Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN KUALITAS AIR

Nama : Shofia Aniroh

NPM : 2010801067

Kelompok : 07

Asisten Praktikum : Arlin Anugrah Febrianti

LABORATORIUM FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUI AKUAKULTUR

UNIVERSITAS TIDAR

MAGELANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatnya penulis diberikan kesehatan secara jasmani maupun rohani, sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas laporan penelitian yang berjudul “Praktikum
Manajemen Kualitas Air” ini dengan tepat waktu. Laporan ini saya susun secara
cepat menggunakan dukungan mbak Arlin Anugerah Febrianti selaku asisten
praktikum di mata kuliah Manajemen Kualitas Air. Oleh sebab itu saya sampaikan
terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yg telah diberikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Magelang, 04 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi Ikan Tawes .................................................................................. 3
2.2 Morfologi Ikan Tawes ................................................................................... 3
2.3 Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Tawes ................................................... 4
2.4 Kualitas Air ................................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 7
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 7
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7
3.3 Langkah Kerja ............................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
4.1 Hasil............................................................................................................. 10
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
5.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19

iii
DAFTAR TABEL
Table 1. Alat dan fungsi .......................................................................................... 7
Table 2. Bahan dan fungsi....................................................................................... 7
Table 3. Hasil pengukuran panjang dan berat ikan tawes (B. gonionotus) ........... 10
Table 4. Hasil pengukuran kualitas air .................................................................. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen atau pengelolaan kualitas air memegang peranan penting
dalam kegiatan budidaya ikan, yang kegiatan meliputi pengontrolan kolam
terpal, pemasangan instalasi aerasi, serta pengukuran kualitas air dengan
menggunakan alat thermometer suhu air, oxymeter untuk mengukur
kandungan oksigen terlarut dalam air, dan pH test untuk mengukur kadar pH
air. Melalui kegiatan ini pengukuran kualitas air secara kontinyu maka mutu
kualitas air bagi kegiatan budidaya dapat terus terkendali, dan layak bagi kegiatan
pembenihan dan pembesaran ikan (Sutarjo, dan Warkoyo., 2019).
Ikan tawes merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai
ekonomi penting dan potensial untuk dibudidayakan karena tidak membutuhkan
lahan yang terlalu istimewa. Ikan tawes adalah ikan yang telah lama dibudidayakan
karena cocok di Indonesia yang beriklim tropis, sehingga ikan ini dapat
dibudidayakan sepanjang tahun (Cahyono, 2011). Ikan tawes (Puntius javanicus)
merupakan ikan budidaya air tawar asli Indonesia, serta merupakan salah satu ikan
konsumsi ekonomis yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Produksi
budidaya ikan tawes meningkat setiap tahunnya, total produksi tahun 2015
yaitu 14,048 ton, tahun 2016 sebesar 44,210 ton. Target produksi ikan tawes
tahun 2018 sebesar 56,300ton (Direktur Jendral Perikanan Budidaya, 2016). Salah
satu cara peningkatan produksi yaitu intensifikasi denganmeningkatkan
produksi komoditas perikanan dengan meningkatkan padat penebaran (Puspita
dan Ratih, 2018).
Menurut Aida (2015), B. gonionotus hidup di perairan tawar, di dataran rendah
sampai dataran tinggi dengan suhu optimum antara 25–33 ° C dengan habitat
hidupnya pada tipe perairan danau, waduk, dan sungai tersebut, maka ditentukan
berdasarkan kondisi alamiah dengan DO angka batas minimum yaitu 6 mg/L.
Kualitas air sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi
kehidupan organisme di dalamnya khususnya ikan tawes (Barbonymus
gonionotus), untuk melihat kualitas air dilakukannya pengukuran menggunkan DO

1
meter untuk mengetahui oksigen terlarut, thermometer untuk mengetahui suhu dan
pH meter.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum Manajemen Kualitas Air adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran Kualitas Air berupa Suhu, pH,
Oksigen Terlarut, dan Amoniak.
2. Mahasiswa mampu memecahkan masalah dan mencari solusi yang berkaitan
dengan masalah kualitas air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan Amoniak
melalui manajemen yang baik.
1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktikum Manajemen Kualitas Air yaitu memberikan
ilmu dan pengetahuan melalui praktik secara langsung kepada mahasiswa mengenai
pengukuran Kualitas Air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan Amoniak serta
bagaimana cara memenejemen kualitas air agar selalu optimal dalam kegiatan
budidaya ikan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Tawes


