Anda di halaman 1dari 138

ANALISIS HASIL BELAJAR AFEKTIF

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN


SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT
(SALINGTEMAS) PADA KONSEP JAMUR
(Penelitian Deskriptif di SMA Negeri 1 Pasawahan - Kuningan)

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
MUHAMMAD NURUZZAMAN SHIDDIQI
NIM 109016100045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model


Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat
(SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur disusun oleh Muhammad
Nuruzzaman Shiddiqi, Nomor Induk Mahasiswa 109016100045, Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model


Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat
(SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur disusun oleh Muhammad
Nuruzzaman Shiddiqi, Nomor Induk Mahasiswa 109016100045, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 03 April 2014 di
hadapan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd)
dalam bidang Pendidikan Biologi.
Jakarta, 03 April 2014
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc .................... .........................
NIP. 19700209 200003 2 001
Penguji I
Dr. Zulfiani, M.Pd .................... .........................
NIP. 19760309 200501 2 002
Penguji II
Meiry Fadilah Noor, M.Si .................... .........................
NIP. 19800516 200710 2 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Nurlena Rifa’I, MA., Ph.D


NIP. 19591020 198603 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi


NIM : 109016100045
Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi
Alamat : Blok Karang Anyar No. 120 Rt/Rw. 08/04
Desa Wanayasa Kec. Beber Kab. Cirebon.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model
Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat
(SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur adalah benar hasil karya sendiri di
bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing I : Baiq Hana Susanti, M.Sc


NIP : 19700209 200003 2 001
Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi

Nama Pembimbing II : Eny S Rosyidatun, MA


NIP : 19750924 200604 2 001
Jurusan/Program Studi : Pendidikan IPA / Pendidikan Biologi

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensinya apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil
karya sendiri.
ABSTRAK

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi ( NIM 109016100045 ): Analisis Hasil


Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi,
dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur. (Penelitian
Deskriptif di SMA Negeri 1 Pasawahan - Kuningan). Skripsi, Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar afektif pada ranah
sikap dan minat melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep Jamur.
Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan
kelas X yang berjumlah 65 siswa terdiri dari 31 siswa kelas X-1 dan 34 siswa
kelas X-2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dan lembar
observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa- siswi kelas X SMA Negeri
1 Pasawahan mempunyai hasil belajar afektif yang Amat Baik pada ranah sikap
dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas. Hal ini dikarenakan
siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar, kreatif,
memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap
lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi
berlangsung. siswa juga memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih
dan sistematis. Selain itu siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam
kegiatan pembelajaran, tertarik dengan materi pembelajaran ang diberikan yaitu
tentang jamur, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang digunakan
yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan model
pembelajaran Salingtemas.

Kata Kunci: Hasil Belajar Afektif, Sikap, Minat, SALINGTEMAS.

ii
ABSTRACT

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi (NIM 109016100045): Analysis of Affective


Learning Outcomes Through the Learning Model Science, Environment,
Technology, and Society (SETS) on the Consept of Fungi. (Descriptive
Research at SMAN 1 Pasawahan – Kuningan). BA Thesis, Biology Education
Study Program, Departement of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya
and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This study aims to analyze the affective learning outcomes in the realm of
attitudes and interests through SETS learning model on the concept of Fungi. The
subjects were students of SMA Negeri 1 Pasawahan - Kuningan class X totaling
65 students consisted of 31 students of class X - 1 and 34 students of class X - 2.
The method used in this study is a descriptive analysis method. The research
instrument used was a questionnaire and observation sheet. The results showed
that the students of class X SMA Negeri 1 Pasawahan have a very good affective
learning outcomes in the realm of attitudes and interests of students through the
SETS learning model. This is because the students can have a great concern,
active learning, creative, has good accuracy, always keep cleaning, care for the
environment, and have a good initiative for learning biology. students also have
good scientific attitude, good discipline, neat and systematic. In addition students
have either enthusiasm or interest in learning activities, interested in the subject
matter given that about fungi, attracted to the media and learning model that used
the form of experiment, group discussions and field work with a SETS learning
model.

Key: Affective Learning Outcomes, Attitudes, Interests, SETS.

iii
KATA PENGANTAR

    

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hasil Belajar Afektif
Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat
(SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi umat islam,
yang telah memberikan qudwah hasanah untuk ummatnya guna mencapai insan
kamil. Semoga kita senantiasa mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir. Aamiin.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tak semudah membalikan telapak tangan,
penulis membutuhkan perjuangan serta pengorbanan baik moril maupun materil.
Butuh tekad serta kemauan yang kuat dalam menghadapi segala halangan dan
rintangan. Namun atas bantuan, motivasi, serta bimbingan dari semua pihak.
Pada akhirnya penulisan skipsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penilis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:
1. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D sebagai dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu memotivasi
serta mengajarkan banyak hal bagi penulis baik dari segi akademis maupun
aktivis.
3. Eny S Rosyidatun, MA selaku Dosen Pembimbing II yang penuh kesabaran
serta keikhlasan telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi
dalam membimbing penulis selama ini.

iv
4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Akademik jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Zulfiani, M.Pd sebagai Ketua Prodi Biologi dan seluruh civitas akademik
jurusan pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya selama penulis
menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga ilmu yang telah
Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
6. Teristimewa dan yang paling utama untuk orang tua tercinta, ayahanda
Jabidi, S.Pd.I., M.M dan ibunda Siti Sapa’ah yang selalu sabar mendoakan
dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis selalu termotivasi
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan, Drs. H. Maman Herman Iskandar yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut. Bapak
Dadan Rudiana S.Pd selaku guru Biologi kelas X – 1 dan X - 2 yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian. Seluruh siswa kelas X - 1
dan X - 2 yang membuat penulis termotivasi agar memberikan pembelajaran
yang terbaik untuk mereka, dan membantu peneliti dalam penelitian ini.
8. Nita Asrya, S.Pd yang selalu setia memotivasi, mendampingi, dan membantu
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sehingga penulis selalu
bersemangat dalam penyelesaian skripsi.
9. Kawan-kawan angkatan 2009 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terutama Muhamad Pahrudin dan Ahmad Syahri Syarifudin sebagai
rekan seperjuangan.
10. Adik-adik tercinta Muhammad Afif Syahrul Mubarok, Siti Nurfaizzatul Azza,
dan Gita Nur Habibatul Azizah yang membuat penulis semangat dan
termotivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
11. Dr. H. Jaenal Aripin, MA dan Siti Elviah sebagai paman dan bibi yang selalu
memberikan bantuan materi dan moril kepada penulis agar tetap semangat
dalam meneruskan kuliah.

v
12. PKBM Negeri 26 Bintaro, terutama Ibu Ir. Yusriyati dan Bapak Wawan
Gunawan, SE yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menjadi pendidik meskipun masih berstatus mahasiswa.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Ungkapan rasa syukur dan ikhlas rasanya tepat untuk penulis ucapkan atas
terselesaikannya skripsi ini. Penulis hanya bisa berharap semoga Allah SWT
memberikan balasan yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan
yang telah mereka berikan. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak yang membaca skripsi ini.
Perjalanan hidup sering membawa kita pada persimpangan jalan yang belum
pernah kita duga sebelumnya, namun satu hal yang harus selalu kita yakini bahwa
Allah tidak akan membawa kita sejauh ini hanya untuk meninggalkan kita sendiri.
Sebuah usaha tanpa doa akan melahirkan pribadi yang sombong, selalu yakinkan
diri kita dengan doa, maksimalkan karya dengan usaha, pastikan sampai pada cita-
cita, Yakin Usaha Sampai. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas
pendidikan, khususnya bidang studi biologi.

Jakarta, 03 April 2014


Penulis,

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi

vi
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................................6
C. Pembatasan Masalah..........................................................................6
D. Perumusan Masalah ...........................................................................7
E. Tujuan Penelitian ...............................................................................7
F. Manfaat Penelitian .............................................................................7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA PIKIR


A. Deskripsi Teoritis ..............................................................................8
1. Teori Belajar Humanistik ............................................................8
2. Model Pembelajaran Salingtemas .............................................10
3. Hasil Belajar Afektif ..................................................................19
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................31
C. Kerangka Pikir .................................................................................33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................35
B. Metode dan Desain Penelitian .........................................................35
C. Populasi dan Sampel ........................................................................35
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................37

vii
E. Instrumen .........................................................................................40
F. Teknik Analisis Data .......................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ................................................................................45
B. Pembahasan .....................................................................................52

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................56
B. Saran ................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................57


LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................61

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Kata kerja ranah Afektif sesuai dengan Taksonomi Bloom .........................21
2.2 Kisi-kisi Instrumen .......................................................................................26
3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pra Penelitian .............................................38
3.2 Kisi-kisi Penilaian Proses Praktikum ...........................................................39
3.3 Kisi-kisi Penilaian LKS Praktikum ..............................................................39
3.4 Kisi-kisi Penilaian Laporan Praktikum Siswa ..............................................40
3.5 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Proses Praktikum ..............................43
3.6 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian LKS Praktikum .................................43
3.7 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Laporan Praktikum ...........................44
4.1 Hasil Penilaian Proses Praktikum .................................................................46
4.2 Hasil Penilaian LKS Praktikum ....................................................................48
4.3 Hasil Penilaian Laproran Praktikum Siswa ..................................................50
4.4 Frekuensi Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa ..........................................52

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan Salingtemas ......................13
2.2 Bagan Kerangka Berfikir ..............................................................................34
4.1 Persentase indikator penilaian proses praktikum..........................................47
4.2 Persentase indikator penilaian LKS praktikum ............................................49
4.3 Persentase indikator penilaian laporan praktikum ........................................51

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 RPP Jamur .......................................................................................................61
2 Pedoman Wawancara Pra Penelitian...............................................................80
3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pra Penelitian ...............................................82
4 Hasil Wawancara Pra Penelitian .....................................................................84
5 Lembar LKS Praktikum Pengamatan .............................................................86
6 Lembar Penilaian Proses Praktikum ...............................................................89
7 Lembar Penilaian LKS Praktikum ..................................................................93
8 Lembar Penilaian Laporan Praktikum Siswa ..................................................97
9 Rublik Penilaian Laporan Praktikum Siswa .................................................101
10 Hasil Penilaian Proses Praktikum .................................................................102
11 Hasil Penilaian LKS Praktikum ....................................................................105
12 Hasil Penilaian Laporan Praktikum Siswa ....................................................108
13 Daftar Nilai Hasil Ulangan Siswa .................................................................111
14 Lembar LKS Hasil Kerja Siswa ....................................................................113
15 Laporan Praktikum Siswa .............................................................................119
16 Lembar Pengesahan Proposal .......................................................................159
17 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi ..........................................................160
18 Surat Permohonan Izin Penelitian .................................................................161
19 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Sekolah .............................................162
20 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian........................................163
21 Lembar Uji Referensi ....................................................................................164
22 Riwayat Penulis ............................................................................................170

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke setiap aspek kehidupan. Hal ini
memberikan kemudahan kepada setiap manusia yang memanfaatkannya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun adakalanya pemanfaatan
teknologi ini menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia dan lingkungan
apabila penggunaannya tidak didasari oleh pengetahuan dan kemampuan untuk
mengantisipasi dampak yang ditimbulkan tersebut. Upaya yang bisa dilakukan
untuk menanggulangi dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan
teknologi, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu
menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga dapat
mengimbangi perkembangan kemajuan sains dan teknologi.
Keterkaitan yang erat antara lingkungan, teknologi dan masyarakat dengan
sains sangat dibutuhkan dalam konteks pendidikan masa kini. Sesuai dengan
Undang–undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional BAB I Pasal 1 dinyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan usaha
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Biologi sebagai cabang sains merupakan ilmu yang mengkaji makhluk hidup.
Dalam pembelajaran biologi tidak hanya konsep yang harus dikuasai, tetapi juga
rasa ingin tahu sisa terhadap bilogi secara mendalam pada konsep-konsep tertentu
pembelajaran juga mengalami perubahan dan kemajuan sesuai dengan perubahan

1
Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah
R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar : Beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra
Umbara, 2008), h. 220.

1
2

zaman, khususnya pada konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan,


teknologi, dan masyarakat.
Menurut Miftakhul Anwar, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar2.
Pendidikan biologi di Sekolah Menengah Atas (SMA) mengandung bahan
kajian yang mempelajari makhluk hidup dan aspek kehidupan baik di masa
lampau maupun masa sekarang. Disamping itu pendidikan biologi mempelajari
penerapan konsep-konsep biologi dalam mengembangkan teknologi untuk
kehidupan sehari-hari dan bertujuan meningkatkan kemampuan siswa sebagai
anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan alam sekitarnya.
Kegiatan pembelajaran biologi lebih diarahkan kepada kegiatan yang
mendorong siswa belajar aktif. Belajar aktif siswa berhubungan dengan sikap dan
minat siswa dalam pembelajaran biologi. Masalah afektif dirasakan penting oleh
semua orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan
merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti
pembelajaran kognitif dan psikomotor. Seorang pendidik harus merancang
kegiatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.

2
Miftakhul Anwar, Penerapan Pendekatan SETS (Science Environment Technology And
Social) Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA, h. 1-2,
(http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf, Pada 10/12/2012)
3

Keberhasilan pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan


peserta didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai3.
Kesiapan peserta didik dalam suatu pembelajaran merupakan faktor yang
ikut berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Kesiapan peserta didik
sebelum mengikuti pembelajaran dapat berupa ketersediaan alat-alat pelajaran
dan dapat juga berupa bekal pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. peserta
didik dengan pengetahuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran secara
lancar, karena secara mental lebih siap dan dapat langsung merespon hal yang
sedang dibicarakan.
Menurut Agus Wasisto, keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh
kondisi internal siswa maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor eksternal
yang ikut berpengaruh atas keberhasilan siswa dalam memahami suatu topik
pembelajaran yang berasal dari guru adalah kemampuan guru dalam memilih
metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat berperan
aktif dalam pembelajaran tersebut4.
Kenyataan di lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di
SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan, diketahui bahwa guru masih
menggunakan metode ceramah yang terkadang diselingi oleh diskusi kelompok,
siswa belum dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari, siswa belum dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat serta sikap dan minat siswa terhadap
mata pembelajaran biologi yang sudah cukup baik namun masih kurang baik
apabila berhubungan atau dikaitkan dengan salingtemas5.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk melakukan penilaian ranah
afektif serta menganalisisnya dalam sebuah proses pembelajaran yang
mengembangkan konsep sains, dengan memperhatikan penggunaannya pada

