2018
KABUAPTEN TAKALAR
I. PENDAHULUAN
Teknologi terumbu buatan saat ini sudah mengalami perkembangan cukup pesat
dan ini dibuktikan dengan terciptanya berbagai macam model dari bermacam–
macam bahan/material. Dilihat dari segi peruntukkannya, disamping untuk
kepentingan bidang perikanan, terumbu buatan telah dikembangkan pula untuk
keperluan melindungi garis pantai dari pengaruh erosi, melindungi terumbu karang
alami dari tekanan kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah serta sebagai
alternatif pengembangan wisata bahari (sport fishing dan diving).
Terumbu buatan mempunyai fungsi bagi ikan dan biota air lainnya, antara lain :
Fungsi tersebut membentuk suatu habitat buatan. Kesatuan fungsi habitat dengan
berbagai macam dinamika organisme membentuk suatu ekosistem. Ekosistem mini
terumbu buatan menimbulkan peranan yang tidak kecil bagi kehidupan
masyarakat, diantaranya :
Dari pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa terumbu buatan merupakan
salah satu metode atau model yang cocok untuk digunakan sebagai salah satu
teknik rehabilitasi ekosistem terumbu karang.
Syarat Pemilihan Bahan Terumbu Buatan :
1. Efisiensi biaya.
2. Kemampuan sebagai habitat buatan bagi berbagai biota.
3. Bebas dari kandungan zat pencemar.
4. Kemampuan pembentukan ruang.
5. Daya tahan.
6. Kemudahan dalam desain dan konstruksi
7. Efisiensi penyusunan
8. Daya cengkeram dan gaya berat bahan pada suatu kondisi perairan.
Syarat pemilihan lokasi bagi pemasangan terumbu buatan sebaiknya didasarkan
pada :
1. Kondisi dasar perairan; Masih memungkinkan berlangsungnya proses–
proses dekomposis bahan organik dan unsur hara.
2. Keadaan arus dan gelombang; Sebaiknya kecepatan arus tidak melebihi 0,5
m/dtk, dan tinggi gelombang tidak lebih dari 2 m.
3. Temperatur; Yang baik untuk terumbu buatan didaerah tropis berkisar 25 –
300 C.
4. Kedalaman; Letak kedalaman yang optimum bagi terumbu buatan adalah 15
– 20 m. Kedalaman berhubungan dengan kemudahan peletakan dan
pemanfaatan terumbu buatan serta organisme sasaran.
5. Topografi; Kemiringan dasar laut tidak boleh melebihi 300. Keadaan ini
untuk memperbesar daya cengkeram terumbu buatan dan memudahkan
penyusunan.
6. Jenis dan tekstur batuan; Sebaiknya tekstur batuan keras, pasir, sedikit
lumpur (10 %).
7. Geomorfologi; Tidak terdapat muara sungai.
8. Jarak dengan terumbu karang; Tidak kurang dari 1 km, ini bagi terumbu
buatan yang dimaksudkan untuk daerah penangkapan ikan. Pada jarak ini
diharapkan fungsi terumbu buatan tidak hanya memusatkan ikan dari
terumbu karang tetapi menyediakan habitat bagi ikan–ikan disekitarnya.
9. Aksesibilitas; memudahkan transportasi pengangkutan bahan–bahan
terumbu buatan kelokasi penempatan.
Salah satu terumbu buatan yang sering dilakukan dalam pemulihan kembali
ekosistem adalah rumah ikan. Rumah ikan atau yang biasa disebut dengan fish
apartment adalah suatu bangunan yang tersusun dari benda padat yang
ditempatkan di dalam perairan, yang memiliki fungsi sebagai tempat memijah
(spawning ground) bagi ikan-ikan dewasa dan area perlindungan bagi anakan ikan
untuk bertahan hidup dan berkembang biak (nursery ground) yang bertujuan untuk
memulihkan ketersediaan sumberdaya ikan.
Sama halnya terumbu karang buatan fish apartment yang dibangun antara lain
untuk habitat bagi kehidupan biota laut dan perlindungan pantai. Struktur tersebut
dapat dibuat dari berbagai material dan bahan mulai dari ban-ban kendaraan bekas,
batu granit, kayu, bangkai mobil/bus, plastik, beton sampai fibreglass (Hutomo
1991). Fish apartment adalah suatu bangunan berongga yang tersusun dari konstruk
partisi plastik, shelter, dan pemberat yang ditempatkan di dasar perairan berfungsi
sebagai tempat berpijah bagi ikan-ikan dewasa (spawning ground) dan atau areal
perlindungan, asuhan dan pembesaran bagi telur, larva serta anak-anak ikan
(nursery ground) yang bertujuan untuk memulih kan ketersediaan (stok)
sumberdaya ikan.
Secara geografis daerah yang terdampak masuk dalam empat wilayah administrasi
kecamatan. Antara lain Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong,
Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Sanrobone. Wilayah ini memanjang
dari garis lintang 5°12'57.24"LS, sampai ke 5°26'52.76" LS. Mencakup sebanyak 21
desa pesisir yang terdampak.
Potensi inilah yang menjadi penggerak utama dalam pemanfataan lahan pesisir
pantai di empat wilayah kecamatan tersebut. Peraiaran di wilayah terdampak itu
sendiri merupakan salah satu daerah fishing ground masyarakat sejak beberapa
tahun silam. Akan tetapi kondisi aspek fisik kawasan turut membatasi pemanfaatan
potensi ini secara berlebihan.