Menurut Nelson (2006) menyatakan bahwa klasifikasi ikan tawes yaitu sebagai
berikut:

Kelas : Actinopterygii

Subkelas : Neopterygii

Divisi : Teleostei

Subdivisi : Ostariclopeomorpha (Otocephala)

Superordo : Ostariophysi

Ordo : Cypriniformes

Superfamily : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Subfamili : Barbinae

Genus : Barbonymus Spesific

Name : gonionotus

Spesies : Barbonymous gonionotus


Ikan tawes merupakan salah satu ikan asli Indonesia terutama pulau Jawa. Hal
ini juga menyebabkan tawes memiliki nama ilmiah Puntius javanicus. Namun,
berubah menjadi Puntius gonionotus, dan terakhir berubah menjadi Barbonymus
gonionotus. Ikan tawes memiliki nama lokal tawes (Indonesia), taweh atau tawas,
lampam Jawa (Melayu). Di danau Sidenreng ikan tawes disebut bale kandea (Amri
dan Khairuman, 2008).
2.2 Morfologi Ikan Tawes
Morfologi Ikan Tawes (Barbonymous gonionotus) memiliki badan yang
berbentuk hampir segitiga dan pipih, sisik relatif besar dengan warna keperak-
perakan atau putih keabu-abuan. Tinggi badan ikan tawes 1 : 2,4-2,6 kali panjang
standar. Mulut berbentuk runcing dan letaknya di tengah (terminal), selain itu mulut

3
ikan tawes memiliki dua pasang sungut yang kecil. Sisik ikan tawes berwarna putih
keperakan. Warna sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di
bagian perut lebih putih. Dasar sisik berwarna kelabu sampai gelap. Sirip ekor
bercagak dalam dengan lobus membulat (Ayyubi, H.,dkk 2018).

2.3 Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Tawes


Habitat ikan tawes pada tipe perairan danau, waduk, dan sungai. Persebarannya
di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Sulawesi, dan Jawa, B. gonionotus hidup di
perairan tawar, di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan suhu optimum
antara 25̊–33̊ C. Ikan tawes merupakan ikan asli Indonesia dengan nama “Putuhan
atau Bander Putihan“. Ikan tawes dapat dibudidayakan dengan baik mulai dari tepi
pantai (di tambak air payau) sampai ketinggian 800 m di atas permukaan air laut,
dengan suhu air optimum antara 25̊ –30̊ C. Ikan tawes merupakan penghuni sungai
dengan arus deras. Tubuhnya yang langsing dan tinggi disiapkan untuk menghadapi
kondisi alam perairan yang berarus deras (Andy Omar S., dkk. 2014).
Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kuantitas dan kualitas makanan
yang dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara memakan (feeding habits)
adalah waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Kebiasaan
makanan dan cara memakan ikan secara alami bergantung pada lingkungan tempat
ikan itu hidup. (Taofiqurohman et al, 2007). Selain itu ada pula makanan pengganti
yaitu makanan yang hanya dikomsumsi apabila makanan utama tidak tersedia.
Ikan pada umumnya akan mencari makanan yang jenis dan ukurannya sesuai
dengan bentuk dan ukuran mulutnya. Apabila ikan tersebut bertambah besar maka
akan mengubah makananya baik dalam ukuran maupun kualitasnya (Oktaviani,
2006). Kebiasaaan makanan ikan dapat juga di prediksi dari perbandingan panjang
saluran pencernaannya dengan panjang total tubuhnya. Menurut Zuliani et al.,
(2016), ikan herbivora saluran pencernaannya lebih panjang dari tubuhnya yang
mencapai lima kali lipat dari panjang tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan
karnivora lebih pendek dari panjang total badannya dan panjang usus ikan omnivora
hanya sedikit lebih panjang dari total badannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Syahputra et al. (2014).

4
2.4 Kualitas Air
Kualitas air adalah variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme
perairan. Varable yang dapat mempengaruhi suatu perairan meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi. Kualitas air yang baik dapat diterimah ikan dan tidak menjadi
pengaruh negatif pada ikan, antara lain pertumbuhan ikan, penetasan telur dan
pertahanan hidup ikan. Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan
akan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan
antara lain pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari pabrik, serta
pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun serta dari limbah rumah tangga
(Suyanto, 2010). Kualitas air merupakan faktor penting dalam kehidupan biota air
dan manusia, karena menunjukan mutu kualitas air terhadap kebutuhan biota air
dan manusia. Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualites air dengan
melakukan parameter fisika dan parameter kimia ( Dilasari,U.R 2020).