3
Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h.1,
(http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf, pada 30/01/2013).
4
Agus Wasisto Dwi, Pembelajaran Biologi yang Berbasis Imtaq dengan Pendekatan Integratif
(Science, Environment, Society, Technology and Religion), Jurnal: PROSPECT, Februari 2009,
Tahun 5, Nomor 8, h. 55,
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=61900&idc=32.Pada 12/02/2013).
5
Lampiran : Hasil Wawancara Pra Penelitian di SMA Negeri 1 Pasawahan.
4

teknologi, dan dampaknya bagi lingkungan dan masyarakat diperlukan adanya


suatu metode, pendekatan ataupun model yang sesuai, yaitu model pembelajaran
SALINGTEMAS. Penggunaan model pembelajaran SALINGTEMAS
memperhatikan isu-isu yang berkembang dimasyarakat menjadi fokus utama
untuk mengaitkan konsep yang akan diberikan dalam pembelajaran dengan
menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sains dan teknologi serta dampaknya
terhadap lingkungan dan masyarakat, hal ini dapat memudahkan dalam
melakukan penilaian afektif terhadap siswa.
Model pembelajaran SALINGTEMAS adalah salah satu model yang dapat
diterapkan pada masa kini. Titik penekanannya yakni mengembangkan hubungan
antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Model
pembelajaran SALINGTEMAS memberikan wadah lebih luas, oleh karena itu
hendaknya dapat dimanfaatkan sejak siswa duduk di SD terutama menekankan
pada masalah berpikir kreatif, perasaan, dan penilaian serta pemanfaatan dan
penerapan. Melalui ranah afektif, siswa menggunakan pengetahuan dan
keterampilan biologi yang dimiliki untuk mengklasifikasikan dan mengutamakan
nilai-nilai mereka dan kemudian menerapkannya dalam tindakan sehari-hari
sebagai warga negara yang bertangung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
Perbedaan model pembelajaran SALINGTEMAS dengan model pembelajaran
yang lain yakni, model pembelajaran SALINGTEMAS mengambil konsep
dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan kegiatan
laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan masalah, siswa
aktif mencari info yang diperlukan, menekankan ketrampilan proses yang dapat
digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi sejauh mana
sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan datang, serta siswa dapat
bersikap lebih baik dan menerapkan pembelajaran yang telah didapat dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Menurut Mitri Irianti, model pembelajaran SALINGTEMAS ini memadukan
pemikiran SETS (Science, Environment, Technology and Society) dan EE
(Environment Education) dengan memberi filosofi baru di dalamnya. Model
pembelajaran Salingtemas merupakan cara pembelajaran bersifat terpadu yang
5

melibatkan unsur sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat. Secara mendasar


dapat dikatakan bahwa melalui model pembelajaran salingtemas, diharapkan
siswa akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi dengan
memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga dapat diperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilikinya 6. Untuk itu
digunakan model pembelajaran SALINGTEMAS sebagai model pembelajaran,
karena model pembelajaran pembelajaran tersebut diharapkan dapat
meningkatkan ranah afektif siswa.
Hal ini didukung juga dari hasil penelitian pendekatan pembelajaran biologi
dengan model pembelajaran Salingtemas yang dilakukan oleh Lestari di SMA
Negeri 12 Jakarta tahun 2006 dihasilkan peningkatan hasil belajar siswa pada
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.7 Begitu pula penelitian pembelajaran
biologi dengan Salingtemas pada konsep Sumber Daya Alam Hayati yang
dilakukan oleh Zahra di SMA Negeri 7 Tangerang tahun 2006, pembelajaran
biologi menggunakan model pembelajaran Salingtemas memberikan pengaruh
positif terhadap sikap sisa pada konsep Sumber Daya Alam Hayati. 8 Prasetyo
dengan penelitiannya yang berjudul model pembelajaran sains lingkungan
teknologi dan masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar biologi sisa kelas II
SLTP Negeri 1 Driyorejo Gresik menyimpulkan bahwa pendekatan salingtemas
menjadikan siswa aktif terlibat dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak
didomonasi guru; model pembelajaran salingtemas memberikan suasana yang
menyenangkan, dan ini merupakan salah satu bentuk motivator sehingga siswa
lebih antusian dalam mengikuti pembelajaran; dengan aktifnya siswa dan suasana

6
Mitri Irianti., Zulirfan., Arifah Zaini, Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS
(Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek,
Jurnal Geliga Sains 1 (2), 1-7, 2007, ISSN 1978-502X, h. 2,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014).
7
Ira Rahayu Lestari, Pengaruh Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Sains, Lingkungan
Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) terhadap Hasil Belajar Siswa SMA, (Skripsi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006)
8
Juhaeriyah Zahra, Pengaruh Pendekatan Salingtemas dalam Pembelajaran Biologi
terhadap Sikap Siswa SMA pada konsep Sumber Daya Alam Hayati, (Skripsi FMIPA Universitas
Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan, 2006)
6

yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, pemahaman siswa terhadap


konsep biologi meningkat sehingga hasil belajar biologi siswa lebih meningkat. 9
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul penelitian :
“Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingkungan,
Teknologi, dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, timbul beberapa
masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Metode, pendekatan, atau model pembelajaran yang digunakan guru kurang
sesuai dengan kondisi siswa.
2. Siswa belum dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari.
3. Siswa belum dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Sikap dan minat siswa terhadap mata pembelajaran biologi masih kurang baik
apabila berhubungan atau dikaitkan dengan salingtemas.

C. Pembatasan Masalah
Terjadinya penyimpangan dan penafsiran yang berbeda–beda dapat terjadi,
maka untuk menghindarinya penulis membatasi masalah pada:
1. Penelitian ini difokuskan pada model pembelajaran SALINGTEMAS pada
konsep Jamur.
2. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil belajar berupa ranah Afektif yang
dinilai menurut petunjuk teknis dari Direktorat Pembinaan SMA, adapun
ranah afektif yang diukur dibatasi pada sikap dan minat siswa10.

9
Anang Prasetyo, Pendekatan Sains Lingkungan Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas II SLTP Negeri 1 Driyorejo Gresik, (Skripsi FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009).
10
Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, 2010),
(http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Menteri/Petunjuk%20Tek
nis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan%20Pedoman%20Penilaian%20_ISI-
Revisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).
7

3. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester I SMA Negeri 1 Pasawahan


Kabupaten Kuningan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka dapat peneliti kemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “bagaimanakah hasil belajar afektif melalui model pembelajaran
Salingtemas pada konsep Jamur?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah “untuk menganalisis hasil belajar
afektif melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep Jamur”.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang
paling tepat sesuai dengan materi yang diajarkan.
2. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai salah satu masukan dalam rangka
memperbaiki kurikulum sekolah.
3. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengalaman serta membantu
menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran.
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN
KERANGKA PIKIR

A. Deskripsi Teoritis
1. Teori Belajar Humanistik
Menurut Baharuddin dan Wahyuni dalam Prayito menyatakan, aliran
humanistik memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas
kognitif saja, selain itu pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan
pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nilai yang
dimiliki setiap peserta didik. Pendidikan humanistik memandang proses belajar
bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan saja, tetapi lebih dari itu,
proses belajar merupakan bagian dari mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan1.
Teori belajar humanisme memfokuskan pembelajarannya pada pembangunan
kemampuan positif siswa. Teori ini membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Peserta didik menjadi
pelaku dalam memaknai pengalaman belajarnya sendiri. Dengan teori ini guru
dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam
Pembelajaran2.
Aplikasi teori humanisme lebih menonjolkan kebebasan setiap individu
siswa/i memahami materi pembelajaran untuk memperoleh
informasi/pengetahuan baru dengan caranya sendiri, selama proses pembelajaran.
Dalam teori ini peserta didik berperan sebagai subjek didik, peran guru dalam
pembelajaran humanisme adalah fasilitator.
Peserta Didik Dalam pembelajaran yang humanis ditempatkan sebagai pusat
(central) dalam aktifitas belajar. Peserta didik menjadi pelaku dalam memaknai

1
Prayito, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik Berbasis
Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII, Jurnal AKSIOMA, Vol. 2,
No.2/September (2011), h. 5-6, (http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id, pada 08/03/2014).
2
M. Amir, ”Aplikasi Teori Humanisme dalam Kegiatan Pembelajaran”, h.1,
(http://filsafat.kompasiana.com/2013/10/28/aplikasi-teori-humanisme-dalam-kegiatan-
pembelajaran--604568.html, pada 1/29/2014).

8
9

pengalaman belajarnya sendiri. Dengan demikian, peserta didik diharapkan


mampu menemukan potensinya dan mengembangkan potensi tersebut secara
memaksimal. Peserta didik bebas berekspresi cara-cara belajarnya sendiri. Peserta
didik menjadi aktif dan tidak sekedar menerima informasi yang disampaikan oleh
guru.
Peran guru dalam pembelajaran humanisme adalah menjadi fasilitator bagi
para peserta didiknya dengan cara memberikan motivasi dan memfasilitasi
pengalaman belajar, dengan menerapkan strategi pembelajaran yang membuat
peserta didik aktif, serta menyampaikan materinya pembelajaran yang sistematis.
Aktifitas selama proses pembelajaran siswa berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran
lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar3.
Dalam dunia pendidikan seorang guru harus bisa membantu muridnya dalam
proses belajar, karena siswa yang satu memiliki pribadi yang berbeda. Jika hal ini
tidak dapat di atasi maka siswa akan sulit dalam melakukan atau terlibat dalam
proses belajar. Pengaplikasian teori ini dalam dunia pendidikan sangatlah
membantu. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat
mengembangkan jiwa anak didik dalam belajar. Seperti yang kita ketahui siswa
terkadang sangat sulit terlibat dalam pembelajaran di kelas dengan berbagai alasan
misalnya, karena belum sarapan, kepanasan, masalah keluarga dan sebagainya.
Hal inilah yang perlu diketahui oleh seorang guru. Dan juga dalam aplikasinya
teori humanisme ini lebih mengutamakan siswa dalam belajar mandiri atau
menentukan belajar mandiri serta adanya kebebasan bergerak atau siswa aktif,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, dan memberi motivasi serta arahan
dalam belajar, berfungsi juga sebagai pengawas dalam kegiatan belajar mengajar.

3
Ibid.
10

2. Model Pembelajaran Salingtemas


a. Pengertian Salingtemas
Menurut Miftakhul Anwar, Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan
masyarakat (Salingtemas) adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-
Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun
1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia. National Science
Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini sebagai
belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Dengan
volume informasi dalam masyarakat yang terus meningkat dan kebutuhan bagi
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan hubungannya dengan kehidupan
masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka model pembelajaran SETS
dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, model pembelajaran ini
mencakup interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan anak. Model pembelajaran ini dimaksudkan untuk
menjembatani kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi
ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan
masyarakat sehari -hari4.
Menurut Sutarno dalam Mitri, urutan singkatan SETS membawa pesan bahwa
untuk menggunakan sains (S) terbentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat (S) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada
lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Dengan model pembelajaran ini,
siswa dikondisikan agar mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan
karya teknologi (sederhana atau yang lebih rumit tergantung jenjang pendidikan)
disertai dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan
dampak negatif yang timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap
lingkungan dan masyarakat5.

4
Miftakhul Anwar, Penerapan Pendekatan SETS (Science Environment Technology And
Social) Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA, h.3,
(http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf, Pada 10/12/2012).
5
Mitri Irianti., Zulirfan., Arifah Zaini, Pembelajaran Sains Fisika Melalui Pendekatan SETS
(Science Environment Technology Society) pada Siswa Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek,
Jurnal Geliga Sains 1 (2), 1-7, 2007, ISSN 1978-502X, h. 2,
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada 07/03/2014).
11

Sedangkan menurut Binadja dalam Juniati, model pembelajaran Salingtemas


merupakan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni Sains,
Lingkungan, Teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran. Materi
pelajaran dikaitkan dengan contoh-contoh nyata yang berhubungan dengan
masyarakat di sekitar peserta didik yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mudah memahami materi tersebut6.
Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses
penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun
perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan
kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang
memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi
dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Model pembelajaran
Salingtemas dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota
masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses model pembelajaran
ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi
potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah,
mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi
berdasarkan keputusan tertentu7.

b. Hakekat Salingtemas
Hakekat Salingtemas dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus
melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan Salingtemas.
Pendidikan Salingtemas harus mampu membuat peserta didik yang
mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti
hubungan tiap-tiap elemen dalam Salingtemas. Hubungan yang tidak terpisahkan
antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal
balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang
dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap

6
Juniati, Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode
Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi dan Daya Listrik,
Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Juli 2009, h. 16,
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013).
7
Miftakhul Anwar, op cit., h. 4.
12

problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu
global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi8.
Sains (Biologi) dimulai dengan menganggap aneh atau mempertanyakan
suatu penomena, dilanjutkan dengan penciptaan kemungkinan jawaban atau
pertanyaan yang dimaksud, kemudian mengguji jawaban mana yang memiliki
alasan kuat dan dapat diterima; technology secara sederhana belajar memanipulasi
alam untuk manfaat, sesuatu yang manusia sudah melakukannya dengan terampil
sejak awal keberadaannya, dan kehidupan (society) dimulai dengan pandangan
bahwa tidak ada seorang sosok pribadi pun yang terpisah dari lingkungan
(environmental), dan hubungan dengan orang lain adalah dasar keberadaanya.

c. Tujuan Salingtemas
Menurut Darwiyanto, Tujuan pendekatan Salingtemas adalah untuk
membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki
kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. Tujuan utama
pendidikan dengan Model pembelajaran Salingtemas adalah mempersiapkan
peserta didik menjadi wagra negara dan warga masyarakat yang memiliki suatu
kemampuan dan kesadaran untuk:
1) menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep-
konsep/prinsip-prinsip dan proses sain dan teknologi pada situasi nyata.
2) melakukan perubahan.
3) membuat keputusan-keputusan yang tepat dan mendasar tentang isu/masalah-
masalah yang sedang dihadapi yang memiliki komponen sain dan teknologi.
4) merencanakan kegiatan-kegiatan baik secara individu maupun kelompok
dalam rangka pengambilan tindakan dan pemecahan isu-isu atau masalah-
masalah yang sedang dihadapi.
5) bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya.
6) mempersiapkan peserta didik untuk menggunakan sains bagi pengembangan
hidup dan mengikuti perkembangan dunia teknologi.

8
Ibid., h. 6-7.
13

7) mengajar para peserta didik untuk mengambil tanggung jawab dengan isu-isu
lingkungan, teknologi, atau masyarakat.
8) mengidentifikasi pengetahuan fundamental sehingga peserta didik secara
tuntas memperoleh kepandaian dengan isu-isu Salingtemas9.
Sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia
pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Hal ini dapat dipahami karena ilmu
pengetahuan pada dasarnya menjelaskan tentang konsep. Sedangkan teknologi
merupakan suatu seni/keterampilan sebagai perwujudan dari konsep yang telah
dipelajari dan diipahami. Dengan kata lain untuk memahami sains dan teknologi
berarti harus memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan
menggunakan konsep-konsep ilmu, mengenal teknologi yang ada di masyarakat
serta dampaknya, mampu menggunakan dan memelihara hasil teknologi, kreatif
membuat hasil teknologi sederhana, dan mampu mengambil keputusan
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakatnya.

Gambar 2.1. Hubungan timbal balik unsur-unsur pendidikan


Salingtemas10.

9
Darwiyanto, Pembelajaran IPA Berwawasan Science Environment Technology and Society
(SETS), h.3, (http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=170#sthash.DKON6SM4.dpbs,
Pada 17/01/2012).
10
Miftakhul Anwar, op cit., h. 10.
14

d. Salingtemas dalam Pendidikan


Hakekat Salingtemas dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus
melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan Salingtemas.
Pendidikan Salingtemas harus mampu membuat peserta didik yang
mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti
hubungan tiap-tiap elemen dalam Salingtemas. Hubungan yang tidak terpisahkan
antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal
balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang
dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap
problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu
global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
Pembelajaran IPA berwawasan Salingtemas adalah suatu model pembelajaran
pembelajaran ipa yang menghubung-kaitkan antara konsep yang sedang dipelajari
dengan elemen-elemen lingkungan, teknologi dan masyarakat. Model
pembelajaran ini memiliki landasan filosofis untuk membawa siswa memiliki
wawasan terbuka dan memandang sains atau IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, karena pada dasarnya
dalam kehidupan manusia, elemen-elemen tersebut sebenarnya saling terkait.
Urutan akronim SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S)
ke bentuk teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S) perlu
dipikirkan berbagai implikasinya pada lingkungan (E) baik lingkungan fisik
maupun mental. Belajar IPA (Science) hakikatnya belajar tentang fenomena-
fenomena alam yang terjadi di sekitar kita. Dimulai menganggap aneh atau
mempertanyakan suatu fenomena yang ada dilingkungan sekitar kita
(evironmental), dilanjutkan dengan penciptaan kemungkinan-kemungkinan
jawaban untuk pertanyaan yang dimaksud dan menguji jawaban-jawaban mana
yang memiliki alasan kuat dan dapat diterima. Selanjutnya, teknologi
(Technology) secara sederhana diartikan sebabagi belajar memanipulasi alam
untuk manfaat atau keuntungan pribadi, dimana manusia sebenarnya telah
melakukannya sejak awal keberadaannya. Sedangkan kehidupan manusia dalam
masyarakat (Society) dimulai dengan pandangan bahwa tidak seorang pun yang
15

dapat memisahkan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, adalah aneh bila
dalam pembelajaran IPA, kita hanya memberikan penekanan pada konsep tanpa
menghubung-kaitkan dengan elemen-elemen lain selain Salingtemas 11.

e. Langkah-langkah model pembelajaran Salingtemas


Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Salingtemas meliputi beberapa langkah, Dass mengemukakan empat langkah
kegiatan kelas yang secara komprehensif merupakan upaya mengembangkan
pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek SETS yang berhubungan
preservice guru12. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase invitasi
atau undangan atau inisiasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan
mengambil tindakan13.
1) Fase Invitasi, Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru melakukan
brainstorming dan menghasilkan beberapa kemungkinan topik untuk
penyelidikan. Topik dapat bersifat global atau lokal, tetapi harus merupakan
minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan bagi
siswa. Menurut Aisyah dalam Darwiyanto, Apersepsi dalam kehidupan juga
dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa
dengan materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya
kesinambungan pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah
diketahui siswa sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari14.
2) Eksplorasi, pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis
penyelidikan. Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-
pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data
dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan

11
Darwiyanto, op cit., h. 5-6.
12
Pradeep M Dass, Using a Science/Technology/Society Approach To Prepare Reform-
Oriented Science Teachers: The Case of a Secondary Science Methods Course, Journal Issues in
Teacher Education, Volume 14, Number 1, Spring 2005, h. 99,
(http://www1.chapman.edu/ITE/15dass.pdf, pada 17/01/2013).
13
Miftakhul Anwar, op cit., h. 13.
14
Darwiyanto, op cit., h.7.
16

sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi,


siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk
menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang
hujan asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki sifat-
sifat asam dan basa. Penyelidikan ini memberikan pemahaman dasar untuk
pengembangan, pengujian hipotesis, dan mengusulkan tindakan15. Menurut
Aisyah dalam Miftakhul, tahap kedua ini merupakan proses pembentukan
konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode.
Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan
kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi
kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan
melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang
benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman
konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut
aplikasi konsep dalam kehidupan16.
3) Fase Mengusulkan Penjelasan dan Solusi, Pada tahap ini, siswa mengatur
dan mensintesis informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam
penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di
lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis
mereka, dan kemudian mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal
untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan
kepada rekan-rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil,
dan tindakan yang diusulkan17. Menurut Aisyah dalam Darwiyanto, apabila
selama proses pembentukan konsep dalam tahap ini tidak tampak ada
miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu
dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep
melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam
bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang
ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama
15
Pradeep M Dass, op cit., h. 99.
16
Miftakhul Anwar, op cit., h. 14.
17
Pradeep M Dass, op cit., h. 99.
17

dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada
akhir pembelajaran18.
4) Fase Mengambil Tindakan, Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase
ketiga (mengajukan penjelasan dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan
mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial. Jika tindakan ini melibatkan
masyarakat sebagai pelaksana, misalnya membersihkan daerah berbahaya
anak dapat menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan
temuan mereka. Anak menyajikan informasi ini kepada rekan-rekan kelas
mereka. Proposal ini akan dimasukkan sebagai tindakan follow up19.

