Anda di halaman 1dari 82

Aplikasi Histologi dan

Anatomi pada Praktek


Klinis dan Penelitian

Temu Ilmiah Daring


dalam rangka Purna Tugas
Dr. Sri Herwiyanti, MS
7,8,9,15,16 Agustus 2020

Departemen Histologi FK-KMK


Universitas Gadjah Mada
https://histologi.fk.ugm.ac.id/
i

Aplikasi Histologi dan


Anatomi pada Praktek Klinis
dan Penelitian
Sri Herwiyanti
Zainuri Sabta Nugraha
Lina Choridah
Junaedy Yunus
Neni Trilusiana Rahmawati
Santosa Budiharjo
Yudha Mathan Sakti
Hevi Wihadmadyatami
Dwi Aris Agung Nugrahaningsih
Dwi Liliek Kusindarta
Dewajani Purnomosari
Irianiwati
Rina Susilowati

Tata letak: Rina Susilowati


Versi elektronik
Ukuran buku : 14,5 x 21 cm, xii + 69 hlm
ISBN: 978-623-223-127-6
Penerbit : Elmatera Publishing
Alamat Jl. Waru 73 Kav 3 Sambilegi Baru Maguwoharjo
Yogyakarta Telp 0274-4332287
Alamat surat elektronik: penerbitelmatera@yahoo.co.id
Hak Cipta © 2020, pada penulis
Hak publikasi pada Elmatera Publishing
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari buku ini
dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Panitia ii

PANITIA

Ketua : Dewi Kartikawati Paramita

Ilmiah : Rina Susilowati

Dewajani Purnomosari

Acara : Dian Eurike Septyaningtrias

Jajah Fachiroh

Bendahara : Yustina Andwi Ari Sumiwi

Sekretariat : Ani Muntoifah

Dibantu oleh:
Satrio, Annisa, Paksi, Teguh, Suhardi, Sumaryati, Dewi,
Muryadi, Wahyu

Video dapat dilihat di Kanal Youtube Departemen Histologi


FK-KMK Universitas Gadjah Mada
https://www.youtube.com/channel/UCSCAaMJW5fAgBa11qJ4KEdA


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Sambutan Dekan iii

SAMBUTAN DEKAN

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Salam


sejahtera untuk kita semua.

Puji syukur kepada Allah, Tuhan semesta alam, yang berkenan


memberikan rahmat, berkah dan kasih sayang-Nya sehingga
kini kita bisa berkumpul untuk berdinamika bersama dalam
Temu Ilmiah Daring dalam Rangka Purna Tugas Dr. Sri
Herwiyanti M.S. dengan tema “Aplikasi Histologi dan
Anatomi pada Praktek Klinis dan Penelitian”. Kami sangat
mengapresiasi kerja keras dan pengabdian beliau. Pertama-
tama atas nama FK-KMK UGM saya ingin menyampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh panitia
dan pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan simposium ini.
Temu Ilmiah Daring ini juga dilaksanakan dalam rangkaian
kegiatan tahunan Persatuan Ahli Anatomi Indonesia untuk
wilayah Yogyakarta.

Topik utama dalam seminar ini akan mengangkat peran


Histologi dan Biologi Sel dalam Pengembangan Obat Herbal,
sesuai dengan bidang keahlian Dr. Sri Herwiyanti M.S.
Pengembangan obat herbal memerlukan uji praklinik yang
bertujuan untuk mengetahui keamanan dan khasiat suatu bahan
uji secara ilmiah yang dilakukan melalui uji toksisitas dan uji
aktivitas. Uji toksisitas dan uji aktivitas tanaman obat dapat
dilakukan secara in vitro (di luar tubuh) dan secara in vivo (di
dalam tubuh). Oleh karena itu, pengetahuan dasar tentang
struktur dan fungsi sel sangat diperlukan.

Uji manfaat obat in vivo menggunakan hewan coba sangat
diperlukan untuk membuktikan manfaat bahan/tanaman obat
terhadap perubahan struktur dan fungsi organ hewan coba
setelah terpapar dengan dosis dan waktu tertentu. Selain itu,
informasi bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Sambutan Dekan iv

dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji


sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas
praklinik secara in vivo meliputi uji toksisitas akut oral,
toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral, teratogenisitas
dan sebagainya. Data yang yang diperoleh dari uji praklinik
melalui uji toksisitas maupun uji aktivitas dapat digunakan
untuk memberi informasi yang penting, sehingga dapat
ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia.

Akhirnya saya mengucapkan selamat berdinamika bersama


dalam forum ini. Saya juga berharap bahwa dengan adanya
Temu Ilmiah Daring “Aplikasi Histologi dan Anatomi pada
Praktek Klinis dan Penelitian”, bisa menjadi tempat berbagi
pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, akademisi dari beragai
disiplin ilmu. Selain itu, semoga bisa menjadi ‘pintu’
kerjasama-kerjasama penelitian di bidang Histologi dan
Biologi Sel, Anatomi, Farmakologi, dan bidang lain yang
terkait seperti para pembicara yang juga berasal dari
Departemen Radiologi, Biopaleoantropologi dan menjadi
forum yang komprehensif.
Wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Sambutan Ketua Departemen v

SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN


Assalamu’alaikum w.w.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kita panjatkan


kepada Allah SWT, Seminar Ilmiah dalam rangkaian kegiatan
Persatuan Ahli Anatomi Indonesia (PAAI) dan dalam rangka
purna tugas Dr. Sri Herwiyanti, M.S akhirnya dapat
dilaksanakan secara daring. Seminar ini sedianya akan
dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2020, namun karena
pandemi ini, maka pelaksanaannya tertunda.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas


Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan beserta
jajarannya atas ijin serta fasilitas yang diberikan untuk
pelaksanaan acara ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
Unit Teknologi Informasi FK-KMK UGM yang memfasilitasi
penyediaan media seminar daring ini. Terima kasih kepada
para pembicara yang bersedia membagikan ilmu kepada kita
semua, dan semoga menjadi amal jariyah.

Dr. Sri Herwiyanti, M.S. menyelesaikan doktor pada tahun


2014 dengan mengaplikasikan ilmu Histologi untuk mengkaji
manfaat tanaman obat. Beliau menjadi staf di Fakultas
Kedokteran UGM mulai tahun 1983, dan pensiun 1 Juni 2020
setelah mengabdi selama 37 tahun. Kami ucapakan selamat
memasuki purna tugas, semoga seslalu sehat dan tetap
semangat untuk berkarya.

Acara ini merupakan rangkaian acara PAAI tahunan untuk


wilayah Yogyakarta. Oleh karena itu, topik yang disajikan
dalam seminar ini adalah “Aplikasi Histologi dan Anatomi
pada Praktek Klinis dan Penelitian” dengan para pakar dari
berbagai bidang tersebut yang menjadi pembicara. Acara


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Sambutan Ketua Departemen vi

seminar ini dibagi menjadi 5 sesi, yang dilaksanakan dalam 5


hari, yaitu:
1. Jumat 7 Agustus 2020 pukul 13-15
2. Sabtu 8 Agustus 2020 pukul 9-11
3. Minggu 9 Agustus 2020 pukul 9-11
4. Sabtu 15 Agustus 2020 pukul 9-11
5. Minggu 16 Agustus 2020 pukul 9-11

Kepada para peserta, kami ucapkan terima kasih atas partisipasi


dan diskusinya. Meskipun pelaksanaan tertunda, namun para
peserta yang telah mendaftar sejak lama tetap antusias untuk
mengikuti seminar ini. Semoga mendapatkan ilmu yang
bermanfaat.

Wassalamu’alaikum W.W

Dewi Kartikawati Paramita


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Biodata Dr. Sri Herwiyanti M.S. vii

BIODATA DR. SRI HERWIYANTI M.S.


Lahir : Temanggung, 29 Mei 1955

S1 : Fakultas Biologi UGM, lulus tahun 1982


S2 : Ilmu Kedokteran Dasar FK UGM, lulus
tahun 1989
S3 : Ilmu Kedokteran Dasar FK UGM, lulus
tahun 2014

Staf Departemen Histologi FK UGM


Masuk : 1983
Pensiun : 1 Juni 2020
Pengabdian : 37 tahun


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kenangan dari Dr. Sri Herwiyanti M.S. viii

KENANGAN DARI DR. SRI HERWIYANTI M.S.

Saya ingin mengungkapkan sedikit kenangan selama menjadi staf di


Departemen Histologi dan Biologi Sel FK-KMK UGM. Saya pertama
kali menjadi staf di Departemen Histologi dan Biologi Sel FK-KMK
UGM tahun 1983. Saat itu yang menjadi kepala departemen adalah
almarhum Prof. dr. Soewasono. Beliau adalah seorang dosen dan
peneliti yang mempunyai dedikasi yang patut kita teladani. Saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Soewasono atas
banyak saran, pembelajaran kepada saya. Saya juga mengucapkan
terma kasih kepada DR. dr. Radjiman yang telah memberikan
pemahaman tentang histologi. Saya juga berterima kasih telah
mendapatkan banyak kesempatan untuk belajar tentang teknik
pembuatan sediaan histologi di bawah bimbingan dr. Sutrisno SpA.
Atas dorongan dari staf senior di departemen saya dapat mengikuti
berbagai kursus pembuatan sediaan kultur. Dengan bekal kursus yang
telah didapat saya pertama kali melakukan penelitian menggunakan
kultur primer fibroblastus dan kultur cell line makrofag dengan DR.
Muhammad Ghufron (alm). Saya tidak akan melupakan budi baik
seluruh staf departemen histologi dan biologi sel FK-KMK UGM dan
jalinan kerjasama yang baik pada saat melakukan penelitian,
membimbing mahasiswa dan melaksanakan pengabdian masyarakat.
Kenangan yang tidak bisa kami lupakan dan sangat berkesan saat
bersama-sama seluruh staf beserta keluarga mengunjungi beberapa
tempat rekreasi yang indah sambil bersenda gurau dan juga saat
berkumpul untuk merayakan Idul Fitri.

Demikian kenangan saya selama 37 tahun menjadi bagian


Departemen Histologi. Saya meminta maaf atas segala kesalahan
yang saya pernah lakukan baik yang disengaja maupun tidak. Akhir
kata saya ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Ketua dan
wakil ketua Departemen Histologi FK-KMK UGM, Dewi
Kartikawati Paramita, S.Si., M.Si., Ph.D dan drg. Yustina Andwi Ari
Sumiwi, M.Kes. Kepada staf Departemen Histologi FK-KMK UGM,
Prof. dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., Ph.D; Prof. dr. Marsetyawan
Heparis Nur Ekandaru, M.Sc., Ph.D; dr. Rina Susilowati, Ph.D; Dra.
Dewajani Purnomosari, MSi., Ph.D; Jajah Fachiroh, SP., Ph.D; Dian
Eurike Septyaningtrias, M.Sc., Ph.D; Inna Armandari, Apt., M.Sc;


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kenangan dari Dr. Sri Herwiyanti M.S. ix

Saihas Suhda, S.Si M.Sc; dr. Satrio; pak Teguh, pak Paryono, Pak
Sarjono, Pak Suhardi, Pak Muryadi, Mbak Yati, mbak Wiwit, mbak
Asih, mbak Dewi, Mbak Anik dan pak Wahyu atas ketulusan,
kebaikan, bantuan dan kerjasamanya yang telah diberikan kepada
saya selama saya mengabdi di Departemen Histologi FK-KMK
UGM. Semoga Allah SWT memberikan berkah dan rahmat yang
berlimpah. Aamin Yaa Robal ‘alamin.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Program x

PROGRAM
7 Agustus 2020 Pembicara
Pembukaan, pembicara utama dan
presentasi peserta
Pembicara utama Dr. Sri Herwiyanti M.S.
Presentasi makalah peserta

8 Agsutus 2020 Pembicara


Pendidikan anatomi
Pengalaman Pengembangan Laboratorium dr. Zainuri Sabta Nugraha M.Sc
Anatomi Fakultas Kedokteran UII
Peran citra radiologi dalam pembelajaran Dr. dr. Lina Choridah Sp.Rad(K)
anatomi
Pengembangan metode pembelajaran dr. Junaedy Yunus M.Sc. Ph.D
anatomi di bidang kesehatan

9 Agustus 2020 Pembicara


Aplikasi anatomi pada olahraga
Aplikasi antropometri pada olahraga Neni Trilusiana Rahmawati M.Kes PhD
Aplikasi biomekanika pada gerakan dr. Santosa Budiharjo M.Kes PA(K)
olahraga
Pencegahan cedera saat olahraga dr. Yudha Mathan Sakti SpOT(K)

15 Agustus 2020 Pembicara


Tikus dan mencit laboratorium
Kesehatan tikus dan mencit laboratorium Dr. drh. Hevi Wihadmadyatami, M.Sc.
Pengembangan tikus dan mencit dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih M.Sc PhD
laboratorium untuk penelitian
pengembangan dan penemuan obat di
Indonesia
Terminasi dan nekropsi tikus dan mencit drh. Dwi Liliek Kusindarta MP, Ph.D

16 Agustus 2020 Pembicara


Kualitas dan kuantitas pada pewarnaan
imunohistokimia
Kontrol mutu perwarnaan imunohistokimia Dewajani Purnomosari MSi PhD
Jaminan mutu pewarnaan imunohistokimia Dr. dr. Irianiwati SpPA(K)
untuk diagnosis kanker Payudara
Analisis kuantitatif pewarnaan dr. Rina Susilowati PhD
imunohistokimia


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Daftar isi xi

DAFTAR ISI
i
Panitia ii
Sambutan Dekan iii
Sambutan Ketua Departemen v
Biodata Dr. Sri Herwiyanti M.S. vii
Kenangan dari Dr. Sri Herwiyanti M.S. viii
Program x
Daftar isi xi
Pembicara utama 1
Peran Histologi dan Biologi Sel dalam Pengembangan Obat
Herbal ........................................................................................... 2
Pendidikan Anatomi 9
Pengalaman Pengembangan Laboratorium Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Indonesia ................................ 10
Peranan Citra Radiologi Dalam Pembelajaran Anatomi ...... 12
Inovasi Pembelajaran Berbasis Teknologi dengan Metode
Blended Learning pada Pembelajaran Praktikum Anatomi
Systema Musculoskeletale di FK-KMK Universitas Gadjah
Mada ........................................................................................... 15
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 19
Peranan somatotipe sebagai aplikasi antropometri dalam
olahraga ...................................................................................... 20
Aplikasi Biomekanika Pada Gerakan Olahraga .................... 22
Pencegahan Cedera Muskuloskeletal Akibat Olahraga ........ 25


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Daftar isi xii

Tikus dan Mencit Laboratorium 28


Pengembangan Model Hewan Coba Untuk Penelitian
Pengembangan dan Penemuan Obat di Indonesia ................. 29
Hewan Laboratorium: Tantangan dan Peluang bagi Studi
Praklinis...................................................................................... 32
Terminasi dan Nekropsi pada Hewan Laboratorium ............ 35
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 38
Kontrol Mutu Pewarnaan Imunohistokimia .......................... 39
Jaminan mutu layanan pemeriksaan imunohistokimia kanker
payudara ..................................................................................... 42
Kuantifikasi pada Sediaan Histologi ....................................... 44
Presentasi peserta 47
Ardaning Nuriliani....................................................................... 49
Rahna Nur Ramadhanti ............................................................... 51
Retno Yulianti ............................................................................. 52
Rita Maliza .................................................................................. 60
Wiwin Wiryanti ........................................................................... 61
Arif Wicaksono ........................................................................... 62
Noorman Hendry Fauzy .............................................................. 63
Wita Anggraini ............................................................................ 64
Janatin Hastuti ............................................................................. 65
Etty Widayanti ............................................................................. 67