2.4.1 Parameter Fisika


a. Suhu
Suhu air adalah salah satu fisik air yang mempengaruhi nafsu makan dan
pertumbuhan ikan. Suhu ideal untuk pemeliharaan ikan secara intensif adalah
25-30 °C, lebih dari itu akan mempengaruhi selera makan ikan, sedangkan suhu
air yang optimal dengan kisaran 25-27 °C. Suhu air antara siang dan malam tidak
begitu besar perbedaannya atau tidak lebih dari 5 °C, misalnya antara 25 °C dan
30 °C. Suhu yang baik untuk budidaya ikan tawes adalah 20-25 °C (Ciptanto,
2010).
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di perairan. Suhu juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan
pertumbuhan biota air, suhu pada badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,
waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman
air. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada
kisaran suhu 20-30 °C. Perubahan suhu di bawah 20 °C atau di atas 30 °C
menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya
daya cerna (Nurudin, 2013).

5
b. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara
visual menggunakan secchi disk.Kemampuan cahaya matahari untuk menembus
sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Perairan
yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat
memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel
tersuspensi dalam perairan tersebut. Oleh karena itu, tingkat kecerahan dan
kekeruhan air sungai sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota dan
menentukan tingkat fotosintesis biota yang ada di perairan sungai (Widiadmoko,
2013).
2.4.2 Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman atau lebih popular disebut pH merupakan suatu ukuran
keasaman air yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan
perairan. Aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai
konsentrasi ion hydrogen pada pH air (Ghufran et al., 2010). Nilai pH air
sangatlah penting dari faktor lingkungan dan berpengaruh terhadap
keanekaragam jenis ikan tersebut. Faktor yang mempengaruhi pH adalah
konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH kurang
dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai pH di atas 7 menunjukkan
lingkungan yang basa (alkalin), sedangkan pH sama dengan 7 menunjukkan
keadaan lingkungan yang netral (Mulyadi, 2014).
b. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air.
Salinitas mempengaruhi fotosintesis dengan dua cara, yaitu dengan mengubah
karbondioksida dan mengubah tekanan osmotik. Semakin tinggi tekanan
osmotik dalam air maka semakin tinggi juga salinitasnya (Widiadmoko, 2013).
Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan tawes yang mampu
hidup di habitat air tawar dengan dengan salinitas air tawar memiliki nilai
dengan kisaran <0.5 ppt (Mainassy, C, M. 2017).

6
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Manajemen Kualitas Air dilaksanakan pada tanggal 10
November 2022 s.d 29 November 2022 dan bertempat di Universitas Tidar
Kampus Sidotopo dan Kampus Tuguran.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Kualitas Air antara lain :
Table 1. Alat dan fungsi

No Nama Alat Fungsi


1. pH meter Mengukur nilai pH air kolam
2. Thermometer Mengukur nilai suhu dari air kolam
3. DO Meter Mengukur nilai DO dari air kolam
4. Nampan Sebagai tempat untuk meletakkan alat dan bahan
5. Beaker Glass Sebagai wadah dari larutan sampel yang akan diuji
6. Cuvet Sebagai wadah dari larutan yang akan diuji dengan KIT
Pipet tetes Digunakan untuk mengambil dan memindahkan larutan
7.
dalam skala kecil

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Kualitas Air antara lain:
Table 2. Bahan dan fungsi

No Nama Bahan Fungsi


1. Air kolam Larutan yang akan diuji
2. Tisu Untuk membersihkan alat yang telah digunakan
3. Kertas label Sebagai penanda
4. Ammonia KIT Sebagai uji kadar ammonia dari larutan sampel
5. Akuades Larutan yang digunakan untuk kalibrasi

