potensi wilayah, b) identifikasi masalah, c) Komoditi unggulan,

d) Luas tanaman, dan e) Sumberdaya manusia. Dari kerangka pikir tersebut

kemudian dirancang suatu topik yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan

dengan menetapkan seperti : tujuan, sasaran, materi, metode dan teknik

penyuluhan, media penyuluhan, serta waktu dan tempat penyuluhan.

5.2.1 Tujuan Penyuluhan


Tujuan yang ingin di capai dalam penerapan rancangan penyuluhan

adalah tercapainya peningkatan pengetahuan petani dalam upaya penggunaan

air payau sebagai alternative penggunaan air tawar dalam pengomposan media

tanam jamur tiram putih. Hal ini terkait dengan pernyataan dalam undang-undang

37
SP3K pada bab II asas, tujuan dan fungsi penyuluhan pasal 3 yang berbunyi;

tujuan penyluhan dapat memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam

peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif,

penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan

kesadaran dan pendampingan serta fasilitas.


5.2.2 Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan yang ditetapkan adalah para PPL desa di wilayah

Kecamatan Moyo Utara PPL dengan tingkat pendidikan tamat SLTA dan S1. Hal

ini di sesuaikan dengan materi yang di sampaikan yaitu pengomposan media

tanam jamur tiram putih dengan menggunakan air payau sebagai air

pengomposan. Penggunaan air payau untuk pengomposan media tanam jamur

tiram putih dalam mengatasi kekurangan air tawar di wilayah pesisir. Menurut

undang-undang nomor 16 tahun 2006 tentang sistem penyuluhan pertanian

bahwa sasaran penyuluhan pertanian mencakup petani dan keluarganya serta

pelaku usaha pertanian lainnya dan pemangku kepentingan.

5.2.3 Materi Penyuluhan

Materi yang disampaikan adalah pengomposan media tanam jamur tiram

menggunakan air yang berkadar garam (salinitas) atau air payau. Penggunaan

air payau sebagai hasil kaji widya dapat dijadikan sebagai air pengomposan

dalam pembuatan media tanam jamur tiram putih. Hal ini di mungkinkan karena

teknologi yang di suluhkan bersifat sederhana dapat dilaksanakan oleh sasaran

dan dapat menambah keterampilan serta memanfaatkan air payau sebagai air

pengomposan media tanam jamur tiram dilingkup kelompokani wilayah pesisir

pantai.
Materi ini disesuaikan dengan kebutuhan sasaran hasil identifikasi

masalah sehingga dapat merangsang, tertarik perhatiannya untuk mempraktek

kannya serta memperoleh tanggapan serta persyaratan yang baik dari sasaran

yang disuluh.

38
5.2.4 Metode dan Teknik Penyuluhan

Metode yang di lakukan dalam penerapan rancangan penyuluhan adalah

kelompok dan perorangan, sedangkan teknik penyuluhan dilakukan dengan

diskusi dan ceramah yang di lakukan langsung oleh beberapa peserta audien.

Penggunaan metode pendekatan perseorangan, dalam metode ini, penyuluh

berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran

secara perorangan, sedangkan metode pendekatan kelompok,Teknik

penyuluhan merupakan salah satu pendukung kuat dalam keberhasilan

penyuluhan pertanian.
5.2.5 Media Penyuluhan
Media yang digunakan dalam penerapan rancangan penyuluhan adalah

folder. Penggunaan media di sesuaikan dengan tingkat pendidikan sasaran serta

proses pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan cara ceramah dan diskusi.

dengan menggunakan media tersebut, sasaran diharapkan materi yang

disampaikan mudah dimengerti dan tidak mudah dilupakan.


Media merupakan alat bantu penyuluh sebagai perantara yang dapat

menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan akan lebih

jelas dan nyata. Selain sebagai perantara, media berfungsi sebagai penarik

perhatian atau memusatkan perhatian sehingga konsentrasi sasaran terhadap

materi tidak terpecah.


5.2.6 Waktu dan Tempat Penyuluhan

Waktu Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 28 Mei

2014, tempat pelaksanaan penyuluhan di Aula Badan Penyuluhan Pertanian

Perikanan dan Kehutanan Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa Profinsi

Nusa Tenggara Barat

5.3 Kegiatan Penyuluhan


Persiapan terakhir sebelum penyuluhan adalah mengecek kembali alat-

alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penyuluhan. Hal ini yang perlu

diperhatikan yaitu kelengkapan alat dan bahan yang digunakan seperti Lembar

39
Materi Penyuluhan, LPM, Folder, kuesioner, daftar hadir penyuluhan, alat tulis

dan alat dokumentasi.


