DI SUSUN OLEH :
NRP : 55194112699
KELAS : TAK A
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kota Tarakan mempunyai luas 657,33 km2 dimana 38,2% nya atau 250,8
km2 berupa daratan dan sisanya sebanyak 61,8% atau 406,53 km2 berupa
lautan.
3. Pada tahun 2014 dari hasil pengamatan citra GE untuk daerah pantai amal
didapat panjang garis pantai 1240 m. Luas daratan 24737 m2 dengan Luas
permukiman 378,3 m2. Pada tahun 2015 dari hasil pengamatan citra GE
untuk daerah pantai amal didapat panjang garis pantai 1487 m. Luas daratan
25837 m2 dengan Luas permukiman 871 m2.
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1 Kriteria dan Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Proses Memilih Lokasi
KJA
Arus - -
Pencemaran - -
Oksigen terlarut - -
Jika dilihat dari kriteria-kriteria di atas sebagai acuan pertama, dapat diketahui bahwa
dibutuhkan kriteria-kriteria yang cukup detail. Untuk lebih jelasnya mengenai kriteria-
kriteria di atas, maka berikut adalah beberapa penjelasan singkatnya menurut FAO
(2015).
3) Angin
Angin berperan sekitar 5-10% tekanan pada sistem penambat keramba.
Angin dapat berdampak langsung terhadap keramba dan pergerakannya
dengan menarik jaring atas, mengganggu kapal yang bergerak di sekitar
keramba, dan menyebarkan pakan keluar dari keramba. Angin juga
berdampak tidak langsung melalui arus akibat angin dan gelombang akibat
angin.
4) Ketinggian Gelombang dan Periodenya
Gelombang berperan memberikan tekanan pada sistem penambatan dan
keramba dengan ukuran menengah (3.000-4.000 ton/tahun) sekitar 20-25%.
Faktor yang menyebabkan terjadinya gelombang akibat angin adalah:
a. Kecepatan angin;
b. Jarak fetch (jarak yang dilalui oleh angin di arah dan kecepatan
konstan);
c. Lebar fetch;
d. Durasi waktu angin berhembus di suatu area;
e. Kedalaman air.
5) Kondisi Dasar Laut karakteristik dasar laut perlu ditinjau untuk memetakan
dan memastikan tipe-tipe sedimen untuk penempatan jangkar dan komunitas
bentik. Jangkar yang bagus akan terbenam sendiri ke dalam dasar laut.
Lumpur pekat, tanah liat, pasir, dan kerikil memberikan pegangan yang baik.
Sementara bongkahan batu, bebatuan, dan koral membutuhkan jangkar
beban (beton).
6) Bencana Badai dan Angin Topan
Badai dan angin topan, maupun siklon adalah fenomena meteoroligi yang
dapat menimbulkan risiko, terutama dari angin kencang dan gelombang serta
arus yang dihasilkan di lautan. Ketiganya sering terjadi di zona tropis
ekuator, di area yang dibatasi oleh dua iklim tropis. Peristiwa badai pada
area yang telah ditentukan harus dievaluasi secara seksama untuk melakukan
perhitungan penempatan lokasi dan penambatan keramba dalam
kemungkinan terjadinya badai cukup tinggi. Berikut klasifikasi badai dengan
skala angin Saffir- Simson.
Tabel 2.1 Kriteria Lokasi Keramba Jaring Apung (KJA) Menurut Prama Hartami
NO Kriteria Besaran
3 Salinitas (ppt) 30 – 33
10 Kecerahan (m) ≥5
11 BOD5 (mg/l) ≤ 25
12 COD (mg/l) ≤ 40
BAB III
rerata 280C.
3.1.6 Kecerahan
Secara garis besar, tingkat kecerahan pada perairan wilayah Pantai amal kota
tarakan rata-rata adalah sebesar 1 hingga 28 meter. Tingkat kecerahan dari garis
pantai mencapai 6 meter.
Tabel 3.2. Kriteria kesesuaian lahan perairan yang telah di lakaukan untuk budidaya
kerapu di KJA.
