NPM : 2010801067
Kelompok : 07
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatnya penulis diberikan kesehatan secara jasmani maupun rohani, sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas laporan penelitian yang berjudul “Praktikum
Manajemen Kualitas Air” ini dengan tepat waktu. Laporan ini saya susun secara
cepat menggunakan dukungan mbak Arlin Anugerah Febrianti selaku asisten
praktikum di mata kuliah Manajemen Kualitas Air. Oleh sebab itu saya sampaikan
terima kasih atas waktu, tenaga dan pikirannya yg telah diberikan.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Magelang, 04 Desember 2022
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi Ikan Tawes .................................................................................. 3
2.2 Morfologi Ikan Tawes ................................................................................... 3
2.3 Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Tawes ................................................... 4
2.4 Kualitas Air ................................................................................................... 5
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 7
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................ 7
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 7
3.3 Langkah Kerja ............................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 10
4.1 Hasil............................................................................................................. 10
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 11
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
5.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
iii
DAFTAR TABEL
Table 1. Alat dan fungsi .......................................................................................... 7
Table 2. Bahan dan fungsi....................................................................................... 7
Table 3. Hasil pengukuran panjang dan berat ikan tawes (B. gonionotus) ........... 10
Table 4. Hasil pengukuran kualitas air .................................................................. 10
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
meter untuk mengetahui oksigen terlarut, thermometer untuk mengetahui suhu dan
pH meter.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum Manajemen Kualitas Air adalah sebagai
berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran Kualitas Air berupa Suhu, pH,
Oksigen Terlarut, dan Amoniak.
2. Mahasiswa mampu memecahkan masalah dan mencari solusi yang berkaitan
dengan masalah kualitas air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan Amoniak
melalui manajemen yang baik.
1.3 Manfaat
Manfaat pelaksanaan praktikum Manajemen Kualitas Air yaitu memberikan
ilmu dan pengetahuan melalui praktik secara langsung kepada mahasiswa mengenai
pengukuran Kualitas Air berupa Suhu, pH, Oksigen Terlarut, dan Amoniak serta
bagaimana cara memenejemen kualitas air agar selalu optimal dalam kegiatan
budidaya ikan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Neopterygii
Divisi : Teleostei
Superordo : Ostariophysi
Ordo : Cypriniformes
Superfamily : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Barbinae
Name : gonionotus
3
ikan tawes memiliki dua pasang sungut yang kecil. Sisik ikan tawes berwarna putih
keperakan. Warna sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di
bagian perut lebih putih. Dasar sisik berwarna kelabu sampai gelap. Sirip ekor
bercagak dalam dengan lobus membulat (Ayyubi, H.,dkk 2018).
4
2.4 Kualitas Air
Kualitas air adalah variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme
perairan. Varable yang dapat mempengaruhi suatu perairan meliputi sifat fisika,
kimia dan biologi. Kualitas air yang baik dapat diterimah ikan dan tidak menjadi
pengaruh negatif pada ikan, antara lain pertumbuhan ikan, penetasan telur dan
pertahanan hidup ikan. Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan
akan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan
antara lain pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari pabrik, serta
pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun serta dari limbah rumah tangga
(Suyanto, 2010). Kualitas air merupakan faktor penting dalam kehidupan biota air
dan manusia, karena menunjukan mutu kualitas air terhadap kebutuhan biota air
dan manusia. Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualites air dengan
melakukan parameter fisika dan parameter kimia ( Dilasari,U.R 2020).
5
b. Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati secara
visual menggunakan secchi disk.Kemampuan cahaya matahari untuk menembus
sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Perairan
yang memiliki nilai kecerahan rendah pada waktu cuaca yang normal dapat
memberikan suatu petunjuk atau indikasi banyaknya partikel-partikel
tersuspensi dalam perairan tersebut. Oleh karena itu, tingkat kecerahan dan
kekeruhan air sungai sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota dan
menentukan tingkat fotosintesis biota yang ada di perairan sungai (Widiadmoko,
2013).