5.3.1 Komunikator
Komunikator dalam penerapan penyuluhan ini adalah sebagai orang yang

menyampaikan materi penyuluhan .


5.3.2 Keadaan Responden
Responden untuk pelaksanaan penyuluhan diambil dengan secara

sengaja yaitu 10 orang PPL yang ditetapkan sebagai responden penyuluhan.

Dari responden terpilih yang dapat hadir pada saat penyuluhan hanya 8 orang

PPL wilayah Kecamatan Moyo Utara. Responden diklasifiasikan berdasarkan

tingkat umur dan pendidikan seperti tertera pada Tabel 11 dan Tabel 12 berikut

ini.
Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur
No Kelompok umur ( Tahun ) Jumlah( Orang ) Persentase(%)
1 28 - 36 5 62,5
2 37 - 46 2 25
3 47 - 55 1 12,5
4 Jumlah 8 100
Sumber : Data Primer Diolah 2014

Dari Tabel11. menunjukkan bahwa umur responden termudah berumur 28

tahun sedangkan tertua umur 55 tahun.


Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Kelompok Pendidikan
No Kelompok Pendidikan Jumlah ( Orang ) Prsentase ( % )
1 S1 4 50
2 SLTA 4 50
3 Jumlah 8 100
Sumber : Data Primer Diolah 2014

Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden

seimbang S1 sebesar 50% dengan jumlah responden 4 orang, kemudian

kelompok pendidikan SLTA dengan jumlah responden 4 orang 50%. Sebelum

materi penyuluhan disampaikan disimpulkan terlebih dahulu dilakukan pre test

pada semua responden untuk mengetahui seberapa tingkat pengetahuan petani

tentang materi penyuluhan yang akan disampaikan dengan mengajukan

pertanyaan tertulis yang dimuat dalam bentuk soal sebanyak 25 pertanyaan

40
terlampir. Setiap jawaban diberi nilai 4 jika benar dan nilai 1 jika jawaban salah.

Penilaian pre test dapat dilihat Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Nilai Pre Test Tingkat Pengetahuan Responden


Katagori tingkat skor Jumlah responden Persentase
pengetahuan ( orang) (%)
Kurang 25 43 0 0
Cukup 43 < - 62 0 0
Baik 62 < - 81 7 87,5
Sangat baik 8 1 < - 100 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data Primer Diolah 2014

Tabel13. membuktikan bahwa pre test yang diberikan kemampuan

pengetahuan responden dengan kriteria baik sebanyak 7 orang responden atau

sebesar 87,5%. Kriteria sangat baik sebanyak 1 orang responden atau sebesar

12,5%. Hal ini sebagian besar responden sudah mengenal air payau sebagai air

pengomposan media tanam jamur tiram putih, akan tetapi belum mengetahui

manfaat dan kegunaan sebagai bahan alternatif untuk air pengomposan media

tanam jamur tiram. Setelah penyampaian materi dilaksanakan, maka dilakukan

post test bagi responden untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan

responden tentang pengomposan media tanam jamur tiram putih menggunakan

air payau. Responden diberikan pertanyaan tertulis yang sama dengan

pertanyaan pada pre test sebanyak 25 pertanyaan. Jawaban benar diberi nilai 4

dan jawaban salah diberi nilai 1, hasil penilaian post test tersebut dapat dilihat

pada Tabel 14 berikut ini.

Tabel 14. Nilai Post Test Tingkat Pengetahuan Responden


Katagori Tingkat Skor Jumlah Responden Persentase ( %)
Pengetahuan ( orang)
Kurang 25 43 0 0
Cukup 43 < - 62 0 0
Baik 62 < - 81 1 12,5
Sangat baik 81 < - 100 7 87,5
Jumlah 8 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2014

41
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa setelah diberikan penyuluhan,

pengetahuan petani mengalami peningkatan dari sebelum dilakukan penyuluhan

dan sesudah dilakukan penyuluhan. Katagori sangat baik sebanyak 7 orang

responden atau 87,5% dan katagori baik 1 orang atau 12,5%, ini membuktikan

adanya peningkatan pengetahuan petani responden.