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 1

PEMBICARA UTAMA
7 Agustus 2020 jam 13.00 -14.00

Moderator: Dewi Kartikawati Paramita

Pembicara:
Sri Herwiyanti


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 2

PERAN HISTOLOGI DAN BIOLOGI SEL DALAM


PENGEMBANGAN OBAT HERBAL

Sri Herwiyanti
Departemen Histologi dan Biologi Sel
FK-KMK Universitas Gadjah Mada
herwiyantisri@ugm.ac.id

Pemanfaatan sumber daya hayati untuk pengobatan


telah digunakan sejak lama. Beberapa sudah diisolasi senyawa
aktifnya dan digunakan di klinik untuk pengobatan. Contohnya
senyawa vinblastine dan vinkristin digunakan sebagai obat
kanker yang diekstrak dari daun tanaman tapak dara. Tanaman
kunir memiliki senyawa aktif curcumin yang telah diteliti
manfaatnya pada berbagai penyakit. Berdasarkan data Badan
Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tercatat memiliki
sekitar 30.000 spesies tumbuhan maupun sumber daya laut dan
sekitar 9.600 spesies tanaman dan hewan telah teridentifikasi
memiliki khasiat obat. Diantaranya akar rimpang kunyit untuk
mengobati diare, daun tapak dara untuk menurunkan gula darah
dan rimpang temulawak untuk mencegah peradangan. Akan
tetapi, kualitas tanaman obat yang dikategorikan obat herbal
sebagian besar belum terstandar. Di Indonesia sebagian besar
tanaman yang turun temurun telah digunakan sebagai obat
hanya memiliki data empiris, masih banyak yang belum diuji
bioaktivitasnya.
Di Indonesia, tanaman obat digunakan oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia dengan sebutan jamu. Jamu
merupakan bahan-bahan alami yang masih berbentuk
simplisia. Bentuk penggunaan obat lain di antara jamu dan obat
paten adalah Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Obat Herbal Terstandar adalah obat herbal yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 3

praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. Fitofarmaka


adalah obat herbal yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik serta uji klinik
dan bahan bakunya sudah distandarisasi. Hingga tahun 2020,
di Indonesia baru 62 obat herbal yang terstandard dan 24
fitofarmaka yang terdaftar. Ketersediaan banyak tanaman obat
di Indonesia merupakan sumberdaya yang sangat penting
dikembangkan. Pengembangan tanaman obat perlu
ditingkatkan statusnya dari jamu menjadi obat herbal terstandar
dan fitofarmaka. Identifikasi zat aktif tanaman bisa juga
nantinya dikembangkan menjadi bahan baku obat.
Pengembangan tanaman obat untuk menjadi OHT dan
fitofarmaka harus dilakukan melalui tahapan penelitian. Pada
tahap awal uji obat dapat diawali dengan formulasi bahan,
isolat, sintesis atau ekstraksi. Uji in silico dapat dilakukan
untuk mengetahui potensi titik tangkap bahan uji pada sel dan
jaringan. Selain itu uji in silico dapat bermanfaat untuk memilih
formula obat dengan afinitas paling baik. Bila telah didapatkan
bahan uji yang memiliki potensi khasiat maka perlu dilakukan
uji praklinik dan uji klinik sebelum dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Uji praklinik adalah suatu uji yang bertujuan untuk
mengetahui keamananan dan khasiat suatu bahan uji secara
ilmiah yang dilakukan melalui uji toksisitas dan uji aktivitas.
Uji toksisitas diperlukan untuk mendeteksi efek toksik suatu
zat pada sistem biologi, sedangkan uji aktivitas untuk
membuktikan khasiat suatu tanaman obat/bahan. Pengujian
biasanya menggunakan beberapa dosis untuk memperoleh data
dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Uji toksisitas dan uji
aktivitas tanaman obat /bahan dapai dilakukan secara in vitro
(di luar tubuh) dan secara in vivo (di dalam tubuh). Uji
toksisitas in vitro dapat dilakukan pada media kultur misalnya
kultur bakteri dan kultur cell line. Hasil dari uji toksisitas in
vitro adalah mengetahui konsentrasi bahan uji yang dapat
membunuh 50 % (lethal konsentrasi 50 %) dari organisme atau


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 4

sel yang ada dalam media kultur dikenal sebagai Lethal Dose
(LD) 50 %. Uji aktivitas in vitro dilakukan untuk mengetahui
manfaat dan titik tangkap tanaman obat pada tingkat sel.
Pengetahuan dasar tentang struktur dan fungsi sel sangat
diperlukan dalam mendeteksi efek spesifik obat tersebut. Pada
pengembangan obat anti kanker, tanaman obat berpotensi
menjadi obat kanker apabila bahan uji tersebut memiliki
aktifitas sitotoksik terhadap cell line kanker yang cukup tinggi
yang ditunjukkan dari hasil IC50 yang rendah.
Uji manfaat obat in vivo menggunakan hewan coba
bertujuan untuk membuktikan manfaat bahan/tanaman obat
terhadap perubahan struktur dan fungsi organ hewan coba
setelah terpapar dengan dosis dan waktu tertentu. Organ yang
diperiksa tergantung pada titik tangkap obat tersebut dan
metabolismenya. Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada
manusia dapat diketahui dengan mempelajari efek kumulatif,
dosis yang dapat menimbulkan efek toksik pada manusia, efek
karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik. Pada umumnya
informasi tersebut dapat diperoleh dari percobaan
menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada
serangkaian uji toksisitas nonklinik secara in vivo meliputi uji
toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis
oral, teratogenisitas dan sebagainya. Uji toksisitas diperlukan
untuk mengetahui perubahan fungsi fisiologis maupun
perubahan patologis pada organ vital akibat paparan bahan uji.
Organ yang terlibat pada metabolisme obat dan sering diperiksa
pada uji toksisitas adalah ginjal dan hepar. Data yang yang
diperoleh dari uji praklinik melalui uji toksisitas maupun uji
aktivitas dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai
derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada
manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi
keamanan manusia.
Uji pengembangan obat yang pada awal penelitian
dapat dimulai dengan penelitian eksplorasi yang bersifat
deskriptif namun perlu dibuktikan dengan penelitian


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 5

eksperimental untuk mendapatkan data kuantitatif dan


pembuktian hipotesis dengan analisis statistik. Analisis
jaringan hingga ke tingkat subseluler ini merupakan ruang
lingkup penelitian histologi.
Histologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
struktur mikroskopik jaringan dan organ serta komponen yang
ada didalam sel. Dalam pengembangan obat, histologi
mendukung bidang ilmu lain seperti fisiologi dan farmakologi.
Patofisiologi model in vitro dan in vivo meliputi gangguan
homeostasis dan metabolisme sel serta perjalanan penyakit
perlu dipahami dalam pemilihan dan penggunaan model
tersebut serta menentukan penanda yang perlu diperiksa dalam
uji pengembangan obat. Farmakologi yang menitik beratkan
pada dalam hal mempelajari respon obat, farmakokinetik dan
farmakodinamik. Histologi dapat memberikan dukungan
dalam membuktikan efek obat secara in situ pada tingkat
molekul, sel hingga jaringan. Berbagai bidang ilmu perlu
bekerjasana dalam menjelaskan titik tangkap dan pengaruh
obat pada tingkat molekuler. Penemuan tanaman obat sebagai
obat baru diharapkan dapat menjadi terapi yang potensial lebih
tepat dan terarah melalui kerjasama multi disiplin.
Penelitian pengembangan obat perlu memahami
struktur organisasi tubuh manusia dan model hewan dan sel.
Struktur organisasi tubuh manusia terdiri dari komponen yang
sederhana sampai pada struktur yang paling kompleks. Dimulai
dari level atom dan molekul. Beberapa molekul bergabung
membentuk makromolekul yang menyusun organella seperti
mitochondria, ribosoma, reticulum endoplasmicum dan
sebagainya. Organella merupakan komponen sel dan sebagai
bagian fungsional dari sel. Sel sebagai unit terkecil organisme
hidup akan membentuk jaringan dan selanjutnya jaringan akan
membentuk organ.
Agar struktur jaringan dan organ dapat diamati
dibawah mikroskop harus dibuat sediaan sesuai dengan teknik
pembuatan sediaan atau dikenal sebagai mikroteknik.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 6

Langkah-langkah yang harus diperhatikan pada pembuatan


sediaan histologi adalah pengambilan sampel. Saat ini
teknologi untuk memeriksa sel dan jaringan saat sel atau hewan
model masih hidup telah tersedia. Sampel hasil nekropsi atau
biopsy dapat diawetkan dengan fiksatif untuk mempertahan
bentuk sel atau jaringan seperti aslinya. Jaringan sampel
didehidrasi, selanjutnya “embedding” dan pengirisan. Untuk
mengalisis struktur jaringan dibawah mikroskop cahaya,
jaringan perlu diwarnai. Pewarnaan rutin yang dilakukan
adalah hematoksilin eosin. Bila ada komponen jaringan yang
perlu diamati diperlukan pewarnaan khusus. Misalnya Periodic
Acid Schiff untuk visualisasi polisakarida, Victoria blue untuk
visualisasi sel beta pancreas. Deteksi molekul tertentu dalam
jaringan dapat menggunakan metode imunohistokimia dengan
label yang dapat diamati dengan mikroskop cahaya atau
mikroskop fluoresens. Untuk mengamati organella dan struktur
yang lebih kecil, dapat digunakan mikroskop elektron.
Beberapa penelitian pengembangan obat herbal yang
telah saya lakukan di antaranya adalah Pomegranate Punica
granatum L), juice improves liver damage in carbon
tetrachloride induced rats. Jus biji delima (Punica granatum
L), yang dicobakan pada tikus yang diinduksi carbon
tetrachloride sebagai zat toksik yang merusak hepar kemudian
diamati gambaran histologi hepar tikus tersebut. Hasilnya biji
jus biji delima mampu memperbaiki kerusakan hepar akibat
induksi carbon tetrachloride.
Penelitian lain adalah “The effects of ethanolic extract
of Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl leaf on macrophage
phagocytic activity in diabetic rat model”. Ekstrak etanol daun
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) diberikan pada tikus
yang diinduksi nicotinamid (NA) dan streptozotosin (STZ).
Nicotinamid dan streptozotosin merupakan zat toksik untuk
membuat model tikus diabetes. Hasilnya tikus model diabetes
yang diberi ekstrak daun mahkota dewa memiliki aktivitas


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 7

fagositosis macrophagocytus peritoneal yang lebih tinggi


dibandingkan tikus kontrol diabetes.
Dalam disertasi saya, saya melaporkan hasil penelitian
1,2-epoksi- 3[3-(3’,4’dimetoksifenil) -4H-1-benzopiran-
4on]propana (EPI) suatu senyawa sintesis dari minyak daun
cengkeh. Senyawa tersebut diuji aktivitas sitoksisitasnya pada
cell line Vero (sel normal), cell line kanker payudara T47D dan
MCF7. Bersadarkan uji sitotoksisitas bahan tersebut
menunjukkan sitotoksisitas yang rendah pada cell line Vero
yaitu IC50 = 8,003 E10, dan menunjukkan sitotoksisitas yang
tinggi terhadap cell line T47D dan MCF7 masing masing
IC50 sebesar 13,946 dan 15,654. Berdasarkan hasil IC50 yang
tinggi pada cell line Vero berarti senyawa EPI adalah senyawa
yang tidak toksik tetapi memiliki kemampuan untuk
membunuh sel kanker yang dibuktikan dari hasil IC50 yang
rendah pada cell line kanker payudara T47D dan MCF-7.
Kemudian senyawa tersebut diuji secara in vitro pada cell line
kanker payudara T47D dan MCF-7 untuk diamati ekspresi
COX2, PCNA, p53 dan Bcl-2. Hasilnya adalah ekspresi PCNA,
COX2, Bcl-2 pada cell line T47D dan MCF-7 yang diberi
senyawa EPI lebih rendah dari pada yang tanpa paparan
senyawa EPI. Ekspresi p53 pada cell line T47D dan MCF-7
yang diberi senyawa EPI lebih tinggi dari pada yang tanpa
paparan senyawa EPI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
senyawa EPI mampu menghambat proliferasi dan
menstimulasi apoptosis cell line T47D dan MCF-7.
Uji manfaat in vivo dilakukan pada tikus model kanker
yang diinduksi DMBA. Pada uji in vivo diamati pembentukan
nodul dan pertambahan besar nodul, gambaran histologi
glandula mamaria, serta ekspresi protein PCNA dan VEGF.
Hasilnya adalah senyawa EPI mampu menghambat
terbentuknya nodul tikus dan pertambahan besar nodul,
gambaran histologi yang sama dengan tikus kontrol normal,
ekspresi VEGF dan PCNA yang lebih rendah dari tikus model
tanpa diberi senyawa EPI.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pembicara utama 8

Penelitian lanjutan terkait dengan bahan uji tersebut


antara lain Effect of 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-
benzopiran-4-on]propane (EPI) in sirtuin 1 and nuclear factor
kB expression in DMBA induced mammary tumors in Spraque-
dawley rats. Pada penelitian lanjutan diuji secara in vivo pada
tikus model kanker payudara yang diberi DMBA untuk diamati
ekspresi sirtuin 1 and nuclear factor kB (Nf-ƙB). Sirtuin-1
merupakan senyawa yang berperan pada deasetilasi histon dan
dilaporkan meregulasi proliferasi, survival, kematian sel dan
tumorgenesis. NF-ƙB merupakan faktor transkripsi yang
berperan diantaranya menghambat apoptosis. Hasilnya adalah
ekspresi sirtuin 1 dan Nf-kB pada model tikus kanker payudara
yang diberi senyawa EPI lebih sedikit dari pada model tikus
kanker payudara yang tanpa diberi senyawa EPI.
Uji praklinik melalui uji toksisitas dan uji aktivitas
tentang kemampuan berbagai macam tanaman obat dalam
bentuk ekstrak, sintesis dan isolat dalam media kultur dan pada
hewan model yang dinduksi senyawa agar terjadi kerusakan
pada jaringan maupun organnya telah banyak dilakukan,
namun masih banyak yang belum berlanjut ke uji klinik.
Penelitian pengembangan tanaman obat memerlukan
kerjasama antar bidang ilmu antara lain bidang farmakologi,
histologi, fisiologi, biologi sel molekuler, immunologi dan
bidang lain sehingga akan dapat terwujud penemuan banyak
obat baru yang berasal dari tanaman obat yang ada di
Indonesia. Semoga banyak peneliti muda yang dapat
meneruskan pengembangan obat ini tentunya setelah mendapat
pelatihan yang baik. Peran UGM sebagai institusi pendidikan
dan penelitian sangat penting dalam hal ini. Selama ini
pengembangan obat herbal telah menjadi salah satu unggulan
di UGM. Semoga dapat dilanjutkan dengan lebih baik di masa
yang akan datang. Akhir kata saran saya semoga penelitian
tidak berhenti hanya pada penelitian praklinik namun berlanjut
pada uji klinik sehingga banyak tanaman yang berpotensi
sebagai obat bisa dimanfaatkan untuk kesehatan


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 9

PENDIDIKAN ANATOMI
8 Agustus 2020 jam 09.00-11.00 WIB

Moderator: Rina Susilowati

Pembicara
Zainuri Sabta Nugraha
Lina Choridah
Junaedy Yunus


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 10

PENGALAMAN PENGEMBANGAN
LABORATORIUM ANATOMI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA
Zainuri Sabta Nugraha
Human Anatomy Museum Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia
zainurisabtanugraha@gmail.com