Alternatif lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran Salingtemas adalah


dengan menggunakan metode siklus. Siklus pembelajaran bervisi Salingtemas
dapat dilakukan melalui kegiatan yang terdiri atas lima tahap kegiatan untuk
setiap pokok bahasan atau kompetensi dasar, sebagai berikut:
1) Tantangan (Challenge)
Tahapan tantangan merupakan proses untuk melihat permasalahan
lingkungan yang terkait dengan materi yang dibahas dan tujuan pencapaian
kompetensi dasar sesuai dengan indikator yang ditetapkan. Pada bagian ini peserta
didik diminta untuk membaca sinopsis yang membawa mereka pada tujuan dari
siklus kegiatan tersebut. Diakhir sinopsis ini ada beberapa pertanyaan yang harus
dijawab peserta pada lembar kegiatan pemikiran awal (Initial Thoughts)
2) Jawaban awal (Initial thoughts)
Tahap ini merupakan jawaban atas permasalahan yang diberikan dalam tahap
tantangan (Challenge). Jawaban merupakan hasil pemikiran individual peserta
didik dari pengetahuannya sendiri, yang tergantung pada keluasan dan kedalaman
pengetahuan dan pengalaman peserta dalam kegiatannya sehari-hari dan
pandangan peserta didik ke depan.

18
Darwiyanto, op cit., h. 6.
19
Pradeep M Dass, op cit., h. 99.
18

3) Sumber (Resources)
Pada tahap ini peserta didik diuji berpikir kritisnya dan ketrampilan
membacanya, dengan membaca sumber-sumber yang diberikan yang terkait
langsung dengan masalah yang diberikan pada tahap tantangan (Challenge) atau
hanya sebagai pendukung yang dapat membawa peserta didik pada pemikiran-
pemikiran baru untuk Sumber Informasi Revisi Jawaban Kerja Kelompok
Jawaban Awal Tantangan menjawab masalah-masalah pada tahap pertama. Pada
kegiatan ini peserta diberikan dua macam sumber. Pertama berupa bahan bacaan
yang diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui CD SPM, maupun dari
internet. Kedua berupa dialog langsung dengan guru sebagai fasilitator.
4) Revisi jawaban (Revised thinking)
Tahap ini masih merupakan kerja individual peserta didik yang merupakan
respon atas sumber-sumber yang diperoleh dari tahap ketiga, baik dari sumber
tertulis maupun dialog interaktif dengan guru atau fasilitator. Pada tahap ini
peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil pemikiran awalnya pada
tahap kedua. Pada tahap ini peserta didik diuji tingkat keterbukaan berpikirnya
dengan mempertimbangkan masukan informasi tertulis, guru atau fasilitator pada
tahap ketiga.
5) Kerja kelompok (Group work)
Setelah melakukan kegiatan individual, peserta didik diminta dalam
kelompoknya untuk membandingkan hasil-hasil pemikirannya, dengan pemikiran
kelompok. Dan diharapkan terdapat kesepakatan yang diwujudkan dalam hasil
pemikiran kelompok untuk menjawab permasalah dalam tahap tantangan
(Challenge). Hasil pemikiran kelompok ini selain dituliskan pada lembar kegiatan
sendiri, juga diminta untuk dituliskan dalam kertas untuk ditempel pada bidang
tempel yang telah disediakan. Kemudian setiap kelompok melakukan
perbandingan antar pemikiran kelompok (Gallery Walk) dengan membaca hasil
pemikiran kelompok lain. Fasilitator akan memberi kesempatan pada peserta didik
untuk menuliskan dan menyampaikanhasil pemikiran seluruh kelompok jika dapat
19

dilakukan, atau membuat membuat daftar keragaman berpikir kelompok sebagai


hasil dari siklus kegiatan hari itu.

3. Hasil Belajar Afektif


a. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya 20. Kemampuan tersebut meliputi keberhasilan
siswa dalam mencapai perilaku yang berada di dalam dirinya dan tergantung pada
tingkah laku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna.
Hasil belajar menurut Bloom mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar,
dan hasil afektif. Andersen sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik
manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal
berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah
psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga
ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam
bidang pendidikan21.
Ada tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa
besar pencapaian kompetensi tersebut, yakni penilaan terhadap:
1) Kognitif
Hasil belajar penguasaan kognitif bertujuan untuk mengukur penguasaan dan
pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi esensial sebagai konsep kunci
dan prinsip utama.
2) Afektif
Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi
penguasaan dan pemilihan kecakapan prose atau metode.

20
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h. 22.
21
Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), h.2,
(http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf, pada 30/01/2013).
20

3) Psikomotor
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah seorang menerima pengalaman belajar22.

b. Penilaian Ranah Afektif


Pengertian afektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“berkenaan dengan perasaan”23. Menurut Popham dalam Sudatha, “ranah afektif
menentukan keberhasilan belajar seseorang”24. Orang yang tidak memiliki minat
pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal.
Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga
diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi
oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan
sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran
tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun
para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan
pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena
itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program
pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus
memperhatikan karakteristik afektif peserta didik25.
Tujuan dilaksanakannya evaluasi hasil belajar afektif adalah untuk
mengetahui capaian hasil belajar dalam hal penguasaan domain afektif dari
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh setiap peserta didik setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung26.

22
Ahmad Sofyan., Tonih Feronika., Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 14-24.
23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h.14.
24
I Gde Wawan Sudatha, Penilaian Ranah Afektif, h.1, (http://www.undiksha.ac.id/e-
learning/staff/images/img_info/4/lt_10-548.pdf , pada 31/01/2013, 2011).
25
Pengembangan…, op cit., h. 3.
26
Umi Chotimah, Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran
PKn di Sekolah Menengah Pertama, h.8,
21

Hasil belajar afektif diklasifikasikan oleh Bloom. Ke dalam lima jenjang


secara hirarkis yaitu:
Tabel 2.1. Kata kerja ranah Afektif sesuai dengan Taksonomi Bloom 27
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
(A1) (A2) (A3) (A4) (A5)
Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah
Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah perilaku
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Berakhlak
Memberi Mengompromikan Meyakinkan Mengklasifikasikan mulia
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengombinasikan Mempengaruhi
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Mendengarkan
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Mengkualifikasi
Menyetujui Mengundang Membentuk Melayani
Menampilkan Menggabungkan pendapat Menunjukkan
Melaporkan Mengusulkan Memadukan Membuktikan
Memilih Menekankan Mengelola Memecahkan
Mengatakan Menyumbang Menegosiasi
Memilah Merembuk
1) Receiving/attending
Receiving/attending yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari
luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.
2) Responding
Responding/Jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Valuing
Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau
stimulus yang menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Dalam evaluasi ini
termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman
untuk menerima nilai dan kesepakatan untuk menerima nilai tersebut.

(http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instrumen_dst)_UC.pdf,
pada 22/01/2013).
27
Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, 2010), h. 51,
(http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Menteri/Petunjuk%20Tek
nis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan%20Pedoman%20Penilaian%20_ISI-
Revisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).
22

4) Organization
Organization (organisasi) yaitu perkembangan dari nilai ke dalam satu system
organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5) Characterization
Characterization merupakan ranah afektif yang tertinggi yaitu karakterisasi nilai,
yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Ke dalamnya termasuk
keseluruhan nilai dan karakteristiknya 28.

Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan


sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi
seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang
termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan
derajat atau kekuatan dari perasaan. Sebagian orang kemungkinan memiliki
perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan
orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu
baik atau buruk. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka
karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu
pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan
merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target.
Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau
pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-
kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui.
Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik
tersebut cenderung sadar bahwa target kecemasannya adalah tes29.

28
Nana Sudjana, op cit., h. 30.
29
Pengembangan…, op cit, h. 3-4.
23

Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat,
konsep diri, nilai, dan moral;
1) Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik, dan sebagainya.
2) Minat
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang
mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
3) Konsep diri
Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan
kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya
seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang
karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
4) Nilai
Nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam
mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Target nilai cenderung menjadi ide,
target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat
positif dan dapat negatif.
5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang
lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Moral berkaitan
dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
24

Ranah afektif lain yang penting adalah:


 Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam
berinteraksi dengan orang lain.
 Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya
moral dan artistik.
 Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan
yang sama dalam memperoleh pendidikan.
 Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi
kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang. 30

Komponen penilaian afektif seperti yang tercantum dalam Standar


Kompetensi Lulusan meliputi: 31
1) memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
ajaran agama masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari,
2) menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya,
3) menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
terbaik dalam bidang pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan,
4) menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan
tindakan anti korupsi,
5) mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sikap cermat dan menghargai hak
atas kekayaan intelektual,
6) menunjukkan sikap toleran dan empati terhadap keberagaman budaya yang
ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional,
7) menunjukkan sikap peduli terhadap bahasa dan dialek, dan
8) menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan
hasil yang terbaik dalam bidang iptek.

30
Petunjuk…, op cit, h. 46.
31
Ibid., h. 46-47.
25

c. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif


Dalam skala nasional (dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional)
domain atau ranah afektif memiliki cakupan lebih banyak dibandingkan dengan
domain atau ranah kognitif dan psikomotor. Penjabaran tujuan pendidikan
nasional ke dalam tujuan jenjang dan satuan pendidikan, kelompok mata
pelajaran hingga tujuan mata pelajaran, tidak terlepas dengan tujuan pendidikan
nasional, hanya proporsi dari masing-masing domain tersebut tidak sama
untuk masing-masing mata pelajaran32.
Dalam memilih karakterisitik afektif untuk pengukuran, para pengelola
pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program sekolah.
Masalah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan diukur. Isi dan validitas
konstruk ranah afektif tergantung pada definisi operasional yang secara langsung
mengikuti definisi konseptual.
Menurut Andersen dalam Direktorat Pembinaan SMA ada dua metode yang
dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan
metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada asumsi
bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang
ditampilkan dan/atau reaksi psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang
mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun hal ini
menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Menurut Lewin dalam buku petunjuk teknis penilaian afektif yang disusun
oleh Direktorat Pembinaan SMA, perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak
(kognitif, afektif, dan psikomotor) dan karakteristik lingkungan saat perilaku atau
perbuatan ditampilkan. Jadi tindakan atau perbuatan seseorang ditentukan oleh
watak dirinya dan kondisi lingkungan. 33

32
Rohmad Qomari, Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif, Jurnal Pemikiran
Alternatif Pendidikan, INSANIA, Vol. 13, No. 1, Jan-Apr 2008, h.7,
(http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/7-pengembangan-instrumen-evaluasi-domain-
afektif-rohmad-qomari.pdf. Pada 13/12/2012.
33
Petunjuk…, op cit., h. 7.
26

Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep


diri, nilai, dan moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen
penilaian afektif, yaitu:
1) menentukan spesifikasi instrumen
Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif,
yaitu instrumen (1) sikap, (2) minat, (3) konsep diri, (4) nilai, dan (5) moral.
Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan empat hal yaitu (1)
tujuan pengukuran, (2) kisi-kisi instrumen, (3) bentuk dan format instrumen, dan
(4) panjang instrumen.
Setelah menetapkan tujuan pengukuran afektif, kegiatan berikutnya adalah
menyusun kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi (blueprint) , merupakan matrik yang
berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Langkah pertama dalam
menentukan kisi-kisi adalah menentukan definisi konseptual yang berasal dari
teori-teori yang diambil dari buku teks. Selanjutnya mengembangkan definisi
operasional berdasarkan kompetensi dasar, yaitu kompetensi yang dapat diukur.
Definisi operasional ini kemudian dijabarkan menjadi sejumlah indikator.
Indikator merupakan pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator bisa
dikembangkan dua atau lebih instrumen.

2) menulis instrumen
Tabel 2.2. Kisi-kisi Instrumen

Penilaian ranah afektif peserta didik dilakukan dengan menggunakan


instrumen penilaian afektif sebagai berikut:
a) Instrumen Sikap
Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif
atau negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan. Kata-kata yang sering
27

digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang;


menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak
diingini.
b) Instrumen Minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat peserta
didik terhadap suatu mata pe lajaran yang selanjutnya digunakan untuk
meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut.
c) Instrumen Konsep Diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk
menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh peserta didik.
d) Instrumen Nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi peserta didik.
Kegiatan yang disenangi peserta didik di sekolah dipengaruhi oleh nilai (value)
peserta didik terhadap kegiatan tersebut. Misalnya, ada peserta didik yang
menyukai pelajaran keterampilan dan ada yang tidak, ada yang menyukai
pelajaran seni tari dan ada yang tidak. Semua ini dipengaruhi oleh nilai peserta
didik, yaitu yang berkaitan dengan penilaian baik dan buruk.
Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat atau
keinginan berbuat. Nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap dan aktivitas atau
tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap sesuatu merupakan refleksi dari
nilai yang dianutnya.
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu.
Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang
negatif. Hal-hal yang positif ditingkatkan sedang yang negatif dikurangi dan
akhirnya dihilangkan.
e) Instrumen Moral
Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui moral peserta didik.
28

3) menentukan skala instrument


Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian afektif adalah Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.

4) menentukan pedoman penskoran


Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila
digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor
terendah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi
7 terendah 1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap butir 5 dan
terendah 1. Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih
jawaban pada katergori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk menghindari hal
tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 (empat) pilihan,
agar jelas sikap atau minat responden.
Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat kelas,
yaitu dengan mencari rerata (mean) dan simpangan baku skor. Selanjutnya
ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan
minat kelas terhadap suatu mata pelajaran.

5) menelaah instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir pertanyaan/
pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan komunikatif dan
menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir peranyaaan/pernyataan tidak bias,
d) format instrumen menarik untuk dibaca, e) pedoman menjawab atau mengisi
instrumen jelas, dan f) jumlah butir dan/atau panjang kalimat
pertanyaan/pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan untuk
dibaca/dijawab.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk
suatu kuesioner, yaitu:
a) Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan
responden
b) Pertanyaannya jangan samar-samar
29

c) Hindari pertanyaan yang bias.


d) Hindari pertanyaan hipotetikal atau pengandaian.
Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perbaikan
dilakukan terhadap konstruksi instrumen, yaitu kalimat yang digunakan, waktu
yang diperlukan untuk mengisi instrumen, cara pengisian atau cara menjawab
instrumen, dan pengetikan.

6) merakit instrumen
Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen dirakit, yaitu menentukan
format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan/ pernyataan. Format instrumen
harus dibuat menarik dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk
membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya dipisahkan
dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi
panjang. Urutkan pertanyaan/pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam
menjawab atau mengisinya.