Perbedaan nilai pada pre test dan post test menunjukkan peningkatan

pengetahuan responden seperti yang tertera pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Rekapitulasi Nilai Pre Test dan Post Test Responden
No Katagori Pre Test Post Test
Jumlah (Org) % Jumlah (Org) %
Tingkat
Pengetahuan
1 Kurang 0 0 0 0
2 Cukup 0 0 0 0
3 Baik 7 87,5 1 12,5
4 Sangat baik 1 12,5 7 87,5
jumlah 8 100 8 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Tabel 15 di atas menunjukkan adanya perubahan tingkat pengetahuan

responden setelah diberikan penyuluhan dari katagori baik pada pre test dengan

jumlah responden 7 orang atau 87,5%, menjadi 1 orang atau 12,5% pada post

test katagori baik ada penurunan angka, kemudian pada katagori sangat baik

dengan jumlah responden 1 orang atau 12,5% pada pre test, sedangkan pada

pos tes mangalami kenaikan jumlah responden dari 1 orang mnjadi 7 orang

katagori sangat baik. Hal ini disebabkan karena adanya semangat dan keinginan

responden untuk mengetahui materi yang disampaikan. Kenaikan tingkat

pengetahuan responden secara keseluruhan 85,7%, hal ini membuktikan bahwa

respoden mempunyai tanggapan atau respon yang cukup baik dari materi yang

telah disampaikan.

Tabel 16. Perubahan Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Pendidikan


Tingkat Jumlah % Nilai Rerata Kenaikan Katagori
Pendidikan Responden Awal Akhir Rerata Awal Akhir
S1 4 50 68 88 20 baik Sangat baik

42
SLTA 4 50 72,25 83,5 11,25 baik Sangat baik
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2014

Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa kenaikan tingkat pengetahuan

petani berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi pada stara pendidikan S1 dengan

nilai 19,5% dari perbandingan nilai tes awal 68,5% menjadi 88% pada nilai tes

akhir dengan katagori sangat baik. Kenaikan tersebut diduga karena pendidikan

S1 memiliki keinginan besar merespon teknologi yang disampaikan pada

penyuluhan. Peningkatan Pengetahuan diperoleh dari hasil penyuluhan melalui

P sP r
perhitungan Efektifitas Peningkatan Pengetahuan seperti : x 100
N 4 QP r

Tabel 17. Efektifitas Peningkatan Pengetahuan Responden


No Uraian Nilai
1 Target 100
2 Jumlah Responden (N) 8
3 Jumlah Pertanyaan (Q) 25
4 Nilai Pree tes (Pr) 563
5 Nilai Post tes (Ps) 686
6 Nilai Maksimal 4
7 Peningkatan Pengetahuan 686 563 = 123
8 Efektifitas Peningkatan Pengetahuan 123 x 100% = 51,89%
237
Sumber : Data Primer Diolah 2014

Berdasarkan tabel diatas kegiatan penyuluhan terhadap responden

dengan materi penggunaan air payau pada pengomposan media tanam jamur

tiram putih dikatagorikan cukup efektif dengan angka 51,89%, karna angka

tersebut bila dibandingkan dengan kriteria efektifitas penyuluhan berada pada

angka kisaran yaitu 33,33% - 66,67%. Setelah mengetahui tingkat efektifitas

penyuluhan yang telah dilaksanakan maka dapat dijadikan sebagai evaluasi diri

bagi penyuluh terhadap rancangan penyuluhan yang disiapkan sesuai pendapat

Setiawn. B (1999) dalam modul Suhirmanto STPP Malang 2013 tujuan evaluasi

agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan

43
kendala yang dijupai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari

untuk perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan dating.

44
BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dan kajian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

1) Penggunaan air payau kadar garam (salinitas) 0,5 - 3 tidak berbeda

nyata terhadap pertumbuhan miselium media tanam jamur, karna masih dapat

menumbuhkan miselium secara maksimal pada media tanam jamur tiram

putih.
2) Penggunaan air payau dari beberapa perlakuan hal Pertumbuhan

miselium untuk memenuhi media tanam jamur tiram putih hampir sama.
3) Rancangan penyuluhan meliputi penentuan materi tentang penggunaan

air payau sebagai air pengomposan pada media tanam jamur tiram putih,

metode, teknik digunakan adalah gabungan antara ceramah dan diskusi serta

menentuan media penyuluhan berupa folder. Pelaksanaan evaluasi berkaitan

dengan evaluasi tentang pengetahuan dan efektifitas peningkatan

pengetahuan dalam penyuluhan cukup efektif dengan nilai 51,89%.

