MARINE CULTURE
Oleh :
Kelompok 1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga terselesaikannya Laporan Praktikum Marine Culture untuk memenuhi syarat
mata kuliah Marine Culture.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak dapat lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Sunaryo selaku dosen pengampu praktikum Mata Kuliah Mariculture.
2. Dr.Ir. Ervia Yudiati, M.Sc. Dosen II Mata Kuliah Mariculture
3. Dr.Ir. Agus Indardjo, M.Phil. Dosen III Mata Kuliah Mariculture
4. Teman-teman kelompok yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.
Kami menyadari masih banyaknya kekurangan yang dibuat dalam pembuatan
Laporan Praktikum ini, baik itu sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu penulis mohon
maaf atas segala kekurangan tersebut, dan tidak menutup diri terhadap segala kritik
maupun saran.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga Laporan Praktikum ini dapat
bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
iv
LAMPIRAN .............................................................................................................. 21
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan diet antara A. marmorata dan A. bicolor ......................... 6
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
I. PENDAHULUAN
1
2
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Kelas : Teleostei
Ordo : Anguilliformes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Menurut Ndobe (2010), klasifikasi ikan sidat adalah sebagai berikut: Kelas
Osteichthyes, Subkelas: Actinopterygii, Ordo: Anguilliformes (Apodes), Subordo:
Anguilloidea, Famili: Anguillidae, Genus: Anguilla. Ikan sidat Genus Anguilla terdiri dari
sekitar 18-23 spesies, sebagian besar di antaranya hidup di daerah tropis. Indonesia dianggap
sebagai daerah ansestral dan pusat keanekaragaman ikan sidat. Spesies Anguilla marmorata
merupakan spesies yang tersebar luas bahkan sampai Samudera Hindia, oleh sebab itu spesies
ini merupakan spesies yang luas penyebarannya
2.1.2. Bentuk Morphologi
Menurut Fahmi dan Hirnawati (2010), Antar spesies ikan sidat dapat dibedakan
berdasarkan beberapa karakter antara lain perbandingan antara panjang preanal dan predorsal,
bentuk kepala, jumlah miomer, struktur gigi dan jumlah tulang belakang. Perbedaan karakter
morfologi ini hanya bisa digunakan untuk membedakan ikan sidat yang berukuran dewasa
dan berada pada stadia yang sama. Berdasarkan perbedaan karakter spesifik yaitu
perbandingan panjang preanal dan predorsal maka ikan sidat dikelompokkan menjadi dua
kelompok besar yaitu, short fin, kelompok ikan dengan tipe sirip dorsal pendek terdiri atas 14
3
4
spesies dan long fin, merupakan kelompok ikan dengan tipe sirip dorsal panjang terdiri atas 5
spesies. Karakter jumlah tulang belakang biasanya digunakan pada ikan ukuran larva, jumlah
tulang belakang meningkat seiring dengan meningkatnya letak lintang ikan sidat hidup.
umumnya tulang belakang ikan sidat berjumlah 100-119 buah, ikan sidat yang hidup di
daerah tropis memiliki jumlah tulang belakang lebih sedikit dibandingkan dengan sidat yang
hidup didaerah suptropis.
2.1.3. Habitat dan Sebaran
Ikan sidat (Anquilla sp) merupakan ikan yang bersifat katadromus yang berarti
sepanjang siklus hidupnya hidup pada dua habitat yang berbeda. Ikan sidat pada stadia larva
dan juvinile hidup di daerah laut sedangkan ikan dewasa hidup di perairan tawar yang
kemudian akan kembali bermigrasi ke laut untuk memijah (Cholifah et al., 2012). Menurut
Fahmi dan Himawati (2010), distribusi ikan sidat meliputi wilayah Indo-Pasifik, Atlantik dan
Oseania. Ikan sidat hidup pada wilayah tropis dan subtropis dimana daerah tersebut tidak
dilalui arus dingin. Ikan sidat yang terdapat di Indonesia sebanyak 6 jenis yaitu A. borneensis,