7
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Pengukuran pH
1) Membuka penutup elektroda
2) Menghidupkan pH meter
3) Memasukkan probe pH meter ke dalam wadah/kolam pemeliharaan ikan
tawes
4) Menunggu hingga angka pada layar stabil
5) Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang tertera pada layar
3.3.2 Pengukuran Suhu
1) Menyiapkan termometer
2) Memasukkan termometer ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
3) Menunggu hasil pengukuran
4) Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang didapat
3.3.3 Pengukuran DO (Dissolved Oxygen)
1) Menyiapkan alat
2) Memasang probe pada unit dan pastikan terkunci dengan baik
3) Menghidupkan DO meter
4) Menunggu hingga angka pada layar stabil
5) Megklik tombol enter
6) Menunggu hingga angka pada layar stabil
7) Mengklik tombol cal untuk mengkalibrasi
8) Menunggu hingga angka pada layar stabil
9) Mengklik tombol enter
10) Memasukkan probe ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
11) Menunggu hingga kata ready pada layar berhenti berkedip
12) Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya
3.3.4 Pengukuran Ammonia
1) Menyiapkan alat dan bahannya
2) Memasukkan 5 ml air sampel yang akan diuji pada cuvet
3) Menambahkan 3 tetes reagen 1 pada cuvet
4) Menghomogenkan secara perlahan
5) Menambahkan 3 tetes reagen 2 pada cuvet
6) Menghomogenkan secara peralahan

8
7) Menambahkan 3 tetes reagen 3 pada cuvet
8) Menghomogenkan secara peralahan
9) Menunggu beberapa menit
10) Mengamati perubahan warna pada air sampel
11) Menyesuaikan dengan kertas parameter
12) Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Table 3. Hasil pengukuran panjang dan berat ikan tawes (B. gonionotus)

Sampel Ikan Panjang (cm) Berat (gram)


Ikan 1 10 24
Ikan 2 10 26
Ikan 3 8 9
Ikan 4 10 16
Ikan 5 9 11
Ikan 6 10 11
Ikan 7 9,5 13
Ikan 8 11 26
Ikan 9 9 13
Ikan 10 7,5 10

Table 4. Hasil pengukuran kualitas air

No. Hari, Tanggal Waktu Suhu pH DO Amonia


Pagi 25oC 7 5,09 -
1. Senin, 14 Nov 2022
Sore 26oC 6 - -
Pagi 25oC 6 - -
2. Selasa, 15 Nov 2022
Sore 25oC 7 - -
3. Rabu, 16 Nov 2022 Pagi 24,5oC 6 - -
Sore 24oC 7 - -
4. Kamis, 17 Nov 2022 Pagi 24oC 6 5,02 -
Sore 24,5oC 6 - -
5. Jumat, 18 Nov 2022 Pagi 24oC 6 - -
Sore 25oC 6 - -
6. Sabtu, 19 Nov 2022 Pagi 23oC 6 - -
Sore 26,5oC 6 - -
7. Minggu, 20 Nov 2022 Pagi 24oC 6,68 2,97 -

10
Sore 29oC 6,64 - -
8. Senin, 21 Nov 2022 Pagi - - - -
Sore 26oC 6,38 - -
9. Selasa, 22 Nov 2022 Pagi 25oC 6,64 - -
Sore 25oC 7,11 - -
10. Rabu, 23 Nov 2022 Pagi 24oC 6,73 3,9 -
Sore 27oC 7,04 - -
11. Kamis, 24 Nov 2022 Pagi 24oC 7,14 - -
Sore 24oC 7,03 - -
12. Jum’at, 25 Nov 2022 Pagi 25oC 6,95 6,25 0,5/0,4

4.2 Pembahasan
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena
diperlukan sebagai media hidup ikan. Di dalam budidaya ikan, kualitas dan
kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
budidaya ikan. Ikan tawes lebih memilih habitat pada perairan yang tenang daripada
air mengalir. Ikan tawes dapat ditemukan di dasar perairan sungai, dataran banjir,
dan kadang-kadang di waduk (FA0, 2017). Pada praktium ini didapatkan data suhu
24-290C dengan pH 6—7. Ikan tawes memiliki kisaran optimal yaitu, suhu 20-
330C (Evi, 2001 dalam Apriliani, 2018), pH 6,7-8,6 (Boyd, 1979), DO>4 mg/l
(Andrianto, 2005) dalam, NH3<1 mg/l (Robinnete, 1976) dalam Apriliani (2018)
.Kualitas air seperti salinitas dapat mempengaruhi metabolisme ikan. Kenaikan
salinitas dapat menyebabkan metabolisme tubuh meningkat. Kenaikan nilai
salinitas berbanding terbalik dengan kadar oksigen. Semakin tinggi salinitas media
menurut Hawker dan Smith (1982) dalam Apriliani (2018), menyebabkan
rendahnya kapasitas maksimum kelarutan oksigen dalam air.
Pada budidaya ikan tawes membutuhkan nutrisi dari pakan. Untuk
mengetahui jumlah pakan yang digunakan selama pemeliharaan dapat dihitung
menggunakan rumus menurut Sutiana et al., (2017) yaitu sebagai berikut :
Diketahui :