2.4.2 Parameter Kimia
a. Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman atau lebih popular disebut pH merupakan suatu ukuran
keasaman air yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan
perairan. Aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai
konsentrasi ion hydrogen pada pH air (Ghufran et al., 2010). Nilai pH air
sangatlah penting dari faktor lingkungan dan berpengaruh terhadap
keanekaragam jenis ikan tersebut. Faktor yang mempengaruhi pH adalah
konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH kurang
dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai pH di atas 7 menunjukkan
lingkungan yang basa (alkalin), sedangkan pH sama dengan 7 menunjukkan
keadaan lingkungan yang netral (Mulyadi, 2014).
b. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam air.
Salinitas mempengaruhi fotosintesis dengan dua cara, yaitu dengan mengubah
karbondioksida dan mengubah tekanan osmotik. Semakin tinggi tekanan
osmotik dalam air maka semakin tinggi juga salinitasnya (Widiadmoko, 2013).
Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan tawes yang mampu
hidup di habitat air tawar dengan dengan salinitas air tawar memiliki nilai
dengan kisaran <0.5 ppt (Mainassy, C, M. 2017).
6
BAB III
METODOLOGI
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Manajemen Kualitas Air antara lain:
Table 2. Bahan dan fungsi
7
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Pengukuran pH
1) Membuka penutup elektroda
2) Menghidupkan pH meter
3) Memasukkan probe pH meter ke dalam wadah/kolam pemeliharaan ikan
tawes
4) Menunggu hingga angka pada layar stabil
5) Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang tertera pada layar
3.3.2 Pengukuran Suhu
1) Menyiapkan termometer
2) Memasukkan termometer ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
3) Menunggu hasil pengukuran
4) Mencatat dan mendokumentasikan hasil yang didapat
3.3.3 Pengukuran DO (Dissolved Oxygen)
1) Menyiapkan alat
2) Memasang probe pada unit dan pastikan terkunci dengan baik
3) Menghidupkan DO meter
4) Menunggu hingga angka pada layar stabil
5) Megklik tombol enter
6) Menunggu hingga angka pada layar stabil
7) Mengklik tombol cal untuk mengkalibrasi
8) Menunggu hingga angka pada layar stabil
9) Mengklik tombol enter
10) Memasukkan probe ke dalam kolam pemeliharaan ikan tawes
11) Menunggu hingga kata ready pada layar berhenti berkedip
12) Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya
3.3.4 Pengukuran Ammonia
1) Menyiapkan alat dan bahannya
2) Memasukkan 5 ml air sampel yang akan diuji pada cuvet
3) Menambahkan 3 tetes reagen 1 pada cuvet
4) Menghomogenkan secara perlahan
5) Menambahkan 3 tetes reagen 2 pada cuvet
6) Menghomogenkan secara peralahan
8
7) Menambahkan 3 tetes reagen 3 pada cuvet
8) Menghomogenkan secara peralahan
9) Menunggu beberapa menit
10) Mengamati perubahan warna pada air sampel
11) Menyesuaikan dengan kertas parameter
12) Mencatat dan mendokumentasikan hasilnya
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table 3. Hasil pengukuran panjang dan berat ikan tawes (B. gonionotus)
10
Sore 29oC 6,64 - -
8. Senin, 21 Nov 2022 Pagi - - - -
Sore 26oC 6,38 - -
9. Selasa, 22 Nov 2022 Pagi 25oC 6,64 - -
Sore 25oC 7,11 - -
10. Rabu, 23 Nov 2022 Pagi 24oC 6,73 3,9 -
Sore 27oC 7,04 - -
11. Kamis, 24 Nov 2022 Pagi 24oC 7,14 - -
Sore 24oC 7,03 - -
12. Jum’at, 25 Nov 2022 Pagi 25oC 6,95 6,25 0,5/0,4
4.2 Pembahasan
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena
diperlukan sebagai media hidup ikan. Di dalam budidaya ikan, kualitas dan