No Parameter Bobot S1 S2 N
4 o 10 27 - 32 20 - 26 <20 atau
Suhu ( C)
>35
Pemberian bobot dan skor (Tabel 3.3) dengan mempertimbangkan pengaruh varia- bel
yang menentukan keberhasilan budidaya (Beveridge, 1991). Pemberian skor diberikan
dengan nilai 1, 3 dan 5 sesuai kriteria dan batas yang ditentukan. Jika hasil pengukuran
suatu parameter fisika-kimiawi perairan berada dalam kondisi optimum, maka skor yang
diberikan tinggi, yakni 5. Namun sebaliknya, bila hasil pengukuran tersebut berada pada
batas yang kurang optimum maka skor yang diberikan semakin rendah, yakni 1 atau 3.
maka didapatkan kelas kesesuaian parameter fisika-kimiawi perairan sebagaimana telah
disajikan pada Tabel 3.4 dibawah ini.
Kesesuaian Lahan Budidaya Keramba Jaring Apung di pantai amal kota tarakan
1. Kecepatan arus
Kecepatan arus di pantai amal kota tarakan bervariasi, perbedaan kecepatan arus
diduga disebabkan oleh letak lokasi. Bangunan pantai merupakan salah satu penyebab
terjadi pembelokan arus pada lokasi tersebut. Pada saat yang lain adanya turbelensi
dan perairan yang cukup terbuka merupakan pendugaan lain terjadi perbedaan kuat
arus. Lokasi yang memiliki arus yang terlalu lemah tidak layak untuk lokasi
budidaya, namun arus yang terlalu cepat juga dapat merusak konstruksi wadah.
Kecepatan arus yang direkam pada semua lokasi budidaya keramba jaring apung
berada pada kisaran atara 20-30 cm/det (Ramelan, 1998), yang mengindikasikan
semua lokasi tersebut masuk kategori ‘sangat sesuai’. Kecepatan arus di perairan
pantai amal kota tarakan masih berada pada nilai yang dianjurkan, walaupun bukan
pada kisaran yang ideal dan Pergerakan dan besarnya arus permukaan di perairan
Tarakan selama perioda El Nino 2009 menunjukkan pergerakan ke arah barat daya
dan selatan dalam kisaran 45 – 60 cm/s. Arus permukaan ini merupakan arus lintas
Indonesia (Arlindo) yang mengalir dari kolam Pasi k Barat melalui laut Sulawesi dan
memasuki perairan Tarakan sebelum ke Selat Makassar. Pergerakan arus permukaan
di perairan
Tarakan dipengaruhi pergerakan arus yang datang dari selatan Selat Makassar dan
bergerak ke arah timur laut dengan kisaran kecepatan 25 – 35 cm/s. Pergerakan arus
ini melawan pergerakan Arlindo yang pada perioda normal ke arah selatan
mendominasi perairan Tarakan dengan kisaran kecepatan 50 – 60 cm/s. Pergerakan
arus permukaan selama musim barat dipengaruhi oleh kondisi regional ENSO, yaitu
arus bergerak ke barat daya selama perioda El Nino 2009 dan ke timur laut selama
perioda La Nina 2010 dan ke selatan selama perioda Normal 2012 dengan masing-
masing kecepatan 35, 50 dan 60 cm/s. Kondisi pergerakan arus yang sama seperti di
atas terjadi juga selama musim timur dengan intensitas kecepatan berbeda masing-
masing 40, 45, dan 35 cm/s. Dengan demikian diketahui dinamika arus di perairan
Tarakan dipengaruhi Arlindo selama perioda El Nino dan Normal. Arlindo tidak
berpengaruh terhadap dinamika arus di perairan Tarakan selama perioda 2010.
Kecepatan arus pada musim barat relatif lebih tinggi daripada musim timur. Hasil ini
berbeda dengan pengukuran arus di kanal Labani Selat Makassar (Gordon et. al.,
1998) yang melaporkan arus pada musim timur lebih besar daripada musim barat
selama 2004 – 2006. Hal ini menunjukkan pengaruh arus yang datang dari selatan
Selat Makassar.