F : jumlah pakan yang diberikan pada saat pemeliharaan = 8,1gr x 11 = 89,1

11
Wo : berat rata-rata awal x jumlah ikan waktu tebar = 15 x 23 = 345 gr

Wt : berat rata-rata akhir x jumlah ikan yang masih hidup = 15x0 = 0gr

Wd : berat ikan yang mati (berat rata-rata awal ikan) = 15 gr

𝐅
FCR = (𝐖𝐭+𝐖𝐝)−𝐖𝐨 x 100%

89,1
= (0+15)−345 x 100%

89,1
= x 100%
− 330

= -0,27 x 100%

= - 27%

Jumlah pakan yang akan diberikan pada ikan tawes selama pemeliharaan
yaitu sebesar 8,1 gram berdasarkan dari rata-rata jumlah berat dan Panjang ikan
yang sudah dihitung. Sedangkan untuk nilai FCR dari pemeliharaan ikan tawes
adalah -27%. Namun, pada saat pengontrolan ikan tawes dilakukan pemberian
pakan sebanyak dua kali dengan tiap pemberian pakan yaitu sebanyak 4,05 atau
dapat dibulatkan menjadi 4 gram. Besar kecilnya rasio konversi pakan (FCR)
menentukan efektivitas pakan tersebut. Nilai rasio konversi pakan (FCR)
berbanding terbalik dengan efisiensi pemanfaatan pakan. Hal ini diperkuat oleh
Setiawati (2013), nilai efisiensi pakan berbanding terbalik dengan konversi pakan
dan berbanding lurus dengan pertambahan berat tubuh ikan, sehingga semakin
tinggi nilai efisiensi pemanfaatan pakan maka nilai konversi pakan semakin rendah
dan ikan semakin efisien memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk
pertumbuhan. Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan,
semakin sedikit pakan yang diberikan maka pemberian pakan semakin efisien.
Dalam pengamatan pemeliharaan ikan tawes (Barbonymous gonionotus)
dapat mengetahui kelangsungan hidupnya dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan Effendi (1979) dalam Arianto et al., (2019) yaitu sebagai berikut :
𝑵𝒕
SR = 𝑵𝒐 x 100%

12
Keterangan :

SR : Derajat kelulusan hidup (%)

Nt : jumlah pada akhir pemeliharaan (ekor)

No : jumlah pada awal penebaran (ekor)

Dari rumus tersebut maka dihasilkan nilai kelangsungan hidup dari


pemeliharaan ikan tawes yaitu sebagai berikut :

𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 x 100%

0
= 23 x 100%

=0

Jadi, ikan yang dipelihara tidak ada yang hidup diduga karena stres saat
pemindahan ikan dan akibat terkena penyakit serta hujan yang terus menerus
menyebabkan air menjadi asam. Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang
diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan, pada ikan penyakit
disebabkan oleh organisme pathogen berupa parasit (virus, bakteri, cacing, dan lain-
lain). Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai antara
hospes, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi yang tidak
serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan menurun, yang
selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara
optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk.
(Wahyuni,.dkk.2017). Pamungkas (2012) juga menjelaskan bahwa ketika ikan
dalam kondisi sakit atau stress, proses osmosis akan sedikit terganggu sehingga air
akan banyak masuk ke tubuh ikan.
Salah satu agen penyakit yang dapat menyerang ikan tawes ialah
bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonas
Septicemia (MAS). Penyakit tersebut dilaporkan pernah menjadi wabah di Pulau
Jawa, Sumatera, dan Kalimantan dan hampir selalu ada di air terutama pada
spesies ikan air tawar (Amanu et al., 2014). Austin dan Austin (1993) dalam
Pratama (2017) menyatakan bahwa gejala ikan yang terserang bakteri Aeromonas
hydrophila menunjukkan luka (bercak merah) pada permukaan tubuh, pendarahan