A. interioris, A. obscura, A. bicolor, dan A. marmorata.
2.1.4. Sistem Pencernaan Ikan Sidat
Kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan nutrisi pakan sangat tergantung
pada kemampuan sistem pencernaan yang tercermin sebagai aktivitas enzim yang ada di
sepanjang saluran digesti. Pengukuran aktivitas enzim pencernaan dapat memberikan
informasi tentang daya cerna terhadap pakan. Kajian aktivitas enzim digesti seperti protease
dan amilase dapat digunakan untuk mengerahui kemampuan suatu spesies dalam mencerna
protein dan karbohidrat. Ikan sidat fase yellow eel yang berukuran kecil diduga memiliki
kebutuhan protein pakan yang lebih tinggi untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya. Hal ini karena protein pakan akan digunakan sebagai sumber energi untuk
metabolism, selain itu protein merupakan nutrisi utama untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh. Adanya aktivitas protease yang tinggi berkaitan dengan peran pankreas dalam sekresi
enzim yang bekerja saat ikan dalam fase pertumbuhan. Pankreas pada ikan yang masih dalam
masa pertumbuhan akan lebih aktif mensekresi enzim pencernaan. Pankreas yang mensekresi
enzim dalam jumlah sedikit menyebabkan aktivitas enzim di saluran pencernaan akan rendah,
sebaliknya apabila sekresinya banyak maka aktivitasnya akan meningkat. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingginya sekresi enzim pencernaan pada ikan sidat berukuran kecil.
Namun, jumlah sekresi enzim pencernaan akan mengalami perubahan seiring dengan
perubahan kebiasaan makan ikan. Perubahan ini berkaitan dengan jenis pakan (substrat) yang
dikonsumsi.
5
Tabel 1. Perbandingan diet antara Anguilla marmorata dan A. bicolor (Setijanto et al. 2003).
No. Species Diet Type Feeding
Behaviour
1. Anguilla Shrimp, crab Pelagothrix, Copepoda Carnivorous
bicolor Coscinodiscus, (Calanus,
Thallassiotrix Nauplius)
2. Anguilla Shrimp, crab Coscinodiscus, Nitzschia, Copepoda Carnivorous
marmorata and Pelagothrix, Asterionella, (Calanus,
unidentified Euglena, Pleurosygma, Nauplius)
material Thallassiotrix,
Gloeotrichia
2.2.8. Pengepakan
Pengemasan atau biasa juga disebut dengan pembungkusan, pewadahan atau
pengepakan, memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya
wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
bahan pangan yang ada di dalamnya, melindungi dan bahaya pencemaran serta gangguán fisik
seperti gesekan, benturan, dan getaran (Anggraeni, 2013).
Pakan ikan yang sudah kering tidak langsung dipak, karena masih panas
dikhawatirkan apabila langsung dipak akan menimbulkan uap air didalam karung sehingga
menjadi basah dan dengan mudah akan menimbulkan jamur. Setelah dijemur pakan
didiamkan terlebih dahulu sampai dingin ± 30 – 60 menit kemudian dipak menggunakan
karung yang didalamnya sudah diberi lapisan plastic. Tiap kantong diisi 30 kg, selanjutnya
ditutup dengan cara menjahit karung serapat mungkin. Pada saat ini proses pengemasan
sudah menjadi hal yang mutlak dalam usaha pembuatan pakan ikan, karena dengan
pengemasan yang baik, maka proses penurunan mutu dapat ditekan. Wadah untuk mengemas
pakan sangat bervariasi, mulai dari karung plastik, kertas semen dan plastik tebal untuk
kapasitas besar dan alumunium foil untuk kapasitas kecil (Agustono, 2009).
2.2.9. Penyimpanan
Penyimpanan di gudang sistem yang terbaik adalah menggunakan metode FIFO.
Metode FIFO merupakan singkatan dari kata First In First Out atau dalam bahasan Indonesia
berarti pertama masuk pertama keluar. Istilah ini berkaitan dengan aliran barang dalam
gudang. Barang yang pertama masuk akan keluar duluan dari gudang. Sehingga secara
sederhana kita gambarkan barang keluar akan sesuai dengan urutan ketika barang masuk
(Khairuman, 2002).