Ilmu anatomi merupakan ilmu dasar yang penting di


kedokteran. Ilmu tersebut menjadi dasar untuk memahami
ilmu kedokteran klinis. Banyaknya temuan
kekurangpengetahuan anatomi mahasiswa kedokteran dan
dokter membuktikan bahwa belum efektifnya metode
pembelajaran anatomi sampai saat ini. Adanya peralihan
metode pembelajaran “Teacher centered” ke ”Student
centered” membuat dosen tidak mudah mengajarkan anatomi.
Penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) saat ini juga
belum dibarengi dengan penyesuaian kurikulum anatomi
berbasis kompetensi. Sehingga secara nyata di lapangan masih
sangat luas lingkup materi anatomi dengan waktu belajar yang
lebih pendek sehingga terkesan overload. Selain itu, adanya
anggapan bahwa anatomi sulit dipelajari tidak sepenuhnya
benar. Yang ada menurut saya hanyalah proses retensi ilmu
anatomi butuh waktu dan tersedianya sumber belajar yang
sesuai kompetensi. Oleh karena itu dikembangkan
laboratorium anatomi yang berbasis museum untuk belajar
anatomi secara mandiri.
Dengan konsep pembelajaran baru ini diharapkan
mahasiswa hanya fokus untuk mempelajari apa yang menjadi
kompetensi dokter. Mereka tidak lagi mempelajari terlalu detil,
menghabiskan waktu dan justru menurunkan retensi
pemahaman anatomi klinik. Meskipun waktu pembelajarannya


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 11

yang terjadwal terbatas namun adanya konsep laboratorium


anatomi modern yang berbasis museum dapat memfasilitasi
mahasiswa belajar anatomi tanpa dibatasi waktu. Pengelolaan
laboratorium anatomi sebagaimana perpustakaan yang
berisikan sumber belajar yang lengkap dan mudah dipahami
karena panduan dan materinya dibuat khusus berdasarkan
kompetensi terpilih. Saat ini laboratorium anatomi FK UII
menjadi menjadi laboratorium dan museum yang mudah
diakses mahasiswa dan masyarakat untuk belajar mandiri.
Keberhasilan pengembangan laboratorium anatomi
UII karena mendapatkan dukungan penuh oleh fakultas dalam
bentuk program kerja pengembangan dan rencana anggaran
jangka panjang 5 tahun. Target pengembangan laboratorium
dan metode pembelajaran anatomi menjadi fokus utama saya
yang telah dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap I (tahun
2015) dimulai dengan studi banding dan identifikasi kebutuhan
peralatan museum. Pada tahap ini juga telah disusun modul
tematik museum. Tahap II (tahun 2016) Pengadaan peralatan
pendukung museum berupa preparat cadaver, torso dan
plastinasi secara tahap1. Tahap III (tahun 2017) Pengadaan
preparat plastinasi tahap 2 dan Pembuatan e-content museum
sesuai modul: musculoskeletal, sistem saraf, kardiorespirasi,
urogenital-reproduksi dan embriologi, gastrointestinal dan
anatomi klinik. Tahap IV (tahun 2018) Pengadaan preparat
plastinasi tahap 3 dan Launching Musium Anatomi untuk
umum dan menjadikannya sebagai pusat pembelajaran anatomi
nasional. Tahap V (tahun 2019) Pengadaan preparat anatomi
klinik. Tahap VI berupa pembuatan sarana belajar pendukung
berupa; media ajar, buku praktikum dan atlas anatomi.
Pengembangan pembelajaran anatomi yang inovatif
telah memasuki tahun keenam dan telah memberikan banyak
perubahan terutama atmosfer pembelajaran anatomi menjadi
lebih kondusif dan telah memberi manfaat untuk belajar
mahasiswa institusi lain dan mayarakat.
Kata kunci: Pembelajaran, Anatomi, Museum, plastinasi.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 12

PERANAN CITRA RADIOLOGI DALAM


PEMBELAJARAN ANATOMI
Lina Choridah1, Nur Arfian2, Nurhuda Hendra Setyawan1
1
Departemen Radiologi FK-KMK UGM / RSUP Dr. Sardjito
2
Departemen Anatomi FK-KMK UGM Yogyakarta
linachoridah@ugm.ac.id

Ilmu Anatomi merupakan akar ilmu kedokteran dan


kesehatan. Metode pembelajaran anatomi dapat dilaksanakan
melalui berbagai model. Pembelajaran anatomi utama
umumnya menggunakan model fisik yang biasa disebut
cadaver (“mayat” dalam Bahasa umum). Permasalahan yang
dihadapi pada saat ini jumlah cadaver dari tahun ke tahun
semakin berkurang, sehingga dikembangkan media ajar
anatomi yang lain terutama manekin.
Radiologi dapat berperan penting dalam membantu
proses pembelajaran anatomi. Adanya teknologi PACS disertai
berbagai perangkat lunak mampu digunakan untuk memproses
citra dari berbagai modalitas radiologi non invasive untuk
ditampilkan dalam gambar digital 2 dimensi (2D) dan 3
dimensi (3D) untuk tujuan pengajaran anatomi. Modalitas
pencitraan radiologi yang sering digunakan adalah radiografi
polos (X-Ray), Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Masing-masing
teknik memiliki kelebihan maupun kelemahan dalam
mevisualisasikan organ tubuh manusia, sehingga metode yang
dipilih atau digunakan tergantung pada struktur yang ingin kita
periksa.
Pemeriksaan X-Ray menghasilkan gambar 2D yang
membedakan jaringan menjadi berdasarkan densitas dikenal
dengan istilah radiolusen (hitam) dan radioopak (putih).
Pemeriksaan ini biasanya digunakan pada penilaian toraks,
abdomen dan anatomi skeletal. Foto toraks merupakan yang
paling sering dilakukan.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 13

CT Scan merupakan teknik pencitraan yang


menghasilkan gambar dalam 2D dan 3D berdasarkan
kepadatan / densitasnya. Terdapat suatu satuan pengukuran
densitas pada CT Scan yang dikenal sebagai Hounsfield Unit
(HU). CT Scan biasa digunakan untuk penilaian sistem
muskuloskeletal, parenkim organ padat, distribusi cairan tubuh.
Hampir semua organ tubuh dapat divisualisasikan secara jelas.
MRI adalah modalitas pencitraan yang memiliki
kelebihan, selain dapat memperlihatkan anatomi suatu organ,
juga dapat menunjukkan proses fisiologis dalam tubuh. MRI
bekerja dengan menggunakan medan magnet dan pulsa
frekuensi radio untuk membangkitkan proton (ion hidrogen)
dalam tubuh karena sebagian besar tubuh kita terdiri dari lemak
dan air yang banyak mengandung hidrogen. MRI adalah
pemeriksaan terbaik untuk pencitraan jaringan lunak.
Suatu penelitian di Kanada pada tahun 2012
mengenai peranan radiologi pada proses pembelajaran anatomi
mahasiswa kedokteran dengan responden Kepala Departemen
Anatomi dari 13 Universitas memberikani hasil yang cukup
menarik. Dua belas dari 13 responden menunjukkan bahwa
radiologi digunakan dalam pengajaran Anatomi mereka.
Mayoritas radiologi digunakan dalam kombinasi
dengan ceramah didaktik (9/10), PBL klinis (6/10), SDL
(5/10), laboratorium diseksi (3/10) ), dan selama sesi
pembelajaran berbasis komputer (4/10). Modalitas radiologi
yang diadopsi untuk pengajaran anatomi beragam, dengan
sebagian besar sekolah kedokteran Kanada menggunakan
kombinasi 4 atau 5 modalitas yang berbeda, termasuk
radiografi, CT, MRI, angiografi, dan ultrasonografi dengan 3
modalitas yang paling umum digunakan dan paling berguna
dalam pengajaran anatomi adalah radiografi (100%), CT
(90%), dan MRI (90%). Separo dari fakultas kedokteran yang
menjadi responden memiliki spesialis radiologi sebagai staff
pengajar di Departemen Anatomi.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 14

Kerjasama antara Departemen Anatomi dan


Departemen Radiologi FK-KMK UGM telah dirintis dalam
beberapa tahun terakhir. Latar belakang kerjasama tersebut
karena mulai terbatasnya jumlah cadaver serta manekin yang
digunakan pada pembelajaran Anatomi masih memiliki
beberapa kendala yaitu harganya mahal, bongkar pasang tidak
sesuai struktur anatomi, detil organ sangat kurang, tidak
dilengkapi aplikasi atau atlas interaktif, terkesan kaku dan
kurang menarik minat belajar mahasiswa.
Proses yang dilakukan adalah pengumpulan dan
pembentukan indeks data imaging dari anatomi manusia yang
bersumber dari database MRI dan CT-Scan di Departemen
Radiologi FK-KMK UGM untuk membentuk data 3D model
dari anatomi manusia dilanjutkan dengan pembuatan manekin
anatomi berbasis 3D printing. Produk pembelajaran yang berisi
atlas 3D anatomi, model manekin 3D dan aplikasi Augmented
Reality dan / Virtual Reality yang diperoleh akan
diimplementasikan dalam pendidikan ilmu anatomi di
lingkungan fakultas kedokteran.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 15

INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS


TEKNOLOGI DENGAN METODE BLENDED
LEARNING PADA PEMBELAJARAN PRAKTIKUM
ANATOMI SYSTEMA MUSCULOSKELETALE DI
FK-KMK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Junaedy Yunus
Departemen Anatomi FKKMK
Universitas Gadjah Mada
junaedy_yunus@ugm.ac.id

Revolusi industri 4.0 mengubah berbagai hal dalam


institusi pendidikan, terlebih suatu universitas sebagai ujung
tombak pencetak generasi yang unggul. Revolusi ini juga
menyebabkan tumbuhnya inovasi dalam proses pembelajaran,
dengan prinsip kemudahan akses, sharing data dan
pengetahuan serta proses pendidikan yang tidak dibatasi kelas
dan waktu. Pembelajaran anatomi juga tidak terlepas dari
revolusi industri 4.0. Penggunaan cadaver yang terbatas
menjadi alasan utama pengembangan metode pembelajaran
berbasis teknologi, walaupun teknologi informasi tidak akan
mampu menandingi cadaver dalam pembelajaran anatomi.
Konsep pembelajaran yang dipakai dalam mata kuliah
blended learning memakai prinsip-prinsip pembelajaran yang
dikembangkan oleh UGM dan FK-KMK. Dosen bukan sebagai
pemberi informasi utama, tetapi sebagai fasilitator dan rekan
belajar mahasiswa. Tiga Filosofi Pendidikan merujuk pada
strategi pengembangan yang dirancang oleh Center for
Innovation and Academic Assessment (PIKA) Universitas
Gadjah Mada, yang mengimplementasikan Student-Centered
Learning (SCL) dan disebut dengan Student-Teacher Aesthetic
Role-sharing (STAR). STAR merupakan karakter dari UGM
dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (Three Pillars
of Higher Education). Dasar pembelajaran ini juga mengacu


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 16

pada kebijaksanaan local yang dikembangkan oleh Ki Hajar


Dewantara (1889-1959) yang dikenal dengan Patrap Triloka
(ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri
andayani). Tujuan STAR adalah pembentukan karakter baik
dosen dan mahasiswa sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Konsep itu berupa modelling (dosen memberi contoh),
motivasi dan mendorong mahasiswa untuk maju dengan
memberikan dukungan secara keilmuan. STAR dengan
landasan patrap triloka diharapkan menghasilkan lingkungan
belajar yang lebih kondusif.
Proses pendidikan di FK-KMK UGM menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sehingga Problem-
Based Learning (PBL) digunakan sebagai pendekatan dalam
proses pendidikan untuk memenuhi kompetensi. Proses
pembelajaran dalam PBL memiliki karakteristik, yaitu (1)
student centered; (2) pendekatan berbasis masalah; (3)
pengajaran yang terintegrasi; (4) berorientasi pada komunitas;
(5) paparan dini terhadap ilmu klinis; (6) pembelajaran
mandiri. Dengan karakteristik tersebut, pendekatan dalam
proses pendidikan dengan PBL dapat meningkatkan dan
menyeimbangkan hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor mahasiswa. Dengan perkembangan teknologi
yang semakin canggih, salah satu metode pembelajaran yang
saat ini banyak dikembangkan untuk membangun kompetensi
era revolusi industri 4.0 adalah metode blended learning.
Metode blended learning berusaha untuk memadukan dua
metode pembelajaran, yaitu metode tatap muka (offline) dan
metode pembelajaran dengan menggunakan sistem daring
(online).
Departemen Anatomi FK-KMK UGM turut
mengembangkan inovasi pembelajaran berbasis teknologi pada
proses pembelajaran praktikum Blok A.1 Systema
Musculoskeletale tahun ajaran 2019/2020 dengan metode
blended learning. Adapun tahapan yang harus dijalankan
mahasiswa dalam modul blended learning ini meliputi:


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 17

1. Mempelajari konsep dasar teori melalui video daring yang


diunggah pada situs GAMEL (Gadjah Mada Medical e-
Learning) sebelum pelaksanaan praktikum.
2. Mengerjakan minikuis berbasis MCQ secara mandiri (self-
assessment) sebagai bentuk evaluasi hasil belajar
mahasiswa dalam memahasi konsep dasar teori dari video
daring.
3. Melaksanakan pretest di awal sesi praktikum untuk
mengevalusi pemahaman awal mahasiswa dalam
mengidentifikasi struktur anatomis pada spesimen
berdasarkan konsep dasar teori yang sudah dipelajari
sebelumnya melalui video daring.
4. Secara aktif mahasiswa mengidentifikasi struktur anatomis
berdasarkan checklist yang diberikan sebagai panduan
sistematis dalam proses pembelajaran. Checklist disusun
sebagai tujuan pembelajaran (learning objectives/LOs)
minimal yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa
berdasarkan KBK.
5. Di akhir sesi praktikum, instruktur memberikan evaluasi
terhadap aspek keaktifan dan kerja sama kelompok sebagai
bentuk evaluasi hasil belajar dalam aspek afektif dan
psikomotor.
6. Setelah menjalankan sesi praktikum, mahasiswa
mengerjakan soal posttest berupa kasus klinis untuk
mengevaluasi pemahaman konsep dasar teori anatomi
dalam pengaplikasiannya di bidang klinis. Kegiatan ini
juga merupakan bentuk paparan dini terhadap ilmu klinis
dengan tujuan memotivasi mahasiswa dalam mempelajari
ilmu anatomi. Selain memberikan penilaian, instruktur
dapat memberikan umpan balik sebagai bentuk interaksi


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Pendidikan Anatomi 18

daring dalam memahami konsep dasar teori yang harus


dikuasai oleh mahasiswa.
7. Di akhir modul, setiap mahasiswa mengikuti ujian akhir
tentamen berupa soal identifikasi preparat dengan jawaban
singkat sebagai bentuk evaluasi hasil belajar dalam aspek
kognitif.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 19

APLIKASI ANATOMI PADA OLAHRAGA


9 Agustus 2020 jam 09.00-11.00 WIB

Moderator: Jajah Fachiroh

Pembicara
Neni Trilusiana Rachmawati
Santosa Budiharjo
Yudha Mathan Sakti


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 20

PERANAN SOMATOTIPE SEBAGAI APLIKASI


ANTROPOMETRI DALAM OLAHRAGA

Neni Trilusiana Rahmawati


Fakultas Kedokteran,
Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
neni.rahmawati@ugm.ac.id

Para ilmuwan dan ahli biologi manusia menyatakan


bahwa ada hubungan antara karakteristik badan dengan
performa dalam berolahraga. Beberapa penelitian dilakukan
untuk mengkaji karakteristik morfologi atlet dengan non-atlet,
perbandingan antara atlet antar jenis olahraga ataupun antar
tingkat dalam olahraga yang sama. Telah diketahui bahwa
atlet-atlet juara pada berbagai cabang olahraga mempunyai
ciri-ciri fisik dan fisiologi yang berbeda. Somatotyping
merupakan salah satu aplikasi antropometri yang berguna
dalam mengevaluasi karakteristik badan dan merupakan
kuantifikasi bentuk serta komposisi badan manusia.
Somatotipe atau tipe badan sering digunakan untuk
menentukan perawakan seseorang, berguna pula dalam
penentuan status gizi, status pertumbuhan demikian pula dalam
penentuan perawakan atlet. Somatotipe memperkenalkan
metode yang mempelajari hubungan antara struktur fisik secara
keseluruhan dengan prestasi olahraga, uji kekuatan, kecepatan
maupun dengan daya tahan. Ada hubungan positif antara
somatotipe dengan prestasi olahraga, maupun dengan
performa. Calon atlet yang ingin berhasil dalam cabang
olahraga tertentu, setidaknya perlu mempunyai somatotipe
yang sesuai dengan para atlet berprestasi dalam suatu olahraga
tertentu pula.
Peranan somatotipe dalam olahraga tidak diragukan
lagi, karena dengan mengetahui perawakan badan yang sesuai,
dan olahraga yang sesuai dengan perawakan akan membantu


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 21

dalam pencapaian prestasi bermain, namun demikian karena


prestasi adalah kumpulan dari berbagai faktor, maka penentuan
perawakan atau somatotipe harus pula dilengkapi dengan
faktor lain yang berhubungan dengan prestasi seorang atlet,
seperti kekuatan otot, kecepatan ketrampilan, kelenturan
maupun daya tahan.
Oleh karena itu diharapkan penelitian tentang
somatotipe atlet bisa dilakukan lebih maksimal terutama dalam
perannya untuk meningkatkan dan mendapatkan peringkat
yang lebih tinggi dalam olahraga. Termasuk usaha-usaha untuk
memilih bibit atlet, disinilah peranan para peneliti agar terus
berupaya untuk menghasilkan penelitian yang hasilnya dapat
digunakan sebagai salah satu dasar kajian evaluatif dalam
pembibitan atlet, serta berperan meningkatan prestasi pada
berbagai cabang olahraga.