13
pada insang dan perut buncit. Menurut Sartika (2011) timbulnya warna kemerahan
pada permukaan tubuh ikan diakibatkan oleh aktivitas enzim hemolisin yang
dihasilkan bakteri Aeromonas hydrophila dengan target memecah sel-sel darah
merah, sehingga sel keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan warna
kemerahan pada permukaan kulit.
Selain penyakit, parasit juga merupakan organisme yang dapat
menyebabkan kematian pada ikan. Perkembangbiakan parasit yang cepat
menyebar melalui air pada kolam, terurama dengan kurangnya perawatan,
pemberian pakan yang berlebihan, serta perubahan iklim yang dapat menurunkan
resistensi ikan terhadap parasit. Ikan yang terserang parasit akan berpengaruh
langsung terhadap kelangsungan hidup ikan seperti laju pertumbuhan ikan akan
terhambat (Nofyan dkk, 2015). Parasite yang terdapat pada ikan tawes yaitu
Gyrodactylus spp. memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5–0,8 mm, memiliki
sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait
besar di tengah - tengah,terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping, memiliki
larva yang berkembang dp dalam uterus dan tidak memiliki mata. Hewan parasit
ini termasuk cacing tingkat rendah. Gyrodactylus spp. biasanya sering menyerang
ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Gejala infeksi
pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih (Reed
et al., 2012).

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena diperlukan
sebagai media hidup ikan. Ikan yang dipelihara pada praktikum ini, tidak ada yang
hidup diduga karena stres saat pemindahan ikan dan akibat terkena penyakit serta
hujan yang terus menerus menyebabkan air menjadi asam. Penyakit yang dapat
menyerang ikan tawes ialah bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan
penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS). Selain penyakit, parasit juga
merupakan organisme yang dapat menyebabkan kematian pada ikan. Pada
praktium ini didapatkan data suhu 24-290C dengan pH 6-7.
5.2 Saran
Praktikum manajemen kualitas air ini diharapkan kedepannya mendapatkan
tempat yang sesuai agar tidak terjadi pemindahan kolam ke lokasi lainnya yang
menyebabkan kerentanan mati terhadap ikan, alat-alat yang digunakan kurang
akurat sehingga terjadinya kesalahan data saat controlling.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aida, S. N. 2015. Laju Dan Pola Pertumbuhan, Serta Kebiasaan Makan Ikan Tawes,
Barbonymus Gonionotus Di Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah.
Masyarakat Iktiologi Indonesia, 8; 150-160.
Amanu, S., Kurniasih dan S. Indaryulianto. 2014. Identifikasi Penyakit
Aeromonad pada Budi Daya Ikan Air Tawar di Bali. Jurnal
Veteriner. 15(4): 474-486.
Andy Omar S. Bin, Karyanti, J Tresnati, M. T. Umar, S. Kure.2014. Nisbah
Kelamin Dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Endemic
Beseng- Beseng, Marosatherina Lasagesi (Ahl, 1936) Di Sungai
Batumurung Dan Sungai Pattunuang Asue, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan XI Hasil
Penelitian Perikanan Dan Kelautan Tahub 2014. BP-08.
Apriliani, R., Basuki, F., & Nugroho, R. A. 2018. Pengaruh pemberian recombinant
growth hormone (rGH) dengan dosis berbeda pada pakan buatan
terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan tawes
(Puntius sp.). Sains Akuakultur Tropis: Indonesian Journal of
Tropical Aquaculture, 2(1).
Arianto, D, Harris, H., Yusanti, I.A., dan Arumwati, A. 2019. Padat Penebaran
Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup, Fcr Dan Pertumbuhan
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Pada
Pemeliharaan Di Waring. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan
Budidaya Perairan. Vol.14(2). Hlm : 14-20.
Ayyubi, H., Budiharjo, A., & Sugiyarto, S. 2018. Studi Keragaman Populasi Ikan
Tawes (Puntius javanicus) Di Sungai Bengawan Solo, Sungai
Dengkeng Dan Sungai Opak Berdasarkan Morfometri. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek Ke-3.
Dilasari, U. R. 2020. Kebiasaan Makan Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) Di
Sungai Sembakung Desa Atap Kabupaten Nunukan. Skripsi
Universitas Borneo Tarakan
Ciptanto. S. 2010. Panduan Lengkap Pembesaran Ikan Air Tawar Secara Organik
Dikolam Air, Kolam Terpal, dan Jala Apung. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Cahyono, B. 2011. Untung Berlipat Budi Daya Tawes Sebagai Bahan Baku
Keripik. Lili Publisher, Yogyakarta. 110 hal.
Ghufran H. Kordi. 2010. Budidaya Ikan Patin Di Kolam Terpal. penerbit Lily
Publisher. Yogyakarta.
Khairuman, S. P., Amri, K., & Pi, S. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan
Konsumsi. AgroMedia.
Mainassy, C, M.2017. Pengaruh Parameter Fisika Dan Kimia Terhadap Kehadiran
Ikan Lompa (Thryssa Baelama Forkksa) Di Perairan Pantai Apul
Kabupaten Maluku Tengah Jurnal Perikanan Gajah Mada 19(2):
61-66.
Nelson, J.S. 2006. Fishes of the world. 4th edition. John Wiley & Sons, Inc. New
Jersey.
Nofyan E., Ridho, M. S., & Fitrin, R. 2015. Identifikasi Dan Prevalensi
Ektoparasit Dan Endoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis

16
Niloticus Linn) Di Kolam Budidaya Palembang,Sumatera Selatan.
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA. Universitas Tanjungpura
Pontianak. 19 –28pp
Nurudin, FA, Kanada, N. dan Irsadi, A.2013. Keanekaragaman Jenis Ikan Di
Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan
Tengah. Unnes Journal of Life Science. 2(2): 118-125.
Oktiviani,.2006. Studi Kebiasaan Makan Ikan Terbang (Hirundichthys aycephalus)
Di Peairan Binuangeun, Kabupaten Lebak, Proponsi Banten.
Skripsi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Ilmu
Kelautan IPB.
Pamungkas, W. 2012. Aktivitas Osmoregulasi, Respon Pertumbuhan, Dan
Energetic Cost pada Ikan yang Dipelihara dalam Lingkungan
Bersalinitas. Jurnal Media Akuakultur.7(1): 44-51.
Pratama, R. C. 2017. Efektivitas Ekstrak Biji Rambutan Dalam Mengobati Benih
Ikan Mas Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas Hydrophila. Jurnal
Perikanan Kelautan, 8(1).
Puspita, E. V dan R. P. Sari. 2018. Effect of Different Stocking Density To
Growth Rate of Catfish (Clarias gariepinus,Burch) Cultured in
Biofloc and Nitrobacter Media. Aquasains., 6(2): 563 –567.
Reed, P., Floyd, R. F. Klinger, R. E. And Petty, D. 2012. Monogenean Parasites of
Fish. University of Florida. Florida.
Sartika, Y. 2011. Efektivitas Fitofarmaka dalam Pakan untuk Pencegahan Infeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 39
Setiawati, J. E., Tarsim, Y. T. Adiputra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh
Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda
Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan
Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). E-Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(2): 151-162
Sutarjo G A,Warkoyo. 2019.KKN PPM Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pengembangan dan Penguatan Kelompok Pembudidaya Ikan
(Pokdakan) Air Tawar Desa Sepanjang Kecamatan
GondanglegiKabupaten malang. Jurnal Dedikasi UMM. Vol 16,
Mei 2019. Malang
Sutiana, S., Erlangga, E. & Zulfikar, Z. 2017. Pengaruh Dosis Hormon rGH dan
Tiroksin dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio, L). Acta Aquatica:
Aquatic Sciences Journal, 4(2):76-82. DOI: 10.29103/aa.v4i2.306
Suyanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Panebar Swadaya.
Jakarta.
Syahputra, H. Bakti, D. dan Kurnia, MR.2014. Studi Komposisi Makanan Ikan
Sepat Rawa (Trichogaster Trichopterus Pallas) Di Rawa
Tergenang Desa Marundal Kecamatan Patumbak.
Aquacoastmarine, 5(4): 60-71.
Taofiqurohman, A.2007. Studi Kebiasaan Makanan Ian (Food Habit) Ikan Nilem
(Osteochilus hasselt) Di Tarogong Kabupaten Garut. Laporan
Penelitian Penelitian Peneliti Muda (Litud) Unpad. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautanuniversitas Padjadjaran

17
Widiadmoko, W.2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika Dan Kimia Di
Perairan Teluk Hurun Bandar Lampung Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.
Zuliani, Z., Muchlisin, A, Z, Nurfadillah, N.2016. Kebiasaan Makanan Dan
Hubungan Panjang Berat Ikan Julung Julung (Dermogenys sp.) Di
Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan
Unsyiah Vol 1 (1): 12-24.