Metode FIFO adalah solusi terbaik ketika berhadapan dengan persediaan yang
memiliki masa kadaluarsa. Barang yang diterima lebih dulu tentu memiliki tanggal kadaluarsa
lebih awal dari barang yang diterima belakangan. Metode FIFO bisa memberikan kepastian
akan kualitas produk yang tersimpan dalam gudang. Pakan yang sudah dipak harus disimpan
dengan baik. Pakan yang sudah dikarungi kemudian disimpan kedalam ruangan yang tidak
terkena sinar matahari langsung. Lantai ruangan diberi kayu/falet agar tidak bersentuhan
langsung dengan lantai. (Zalizar, 2012).
2.2.10. Uji Kualitas
Menurut Dani et al. (2005), formulasi pakan yang telah dibuat harus melewati uji
kualitas terlebih dahulu sebelum diberikan kepada biota yang dibudidayakan. Hal ini
bertujuan agar pakan yang diberikan memberikan dampak positif bagi biota ataupun
10
lingkungan budidaya. Terdapat beberapa parameter pengujian yang dijadikan patokan kualitas
terbaik untuk pakan budidaya, yaitu antara lain uji stabilitas, uji daya apung, uji warna, dan uji
aroma. Formulasi pakan yang dibuat akan dinilai layak untuk diberikan kepada biota budidaya
apabila telah melewati pengujian keempat parameter pengujian tersebut dengan baik.
Menurut Aslamyah dan Karim (2012), terdapat 4 pengujian kualitas pakan yaitu
stabilitas, daya apung, warna, dan aroma. Pengujian stabilitas dapat dianalisa melalui
kemampuan pakan untuk tetap berada dalam bentuk aslinya dalam waktu tertentu, hal ini
bertujuan agar pakan tidak mudah terlarut di perairan budidaya dan masih dapat termakan
oleh biota yang diberikan pakan tersebut. Pengujian daya apung dapat dianalisa dengan
melihat kemampuan pakan untuk tetap berada di permukaan selama mungkin agar tetap dapat
terlihat dan termakan oleh biota yang dibudidayakan. Pengujian warna dilakukan untuk
melakukan pencegahan dari pakan akan mengotori warna perairan sehingga menjadi keruh.
Pengujian aroma dilakukan utnuk mencegah perairan menjadi berbau menyengat apabila
pakan tidak termakan oleh biota dan mengendap di dasar perairan.
2.2.11. Analisis Kelayakan Usaha
Setiap usaha yang akan didirikan perlu dilakukan analisis kelayakan usaha sebelum
mendirikan usaha tersebut. Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengkaji perubahan
variabel-variabel dalam aspek finansial ekonomi yang berpengaruh pada keputusan yang
diambil. Menurut Rosalina (2014), analisis kelayakan usaha digunakan untuk menilai
kelayakan uatu investasi mencakup pada perhitungan penentuan biaya investasi, biaya
operasional dan penerimaan. Analisis usaha pada usaha perikanan umumnya dihitung untuk
periode satu tahun.
Menurut Antika et al. (2014), analisa kelayakan usaha budidaya dapat dilakukan
dengan menghitung R/C dan menghitung BEP (Break Even Point). R/C merupakan
perbandingan antara total penerimaan rata-rata dengan total biaya rata-rata. R/C dapat
dihitung dengan cara menghitung rata-rata total pemasukan dibagi dengan rata-rata total biaya
produksi. BEP adalah suatu keadaan yang apabila perhitungan rugi laba dari suatu periode
kerja/ dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi. BEP dapat dihitung dengan rumus biaya variabel per-unit. Biaya variabel per-
unit dapat dihitung dengan total biaya variabel dibagi dengan rata-rata biaya produksi.
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Organisme Laut
Ikan sidat (Anguilla sp.) memerlukan pakan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
nantinya berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Sidat membutuhkan nutrisi seperti protein,
lemak, karbohidrat, serat, vitamin dan mineral. Sedangkan sidat dewasa membutuhkan kadar
protein sebesar 45% (Suitha dan Suhaeri, 2008).
3.1.2. Bahan Baku Pakan
Formulasi pakan ikan sidat yaitu akan dibuat pakan untuk ikan sidat dengan kadar
protein pakan sebesar 45% sebanyak 100 gram dengan bahan baku :
11
12
Karena menggunakan bahan tambahan sebanyak 10%, maka jumlah bahan utama
berkurang menjadi : 100%- 15%= 90 %.