5.2 Saran

1) Untuk petani, agar dapat memanfaatkan air payau sebagai air

pengomposan pada media tanam jamur tiram putih terutama didaerah wilayah

pesisir yang ketersidiaan air tawarnya kurang.

2) Untuk penyuluh dianjurkan dapat memberikan penyuluhan tentang

memanfaatkan air payau sebagai air pengomposan pada media tanam jamur

tiram putih.

45
3) Perlu dilakukan kajian atau penelitian lebih lanjut mengenai air payau

sebagai air pengomposan pada media tanam jamur tiram putih untuk

menambah kasanah keilmuan dalam budidaya jamur tiram putih.

46
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mugiono, Arlianti T, Asmi C. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Penebar


Swadaya. Depok.

Anonymous. 2006. Undang-Undang No.16 Tahun 2006 Tentang Sistim


Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K).
Departemen Pertanian Jakarta.

, 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 52/ Permentan /Ot. 140 /


12/2009 tentang Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

, TT/ Air Asin. http://id.wikipedia.org/wiki/Air_asin [25 January 2014]

, TT/ Air Payau. http://id.wikipedia.org/wiki/Air_payau [10 Januari 2014]

, TT/ Air Tawar. http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tawar [25 January 2014]

, TT/ Salinitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas [10 Januari 2014]

Bakri, M. 2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan


dan Hasil Jamur Tiram Putih. S-1. Skripsi. Universitas Samawa .
Sumbawa Besar.

Djarijah dan Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta : Kanisius.

Haryono. 2011. Rancangan Penyuluhan Tumpang Gilir Jagung dan Kacang


Hijau Dilahan Kering. KIPA STPP Malang.

Muhammad. S dan Rahmat. M,2011. Kiat Sukses Budidaya Jamur Tiram,Yog


yakarta.

Mardikanto T. 2009. Sistim Penyuluhan Pertanian. Katalok. Surakarta.

Meinanda I. 2013. Panen Cepat Budidaya Jamur. Padi. Bandung

Padmiarso M. Wijoyo. 2011. Cara Budidaya Jamur Tiram yang Menguntung


kan. Jakarta Selatan.

Piryadi.T.U, 2013. Bisnis Jamur Tiram, Jakarta: Agro Media Pustaka

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta,


Bandung.

47
Suriawiria. 2001. Budidaya Jamur Shitake P.S Jakarta..

Tacae. J. 2008. Rancangan Penyuluhan Pembuatan Bibit Semai Jamur


Tira m. KIPA STPP Malang.

Wahid. A. KK. 2013. Programa Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehuta


nan Moyo Utara. Sumbawa.

Wahyuti. U, 2006. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. KIPA STPP

Malang

48
Lampiran1. Jadwal Kegiatan

JADWAK KEGIATAN

No Uraian Kegiatan Bulan Ketera


Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus
ngan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan STPP
proposal KIPA dan Malang
konsultasi
2 Seminar Proposal STPP
Malang
2 Out Campus Pulang ke
daerah
3 Lapor diri BP4K ,
BP3K , dan
Kantor Desa
Penyaring
4 Persiapan Bahan Lokasi
dan Peralatan Pengkajian
Pengkjian
5 Pelaksanaan Di
Pengkajian kelompok
6 Mengaanalisa Data BP3K
Kecamatan
Moy Utara
7 Melaksanakan BP3K
Penyuluhan Kecamatan
Moy Utara
8 Kembali ke STPP STPP
Malang Malanlg
9 Konsultasi Laporan STPP
1
KIPA Malanlg
10 Seminar Hasil STPP
Malanlg
11 Ujian Koprehensif STPP
KIPA Malang
12 Revisi KIPA STPP
Malang
13 Penyerahan KIPA STPP
Malang
14 Yudisium STPP
Malang
15 WISUDA STPP
Malang
Malang, Maret 2014

Mahasiswa,

Syarapuddin
Nirm.07.1.2.10.1071

2
Lampiran 2. Identitas Responden

IDENTITAS RESPONDEN

NO NAMA JABATAN UMUR PENDIDIKAN ALAMAT


. Thn.
1 Samsuddin PPL 41 SLTA Desa Baru Tahan
2 Yatika PPL 30 S1 Desa Penyaring
3 Hasni PPL 28 S1 Desa Songkar
4 Yantono PPL 55 SLTA Desa Sebewe
5 Sahabuddin PPL 44 SLTA Desa Berare
6 Wahab PPL 35 S1 Desa Kukin
7 Ibrahim PPL 30 SLTA Desa Pungkit
8 Haris PPL 33 S1 Desa Penyaring
9 Zakaria PPL 44 S1 Desa Baru Tahan
10 Kardi PPL SLTA D3 Desa Sebewe

3
Lampiran 3. Kuwesioner

KUWESIONER

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan :
5. Masa Kerja :
6. Instansi :


7. Pekerjaan :

B. Petunjuk : berilah tanda centang () pada salah satu jawaban yang dianggap

paling sesuai/ benar (B) dan apabila tidak sesuai/ salah ( S).