Kata kunci: antropometri, somatotipe, performa, atlit


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 22

APLIKASI BIOMEKANIKA PADA GERAKAN


OLAHRAGA
Santosa Budiharjo
Departemen Anatomi, FKKMK
Universitas Gadjah Mada
santosabudiharjo@ugm.ac.id

Pendahuluan:
Biomekanika adalah ilmu Fisika gerak yang diterapkan
pada tubuh. Bentuk tubuh, postur segmen tubuh dan struktur
muskuloskeletalnya mendukung pergerakan tubuh. Analisis
gerakan pada olahraga bertujuan menilai efektivitas,
optimalisasi, dan keamanan sejak awal, selama proses hingga
akhir gerakan.

Tujuan:
Menjelaskan pengertian dan keterkaitan ilmu
Kinesiologi, Biomekanika dan Kinanthropometri dalam
analisis gerakan olahraga dari hasil perekaman video dengan
salah satu perangkat lunak yaitu Kinovea pada komputer.

Diskusi:
Penerapan bidang ilmu Anatomi, Fisiologi dan
Biomekanika terkait gerakan olahraga adalah dalam
menciptakan rangkaian gerakan, pemantauan pelaksanaan dan
asesmen hasil latihan olahraga. Anatomi sistem
musculoskeletal memfasilitasi gerakan tubuh, dimana tulang
dan sendi sebagai alat gerak pasif, sedangkan otot sebagai alat
gerak aktif. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang
terprogram terencana, teratur, mempunyai dosis yang
progressif sesuai dan dilakukan asesmen dan evaluasi. Dalam
Fisiologi, saat tubuh menerima stress fisik olahraga maka akan
direspon sebagai stimulator melalui mekanisme homeostasis.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 23

Ilmu Biomekanika menekankan analisis gaya-gaya


yang berlaku pada sistem tubuh. Gaya dibedakan menjadi gaya
internal berasal dari tubuh ataupun gaya eksternal dari luar
tubuh. Dalam Biomekanika dibedakan menjadi dua aspek yaitu
Ilmu Kinetika yang membahas gaya-gaya yang bekerja pada
benda atau tubuh saat diam atau bergerak (baik gerak anguler
atau linier) dan Ilmu Kinematika yang membahas jarak lintasan
bergerak, kecepatan dan percepatan gerak (baik gerak anguler
maupun linier). Terkait gaya yang bekerja pada suatau benda
dan gerak yang disebabkannya maka terdapat hukum Newton,
yaitu hukum Newton I (Hukum inersia atau kelembaman),
hukum Newton II (F=ma) dan hukum Newton III (F aksi = - F
reaksi). Gaya adalah besaran vektor yang mempunyai besar dan
arah. Torka atau momen gaya pada suatu titik adalah suatu
vektor, dengan besar sesuai besar gaya dikalikan tuas (lengan
momen).
Sistem gerak dan persendian menyusun sistem tuas
tubuh, yang dalam kondisi setimbang maka Beban x Lengan
beban = Gaya x Lengan gaya. Pada posisi kesetimbangan
diam/kestabilan tubuh maka jumlah gaya-gaya/ momen gaya
yang bekerja pada segmen segmen tubuh tersebut adalah nol
(kecepatan dan percepatan linier/rotasi adalah nol).
Rangkaian gerakan segmen tubuh, misal berjalan
adalah memindahkan titik berat segmen tubuh karena gaya otot
yang mampu melawan beban sehingga terjadi posisi yang labil,
yang kemudian diikuti perpindahan segmen tubuh untuk
mencapai kesetabilan. Gerakan tubuh tersebut dapat direkam
dalam bentuk video dan dilakukan analisis dengan komputer
menggunakan salah satu perangkat lunak yaitu Kinovea.
Dengan menggunakan aplikasi tersebut dapat diamati antara
lain geometri gerakan, kecepatan gerak, sudut rentang gerak,
dan waktu tempuh.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 24

Penutup:
Pada saat ini menjadi keniscayaan analisis gerakan
olahraga menggunakan teknologi perekaman video, komputer
dan perangkat lunak analisis biomekanik untuk menunjang
kinerja yang efektif, optimal dan aman. Diperlukan ilmu
mutidisipliner dalam analisis gerakan olahraga terutama dari
ilmu Kinesiologi, Biomekanika, Kinanthropometri dan Ilmu
Keolahragaan.

Kata kunci: Anatomi muskuloskeletal, Biomekanika,


Gerakan Olahraga, Analisis biomeknik, Perangkat lunak
Kinovea


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 25

PENCEGAHAN CEDERA MUSKULOSKELETAL


AKIBAT OLAHRAGA
Yudha Mathan Sakti
Departemen Bedah, Prodi Orthopaedi & Traumatologi
FK-KMK Universitas Gadjah Mada / RSUP Dr. Sardjito
yudha.mathan.s@ugm.ac.id

Meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya


berolahraga merupakan suatu hal yang positif namun memiliki
risiko kemungkinan terjadinya cedera pada sistem
muskuloskeletal. Pejuang akhir pekan (weekend warriors)
adalah individu yang melakukan kegiatan olahraga di waktu
senggang pada akhir pekan yang sering melupakan pentingnya
persiapan yang diperlukan untuk mempersiapkan tubuh dalam
melakukan aktivitas olahraga tersebut. Secara umum risiko dari
cedera muskuloskeletal akibat olahraga dapat dibagi menjadi
berdasarkan faktor intrinsik ataupun ekstrinsik, yang lebih jauh
lagi diklasifikasikan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi
(modifiable) dan tidak dapat dimodifikasi (non modifiable).
Pentingnya mempersiapkan dan mengkondisikan sistem
muskuloskeletal terhadap trauma dan beban cedera dalam
melakukan olahraga dapat mempengaruh faktor intrinsik yang
dapat dimodifikasi seperti fleksibilitas, kekuatan, dan
kemampuan yang dapat melindungi olahragawan di kemudian
hari. Memahami persiapan ekstrinsik seperti memilih aktivitas
yang tepat sesuai dengan usia dan kemampuan, memilih
peralatan olahraga dan lingkungan olahraga yang tepat juga
dapat mengurangi kemungkinan cedera.
Secara umum pengkondisian dari sistem
muskuloskeletal dapat dilakukan dengan pemanasan (warming
up) sebelum olahraga serta melakukan latihan secara rutin yang
didukung dengan nutrisi baik dan seimbang. Pemanasan secara
umum terdiri dari peningkatan secara bertahap intensitas
aktivitas yang dilakukan sebelum melakukan olahraga untuk


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 26

meningkatkan mobilitas dari sendi, otot, ligamen dengan


stretching yang dilakukan secara bertahap. Pemanasan ini
penting untuk menyiapkan tubuh dan pikiran sebelum
olahraga, meningkatkan temperatur tubuh serta aliran darah
untuk mempersiapkan peningkatan metabolisme dan beban
terhadap struktur muskuloskeletal yang akan terjadi. Secara
mekanik pemanasan juga meningkatkan elastisitas dan
maksimal stretch dari otot dan ligamen yanng menmbantu
mencegah terjadinya cedera. Selain pemanasan, penting juga
melakukan pendinginan untuk mengembalikan kondisi
muskuloskeletal ke kondisi sebelum olahraga sehingga dapat
membantu tubuh dalam mengurangi nyeri paska olahraga.
Melakukan persiapan yang matang seperti memilih aktivitas
yang tepat sesuai dengan usia, memilih peralatan olahraga yang
sesuai dan memilih lokasi/ lingkungan yang tepat juga penting
untuk mengurangi kemungkinan cedera akibat olahraga.
Menggunakan pelindung siku, pelindung lutut, dan helm serta
memilih lokasi bersepeda sesuai dengan spesifikasi sepeda
yang digunakan merupakan salah satu contoh aplikasi akan hal
ini dalam memodifikasi faktor eksternal.
Cedera yang terjadi pada sistem muskuloskeletal pada
dasaarnya terjadi dalam tiga fase yang berkelanjutan meliputi
fase akut, fase repair dan regenerasi yang ditutup oleh fase
remodelling. Kemampuan sistem muskuloskeletal dalam
memperbaiki jaringan pasca cedera menunjukkan bahwa
jarigan muskuloskeletal yang cedera akan berupaya untuk
memperbaiki strukturnya untuk dapat kembali berfungsi secara
baik. Pada fase akut terjadi proses inflamasi/ peradangan yang
berfungsi untuk ‘memanggil’ dan menginformasikan tubuh
akan adanya cedera. Tanda klasik inflamasi berupa kemerahan,
pembengkakan, hangat, nyeri dan terbatasnya fungsi
merupakan alarm yang diberikan tubuh untuk memperhatikan,
mengistirahatkan dan meningkatkan fungsi metabolisme pada
daerah cedera. Fase ini lebih lanjut menginisiasi fase repair dan
regenerasi yang kemudian memfasilitasi peningkatan


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Aplikasi Anatomi pada Olahraga 27

mobilisasi seluler yang terjadi untuk menyatukan dan


membentuk kembali jaringan yang rusak. Proses regenerasi
yang juga dibantu oleh sel punca ini lebih lanjut ditutup oleh
fase remodelling dimana pengganti yang terbentuk akan
berupaya membentuk kembali seperti struktur sebelum cedera.
Sebagai praktisi medis pemahaman terhadap macam
dan jenis cedera akibat olahraga merupakan hal yang penting,
terlebih pengetahuan dan pemahaman dasar dari struktur
anatomi, struktur histologi dan fungsi fisiologi dari jaringan
yang mengalami cedera dimana hal ini dapat membangun dasar
patofisiologi dalam mencegah, dan melakukan tatalaksana dari
cedera akibat olahraga. Kompleksitas jaringan yang mengalami
cedera dapat melibatkan jaringan lunak atau jaringan keras
seperti ligamen, otot, tendon, “bantalan sendi” (meniskus,
kartilago, dan diskus intervertebralis), tulang ataupun struktur
neurovaskular disekitarnya. Pehamaman ilmu dasar akan
struktur tersebut serta kaitannya dengan fungsi dan aplikasi
penanganan cedera akan memberikan hasil terbaik untuk
penderita.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 28

TIKUS DAN MENCIT LABORATORIUM


15 Agustus 2020 jam 09.00-11.00 WIB

Moderator: Yustina Andwi Ari Sumiwi

Pembicara
Dwi Aris Agung Nugrahaningsih
Hevi Wihadmadyatami
Dwi Liliek Kusindarta


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 29

PENGEMBANGAN MODEL HEWAN COBA


UNTUK PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN
PENEMUAN OBAT DI INDONESIA
Dwi Aris Agung Nugrahaningsih
Departemen Farmakologi dan Terapi FK-KMK
Universitas Gadjah Mada
dwi.aris.a@ugm.ac.id

Penggunaan model hewan coba dalam penelitian telah


menghasilkan kemajuan pengetahuan tentang patofisiologi dan
patogenesis berbagai macam penyakit. Selain itu, penggunaan
model hewan coba juga telah banyak mendukung
pengembangan dan penemuan obat. Dalam fase-fase
pengembangan dan penemuan obat baru, hewan coba
digunakan untuk mengetahui efikasi dan keamanan kandidat
obat sebelum kemudian dilanjutkan ke tahap uji klinik pada
manusia. Oleh karena itu diperlukan model hewan coba yang
paling sesuai untuk dapat merepresentasikan kondisi pada
manusia. Sampai saat ini, terdapat berbagai macam hewan coba
yang banyak digunakan dalam pengembangan dan penemuan
obat diantaranya adalah Drosophila, C. elegans, ikan, tikus,
mencit, kelinci, anjing, kucing dan primata non-manusia.
Tikus dan mencit merupakan hewan coba yang paling
banyak digunakan di Indonesia. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh mudahnya mendapatkan hewan tersebut,
ukurannya yang kecil, harganya terjangkau, penangannya
mudah, and cepatnya hewan tersebut bereproduksi. Secara
garis besar ada 2 macam model hewan coba yaitu model hewan
genetik dan model hewan non genetik. Di Indonesia model
hewan non genetik mendominasi model hewan coba yang
digunakan oleh para peneliti. Model hewan non-genetik
memang secara umum relatif lebih mudah dibuat dibandingkan
dengan model hewan genetik. Selain itu, model hewan non


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 30

genetik biasanya juga tidak membutuhkan fasilitas khusus


dalam pemeliharaannya. Model hewan non genetik ani antara
lain adalah model hewan yang dibuat dengan induksi bahan
kimia seperti model diabetes mellitus tipe 1 yang dibuat dengan
induksi streptozotocin. Contoh model hewan non genetik
lainnya adalah model hewan yang diinduksi menggunakan
operasi misalnya dalah model hewan gagal ginjal kronis
menggunakan model 5/6 nefrektomi maupun model
hipertenyang bbisa dibuat dengan nefrektomi. Berbeda dengan
model non genetik yang dimanipulasi fenotipenya, model
hewan coba genetik mengalami perubahan pada tingkat
genotipenya. Model hewan genetik ada yang mengalami
perubahan genetik secara spontan sehingga menghasilkan
fenotipe penyakit tertentu. Namun, model hewan coba juga ada
yang sengaja dibuat dengan melakukan modifikasi pada
genotipe hewan coba sehingga bisa memunculkan fenotipe
penyakti tertentu misalnya Cryptochrome null mice (Cry 1,2
DKO mice) yang bisa digunakan untuk mempelajari hipertensi
yang sensitif garam. Model genetik ini selain bisa digunakan
untuk menguji efikasi dan keamanan kandidat obat juga bisa
digunakan untuk mempelajari fungsi gen tertentu. Namun di
Indonesia model hewan genetik ini masih sedikit digunakan.
Hal ini menyebabkan terbatasnya pilihan model hewan coba
yang bisa digunakan dalam penelitian di Indonesia.
Setiap model mempunyai kelebihan dan kekurangan,
yang menentukan apakah suatu model hewan coba tersebut
sesuai untuk jenis studi atau fase tertentu dari pengembangan
dan penemuan obat. Kesalahan dalam pemilihan model hewan
coba dapat menyebabkan kesalahan bahkan kegagalan dalam
memprediksikan efikasi dan keamanan kandidat obat baru pada
manusia. Oleh karena itu pemahaman mengenai model hewan
coba yang akan digunakan untuk penelitian serta kemungkinan
mekanisme kerja obat yang akan diuji diperlukan untuk
menentukan pemilihan model hewan coba yang akan