kuantitas air yang memenuhi syarat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
budidaya ikan. Ikan tawes lebih memilih habitat pada perairan yang tenang daripada
air mengalir. Ikan tawes dapat ditemukan di dasar perairan sungai, dataran banjir,
dan kadang-kadang di waduk (FA0, 2017). Pada praktium ini didapatkan data suhu
24-290C dengan pH 6—7. Ikan tawes memiliki kisaran optimal yaitu, suhu 20-
330C (Evi, 2001 dalam Apriliani, 2018), pH 6,7-8,6 (Boyd, 1979), DO>4 mg/l
(Andrianto, 2005) dalam, NH3<1 mg/l (Robinnete, 1976) dalam Apriliani (2018)
.Kualitas air seperti salinitas dapat mempengaruhi metabolisme ikan. Kenaikan
salinitas dapat menyebabkan metabolisme tubuh meningkat. Kenaikan nilai
salinitas berbanding terbalik dengan kadar oksigen. Semakin tinggi salinitas media
menurut Hawker dan Smith (1982) dalam Apriliani (2018), menyebabkan
rendahnya kapasitas maksimum kelarutan oksigen dalam air.
Pada budidaya ikan tawes membutuhkan nutrisi dari pakan. Untuk
mengetahui jumlah pakan yang digunakan selama pemeliharaan dapat dihitung
menggunakan rumus menurut Sutiana et al., (2017) yaitu sebagai berikut :
Diketahui :
11
Wo : berat rata-rata awal x jumlah ikan waktu tebar = 15 x 23 = 345 gr
Wt : berat rata-rata akhir x jumlah ikan yang masih hidup = 15x0 = 0gr
𝐅
FCR = (𝐖𝐭+𝐖𝐝)−𝐖𝐨 x 100%
89,1
= (0+15)−345 x 100%
89,1
= x 100%
− 330
= -0,27 x 100%
= - 27%
Jumlah pakan yang akan diberikan pada ikan tawes selama pemeliharaan
yaitu sebesar 8,1 gram berdasarkan dari rata-rata jumlah berat dan Panjang ikan
yang sudah dihitung. Sedangkan untuk nilai FCR dari pemeliharaan ikan tawes
adalah -27%. Namun, pada saat pengontrolan ikan tawes dilakukan pemberian
pakan sebanyak dua kali dengan tiap pemberian pakan yaitu sebanyak 4,05 atau
dapat dibulatkan menjadi 4 gram. Besar kecilnya rasio konversi pakan (FCR)
menentukan efektivitas pakan tersebut. Nilai rasio konversi pakan (FCR)
berbanding terbalik dengan efisiensi pemanfaatan pakan. Hal ini diperkuat oleh
Setiawati (2013), nilai efisiensi pakan berbanding terbalik dengan konversi pakan
dan berbanding lurus dengan pertambahan berat tubuh ikan, sehingga semakin
tinggi nilai efisiensi pemanfaatan pakan maka nilai konversi pakan semakin rendah
dan ikan semakin efisien memanfaatkan pakan yang dikonsumsi untuk
pertumbuhan. Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan,
semakin sedikit pakan yang diberikan maka pemberian pakan semakin efisien.
Dalam pengamatan pemeliharaan ikan tawes (Barbonymous gonionotus)
dapat mengetahui kelangsungan hidupnya dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan Effendi (1979) dalam Arianto et al., (2019) yaitu sebagai berikut :
𝑵𝒕
SR = 𝑵𝒐 x 100%
12
Keterangan :
𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜 x 100%
0
= 23 x 100%
=0
Jadi, ikan yang dipelihara tidak ada yang hidup diduga karena stres saat
pemindahan ikan dan akibat terkena penyakit serta hujan yang terus menerus
menyebabkan air menjadi asam. Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang
diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan, pada ikan penyakit
disebabkan oleh organisme pathogen berupa parasit (virus, bakteri, cacing, dan lain-
lain). Timbulnya serangan penyakit adalah hasil interaksi yang tidak sesuai antara
hospes, kondisi lingkungan dan organisme penyebab penyakit. Interaksi yang tidak
serasi tersebut dapat menimbulkan stress pada ikan, nafsu makan menurun, yang
selanjutnya menyebabkan mekanisme pertahanan tubuh tidak bekerja secara
optimal, akhirnya infeksi dan infestasi penyakit mudah masuk.