7) melakukan ujicoba
Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan
tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta
didik. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang
ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah peserta didik SMA, maka sampelnya
juga peserta didik SMA. Sampel yang diperlukan minimal 30 peserta didik, bisa
berasal dari satu sekolah atau lebih.

8) menganalisis hasil ujicoba


Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir
pertanyaan/pernyataan. Jika menggunakan skala instrumen 1 sampai 7, dan
jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7, maka butir pertanyaan/pernyataan
pada instrumen ini dapat dikatakan baik. Namun apabila jawabannya hanya pada
satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen
30

ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda.
Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, butir instrumen tergolong baik.
Indikator lain yang diperhatikan adalah indeks keandalan yang dikenal
dengan indeks reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal 0,70. Bila indeks ini
lebih kecil dari 0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu
diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimal 0,70.

9) memperbaiki instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/ pernyataan yang tidak
baik, berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil telaah instrumen baik,
namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Untuk itu butir pertanyaan/pernyataan
instrumen harus diperbaiki. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari
responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan pertanyaan terbuka.

10) melaksanakan pengukuran


Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang
digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu responden sudah lelah. Ruang
untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya (penerangan) yang cukup dan
sirkulasi udara yang baik. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak
terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya pada
responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen. Pengisian
instrumen dimulai dengan penjelasan tentang tujuan pengisian, manfaat bagi
responden, dan pedoman pengisian instrumen.

11) menafsirkan hasil pengukuran


Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil
pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada
skala dan jumlah butir pertanyaan/pernyataan yang digunakan.
31

d. Observasi
Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner juga bisa
dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya sama, yaitu dimulai
dengan penentuan definisi konseptual dan definisi operasional. Definisi
konseptual kemudian diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini
menjadi isi pedoman observasi. Misalnya indikator peserta didik berminat pada
mata pelajaran matematika adalah kehadiran di kelas, kerajinan dalam
mengerjakan tugas-tugas, banyaknya bertanya, kerapihan dan kelengkapan
catatan. Hasil observasi akan melengkapi informasi dari hasil kuesioner. Dengan
demikian informasi yang diperoleh akan lebih akurat, sehingga kebijakan yang
ditempuh akan lebih tepat.34
Penelitian ini membatasi penilaian ranah afektif yang diukur pada sikap dan
minat siswa, hal ini dikarenakan banyaknya instrument yang harus dibuat dan
diukur, serta waktu yang diperlukan untuk melakukan pengukuran, ditambah
keterbatasan peneliti dalam menyusun, mengukur dan menganalisis intrumen
tersebut.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan teori, dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran SALINGTEMAS, siswa lebih antusias dan senang belajar sains dan
lebih mudah memahami konsep-konsep sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar afektif siswa. Teori ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian berikut ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Ajib Setyo dengan judul “Pembelajaran
Bermakna Berpendekatan SETS Pada Pelajaran Biologi Untuk Menumbuhkan
Kepedulian Terhadap Lingkungan”, Kesimpulan dari penelitian ini adalah,
perangkat pembelajaran berpendekatan SETS pada materi fotosintesis yang
dikembangkan, dikategorikan sangat bermakna untuk meningkatkan aktivitas
pembelajaran dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan 35.

Ibid, h. 8 – 17.
34
35
Ajib Setyo, Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk
Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan, Jurnal Bioma, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, h.
32

Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Juniarti dengan judul
“Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan
Metode SETS Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada
Konsep Energi Dan Daya Listrik” menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik
belajar fisika meningkat dan penggunaan model pembelajaran SETS pada konsep
Energi dan Daya Listrik dapat meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar
peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Purworejo tahun pelajaran 2009/201036.
Penelitian yang dilakukan oleh Nuray Yörük dkk. dengan judul “The effects
of science, technology, society, environment (STSE) interactions on teaching
chemistry” dengan hasil penelitian, adanya peningkatan yang signifikan secara
statistik yang diamati pada kelompok eksperimen yang menerima instruksi
menggunakan hubungan STSE. Sedangkan perubahan yang diamati pada
kelompok kontrol secara statistik tidak signifikan. Perbedaan antara kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dalam posttests adalah kelompok eksperimen
lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.37
Penelitian yang dilakukan oleh Kerry Shephard dengan judul “Higher
education for sustainability: seeking affective learning outcomes” dengan hasil
penelitian, menunjukkan bahwa hal yang penting dalam pendidikan untuk
keberlanjutan adalah kebutuhan hasil belajar afektif berupa nilai, sikap, dan
tingkah laku. Hal ini menggambarkan dasar-dasar teoritis dari bentuk pendidikan
dan menafsirkan berbagai upaya pendidikan.38
Penelitian yang dilakukan oleh Karen Neuman Allen dengan judul “Affective
learning: A taxonomy for teaching social work values” dengan hasil penelitian,
bahwa pembelajaran afektif konsisten dengan prinsip-prinsip pekerjaan sosial,
dari penggunaan hati nurani, pengakuan seni dan ilmu praktek pekerjaan sosial,

161-170, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada


12/03/2013).
36
Juniarti, op cit.
37
Nuray Yörük., Inci Morgil., Nilgun Secken, The effects of science, technology, society,
environment (STSE) interactions on teaching chemistry, Journal Natural Science, Vol.2, No.12,
1417-1424, 2010, (http://www.scirp.org/journal/NS/. Pada 15/05/2013).
38
Kerry Shephard, Higher education for sustainability: seeking affective learning outcomes,
International Journal of Sustainability in Higher Education, Vol. 9 No. 1, 2008 pp. 87-98,
Emerald Group Publishing Limite, 2008, (www.emeraldinsight.com/reprints. Pada 14/02/2013).
33

kepentingan memperbaiki hubungan, dan integrasi nilai-nilai keprofesian.


Pembelajaran afektif sepenuhnya lebih menghargai dan membantu untuk
memahami prinsip kerja kognitif sosial dan mungkin dapat menunjukkan
beberapa keterampilan, tetapi kurang ketika menunjukkan pembelajaran afektif
secara keseluruhan.39

C. Kerangka Pikir
Proses belajar mengajar dalam sebuah pembelajaran dilakukan oleh guru dan
siswa, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan kelas dengan menggunakan
berbagai sumber belajar yang relevan.
Adanya keterlibatan siswa yang aktif dalam pembelajaran untuk menemukan
sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan, sehingga pada akhirnya
siswa dapat memahami konsep-konsep biologi secara utuh, hal tersebut
merupakan upaya dalam mengembangkan pembelajaran Biologi.
Model pembelajaran Salingtemas dalam pembelajaran diawali dengan
memunculkan masalah/isu pada awal pertemuan. Hal ini bertujuan untuk melatih
peserta didik agar berfikir kritis, memotivasi belajar dan meningkatkan
kemampuan megaplikasikan konsep ke dalam kehidupan nyata sehingga siswa
menjadi lebih memahami konsep yang dipelajari.

39
Karen Neuman Allen., Bruce D. Friedman, Affective learning: A taxonomy for teaching
social work values, Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat
Communications, 2010, (http://www.socialworker.com/jswve, Pada 20/03/2013).
34

Bagan kerangka berfikir:

Proses Belajar Mengajar

Guru Siswa

Pendekatan Salingtemas
 Menemukan isu yang ada di masyarakat dan keterkaitannya dengan
konsep yang sedang dipelajari.
 Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap isu yang
dikemukakan.
 Siswa mengintegrasikan sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
 Siswa berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang ada di
masyarakat dan lingkungan mengenai konsep yang sedang
dipelajari

Meningkatkan Pemahaman Konsep

Analisis Hasil Belajar Afektif Siswa melalui


model pembelajaran Salingtemas.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Pasawahan : Jl. Raya
Pasawahan Kec. Pasawahan Kab. Kuningan 45559.
Waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester ganjil, tahun ajaran
2013/2014 pada konsep Jamur pada bulan November 2013.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, analisis
deskriptif adalah metode penelitian yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan
klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau keyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti.1 Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang sedang diselidiki dengan tujuan mendapatkan kesimpulan
yang diharapkan.
Penelitian dilakukan dengan cara meneliti langsung objek penelitian yaitu
siswa kelas X SMA Negeri 1 Pasawahan dan difokuskan pada ranah afektif dalam
proses pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran
SALINGTEMAS. Setelah itu, menganalisis dan mendeskripsikan hasil penelitian
yang telah dilakukan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi menurut Sedarmayati dalam Mahmud adalah himpunan keseluruhan
karakteristik dari objek yang diteliti. Populasi juga merupakan keseluruhan atau

1
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Ed.1., Cet, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 20.

35
36

totalitas objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. 2 Penelitian dapat
disebut sebagai penelitian populasi apabila peneliti ingin meneliti semua yang ada
dalam cakupan penelitian dan melihat semua yang ada dalam populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas X Semester I SMA
Negeri 1 Pasawahan Tahun Ajaran 2013/2014. jika subyek penelitian lebih dari
100, maka hanya di ambil 10% dari jumlah populasi yang ada untuk dijadikan
sampel.
Dalam penelitian ini terdapat batasan atau target populasi subjek penelitian
yaitu siswa Kelas X Semester I SMA Negeri 1 Pasawahan Tahun Ajaran
2013/2014. Subjek penelitian diambil dari Kelas X Semester I SMA Negeri 1
Pasawahan Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki.3 Dalam penelitian
ini peneliti akan mengambil sampel sebanyak dua kelas. Diharapkan sampel yang
nantinya terpilih merupakan sampel yang dapat mewakili dari keseluruhan
populasi yang ada SMA Negeri 1 Pasawahan.
a. Teknik Sampling
Jenis teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Teknik ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih
menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Misalnya orang yang
mempunyai tingkat pendidikan tertentu, jabatan tertentu, usia tertentu yang pernah
aktif dalam kegiatan tertentu.4 Ciri-ciri spesifik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kelas X-1 dan X-2 SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan.
b. Ukuran Sampel
Ukuran sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hal ini
diterapkan apabila peneliti hanya akan meneliti sebagian dari populasi dan
kemudian bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Penelitian

2
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h.154.
3
Lili Surayya Eka Putri, Metodologi Penelitian untuk Bidang Sains, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007), h.21.
4
S Nasution, Metode Research, (Bandung: Jemmars, 1991), h. 132.
37

sampel dilakukan apabila keadaan subjek di dalam populasi benar-benar


homogen. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat
menggambarkan kesimpulan sampel sekaligus kesimpulan populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini dilaksanakan dengan menganalisis hasil belajar afektif pada
ranah sikap dan minat dengan menggunakan model pembelajaran
SALINGTEMAS. Teknik pengumpulan data domain afektif dalam penelitian ini
menggunakan teknik non testing. Menurut Umi Chotimah, Teknik non testing
adalah teknik evaluasi yang menggunakan instrument bukan tes sebagai alat
ukurnya.5 Teknik non testing yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
pedoman wawancara, lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS, dan
laporan praktikum siswa.
Variabel yang diteliti adalah variable X yaitu hasil belajar afektif berupa
ranah sikap dan minat serta variable Y yaitu model pembelajaran
SALINGTEMAS. Data diperoleh dari hasil pengamatan berupa lembar penilaian
proses praktikum, bahan ajar LKS, dan laporan praktikum siswa.
Kisi-kisi instrumen pedoman wawancara, penilaian proses praktikum,
penilaian LKS praktikum, dan penilaian laporan praktikum siswa disajikan pada
tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3, dan tabel 3.4 berikut;

5
Umi Chotimah, Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata Pelajaran
PKn di Sekolah Menengah Pertama, h. 8,
(http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instrumen_dst)_UC.pdf,
pada 22/01/2013).
38

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Pra Penelitian

No Variabel Pertanyaan Wawancara

1 Model, metode, dan 1. Model, metode, atau pendekatan apa saja


pendekatan yang yang sering Bapak gunakan dalam
digunakan. pembelajaran biologi?
2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan
konsep pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari?
2 Keterkaitan materi dengan 3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi
Salingtemas pembelajaran dengan aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat?
Contohnya pada materi virus yang bisa
dikaitkan dengan sains dan teknologi
untuk menciptakan sebuah antivirus, dan
juga dikaitkan dengan lingkungan
masyarakat untuk mencegah penularan
dan usaha pengobatan dari penyakit yang
diakibatkan oleh virus.
3 Hubungan salingtemas 4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif
dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan
minat pada mata pelajaran bilogi jika
dihubungkan dengan salingtemas?
Contohnya siswa menunjukkan sikap
kritis dan berpedoman pada data dan
fakta, siswa juga menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat.
5. Bagaimana cara Bapak dalam
meningkatkan hasil belajar afektif siswa?
6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam
pembelajaran biologi?
7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi
kendala siswa dalam pembelajaran
biologi?
39

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penilaian Proses Praktikum


INDIKATOR
Persiapan Pelaksanaan Hasil Praktik Jumlah Nilai
No Nama Siswa Keterangan
Ketepatan Kelengkapan Kelengkapan Sesuai Rasa Ingin Skor Akhir
Ketelitian Kreatif Kerapihan Kebersihan LKS
Waktu Alat Bahan Prosedur Tahu

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan :
Rentang Skor 1-5
41 - 50 : Amat Baik
31 - 40 : Baik
21 - 30 : Cukup
10 - 20 : Kurang

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Penilaian LKS Praktikum


INDIKATOR
Jumlah Nilai
No Nama Siswa Hasil Analisis Jawaban Keterangan
Kesimpulan Kerapihan Skor Akhir
Pengamatan Data Pertanyaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan :
Rentang Skor 1-5
20 - 25 : Amat Baik
15 - 19 : Baik
10 - 14 : Cukup
05 - 09 : Kurang
40

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Penilaian Laporan Praktikum Siswa


INDIKATOR
Kelengkapan &
Ketepatan Ketepatan Jumlah Nilai
No Nama Siswa Sistematika Keterangan
Jadwal Prosedur Kerapihan Skor Akhir
Isi
Pengumpulan Kerja
Laporan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Keterangan :
Rentang Skor 1-5
41 - 50 : Amat Baik
31 - 40 : Baik
21 - 30 : Cukup
10 - 20 : Kurang

E. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk melihat hasil belajar afektif dalam penelitian
ini adalah wawancara, lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS
praktikum, dan laporan praktikum siswa.. Dimana ranah yang diukur diantaranya
sikap dan minat,
1. Pedoman wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
hal-hal yang dipandang perlu.6 Wawancara dilakukan terhadap guru biologi
sebelum dilakukan penelitian, bertujuan untuk melakukan pengkajian data secara
mendalam sebelum melaksanakan penelitian.

6
Rochiati, Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja
Guru dan Dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 9. h. 117. _
41

2. Lembar Penilaian Proses Praktikum


Lembar penilaian proses praktikum atau observasi yaitu mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselidiki.
Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan bahan keterangan mengenai
kenyataan yang hendak dipelajari dan diteliti di lokasi penelitian7.
Lembar penilaian proses praktikum ini berupa penilaian kegiatan atau
aktifitas siswa ketika melakukan praktikum di laboratorium. Di dalamnya meliputi
penilaian pada tahap persiapan sebelum praktikum, penilaian pada tahap
pelaksanaan praktikum, dan penilaian pada tahap hasil akhir dari praktikum.
Setelah itu data yang telah didapat dianalisis sebagai penilaian hasil belajar afektif
siswa.
Lembar penilaian proses praktikum ini digunakan ketika proses praktikum
berkaitan dengan aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran melalui model
pembelajaran Salingtemas. Selain itu, lembar ini digunakan pula untuk
mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Salingtemas pada
aktivitas siswa selama proses praktikum berlangsung maupun terhadap guru yang
sedang menerapkan model pembelajaran Salingtemas dalam pembelajaran
tersebut.8

3. Bahan Ajar (LKS)


Bahan ajar sekaligus LKS ini memuat pedoman untuk melakukan
pengamatan siswa, serta menuliskan hasilnya di LKS tersebut. penyajian materi
dalam LKS diawali dengan judul, kompetensi dasar, tujuan, pedoman
pengamatan, kemudian siswa harus mengisikan hasil pengamatan, menganalisis
dan mnyimpulkan hasil pengamatan, dan dilanjutkan dengan memberikan
pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi konsep biologi sesuai
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa dan menuntut jawaban dalam
bentuk komunikasi.