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 31

digunakan untuk melakukan penelitian efikasi dan keamanan


kandidat obat.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 32

HEWAN LABORATORIUM : TANTANGAN DAN


PELUANG BAGI STUDI PRAKLINIS
Hevi Wihadmadyatami
Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada
heviwihadmadyatami@ugm.ac.id

Eksperimen atau penelitian dengan menggunakan


hewan laboratorium atau uji praklinis yang saat ini telah
dilakukan di seluruh dunia memegang kontribusi utama pada
temuan dan terobosan signifikan dalam memahami mekanisme
yang mendasari berbagai penyakit serta memunculkan
intervensi klinis yang tepat atau dapat disampaikan bahwa
eksperimen dengan menggunakan hewan laboratorium
merupakan salah satu aspek penting dari penelitian biomedis
dan drug discovery program. Namun, pada penelitian dengan
menggunakan hewan laboratorium seringkali tidak
memperhatikan sentience of laboratory animals dan ethical
treatment for moral decisions bagi hewan laboratorium.
Permasalahan ini salah satunya dapat menjadi pemicu
penyebab nilai prediktif dari hasil-hasil riset terutama di bidang
biomedis seringkali rendah atau sangat rendah, yang
menyebabkan kegagalan proses translasi dari hasil penelitian.
Diperkirakan bahwa data yang tidak dapat direproduksi dari
penelitian praklinis berada dalam kisaran 51-89%. Masalah
seperti kegagalan translasi pada hasil studi dan eksperimen
yang dirancang dengan menggunakan hewan coba akan
berdampak buruk dan menyebabkan hilangnya nyawa hewan
secara sia-sia serta data yang kurang dapat diterjemahkan
sehingga mempengaruhi hasil penelitian secara keseluruhan
baik dari sisi etika maupun ekonomi. Menurut perkiraan dari
tahun 2010, penelitian biomedis telah mendapat manfaat dari
investasi global hingga mencapai US $ 240 miliar. Basic
research telah menjadi penerima manfaat utama. Banyak


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 33

penelitian dibidang biomedis yang menjanjikan keberhasilan


proses translasi akan tetapi telah gagal ditransalasikan ketika
datang ke penelitian terapan. Hal ini telah menciptakan efek
bagi investasi yang mempertanyakan nilai basic research
dalam pengembangan prosedur pencegahan dan pengobatan
penyakit, diketahui bahwa paling tidak diperlukan waktu
hingga hampir 15 tahun untuk menyetujui suatu obat untuk
dilepas ke pasar atau konsumen dengan nilai biaya
pengembangan mencapai hampir $ 1,3 miliar.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga memicu meningkatnya kompleksitas dalam
penggunaan hewan laboratorium yang dibarengi dengan
perubahan persepsi publik dan semakin meningkatnya regulasi
atau pedoman dalam penggunaan hewan laboratorium terutama
yang terkait pada penerapan prinsip 3R (replacement,
reduction, refinement) dan 5F (Freedom from hunger and
thirst, Freedom from discomfort , Freedom from pain, injury
and diseases , Freedom from fear and distress , Freedom to
express natural behaviour) membuat semakin banyak
persyaratan yang harus diperhatikan pada penelitian dengan
hewan laboratorium seperti desain eksperimental, etika
penggunaan hewan, sistem animal housing, ukuran sampel dan
statistik dalam eksperimen, humane endpoint, perbedaaan
spesies, serta penilaian ekonomi. Selain persyaratan tersebut
khususnya di Indonesia kendala yang utama juga berada pada
masih sangat minim dan terbatasnya untuk fasilitas hewan
laboratorium terakreditasi (pada level nasional belum ada
lembaga atau institusi yang mensertifikasi fasilitas hewan
laboratorium, AAALAC merupakan Lembaga internasional
sertifikasi untuk fasilitas hewan laboratorium) dan sertifikasi
bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan hewan
laboratorium. Berdasarkan hal tersebut, maka pada ulasan ini
akan mengemukakan tentang jenis hewan laboratorium di
Indonesia, penggunaan hewan laboratorium pada penelitian
biomedis, dan persyaratan bagi peneliti/ilmuwan/teknisi yang


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 34

akan melakukan dan membantu penelitian dengan


menggunakan hewan laboratorium. Diharapkan ulasan ini
dapat bermanfaat untuk memperbaiki prosedur penggunaan
hewan laboratorium secara efektif dan membantu
menerjemahkan hasilnya secara efisien.

Kata kunci: hewan laboratorium, 3R dan 5F, persyaratan


peneliti/teknisi, fasilitas hewan laboratorium.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 35

TERMINASI DAN NEKROPSI PADA HEWAN


LABORATORIUM

Dwi Liliek Kusindarta


Departemen Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada
indarta@ugm.ac.id

Kewajiban moral dan etika melekat pada semua aspek


baik pengajaran, pengujian, dan penelitian. Penelitian dan
pengujian menggunakan desain eksperimen yang telah disusun
dan disetujui oleh komite etik, salah satu bagian dari desain
penelitian yang harus ada adalah bagaimana peneliti
mengakhiri proses penelitiannya dengan menggunakan hewan
laboratorium yang disebut dengan terminasi baik
berupa humane endpoint maupun euthanasia. Metode
terminasi sangat spesifik untuk setiap model penelitian,
pengujian dan jenis hewan laboratorium yan digunakan.
Metode terminasi ditetapkan berdasarkan tujuan dari
penelitian, dan perkiraan jalannya penelitian apakah ada
indikasi rasa sakit/cekaman, penurunan kondisi, hingga
kematian dari hewan laboratorium. Peneliti dapat berdiskusi
dengan dokter hewan dan komisi etik, sehingga kriteria objektif
dan profesional dalam pemilihan metode terminasi ini dapat
dicapai oleh peneliti.
Humane endpoint adalah kriteria yang dapat menjadi
dasar untuk mengakhiri prosedur pengujian lebih awal untuk
menghentikan atau menghindari rasa sakit dan kesusahan yang
terkait dengan titik akhir atau time point penelitian, dimana
tetap memungkinkan pencapaian tujuan akhir dari
penelitian. Humane endpoint ditetapkan dengan tujuan untuk
mengurangi keparahan dan / atau durasi rasa sakit dan
kesusahan yang dialami oleh hewan laboratorium. Kriteria
yang dapat digunakan untuk mengakhiri studi sebelum


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 36

timbulnya rasa sakit dan kesusahan hewan laboratorium pada


akhirnya merupakan humane endpoint yang ideal. Kriteria
sehingga diputuskan melakukan humane endpoint harus
divalidasi dengan maksud bahwa tujuan studi akan terpenuhi
bahkan jika studi diakhiri lebih awal. Pendekatan dari humane
endpoint tidak harus berupa euthanasia tetapi bisa dipilih
dengan metode yang lain seperti: mengubah desain penelitian
yang terencana dengan mengeluarkan hewan dari penelitian
dan memberikan pengobatan terhadap hewan tersebut. Pada
suatu penelitian dengan rasa sakit/cekaman yang tidak mereda,
terminasi dengan euthanasia dipertimbangkan untuk
mengakhiri penelitian/perlakuan lebih awal dengan
mempertimbangkan kesejahteraan hewan tanpa mengganggu
hasil penelitian. Tanda-tanda umum atau gejala klinis dan
penanda biologis seperti kegagalan terapeutik, perkembangan
penyakit yang persisten meskipun dengan intervensi obat,
penanda kecacatan, perkembangan penyakit, dan penanda
umum gangguan klinis seperti penurunan berat badan, suhu
tubuh harus betul-betul ditegakkan untuk menentukan metode
terminasi yang tepat.
Di akhir eksperimen, dokter hewan atau orang yang
kompeten harus memutuskan hewan coba dibiarkan hidup atau
dibunuh secara manusiawi. Hewan tidak boleh dibiarkan hidup
jika kemungkinan besar akan terus berada dalam kesakitan atau
kesusahan permanen, atau jika kesejahteraannya
terancam. Prosedur euthanasia ini harus dilakukan oleh
personel yang terlatih yang mencakup keterampilan teknik
khusus euthanasia dan pengenalan konfirmasi kematian. Tanda
kematian harus ditetapkan agar tidak ambigu yang meliputi
antara lain detak jantung, reflex palpebrae, respon rasa sakit.
Metode euthanasia dapat berupa dekapitasi, dislokasi cervix,
inhalasi karbon dioksida, atau overdosis barbiturate.
Penggunaan anastetika atau sedativa sebelum etuanasi atau
penggunaan anastetika untuk euthanasia harus
dipertimbangkan dengan baik agar tidak mengaburkan


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Tikus dan Mencit Laboratorium 37

interpretasi data penelitian. Selain itu untuk menjamin


ketepatan metode dalam pengambilan sampel, pemilihan
metode pengambilan sampel harus diperhatikan terutama pada
tahapan nekropis dan pemilihan metode fiksasi misalnya
pemilihan antara melakukan perfusi lengkap dengan larutan
pembilas dan larutan fiksasi atau cukup larutan perfusi saja.
Masing-masing metode akan memberikan nilai lebih jika
penerapannya disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Kata kunci: hewan laboratorium, terminasi, humane endpoint,


euthanasia


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 38

KUALITAS DAN KUANTITAS PADA


PEWARNAAN IMUNOHISTOKIMIA
16 Agustus 2020 jam 09.00-11.00 WIB

Moderator: Dewi Kartikawati Paramita

Pembicara:
Dewajani Purnomosari
Irianiwati
Rina Susilowati


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 39

KONTROL MUTU PEWARNAAN


IMUNOHISTOKIMIA

Dewajani Purnomosari
Departemen Histologi dan Biologi Sel, FKKMK
Universitas Gadjah Mada
d.purnomosari@ugm.ac.id

Immunohistokimia (IHK) adalah teknik immunologi in


situ yang mampu mendeteksi penanda biologi di dalam sampel
jaringan. Metode ini telah menjadi teknik laboratorium yang
banyak dan umum digunakan dalam praktik klinis (mulai dari
diagnosis hingga stratifikasi prognostik untuk menentukan
pilihan pengobatan) dan dalam penelitian (mendukung
penelitian dasar dan penelitian translational untuk
diaplikasikan ke praktik klinis melalui uji preklinis dan klinis).
Hasil IHK yang bermutu baik sangat mendukung hasil
penelitian, diagnosis dan penanganan penyakit. Hasil yang
bermutu dapat diperoleh melalui proses kontrol mutu. Kontrol
mutu merupakan proses validasi untuk mendeteksi kekurangan
suatu proses atau produk, berbeda dengan jaminan mutu yang
menitik beratkan pada proses verifikasi untuk mencegah
produk atau proses yang kurang baik terjadi.
Teknik imunohistokimia memungkinkan deteksi
ekspresi/distribusi protein di berbagai jaringan, populasi sel
dan di dalam kompartemen sel. Selain itu, IHK bersifat sensitif
dan spesifik; relative murah, cepat, dan dapat otomatisasi.
Meskipun digunakan secara luas, IHK mempunyai beberapa
variasi, terutama pada fase pre-analitik (tipe fiksatif, waktu,
suhu fiksasi dan prosedur pemrosesan jaringan) dan fase
analitik (klon antibodi primer, waktu inkubasi, sistem deteksi
dan sistem pewarnaan manual atau otomatis). Salah satu cara
untuk mengetahui mutu IHK adalah dengan standarisasi
kontrol, yang merupakan elemen penting kontrol mutu pada
fase analitik dan interpretasi hasil IHK (fase post-analitic).


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 40

Secara garis besar, terdapat 2 macam kontrol, kontrol


positif dan kontrol negatif. Pada perkembangannya, terdapat
berbagai variasi kontrol dengan keunikan fungsi masing-
masing.
Pada prinsipnya kontrol positif digunakan untuk
menunjukkan bahwa protokol IHK mampu mendeteksi antigen
target (kontrol positif kualitatif) dan peka pada tingkat
relevansi klinis (kontrol positif terkalibrasi; mengekspresikan
protein target dengan kisaran rendah sampai tinggi).
Sedangkan kontrol negatif digunakan untuk mengevaluasi
spesifisitas IHK dan mengidentifikasi terjadinya reaksi positif
palsu.
Berdasarkan asalnya, dikenal kontrol internal dan
kontrol eksternal. Kontrol internal merupakan kontrol yang ada
di jaringan yang diperiksa, sedangkan kontrol eksternal
merupakan kontrol yang berasal dari jaringan lain. Kontrol
eksternal dibagi lagi menjadi kontrol eksternal on slide dan
batch. Kontrol eksternal on slide adalah kontrol eksternal yang
ditempelkan pada slide yang sama dengan slide jaringan yang
diperiksa. Kontrol on slide lebih unggul daripada kontrol batch
karena akan mengalami prosedur yang sama dengan jaringan
yang diperiksa. Hal ini karena asumsi bahwa masing-masing
slide bersifat unik, sehingga slide yang berbeda akan
mengalami paparan reagen dan perlakuan yang berbeda
meskipun dilakukan pada saat yang bersamaan. Baik kontrol
positif maupun kontrol negatif mempunyai kontrol internal dan
eksternal.
Berdasarkan fungsinya, kontrol negatif dibagi menjadi
2, kontrol negatif jaringan (KNJ) dan kontrol negatif reagen
(KNR). Kontrol negatif jaringan berfungsi untuk menguji
spesifisitas antibody, sedangkan KNR digunakan untuk
menguji setiap reagen pada sistem deteksi. Kontrol negatif
jaringan, dapat berupa kontrol negatif internal maupun
eksternal, sedangkan KNR merupakan serial jaringan yang


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 41

diperiksa dengan berbagai perlakuan reagen pada sistem


deteksi.
Selain itu, dikenal juga kontrol positif
immunohistochemistry critical assay performance controls
(iCAPCs) dan kontrol positif sekunder. Kontrol positif iCACPs
adalah kontrol positif eksternal baku emas yang sudah melalui
proses standarisasi para ahli. Meskipun terstandar, tidak semua
antibodi mempunyai kontrol positif iCACPs. Kontrol positif
yang sering dipakai adalah kontrol positif sekunder, kontrol ini
berasal dari jaringan yang telah diketahui mempunyai antigen
target, dapat berasal dari sisa jaringan yang diperiksa, histioid
maupun cell line. Kontrol positif dan negatif harus selalu
disertakan setiap kali melakukan IHK. Hal ini dilakukan untuk
menjamin bahwa luaran IHK diperoleh melalui prosedur yang
benar dan hasilnya memberikan spesifisitas dan sensitifitas
yang diharapkan.

