Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shofia Aniroh

Npm. : 2010801067
Prodi : Akuakultur

"Metode Tumpang sari"

Sistem Pertanian Terpadu adalah sistem gabungan antara kegiatan pertanian,


peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang berkaitan dengan pertanian
dalam satu lahan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk mencukupi kebutuhan jangka
pendek, menengah dan panjang para petani, yaitu berupa pangan, sandang dan papan.
Target tersebut dapat terpenuhi dengan cara meningkatkan produktivitas lahan,
program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta mengembangkan desa secara
terpadu. Pertanian yang baik ialah kegiatan pertanian yang dapat menjaga
keseimbangan ekosistem, sehingga kandungan unsur hara dan energi tetap seimbang.
Keseimbangan tersebut akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan
berkelanjutan secara efektif dan efisien. Kegiatan pertanian melibatkan makhluk
hidup pada setiap prosesnya dalam jangka waktu tertentu pada proses produksinya.
Melalui kegiatan pertanian terpadu, maka akan terjadi pengikatan bahan organik di
dalam tanah dan penyerapan karbon yang lebih rendah dibandingkan pertanian
konvensional yang menggunakan pupuk kimia, seperti pupuk nitrogen dan lain-lain.
Agar manfaat sistem ini dapat diperoleh secara efektif dan efisien, maka kegiatan
pertanian yang dilakukan secara terpadu dapat dibuat di suatu kawasan secara
kolektif. Pada kawasan tersebut dapat dibuat beberapa sektor, seperti sektor produksi
tanaman, pertanian serta perikanan. Sektor - sektor ini akan menjadikan suatu
kawasan memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksinya tidak
akan menghasilkan limbah, karena dapat dimanfaatkan oleh komponen-komponen
lainnya. Selain itu, peningkatan hasil produksi dan penghematan biaya produksi juga
dapat tercapai.
Di Purworejo Jawa tengah merupakan tempat yang banyak sekali masyarakat
petani maupun perikanan. Di daerah Purworejo ini sistem pertanian terpadu yang
dapat diterapkan yaitu metode "TUMPANG SARI" . Tumpang sari adalah suatu
bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih
tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak
bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu
yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung
dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal
sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama
dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai
tumpang gilir (relay cropping). Tumpang sela cabai di antara pertanaman pepaya.
Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu
tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih
kecil atau belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping).
Jagung atau kedelai biasanya adalah tanaman sela yang dipilih. Pola penanaman
tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola monokultur karena :
1. Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen dan
jenis tanaman berbeda.
2. Petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan
dari tiap jenis tanaman berbeda dan,
3. Risiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
Potensi metode tumpang sari jika diterapkan di daerah Purworejo yaitu
mampu meningkatkan produktifitas pertanian. Dilakukan dengan mengusahakan
tanaman lebih dari satu jenis pada lahan dan waktu yang sama. Keuntungan yang
didapat meliputi efesiensi baik dari sisi tenaga kerja, lahan hingga biaya produksi.
Upaya ini sekaligus untuk menekan serangan hama dan penyakit disamping mampu
memperbaiki kesuburan tanah. Sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibanding
sistem monokultur karena produksivitas lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas
yang dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko
kegagalan dapat diperkecil. Disamping keuntungan diatas sistem tumpangsai dapat
digunakan sebagai alat untuk konservasi lahan, pengendalian gulma, pengendalian
hama dan penyakit tanaman, meningkatkan hasil tanaman bahkan cara ini dapat
mempertahankan kesuburan tanah bila salah satu jenis tanaman adalah tanaman
legumenocea yang ditumpangsarikan dalam lahan. Di daerah yang menerima curah
hujan yang rendah untuk waktu yang singkat, petani sangat tergantung pada curah
hujan, untuk produksi harus menanam kultivar musim pendek pada tumpangsari.
Penanaman komponen tanaman genjah pada awal musim hujan menjadi aspek
penting bagi petani untuk meningkatkan produktivitas waktu tanam yang tepat dari
spesies tumpangsari mengarah ke produksi yang tinggi karena berkurangnya
persaingan di antara tanaman tersebut.
Pada tahun 2018 saya pernah mengamati kegiatan pertanian di daerah saya
(Purworejo) dengan metode tumpang sari yang di aplikasikan dengan tanaman jagung
dan kedelai. tumpangasri jagung dengan tanaman kedelai pada sistem tanam legowo.
Tumpangsari jagung-kedelai juga bertujuan untuk mengatasi persaingan penggunaan
lahan untuk tanaman jagung dan kedelai secara monokultur. Mengingat bahwa harga
jagung relatif baik dan keunggulan koparatif tanaman jagung relatif lebih tinggi
dibanding tanaman kedelai, maka dalam sistem tumpangsari jagung-kedelai,
produktivitas tanaman jagung minimal sama dengan tanpa tumpangsari. Kombinasi
tumpangsari jagung-kedelai dapat diterapkan pada sistem tanam legowo 2 : 1 dimana
dua baris tanaman dirapatkan (jarak tanam antar baris), sehingga antara setiap dua
baris tanaman terdapat ruang untuk pertanaman kedelai. Tingkat produktivitas jagung
diperoleh pada pertanaman legowo tidak berbeda bahkan cenderung lebih tinggi
(karena adanya pengaruh tanaman pinggir atau border) dibanding pertanaman baris
tunggal (tanam biasa). Ruang kosong pada baris legowo dapat ditanami 2 baris
tanaman kedelai tanpa menurunkan produktivitas jagung sehingga terjadi peningkatan
indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kedelai yang ditanam di antara tanaman jagung akan diperoleh 50% dari hasil
kedelai yang ditanam sistem monokultur. Penanaman tanaman kedelai sebagai
tumpangsari pada tanaman jagung juga dapat memperbaiki kesuburan lahan karena
adanya fiksasi N dibanding sistem monokultur jagung. Untuk perawatan tanaman
dalam metode tumpang sari ini lebih mudah dan hasilnya juga meningkat. Pupuk
majemuk yang digunakan dalam metode tumpang sari lebih menguntungkan karena
lebih murah dibandingkan dengan pupuk tunggal dan pemakaiannya sekali.

Anda mungkin juga menyukai