2. Kedalaman
Kedalaman perairan pada perairan pantai amal kota tarakan memiliki kedalaman
minimal yang ditentukkan oleh titik dimana terjadi surut terendah dari perairan
tersebut. Kedalaman perairan diatas memperlihatkan kisaran nilai yang mendukung
bagi kegiatan budidaya laut. Untuk budidaya ikan di KJA, kedalaman perairan yang
minimal ditentukan oleh dimensi kantong jaring, beda pasang-surut dan jarak
minimal antara dasar kantong dan dasar perairan. Jika kantong jaring memiliki tinggi
3 m, beda pasang-surut sebesar 2 m kemudian spasi antara dasar perairan dan dasar
kantong sebesar 2 meter, maka kedalaman minimal lokasi lokasi tersebut 7 m
Ramelan (1998) menyatakan bahwa Kedalaman perairan untuk akuakultur ikan dalam
keramba jaring apung harus >8 m. Pertimbangan untuk Kedalaman maksimal juga
ditentukan oleh mahalnya material konstruksi, khususnya mooring system, besarnya
biaya operasional serta sulitnya proses instalasi system keramba jaring apung
(Beveridge 1991). Oleh karena itu Kedalaman perairan untuk keramba jaring apung
lebih baik tidak lebih dari 15 m.
Material dasar perairan di pantai amal kota tarakan memperlihatkan adanya
perbedaan jenis material dasar perairan pada beberapa lokasi. Perbedaan tersebut
dapat dibagi atas tiga cluster wilayah yaitu :
a. lumpur. Jenis substrat ini berada di dalam teluk dan merupakan wilayah yang
mendapat tekanan terbesar akibat masukan (run off) dari beberapa sungai yang
bermuara di perairan tersebut. tekanan terbesar akibat masukan (run off) dari
beberapa sungai yang bermuara di perairan tersebut. (
b. Jenis pasir berlumpur yang berada di mulut teluk. Adanya pergerakan masa air
laut dari mulut kedalam teluk diduga mendorong koloid atau partikel yang lebih
ringan kedalam teluk dan menyisahkan pasir yang lebih berat. Dan
c. Jenis pasir berkarang yang berada di depan mulut teluk. Tipe ini berada pada
daerah yang relatif lebih terbuka sehingga kemungkinan pencucian oleh masa air
lebih sering terjadi. substrat yang dikehendaki adalah yang baik adalah pasir,
pecahan karang dan karang (Sade, 2006;Vairappan and Chung, 2006). Sedangkan
yang harus dihindari adalah substrat dengan kombinasi lumpur, karena akan
sangat memberikan dampak pada kecerahan atau kekeruhan perairan pada saat
ada arus dan gelombang (Hidayat, 1990).
3. Kecerahan
Tingkat kecerahan pada perairan pantai amal kota tarakan memperlihatkan adanya
perbedaan tingkatan kecerahan. Hal tersebut dapat diduga akibat dari substrat dasar
perairan dimana perairan dengan tingkat kecerahan yang rendah dipengaruhi oleh
substrat pasir dan lokasi dengan tingkat kecerahan tinggi dipengaruhi oleh substrat
karang. Kecerahan diperlukan untuk membantu proses pengambilan makanan oleh
organisme laut. Sehingga perairan perairan pantai amal kota tarakan memperlihatkan
kisaran nilai yang sangat sesuai dianjurkan untuk lakukan kegiatan budidaya keramba
jaring apung.
4. Suhu perairan
Suhu perairan di pantai amal kota tarakan mempunyai kisaran suhu yang tidak
terlalu signifikan di setiap titik pengambilan sempel, hal tersebut menunjukan bahwa
suhu air pada permukaan pantai amal kota tarakan relative lebih tinggi . Perbedaan ini
memberi indikator bahwa tambahan panas ke pada massa air pantai amal kota tarakan
bagian darat berasal dari sumber lain yaitu suplai panas dari dasar laut ataupun suplai
panas dari dataran sekitarnya. (Wenno L.F, 1987) Dari segi kelayakan kecerahan
perairan di pantai amal memperlihatkan nilai yang cukup sesuai untuk dilakukan
pengembangan budidaya di keramba jaring apung.
