TUGAS AKHIR
Oleh:
MUH RISMAN APRIYANTO
1622010382
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi negeri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya
SAW, Nabi pembawa rahmat bagi segenap alam dan sebagai contoh suri teladan
bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1) Terkhusus kepada kedua Orang Tua penulis ayahanda dan ibunda tercinta atas
segala dukungan, motivasi, bimbingan dan pengorbanan serta doa yang tiada
pendidikan.
2) Bapak Dr. Ir. Ikbal Ilijas, M.Sc selaku pembimbing pertama dan ibu Dr. Ir.
5) Bapak Dr. Ir. Darmawan, MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
6) Seluruh staf pengajar baik Dosen, Pegawai dan Teknisi Jurusan Budidaya
Negeri Pangkep
9) Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan olehnya itu dibutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan dimasa mendatang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
10
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
tinggi.Udang vaname mempunyai permintaan pasar yang tinggi baik pasar lokal
maupun pasar internasional. Udang menghasilkan 1,8 % devisa non migas dan
tinggi dikombinasikan dengan mutu tinggi (Helble dan Okubo,2006). Oleh karena
pasar.
Pada budidaya intensif dengan padat tebar yang tinggi menuntut jumlah
Namun jika terjadi pemberian pakan yang berlebih, pakan yang tidak dikomsumsi
oleh udang dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Primavera (1994 dalam
Goddard 1996) menyatakan bahwa lebih kurang 15% pakan tambahan yang
diberikan kepada udang tidak terkomsumsi, selanjutnya 20% dari 85% pakan yang
pemberian pakan yang sesuai dengan dosis dan jenis pakan yang berkualitas baik.
singkat, produksi maksimal dan biaya pakan dapat ditekan seminimal mungkin.
Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah sebagai salah satu panduan dan
2.1.1 Taksonomi
2.1.2 Morfologi
vaname dibentuk oleh dua cabang (biramous) yaitu exopodite dan endopodite.
Vaname memiliki tubuh berbuku-buku dan aktifitas berganti kulit luar atau
exoskeleton secara periodik (moulting). Tubuh udang yang dilihaat dari luar
terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan yang disebut cephalotorax bagian
kepala dan dada serta bagian belakang (perut) yang disebut abdomen dan terdapat
meruncing dan bergerigi yang disebut rostrum (Lestari, 2009). Bagian perut
(abdomen) terdiri dari enam ruas, Pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki
17
renang dan sepasang uropoda (mirip ekor) yang berbentuk kipas bersama-sama
(Litopenaeus vannamei) ini dapat ditemukan di perairan atau lautan pasifik mulai
tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur
hidupnya. Pada umumnya udang bersifat bentis dan hidup pada permukaan dasar
laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang adalah dasar laut yang lumer (soft)
yang biasanya campuran lumpur dan pasir (Haliman dan Adiwijaya 2005).
dari udang vaname adalah catadromous atau dua lingkungan, dimana udang
18
dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang
vaname akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut
daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi
menjadi nauplius, mysis, post larva, juvenil dan terakhir berkembang menjadi
stadia larva dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan
yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai
sumber pakan udang antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepoda,
polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vanamei pakan dicari dan
organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setea). Organ sensor ini terpusat
pada ujung anterior antenulla, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped. Adanya
sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merspon untuk mendekati atau
menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organik (asam amino)
dan lemak maka udang meresponnya dengan cara mendekati sumber pakan
Pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat dan disiapkan. Menurut
Nur (2011), Beberapa hal penting perlu diperhatikan selama pemberian pakan
dengan kualitas baik dimana nutrien yang ada dapat tercerna secara maksimal;
(2) Menggunakan pakan yang efesien serta ukuran yang sesuai dengan hewan
yang dipelihara;
(4) Memberikan pakan pada udang dengan jumlah dan frekuensi yang tepat sesuai
(6) Melakukan pengaturan pakan berdasarkan kualitas air dan nafsu makan udang
memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah
pakan yang diramu dari berbagai macam bahan.Pakan yang baik, yaitu
mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan udang (Tacon,
1987).
20
2.3.1 Protein
jaringan lama yang rusak dalam tubuh udang (Haliman Dan Adijaya 2005).
Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang prosentase yang lebih tinggi
2.3.2 Lemak
yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)
antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat.Asam lemak esensial ini
dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber
tenaga lain.
2.3.3 Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku
nabati.Kadar karbohidrat dalam pakan ikan berkisar 50% dan kemampuan ikan
2.3.4 Vitamin
Apabila ikan dan udang kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu
2.3.4 Mineral
Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dan udang
keseimbangan osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi dan
sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium,
khas yang disukai udang. Tepung udang mengandung asam amino glisin yang
merupakan bahan pemikat yang dapat merangsang daya tarik udang pada pakan.
Disamping itu, keberadaan tepung dan minyak ikan dalam pakan mempunyai
manfaat dengan tepung kepala udang, yaitu sebagai sumber protein dan bahan
pemik tepung kepala udang dan tepung ikan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai
sumber protein dan bahan pemikat dalam pakan udang Alava dkk (1982),
Pemilihan jenis pakan diperlukan sesuai dengan tingkatan umur dan berat
jenis Clorophyta dan Diatome adalah pakan alami yang baik, sedangkan pakan
alami yang merugikan adalah Dinoflagellata dan Blue Green Algae. Pakan buatan
22
(pellet) yang digunakan harus yang sesuai dengan kebutuhan tubuh udang
negative pada kualitas air dan tanah dasar tambak yang pada akhirnya dapat
dosis pemberian pakan dari udang mulai ditebar sampai waktu panen bervariasi
dimana udang muda perbandingan antara jumlah pakan dan berat tubuhnya lebih
tinggi dari udang yang dewasa. Hal ini dikarenakan udang muda metabolismenya
lebih tinggi sehingga membutuhkan pakan yang banyak sebagai sumber energi.
Dan ditambahkan oleh Erlangga (2012), bahwa pemberian pakan pertama kali
dilakukan ketika udang vaname sehari di dalam tambak. Pada pemberian pakan
awal penebaran yang diguankan adalah Metode Blind Feeding yang bertujuan
variasi.
Menurut Kordi (2010), udang vaname bersifat nocturnal atau aktif pada
(FCR) atau nilai konversi yang ideal. FCR merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang diberikan dengan berat rata-rata udang yang dihasilkan. Semakin
kecil nilai FCR maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh.
23
Pakan yang dikonsumsi udang secara normal akan diproses selama 3-4
cukup 2−3 kali sehari karena masih mengandalkan pakan alami. Setelah terbiasa
ditambahkan menjadi 4−6 kali sehari pada pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00
dan 24.00 dengan interval waktu tersebut dilakukan atas pertimbangan kondisi
oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) di tambak yang masih bagus. Hal ini
terbawanya pakan oleh arus air.Namun demikian, oleh karena kincir air berfungsi
dalam tambak saat itu berada dalam kondisi sedikit. Hal ini dikarenakan proses
berlangsung. Bila kincir air dimatikan, dimungkinkan udang tidak mau memakan
pakan karena udang bernafaspun kesulitan. Pakan yang diberikan pada feeding
area supaya udang mudah menemukan pakan yang disebar (Haliman dan Adijaya
,2005).
Menurut Kordi (2010), waktu atau saat pemberian pakan dapat dilakukan
pada pagi, siang, sore dan malam hari. Hanya saja, biasanya frekuensinya yang
udang.Karena udang adalah hewan nocturnal yakni aktif pada malam hari
sehingga persentase pemberian pakan pada malam hari lebih besar dari pada
siang hari.
Waktu pemberian pakan udang muda dan udang dewasa juga berbeda.