Kata kunci: Imunohistokimia, kontrol mutu, kontrol positif,


kontrol negatif, antibody.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 42

JAMINAN MUTU LAYANAN PEMERIKSAAN


IMUNOHISTOKIMIA KANKER PAYUDARA

Irianiwati
Departemen Patologi Anatomik, FKKMK
Universitas Gadjah Mada
irianiwati@ugm.ac.id

Pemeriksaan imunohistokimia standar ER, PR, Her2


dan ki67 pada penderita kanker payudara dilakukan untuk
menentukan terapi dan prognosis. Penderita kanker payudara
dengan ER dan atau PR positif merupakan kanker subtipe
luminal, berespon dengan anti hormonal dan prognosisnya
paling baik. Kanker payudara dengan over ekspresi Her2
termasuk kanker agresif karena proliferasi sel yang tinggi,
namun dengan terapi anti Her2 yaitu Trastuzumab,
prognosisnya menjadi lebih baik. Penderita dengan ER, PR,
Her2 negatif atau disebut juga triple negative, hanya
mendapatkan kemoterapi dan prognosisnya paling buruk.
Kanker payudara triple negative merupakan kanker yang
berasal dari sel basal kelenjar payudara yang tidak
mengekspresikan ER dan PR. Marker Ki67 adalah marker
proliferasi sel, pada kanker payudara menentukan prognosis.
Kanker dengan proliferasi tinggi (> 20%) prognosisnya lebih
buruk dibandingkan kanker dengan proliferasi sel rendah (<
20%).
Menurut peraturan dari BPJS Kesehatan 2018,
pemeriksaan imunohistokimia untuk layanan pasien kanker
payudara dilakukan pada Rumah Sakit tipe A dan B yang
memiliki dua dokter klinis onkologi dan dua dokter spesialis
Patologi Anatomi. Pemeriksaan imunohistokimia harus
dilakukan pada laboratorium yang sudah terakreditasi oleh
organisasi profesi dan institusi atau badan internasional United
Kingdom National External Quality Assessment Service (UK
NEQAS), agar pasien memperoleh layanan jaminan kesehatan


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 43

untuk obat kanker. Pada tahun 2016-2017 pemeriksaan mutu


eksternal imunohistokimia Her2 di Instalasi Patologi Anatomi
RS. Dr. Sarjito Yogyakarta diperoleh dari UK Neqas. Pada
tahun 2019 pemeriksaan mutu eksternal imunohistokimia
kanker payudara ER, PR, Her2 dan Ki67 dilakukan oleh Badan
Penjaminan Mutu Pelayanan Patologi Indonesia (BPMPPI)
yang merupakan bagian dari organisasi profesi yaitu
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI).
Tujuan pemeriksaan mutu eksternal imunohistokimia
adalah untuk kendali mutu dan kendali biaya jaminan
kesehatan nasional serta untuk biaya pengobatan kanker
payudara yang efektif dan efisien. Pemeriksaan mutu eksternal
tersebut dilakukan satu tahun sekali. Jika layanan
imunohistokimia panel marker kanker payudara tidak
dilakukan pada laboratorium yang sudah terakreditasi, maka
pengobatan pasien kanker payudara di Indonesia tidak akan
dijamin oleh BPJS Kesehatan.

Kata kunci: Pemeriksaan mutu eksternal, Imunohistokimia,


Kanker payudara.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 44

KUANTIFIKASI PADA SEDIAAN HISTOLOGI


Rina Susilowati
Departemen Histologi dan Biologi Sel, FKKMK
Universitas Gadjah Mada
rina_susilowati@ugm.ac.id

Secara tradisional pengamatan sediaan histologi


menghasilkan data kualitatif berupa ada atau tidaknya (skala
nominal) struktur di jaringan yang penting dalam penegakan
diagnosis dan penelitian eksplorasi. Data yang bersifat
subyektif ini dapat diubah menjadi angka semi kuantitatif
namun angka tersebut merupakan derajat kualitas (skala
ordinal), bukan nilai absolut parameter di dalam jaringan.
Dengan analisis citra digital (digital image analysis) dapat
diperoleh angka dengan skala interval / rasio dengan bantuan
kamera dan perangkat lunak komputer. Dengan metode ini data
didapat dengan cepat, namun kalibrasi dan kontrol mutu perlu
diperhatikan serta keterbatasan dalam pengambilan sampel dan
pengambilan data perlu dipertimbangkan dalam mengambil
kesimpulan.
Data kuantitatif merupakan data dengan skala interval
atau rasio, bersifat obyektif dan digunakan untuk konfirmasi
membuktikan hipotesis. Dalam lingkup histologi, data tersebut
berupa jumlah, panjang, luas dan volume struktur di dalam
organ. Tantangan kuantifikasi sediaan histologi adalah sediaan
tersebut merupakan struktur berdimensi dua, sedangkan
jaringan asal sampel merupakan struktur berdimensi tiga.
Karena itu, gambaran struktur pada irisan jaringan tidak sama
dengan saat struktur tersebut masih belum diiris. Pada sediaan
histologi, volume tampak sebagai area/bidang, luas tampak
sebagai garis, struktur memanjang tampak sebagai profil dan
jumlah menjadi tidak jelas. Mengingat hal tersebut,
kuantifikasi pada sediaan histologi perlu memakai alat ukur
yang sesuai dengan prinsip geometri, yaitu 1) volume diukur


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 45

dengan alat ukur titik; 2) luas diukur dengan alat ukur garis; 3)
panjang diukur dengan alat ukur berupa bidang dan 4) jumlah
dihitung dengan alat ukur volume. Dimensi parameter yang
diukur + dimensi alat ukurnya = 3.
Tantangan kedua adalah sediaan yang diamati
merupakan sebagian kecil jaringan. Bila sampel diambil secara
acak sederhana, kemungkinan ada bagian sampel yang tidak
terwakili namun ada bagian lain yang terwakili berlebihan.
Mudah dipahami bahwa pengamatan pada satu irisan tidak
dapat mewakili seluruh jaringan. Sesuai dengan prinsip
statistik, untuk memberikan kesempatan sama pada semua
bagian jaringan untuk terpilih sebagai sampel perlu dilakukan
pengambilan sampel secara acak sistematis. Teknik untuk
mendapatkan data kuantitatif obyek berdimensi 3 dari
pengamatan sampel berdimensi 2 ini disebut stereologi, yang
saat ini merupakan baku emas metode kuantifikasi pada
sediaan histologi.
Bila parameter diukur dengan alat ukur yang sesuai,
semakin banyak sampel yang diambil secara acak sistematis
akan menghasilkan data yang lebih akurat. Namun demikian
ada banyak laporan bahwa ketika kondisi optimum sudah
dicapai, penambahan jumlah irisan dan hitungan tidak terlalu
banyak meningkatkan ketepatan kuantifikasi. Karena itu ada
semboyan “do more less well” yang berarti, terlalu banyak
bekerja kurang baik dilakukan. Sejumlah 8-10 irisan dan 100-
200 hitungan merupakan acuan metode yang optimum. Dari
data tersebut dapat diperoleh data kuantitatif pada seluruh
organ. Misal jumlah glomerulus pada satu ginjal, volume insula
pancreatica tikus, luas permukaan mucosa intestinum, panjang
pembuluh darah di otak.
Penggunaan perangkat lunak mempermudah dan
mengurangi waktu yang digunakan untuk melakukan
kuantifikasi. NewCAST® dan Stereo Investigator® merupakan
perangkat lunak stereologi yang cukup mahal. Pada perangkat
lunak tersebut, analis citra digital membantu pengambilan


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Kualitas dan Kuantitas pada Pewarnaan Imunohistokimia 46

sampel dan pencatatan hitungan. Sebaliknya prinsip stereologi


dapat diterapkan pada analisis citra digital sehingga
meningkatkan obyektifitasnya. Sebagai alternatif yang lebih
sederhana tersedia Fiji is Just ImageJ (FIJI) yang dapat
diunduh secara gratis. Perlu diingat bahwa perangkat lunak
hanya membantu saja. Kunci utama kuantifikasi pada sediaan
histologi adalah penggunaan alat ukur dan disain pengambilan
sampel yang tepat. Sebagai simpulan, dengan analisis citra
digital didapatkan kuantifikasi obyektif yang cepat yang
bermanfaat untuk diagnosis dan eksplorasi. Kuantifikasi pada
sediaan histologi untuk konfirmasi hipotesis terutama pada
hewan coba perlu dirancang dengan memperhatikan prinsip
stereologi berupa alat ukur dan pengambilan sampel yang tepat.

Kata kunci: Kuantifikasi, pewarnaan histologi, analisis citra,


stereologi, acak sistematis, perangkat lunak


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 47

PRESENTASI PESERTA

7 Agustus 2020 jam 14.00-15.00
Moderator: Dewajani Purnomosari
Peserta
No Nama Institusi Judul Presentasi

1 Ardaning Nuriliani, Fakultas Struktur Ventriculus Kelelawar Miniopterus


S.Si., M.Kes. Biologi, schreibersii (Kuhl, 1817) DAN
Universitas Rhinolophus pusillus (Temminck, 1834)
Gadjah Mada
2 Rahna Nur Universitas Kajian Histoplatologi Hepar Tikus Wistar
Ramadhanti R Tadulako Terinfeksi Schistosoma Japonicum

3 Retno Yulianti, dr. FK UPN Efek Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata
MBiomed Veteran Linn) terhdapa Kadar MDA Hepar pada tikus
Jakarta model hiperkolestrolemia Diabetik
4 Laurents Christovel Fakultas Ekstrak Etanol Buah Asam Jawa
Iban Demen Kedokteran (Tamarindus indica L.): Kajian Morfometri
Universitas Insula Pankreatika Tikus Model Diabetes
Tadulako
5 Endang Sri Undip Efek Malnutrisi (Kekurangan-Energi Protein)
Sunarsih, Dr. Terhadap Perubahan Gambaran Histologi
M.Kes.,Apt Villi Usus Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Dan Kadar Hb

6 Sitti Annisa Universitas Efektivitas Ekstrak Etanol Bunga Sepatu


Tadulako (Hibiscus rosa-sinensis L) terhadap Jumlah
Makrofag M1 dan M2 Paru Tikus Model
Diabetes Terinfeksi Tuberkulosis
7 Desy Armalina dr. FK Universitas Effect of Kelor (Moringa Oleifera) Leaves
M.Si.Med Diponegoro Extract Againts Uterus Pregnant Mice and
Teratogenic Influence on the Fetus
8 Rita Maliza Ph.D Universitas Efek asam retinoat pada ekspresi gen Midkin
Ahmad Dahlan dikelenjar hipofisis lobus anterior tikus Wistar

9 Wiwin Wiryanti Poltekkes Larutan asam asetat sebagai agent rehidrasi


Kemenkes pada pewarnaan hematoksilin eosin
Bandung


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 48

No Nama Institusi Judul Presentasi


10 dr. Arif FK Universitas Cadaver. Masihkan diperlukan?
Wicaksono, M. Tanjungpura
Biomed
11 Noorman Hendry Laboratorium Ilmu anatomi untuk merekonstruksi
Fauzy S.Si. Bioantropologi kehidupan di masa lampau
dan
Paleoantropolo
12 Dr.drg.Wita Fakultas Pengajaran Praktikum Anatomi Secara
Anggraini, Kedokteran Daring Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran
MBiomed., Gigi Gigi Universitas Trisakti
PAK.,SpPerio Universitas
13 Janatin Hastuti, FKKMK Hubungan anttopometri dan ketidakpuasan
S.Si., M.Kes., UGM tubuh pada anak remaja di Yogyakarta umur
Ph.D 12-15 tahun

14 Etty Widayanti, Universitas Hubungan antara Tinggi Badan dan Panjang


SSi. MBiotech. YARSI Ulna pada Siswa SDN Cempaka Putih 01
Jakarta


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 49

ARDANING NURILIANI
STRUKTUR VENTRIKULUS KELELAWAR
Miniopterus schreibersii (Kuhl, 1817) DAN Rhinolophus
pusillus (Temminck, 1834)

Dhinar Mustika Natalia1, Luthfi Nurhidayat2, Retno Wulandari1,


Ardaning Nuriliani2*
1
Alumni Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
2
Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan, Fakultas Biologi,
Universitas Gadjah Mada

Email: ardaning@ugm.ac.id

Latar belakang: Kelelawar berperan penting di dalam ekosistem sebagai


pemencar biji, pengendali hama serangga, maupun penghasil guano, namun
keberadaan di alam semakin menurun karena kekurangan sumber pakan dan
kerusakan lingkungan hidup. Upaya konservasi perlu dilakukan, salah
satunya adalah dengan mempelajari kaitan jenis pakan dan struktur sistem
pencernaan. Goa Jepang, Tlogo Nirmolo, Kaliurang, DIY memiliki dua
spesies kelelawar anggota subordo Microchiroptera yaitu Miniopterus
schreibersii dan Rhinolophus pusillus. Preferensi pakan Microchiroptera
sangat bervariasi, antara lain frugivora, sanguivora, dan insektivora.
Miniopterus schreibersii dan R. pusillus merupakan insektivora dengan
habitat yang sama, sehingga perlu dipelajari kaitan struktur histologis
ventrikulus dengan adaptasi terhadap pakan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur ventrikulus M.
schreibersii dan R. pusillus. Spesimen M. schreibersii dan R. pusillus,
masing-masing 3 ekor, ditangkap menggunakan sweap net dan mist net.
Metode: Spesimen dikorbankan menggunakan kloroform kemudian dibedah
dan diambil ventrikulusnya. Sampel ventrikulus difiksasi menggunakan
Neutral Buffered Formalin kemudian diproses dengan metode parafin dan
pewarnaan Hematoxylin-Eosin (tebal sayatan 6 µm).
Hasil dan pembahasan: Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan
bahwa kedua kelelawar tersebut memiliki ventrikulus berbentuk globular
akan tetapi saluran pencernaan dan ventrikulus M. schreibersii lebih berat
dan panjang daripada saluran pencernaan dan ventrikulus R. pusillus. Secara
histologis, ventrikulus M. schreibersii dan R. pusillus terdiri dari tunika
mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Tunika
mukosa terdiri atas sel epitel kolumnar selapis, vili, rugae, gastric pits, sel
parietal, sel zimogen, sel punca, dan lamina muskularis mukosa. Tunika
submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah, dan limfosit.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 50

Tunika muskularis tersusun atas otot obliquus, sirkular, dan longitudinal.


Sedangkan tunika serosa tersusun atas jaringan ikat longgar dan sel-sel
mesotelium. Secara morfometeri, Miniopterus schreibersii memiliki tunika
mukosa (79,25 ± 9,42 m) yang lebih lebar dibandingkan dengan tunika
muskularis (70,75 ± 11.89 m), sedangkan R. pusillus memiliki tunika
muskularis (73,75 ± 11,89 m) yang sedikit lebih lebar daripada tunika mukosa
(75 ± 29,82), walaupun perbandingan kedua tunika tersebut pada masing-
masing spesies tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil tersebut diketahui
bahwa M. schreibersii lebih mengembangkan proses pencernaan secara
kimiawi sedangkan R. pusillus lebih mengembangkan proses pencernaan
secara mekanik.
Simpulan: Kedua spesies kelelawar ini memiliki struktur histologis
ventrikulus yang sama namun mengembangkan pola adaptasi yang berbeda
terhadap pakan.

Kata kunci: Miniopterus schreibersii, Rhinolophus pusillus, ventrikulus,


struktur histologis.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 51

R AHNA N UR R AMADHANTI
KAJIAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR
TERINFREKSI SCHISTOSOMA JAPONICUM
David Pakaya1, Rahna Nur Ramadhanti2, Varel Bramantio Gagola2,
Christin Rony Nayoan3,4, Junjun Fitriani3, Vera Diana Towidjojo5
1
Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
2
Mahasiswa Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
3
Depertemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
4
Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
5
Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Email: rahna.ramadhanti@gmail.com

Latar Belakang: Schistosoma termasuk Schistosoma japonicum (S.


japonicum) dapat hidup pada hospes perantara seperti tikus dan menginfeksi
mamalia termasuk manusia dan tikus. Untuk mempelajari patofisiologi
Schistosoma maka dapat dipelajari menggunakan model tikus. Tujuan:
Untuk mendeskripsikan perubahan histopatologi hepar tikus wistar yang
terinfeksi S. japonicum.
Metode: Sampel penelitian tikus wistar jantan berusia 8 minggu, berat 250–
350 gr. Sampel berjumlah 16 ekor, diinjeksikan serkaria S. japonicum secara
intraperitoneal, dibagi dalam 4 kelompok, kelompok Kontrol (K) terminasi
hari ke-0, kelompok P1 terminasi hari ke-14, kelompok P2 terminasi hari ke-
28, kelompok P3 terminasi hari ke-42. Hepar dinekropsi dan diperiksa
histopatologi dengan pewarnan hematoksilin eosin, dan dianalisis secara
kualitatif.
Hasil: Kelompok K menunjukan gambaran histologis hepar yang normal,
kelompok P1 didapati degenerasi hepatosit, pelebaran sinusoid dan sel-sel
radang, kelompok P2 tampak degenerasi hepatosit, apoptosis, pelebaran
sinusoid, dan sel-sel radang, kelompok P3 tampak degenerasi hepatosit,
nekrosis hepatosit, dan infiltrasi sel-sel radang serta dijumpai adanya
penebalan jaringan ikat.
Simpulan: Terdapat perubahan struktur histologis hepar namun belum
ditemukan adanya granuloma pada tikus wistar terinfeksi S. japonicum.