NO PERTANYAAN JAWA

BAN
I. Tahapan know (tahu) B S
Apakah usaha budidaya jamur tiram dapat meningkatkan
1
pendapatan anggota kelompoktani?
2 Apakah Budidaya jamur tiram akan berproduksi dengan baik
apabila miselium tumbuh dengan baik pula?
3 Apakah pertumbuhan miselium yang baik tergantung pada
penggunaan salinitas air pengomposan yang pas?
4 Apakah usaha meningkatkan produksi jamur tiram harus
sesuai dengan salinitas yang benar dan pas?
5 Apakah pola budidaya jamur tiram merupakan system
budidaya tanaman dalam kumbung yang bertujuan untuk
optimalisasi lahan pekarangan?

II. Tahapan Memahami B S


Apakah budidaya jamur tiram merupakan upaya untuk
6
memenuhi kebutuhan sayur organik?
7 Apakah air yang mengandung kadar garam dapat digunakan

4
sebagai air pengomposan media tanam jamur tiram?
8 Apakah tujuan dari pembuatan log adalah sebagai media
tumbuh jamur tiram?
9 Apakah penggunaan salinitas air yang pas pada
pengomposan media tanam jamur tiram adalah untuk
memaksimalkan pertumbuhan miselium jamur tiram ?
10 Apakah selain meningkatkan pendapatan kelompoktani
tanaman jamur tiram juga merupakan tanaman obat yang
berkasiat sebagai pencegah kolesterol pada tubuh?
11 Apakah lahan pekarangan merupakan lahan yang cocok
untuk budidaya jamur tiram?
12 Apakah bibit jamur tiram yang akan ditanam sebaiknya
berasal dari turunan F2?
13 Apakah selama dalam masa inkubasi ruangan harus
diperhatiakn agar tetap steril?
14 Apakah kelembaban yang diperlukan dalam pengomposan
media tanam jamur tiram adalah 50% 60%?
15 Apakah budidaya jamur tiram tidak membutuhkan perawatan
intensif?
III. Tahapan Analisis B S
Apakah kumbung jamur tiram harus tertutup rapat agar
16
terbebas dari kontaminasi?
17 Apakah biaya yang diperlukan dalam pembuatan log jamur
tiram termasuk murah karena bahan bakunya tersedia
disetiap daerah?
18 Apakah budidaya jamur tiram lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan usaha lain?
19 Apakah jamur tiram adalah suatu produk yang diminati
masyarakat luas?
20 Apakah selain dijual masih dalam bentuk baglok, produk
segar jamur tiram dan juga bisa dijual dalam bentuk produk
olahan?
IV. Tahapan Sintetis B S
Apakah mengoptimalkan usaha budidaya jamur tiram dapat
21
dilakukan secara terpadu, antara pembuatan pupuk bokasi
serta usaha meubel?
22 Apakah budidaya jamur tiram terpadu adalah salah satu
usaha untuk meningkatkan potensi lahan melalui keragaman
usaha?
23
Apakah pola budidaya jamur tiram terpadu dapat

5
meningkatkan pendapatan kelompoktani?

24 Apakah pola budidaya jamur tiram yang dimodifikasi dengan


pembuatan pupuk bokashi dan meubel dapat mempengaruhi
peningkatan prosduksi karena terdiri dari beberapa usaha
yang saling berkaitan?
25 Apakah kelebihan dari usaha jamur tiram terpadu adalah
limbah serbuk kayu menjadi bahan baku/ media tumbuh
jamur tiram dan limbah dari jamur tiram sebagai bahan baku
pembuatan pupuk bokashi?
Sumbawa, Mei 2014