Sehingga nilai protein dalam pakan berubah menjadi:
45% x (100% : 90%) = 49,99%
3.1.3. Uji Kualitas Pakan
Pengujian pakan dilakukan untuk mengetahui mutu pakan tersebut. Menurut Suitha
dan Suhaeri (2008) terdapat tiga pengujian dalam pakan budidaya ikan sidat, yaitu :
Uji Fisik
Uji fisik pada kualitas pakan ikan sidat meliputi warna, kerusakan akibat jamur,
kontaminasi oleh bahan-bahan asing seperti batu dan besi.
Uji Kimia
Uji Kimia pada kualitas pakan ikan sidat meliputi kandungan zat makanan
termasuk kadar air, lemak, protein, serat kasar dan kontaminasi residu pestisida
Uji Biologi
Uji biologi pada kualitas pakan ikan sidat yaitu dilakukan untuk mendapat
pengaruh nutrisi pakan terhadap pertumbuhannya.
3.1.4. Peralatan dan Bahan
Menurut Rusmaedi et al . (2009), berikut alat dan bahan untuk membuat pakan
suspense ikan sidat per 1 Kg
Tabel 4. Alat untuk pembuatan pakan Ikan Sidat
No. Alat Jumlah
1 Panci 1 buah
2 Alat Pengaduk 1 buah
3 Kompor 1 buah
3.2. Metode
3.2.1. Tahapan Proses Pembuatan Pakan
Menurut Rusmaedi et al . (2009), berikut metode pembuatan pakan ikan sidat :
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Semua bahan baku dicampurkan menjadi Satu.
3. Bahan yang tercampur, dimasukkan ke dalam panic.
4. Panaskan panic diatas kompor hingga mendidih.
5. Kemudian ,saat campuran terlihat menjadi bubur, angkat panci dari atas kompor.
6. Tepung kanji/tapioka dimasukkan secukupnya, kemudian diaduk hingga
mengental.
7. Campuran yang mengental dimasukkan ke wadah, lalu diolah menjadi pakan
suspensi.
3.2.2. Uji Kualitas Pakan
Uji Fisik
1. Pakan ikan sidat disiapkan
2. Warna pakan diamati
3. Kestabilan pakan diuji, yaitu dengan menaruhnya di air.
Uji Kimia
1. Pakan ikan sidat disiapkan
2. Kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, abu pada pakan ikan sidat
dianalisis
Uji Biologi (Pertumbuhan Organisme Laut, Efesiensi Penggunaan Pakan)
1. Pakan ikan sidat disiapkan
2. Pengamatan terhadap pertumbuhan ikan sidat diamati dalam beberapa hari
3. Pakan sidat dianalisis tingkat efesiensi
Kualitas Air
1. Pakan ikan sidat disiapkan
2. Pakan sidat dianalisis beberapa kandungan seperti : T, S, Ph, O 2, CO2, MPT,
NO2-, NH4-, NO3-, PO4-
3.2.3. Uji Kelayakan Usaha
1. Aplikasi excel disiapkan dengan template perhitungan kelayakan usaha
2. Perhitungan kelayakan usaha dilakukan secara berurutan mulai dari : Biaya
Investasi, Biaya Operasional, Harga Penyusutan, Jumlah Produksi, Biaya
14
Produksi, Pendapatan Kotor, Perhitungan Analisa Usaha dan Nilai Pay Back
Period pada Usaha Budidaya Ikan Sidat
3.2.4. Analisis Data
1. Hasil Uji Kualitas pakan ikan sidat di analisis sesuai dengan kebutuhan nutrisi atau
protein nya
2. Hasil uji kelayakan usaha dianalisis dampaknya secara jangka pendek atau panjang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Biaya Operasional
Tabel 6. Biaya Investasi
Harga
No Uraian Volume Satuan Jumlah Biaya
Satuan
1 Biaya Lokasi
Sewa Lahan 100 m 12 bulan Rp 50,000 Rp 600,000
Listrik 1 tahun Rp 250,000 Rp 250,000
Air 12 bulan Rp 150,000 Rp 1,800,000
2 Biaya Produksi
Pembuatan gubug (umur pakai 5
1 unit Rp 600,000 Rp 600,000
tahun)
Kolam Terpal (masa pakai 5 tahun) 4 kolam Rp 200,000 Rp 800,000
Selang 20 m (masa pakai 5 tahun) 1 buah Rp 50,000 Rp 50,000
Aerator 4 buah Rp 100,000 Rp 400,000
Timbangan 1 unit Rp 549,000 Rp 549,000
Grinder 1 unit Rp 2,227,000 Rp 2,227,000
Wadah 5 unit Rp 32,500 Rp 162,500
Pengaduk 7 unit Rp 50,000 Rp 350,000
Wadah besar 2 unit Rp 150,000 Rp 300,000
Cetakan pelet 1 unit Rp 1,975,000 Rp 1,975,000
Cap 1 unit Rp 100,000 Rp 100,000
Total Biaya Rp 10,163,500
15
16
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kualitas Pakan Sidat
Pakan merupakan hal terpenting dalam proses berjalannya usaha pembuatan pakan
ikan sidat, karena pemberian pakan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya ikan
sidat. Penggunaan pakan yang baik dan dilakukan secara teratur akan membuat ikan sidat
tumbuh dengan optimal. Biaya pembelian pakan pada usaha pembuatan pakan ikan sidat
dapat dilihat pada Tabel 4. Pengujian pakan dilakukan untuk mengetahui mutu pakan tersebut.