(Wahyuni,.dkk.2017). Pamungkas (2012) juga menjelaskan bahwa ketika ikan
dalam kondisi sakit atau stress, proses osmosis akan sedikit terganggu sehingga air
akan banyak masuk ke tubuh ikan.
Salah satu agen penyakit yang dapat menyerang ikan tawes ialah
bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan penyakit Motile Aeromonas
Septicemia (MAS). Penyakit tersebut dilaporkan pernah menjadi wabah di Pulau
Jawa, Sumatera, dan Kalimantan dan hampir selalu ada di air terutama pada
spesies ikan air tawar (Amanu et al., 2014). Austin dan Austin (1993) dalam
Pratama (2017) menyatakan bahwa gejala ikan yang terserang bakteri Aeromonas
hydrophila menunjukkan luka (bercak merah) pada permukaan tubuh, pendarahan
13
pada insang dan perut buncit. Menurut Sartika (2011) timbulnya warna kemerahan
pada permukaan tubuh ikan diakibatkan oleh aktivitas enzim hemolisin yang
dihasilkan bakteri Aeromonas hydrophila dengan target memecah sel-sel darah
merah, sehingga sel keluar dari pembuluh darah dan menimbulkan warna
kemerahan pada permukaan kulit.
Selain penyakit, parasit juga merupakan organisme yang dapat
menyebabkan kematian pada ikan. Perkembangbiakan parasit yang cepat
menyebar melalui air pada kolam, terurama dengan kurangnya perawatan,
pemberian pakan yang berlebihan, serta perubahan iklim yang dapat menurunkan
resistensi ikan terhadap parasit. Ikan yang terserang parasit akan berpengaruh
langsung terhadap kelangsungan hidup ikan seperti laju pertumbuhan ikan akan
terhambat (Nofyan dkk, 2015). Parasite yang terdapat pada ikan tawes yaitu
Gyrodactylus spp. memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5–0,8 mm, memiliki
sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait
besar di tengah - tengah,terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping, memiliki
larva yang berkembang dp dalam uterus dan tidak memiliki mata. Hewan parasit
ini termasuk cacing tingkat rendah. Gyrodactylus spp. biasanya sering menyerang
ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit luar dan insang. Gejala infeksi
pada ikan antara lain pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih (Reed
et al., 2012).
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena diperlukan
sebagai media hidup ikan. Ikan yang dipelihara pada praktikum ini, tidak ada yang
hidup diduga karena stres saat pemindahan ikan dan akibat terkena penyakit serta
hujan yang terus menerus menyebabkan air menjadi asam. Penyakit yang dapat
menyerang ikan tawes ialah bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan
penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS). Selain penyakit, parasit juga
merupakan organisme yang dapat menyebabkan kematian pada ikan. Pada
praktium ini didapatkan data suhu 24-290C dengan pH 6-7.
5.2 Saran
Praktikum manajemen kualitas air ini diharapkan kedepannya mendapatkan
tempat yang sesuai agar tidak terjadi pemindahan kolam ke lokasi lainnya yang
menyebabkan kerentanan mati terhadap ikan, alat-alat yang digunakan kurang
akurat sehingga terjadinya kesalahan data saat controlling.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aida, S. N. 2015. Laju Dan Pola Pertumbuhan, Serta Kebiasaan Makan Ikan Tawes,
Barbonymus Gonionotus Di Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah.
Masyarakat Iktiologi Indonesia, 8; 150-160.