Mahasiswa,

Syarapuddin
Nirm.07.1.2.10.1071

Lampiran 4. Berita Acara Penyuluhan

6
Lampiran.5. Daftar Hadi Penyuluhan

7
Lampiran 6. Daftar Hasil Evaluasi Tes Awal

Data Tes Awal Responden


Responden Jawaban Kusioner Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Samsuddin 4 4 4 1 1 4 1 1 1 4 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 73.0
Yatika 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 1 1 4 4 4 70.0
Hasni 1 4 4 1 4 4 4 1 1 4 1 1 4 4 4 4 1 4 4 1 1 1 4 4 4 70.0
Yantono 4 4 4 1 1 1 1 4 4 4 1 4 4 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 1 4 64.0
Sahabuddin 4 4 4 1 1 1 1 4 4 1 4 4 4 1 4 1 1 1 1 4 4 4 1 1 4 64.0
Wahab 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 4 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 4 4 64.0
Ibrahim 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 4 88.0
Haris 4 1 1 4 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 4 1 4 4 4 4 1 1 4 4 4 70.0
Jumlah 563.0
Rata-rata 125.1

8
Lampiran 7. Materi Penyuluhan

9
10
11
Lampiran 8. LPM

12
13
Lampiran 9. Media Folder

14
15
Lampiran 10. Daftar Hasil Evaluasi Tes Akhir

Data Tes Akhir Responden


Responden Jawaban Kusioner Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Samsuddin 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4 4 88.0
Yatika 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 88.0
Hasni 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 4 88.0
Yantono 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 4 4 1 1 4 4 4 4 85.0
Sahabuddin 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 1 1 1 1 4 4 1 1 4 4 4 4 4 73.0
Wahab 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 91.0
Ibrahim 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 88.0
Haris 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 85.0
Jumlah 686.0
Rata-rata 85.8

16
17
Lampiran 11. Rerata Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan pada Tingkat Pendidikan SLTA


Nama Pendidikan Nilai Pre Tes Nilai Pos tes
Samsuddin SLTA 73 88
Ibrahim SLTA 88 88
Sahabuddin SLTA 64 73
Yantono SLTA 64 85
Jumlah 289 334
Rata-rata 72.25 83.5

Tingkat Pengetahuan pada Tingkat Pendidikan S1


Nama Pendidikan Nilai Pre Tes Nilai Pos Tes
Wahab S1 64 91
Hasni S1 70 88
Yatika S1 70 88
Haris S1 70 85
Jumlah 274 352
Rata-rata 68.5 88

1
Lampiran 12. Evektifitas Penyuluhan

P sP r
Efektifitas peningkatan pengetahuan = x100%
N 4 QP r

Dik:

Jumlah responden (N) =8

Target harapan Penyuluhan = 100

Nilai tertinggi =4

Jumlah pertanyaan (Q) = 25

Nilai Tes Awal = 563

Nilai Tes Akhir = 686

6 865 63
x 100%
8 x 4 x 255 63

1 23
x 100% = 51,89%
2 37

Disimpulkan bahwa penyuluh melakukan penyuluhan cukup evektif, hasil


analisis angka berada pada kisara 33,33 66,67 yaitu: 51,89%

2
Lampiran13. Sket Pengamatan Kajian

SKET PENGAMATAN KAJIAN

Materi Kajian Berbagai Ulangan

Salinitas
Perlakuan 1= 0,5 P4.3 P4.5 P3. 6 P1.3 P4. 6 P2.1

Perlakuan 2 = 1 P1.2 P2. 6 P2.3 P4.1 P1.5 P3.3

Perlakuan 3 = 2 P4.2 P1. 6 P3.4 P2.5 P1.1 P2.4

Perlakuan 4 =3 P3.2 P3.1 P4.4 P3.5 P1.4 P2.2

Keterangan:

Pengamatan dilakukan 7 hari sekali sejak hari inokulasi sampai miselium

menyebar menyelimuti median tanam jamur tiram putih (Log),

P1 = Kadar garam (Salinitas) 0,5

P2 = Kadar garam (Salinitas) 1

P3 = Kadar garam (Salinitas) 2

P4 = Kadar garam (Salinitas) 3

Masing-masing perlakuan melakukan 6 ulangan.

