Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MANTA TOW


MATA KULIAH SELAM KEAHLIAN

Disusun Oleh:
Adlina Aulia Firzanah
26040120140167
Ilmu Kelautan C

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Karimunjawa sebagai salah satu Kawasan konservasi laut di Indonesia memiliki
sumberdaya terletak pada ekosistem terumbu karang sebagai objek wisata bahari. Kepulauan
Karimun Jawa secara geografis terletak di antara 5°40’-5°57’ LS dan 110°04’-110°40’ BT dengan
jarak sekitar 60 mil laut disebelah timur laut Kota Semarang. Kepulauan Karimunjawa merupakan
wilayah Kecamatan dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah yang terletak sebelah utara kota Jepara
dengan jarak kurang lebih 45 mil atau 90 km dari ibukota Kabupaten Jepara. Dapat dicapai melalui
pelabuhan kota Jepara dengan menggunakan kapal penyeberangan pengganti KMP Muria dan
Kartini I yaitu Siginjai selama 4 - 5 jam. Kepulauan terpencil Karimunjawa dibatasi atau dilingkupi
Laut Jawa dengan luas 7.120 Ha yang terdiri dari 27 pulau. Terdapat lima pulau yang berpenghuni,
yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemojan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk dan Pulau Genting yang
terbagi dalam empat desa. Pertama, Desa Karimunjawa terdiri dari 6 dukuh yaitu Karimunjawa,
Jati Kerep, Alang-alang, Nyamplungan, Ciekmas dan Genting. Kedua, Desa Kemojan dengan 4
(empat) dukuh yaitu Kemojan, Telogo, Mrican dan Batulawang. Ketiga Desa Parang dan keempat,
Desa Nyamuk. Karimunjawa sebagai salah satu kawasan konservasi laut di Indonesia memiliki
sumberdaya terletak pada ekosistem terumbu karang sebagai objek wisata bahari.
Keanekaragaman Taman Nasional Karimunjawa menjadikan Karimunjawa salah satu destinasi
kegiatan pendidikan yaitu penelitian, pendataan dan juga penyelaman (Sulisyati et al., 2014).
Terumbu karang adalah salah satu ekosistem penting dalam penyediaan pangan, kesehatan,
pelindung pantai dan rekereasi, akan tetapi rentan dan mudah rusak akibat gangguan lingkungan.
Untuk itu upaya pemantauan kondisi terumbu karang menjadi kebutuhan bagi pengelola untuk
menyediakan informasi kondisinya. Metode manta tow merupakan suatu teknik pengamatan
terumbu karang secara menyelurh dalam waktu yang singkat dengan cara pengamat berada
dibelakang perahu yang ditarik menggunakan tali dan papan sebagai papan dimana kapal bergerak
secara perlahan dan tetap dan melintas diatas permukaan karang (Sulisyati et al., 2014).
1.2.Tujuan
• Mengetahui teknik penelitian menggunakan metode manta tow.
• Mengetahui kondisi terumbu karang perairan Karimunjawa menggunakan metode manta
tow.
• Mengetahui lokasi ideal untuk transplantasi karang menggunakan metode manta tow.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Karimunjawa
Kepulauan Karimun Jawa secara geografis terletak di antara 5°40’-5°57’ LS dan 110°04’-
110°40’ BT dengan jarak sekitar 60 mil laut disebelah timur laut Kota Semarang. Kepulauan
Karimun Jawa dengan daratan seluas 71,2 km2 secara administratif merupakan salah satu
kecamatan wilayah kabupaten Jepara. Terdiri dari 4 Desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa
Kemujan, Desa Parang, dan Desa Nyamuk. Karimun Jawa memiliki pulau-pulau kecil yang terdiri
dari 27 pulau dimana 22 pulau diantaranya termasuk kedalam Kawasan Taman Nasional
KarimunJawa. Kawasan Taman Nasional Karimun Jawa yang mempunyai luas Kawasan 1.116,25
km2 atau 111.625 ha. KarimunJawa merupakan daerah wisata.
Taman Nasinoal Karimunjawa merupakan perairan yang produktif dengan tutupan
terumbu karang keras (hard coral), selain faktor alam tutupan terumbu karang juga di pengaruhi
oleh tingkat pemanfaatan yang tinggi (Akhmad, et al. 2018). Kebanyakan hutan di daerah Karimun
Jawa ini adalah kawasan hutan Mangrove, di mana hutan ini mendominasi kawasan pantai dan
merupakan ekosistem yang paling lengkap, di mana ekosistem ini merupakan ekosistem campuran
antara daratan dan pantai. Ekosistem yang beraneka ragam yang di dalamnya terdapat saling
ketergantungan terutama fauna yang ada di sekitar mangrove berupa, beraneka jenis ikan laut,
plankton, terumbu karang dan lain-lain. Semua jenis habitat laut tersebut membutuhkan kawasan
yang tenang yang jauh dari gangguan dan polusi atau pencemaran lingkungan.