18
LAMPIRAN

Gambar 1. Pembuatan kolam Gambar 2. Pengamatan

Gambar 3. Pengecekan DO Gambar 4. Pengecekan pH kertas

Gambar5. Pengecekan suhu Gambar 6. Pengecekan pH digital

19
Gambar 7. Ikan mati Gambar 8. Pengukuran amoniak

Gambar 9. Pembongkaran kolam

20
LOGBOOK PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR

Kelompok : 07 Nama Praktikan : Shofia Aniroh


Spesies ikan : Ikan Tawes NPM : 2010801067
Asisten Praktikum : Arlin Anugerah

No Hari/Tgl Waktu Suhu pH DO Amoniak Dokumentasi Ket


harian
1 Senin, pagi Ikan mati 5
14/11/2022 dari total
ikan 23
menjadi 18,
pakan yang
diberikan
sebanyak 4
gram. pH 7,
Suhu 25oC,
DO 5,09
25oC 7 5.09 -
ppm.

2 Senin, sore Ikan terlihat


14/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
26oC 6 - - Suhu 26oC.

21
3 Selasa, pagi Ikan terlihat
15/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
25oC 6 - - Suhu 25oC.

4 Selasa, sore Ikan terlihat


15/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 7,
Suhu 25oC.
25oC 7 - -

5 Rabu, pagi Ikan terlihat


16/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
24,5oC 6 - - Suhu 24,5oC.

6 Rabu, sore Ikan terlihat


16/11/2022 lincah,
pemberian
24oC 7 - -
pakan
sebanyak 4
gram. pH 7,

22
Suhu 24oC.

7 Kamis, pagi Ikan terlihat


17/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
Suhu 24oC,
DO 5,02
ppm.

24oC 6 5,02 -

8 Kamis, sore Ikan terlihat


17/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
Suhu 24,5oC.
24,5oC 6 - -

23
9 Jumat, pagi Ikan terlihat
18/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
24oC 6 - - Suhu 24oC.

10 Jumat, sore Ikan terlihat


18/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
25oC 6 - -
Suhu 25oC.

11 Sabtu, pagi Ikan terlihat


19/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
Suhu 23oC.
23oC 6 - -

12 Sabtu, Sore Ikan terlihat


19/11/2022 lincah,
pemberian
26,5oC 6 - - pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
Suhu 26,5oC.

24
13 Minggu, Pagi Ikan terlihat
20/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,68, Suhu
24oC, DO
24 oC 6,68 2,97 -
2,97 ppm.

14 Minggu, sore Ikan terlihat


20/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
29 oC 6,64 - - 6,64, Suhu
29oC.

15 Senin, Pagi Kelompok 7


21/11/2022 tidak
melakukan
- - - - -
pengecekan
pada hari
senin pagi.
16 Senin, sore Ikan
21/11/2022 terlihaada
yang sekarat
sebanyak 1
26oC 6,38
ekor dan
tidak nafsu
makan,
pemberian

25
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,38, Suhu
26oC.

17 Selasa, Pagi Ikan


22/11/2022 terlihaada
yang sekarat
sebanyak 1
ekor dan
sudah mau
mulai
25oC 6,64 - -
makan,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,64, Suhu
25oC
18 Selasa, sore Ikan
22/11/2022 terlihaada
yang sekarat
sebanyak 1
ekor dan
sudah mau
mulai
25oC 7,11 - -
makan,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
7,11, Suhu
25oC.
19 Rabu, Pagi Ikan
23/11/2022 terlihaada
yang sekarat
24oC 6,73 3,9 - sebanyak 1
ekor dan
mulai tidak
mau makan

26
kembali,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,73, Suhu
24oC.DO 3,9
ppm.

20 Rabu, sore Ikan


23/11/2022 terlihaada
yang sekarat
sebanyak 1
ekor dan
mulai tidak
mau makan
27oC 7,04 - -
kembali,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
7,04, Suhu
24oC.
21 Kamis, Pagi Ikan
24/11/2022 terlihaada
yang mati
sebanyak 1
ekor dan
mulai tidak
mau makan
24oC 7,14 - -
kembali,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
7,14, Suhu
24oC

27
22 Kamis, sore Ikan
24/11/2022 terlihaada
yang mati
sebanyak 5
ekor,
beberapa
ekor sudah
sekarat dan
tidak mau
24oC 7,03 - - makan
kembali,
pemberian
pakan
sebanyak 3
gram. pH
7,14, Suhu
24oC

23 Jumat, Pagi Ikan mati


25/11/2022 semua, pH
6,95, Suhu
25oC. DO
6,25. Dan
amoniak
0,5/0,4

25oC 6,95 6,25 0,5/0,4

28
29

Anda mungkin juga menyukai