3
Lampiran 14. Hasil Pengamatan Kajian

Pengamatan ke 1
Perlakuan Salinitas Ulangan Cm

1 2 3 4 5 6
PI = 0.5 4.2 3 2.2 3 4 3.5 19.9
P II =1 3 5 5.3 4.5 4 3.8 25.6
P III =2 2.3 1.4 4.8 2 3.5 1.5 15.5
P IV =3 2.5 2.5 2.2 2.5 2.4 2.5 14.6

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I = 0.5 6 19.9 3.316667 0.545667
P II = 1 6 25.6 4.266667 0.710667
P III = 2 6 15.5 2.583333 1.749667
P IV = 3 6 14.6 2.433333 0.014667

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 12.65667 3 4.218889 5.586699 0.005973 3.098391
Within Groups 15.10333 20 0.755167
Total 27.76 23

Pengamatan ke 2
Perlakuan Salinitas Ulangan Cm
1 2 3 4 5 6
PI = 0.5 10.1 9 8.5 10.3 10 8.9 56.8
P II =1 8 12 12.1 11.5 9.6 10.8 64
P III =2 10.3 7.4 11.8 7.8 9.5 9.6 56.4
P IV =3 8.1 8.4 6 8.5 8.8 10 49.8

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I = 0.5 6 56.8 9.466667 0.570667
P II = 1 6 64 10.66667 2.558667
P III = 2 6 56.4 9.4 2.636
P IV = 3 6 49.8 8.3 1.704

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 16.83167 3 5.610556 3.004582 0.054621 3.098391
Within Groups 37.34667 20 1.867333

4
Total 54.17833 23

Pengamatan ke 3
Perlakuan Salinitas Ulangan Cm

1 2 3 4 5 6
PI = 0.5 15.4 10 14 13.2 14.9 15.2 82.7
P II =1 14.5 19.5 18.8 17.5 17.1 18.3 105.7
P III =2 16.6 9.9 16.5 13.5 15.5 15.8 87.8
P IV =3 10.3 13.8 11.4 14.3 13.4 13.4 76.6

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I = 0.5 6 82.7 13.78333 4.113667
P II = 1 6 105.7 17.61667 3.081667
P III = 2 6 87.8 14.63333 6.630667
P IV = 3 6 76.6 12.76667 2.434667

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 78.53667 3 26.17889 6.439807 0.003143 3.098391
Within Groups 81.30333 20 4.065167

Total 159.84 23

Pengamatan ke 4
Perlakuan Salinitas Ulangan Cm
1 2 3 4 5 6
PI = 0.5 17 17.5 20 17 16.5 20 108
P II =1 18 20 19 20 18.5 19 114.5
P III =2 20 15.5 20 16 20 18 109.5
P IV =3 14.5 20 17 17 15.5 18 102

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I = 0.5 6 108 18 2.5
P II = 1 6 114.5 19.08333 0.641667
P III = 2 6 109.5 18.25 4.375
P IV = 3 6 102 17 3.7

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 13.25 3 4.416667 1.575037 0.226657 3.098391
Within Groups 56.08333 20 2.804167
Total 69.33333 23

5
Pengamatan ke 5
Perlakuan Salinitas Ulangan Cm

1 2 3 4 5 6
PI = 0.5 20 20 20 20 20 20 120
P II =1 20 20 20 20 19 20 119
P III =2 20 19 20 20 20 20 119
P IV =3 18 20 20 20 18 20 116

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I = 0.5 6 120 20 0
P II = 1 6 119 19.83333 0.166667
P III = 2 6 119 19.83333 0.166667
P IV = 3 6 116 19.33333 1.066667

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 1.5 3 0.5 1.428571 0.263996 3.098391
Within Groups 7 20 0.35
Total 8.5 23

Pengamatan ke 6
Perlakuan Salinitas Ulangan Cm
1 2 3 4 5 6
PI = 0.5 20 20 20 20 20 20 120
P II =1 20 20 20 20 20 20 120
P III =2 20 20 20 20 20 20 120
P IV =3 20 20 20 20 20 20 120

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I = 0.5 6 120 20 0
P II = 1 6 120 20 0
P III = 2 6 120 20 0
P IV = 3 6 120 20 0

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0 3 0 65535 #NUM! 3.098391
Within Groups 0 20 0
Total 0 23

6
Lampiran 15. Analisis Hasil Kajian

Rerata Penyebaran Miselium Jamur Tiram Putih Akibat Berbagai Perlakuan Salinitas
Perlakuan ULANGAN
Rata-
Salinitas Total
rata
1 2 3 4 5 6
P I 0,5 19.9 56.8 82.7 108 120 120 507.4 84.57
P II 1 25.6 64 105.7 114.5 119 120 548.8 91.47
P III 2 15.5 56.4 87.8 109.5 119 120 508.2 84.70
P IV 3 14.6 59.8 76.6 102 116 120 489 81.50
Total 75.6 237 352.8 434 474 480 2053.4 342.23