Berdasarkan hasil pemantauan yang telah dilakukan oleh WALHI Sulsel, sejak
penambangan pasir laut di pesisir pantai Galesong raya dan Sanrobone yang
dilakukan di sejumlah desa menunjukkan tingkat abrasi mulai tinggi bahkan ada
mencapai 15 meter ke darat dan mengancam pemukiman nelayan, Hasil dari
pemantauan wilayah pesisir pada Februari 2018 di Kecamatan Galesong Selatan
berdampak di Desa Popo, Desa Bonto Marannu, Desa Mangindara, Desa Salajangki
(Kabupaten Gowa) dan Dusun Pamandongang. Untuk Kecamatan Galesong
berdampak di Desa Palalakkang, Desa Galesong, Desa Galesong Baru. Kecamatan
Galesong Utara di Desa Tamasaju, Desa Tamalate, Desa Sampulungan, dan Desa
Batu-Batu.
Selain abrasi penambangan pasir yang terjadi di empat wilayah kecamatan tersebut
berdampak negatif terhadap lingkungan yang ada disekitarnya seperti terjadinya
kerusakan ekosistem akibat proses pengerukan yang dilakukan. Pasir yang dikeruk
mengakibatkan terjadinya kekeruhan perairan akibat proses sedimentasi sehingga
dapat menimbulkan kerusakan ekosistem seperti terumbu karang dan lamun.
Dampak lain dari adanya penambangan pasir di pesisir Kabupaten Takalar adalah
terjadinya penurunan kualitas perairan yang berdampak pada berkurangnya jumlah
fitoplanton di perairan yang merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan, hal ini
jugalah yang mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah hasil tangkapan ikan
oleh nelayan khususnya di Galesong. Kondisi kualitas perairan yang tercemar akibat
sedimentasi mengakibatkan rusaknya terumbu karang yang menjadi habitat ikan.
Rusaknya habitat ikan menjadikan hilangnya habitat ikan untuk mencari makan,
berlindung dan beranak, dengan hilangnya habitat ikan populasi ikan semakin
berkurang.
Penambangan Pasir
Laut Kab. Takalat
Output:
1. Pengkayaan
Apartemen Ikan Sumberdaya ikan
2. Kembalinya
habitat ikan
3. Pelindung pantai
Laut adalah salah satu hasil alam yang mampu memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Sumberdaya laut dimanfaatkan sebagai sumber perekonomian dan
kebutuhan pangan, akan tetapi pemanfaatan laut yang tidak ramah lingkungan
menjadikan kestabilan sumberdaya laut terganggu seperti yang dilakukan saat ini di
Kabupaten Takalar yaitu penambangan pasir menyebabkan kerusakan perairan
yang sulit dicegah dalam pemanfaatanya menjadikan pengurangan jumlah
produktifitas sumberdaya ikan pelagis maupun ikan demersal. Pembuatan
apartemen ikan ini diharapkan mampu nmengembalikan sumberdaya yang rusak.
Pembuatan apartemen ini merupakan salah satu alternatif baru dalam memperbaiki
lingkungan yang telah mengalami kerusakan.
III. TUJUAN DAN KEGUNAAN KEGIATAN
a. Tahapan Kegiatan
Adapun tahapan dalam kegiatan ini adalah :
1. Penentuan lokasi apartemen yaitu di sepanjang pesisir di empat wilayah
kecamatan terdampak pada kedalaman 10-20 m. Penurunan apartemen ikan
ditempatkan pada daerah/desa yang telah mengalami abrasi yang cukup
parah serta jumlah ikan yang telah berkurang. Setelah menentukan lokasi
yang sesuai untuk penempatan apartemen kemudian dilakukan penandaan
titik koordinat dengan menggunakan GPS.
2. Pemasangan substrat pada daerah yang telah ditentukan.
3. Melakukan pemantauan jumlah ikan di setiap lokasi penurunan apartemen
ikan. Kegiatan pembuatan apartemen ikan bukan merupakan kegiatan yang
sesaat, tetapi sebuah proses yang berkelanjutan yang akan bermanfaat bagi
pengelolaan selama beberapa tahun. Pemantauan dilakukan 3 bulan sekali.
b. Output Kegiatan
Output dari kegiatan di Kabupaten Takalar ini adalah :
1. 1000 unit apartemen ikan
Gambar 3. Model apartemen ikan ukuran 50 x 50 cm
V. METODE PELAKSANAAN
Dalam pembuatan apartemen ikan ini adalah digunakan bahan baku semen dan
pasir untuk pembuatan substrat beton ukuran 50 x 50 cm. Pemilihan substrat beton
sebagai rumah ikan karena lebih ramah lingkungan dibanding model rumah ikan
lain seperti ban bekas, mobil, maupun bambu. Selain itu beton digunakan sebagai
rumah ikan karena lebih tahan lama serta dapat digunakan sekaligus sebagai
pemecah ombak/penahan gelombang.
a. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan penurunan apartemen ikan sebanyak 1000 unit tersebar di 10 titik
bagian pesisir Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong, Kecamatan
Galesong Selatan, dan Kecamatan Sanrobone. Apartemen ikan ini dilakukan sebagai
alternatif mendukung pengkayaan sumberdaya ikan di wilayah perairan daerah
terdampak, dimana kondisi perairan di daerah ini telah mengalami penurunan
kualitas perairan yang berdampak pada berkurangkangya jumlah ikan.
Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam waktu satu (satu) tahun, termasuk dengan
proses monitoring (pemantauan) dan pemeliharaan apartemen ikan dengan jadwal
sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan Tim dan Survei Awal
2. Pembuatan dan Pemasangan
Apartemen Ikan
3. Evaluasi dan Monitoring
4. Pelaporan Kegiatan
VIII. RENCANA BIAYA
Rencana biaya kegiatan pembuatan dan pemasangan apartemen ikan di Kecamatan
Galesong sebesar Rp. 1,433,935,000- (Satu Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Tiga Juta
Sembilan Ratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) dengan rincian sebagai berikut :