7
Sanapiah Faisal, op cit., h.123.
8
Lampiran 2 dan 3 Instrumen Lembar Observasi Sikap dan Minat Peserta Didik, h. 89-92.
42

4. Laporan Praktikum Siswa


Laporan praktikum siswa ini merupakan laporan hasil praktikum, dimana
pada awalnya siswa diberi tugas percobaan membuat tape dan tempe untuk
dikerjakan secara berkelompok, kegiatan ini dilakukan diluar jam pelajaran
sekolah dan siswa diberikan kebabasan untuk memilih tempatnya. Hasil dari
percobaan ini harus disajikan dalam bentuk sebuah laporan praktikum yang
nantinya akan dipresentasikan oleh masing-masing kelompok ketika pembelajaran
berlangsung.

Non test pada umumnya memegang peranan yang penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar afektif siswa. Instrumen penilaian afektif terlampir.
Lampiran instrumen pada petunjuk teknis penyusunan perangkat penilaian
afektif di SMA dari direktorat pembinaan SMA 9 dan pengembangan perangkat
penilaian afektif dari direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah 10.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah cara untuk membandingkan 2 (dua) atau lebih variabel
untuk menjawab atau memecahkan masalah yang diteliti menjadi bagian-bagian
yang lebih rinci serta memprediksi data yang sudah terkumpul melalui bantuan
dan metode untuk mengolah data tersebut dan memberikan makna hasil penelitian
sehingga lebih mudah dipahami dan memperoleh hasil yang dapat dipercaya setra
kesimpulan yang dibuat menjadi lebih baik.11
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan bentuk analisis kualitatif,
dimana dalam analisis ini tidak menggunakan model matematika, terbatas hanya
pada menginterpretasikan data dalam table atau grafik dalam suatu uraian. Namun
data kualitatif ini dapat diubah menjadi data kuantitatif melalui penggunaan skala
pengukuran berupa skala Likert. Penggunaan skala pengukuran ini untuk

9
Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA, (Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, 2010),
(http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Menteri/Petunjuk%20Tek
nis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan%20Pedoman%20Penilaian%20_ISI-
Revisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).
10
Pengembangan…, op cit.,
11
Lili Surayya Eka Putri, op cit., h. 60.
43

memberikan skala pada hasil penelitian kualitatif sehingga data akan berupa
angka-angka. Selanjutnya data dapat diolah menggunakan metode statistik.
1. Wawancara
Data hasil wawancara dideskripsikan dalam kalimat kemudian disusun dalam
bentuk rangkuman hasil wawancara. Data ini dapat memperkuat hasil temuan dari
instrument lain.

2. Lembar Penilaian Proses Praktikum


Pedoman penilaian lembar penilaian proses praktikum menggunakan model
skala Likert dengan 4 kriteria, kriteriannya dapat dirumuskan dalam table 3.1
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Proses Praktikum

Rentang Skor Kriteria


41 – 50 Amat Baik
31 – 40 Baik
21 – 30 Cukup
10 – 20 Kurang

3. Lembar Penilaian LKS Praktikum


Lembar penilaian LKS praktikum menggunakan model skala Likert dengan 4
kriteria, kriteriannya dapat dirumuskan dalam table 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian LKS Praktikum

Rentang Skor Kriteria


20 – 55 Amat Baik
15 – 19 Baik
10 – 14 Cukup
05 – 09 Kurang

4. Lembar Penilaian Laporan Praktikum Siswa


44

Lembar penilaian laporan hasil percobaan menggunakan model skala Likert


dengan 4 kriteria, kriteriannya dapat dirumuskan dalam table 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Lembar Penilaian Laporan Praktikum

Rentang Skor Kriteria


41 – 50 Amat Baik
31 – 40 Baik
21 – 30 Cukup
10 – 20 Kurang

Data dari hasil semua di atas disajikan dalam bentuk tabel kemudian
dianalisis menggunakan nilai persentase. Rumus persentase yang digunakan
adalah:12

𝑓
𝑝= 𝑥 100%
𝑁

Keterangan:
𝑝 = Angka persentase
𝑓 = Frekuensi yang akan dicari persentasenya
𝑁 = Number of Cases (Jumlah frekuensi/Banyaknya individu)

12
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), h. 40.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga minggu di SMA Negeri 1 Pasawahan
Kabupaten Kuningan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa
wawancara, lembar penilaian proses praktikum, bahan ajar LKS, dan laporan
praktikum siswa, untuk menganalisis hasil belajar afektif siswa dengan
menggunakan model pembelajaran Salingtemas. Wawancara dilakukan sebelum
melakukan penelitian untuk memperoleh data awal sebelum penelitian. Lembar
penilaian proses praktikum digunakan untuk menganalisis sikap siswa ketika
praktikum dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas. Bahan ajar
LKS digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi
praktikum yang dipelajari dengan baik. Dan laporan praktikum siswa digunakan
untuk mengukur sejauh mana siswa dapat membuat sebuah laporan praktikum
sesuai dengan keterampilan proses sains. Data dari bahan ajar LKS dan laporan
hasil percobaan kemudian dianalisis untuk melihat hasil belajar afektif siswa pada
ranah sikap dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas pada
konsep jamur.
Setelah dilaksanakan penelitian terhadap siswa kelas X sebanyak 65 siswa
pada mata pelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran
salingtemas pada konsep jamur, maka diperoleh data sebagai berikut;
1. Lembar Penilaian Proses Praktikum
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa praktikum
pengamatan jamur, diskusi kelompok, tugas kelompok membuat tape dan tempe,
serta persentasi hasil tugas kelompok. Model pembelajaran yang digunakan yaitu
salingtemas. Hasil belajar afektif siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran
siswa terutama pada saat praktikum, pada saat praktikum dapat terlihat siswa
mana yang memiliki afektif yang bagus dan mana yang tidak. Setelah dilakukan
pengolahan data berdasarkan hasil penilaian proses praktikum, maka diperoleh
data yang disajikan pada tabel 4.1 berikut ini;

45
46

Tabel 4.1. Hasil Penilaian Proses Praktikum


Skor Rata-Rata
No Indikator Persentase
Total Butir Nilai
1 Ketepatan Waktu 287 4,42 88,3%
2 Kelengkapan Alat 265 4,08 81,5%
3 Kelengkapan Bahan 265 4,08 81,5%
4 Ketelitian 267 4,11 82,2%
5 Sesuai Prosedur 286 4,40 88,0%
6 Kreatif 249 3,83 76,6%
7 Rasa Ingin Tahu 248 3,82 76,3%
8 Kerapihan 267 4,11 82,2%
9 Kebersihan 253 3,89 77,8%
10 LKS 285 4,38 87,7%
Jumlah 2.672 41,11 822,2%
Rata-rata 267,20 4,11 82,2%

Tabel 4.1 di atas menunjukkan hasil penilaian proses praktikum pada saat
dilakukan praktikum pengamatan struktur jamur pada pertemuan pertama. Data
pada tabel 4.1 meliputi skot total, rata-rata butir nilai, dan persentase skor yang
diperoleh siswa pada masing-masing indikator. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa nilai terbesar ada pada indikator ke-1 dan 5 yang menyatakan bahwa
“ketepatan waktu” dan “sesuai prosedur” dengan nilai persentase sebesar 88,3%.
Hal ini terlihat dari tidak adanya siswa yang datang terlambat dalam mengikuti
kegiatan praktikum, siswa rata-rata dating tepat waktu dan banyak juga yang
dating sebelum kegiatan praktikum dimulai. Kemudian pada saat kegiatan
praktikum, siswa juga terlihat hati-hati dan memahami semua prosedur yang telah
diberikan dan mengikutinya dengan baik. Dari sini terlihat bahwa siswa memiliki
disiplin yang bagus.
Hasil penilaian proses praktikum dengan nilai terkecil ada apa indikator no-7
yaitu “rasa ingin tahu” dengan nilai persentase sebesar 76,3%. Nilai ini masih
diketegorikan baik. Hal ini terlihat pada saat kegiatan praktikum siswa masih
banyak yang terlalu fokus pada apa yang mereka kerjakan, beberapa siswa juga
masih terlihat malu untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin mereka tanyakan.
Hal ini juga terlihat ketika pertemuan kedua dimana siswa kurang bertanya
mengenai materi pembelajaran tentang klasifikasi jamur, siswa lebih tertarik dan
47

aktif bertanya ketika materi tersebut dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari


seperti pada pertemuan pertama ketika pengamatan jamur dimana siswa
membawa jamur dari rumah, siswa terlihat antusias dan aktif dalam pembelajaran
tersebut. Dan ketika pada pertemuan ketiga dimana masing-masing kelompok
mempersentasekan hasil tugas pembuatan tape dan tempe siswa terlihat aktif,
saling menghargai pendapat kelompok lain, dan saling bekerja sama dengan
kelompoknya. Berikut ini disajikan data penelitian hasil penilaian proses
praktikum dalam bentuk diagram batang pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Persentase indikator hasil penilaian proses praktikum.

Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator pada penilaian


proses praktikum memiliki persentase lebih dari 76% dengan rata-rata pada tabel
4.1 sebesar 82,2%. Hal ini dapat dikategorikan sangat baik mulai dari indikator
ketepatan waktu/disiplin, kelengkapan alat dan bahan, ketelitian, sesuai prosedur,
kreatif, kerapihan, kebersihan, dan LKS yang dikerjakan. Namun pada indikator
rasa ingin tahu, siswa hanya mendapat persentase 76,3%, hal ini dikarenakan
siswa yang pemalu tidak memiliki kesempatan untuk bertanya, siswa yang ingin
bertanyapun kadang tidak mendapat kesempatan untuk bertanya dikarenakan
keterbatasan waktu pembelajaran yang hanya dua jam pelajaran (2x45 menit).
48

2. Bahan Ajar LKS Praktikum


LKS praktikum ini diberikan kepada siswa ketika kegiatan praktikum
pengamatan struktur jamur sebagai pedoman praktikum dan untuk diisi dan
didiskusikan bersama kelompoknya. Tujuannya untuk mengetahui dan mengukur
sejauh mana siswa dapat menguasai materi praktikum yang dipelajari dengan
baik. Setelah dilakukan pengolahan data berdasarkan hasil penilaian LKS
praktikum, maka diperoleh data yang disajikan pada tabel 4.2 berikut ini;

Tabel 4.2. Hasil Penilaian LKS Praktikum


Skor Rata-Rata
No Indikator Persentase
Total Butir Nilai
1 Hasil Pengamatan 246 3,8 75,7%
2 Analisis Data 265 4,1 81,5%
3 Kesimpulan 273 4,2 84,0%
4 Kerapihan 280 4,3 86,2%
5 Jawaban Pertanyaan 249 3,8 76,6%
Jumlah 1313 20,2 404%
Rata-rata 262,6 4,0 80,8%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa indikator hasil pengamatan mendapat nilai


persentase sebesar 75,7% yang merupakan nilai terkecil dibandingkan dengan
indikator yang lainnya, namun masih dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari
jawaban siswa pada LKS praktikum, pada hasil pengamatan siswa masih belum
bisa menggambar jamur yang mereka amati dengan baik dan juga masih ada yang
bingung dalam memberi nama bagian-bainnya serta ciri-ciri dari jamur yang
mereka amati. Namun selebihnya pada analisis data, kesimpulan, kerapihan,
sampai pada jawaban pertanyaan siswa mampu menjawabnya dengan baik karena
mereka juga ditunjang dengan referensi buku dan internet. Berikut ini disajikan
data penelitian hasil penilaian LKS praktikum dalam bentuk diagram batang pada
gambar 4.2 berikut;
49

Gambar 4.2. Persentase Indikator Hasil Penilaian LKS Praktikum.

Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator pada penilaian


proses praktikum memiliki persentase lebih dari 75% dengan rata-rata persentase
pada tabel 4.2 sebesar 80,8%. Hal ini dapat dikategorikan baik dalam hal
menggambarkan hasil pengamatan, mendeskripsikan ciri-ciri jamur yang siswa
amati, memberikan analisis dan kesimpulan, kerapihan, serta menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan konsep jamur yang sedang mereka pelajari.
Semuanya dikerjakan dengan baik. Hal ini menunjukkan siswa antusias atau minat
yang baik dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran salingtemas ini.

3. Laporan Praktikum Siswa


Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini menugaskan siswa untuk
praktikum membuat tape dan tempe secara berkelompok dan dibebaskan untuk
tempat pembuatannya. Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat karya ilmiah
berupa laporan praktikum sesuai dengan percobaan yang mereka lakukan untuk
nantinya dipresentasikan pada saat pembelajaran. Pembuatan laporan praktikum
ini bertujuan untuk melihat sikap ilmiah siswa dalam pembuatan laporan, selain
itu bertujuan untuk melihat disiplin siswa dalam pengumpulan laporan, ketepatan
50

prosedur kerja, dan kerapihan dalam membuat laporan praktikum. Setelah


dilakukan penilaian pada laporan praktikum siswa kemudian data tersebut diolah
dan dapat ditampilkan pada tabel 4.3 berukut;

Tabel 4.3. Hasil Penilaian Laporan Praktikum Siswa.

Skor Rata-Rata
No Indikator Persentase
Total Butir Nilai

1 Ketepatan Jadwal Pengumpulan 273 4,2 84,0%

Kelengkapan & Sistematika


2 255 3,9 78,5%
Isi Laporan

3 Ketepatan Prosedur Kerja 260 4,0 80,0%

4 Kerapihan 260 4,0 80,0%

Jumlah 1048 16,1 322%


Rata-rata 262,0 4,0 81%

Hasil penilaian laporan praktikum siswa pada tabel 4.3 menunjukan pada
indikator kelengkapan dan sistematika isi laporan mendapat nilai presentase
sebesar 78,5%, ini lebih kecil jika di bandingkan dengan indikator ketepatan
jadwal pengumpulan dengan nilai persentase sebesar 84%. Hal ini terjadi
karena dalam hal ketepatan waktu pengumpulan, siswa sebagian besar
menyerahkan tugas mereka sesuai dengan kesepakatan jadwal pengumpulan
adapun yang terlambat hanya 1 atau dua kelompok saja, ini berarti siswa
memiliki disiplin yang bagus. Namun ketika tugas atau laporan praktikum
tersebut diperiksa, ternyata masih ada beberapa siswa yang mengerjakan
laporan praktikum mereka dilihat dari sistematika isi laporan kurang
terstruktur, isi yang disajikan kurang lengkap sesuai dengan sistematika
penulisan dan ada juga yang menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan
kaidah penulisan laporan. Mungkin siswa tersebut masih belum memahami
bagaimana sistematika penulisan dan bahasa yang baik dan benar yang dapat
digunakan dalam penulisan laporan praktikum.
51

Pada tabel 4.3, selain indikator kelengkapan dan sistematika isi laporan,
indikator yang lain mendapatkan nilai persentase lebih dari 80% pada
indikator kerapihan, ketepatan prosedur kerja, bahkan pada indikator
ketepatan jadwal pengumpulan mendapat nilai persentase sebesar 84%. Hal ini
terlihat dari banyaknya siswa yang mengumpulkan laporan tepat waktu
meskipun ada juga beberapa orang yang terlambat dalam mengumpulkan
laporan praktikumnya. Untuk ketepatan prosedur kerja, rata-rata siswa sudah
bisa memahami apa yang ditugaskan oleh guru dan membuat laporan sesuai
dengan yang ditugaskan oleh guru. Dilihat dari sisi kerapihan pun laporan
penelitian siswa terlihat rapih. Berikut ini disajikan data hasil penilaian
laporan praktikum siswa pada gambar 4.3 berikut;

Gambar 4.3 Persentase Indikator Penilaian Laporan Praktikum Siswa.

Gambar 4.3 di atas menunjukkan seluruh indikator mendapatkan nilai


persentase lebih dari 80%, hal ini dapat dikategorikan sangat baik. Meskipun ada
satu indikator yang mendapat nilai persentase 78,5%, namun jika melihat tabel 4.3
yang menunjukkan rata-rata persentase sebesar 81%, maka hasil penilaian laporan
52

praktikum siswa dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik, rapih dan sistematis.

