Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Marikultur adalah salah satu usaha memanfaatkan semaksimal mungkin perairan pantai melalui
usaha budidaya ikan, rumput laut, kerangan-kerangan atau biota laut lainnya yang mempunyai
nilai ekonomis penting (Paruntu, 2015). Dalam kegiatan marinkultur, salah satu sarana atau
teknologi yang digunakan adalah Keramba Jaring Apung (KJA).
Teknologi KJA adalah salah satu teknik akuakultur yang cukup produktif dan intensif dengan
konstruksi yang tersusun dari karamba-karamba jaring yang dipasang pada rakit terapung di
perairan pantai (Sunyoto, 1994 dalam Gunarto, 2003). Salah satu keuntungan budidaya ikan
dengan KJA dibandingkan dengan teknologi selain KJA yaitu ikan dapat dipelihara dengan
kepadatan tinggi tanpa khawatir akan kekurangan oksigen (Basyarie, 2001 dalam Gunarto, 2003).
Sedangkan keuntungan KJA lainnya ialah hemat lahan, tingkat produkivitasnya tinggi, tidak
memerlukan pengelolaan air yang khusus sehingga dapat menekan input biaya produksi, mudah
dipantau, unit usaha dapat diatur sesuai kemampuan modal (Pongsapan dkk. 2001 dalam Gunarto,
2003), jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak perlu pengolahan tanah, pemangsa mudah
dikendalikan dan mudah dipanen (Sunyoto, 1994 dalam Gunarto, 2003). Banyak jenis ikan yang
dibudidayakan menggunakan KJA, salah satunya adalah Siganus spp (ikan Baronang).
Menurut Tarwiyah (2001), Metode budidaya ikan beronang di laut dapat dilakukan dengan
metoda Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu wadah atau tempat budidaya ikan yang terbuat dari
bahan jaring yang digantungkan pada kerangka (rakit) di laut. Keramba Jaring Apung terdiri dari
komponen rakit apung, kurungan, pelampung dan jangkar.
Ikan baronang merupakan salah satu ikan ekonomis penting. Peningkatan permintaan terhadap
ikan baronang tidak dapat mengandalkan stok dari alam sehingga budidaya ikan baronang mulai
dikembangkan (Kune, 2007). Ikan tersebut hidup pada daerah berkarang, dasar perairan berpasir
yang banyak ditumbuhi rumput laut dan sering masuk dalam tambak. Ikan beronang jenis
Siganus javus dan Siganus vermiculatus umumnya hidup di sekitar perairan yang berhutan bakau,
pelabuhan, dan kadang-kadang masuk dalam sungai serta danau (Lam, 1974 dalam Suharyanto,
2009).
Informasi mengenai konstruksi KJA kegiatan budidaya ikan baronang sangat penting untuk
diketahui. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan menyusun makalah memgenai
konstruksi KJA budidaya ikan baronang.
B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui konstruksi KJA budidaya ikan
baronang.
C. Manfaat
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi ilmiah mengenai
konstruksi KJA budidaya ikan baronang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi
Secara lengkap taksonomi ikan beronang adalah sebagai berikut (Tarwiyah, 2001):
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Subordo : Acanthuroidei
Famili : Siganidae
Genus : Siganus
Species : Siganus spp.
B. Morfologi
Menurut Burhanudin et al. (2014) dalam Wahyuningtyas (2015), famili Siganidae memiliki ciri-
ciri antara lain badan pipih dengan bentuk mulut yang kecil. Sirip punggung mempunyai 13 duri
keras dan 10 duri lunak, sedangkan sirip-sirip dubur terdiri dan 7 duri keras dan 9 duri lunak.
Duri-duri pada ikan baronang mengandung kelenjar bisa sehingga orang akan merasa sakit bila
tersengat oleh duri-duri tersebut. Siganidae juga disebut rabbitfish yang berarti ikan kelinci
karena moncongnya menyerupai kepala kelinci.
Dari segi aspek teknis hal-hal yang harus diperhatikan meliputi (Tarwiyah, 2001) :
Perairan/lokasi yang dipilih harus terlindung dari pengaruh angin/musim dan gelombang,
hal ini untuk mengamankan/melindungi salinitas budidaya.
Pergerakan air harus cukup baik dengan kecepatan arus antara 20 ~ 40 cm/detik, apabila
kecepatan arus kurang mengakibatkan penyediaan air kurang dan O2 yang di supplay
juga akan berkurang dan sebaliknya apabila kecepatan arus cukup besar pertumbuhan
ikan akan terganggu sebab energi yang didapatkan dari makanan banyak keluar untuk
melawan arus.
Lokasi harus bebas dari pengaruh pencemaran atau polusi baik limbah industri maupun
limbah rumah tangga.
Lokasi juga harus bebas dari hama yang meliputi antara lain ikan-ikan besar dan buas,
binatang yang selain potensial dapat mengganggu (predator).
Hal yang sangat penting lokasi harus memenuhi persyaratan kualitas air yang baik untuk
pertumbuhan ikan seperti :
Untuk mempermudah kelancaran kegiatan yang berhubungan dengan usaha budidaya yang
meliputi sarana jalan, telpon, listrik, sumberdaya manusia, pakan, pasar, ketersediaan bimbingan
harus dalam jumlah yang cukup memadai serta bahan-bahan untuk komoditi budidaya mudah
diperoleh.