2.2.Manta Tow

Gambar 1. Teknik manta tow


Menurut Bahri et al. 2020, metode manta tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu
karang dengan cara pengamat di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai
penghubung antara perahu dengan pengamat. Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas
di atas terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa obyek yang
terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan karang
mati. Data yang diamati dicatat pada tabel data dengan menggunakan nilai kategori atau dengan
nilai persentase bilangan bulat. Manta Tow adalah metode yang tepat untuk mendapatkan deskripsi
umum area terumbu karang yang luas atau perubahanperubahan dalam kelimpahan dan distribusi
organisme tertentu serta gangguan skala luas (badai, COTS dan bleaching).
Metode yang dijabarkan dalam manual ini tidak hanya digunakan untuk pengkajian
distribusi dan kelimpahan karang, tetapi juga bisa digunakan untuk pengkajian Acanthaster.
Pengkajian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar dampak kerusakan yang diakibatkan oleh
Acanthaster. Metode ini juga baik untuk tujuan pemilihan tempat (site) dengan tujuan penerapan
metode monitoring lainnya, misalnya akan memakai metode LIT (Rudi dan Yusri, 2013).
Kelebihan dari metode manta tow yaitu relatif sederhana untuk disampaikan dalam pelatihan
umum, tidak memerlukan peralatan yang mahal seperti peralatan selam, bisa dilakukan di tempat
yang terpencil dengan dukungan peralatan sederhana dan dengan tenaga relatif lebih sedikit namun
dapat mencakup daerah yang lebih luas. Terdapat kekurangan juga dari metode manta tow yaitu
karena pengamatan dilakukan di permukaan air, maka pengamatan ini dibatasi oleh kedalaman
maupun kecerahan air, varibel yang diamati tidak terlihat dari permukaan air jika terhalang objek
lain, dan pada variabel pengamatan yang terlalu banyak bisa mengurangi keakuratan pendugaan
pengamatan.
METODE
3.1.Waktu dan Tempat
Tempat : Pulau Gleyangan
Tanggal : 23 November 2022
Jam : 11:43

Gambar 2. Lokasi manta tow


3.2.Alat dan Bahan
• Papan manta
• Tali tambang (18m)
• Kertas underwater
• Pensil
• Snorkel
• Mask
• Fin
• GPS
• Stopwatch
3.3.Metode Pengambilan Data
Manta tow dilakukan dengan mengamati terumbu karang dari permukaan dengan cara
pengamat yang didampingi buddies ditarik oleh perahu kecil dengan kecepatan 2-5 km/jam secara
konstan. Posisi pengamat dan buddies bersebelahan dengan jarak 2 m. Setiap dua menit sekali
perahu akan berhenti untuk memberikan kesempatan bagi pengamat mencatat hasil pengamatan
persentase tutupan substrat yang telah dilakukan. Terdapat 2 pengamat juga yang bertugas diatas
kapal yang memberikan arahan sesuai alur terumbu karang dan yang mencatat koordinat lokasi
pengamatan dan waktu dilakukannya pengamatan menggunakan GPS. Pendataan dilakukan dua
kali dengan koordinat yang berbeda. Towing 1 dilakukan pada koordinat S 05° 48’ 02.72” dan E
110° 22’ 54.54” pada pukul 08.44 – 08.46. Towing kedua dilakukan pada koordinat S 05° 48’
04.04” dan E 110° 22’ 54.03” pada pukul 08:47 – 08:49.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Visibility : 10 m
Slope Angle : 15°
Reef Zone :B
Current : Weak