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
P I 0,5 6 507.4 84.56667 1603.283
P II 1 6 548.8 91.46667 1479.639
P III 2 6 508.2 84.7 1727.352
P IV 3 6 489 81.5 1612.652

ANOVA
Source of SS df MS F P-value F crit
Variation
Between Groups 318.5917 3 106.1972 0.066136 0.977223 3.098391
Within Groups 32114.63 20 1605.731
Total 32433.22 23

7
Lampiran 16. Analisa Usaha Jamur Tiram Putih

ANALISA USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM PUTIH

( Produksi 45 Log untuk 3 bulan)

Uraian Jumlah (Rp)

A. Biaya Investasi
1............................................................................Peralatan
..............................................................................Rp.500.000
Total.......................................................................Rp.500.000
B.................................................................................Biaya Tetap
1............................................................................Penyusutan
..............................................................................Rp.41.700
Total.......................................................................Rp.41.700
C.................................................................................Biaya Tidak Tetap
1............................................................................Bibit F3 2 botol @
Rp.15.000..............................................................Rp.30.000
2............................................................................Alkool 75%
..............................................................................Rp.6000
3............................................................................Serbuk Gergaji 40
Kg @ RP.100.........................................................Rp.4000
4............................................................................Dedak 9,5 Kg @
Rp.1000.................................................................Rp.9500
5............................................................................Kapur Pertanian 0,5
Kg..........................................................................Rp.250
6............................................................................Plasik PP 1 Pis @
Rp.40.000..............................................................Rp.40.000
7............................................................................Cincin Log 65 biji @
Rp.100...................................................................Rp.6.500
8............................................................................Karet Gelang
..............................................................................Rp.2.000
9............................................................................Kertas Sampul
..............................................................................Rp.1.000
10..........................................................................Kayu Bakar 3 ikat
@ Rp.7000............................................................Rp.21.000
11..........................................................................Lain-lain
..............................................................................Rp.75.000
Total.......................................................................Rp.195.250
D.................................................................................Total Biaya
....................................................................................Rp.236.950
E..................................................................................Penerimaan 22.5
Kg @ Rp.30.000..........................................................Rp.675.000

8
F..................................................................................Keuntungan/ bulan
....................................................................................Rp.146.000
Sumbawa,20 Mei 2014
Mahasiswa

Syarapuddin
Nirm.07.1.2.10.1071

Lampiran 17. Berita Acara Kajian

BERITA ACARA

KAJIAN KARYA ILMIAH PENUGASAN AKHIR

Pada hari Jum at tanggal 11 bulan April tahun 2014 sampai dengan hari

Senin tanggal 19 bulan Mei tahun 2014, telah melaksanakan Kajian Karya Ilmiah

Penugasan Akhir (KIPA) Mahasiswa STPP Malang.

Nama : Syarapuddin

NIRM : 07.1.2.10.1071

Semester : VIII

Program Studi : Penyuluhan Pertanian

Judul: : Pengaruh Kadar Garam (Salinitas) Terhadap Pertumbuhan

Miselium Pada Media Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus

ostreatus L) di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara

Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat

Sumbawa,19 Mei 2014


Mahasiswa

Syarapuddin
Nirm.07.1.2.10.1071

9
Lampiran 18. Dokumen Kegiatan Kajian

Pengayakan Serbuk Gergaji Bahan Media Tanam Jamur Tiram Putih

10
Pencampuran Bahan Sebelum Diberi Air (Air yang mengandung berkadar garam)

Lanjutan

Mengukur Kadar Garam (Salinitas) Air Pelembab atau Pengomposan Media

11
Pencampuran Bahan Media Tanam dengan Salinitas Air (Sesuai takaran kajian)

12
Lanjutan

Proses Pengomposan Media dari Empat Perlakuan (Berbagai salinitas)

13
Pengisian Media Tanam Kedalam Wadah Plastic

Lanjutan

Proses Sterilisasi Beg Log

14
Proses Inokulasi (Memasukan bibit kedalam media tanam jamur tiram putih)

15
Lanjutan

Pengamatan Kajian

16
Pengamatan Kajian

Lampiran 19. Dokumen Kegiatan Penyluhan

Penyampaian Materi

17
Acara Diskusi

18
1
2
3
4
5

Anda mungkin juga menyukai