Hasil pengukuran terhadap variable Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di
perairan pantai amal kota tarakan adanya perbedaan, hal ini diduga disebabkan oleh
komposisi material dasar perairan dan pergerakan masa air termasuk aktifitas pasut.
Padatan terlarut dalam kondisi tertentu dapat menggangu biota terutama organ
respirasi. Menurut (Landau, 1995) budidaya di KJA, kekeruhan yang tinggi dapat
berakibat:
1) Terganggunya sistim osmoregulasi
2) Menurunkan daya lihat organisme akuatik
3) Mengganggu fungsi insang dan menurunkan tingkat respirasi atau pernafasan
4) Memicu pembentukkan bio-fouling pada struktur KJA sehingga meningkatkan
gaya statis dan dinamis dari sistim KJA. Berdasarakan muatan padatan
tersuspensi perairan pantai amal sangat cocok untuk dilakukan kegiatan budidaya
keramba Jaring Apung.
5. Sanilitas
Hasil pengukuran Salinitas di perairan panatai amal kota tarakan menunjukkan
Adanya perbedaan kisaran salinitas terutama pada daerah sebelah timur pantai amal
(dalam teluk), diduga karena adanya pengaruh supplay air tawar dari sungai,
disamping itu salinitas laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sirkulasi air,
penguapan curah hujan dan aliran sungai. Salinitas berhubungan dengan organisme
dapat tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas tertentu tergantung toleransi dan
adaptasinya terhadap lingkungan. Kisaran salinitas yang terbaik sangat tergantung
pada species ikan yang dipelihara. Ada species ikan yang memiliki kemampuan untuk
hidup dan bertumbuh baik pada kisaran salinitas yang besar, namun beberapa species
ikan hanya bisa hidup dan bertumbuh pada kisaran salinitas yang kecil. Satu hal yang
sangat penting dihindari dalam aktivitas akuakultur adalah lokasi yang mempunyai
potensi fluktuasi yang tinggi seperti muara sungai (Hidayat, 1990; Sade, 2006;
Vairappan and Chung, 2006). Kisaran salinitas di perairan amal sangat sesuai untuk
pengembangan budidaya keramba jaring apung.
KESIMPULAN
Kesesuaian lahan di perairan pantai amal kota tarakan untuk budidaya keramba
jaring apung dapat disimpulkan bahwa perairan pantai amal sesuai untuk pengembangan
lokasi budidaya keramba jaring apung.
Faktor lingkungan perairan sangat dipengaruhi dan perubahan musim dan menjadi
faktor pembatas tingkat kesesuaian budidaya di keramba jarring apung. Dalam kaitan ini
dinamika oseanogra yang memiliki kesuburan tinggi berkorelasi dengan tingkat
kesesuaian tinggi. Perairan bagian timur Tarakan memiliki tingkat kesesuaian lebih tinggi
daripada di bagian barat. Arus Lintas Indonesia (arlindo) mempengaruhi transfer massa
air dari kolam panas Pasi k Barat memasuki perairan laut Sulawesi dan mencapai
Tarakan (Gordon, 1986). Pada perioda El Nino dan Musim Timur perairan Tarakan
bagian timur menunjukkan tingkat kesesuaian yang tinggi dan selama perioda La Nina
dan Musim Barat tingkat kesesuaian perairan berpindah ke bagian utara perairan Tarakan.
Analisis kesesuaian lahan budidaya untuk keramba jarring apunh dengan metoda
scoring dan pembobotan menunjukkan perairan sekitar pantai Amal sampai ke selatan
memiliki kesesuaian tinggi untuk keramba jarring apung
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kedalaman perairan
berkisar antara 5,13 m - 19,67 m, kecerahan berkisar antara 1,67 m - 8,50 m, kecepatan
o
arus berkisar antara 0,10 m/detik - 0,27 m/detik, suhu perairan berkisar antara 30,70 C -
o
30,83 C, yang secara umum masih sesuai untuk budidaya kerapu di KJA.