Udang dewasa mempunyai kecepatan makan yang lebih dari pada udang muda,
sehingga jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap stadia perkembangan udang
berbeda. Oleh karena itu, dengan cara pemberian pakan yang cukup baik kuantitas
maupun kualitas serta tepat waktu, udang dapat hidup sehingga target produksi
yang baik adalah merata, yaitu diusahakan agar satu individu udang memperoleh
udang budidaya akan seragam. Untuk itu pemberian pakan harus disesuaikan
Jumlah pakan yang diberikan dilakukan dengan dua cara yaitu penebaran
langsung disekeliling area tambak dan pemberian pakan yang diletakkan di dalam
2.4.5 Monitoring
Monitoring Pertumbuhan
berat rata-rata (Average Body Weight), pertambahan berat harian (Average Daily
Gain), tingkat kelang sungan hidup (Survival rate) dan total biomass udang di
tambak. Selain itu sampling juga bertujuan untuk mengetahui nafsu makan dan
setiap kali sampling adalah 0,2% dari total luas tambak dan dilakukan pada tempat
yang berbeda, sehingga hasilnya mewakili keadaan yang sebenarnya. Hal ini
Di jelaskan lebih lanjut oleh Amri dan Kanna (2008), kegiatan sampling
ini pertama dilakukan pada saat umur udang 30 hari pemeliharaan di tambak dan
Monitoring Pakan
Posisi paling tepat untuk anco adalah pada permukaan tambak yang rata
seperti pada dasar petakan pemeliharaan dengan arus air yang tidak
dan Girl (1992) pakan dan waktu pemberian pakan pada anco sebagai pengontrol
April 2018 di Tambak Semi Intensif di PT. Panen Raya, Probolinggo, Jawa
Timur.
3.2.1 Observasi
pemberian pakan.
Data yang diperoleh dengan cara ikut melakukan secara langsung tapi
3.2.3 Wawancara
Proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antar pihak
3.3.1 Alat
Tabel 3.1 Alat Yang Digunakan Pada Pengelolaan Pakan Selama Pemeliharaan
3.3.2 Bahan
Bahan adalah semua yang digunakan habis pakai. Adapun bahan yang
PT.Panen Raya Probolinggo, Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Bahan Yang Digunakan Pada Pengelolaan Pakan Selama Pemeliharaan
merupakan langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis,
ukuran frekuensi dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan agar
penggunaan pakan lebih efisien serta menjaga lingkungan hidup udang tetap
optimal, maka teknik pemberian pakan terbaik perlu diterapkan. Jenis pakan
yang diberikan adalah berupa pakan komersil (Irawan) dengan komposisi gizi
dengan dosis 3 kg/ 100.000 ekor benur untuk memacu pertumbuhan udang.
Penggunaan metode blind feeding pada umur udang 1−30 hari karena pada
kondisi ini udang masih berukuran, area pergerakan udang masih terbatas, dan
Pada umur udang 1−10 hari diberikan pakan dengan frekuensi tiga kali
sehari pada jam 07.00, 12.00 dan 19.00. Dengan perbandingan pakan pada pagi
30%, siang 50% dan malam 20%. Jumlah pakan pada waktu siang lebih banyak
karena kondisi kualitas air masih berada pada kondisi optimum dibanding pada
Pada umur udang 11−20 hari, frekuensi pemberian pakan sudah mengalami
perubahan menjadi empat kali sehari pada jam 07.00, 11.00, 15.00 dan 19.00.
Pakan yang diberikan pada jam 07.00 sebanyak 25%, jam 11.00 sebanyak 30%,
jam 15.00 sebanyak 30% dan pada malam hari jam 19.00 sebanyak 15%.
Pemberian pakan ini dilakukan sebanyak 4 kali karena udang makan secara
umur 21−30 hari. Menurut Briggs (2004), pakan yang dikonsumsi udang secara
normal akan diproses selama 3−4 jam selama pakan tersebut dikonsumsi,
Pemberian pakan
Menit
termakan oleh udang di anco dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan
anco ini bisa dikondisikan atau disesuaikan dengan perhitungan dari data hasil
sampling. Waktu monitoring pakan di anco dapat dilihat pada Tabel 3.5
Umur (Hari) Berat (gram) (%) Pakan Anco Waktu Kontrol (menit)
30-40 2,5-3,5 0,6 120
41-60 3,5-8,0 0,8 60
61-80 8,0-12,5 1,0 45
81-97 12,5-17,5 1,2 40
Ketepatan nafsu makan udang dapat dipantau melalui anco (feeding tray).
Hal yang perlu diamati pada anco adalah sisa pakan serta kotoran udang.