Menurut Suitha dan Suhaeri (2008) terdapat tiga pengujian dalam pakan budidaya ikan sidat,
yaitu :
Uji Fisik
Uji fisik pada kualitas pakan ikan sidat meliputi warna, kerusakan akibat jamur,
kontaminasi oleh bahan-bahan asing seperti batu dan besi.
Uji Kimia
Uji Kimia pada kualitas pakan ikan sidat meliputi kandungan zat makanan
termasuk kadar air, lemak, protein, serat kasar dan kontaminasi residu pestisida
Uji Biologi
17
Uji biologi pada kualitas pakan ikan sidat yaitu dilakukan untuk mendapat
pengaruh nutrisi pakan terhadap pertumbuhannya.
4.2.2. Kelayakan Usaha Pembuatan Pakan Sidat
Kegiatan usaha pembuatan pakan ikan sidat tidak bisa dipisahkan dari biaya-biaya,
baik untuk biaya lokasi, biaya produksi, packaging maupun biaya lain-lain. Dalam kegiatan
usaha pembuatan pakan ikan sidat, tentunya mengeluarkan biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan sebelum usaha pembuatan
pakan ikan sidat menghasilkan yang meliputi sewa lahan, pembuatan kolam, pembuatan
bangunan gubuk dan pembelian alat. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan
selama usaha pembuatan pakan ikan sidat berlangsung yang meliputi biaya bahan produksi,
packaging dan dana darurat.
Usaha pembuatan pakan ikan sidat memiliki orientasi jangka yang cukup singkat dan
mudah, dengan mengetahui manfaat dari usaha pembuatan pakan ikan sidat tersebut tentunya
belum cukup untuk mengukur kelayakan usaha pembuatan pakan ikan sidat. Oleh karena itu
untuk mengukur kelayakan dari usaha pembuatan pakan ikan sidat diperlukan analisis
investasi untuk mengetahui kelayakan dari usaha pembuatan pakan ikan sidat. Adapun
beberapa pendekatan yang digunakan dalam analisis investasi usaha pembuatan pakan ikan
sidat antara lain Payback Periode (PbP), dan Net Present Value (NPV).
4.2.2.1. Payback Periode (PbP)
Payback Periode merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitunga ini dapat dilihat dari perhitungan
kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Perhitungan Payback Periode (PP) usaha
pembuatan pakan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 4. Payback Periode dapat dikatakan
layak apabila nilainya lebih kecil dari umur bisnis. Pada usaha pembuatan pakan ikan sidat ini
dapat diketahui bahwa PbP sebesar 0.53 atau dapat dikatakan sekitar 6 bulan. Usaha
pembuatan pakan ikan sidat ini dapat dikatakan layak karena nilai payback periode yang
diperoleh lebih kecil dari umur bisnis (umur bisnis 5 tahun).