Kata Kunci: histopatologi, hepar, S. japonicum.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 52

R ETNO Y ULIANTI
PENGARUH PEMBERIAN BENALU TEH (Scurulla
atropurpurea) TERHADAP PERUBAHAN HISTOLOGI
HEPAR TIKUS (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI
SEL DARAH MERAH DOMBA
Nadya Shabirah Zahra1, Retno Yulianti 2, Nunuk Nugrohowati3
1
Program Studi Sarjana Kedokteran, FK UPN “Veteran” Jakarta
2
Departemen Patologi Anatomi, FK UPN “Veteran” Jakarta
3
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UPN “Veteran” Jakarta
Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan 12450, Telp. (021)
7656971

E-mail: dr.retnoyulianti@gmail.com

Latar belakang: Hati adalah organ yang mendetoksikasi produk metabolik,


obat, dan toksin yang masuk dalam tubuh, sehingga dapat dibayangkan akibat
yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati1. Apabila terdapat
bahan-bahan yang mengandung toksin atau racun, hati akan bekerja
maksimal untuk menetralisasinya. Ketika racun tidak dapat dinetralkan, maka
akan berdampak pada perubahan histologi dan fungsi dari hati yang sangat
berbahaya bagi tubuh. Penilaian respon kerusakan pada hati dapat
menggunakan sel darah merah domba sebagai suatu antigen yang dapat
membuat reaksi imunologis pada tubuh2. Kerusakan yang terjadi akibat
antigen yang masuk ke dalam sirkulasi darah hati maka harus segera
dinetralisir agar fungsi hati kembali seperti semula dan menjalankan
fungsinya dengan baik. Pengobatan yang dapat dilakukan meliputi
penggunaan obat-obatan medis maupun tradisional. Penggunaan obat
tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat
dokter. Karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit dari pada obat sintesis yang penggunaannya harus dilakukan secara
tepat, seperti memperhatikan kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan
waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, dan ketepatan telaah
informasi3. Salah satu tanaman yang digunakan masyarakat untuk
pengobatan tradisional adalah benalu teh (Scurulla atropurpurea) yang
merupakan tumbuhan parasit yang sering tumbuh di pohon teh sebagai
tumbuhan inangnya, meskipun demikian Scurulla atropurpurea secara
tradisional banyak digunakan sebagai obat deuretik, cacar air, anti viral, anti
hipertensi, dan anti kanker4. Kandungan Benalu teh adalah senyawa kuersetin
yang merupakan bagian dari senyawa polifenol yang berkhasiat sebagai
antiradang, antioksidan, analgesik, antivirus, anti-HIV, mampu merangsang
sistem imun, antialergi, antikanker, dan mencegah keracunan hati5.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 53

Tujuan: Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Scurulla


atropurpurea terhadap perubahan histologi hati pada tikus yang diinduksi sel
darah merah domba sebagai antigen.
Metode: Penelitian eksperimental laboratorium ini menggunakan 28 tikus
(Rattus novergicus) yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok yang terdiri
dari kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak
benalu teh dosis 750 g/kgBB/hari, 1,5 g/kgBB/hari dan 3 g/kgBB/hari selama
2 minggu. Tikus sebelumnya diinduksi sel darah merah domba secara
intraperitoneal sebagai antigen selama 1 minggu. Akhir penelitian dilakukan
diseksi untuk mendapatkan jaringan hati untuk dianalisis secara histologis
dengan pembesaran 400x. Semua sampel diproses dengan menggunakan uji
Kruskal-Wallis.
Hasil: Didapatkan pada kelompok 1,5g / kgBB / hari menunjukkan hasil p
<0,005 yang menunjukkan adanya peningkatan stimulasi sel-sel imun
limfositik derajat sedang terhadap antigen yang masuk ke dalam sirkulasi
darah di hati.
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya efektivitas dari ekstrak
Scurulla atropurpurea sebagai imunostimulator.

Kata kunci: Benalu teh, imunostimulator

emen


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 54

EKSTRAK ETANOL BUAH ASAM JAWA (Tamarindus


indica L.): KAJIAN MORFOMETRI INSULA
PANKREATIKA TIKUS MODEL DIABETES

David Pakaya1, Laurents Christovel Iban Demen2, Citra Dewi3, Niluh


Puspita Dewi4, Joni Tandi4, Fauziah Amining1, Mohammad Salman1
1
Departemen Histologi 2Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Universitas Tadulako; 3Mahasiswa Program Studi Farmasi,
4
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Pelita Mas
Email: lau.christo21@gmail.com

Latar belakang: Diabetes melitus ditandai dengan peningkatan kadar


glukosa darah, akibat kerusakan sel β dan perubahan progresif pada struktur
insula pankreatika pankreas. Bahan alam yang mengandung antioksidan
seperti buah asam Jawa (Tamarindus indica L.) dapat menjadi alternatif
pengobatan diabetes.
Tujuan: menguji efek ekstrak etanol buah asam Jawa (Tamarindus indica
L.) terhadap morfometri (perimeter dan luas) insula pankreatika model tikus
diabetes.
Metode: Sampel berupa tikus Wistar jantan, usia 8 minggu, BB 250-300
berjumlah 25 ekor, di induksi STZ dosis tunggal 40 mg/kgBB. Tikus dibagi
dalam 5 kelompok. Kelompok A: kontrol normal, Kelompok B: kontrol
negatif, Kelompok C: tikus DM dengan terapi ekstrak 150mg/Kg BB,
Kelompok D: tikus DM dengan terapi ekstrak 250mg/Kg BB, Kelompk E:
tikus DM dengan terapi ekstrak 350mg/Kg BB. Kadar glukosa darah puasa
(GDP) diukur pada hari ke 7, 14 dan 21 pasca induksi STZ. Jaringan pankreas
dibuat sediaan dengan ketebalan 5µm dan diwarnai dengan Hematoxylin
Eosin. Sampel diamati dengan mikroskop perbesaran 400x. Pengamatan
menggunakan perangkat lunak Image J untuk mengukur perimeter dan luas
insula pankreatika. Data dianalisis dengan uji statistik non parametrik
Kruskal Wallis dan post hoct Mann Whitney.
Hasil: Kadar glukosa darah puasa pada hari ke-21, pada tikus dengan
pemberian ekstrak etanol buah asam Jawa (Tamarindus indica L.) dosis
150mg/Kg BB dan 250 mg/KgBB menurunkan GDP sampai normal,
sedangkan dosis 350mg/KgBB tidak mencapai nilai normal. Perimeter insula
pankreatika berbeda signifikan (p=0,01), dan luas insula pankreatika berbeda
signifikan (p=0,019).
Simpulan: Ekstrak etanol buah asam Jawa (Tamarindus indica L.) dosis
150mg/Kg BB membantu menurunkan glukosa darah dan memperbaiki
morfometri insula pankreatika tikus model diabetes.

Kata kunci: Tamarindus indica L., morfometri, insula pankreatika, diabetes.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 55

EFEK MALNUTRISI (KEKURANGAN-ENERGI


PROTEIN) TERHADAP PERUBAHAN: GAMBARAN
HISTOLOGIS VILLI USUS TIKUS PUTIH JANTAN
(Rattus norvegicus) DAN KADAR Hb*

Endang Sri Sunarsih, Yoga Adhi Dana


e-mail: endss2007@yahoo.co.id

Latar Belakang: Malnutrisi pada anak-anak merupakan masalah yang masih


banyak ditemukan di Indonesia, sebagai negara berkembang. Prevalensi
mencapai 7,5% (unicef, 2017), mengancam generasi bangsa. Perubahan
patologis pada organ saluran pencernaan seperti duodenum berperan penting
dalam perjalanan penyakit dan perbaikan kondisi malnutrisi. Penelitian
menggunakan hewan coba tikus Wistar diharapkan dapat membantu
pemahaman terhadap patofisiologi manutrisi (KEP).
Metode: Penelitian pendahuluan ini berupa eksperimen dengan desain post-
test only with control group. 12 ekor tikus berusia 3-4 minggu, berat 100-130
gram, dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing kelompok 6 ekor, kelompok
kontrol dan malnutrisi. Tikus kelompok kontrol diberikan pakan sebanyak 10
g/100 g BB/hari selama 21 hari, dan tikus kelompok malnutrisi 5 g/100
gBB/hari selama 21 hari. Setiap hari ke: 7, 14, 21, tikus di timbang BBnya.
Pada hari ke 21 tikus dari masing-masing kelompok dieutanasia dan
duodenum tiap tikus diambil untuk dibuat preparat histologi potongan
melintang menggunakan pewarnaan (HE).
Hasil dan Pembahasan: Kadar Hb tikus normal rerata ± SD: 16.08 ± 0.17
g/dl dan kadar Hb tikus malnutrisi rerata ± SD: 15.4 ± 0.52 g/dl. Perubahan
morfologi dan histologi villi usus, pada tikus normal belum mengalami
degenerasi, pada tikus malnutrisi terjadi degenerasi, sampai terjadi nekrosis
di epitel permukaan, dan adanya radang pada tunika mukosa.
Penurunan kadar hemoglobin pada perlakuan 21 hari memberikan hasil
ada perbedaan yang bermakna secara statistik, (p<0,05). Sintesis hemoglobin
selain dipengaruhi oleh ketersediaan zat besi, juga dipengaruhi oleh
kecukupan protein. Kondisi defisiensi protein dalam asupan makanan sehari-
hari dapat menyebabkan terjadinya gangguan sintesis hemoglobin (Rodwell
et al., 2017).
Villi usus berfungsi mengabsorbsi asupan makanan. (Robin & Kumar,
1995). Kondisi malnutrisi menyebabkan degenerasi, adanya penimbunan
abnormal trigliserida dalam sel parenkim. Kekurangan energi protein (KEP),
akan merusak struktur dan fungsi sel, sehingga villi usus secara fungsional
kehilangan kemampuan melakukan absorbsi dan mobilisasi lemak


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 56

(Herington, C.S, 2017). Perbaikan kondisi malnutrisi diperlukan langkah


yang tepat terhadap asupan makanan dan terapi obat, yang diberikan dan
harus disesuaikan.
Simpulan: Tikus malnutrisi (KEP), kadar Hb lebih rendah dari normal dan
morfologi villi usus mengalami degenerasi, nekrosis pada permukaan epitel,
ada radang pada mukosa, dibanding tikus normal.

Kata kunci: Malnutrisi (KEP), histologi, villi usus, hemoglobin.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 57

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUNGA SEPATU


(Hibiscus rosa-sinensis L) TERHADAP JUMLAH
MAKROFAG M1 DAN M2 PARU TIKUS MODEL
DIABETES TERINFEKSI TUBERKULOSIS
David Pakaya1, Sitti Annisa2, Ofel Mazmur Kristoper2, Resky Amalia
Ayudis2, Christine Rony Nayoan3, Tri Setyawati4, Yuli Fitriana1, Arlita
Leniseptaria Antari5, Indah Saraswati6
1
Departemen Histologi 2Mahasiswa Program Studi Kedokteran,
3
Departemen Farmakologi 4Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako; 5Departemen Mikrobiologi 6Departemen Kimia
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Email: sittiannisa99@gmail.com

Latar belakang: Keadaan hiperglikemia pada Diabetes mellitus (DM) dapat


menyebabkan gangguan fungsi fagosit makrofag, sehingga mudah
mengalami infeksi termasuk M. Tuberculosis. Imunostimulan dari bahan
alam dapat membantu memperbaiki kondisi hiperglikemia dan fungsi fagosit
makrofag. Tujuan: Menganalisis efek ekstrak etanol bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.) terhadap jumlah Makrofag M1 dan M2 tikus model TB-DM.
Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Wistar jantan
berjumlah 27 ekor, usia 8 minggu, berat badan 200-230 gr, yang dibagi
menjadi 3 kelompok perlakuan, K: Kelompok tikus kontrol normal, P1:
Kelompok tikus positif TB-DM, P2: Kelompok tikus TB-DM + ekstrak
bunga sepatu dosis 250 mg/kg BB dan 3 waktu pengukuran H+3 DM, H+14
DM dan H+21 DM. Tikus model TB-DM dibuat dengan pemberian
nicotinamide (NA) 100 mg/Kg BB dan streptozotocin (STZ) 65 mg/Kg BB,
agen TB 1,5 x 105 CFU. Kadar GDP dikukur dengan metode GOD-PAP dan
jaringan paru dinekropsi, dibuat dalam blok paraffin dan dilakukan
pewarnaan imunohistokimia dengan antibodi anti iNOS untuk M1 dan
antibodi anti arginase untuk M2. Dihitung dengan perangkat lunak Image J,
data dianalisis Kruskal Wallis.
Hasil: Pemodelan tikus TBDM, menyebabkan terjadinya peningkatan kadar
glukosa darah, penurunan jumlah makrofag M1, peningkatan jumlah
makrofag M2 seiring dengan bertambahnya durasi perlakuan. Pemberian
ekstrak etanol bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), menyebabkan terjadi
penurunan kadar glukosa darah, jumlah makrofag M1 dan serta peningkatan
jumlah makrofag M2 seiring dengan bertambahnya durasi.
Simpulan: Pemberian ekstrak etanol bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis
L.) dapat menurunkan rasio makrofag M1/M2 namun tidak signifikan
(p=0,351).


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 58

Kata Kunci: ekstrak bunga sepatu, makrofag m1, makrofak m2, diabetes,
tuberkulosis


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 59

EFFECT OF KELOR (Moringa oleifera) LEAVES


EXTRACT AGAINST UTERUS PREGNANT MICE
AND TERATOGENIC INFLUENCE ON THE FETUS
Desy Armalina*, Neni Susilaningsih, Indah Saraswati, Eva Annisa
Medical Faculty Diponegoro University, Semarang
*
Email: desy.armalina@gmail.com

Introduction: Moringa as a source of additional dietary. It contains 9


essential amino acids, calcium, iron, potassium, magnesium, zinc and
vitamins A, C, E and B which have a major role in the immune system.
Previous study found that Moringa can increased the average levels of
haemoglobin, after 3 months therapy of breastfeeding mothers. Otherwise in
India, Moringa use broad wide to avoid the unnecessary pregnancy.
Administration of 100 mg/kg body weight of the alcoholic extract in rats
resulted in 100% abortion, while doses of 50 and 25 mg/ kg body weight of
the alcoholic extract resulted in 44.86 % and 26.26 % abortion. The aim of
this study was to evaluate the influence of Moringa leaf extract in uterus
pregnant mice uterus, teratogenic effect on the foetus and its phytochemistry
of Moringa leaves
Methods: An experimental laboratory design was conducted in 20 pregnant
female Balb/c mice. They were randomized into 4 groups. Group K was not
given anything. Group P1-P3 were given moringa leaf extract during
pregnancy age 7-18 days with dose of 10, 20 and 30 mg/kgBB. On day 19,
cesar surgery was performed to take the uterus, count the number of living
foetus, dead foetus, disability and other morphological abnormalities.
Phytochemical analysis is performed quantitatively and qualitatively.
Results and discussions: We found no significant for comparation between
all group. The abortificient effect was also observed in the uterus
where it causes endometrial epithelium damage of the uterine
gland as well as making the endometrial milieu to become
unfavourable for the implantation of the fertilized ovum. Qualitative analysis
results showed that there were alkaloids, flavonoids, phenols, steroids, and
tannins in Moringa leaf extract. Quantitative testing of steroids showed that
Moringa leaves contained steroids of 1057.6 ppm.
Conclusion: The ethanol extract of Moringa leaf has shown no uterus effect
and therefore for the dose in the research was still save for consumption
during pregnancy. More research should be accompanied to know the effects
on other organs and hormones.