Pemberian pakan secara berlebihan (over feeding) sampai tidak termakan akan
menurunkan kualitas air serta meningkatkan konversi pakan dan biaya produksi.
tubuh terhadap penyakit, dan akhirnya terjadi kematian. Sebaliknya apabila pakan
yang diberikan dibawah jumlah yang dibutuhkan maka udang akan tumbuh
31
lambat, kropos, dan terjadi saling memangsa (kanibalisme). Analisis nafsu makan
dilihat bahwa penambahan dan pengurangan pakan harus sesuai dengan sisa
pakan yang ada di anco. Berdasarkan Tabel 3.6 bahwa jika tidak ada pakan yang
tersisa di anco maka pakan ditambah 5% hal ini merupakan kondisi yang bagus
karena nafsu makan tinggi, selanjutnya jika pakan di anco tersisa sekitar <10%
maka jumlah pakan yang diberikan tetap, hal ini terjadi karena ada kemungkinan
bahwa nafsu makan udang mulai menurun, kemudian jika sisa pakan di anco
tersisa sekitar 10-25% maka pakan harus dikurangi 10% pada kondisi ini harus
diketahui penyebab menurunnya nafsu makan udang. Jika sisa pakan dianco 25-
50% maka pakan harus dipotong 20% pada situasi ini kemungkinan besar yang
terjadi adalah kondisi kualitas air dan kondisi dasar tambak yang kotor sehingga
mengakibatkan udang stress dan nafsu makannya menurun, maka perlu diatasi
segera dengan cara menganalisa kondisi kualitas air dan melakukan penyiponan.
Pada dasarnya pengecekan anco bertujuan untuk memantau kondisi nafsu makan
32
udang sehingga tidak terjadi under feeding (kekurangan pakan) dan over feeding
(kelebihan pakan).
intensif di PT. Panen Raya, Probolinggo Jawa Timur dapat dilihat pada lampiran 7
Pengontrolan di Anco
c) Anco diamati untuk melihat adanya sisa pakan, kotoran udang dan pakan
d) Udang yang terjaring pada jala dimasukkan ke dalam ember yang telah
berisi air
3.4.4 Panen
c) Udang dijala sambil pintu pengeluaran di buka dan pada pintu pengeluaran
di pasangkan jaring
b) Udang dari hasil panen dimasukkan ke dalam keranjang dan dicuci bersih
c) Udang yang telah bersih diseleksi (sortir) untuk menentukan udang yang
e) Udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam bak yang telah berisi es
pemasaran
3.5.1 Petumbuhan
MBW yaitu berat rata-rata udang dalam satu populasi yang terdapat dalam
satu petakan.
Biomassa Udang
Biomassa yaitu jumlah berat total dalam satu populasi yang terdapat dalam
Size Udang
Size udang adalah jumlah udang yang terdapat dalam 1 kg berat udang.
Feed Convertion Ratio (FCR) adalah jumlah pakan yang dihabiskan udang
sebagai berikut :
Menurut Kordi (2010), ADG adalah pertambahan berat harian dalam satu
ADG =
MBW Sampling II (gram) – MBW Sampling I (gram) ……….(3.2)
Periode Sampling (Hari)
Biomassa
denganrumus :
Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), size udang per kg
Menurut Haliman dan Adijaya (2005), tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung
denganrumus :
rumus :
Berdasarkan SOP PT. Central Proteina Prima (2016), F/D dapat dihitung
dengan rumus :
F/D = MBW Sampling + Target ADG X Populasi X %FR – jumlah Pakan hari
terakhir ………………………………………………………….(3.8)
37
4.1 LetakPerusahaan
dengan petambak skala rumahan. Salah satu partner PT. CENTRAL PROTEINA
PRIMA yaitu tambak PT. PANEN RAYA yang terletak di desa sidopekso,
tambak PT. Panen Raya ini bernama bapak H. Busri ini mempunyai tiga petak
tambak semi intensif yang terletak di sebelah utara tambak garam tradisional dan
pembuangan akhir (TPA) daerah bagian desa sidopekso, dan sebelah timur
PANEN RAYA yang dimana PT. Central Protein Prima bertugas membina
tambak PT. Panen Raya. Adapun struktur organisasi yang ada di tambak PT.