Sedangkan aspek dari aspek non teknis harus memperhatikan sektor-sektor yang berkaitan
dengan kebijaksanaan penggunaan lahan dalam hubungan dengan kepentingan sektor lain seperti
pariwisata, pelayaran, dll (Tarwiyah, 2001).
G. Konstruksi KJA Budidaya Ikan Baronang
1. Rakit Apung
Pembuatan rakit apung dapat dilakukan di darat dengan terlebih dahulu membuat kerangka sesuai
dengan ukuran yaitu 8 x 8 m. Kerangka ini berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan yang
berbentuk segi empat dan terbuat dari bahan bambu atau kayu.
Setiap unit kerangka dapat terdiri dari 2 atau 4 kurungan tetapi secara ekonomi setiap unti
dianjurkan sebanyak 4 (empat) buah kurungan. Kerangka ditempatkan di lokasi budidaya dengan
diberi jangkar sebanyak 4 buah agar tetap pada tempatnya atau tidak terbawa arus.
2. Kurungan
Kurungan berfungsi sebagai wadah pemeliharaan ikan yang terbuat dari bahan polyethilen (PE)
D. 18 dengan lebar mata jaring antara 0,75~ 1". Bentuk kurungan disesuaikan dengan bentuk
kerangka rakit yaitu empat persegi dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3. Jaring apung yang telah siap
dibuat di pasang pada kerangka rakit dengan cara mengikat ke empat sudut bagian atas pada
setiap sudut kerangka.
4. Jangkar
Jangkar berfungsi untuk menahan sarana budidaya agar tidak bergeser dari tempatnya akibat
pengaruh arus dan angin ataupun gelombang. Setiap inti keramba jaring apung dipergunakan
jangkar 4 buah yang terbuat dari besi dengan berat 50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali
kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi.
A. Kesimpulan
Setelah menyusun makalah ini, dapat saya simpulkan bahwa konstruksi KJA untuk budidaya ikan
baronang terdiri dari konstruksi rakit apung, konstruksi kurungan, konstruksi pelampung, dan
konstruksi jangkar.
B. Saran
Manusia tidak luput dari keslahan dan rasa khilaf. Barangkali hanya ini yang dapat saya
ungkapkan. Jika ada kesalahan materi maupun merugikan pihak - pihak tertentu saya meminta
kritik dan sarannya, kritik maupun sarannya sangatlah penting untuk pengintrospesikan diri
melengkapi makalah ini. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Gundermann N., Popper D.M., Lichatowich T. 1983. Biology And Life Cycle Of
Siganusvermiculatus (Siganidae, Pisces). Pacific Sci. 37 (2): 165-18
Imanto P, T, Dan Suastika, M. 2010. Kendala Pada Pendederan Benih Ikan Beronang Lada
(Siganus Canaliculatus) Pada Keramba Jaring Apung Di Perairan Pulau Sirai, Tanjungpinang.
Media Akuakultur Volume 5 Nomor 1.
Kune S. 2007. Pertumbuhan Rumput Laut Yang Dibudidaya Bersama Ikan Baronang. Jurnal
Agrisistem 3(1).
Marasabessy, M.D. 1991. Penelitian Budidaya Ikan Samadar (Siganus Canaliculatus) Di Pulau-
Pulau Kai Kecil, Maluku Tenggara. Eds Perairan Maluku Tenggara. Ambon : Balitbang
Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanografi Lipi. Hlm : 35-41.
Masyahoro, A. 2011. Model Pertumbuhan Ikan Beronang Lingkis (Siganus Canaliculatus) Hasil
Tangkapan Sero Di Perairan Kepulauan Selayar. J. Agrisains 12 (1) : 50 - 56. Issn : 1412-3657.
Paruntu, C. P. 2015. Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus Tauvina Forsskal, 1775) Dan Ikan
Beronang (Siganus Canaliculatus Park, 1797) Dalam Karamba Jaring Apung Dengan Sistim
Polikultur. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 3 No. 1: 1-10
Setyono, D.E.D., Susetiono. 1990. Pengaruh Jenis Makanan Terhadap Pertumbuhan Anakan
Baronang (Siganus Canaliculatus) Di Perairan Maluku Dan Sekitarnya. Ambon :Balitbang
Sumberdaya Laut Puslitbang Oseanologi Lipi.
Suharyanto. 2008. Polikultur Rajungan (Portunus Pelagicus) Dan Ikan Baronang (Siganus
Gutatus) Di Tamba. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci) X (2) : 167-177 Issn: 0853-6384.
Tarwiyah. 2001. Budidaya Ikan Beronang. Direktorat Bina Produksi. Direktorat Jenderal
Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta,
Wahyuningtyas, L, A. 2015. Karakteristik Ikan Baronang Dari Kepulauan Seribu Sebagai Bahan
Pangan Dan Non Pangan Melalui Kajian Molekuler, Kimia Dan Mikroskopis. Tesis. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.