Amanu, S., Kurniasih dan S. Indaryulianto. 2014. Identifikasi Penyakit
Aeromonad pada Budi Daya Ikan Air Tawar di Bali. Jurnal
Veteriner. 15(4): 474-486.
Andy Omar S. Bin, Karyanti, J Tresnati, M. T. Umar, S. Kure.2014. Nisbah
Kelamin Dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Ikan Endemic
Beseng- Beseng, Marosatherina Lasagesi (Ahl, 1936) Di Sungai
Batumurung Dan Sungai Pattunuang Asue, Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan XI Hasil
Penelitian Perikanan Dan Kelautan Tahub 2014. BP-08.
Apriliani, R., Basuki, F., & Nugroho, R. A. 2018. Pengaruh pemberian recombinant
growth hormone (rGH) dengan dosis berbeda pada pakan buatan
terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan tawes
(Puntius sp.). Sains Akuakultur Tropis: Indonesian Journal of
Tropical Aquaculture, 2(1).
Arianto, D, Harris, H., Yusanti, I.A., dan Arumwati, A. 2019. Padat Penebaran
Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup, Fcr Dan Pertumbuhan
Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Pada
Pemeliharaan Di Waring. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan
Budidaya Perairan. Vol.14(2). Hlm : 14-20.
Ayyubi, H., Budiharjo, A., & Sugiyarto, S. 2018. Studi Keragaman Populasi Ikan
Tawes (Puntius javanicus) Di Sungai Bengawan Solo, Sungai
Dengkeng Dan Sungai Opak Berdasarkan Morfometri. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek Ke-3.
Dilasari, U. R. 2020. Kebiasaan Makan Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus) Di
Sungai Sembakung Desa Atap Kabupaten Nunukan. Skripsi
Universitas Borneo Tarakan
Ciptanto. S. 2010. Panduan Lengkap Pembesaran Ikan Air Tawar Secara Organik
Dikolam Air, Kolam Terpal, dan Jala Apung. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Cahyono, B. 2011. Untung Berlipat Budi Daya Tawes Sebagai Bahan Baku
Keripik. Lili Publisher, Yogyakarta. 110 hal.
Ghufran H. Kordi. 2010. Budidaya Ikan Patin Di Kolam Terpal. penerbit Lily
Publisher. Yogyakarta.
Khairuman, S. P., Amri, K., & Pi, S. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan
Konsumsi. AgroMedia.
Mainassy, C, M.2017. Pengaruh Parameter Fisika Dan Kimia Terhadap Kehadiran
Ikan Lompa (Thryssa Baelama Forkksa) Di Perairan Pantai Apul
Kabupaten Maluku Tengah Jurnal Perikanan Gajah Mada 19(2):
61-66.
Nelson, J.S. 2006. Fishes of the world. 4th edition. John Wiley & Sons, Inc. New
Jersey.
Nofyan E., Ridho, M. S., & Fitrin, R. 2015. Identifikasi Dan Prevalensi
Ektoparasit Dan Endoparasit Pada Ikan Nila (Oreochromis
16
Niloticus Linn) Di Kolam Budidaya Palembang,Sumatera Selatan.
Prosiding Semirata 2015 bidang MIPA. Universitas Tanjungpura
Pontianak. 19 –28pp
Nurudin, FA, Kanada, N. dan Irsadi, A.2013. Keanekaragaman Jenis Ikan Di
Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan
Tengah. Unnes Journal of Life Science. 2(2): 118-125.
Oktiviani,.2006. Studi Kebiasaan Makan Ikan Terbang (Hirundichthys aycephalus)
Di Peairan Binuangeun, Kabupaten Lebak, Proponsi Banten.
Skripsi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Ilmu
Kelautan IPB.
Pamungkas, W. 2012. Aktivitas Osmoregulasi, Respon Pertumbuhan, Dan
Energetic Cost pada Ikan yang Dipelihara dalam Lingkungan
Bersalinitas. Jurnal Media Akuakultur.7(1): 44-51.