Tabel 4.4 : Frekuensi Rata-rata Hasil Belajar Afektif Siswa

Instrumen Persentase

Penilaian Proses Praktikum 82,8%


Penilaian LKS Praktikum 80,8%
Penilaian Laporan Praktikum 81,0%
Jumlah 244,6%
Rata-rata 81,5%

B. Pembahasan
Frekuensi rata- rata hasil belajar afektif siswa SMA Negeri 1 Pasawahan
yang diperoleh berdasarkan analisis data pada tabel 4.5 menunjukkan nilai
persentase pada kelas X sebesar 82,8% pada penilaian proses praktikum, 80,8%
pada penilaian LKS Praktikum, dan 81% pada penilaian laporan praktikum. Ini
berarti hasil belajar afektif melalui model pembelajaran Salingtemas pada konsep
jamur kelas X tergolong Amat Baik dengan rata-rata penilaian afektif sebesar
81,5%.
Nilai ini didapat karena siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif
dalam belajar, kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan,
peduli terhadap lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran
biologi berlangsung. Selain itu siswa memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin
yang baik, rapih dan sistematis.
Melihat hasil penilaian dari LKS praktikum dan laporan penelitian siswa,
siswa memiliki antusias atau minat yang baik dalam kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran salingtemas, tertarik terhadap media
dan model pembelajaran yang digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi
kelompok dan tugas lapangan dengan model pembelajaran Salingtemas yang
mengambil konsep jamur. Ini terlihat dari nilai persentase yang didapat dati hasil
penilaian LKS dan Laporan praktikum yang sangat baik. Hal ini didapat karena
53

penggunaan model pembelajaran salingtemas, dengan model pembelajaran


salingtemas siswa dapat mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan
kegiatan laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan
masalah, siswa aktif mencari informasi yang diperlukan, menekankan ketrampilan
proses yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah,
mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan
datang, serta siswa dapat bersikap lebih baik dan menerapkan pembelajaran yang
telah didapat dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahawa pembelajaran afektif dengan
menggunakan model pembelajaran salingtemas dapat meningkatkan hubungan
sosial yang baik selama pembelajaran. Hal senada diungkapkan oleh Karen
Neuman Allen bahwa pembelajaran afektif konsisten dengan prinsip-prinsip
pekerjaan sosial, dari penggunaan hati nurani, pengakuan seni dan ilmu praktek
pekerjaan sosial, kepentingan memperbaiki hubungan, dan integrasi berharga
untuk yang memiliki profesi. Lebih sepenuhnya menghargai pembelajaran afektif
membantu untuk memahami prinsip kerja kognitif social dan mungkin dapat
menunjukan beberapa keterampilan1.
Hasil penilaian proses praktikum pada penilaian afektif dengan menggunakan
model pembelajaran salingtemas menunjukkan bahwa aktifitas siswa dalam
pembelajaran sangat baik, hal ini dapat dilihat dari nilai persentase rata-rata
sebesar 82,8% (Tabel 4.4). Hal senada diungkapkan oleh Ajib Setyo yang
menyatakan bahwa perangkat pembelajaran berpendekatan SETS pada materi
fotosintesis yang dikembangkan, dikategorikan sangat bermakna untuk
meningkatkan aktivitas pembelajaran dan menumbuhkan kepedulian terhadap
lingkungan2. Hal senada juga diungkapkan oleh juniarti yang menyatakan bahwa
aktivitas peserta didik belajar fisika meningkat dan penggunaan model

1
Karen Neuman Allen., Bruce D. Friedman, Affective learning: A taxonomy for teaching
social work values, Journal of Social Work Values and Ethics, Volume 7, Number 2, White Hat
Communications, 2010, (http://www.socialworker.com/jswve, Pada 20/03/2013).
2
Ajib Setyo, Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi untuk
Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan, Jurnal Bioma, Vol. 1, No. 2, Oktober 2011, h.
161-170, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada
12/03/2013).
54

pembelajaran SETS pada konsep Energi dan Daya Listrik dapat meningkatkan
aktivitas, motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 3
Purworejo tahun pelajaran 2009/20103.
Tabel 4.4 menunjukkan nilai afektif siswa tersebut didapat tidak hanya karena
model pembelajaran yang digunakan, tetapi ada juga faktor-faktor lain yang
mempengaruhi sikap dan minat siswa dalam pembelajaran. Faktor psikologis
seperti motivasi, emosi, kebutuhan, pemikiran, kekuasaan, dan kepatuhan.
Berdasarkan hasil penelitian, siswa terlihat sangat antusias dan patuh dalam
mengikuti pembelajaran dikarenakan materi yang diberikan berhubungan dengan
kebutuhan dan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan
yang lebih dan siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terlihat lebih
menonjol dalam pembelajaran.
Faktor cultural atau kebudayaan seperti status social, lingkungan, keluarga,
dan pendidikan. Ketika penelitian berlangsung, siswa bersikap lebih sopan dan
ramah terhadap guru, memiliki hubungan sosial yang baik antar teman, dan
partisipasi kelompok yang baik. Hal ini karena karakteristik masyarakat desa
Pasawahan yang memang ramah dan sopan terhadap sesama. Dengan demikian
variable psikologis dan cultural selalu saling mempengaruhi dalam rangka
menimbulkan, memelihara, atau mengubah sikap siswa.
Selain faktor yang mempengaruhi pada ranah sikap diatas, ada juga faktor-
faktor yang mempengaruhi ranah minat dari pembelajaran siswa. Kondisi fisik
atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran biologi sangat berpengaruh terhadap
minat dan aktivitas belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi kesehatan
siswa yang sehat dan prima lebih fokus dan perhatian dalam pembelajaran,
sedangkan siswa yang kurang sehat atau sakit tidak dapat maksimal bisa
mengikuti pembelajaran.
Pengalaman belajar biologi di jenjang pendidikan sebelumnya, Siswa yang
dijadikan sebagai sempel pada penelitian ini adalah siswa kelas X, selama proses

3
Juniati, Peningkatan Aktivitas, Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode
Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo, Jawa Tengah Pada Konsep Energi Dan Daya Listrik,
Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Volume 2, Nomor 1, Juli 2009,
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada 13/02/2013).
55

pembelajaran dalam penelitian ini siswa terlihat memiliki cara dan minat belajar
yang beragam, ada siswa terlihat antusias, fokus, dan rajin. Namun ada pula siswa
ang sedikit malas dan kurang perhatian, hal ini dikarenakan siswa masih terbawa
oleh pengalaman belajar siswa pada jenjang SMP.
Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat
siswa dalam pembelajar biologi. Oleh karena itu dalam penelitian ini
menggunakan model pembelajaran Salingtemas yang dapat menumbuhkan minat
dan sikap siswa. Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan
siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk mengikutinya. Namun
sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya yang menarik
perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan bersemangat untuk selalu
mengikutinya dan kemudian mendorongnya untuk terus mempelajarinya.
Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam memotivasi
minat siswa pada suatu pelajaran. Tempat yang menjadi penelitian yaitu SMA
Negeri 1 Pasawahan telah memiliki fasilitas dan alat penunjang biologi yang
memadai, seperti tersedianya laboratrium yang lengkap dengan peralatannya.
Situasi dan kondisi lingkungan turut memberi pengaruh terhadap minat
belajar siswa dalam pelajaran. Minat siswa berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan persentase rata-rata sebesar 85,95%, hal ini dipengaruhi juga oleh
faktor situasi dan kondisi lingkungan tempat mereka belajar, dimana SMA Negeri
1 Pasawahan terletak di lembah atau kaki gunung ciremai dengan suasana
pedesaan yang tentram, keadaan udara yang segar, dan nyaman untuk mendukung
proses pembelajaran siswa.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa- siswi kelas X
SMA Negeri 1 Pasawahan mempunyai hasil belajar afektif yang Amat Baik pada
ranah sikap dan minat siswa melalui model pembelajaran salingtemas. Hal ini
dikarenakan siswa mampu mempunyai perhatian yang besar, aktif dalam belajar,
kreatif, memiliki ketelitian yang baik, selalu menjaga kebersihan, peduli terhadap
lingkungan, dan memiliki inisiatif yang baik selama pembelajaran biologi
berlangsung. Siswa juga memiliki sikap ilmiah yang baik, disiplin yang baik,
rapih dan sistematis. Selain itu siswa memiliki antusias atau minat yang baik
dalam kegiatan pembelajaran, tertarik dengan materi pembelajaran ang diberikan
yaitu tentang jamur, tertarik terhadap media dan model pembelajaran yang
digunakan yaitu berupa praktikum, diskusi kelompok dan tugas lapangan dengan
model pembelajaran Salingtemas.

B. Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa) harus bekerja sama dalam
meningkatkan hasil belajar afektif siswa dengan meningkatkan fasilitas,
kualitas penampilan mengajar dan mengikuti pembelajaran secara serius.
2. Aspek afektif pada diri siswa besar peranannya dalam pendidikan, karenanya
tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pengukuran terhadap aspek ini amat
berguna dan lebih dari itu kita harus memanfaatkan pengetahuan kita
mengenai karakteristik-karakteristik afektif siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran.
3. Sebagai guru kelas hendaknya menguasai beberapa metode mengajar, agar
tidak terlalu monoton agar siswa tertarik untuk mempelajari biologi.

56
DAFTAR PUSTAKA

Allen, Karen Neuman, and Bruce D Friedman. Affective learning: A taxonomy


for teaching social work values. Journal of Social Work Values and Ethics,
Volume 7, Number 2, White Hat Communications. 2010.
(http://www.socialworker.com/jswve. Pada 20/03/2013).

Amir, M. ”Aplikasi Teori Humanisme dalam Kegiatan Pembelajaran”. 2013.


(http://filsafat.kompasiana.com/2013/10/28/aplikasi-teori-humanisme-dalam-
kegiatan-pembelajaran--604568.html., pada 1/29/2014).

Anwar, Miftakhul. Penerapan Pendekatan SETS Science Environment Technology


And Social Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA.
2012. (http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/PendekatanSETS.pdf.
Pada 10/12/2013).

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.

Chotimah, Umi. Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif pada Mata


Pelajaran PKn di Sekolah Menengah Pertama. 2012.
(http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instr
umen_dst)_UC.pdf,, pada 22/01/2013).

Darwiyanto. Pembelajaran IPA Berwawasan Science Environment Technology


and Society SETS. 2012.
(http://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=170#sthash.DKON6SM4.dp
bs. Pada 17/01/2012).

Dass, Pradeep M. 2005. Using a Science/Technology/Society Approach To


Prepare Reform-Oriented Science Teachers: The Case of a Secondary Science
Methods Course. Journal Issues in Teacher Education. Volume 14. Number 1.
2005, (http://www1.chapman.edu/ITE/15dass.pdf, pada 17/01/2013).

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta:


Pustaka Al-Fatih. 2009.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama. 2008.

57
58

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengembangan Perangkat


Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
2008. (http://sarwanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2009/05/penilaian_afektif.pdf,
pada 30/01/2013).

Direktorat Pembinaan SMA. Petunjuk Teknis Penyusunan Perangkat


Penilaian Afektif di SMA. Direktorat Pembinaan SMA. 2010.
(http://regulasi.sman1jember.sch.id/Peraturan%20Pemerintah%20&%20Ment
eri/Petunjuk%20Teknis%20dan%20Pedoman/26.%20Juknis%20Penyusunan
%20Pedoman%20Penilaian%20_ISI-Revisi__2910.pdf. Pada 20/02/2013).

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. Pedoman Khusus


Pengembangn Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. (http://id.scribd.com/doc/56149251/Ped-Penilaian-
Afektif-1-12Jan04. Pada 14/01/2013).

Dwi, Agus Wasisto. Pembelajaran Biologi yang Berbasis Imtaq dengan


Pendekatan Integratif Science. Environment. Society. Technology and
Religion. Jurnal: PROSPECT. Februari 2009. Tahun 5. Nomor 8. 2009.
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=61900&idc=3
2. Pada 12/02/2013).

Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Ed.1., Cet. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada. 2001.

Irianti, Mitri, Zulirfan, dan Arifah Zaini. Pembelajaran Sains Fisika Melalui
Pendekatan SETS (Science Environment Technology Society) pada Siswa
Kelas VIII MTs Nurul Falah Air Molek. Jurnal Geliga Sains 1 (2). 1-7.
ISSN:1978-502X. 2007.. . . .
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106522&val=2276, pada
07/03/2014).

Juniati. Peningkatan Aktivitas. Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan
Metode Sets Di Kelas IX-E SMP Negeri 3 Purworejo. Jawa Tengah Pada
Konsep Energi Dan Daya Listrik. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. Volume 2.
Nomor 1. 2009.. . . .
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/download/275/110. Pada
13/02/2013).

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia. 2011.

Nasution, S. Metode Research. Bandung: Jemmars. 1991.


59

Prayito. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Humanistik


Berbasis Konstruktivisme Berbantuan E-Learning Materi Segitiga Kelas VII.
2011. Jurnal AKSIOMA. Vol. 2. No. 2/September (2011). (http://e-
jurnal.ikippgrismg.ac.id, pada 08/03/2014).

Pusat Kurikulum. 2007. Kurikulum Visi SETS Model Kurikulum Pendidikan Yang
Menerapkan Visi SETS (Science, Environment, Technology, And Society) . Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
(http://scmariani-unnes.blogspot.com/2008/11/kurikulum-visi-sets.html. Pada
14/03/2013)Putri, Lili Surayya Eka. Metodologi Penelitian untuk Bidang
Sains. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.

Qomari, Rohmad. Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Afektif. Jurnal


Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA, Vol. 13, No. 1, Jan-Apr 2008, 87-
109. 2008. (http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/7-pengembangan-
instrumen-evaluasi-domain-afektif-rohmad-qomari.pdf. Pada 13/12/2012).

Setyo, Ajib. Pembelajaran Bermakna Berpendekatan SETS pada Pelajaran Biologi


untuk Menumbuhkan Kepedulian Terhadap ingkungan. Jurnal Bioma. Vol. 1.
No. 2. 2011.. . . .
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=88259&val=532, pada
12/03/2013).

Shephard, Kerry. Higher education for sustainability: seeking affective learning


outcomes. International Journal of Sustainability in Higher Education. Vol. 9
No. 1. Emerald Group Publishing Limite. 2008.. . . .
(www.emeraldinsight.com/reprints. Pada 14/02/2013).

Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2011.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta. 2003.

Sofyan, Ahmad, dan Tonih Feronika, Burhanudin Milama. Evaluasi


Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.

Sudatha, I Gde Wawan. Penilaian Ranah Afektif. 2011.


(http://www.undiksha.ac.id/e-learning/staff/images/img_info/4/lt_10-548.pdf,
pada 31/01/2013).
60

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya. 2009.

Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. 2003.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya. 2008.

Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & Peraturan


Pemerintah R.I. Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar : Beserta
Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara. 2008.

Yörük, Nuray, Inci Morgil, and Nilgun Secken. The effects of science.
technology. society. environment STSE interactions on teaching chemistry.
Journal Natural Science Vol.2. No.12. 1417-1424. 2010.
(http://www.scirp.org/journal/NS/. Pada 15/05/2013).
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 61
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Pasawahan


Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/ Semester : X (Sepuluh) / I
Pertemuan : 09, 10, 11
Alokasi Waktu : 6 Jam Pelajaran
Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk
hidup.
Kompetensi Dasar : 2.4 Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur
berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian
literatur serta peranannya bagi kehidupan.
Tujuan : Siswa mampu mendeskripsikan ciri-ciri jamur,
mengklasifikasikan jamur, dan peranan jamur bagi
manusia. (nilai yang ditanamkan: Jujur, Kerja keras,
Toleransi, Rasa ingin tahu, Komunikatif, Menghargai
prestasi, Tanggung Jawab, Peduli lingkungan);
 Karakter siswa yang diharapkan :
 Jujur, Kerja keras, Toleransi, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, Menghargai prestasi, Tanggung Jawab,
Peduli lingkungan.
 Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
 Percaya diri, Berorientasi tugas dan hasil.

Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Mendeskripsikan ciri-ciri jamur
2. Mendeskripsikan cara jamur memperoleh makanan
3. Membedakan spora aseksual dan seksual
4. Memberikan alasan pemisahan jamur dari tumbuhan dalam klasifikasinya
5. Membuat produk makanan yang menggunakan jamur

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 62
Materi Pembelajaran
1. Ciri-ciri jamur meliputi:
a. Ciri struktur
b. Cara hidup
2. Macam-macam spora yang dihasilkan jamur meliputi:
a. Spora aseksual
b. Spora seksual
3. Klasifikasi jamur
4. Peranan jamur bagi manusia
5. Proses produksi yang memanfaatkan jamur

Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
Model Pembelajaran
SALINGTEMAS
Metode Pembelajaran
Pembelajaran kooperatif, Studi membaca, Pengamatan, Diskusi, Penugasan

Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri


 Mengamati struktur  Praktikum pengamatan  Siswa dapat
jamur jamur Mendeskripsikan ciri-
ciri jamur
 Menggambar struktur  Menggambar struktur
tubuh jamur jamur berdasarkan hasil  Siswa dapat
pengamatan Mendeskripsikan cara
 Mengelompokkan
jamur memperoleh
jamur  Diskusi sturktur tubuh
makanan
jamur berdasarkan hasil
 Mendeskripsikan ciri-
pengamatan  Siswa dapat
ciri jamur
Membedakan spora
 Surevi/kunjungan ke
 Membuat produk aseksual dan seksual
lokasi produksi jamur
makanan menggunakan
misalnya pabrik tempe,  Siswa dapat
jamur
oncom, dll Memberikan alassan
pemisahan jamur dari
tumbuhan dalam
kalsifikasinya

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 63

Tatap Muka Terstruktur Mandiri


 Siswa dapat Melaporkan
proses pembuatan suatu
produk yang
menggunakn jamur

Langkah Langkah Pembelajaran


Pertemuan 9 (2 Jam Pelajaran)
A. Kegiatan awal (10 menit)

Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas
 Mengucapkan salam  Menjawab salam dan  Religius
dan bedo’a bersama berdo’a
 Menanyakan kabar  Menjawab pertanyaan  Perhatian
siswa guru
 Mengabsen kehadiran  Memperhatikan guru  Perhatian
siswa

Fase Invitasi /  Melakukan apersepsi :  Siswa menjawab  Perhatian,

Apersepsi Guru menanyakan pertanyaan guru. teliti, rasa


beberapa jenis jamur ingin tahu.
yang sudah dikenal
siswa.
 Guru bersama siswa  Siswa bersama guru  Konsentrasi,
mendiskusikan ciri mendiskusikan ciri teliti
jamur berdasarkan jamur berdasarkan
contoh jamur yang contoh jamur yang
dikenal siswa. dikenal siswa.
 Menuliskan topik yang  Menulis topik yang  Konsentrasi,
akan dipelajari yaitu akan dipelajari teliti
Jamur
 Menyebutkan tujuan  Menulis tujuan  Perhatian,
pembelajaran yang pembelajaran teliti
harus dicapai dalam
pembelajaran

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 64
B. Kegiatan inti (70 menit)
Eksplorasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

Fase Eksplorasi  meminta siswa  menyiapkan alat dan  Rasa ingin


menyiapkan alat dan bahan untuk tahu, Teliti,
bahan untuk mengamati mengamati jamur saling
jamur yang dibawa yang dibawa siswa menghargai
siswa dengan dengan mengikuti
memerintahkan siswa langkah-langkah
untuk mengikuti kegiatan
langkah-langkah pengamatan.
kegiatan pengamatan.

Elaborasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

 Meminta siswa untuk  mengamati bagian-  Konsentrasi,


mengamati bagian- bagian jamur dan Teliti, Saling
bagian jamur dan menggambarkan menghargai,
menggambarkan hasil hasil pengamatan komunikatif.
pengamatan

 Meminta siswa membuat  membuat laporan  Konsentrasi,


laporan hasil hasil pengamatan Teliti, Saling
pengamatan menghargai,
Sportif,
Komunikatif,
Berani,
Percaya diri

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 65
Konfirmasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

 Memberikan reward  Siswa yang aktif  Saling


kepada siswa yang mendapatkan menghargai,
berhasil menjawab atau reward. Sportif
mengemukakan
pendapat dalam diskusi
dengan guru.
Fase Mengusulkan  Memberikan konfirmasi  Memperhatikan  Perhatian,
Penjelasan dan terkait materi yang konfirmasi yang Rasa ingin
solusi dipelajari diberikan oleh guru tahu
 Memfasilitasi peserta  Merefleksi  Rasa ingin
didik melakukan refleksi pengalaman belajar tahu,
untuk memperoleh yang telah dilakukan Perhatian
pengalaman belajar dengan mengaitkan
yang telah dilakukan pada kehidupan
dengan mengaitkan sehari-hari
pada kehidupan sehari-
hari

C. Kegiatan akhir (10 menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Bersama-sama menyimpulkan  Secara klasikal siswa  Perhatian,


ciri-ciri jamur berdasarkan hasil dapat mengerti dan Komunikatif
pengamatan memahami materi yang
telah diajarkan
 Meminta siswa mengumpulkan  Mengumpulkan laporan  Teliti, tanggung
laporan hasil pengamatan hasil pengamatan jawab
 Mengakhiri proses  Bersama guru berdo’a dan  Religius
pembelajaran dengan berdo’a menjawab salam
dan mengucapkan salam.

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 66
Pertemuan 10 (2 Jam Pelajaran)
A. Kegiatan awal (10 menit)

Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas
 Mengucapkan salam  Menjawab salam dan  Religius
dan bedo’a bersama berdo’a
 Menanyakan kabar  Menjawab pertanyaan  Perhatian
siswa guru
 Mengabsen kehadiran  Memperhatikan guru  Perhatian
siswa

Fase Invitasi /  Melakukan apersepsi :  Siswa menjawab  Perhatian,

Apersepsi Guru menanyakan pertanyaan guru. teliti, rasa


kembali ciri-ciri jamur. ingin tahu.

B. Kegiatan inti (70 menit)


Eksplorasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

Fase Eksplorasi  bersama siswa  bersama guru  Rasa ingin


mendiskusikan struktur mendiskusikan tahu, Teliti,
tubuh jamur. struktur tubuh Saling
jamur. menghargai,
 bersama siswa  Bersama guru  Rasa ingin
mendiskusikan cara mendiskusikan cara tahu, Teliti,
hidup jamur hidup jamur Saling
menghargai,

Elaborasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

 bersama siswa  bersama guru  Rasa ingin


mendiskusikan cara mendiskusikan cara tahu, Teliti,

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 67
reproduksi jamur reproduksi jamur Saling
menghargai,
 bersama siswa  bersama guru  Rasa ingin
mendiskusikan dasar mendiskusikan dasar tahu, Teliti,
klasifikasi jamur dan klasifikasi jamur dan Saling
contoh masing-masing contoh masing- menghargai,
divisi masing divisi

Konfirmasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

 Memberikan reward  Siswa yang aktif  Saling


kepada siswa yang mendapatkan menghargai,
berhasil menjawab atau reward. Sportif
mengemukakan
pendapat dalam diskusi
dengan guru.
Fase Mengusulkan  Memberikan konfirmasi  Memperhatikan  Perhatian,
Penjelasan dan terkait materi yang konfirmasi yang Rasa ingin
solusi dipelajari diberikan oleh guru tahu
 Memfasilitasi peserta  Merefleksi  Rasa ingin
didik melakukan refleksi pengalaman belajar tahu,
untuk memperoleh yang telah dilakukan Perhatian
pengalaman belajar dengan mengaitkan
yang telah dilakukan pada kehidupan
dengan mengaitkan sehari-hari
pada kehidupan sehari-
hari

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 68
C. Kegiatan akhir (10 menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Bersama-sama menyimpulkan  Secara klasikal siswa  Perhatian,


ciri-ciri, cara hidup, dan dapat mengerti dan Komunikatif
klasifikasi jamur. memahami materi yang
telah diajarkan
 menugaskan siswa untuk  Mengerjakan tugas yang  Teliti, tanggung
membuat produk makanan diberikan guru secara jawab
yang menggunakan jamur, kelompok.
misalnya tempe dan tape.
 Mengakhiri proses  Bersama guru berdo’a dan  Religius
pembelajaran dengan berdo’a menjawab salam
dan mengucapkan salam.

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 69
Pertemuan 11 (2 Jam Pelajaran)
A. Kegiatan awal (10 menit)

Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas
 Mengucapkan salam  Menjawab salam dan  Religius
dan bedo’a bersama berdo’a
 Menanyakan kabar  Menjawab pertanyaan  Perhatian
siswa guru
 Mengabsen kehadiran  Memperhatikan guru  Perhatian
siswa

Fase Invitasi /  Melakukan apersepsi :  Siswa menjawab  Perhatian,

Apersepsi Guru menanyakan pertanyaan guru. teliti, rasa


kembali ciri-ciri, cara ingin tahu.
hidup dan klasifikasi
jamur.

B. Kegiatan inti (70 menit)


Eksplorasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas
 Meminta siswa untuk  Masing-masing  Rasa ingin
Fase Eksplorasi melakukan diskusi kelas kelompok tahu, Teliti,
(menjadi fasilitator) mempresentasikan Saling
dengan tugas yang telah menghargai,
mempresentasikan hasil diberikan.
pembuatan tempe dan
tape yang telah
ditugaskan.
 Memberikan penguatan  Mencatat penguatan  Rasa ingin
pada hasil diskusi yang diberikan guru. tahu, Teliti,
(penguatan berupa Saling
konsep-konsep penting, menghargai,
dapat dilihat pada
materi esensial)

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 70
Elaborasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

 Memfasilitasi siswa  Berkompetisi secara  Rasa ingin


berkompetisi secara sehat sehat dengan tahu, Teliti,
untuk meningkatkat kelompok lain. Saling
hasil belajar menghargai,
 Memfasilitasi siswa untuk  Mempresentasikan  Rasa ingin
mempresentasikan hasil hasil kerja kelompok tahu, Teliti,
kerja kelompok Saling
menghargai,
 Bersama siswa berdiskusi  Bersama guru  Rasa ingin
tentang peranan jamur berdiskusi tentang tahu, Teliti,
bagi kehidupan manusia. peranan jamur bagi Saling
kehidupan manusia. menghargai,
 Bersama siswa berdiskusi  Bersama guru  Rasa ingin
untuk menghubungkan berdiskusi untuk tahu, Teliti,
materi jamur dengan menghubungkan Saling
sains, lingkungan, materi tentang jamur menghargai,
teknologi, dan yang telah dipelajari
masyarakat. dengan sains,
lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat

Konfirmasi
Tahapan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter
Salingtemas

 Memberikan reward  Siswa yang aktif  Saling


kepada siswa yang mendapatkan menghargai,
berhasil menjawab atau reward. Sportif
mengemukakan
pendapat dalam diskusi

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 71
dengan guru.
Fase Mengusulkan  Memberikan konfirmasi  Memperhatikan  Perhatian,
Penjelasan dan terkait materi yang konfirmasi yang Rasa ingin
solusi dipelajari diberikan oleh guru tahu
 Memfasilitasi peserta  Merefleksi  Rasa ingin
didik melakukan refleksi pengalaman belajar tahu,
untuk memperoleh yang telah dilakukan Perhatian
pengalaman belajar dengan mengaitkan
yang telah dilakukan pada kehidupan
dengan mengaitkan sehari-hari
pada kehidupan sehari-
hari

C. Kegiatan akhir (10 menit)

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

 Bersama-sama menyimpulkan  Secara klasikal siswa  Perhatian,


peranan jamur bagi kehidupan dapat mengerti dan Komunikatif
manusia memahami materi yang
telah diajarkan
 Mengakhiri proses  Bersama guru berdo’a dan  Religius
pembelajaran dengan berdo’a menjawab salam
dan mengucapkan salam.

Sumber
 Aryulina D., dkk. 2007. BIOLOGI 1 : SMA dan MA untuk Kelas X. Jakarta: ESIS.
 Buku Biologi SMA Kelas XI
 Campbell. Reece. Mitchell. 2003. Biologi jilid II, Edisi Kelima. Terjemahan
Wasmen Manalu. Erlangga. Jakarta.
 Pedoman pembuatan tempe dan tape
 http://www.youtube.com
 http://biologipedia.co.cc
 http://kambium.web.id

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 72
Media Pembelajaran
 laptop,
 LCD+Projector,
 Alat tulis
 Berbagai jamur yang bisa dijumpai di sekitar siswa
 Bahan-bahan pembuat tempe atau tape
 Lembar kegiatan pengamatan jamur
 Lembar tugas pembutan temped an tape

Penilaian
 Penilaian proses belajar
 Penugasan
 Penilaian afektif pada ranah sikap dan minat

Kuningan, 10 November 2013


Mengetahui,
Kepala SMA N 1 Pasawahan, Guru Biologi,

Drs. H. Maman Herman Iskandar Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi


NIP. 19560920 197703 1 001 NIM. 109016100045

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 73

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 74

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 75

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 76

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 77
Lembar Kegiatan
MENGAMATI JAMUR

A. Tujuan
Mengetahui ciri-ciri umum jamur
B. Alat dan Bahan
1. Berbagai jenis jamur di lingkungan sekitar.
2. Kaca pembesar dan pinset
C. Cara Kerja
1. Kumpulkan semua jenis jamur yang dapat kamu temukan di lingkungan
sekitarmu.
2. Ketika kamu mengambil dari habitatnya, amatilah di mana jamur itu hidup
dan catatlah keadaan lingkungan tempat hidupnya.
3. Amatilah jamur yang kamu ambil. Jika perlu kamu dapat menggunakan
bantuan kaca pembesar. Buatlah skema jamur yang kamu amati dan berilah
keterangan beserta uraian/ciri-ciri dari masing-masing jamur.
4. Kelompokkan dan cobalah untuk mengidentifikasi jamur yang berhasil kamu
temukan. Mana yang aman dimakan? Bagaimana mengidentifikasi jamur-
jamur yang beracun?
D. Pertanyaan Untuk Diskusi
1. Ciri khas apa yang membedakan jamur dengan kelompok organisme lain?
2. Bagaimanakah keadaan lingkungan yang sesuai untuk tempat tumbuhnya
jamur?
3. Kemukakan ada berapa kelompok jamur yang kamu temukan dan jangan
lupa untuk menyampaikan dasar pengelompokan itu.

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 78
Lembar Tugas

MEMBUAT TEMPE

A. Tujuan
Mengetahui cara membuat tempe
B. Alat dan Bahan
1. Kedelai
2. Ragi tempe
3. Air
4. Daun pisang atau plastic
5. Panci, baskom, kompor, penyaring
C. Cara Kerja
1. Siapkan kedelai, cucilah terlebih dahulu kemudian rebuslah sampai matang
dengan menggunakan panci.
2. Setelah matang, cucilah kembali sampai bersih dan kulit kedelai itu
mengelupas, lakukan pencucian secara berulang-ulang.
3. Rendamlah kedelai dalam air bersih selama semalam dengan menggunakan
baskom atau ember.
4. Setelah direndam, rebuslah kembali sampai mendidih.
5. Setelah bersih, tiriskan dengan penyaring, biarkan dalam keadaan dingin
terlebih dahulu.
6. Setelah dingin, campurkan ragi tempe secukupnya.
7. Bungkus kedelai itu secukupnya menggunakan plastik atau daun pisang,
kemudian letakkan di tempat yang hangat selama 1-2 hari agar terjadi
fermentasi.
8. Selanjutnya, bukalah bungkusan tersebut. Apabila sudah terjadi fermentasi
akan terbentuk tempe.

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 79
Lembar Tugas
MEMBUAT TAPE

A. Tujuan
Mengetahui cara membuat tape
B. Alat dan Bahan
Singkong atau beras ketan, ragi tape
C. Cara Kerja
1. Kupaslah singkong, kemudian potonglah umbi tersebut sesuai dengan selera
Anda. Untuk beras ketan cucilah sampai bersih kemudian rendamlah selama
12 jam.
2. Kukuslah singkong tersebut sampai matang, untuk beras ketan tanaklah
sampai menjadi seperti nasi ketan.
3. Setelah matang, dinginkanlah, taburkan ragi tape secara merata pada
singkong atau nasi ketan tersebut.
4. Masukkan pada tempat yang telah disediakan, misalnya pada keranjang yang
diberi alas daun pisang. Untuk nasi ketan dapat dibungkus dengan daun
jambu biji, kemudian tutuplah dengan rapat.
5. Biarkan selama 2-3 hari, amati tape yang sudah terbentuk

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi _ SMA Negeri 1 Pasawahan


Lampiran 2 80

PEDOMAN WAWANCARA PRA PENELITIAN

1. Model, metode, atau pendekatan apa saja yang sering Bapak gunakan dalam
pembelajaran biologi?
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari?
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat? Contohnya pada materi virus yang bisa
dikaitkan dengan sains dan teknologi untuk menciptakan sebuah antivirus, dan
juga dikaitkan dengan lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan dan
usaha pengobatan dari penyakit yang diakibatkan oleh virus.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan
minat pada mata pelajaran bilogi jika dihubungkan dengan salingtemas?
Contohnya siswa menunjukkan sikap kritis dan berpedoman pada data dan
fakta, siswa juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat.
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
Lampiran 2 81

5. Bagaimana cara Bapak dalam meningkatkan hasil belajar afektif siswa?


_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________

6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi?


_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi kendala siswa dalam pembelajaran
biologi?
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________
_______________________________________________________________

Kuningan, 01 November 2013

Guru Biologi,

____________________
Lampiran 3 82

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA PRA PENELITIAN

Dalam upaya memperoleh data awal sebelum penelitian, penelitian ini


menggunakan wawancara sebagai metode untuk melakukan pengkajian data
secara mendalam sebelum melaksanakan penelitian. Berikut ini merupakan
pedoman wawancara yang disifatkan general karena adanya keterkaitan di antara
variabel.