PENDATAAN TERUMBU KARANG


100
90
80
70
PERSENTASE

60
50 Towing 1
40 Towing 2
30
20
10
0
H SC R A OBS OAS

Gambar 3. Grafik pendataan terumbu karang

4.2.Pembahasan
Pendataan manta tow dilakukan dengan menghitung presentase terumbu karang.
Presentase yang diamati yitu H (Hard coral), SC (Soft coral), R (Rubble), A (Algae), OBS (Other
Biotic Substrate), dan OAS (Other Abiotic Substrate). Parameter yang mendukung terjaganya
kualitas terumbu karang antara lain SC atau karang lunak, MA atau makroalga, dan OT atau
lainnya, karena tingginya persentase parameter tersebut dapat menentukan bahwa kehidupan biota
di sekitar terumbu karang masih terjaga, dan jika Nilai RB atau Coral Fault, RO atau Rock, SA
atau Sand, maka terumbu karang dapat mulai rusak karena hilangnya habitat biota pada ekosistem
tersebut.
Hasil dari manta tow yang dilakukan dapat dikatakan bahwa pada lokasi pengambilan data
didominasi oleh karang keras (Hard coral) dilanjut dengan patahan karang, karang lunak (Soft
coral) dan karang-karang mati. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
terumbu karang di Pulau Gleyangan Taman Nasional Karimunjawa dapat diklasifikasikan dalam
kondisi baik. Tingginya presentase H (Hard coral) di Pulau Gleyangan menunjukan bahwa
kehidupan terumbu karang masih terjaga ekosistemnya. Pulau Gleyangan juga menjadi daya tarik
bagi wisatawan untuk wisata bawah laut seperti diving dan snorkeling. Kegiatan pendataan kondisi
terumbu karang seperti ini harus rutin dilakukan agar ekosistem terumbu karang tetap terjaga.
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1. Metode manta tow adalah suatu teknik pengamatan terumbu karang dengan cara pengamat
di belakang perahu kecil bermesin dengan menggunakan tali sebagai penghubung antara
perahu dengan pengamat. Dengan kecepatan perahu yang tetap dan melintas di atas
terumbu karang dengan lama tarikan 2 menit, pengamat akan melihat beberapa obyek yang
terlintas serta nilai persentase penutupan karang hidup (karang keras dan karang lunak) dan
karang mati. Data yang diamati dicatat pada tabel data dengan menggunakan nilai kategori
atau dengan nilai persentase bilangan bulat.
2. Hasil dari manta tow yang dilakukan dapat dikatakan bahwa pada lokasi pengambilan data
didominasi oleh karang keras (Hard coral) dilanjut dengan patahan karang, karang lunak
(Soft coral) dan karang-karang mati. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa terumbu karang di Pulau Gleyangan Taman Nasional Karimunjawa dapat
diklasifikasikan dalam kondisi baik.

5.2.Saran
1. Memperhatikan terumbu karang lebih cermat agar hasil presentase terumbu karang lebih
akurat.
2. Memeriksa kembali peralatan selam untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat
melakukan pendataan.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, D. S., Purnomo, P. W., & Supriharyono, S. (2018). Potensi kerusakan terumbu karang
pada kegiatan wisata snorkeling di destinasi wisata Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(2), 419-429.

Bahri, S., Purnama, D. A., Syawal, S., & Khairi, I. (2020). Evaluasi Tutupan Terumbu Karang
Berbasis Masyarakat Di Wilayah Kawasan Konservasi Perairan Daerah (Kkpd) Kabupaten
Aceh Selatan. Jurnal Laot Ilmu Kelautan, 2(2), 129-136.

Rudi, E dan S. Yusri. 2013. Metode Monitoring Terumbu Karang. Yayasan Terumbu Karang
Indonesia, Jakarta.

Sulisyati, R., Poedjirahajoe, E., WF, L. R., & Fandeli, C. (2014). Karakteristik Terumbu Karang
di Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional Karimunjawa (Coral Reef Characteristic of
Tourism Zone, Karimunjawa National Park). ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of
Marine Sciences, 19(3), 139-148.

Anda mungkin juga menyukai