Pratama, R. C. 2017. Efektivitas Ekstrak Biji Rambutan Dalam Mengobati Benih
Ikan Mas Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas Hydrophila. Jurnal
Perikanan Kelautan, 8(1).
Puspita, E. V dan R. P. Sari. 2018. Effect of Different Stocking Density To
Growth Rate of Catfish (Clarias gariepinus,Burch) Cultured in
Biofloc and Nitrobacter Media. Aquasains., 6(2): 563 –567.
Reed, P., Floyd, R. F. Klinger, R. E. And Petty, D. 2012. Monogenean Parasites of
Fish. University of Florida. Florida.
Sartika, Y. 2011. Efektivitas Fitofarmaka dalam Pakan untuk Pencegahan Infeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 39
Setiawati, J. E., Tarsim, Y. T. Adiputra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh
Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis Berbeda
Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan
Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). E-Jurnal
Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(2): 151-162
Sutarjo G A,Warkoyo. 2019.KKN PPM Pemberdayaan Masyarakat melalui
Pengembangan dan Penguatan Kelompok Pembudidaya Ikan
(Pokdakan) Air Tawar Desa Sepanjang Kecamatan
GondanglegiKabupaten malang. Jurnal Dedikasi UMM. Vol 16,
Mei 2019. Malang
Sutiana, S., Erlangga, E. & Zulfikar, Z. 2017. Pengaruh Dosis Hormon rGH dan
Tiroksin dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio, L). Acta Aquatica:
Aquatic Sciences Journal, 4(2):76-82. DOI: 10.29103/aa.v4i2.306
Suyanto, Rachmatun. 2010. Pembenihan dan Pembesaran Nila. Panebar Swadaya.
Jakarta.
Syahputra, H. Bakti, D. dan Kurnia, MR.2014. Studi Komposisi Makanan Ikan
Sepat Rawa (Trichogaster Trichopterus Pallas) Di Rawa
Tergenang Desa Marundal Kecamatan Patumbak.
Aquacoastmarine, 5(4): 60-71.
Taofiqurohman, A.2007. Studi Kebiasaan Makanan Ian (Food Habit) Ikan Nilem
(Osteochilus hasselt) Di Tarogong Kabupaten Garut. Laporan
Penelitian Penelitian Peneliti Muda (Litud) Unpad. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautanuniversitas Padjadjaran
17
Widiadmoko, W.2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika Dan Kimia Di
Perairan Teluk Hurun Bandar Lampung Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung.
Zuliani, Z., Muchlisin, A, Z, Nurfadillah, N.2016. Kebiasaan Makanan Dan
Hubungan Panjang Berat Ikan Julung Julung (Dermogenys sp.) Di
Sungai Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan
Unsyiah Vol 1 (1): 12-24.
18
LAMPIRAN
19
Gambar 7. Ikan mati Gambar 8. Pengukuran amoniak
20
LOGBOOK PRAKTIKUM MANAJEMEN KUALITAS AIR
21
3 Selasa, pagi Ikan terlihat
15/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
25oC 6 - - Suhu 25oC.
22
Suhu 24oC.
24oC 6 5,02 -
23
9 Jumat, pagi Ikan terlihat
18/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH 6,
24oC 6 - - Suhu 24oC.
24
13 Minggu, Pagi Ikan terlihat
20/11/2022 lincah,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,68, Suhu
24oC, DO
24 oC 6,68 2,97 -
2,97 ppm.
25
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,38, Suhu
26oC.
26
kembali,
pemberian
pakan
sebanyak 4
gram. pH
6,73, Suhu
24oC.DO 3,9
ppm.
27
22 Kamis, sore Ikan
24/11/2022 terlihaada
yang mati
sebanyak 5
ekor,
beberapa
ekor sudah
sekarat dan
tidak mau
24oC 7,03 - - makan
kembali,
pemberian
pakan
sebanyak 3
gram. pH
7,14, Suhu
24oC
28
29