No Variabel Pertanyaan Wawancara

1 Model, metode, dan 1. Model, metode, atau pendekatan apa saja


pendekatan yang yang sering Bapak gunakan dalam
digunakan. pembelajaran biologi?

2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan


konsep pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari?

2 Keterkaitan materi dengan 3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi


Salingtemas pembelajaran dengan aspek sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat?
Contohnya pada materi virus yang bisa
dikaitkan dengan sains dan teknologi
untuk menciptakan sebuah antivirus, dan
juga dikaitkan dengan lingkungan
masyarakat untuk mencegah penularan
dan usaha pengobatan dari penyakit yang
diakibatkan oleh virus.
Lampiran 3 83

No Variabel Pertanyaan Wawancara

3 Hubungan salingtemas 4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif


dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan
minat pada mata pelajaran bilogi jika
dihubungkan dengan salingtemas?
Contohnya siswa menunjukkan sikap
kritis dan berpedoman pada data dan
fakta, siswa juga menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat.

5. Bagaimana cara Bapak dalam


meningkatkan hasil belajar afektif siswa?

6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam


pembelajaran biologi?

7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi


kendala siswa dalam pembelajaran
biologi?
Lampiran 4 84

HASIL WAWANCARA PRA PENELITIAN

1. Model, metode, atau pendekatan apa saja yang sering Bapak gunakan dalam
pembelajaran biologi?
Metode ceramah, jadi langsung memberikan materi saja pada siswa. Kadang-
kadang membuat kelompok dan siswa berdiskusi disesuaikan dengan materi
yang akan dipelajari saja.

2. Apakah Siswa dapat mengaplikasikan konsep pembelajaran dengan kehidupan


sehari-hari?
Ya, namun hanya beberapa siswa saja yang dapat mengaplikasikan konsep
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Sebagian besar siswa yang lain
belum dapat mengaplikasikannya karena mereka hanya berfokus pada
mendapatkan nilai saja.

3. Apakah siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan aspek sains,


lingkungan, teknologi, dan masyarakat? Contohnya pada materi virus yang bisa
dikaitkan dengan sains dan teknologi untuk menciptakan sebuah antivirus, dan
juga dikaitkan dengan lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan dan
usaha pengobatan dari penyakit yang diakibatkan oleh virus.
Saya rasa untuk salingtemas belum, namun dalam hal sains dan teknologi
sebagian besar siswa sudah dapat mengaitkannya. Sedangkan untuk
mengaitkan materi pada aspek lingkungan dan masyarakat siswa belum dapat
mengaitkannya.

4. Bagaimana dengan hasil belajar afektif siswa, terutama pada aspek sikap dan
minat pada mata pelajaran bilogi jika dihubungkan dengan salingtemas?
Contohnya siswa menunjukkan sikap kritis dan berpedoman pada data dan
fakta, siswa juga menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat.
Hasil belajar afektif siswa terutama pada sikap dan minat di Sekolah ini sudah
cukup baik. Namun jika penilaiannya dihubungkan dengan aspek salingtemas,
sikap dan minat siswa masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa masih belum
dapat mengaplikasin materi biologi yang mereka dapatkan
Lampiran 4 85

5. Bagaimana cara Bapak dalam menilai hasil belajar afektif siswa?


Dilihat dari sikap dan disiplin siswa selama pembelajaran biologi, selain itu
dilihat pula sopan santun dan hubungan siswa dengan siswa dan siswa dengan
guru. Setelah itu dianalisis dan didapatlah hasil belajar afektif siswa tersebut.

6. Apa yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi?


Yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran biologi yaitu siswa masih
terbawa pada sikapnya sewaktu di sekolah sebelumna dan masih belum bisa
beradaptasi penuh dalam lingkungan suasana di SMA, sehingga dalam
pembelajaran biologipun siswa cenderung kurang memperhatikan ketika
diberikan konsep materi biologi yang pada akhirnya siswa kurang bisa
memahami materi tersebut.

7. Bagaimana solusi Bapak untuk mengatasi kendala siswa dalam pembelajaran


biologi?
Buat suasana kelas senyaman mungkin bagi siswa, sehingga siswa senang
didalam kelas dan mau belajar dengan baik.

Kuningan, 01 November 2013

Guru Biologi,

DADAN RUDIANA, S.Pd


Lampiran 5 86
LEMBAR KERJA SISWA
PENGAMATAN STRUKTUR JAMUR MAKROSKOPIK

Kelompok ___ : _______________________________________ Kelas : X- ____


_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________
_______________________________________

A. Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil


pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi kehidupan.

B. Tujuan Pembelajaran:
 Siswa mampu menggambarkan struktur tubuh jamur dari beberapa jenis jamur yang
bermanfaat berdasarkan pengamatan makroskopis secara langsung.
 Siswa dapat membedakan beberapa jenis jamur yang bermanfaat berdasarkan ciri-ciri
morfologinya melalui pengamatan langsung.

C. Alat dan Bahan:


 Alat: Alat Tulis, Lup, Pinset
 Bahan: Berbagai jenis jamur di lingkungan sekitar.

D. Cara Kerja:
1. Kumpulkan semua jenis jamur yang dapat kamu temukan di lingkungan sekitarmu.
2. Ketika kamu mengambil dari habitatnya, amatilah di mana jamur itu hidup dan
catatlah keadaan lingkungan tempat hidupnya.
3. Amatilah jamur yang kamu ambil. Jika perlu kamu dapat menggunakan bantuan
kaca pembesar. Buatlah skema jamur yang kamu amati dan berilah keterangan
beserta uraian/ciri-ciri dari masing-masing jamur.
4. Kelompokkan dan cobalah untuk mengidentifikasi jamur yang berhasil kamu
temukan. Mana yang aman dimakan? Bagaimana mengidentifikasi jamur-jamur yang
beracun?
Lampiran 5 87

E. Tabel Hasil Pengamatan

Gambar: Ciri-ciri
a. Nama jamur:
b. Ukuran:
c. Bentuk:

d. Warna:
e. Tekstur:
f. Lain-lain:

Gambar: Ciri-ciri
a. Nama jamur:
b. Ukuran:
c. Bentuk:

d. Warna:
e. Tekstur:
f. Lain-lain:

F. Analisa Data
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
G. Kesimpulan
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
Lampiran 5 88

H. Daftar Pustaka
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................

Jawablah pertanyaan di bawah ini!


1. Ciri khas apa yang membedakan jamur dengan kelompok organisme lain?
2. Bagaimanakah keadaan lingkungan yang sesuai untuk tempat tumbuhnya jamur?
3. Kemukakan ada berapa kelompok jamur yang kamu temukan dan jangan lupa untuk
menyampaikan dasar pengelompokan itu!

Jawaban:
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
Lampiran 6 89
Lampiran 6 90
Lampiran 6 91
Lampiran 6 92
Lampiran 7 93
Lampiran 7 94
Lampiran 7 95
Lampiran 7 96
Lampiran 8 97
Lampiran 8 98
Lampiran 8 99
Lampiran 8 100
Lampiran 9 101

RUBRIK PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM

Skor
No Aspek Indikator Skor
Maks
1 Ketepatan jadwal Pengumpulan tepat waktu 5
pengumpulan Pengumpulan terlambat 1 hari 4
Pengumpulan terlambat 2 hari 3
5
Pengumpulan terlambat 3 hari 2
Pengumpulan terlambat lebih
1
dari 3 hari
2 Kelengkapan dan sistematika Jika pekerjaan siswa terstruktur
isi laporan dan menggunakan bahasa yang 5
baik
Jika pekerjaan siswa terstruktur
dan menggunakan bahasa yang 4
kurang baik
5
Jika pekerjaan siswa kurang
terstruktur dan menggunakan 3
bahasa yang kurang baik
Jika pekerjaan siswa tidak
terstruktur dan menggunakan 2
bahasa yang tidak baik
3 Ketepatan prosedur kerja Jika hasil pekerjaan siswa
sesuai dengan yang ditugaskan 5
oleh guru
Jika hasil pekerjaan siswa
kurang sesuai dengan yang 4 5
ditugaskan oleh guru
Jika hasil pekerjaan siswa tidak
sesuai dengan yang ditugaskan 2
oleh guru
4 Kerapihan Jika hasil pekerjaan siswa rapih 5
Jika hasil pekerjaan siswa
4
kurang rapih 5
Jika hasil pekerjaan siswa tidak 2
rapih
Lampiran 10 102
Lampiran 10 103
Lampiran 10 104
Lampiran 11 105
Lampiran 11 106
Lampiran 11 107
Lampiran 12 108
Lampiran 12 109
Lampiran 12 110
Lampiran 11 111

DAFTAR NILAI ULANGAN SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Pasawahan


Kelas/Semester : X-1 / I (Ganjil)
Mata Pelajaran : Biologi
Materi : Jamur
Tahun Ajaran : 2013/2014

No Nama L/P KKM Nilai Keterangan


1 Ade Ermawati P 70 80
2 Aditia Permana L 70 80
3 Aleksandra L 70 75
4 Anita Widiyanthi P 70 80
5 Bayu Prenandy L 70 80
6 Bella Nugraha L 70 80
7 Chika Chintya Dewi P 70 80
8 Ela Karmila P 70 76
9 Fitri Yuliawati P 70 80
10 Gita Sugesti P 70 88
11 Harsudhio Kalbuadi L 70 76
12 Hary Rusdiana P L 70 76
13 Idayanti P 70 80
14 Ikah Rahmawati P 70 80
15 Jamaludin L 70 80
16 Jaya Winata L 70 76
17 Neng Euis N P 70 76
18 Nina Yusnia P 70 76
19 Nopa Rukmayanti P 70 76
20 Novitasari Anggraeni P 70 76
21 Ovi Diana P 70 76
22 Riki Agustina L 70 76
23 Rino Purnama S L 70 76
24 Ruki Murdani L 70 75
25 Sidik Firmansyah L 70 75
26 Siti Maria Agustina P 70 80
27 Siti Saroh P 70 80
28 Soraya Oktapiani P 70 80
29 Tia Kris Maulana P 70 76
30 William Austin L 70 76
31 Siti Rohmah P 70 80
Jumlah 2421
Rata-rata 78,1
Lampiran 11 112

DAFTAR NILAI ULANGAN SISWA

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Pasawahan


Kelas/Semester : X-2 / I (Ganjil)
Mata Pelajaran : Biologi
Materi : Jamur
Tahun Ajaran : 2013/2014

No Nama L/P KKM Nilai Keterangan


1 Asep Jalaludin L 70 76
2 Azie Saka Valwaguna L 70 76
3 Dede Kurniasih P 70 76
4 Dede Melawati P 70 80
5 Desy Ratna Purnamasari P 70 80
6 Devi P 70 80
7 Dizsa Nanda Carina W P 70 80
8 Epi Dianti P 70 76
9 Etik Trisna Asih P 70 76
10 Indriani P 70 76
11 Irma Rahmawati P 70 76
12 Iyel Shelviana P 70 76
13 Lastri Sulastri P 70 80
14 Lia Lianty P 70 80
15 Maman Sutiman L 70 76
16 Memet Selamet Riyadi L 70 76
17 Mohamad Wahyudin L 70 76
18 Muhamad Fauzy Azhar L 70 76
19 Muhamad Sidik Permana L 70 76
20 Muhammad Faisal Riyadi L 70 75
21 Nana Sukarna L 70 75
22 Ratnawati P 70 76
23 Resky Adi Putra L 70 76
24 Reza Saputra L 70 Keluar
25 Reza Zulkipli L 70 75
26 Sisca Ardianto P 70 80
27 Sofyan Hadikusuma L 70 76
28 Suderi L 70 76
29 Sunarta L 70 80
30 Supriyatna L 70 80
31 Sutrisna L 70 76
32 Titin Yustini P 70 76
33 Vranliska P 70 76
34 Wiwin Muspikawati P 70 80
35 Zulaicho P 70 80
Jumlah 2625
Rata-rata 77,2
Lampiran 16 159
Lampiran 17 160
Lampiran 18 161
Lampiran 19 162
PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 PASAWAHAN
Alamat : Jalan Raya Pasawahan Kec. Pasawahan, Kode Pos : 45559

Nomor : 045.4/ 204 / SMA.24/ 2013 Pasawahan, 06 November 2013


Lamp. : (1) Lembar
Hal : Izin Penelitian

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jln. Ir. H. Juanda No. 95
Ciputat

Assalamu’alaikum wr.wb.
Sehubungan dengan surat saudara nomor Un.01/F.1/KM.01.3/1501/2013 perihal tersebut di
atas, dengan ini diberitahukan bahwa kami dapat menerima mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Nama : MUHAMMAD NURUZZAMAN SHIDDIQI


NIM : 109016100045
Semester : IX (Sembilan)
Jurusan : Pendidikan IPA – Biologi

untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten Kuningan, dengan


judul ”Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model Pembelajaran Sains, Lingungan, Teknologi,
dan Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”.

Demikian surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan

Drs. H. Maman Herman Iskandar


NIP. 19560920 197703 1 001
Lampiran 20 163
PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMA NEGERI 1 PASAWAHAN
Alamat : Jalan Raya Pasawahan Kec. Pasawahan, Kode Pos : 45559

SURAT KETERANGAN
Nomor : 045.4/ 205 / SMA.24/ 2013

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan Kabupaten
Kuningan menerangkan bahwa :

Nama : MUHAMMAD NURUZZAMAN SHIDDIQI


NIM : 109016100045
Jurusan : Pendidikan IPA - Biologi
Judul Skripsi : “ Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui Model
Pembelajaran Sains, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat (SALINGTEMAS) pada Konsep Jamur”
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Telah melakukan Penelitian yang dimaksud di SMAN I Pasawahan, untuk memenuhi


salah satu tugas penyusunan Skripsi/ Tugas akhir.

Demikian Surat keterangan ini Kami buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pasawahan, 29 November 2013


Kepala SMA Negeri 1 Pasawahan

Drs. H. Maman Herman Iskandar


NIP. 19560920 197703 1 001
Lampiran 21 164
Lampiran 21 165
Lampiran 21 166
Lampiran 21 167
Lampiran 21 168
Lampiran 21 169
Lampiran 22 170

RIWAYAT PENULIS

Muhammad Nuruzzaman Shiddiqi, lahir di


Wanayasa, 17 Januari 1991, Anak pertama dari empat
bersaudara pasangan Bapak Jabidi, S.Pd.I dan Ibu Siti
Sapaah. Memiliki tiga orang adik bernama Muhammad
Afif Syahrul Mubarok, Siti Nurfaizzatul Azza, dan Gita
Nur Habibatul Azizah.
Pada umurnya yang ke lima tahun, Pria yang biasa
disapa “Diqi” ini disekolahkan di TK Beringin Bakti
Desa Sindangkasih Beber-Cirebon. Di umurnya yang
keenam tahun, bersekolah di SDN Wanayasa Desa Wanayasa Beber-Cirebon.
Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, pria ini adalah seorang yang ceria dan
pandai, Tamat dari SD tahun 2003 melanjutkan sekolahnya ke Madrasah
Tsanawiyah Al-Hidayah Sindangkasih Desa Sindangkasih Beber-Cirebon, selama
tiga tahun di MTs aktif di ekstra kulikuler Pramuka dan juga sebagai ketua OSIS.
Kemudian Lulus dari Tsanawiyah tahun 2006, melanjutkan ke SMA Negeri 3
Kota Cirebon Jawa Barat, selama masa SMA, aktif sebagai Juru Adat di ekstra
kulikuler Pramuka dan Waki Ketua DKM SMA. Lulus dari SMA pada tahun
2009, melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, mengemban ilmu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
dengan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengambil Program
Studi Pendidikan Biologi, selama masa kuliah beliau aktif juga sebagai anggota
BEM-FITK periode 2010-2012, dan aktif juga sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Distrik IPA Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat.
Demi menggapai gelar sarjana, mahasiswa ini gigih dalam menuntut ilmu
selama masa perkuliahan dan saat melakukan penelitian tak mengenal lelah
dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Hasil Belajar Afektif Melalui
Model Pembelajaran Sains Lingkungan Teknologi dan Masyarakat (SALINGTEMAS)
pada Konsep Jamur. Perjalanan hidup sering membawa kita pada persimpangan
jalan yang belum pernah kita duga sebelumnya, namun satu hal yang harus
selalu kita yakini bahwa Allah tidak akan membawa kita sejauh ini hanya untuk
meninggalkan kita sendiri. Yakin Usaha Sampai.

Anda mungkin juga menyukai