Panen Raya yaitu pertama adalah pemilik tambak yang bertugas mengkoordinasi
karyawannya dan juga tambaknya. Dan adapun yang kedua atau bawahannya
yaitu teknisi tambak yang bertugas mengelola tambak dan bertanggung jawab
memiliki teknisi mekanik yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap alat-alat
38
teknologi tambak dan juga alat penunjang dan perbaikan alat lainya yang meliputi
tambak juga dibantu oleh anak pakan atau feeder yang bertugas untuk
CP. PRIMA
PEMILIK TAMBAK
TENAGA LAPANGAN
pertumbuhan tidak sesuai dengan target tetapi pada umur 40-54 hari pertumbuhan
udang sangat tinggi dan pada umur 54-61 hari pertumbuhan kembali menurun
akibat serangan penyakit. Pada umur 61-73 hari pertumbuhan kembali mencapai
target akan tetapi setelah umur tersebut pertumbuhan udang sangat rendah akibat
minggunya. Hal ini sesuai dengan pernyataan supono (2006), menyatakan bahwa
udang vaname dapat tumbuh dengan baik dengan tingkat pertumbuhan 1-1,5
pemberian pakan dan waktu pemberian. Menurut Kordi (2010), jumlah pakan
karena itu, dengan cara pemberian pakan yang cukup, udang dapat hidup optimal
lebih sering menyebabkan udang tidak cepat kenyang dan nafsu makan udang
tetap terjaga. Dengan demikian, jumlah/porsi pakan yang dimakan udang bisa
lebih banyak sehingga pertumbuhan udang lebih cepat. Adapun laju pertumbuhan
udang Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa Laju pertumbuhan udang pada umur
1−33 dengan ADG yaitu 0,09 gram per hari. Hal ini dipengaruhi karena sistem
memanfaatkan pakan alami sebagai sumber energi utama dimana kandungan gizi
pakan alami tidak sesuai dengan kebutuhan udang. laju pertumbuhan udang
vaname pada umur 33-40 tidak mencapai target ADG 0,2 gram per hari. Pada
umur ini sudah mulai peningkatan pertumbuhan akan tetapi belum mencapai
target yang diinginkan karena ada beberapa Faktor yang mempengaruhi sehingga
ADG tidak mencapai target yang diinginkan karena banyak faktor yaitu pakan
yang diberikan tidak terlalu dicerna karana kurangnya nafsu makandan kualitas air
tambahannya dan juga dapat diperkirakan pakan yang diberikan tidak mencukupi
dikonsumsi udang. Hal ini sesuai pernyataan Haliman dan Adijaya (2005).
tidak seragam, tubuh tampak kropos, dan timbul kanibalisme. Sedangkan umur
40-54 melebihi target ADG 0,2 gramper hari faktor yang mempengaruhinya yaitu
41
udang memanfaatkan pakan buatan sebagai pakan utama dan pakan alami sebagai
pakan tambahan, Laju pertumbuhan ini dapat dicapai karena didukung pula
kualitas air yang terbilang optimal sehingga nafsu makan udang meningkat. Akan
tetapi pada umur 54-61 dengan ADG 0,13 gram per hari mulai menurun
pertumbuhan,
Pada umur 66-80 dengan ADG 0,20 gram per hari udang tumbuh sesuai
dengan target yang diinginkan dikarenakan pengelolaan kualitas air yang baik dan
juga program pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan udang dikarenakan
perombakan ulang program pemberian pakan yang sesuai dengan estimasi SR hal
ini sesuai dengan pernyataan Suprapto (2005). Bahwa pemberian pakan dalam
jumlah yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimum dan limbah yang
terkendali.
89 hari dapat dilihat pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa kelangsungan hidup
hidup diduga karena adanya pengelolaan pakan yang baik dan kondisi kualitas air
dikategorikan baik apabila nilai SR> 70%, untuk SR kategori sedang 50-60%, dan
Jumlah
Biomassa
Jumlah udang
Umur hasil ukuran SR
No. tebar hasil
(hari) panen (ekor) (%)
(ekor) panen
(kg)
(ekor)
1 66 114,330 215.6 108 23,284 20.36
2 80 114,330 196.22 82 16,074 14.26
3 89 114,330 919.22 80 73,537 64.31
Total 114,330 1,331.37 - 112,893 98.93
dapat menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk bertahan hidup. Tingkat
kelangsungan hidup juga sangat dipengaruhi oleh kualitas air pada kualitas air
moulting dan memperbaiki nafsu makan udang sehingga udang dapat makan
dengan baik. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan udang stress dan
tingginya tingkat kematian.Untuk menjaga agar keadaan kualitas air tetap pada
kondisi yang optimal dilakukan pengontrolan kualitas air, pergantian air serta
yaitu factor teknis dimana perhitungan jumlah benur pada saat penebaran hanya
dilakukan secara estimasi. Hal ini sesuai dengan Budiardi (2005). Bahwa
atau food convertion ratio (FCR) yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 5.3
perlu pengelolaan dan manajemen yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
lokasi.Semakin rendah nilai konversi pakan maka semakin baik karena sedikit
5.3 Panen
Hasil panen udang vaname dapat dilihat pada Tabel 5.4 Yang
menunjukkan bahwa panen udang pada tambak semi intensif di PT. Panen Raya
Probolinggo Jawa Timur menunjukan hasil yang optimal dengan bobot udang
rata-rata 12.45 g/ekor (DOC 89), biomassa 1,331.37 kg. Demikian pula dengan
FCR sebesar 1,35 dan total pakan sebesar 1,797.95 kg menunjukkan bahwa
pemberian pakan ini juga didukung oleh kondisi lingkungan budidaya yang
Tabel 5.4 Hasil Panen Pada Tambak Semi Intensif Budidaya Udang Vaname.
6.1 Kesimpulan.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Kanna.I., 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi
Intensif dan Tradisional. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Briggs, M. 2004. Introduction and Movement of Penaeus vannamei and P.
stylirostis in Asia and the Pacific. F.A.O. Bangkok.
Budiardi, T. 2005. Keterkaitan dengan beben masukan bahan organik pada sistem
budidaya intensif udang vaname (Litopenaeus vannamei) [disertasi].
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Huet, M. 1971. Textbook of Fish Culture.London : Cyre dan Sportis Woode Ltd.
Kusnendar, Endhay. 2006. Petunjuk teknisi budidaya udang vaname semi intensif.
Departemen kelautan dan perikanan. Direktorat jenderal jakarta.
Mudjiman. A. dan Suyanto S.R., 2004. Budidaya Udang Windu.
PenebarSwadaya, Jakarta.
47
Supono. 2006. Produktivitas udang putih pada tambak intensif di tulang bawang
lampung. Jurnal saintek perikanan vol. 2 no. 1 hal : 48-53. Universitas
lampung.Lampung.
Wyban, J.A., J.N. Sweeney. 1991. Intensive Shrimp Production Technology. The
Oceanic Institute. Hawaii.
LAMPIRAN
49
PROGRAM PAKAN
" UNTUK PAKAN IRAWAN "
Kadar
No pakan Bentuk Protein Lemak Kemasan
air
681 Crumble 32 % 6% 11% 25
682 Crumble 32 % 6% 11% 25
683 Crumble 32 % 6% 11% 25
683SP Pellet 30 % 6% 11% 25
04S Pellet 30 % 6% 11% 25
04 Pellet 28 % 6% 11% 25
50
Vitamin C Bi klin
2. Proses kegiatan
Pengepakan
Penimbangan udang
55
a. Blind feeding
Est SR = 100%
Penyelesaian
= (150.000 :100.000) x 3 kg
= 4.5 kg.
=300 gram.
Jadi penambahan pakan pada hari-2 sampai hari ke-10 adalah 300 gram.
b. Sampling
MBW = 5 gram
F/D = 25 kg
%FR = 4,3%
Penyelesaian :
= 750 kg
= 750 x 4.3 %
= 32.25 kg
Umur = 57 Hari
Penyelesaian :
= 783,75 kg
= 783.75 kg x ....................
57
Penyelesain :
= 217 ekor/kg.
penyelesaian
= 0,15 gram/hari
Dik :
Pakan terakhir = 42 kg
% FR = 5,6 %
Penyelesaian :
Perhitungan Biomassa
= (42 kg : 5,6 %)
= 750 kg
Perhitungan Populasi
= 208.333 ekor
Perhitungan SR%
Penyelesaian :
2.041,73
= 2.261,6
=1,1
RIWAYAT HIDUP