4.2.2.2. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang adalah perbandingan antara PV
kas bersih (PV of proceed) dan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih
antara nilai kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan net present value (NPV). Usaha dapat
dikatakan layak untuk dijalankan apabila memiliki NPV > 0. Nilai NPV (Net Present Value)
usaha pembuatan pakan ikan sidat dapat dilihat pada Tabel 3.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Pembuatan formulasi pakan sidat dengan kadar protein pakan sebesar 45% sebanyak
100 gram menggunakan bahan utama berupa tepung ikan 60%, tepung bungkil
kedelai 40%, tepung polar 17%, tepung tapioka 5% serta bahan tambahan berupa
minyak ikan 2%, minyak jagung 2%, vitamin 4%, dan mineral 2%.
2. Pembuatan pakan suspensi untuk sidat dilakukan dengan mencampurkan semua
bahan baku kemudian memanaskannya hingga menjadi bubur lalu ditambahkan
tepung kanji dan diaduk hingga mengental dan dimasukan ke dalam wadah.
3. Uji kualitas pakan sidat terdiri dari uji fisik dengan mengetahui kestabilan pakan
dalam air, uji kimia dengan analisis kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar,
dan kadar abu, uji biologi dengan analisa efisiensi penggunaan pakan terhadap
pertumbuhan sidat.
4. Uji kelayakan usaha dilakukan dengan cara menghitung biaya investasi, biaya
operasional, jumlah produksi, biaya produksi, harga penyusutan pendapatan kotor,
nilai Payback Periode dan nilai Net Present Value.
5.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan materi yang dijelaskan.
2. Sebaiknya praktikan lebih aktif dalam praktikum.
3. Sebaiknya metode formulasi dan pembuatan pakan dijelaskan lebih rinci.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
20
Priyono, M. A. 2019. Sistem Pakar untuk Menyusun Ransum Konsentrat, Kandungan Gizi
dan Harga Pakan Ternak Sapi Potong dengan Metode Rule Base dan Pearson
Square. Jurnal Informatika Merdeka Pasuruan., 4(1) : 18-24.
Rosalina, D. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal di Desa
Namang Kabupaten Bangka Tengah. Maspari Journal., 6(1) : 20-24.
Rusmaedi, Praseno., Rasidi., Subamia. 2010. Pendederan Benih Sidat (Anguilla bicolor)
System Resirkulasi Dalam Bak Beton. Jurnal. Loka Riset Pemuliaan Teknologi
Budidaya Perikanan Air Tawar. Jakarta selatan.
Rusmaedi., Rasidi., Ongko., Ofri J dan I Wayan Subamia. 2009. PERTUMBUHAN BENIH
IKAN SIDAT (ELVER) Anguila Bicolor YANG DIPELIHARA DENGAN
KEPADATAN BERBEDA. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 20 : 1-
3.
Saade, E. dan S. Aslamsyah. 2009. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Buatan untuk Udang Windu
Penaeus monodon Fab. yang Menggunakan Berbagai Jenis Rumput Laut Sebagai
Bahan Perekat. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan)., 19(2) : 107-115.
Safir, M., N. Serdianti, D. T. Tobigo dan K. Mansyur. 2020. Pendampingan Pembuatan Pakan
Ikan Nila Berbasis Bahan Baku Lokal di Kelurahan Kabonena Kota Palu. Jurnal
Pengabdian Masyarakat., 3(2) : 78-85.
Setijanto, E. Yuwono, I. Sulistyo dan P. Sukardi. 2003. Study on feeding behaviour of eels
and the larvae occurrence in Segara Anakan. Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat
Tropik. UPT Baruna Jaya: BPPT.
Suharto. (1991). Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka Cipta. Jakarta.
Suitha, I. M dan A. Suhaeri. 2008. Budidaya Sidat. PT. Agromedia pustaka : Jakarta. Hal 1-
27.
Taufik, M., Hana, H., dan Susilo, U. 2017. Aktivitas Protease Dan Amilase Pada Ikan Sidat
Anguilla Bicolor Mcclelland. Scripta Biologica, 4(3), 169284.
Wahyono, D. E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Pakan Lokal untuk
Pengembangan Usaha Sapi Potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong., 1(1) : 66-76.
Zalizar L., Sujono dan A.Yani. 2012. Formulasi Pakan Pelet Kambing Peternakan Etawah
(PE) di Kelompok Ternak Abimanyu di Desa Bumiaji Kota batu. Dedikasi, Volume
9, Mei 2012: 22 – 26.
LAMPIRAN
21
22