Keywords: Moringa Oleifera, Uterus, Teratogenic, Extract, Phytochemical


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 60

R ITA M ALIZA
EFEK ASAM RETINOAT (RA) PADA EKSPRESI GEN
MIDKINE DI KELENJAR HIPOFISIS LOBUS
ANTERIOR TIKUS WISTAR JANTAN

Rita Maliza1, Ken Fujiwara2, Takashi Yashiro2


1
Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Terapan,
Universitas Ahmad Dahlan
2
Divisi Histologi dan Biologi Sel, Departemen Anatomi, Jichi Medical
University School of Medicine, Japan

Latar belakang: Midkine berperan dalam memodulasi proliferasi dan


migrasi sel di berberapa jaringan. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa
Midkine dihasilkan oleh sel folliculostellate di kelenjar hipofisis lobus
anterior tikus dewasa Wistar jantan, dan diduga memiliki peran penting
terhadap sel-sel yang meproduksi hormon. Enzim RALDH yang berperan
dalam proses sintesis asam retinoat (RA) juga diekpresikan pada sel
folliculostellate.
Tujuan: Studi ini bertujuan melihat efek dari asam retinoat terhadap ekpresi
gen Midkine di kelenjar hipofisis lobus anterior tikus dewasa Wistar jantan.
Metode; Sel lobus anterior dari kelenjar hipofisis dikultur langsung pada
medium yang ditreatmen dan tanpa treatmen all-trans RA (ATRA) selama 24
sampai 72 jam. Ekspresi gen diukur dengan menggunakan qPCR. Metode In
situ Hybridization dan IHK digunakan untuk mengidentifikasi sel yang
mengekspresikan gen Midkine.
Hasil: Hasil studi memperlihatkan bahwa ekspresi gen Midkine meningkat
setelah sel ditreatmen dengan ATRA. Efek stimultor ATRA pada gen
Midkine tergantung kepada waktu dan dosis perlakuan. Asam Retinoat
Reseptor (RAR) agonist Am80 mampu meningkatkan ekspresi Midkine sama
seperti RA secara signifikan, berbeda dengan Asam Retinoat X Reseptor
(RXR) agonist PA0324 tidak memiliki efek peningkatan ekpresin gen.
Simpulan: RA mampu menginduksi ekpresi gen Midkine dengan berikatan
terhadap receptor RAR dan juga meregulasi ekpresi gen Midkine pada sel
folliculostellate.

Kata kunci: Midkine, Asam Retinoat, Kelenjar Hipofisis, Sel


folliculostellate, Tikus Wistar


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 61

W IWIN W IRYANTI
ASAM ASETAT SEBAGAI PENGGANTI ALKOHOL
DALAM PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN
PADA JARINGAN UTERUS MENCIT

Salsabila Deva 1) dan Wiwin Wiryanti 2)


1) Mahasiswa Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung
2) Dosen Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung

Email: wiwinwiryanti@yahoo.com

Latar belakang: Pewarnaan sediaan sitohistologi harus melalui berbagai


tahap, salah satunya rehidrasi. Pada perkembangannya asam asetat 1% telah
terbukti dapat menggantikan alcohol sebagai agen dehidrasi dan pembilas
pada pewarnaan papanicolaou.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan intensitas
pewarnaan inti dan sitoplasma pada jaringan uterus mencit dengan
menggunakan asam asetat dan alcohol sebagai agen rehidrasi pada
pewarnaan Hematoksilin Eosin.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan
desain penelitian Statistical Group Comparison menggunakan blok jaringan
uterus mencit betina galur wistar sebanyak 32 sediaan untuk 2 kelompok
perlakuan, yaitu rehidrasi pewarnaan dengan asam asetat 5%, 3% dan 1% dan
dengan alkohol 100%, 95% dan 70%. Hasil pewarnaan kemudian dianalisa
intensitas warna inti dan sitoplasma dari tiap perlakuan menggunakan
perangkat lunak Image J.
Hasil: Didapatkan rerata intensitas warna pada perlakuan menggunakan
asam asetat sebagai agen rehidrasinya yaitu 0.53 OD pada inti dan 0.23 OD
pada sitoplasma. Sedangkan data rerata intensitas warna pada perlakuan
menggunakan alcohol sebagai agen rehidrasiny ayaitu 0.44 OD pada inti dan
0.21 OD pada sitoplasma. Berdasarkan uji t-test terdapat tidak terdapat
perbedaan bermakna pada intensitas warna inti pada kedua perlakuan dengan
nilai signifikan (2-tailed) > 0.05 yaitu 0.063. dan pada intensitas warna
sitoplasma pada kedua perlakuan dengan nilai signifikan (2-tailed) > 0.05
yaitu 0.758.
Simpulan: asam asetat dapat digunakan sebagai agen rehidrasi pada
pewarnaan Hematoksilin Eosin pada sediaan jaringan uterus mencit.

Kata kunci: Pewarnaan histologi, agen rehidrasi, Asam asetat


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 62

A RIF W ICAKSONO
CADAVER. MASIHKAN DIPERLUKAN?

Arif Wicaksono
Departemen Anatomi Program Studi Kedokteran FK Untan

Email: drarifwicaksono@gmail.com

Latar Belakang: Mata kuliah anatomi pasti didapatkan oleh semua


mahasiswa kedokteran. Anatomi merupakan mata kuliah dasar yang sangat
penting dalam pembelajaran kedokteran, saat menjadi mahasiswa,
kepaniteraan dan sampai menjadi dokter. Dalam pembelajaran anatomi
terdapat beberapa alat bantu untuk memudahkan pemahaman mahasiswa,
salah satunya adalah cadaver. Berbagai problema etik dan banyaknya alat
bantu pembelajaran anatomi baru, memunculkan pertanyaan: masihkah perlu
kita menggunakan cadaver?
Metode: Dilakukan survey pada mahasiswa kedokteran tingkat 2 Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
mengenai metode pembelajran, alat bantu pembelajaran dan alasan memilih
alat bantu tersebut.
Hasil: Sebanyak 75 orang mahasiswa mengisi survey. Kebanyakan
mahaiswa menyatakan metode pembelajaran anatomi terbaik adalah melalui
Praktikum (58,67%), kemudian diikuti dengan Kuliah (36 %) dan lainnya
(5,33%). Tiga alat bantu yang dianggap mahasiswa paling dapat membantu
adalah Atlas anatomi (36%), diikuti cadaver (34,67%) dan manikin (14,67%).
Pilihan belajar terbanyak adalah kombinasi sediaan basah dan kering
(89,33%), sediaan basah (8%) dan sediaan kering (2,67%). Alasan untuk
sediaan basah adalah karena sangat jelas dan nyata, bisa dibedakan antara
satu jarigan dan jaringan lainnya.
Simpulan: Cadaver masih diprlukan dalam pembelajaran anatomi karena
sangat nyata, dengan kombinasi sediaan lainnya untuk membantu mahasiswa
memahami anatomi

Kata kunci: anatomi, pembelajaran, cadaver


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 63

N OORMAN H ENDRY F AUZY


ILMU ANATOMI UNTUK MEREKONSTRUKSI
KEHIDUPAN DI MASA LAMPAU

Ashwin Prayudi, S.S., M.Sc dan


Noorman Hendry Fauzy, S.Si

Latar belakang: Ilmu anatomi membantu untuk memahami manusia yang


hidup di masa lampau. Hal ini, dilakukan dengan menggunakan sisa-sisa
manusia yang didapat dari penggalian arkeologi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi kehidupan pada masa
lampau pada tiga rangka manusia dari masa pra-sejarah Gilimanuk, Bali.
Metode: Metode yang dipergunakan pada penelitian ini adalah analisis
makroskopis. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa individu pertama
memiliki Tuberosity avulsion fracture, individu kedua sering berlutut dengan
posisi khusus, dan individu ketiga merupakan korban kekerasan pada anak-
anak. Walaupun demikian, rekonstruksi tersebut hanya bisa dilakukan hingga
batasan tertentu. Aktifitas yang hanya dilakukan sesekali, tidak akan
memberikan bekas terhadap rangka, sehingga tidak memberikan informasi
secara lengkap.
Simpulan: Secara garis besar, ilmu anatomi memberikan akses terhadap ahli
arkeologi untuk merekonstruksi kehidupan di masa lampau berdasarkan sisa
peninggalan manusia yang membuat budaya tersebut.

Kata kunci: Arkeologi, Anatomi, Gilimanuk, Bali, Manusia


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 64

W ITA A NGGRAINI
PENGAJARAN PRAKTIKUM ANATOMI SECARA
DARING BAGI MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS TRISAKTI

Wita Anggraini; Annisaa Putri A.Nasution; Indrani Sulistyowati


Bagian Anatomi-Biologi Oral
Fakultas Kedokteran Gigi
Universias Trisakti

Latar belakang: Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia merubah cara


pengajaran hampir di semua institusi pendidikan, termasuk juga dengan
pengajaran praktikum anatomi. Praktikum anatomi di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Trisakti, yang semula dilaksanakan di laboratorium harus
berubah menjadi praktikum secara daring. Dari berbagai literatur,
menyatakan praktikum anatomi tradisional yang menggunakan diseksi
cadaver dan proseksi sediaan cadaver tidak dapat digantikan, karena metode
diseksi cadaver adalah “standar emas” untuk pengajaran dan penelitian di
dalam ilmu anatomi. Cadaver adalah jenazah yang digunakan mahasiswa
untuk belajar anatomi dan menjadi “Guru Pertama” yang mengajarkan tubuh
manusia. Menghadapi kenyataan pandemi ini, proses belajar praktikum
anatomi tidak boleh berhenti, sehingga dibutuhkan suatu metode pengajaran
praktikum anatomi secara daring yang dapat dipertanggujawabkan.
Tujuan: Tujuan penulisan ini adalah memberikan nuansa baru bagi
pendidikan anatomi sehingga diharapkan mahasiswa dapat memperoleh
pemahaman yang paripurna tentang tubuh manusia.

Kata Kunci: Praktikum Anatomi, Cadaver, Daring


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 65

JANATIN H ASTUTI
ASSOCIATION OF ANTHROPOMETRY AND BODY
IMAGE AMONG INDONESIAN ADOLESCENTS AGED
12 – 15 YEARS IN YOGYAKARTA

Janatin Hastuti1,2, Neni Trilusiana Rahmawati1,2, Rusyad Adi


Suriyanto2
1
Dept. of Health Nutrition, Faculty of Medicine, Public Health, and
Nursing, Universitas Gadjah Mada, Jl. Farmako, Sleman, Yogyakarta
2
Lab. of Bioanthropology & Paleoanthropology, Faculty of Medicine,
Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada, Jl. Medika, Sleman,
Yogyakarta
E-mail: janatin.hastuti@ugm.ac.id

Background: Body image changes with age and females in general have
greater body dissatisfaction than males. Previous studies indicate that body
image is related to anthropometric measures and therefore the body
proportion. However, the association is inconsistent between studies.
Objectives: To evaluate the association between body image dissatisfaction
and anthropometry in Indonesian adolescents aged 12-15 years living in
Yogyakarta Province.
Materials and Methods: A sample of 210 boys and 320 girls of adolescents
(aged 12-15 years) in Yogyakarta Province were measured for their weight,
height, wrist, waist, and hip circumferences. Body mass index (BMI), body
frame, waist-to-hip ratio (WHR), and waist-to-stature ratio (WSR) were
determined. Body dissatisfaction was measured using self-administered body
silhouette scale, the Figure Rating Scale. Chi square, t-test, and Kendall’s
tau-b correlation analyses were performed.
Results: About 80.6% boys and 78.8% girls were dissatisfied with their
bodies. Among those who dissatisfied more boys desired larger body size
(50.9%), but more girls desired smaller body size (43.8%). Obese children
based on BMI and WSR tend to desire smaller body size. While, body frame
was only significant in girls (p<0.001), girls with greater body frame
preferred smaller body size. There was no significant correlation between
WHR type and body dissatisfaction. More boys preferred overweight body
size as their desired bodies as well as ideal bodies than girls, whereas, more
girls preferred underweight body size as their desired as well as ideal bodies.
In addition, boys showed higher prevalence of those who preferred
overweight as ideal body in all BMI categories. Almost two-third of all
categories in girls and boys idealized normal body size, except obese boys
who approximately a half of them chose overweight as ideal body.


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 66

Conclusions: Body dissatisfaction was high in both gender, about four in five
children were dissatisfied with their bodies. Difference tendency of body
preferences were observed amongst dissatisfied boys and girls, as well as
among anthropometric body proportions.

Keywords: anthropometry; body dissatisfaction; body image; adolescents


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
Presentasi peserta 67

E TTY W IDAYANTI
HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN DAN
PANJANG ULNA PADA SISWA SDN CEMPAKA
PUTIH 01 JAKARTA
1
Etty Widayanti, 1Yenni Zulhamidah
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Cempaka Putih Jakarta
Email: etty.widayanti@yarsi.ac.id

Latar belakang: Pemantauan status gizi dapat dilakukan salah satunya


dengan mengukur tinggi badan. Tinggi badan dapat ditentukan melalui
pengukuran tulang panjang, termasuk tulang ulna.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan tinggi badan
dan panjang ulna pada siswa SDN Cempaka Putih 01 Jakarta.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan
crosssectional. Data sampel dianalisa normalitasnya dengan uji kolmogorov-
smirnov, hubungan korelasinya dengan uji Pearson, dan analisa regresi linier
sederhana.
Hasil: Terdapat 109 siswa sebagai sampel, yang terdiri dari 45 laki-laki dan
64 perempuan. Hasil penelitian memperlihatkan hubungan yang kuat antara
tinggi badan dan panjang ulna dengan koefisien korelasi (r) keseluruhan 0,65;
pada laki-laki 0,57; dan pada perempuan 0,7. Hasil analisa regresi linier
sederhana didapatkan rumus tinggi badan siswa laki-laki = 123,16 + (0,3623
x panjang ulna); tinggi badan siswa perempuan = 120,5 + (0,3813 x panjang
ulna); dan secara keseluruhan tinggi badan = 121,61 + (0,1947 x panjang
ulna).
Simpulan. Terdapat hubungan yang kuat antara tinggi badan dan panjang
ulna pada siswa SDN 01 Cempaka Putih Jakarta.

Kata kunci: siswa sekolah dasar, tinggi badan, panjang ulna


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
68

Terima kasih pada semua pembicara dan peserta


yang telah berpartisipasi pada acara temu ilmiah
ini.

Departemen Histologi FK-KMK


Universitas Gadjah Mada
https://histologi.fk.ugm.ac.id/
alamat surat elektronik: histocellbiol@ugm.ac.id
nomor telepon: +62-274-546486


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020
69

ISBN: 978-623-223-127-6

Video dapat dilihat di


Kanal Youtube Departemen Histologi
FK-KMK Universitas Gadjah Mada
https://www.youtube.com/channel/UCSCAaMJW5fAgBa11qJ4KEdA


TEMU ILMIAH DEPARTEMEN HISTOLOGI FK-KMK UGM | Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai