Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGELOLAAN GAMBUT DAN PASANG SURUT

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN DI


LAHAN GAMBUT

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Sweking Gandhi, MS

Di susun oleh:
JUNI KATRINA PURBA
CDA 118 030

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii


I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan Makalah ............................................................................. 2
II. PEMBAHASAN ................................................................................... 3
2.1. Pengertian Gambut .......................................................................... 3
2.2. Strategi Pengembangan Secara Biologi Melalui Pemanfaatan
Ikan Lokal untuk Pangan .......................................................... … 4
A). Pendekatan Komoditas Ikan-Ikan Asli/Lokal serta
Perbaikan Teknologi Budidaya Ikan Betok/Papuyu.( Anabas
testudineus) ................................................................................ … 4
B). Ikan Tambakan/Biawan (Helostoma temminckii) .................. … 5
C). Ikan Sepat Siam (Trichopodus pectoralis) ............................ … 6

D). Ikan Sepat Siam (Trichopodus pectoralis) ............................ … 6


E). Ikan Gabus/Haruan (Channa striata) .................................... .... 6
2.3 Strategi Pengembangan Melalui Pemanfaatan Ikan Introduksi ......... 7
2.4 Introduksi Ikan Patin Siam, Lele, dan Nila dalam Pemanfaatan
Perairan Gambut ................................................................................... 7
A) Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) ....................... 8
B) Ikan Lele Dumbo (clarias gariepienus).............................................. 8
C) Ikan Nila (oreochromos niloticus)...................................................... 8 `
III. PENUTUP ............................................................................................ 10
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 10
3.2. Saran .............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan gambut merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai


fungsi hidrologi dan fungsi ekologi penting untuk mendukung kehidupan di
ekosistem tersebut. Indonesia merupakan negara dengan kawasan gambut tropika
terluas di dunia, berkisar antara 13,5-26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Luas area
gambut tersebut merupakan 50% gambut tropika dunia (Najiyati et al., 2005).

Untuk mengoptimalkan potensi lahan gambut melalui perikanan diperlukan


suatu strategi untuk menanggulangi masalah pH rendah yang ada. Pilihan strategi
yang dapat diterapkan melalui pendekatan biologis adalah dengan memanfaatkan
secara optimal ikan lokal yang telah beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Pada
umumnya ikan-ikan lokal perairan gambut didominasi oleh jenisjenis ikan yang
mampu mengambil/bernafas menggunakan oksigen dari udara (air breathing), seperti
ikan betok/ papuyu (Anabas testudineus), tambakan/biawan (Helostoma temminckii),
sepat siam (Trichogaster pectolaris), gurame/ kalui (Osphronemus gouramy),
gabus/haruan (Channa striata), dan toman (Channa micropeltes).
Perencanaan pengembangan usaia perikanan perlu didukung oleh informasi
kondisi oseanografi sebagai strategi yang sesuai untuk usaia perikanan dan kelautan.
Untuk mengetahui gambaran arah dan kecepatan arus pada saat pasang dan surut
pada suatu perairan digunakan permodelan karena lebih efekt if. Hal ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui keterkaitan antara pasang surut dengan arus
pada perairan landai. Penelitian ini berpotensi untuk mendukung sektor perikanan
tangkap maupun budidaya. Set iap waktu, lautan mengalami kondisi
hidrodinamika yang saling berinteraksi satu sama lain. Pasang surut yang
terjadi secara periodik akan mempengaruhi arus Kondisi tersebut semakin
dinamis akibat adanya perbedaan kedalaman

1
1.2 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Agar kita mengetahui tentang Strategi Pengembangan Secara Biologi Melalui
Pemanfaatan Ikan Lokal untuk Pangan pada lahan gambut dan pasang surut
2. Kita mengetahui tentang Strategi Pengembangan Melalui Pemanfaatan Ikan
Introduksi pada lahan gambut
3. Mengetahui tentang introduksi Ikan Patin Siam, Lele, dan Nila dalam
Pemanfaatan Perairan Gambut

2
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gambut

Tanah gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa
tumbuhan yang setengah membusuk, oleh sebab itu kandungan bahan organiknya
tinggi. Menurut Andriesse, gambut adalah tanah organik (organik soils), tetapi tidak
berarti bahwa tanah organik adalah tanah gambut. Sebagian petani menyebut tanah
gambut dengan istilah tanah hitam, karena warnanya hitam dan berbeda dengan jenis
tanah lainnya. Tanah gambut yang telah mengalami perombakan secara sempurna
sehingga bagian tumbuhan asilnya tidak dikenali lagi dan kandungan mineralnya
tinggi disebut tanah bergambut (muck, peaty muck, mucky).

Di daerah pantai dan dataran rendah, akumulasi bahan organik akan


membentuk gambut ombrogen di atas gambut topogen dengan hamparan yang
berbentuk kubah (dome). Gambut ombrogen terbentuk dari vegetasi hutan yang
berlangsung selama ribuan tahun dengan ketebalan hingga puluhan meter. Gambut
tersebut terbentuk dari vegetasi rawa yang sepenuhnya tergantung pada input unsur
hara dari air hujan dan bukan dari tanah mineral di bawah atau dari rembesan air
tanah, sehingga tanahnya menjadi miskin hara dan bersifat masam.

Diemont (1986) merangkum pemikiran Polak(1933), Andriesse(1974) dan


Driessen(1978) tentang tahapan-tahapan pembentukan gambut di Indonesia :

1) Permukaan laut stabil (5000 tahun yang lalu)

2) Deposisi sedimen pantai dengan cepat membentuk dataran pantai yang luas
di pantai tilir Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, yang ditutupi oleh
komunitas hutan mangrove

3) Komunitas mangrove menyebabkan daerah stabil yang mengakibatkan


perluasan tanah, yang akhirnya membentuk daerah mangrove dan lagoon
yang mampu mengurangi kadar garam serta meningkatkan daerah dengan

3
air segar menyebabkan terjadinya hutan gambut tropika atau danau berair
segar

4) Danau berair segar itu secara bertahap menampung BO yang dihasilkan oleh
tumbuhan, berkembang menjadi hutan gambut tropika yang dipengaruhi oleh
air gambut(ground water peat)sebagi gambut topogen.

2.2 Strategi Pengembangan Secara Biologi Melalui Pemanfaatan Ikan Lokal


untuk Pangan.

Ikan-ikan lokal atau asli perairan lahan gambut memiliki nilai ekonomis penting
bagi masyarakat di sekitar lahan gambut berada. Khusus untuk wilayah Kalimantan
ikan-ikan perairan gambut dapat mengakibatkan terjadinya tingkat inflasi, karena
adanya lonjakan harga yang sangat tinggi yang terjadi pada musim-musim tertentu.
Diharapkan dengan adanya sentuhan teknologi budidaya dapat mengoptimalkan
potensi ikan lokal yang ada untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perikanan secara berkelanjutan. Dalam makalah ini akan diuraikan potensi yang
berkaitan dengan strategi pengembangan secara biologi yaitu dengan memanfaatkan
ikan-ikan lokal perairan gambut yang memiliki kemampuan beradaptasi secara
langsung di perairan tersebut. Potensi tersebut diharapkan akan mampu
mengembangkan perikanan dalam rangka optimalisasi perairan lahan gambut.

A. Pendekatan Komoditas Ikan-Ikan Asli/Lokal serta Perbaikan Teknologi


Budidaya Ikan Betok/Papuyu.( Anabas testudineus)

Ikan betok/papuyu tersebut merupakan ikan lokal air tawar yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat terutama masyarakat Kalimantan
Tengah dan Selatan, tetapi sampai saat ini masih belum banyak dibudidayakan. Ikan
betok/papuyu memiliki harga jual yang cukup tinggi menurut Sukadi et al. (2011), di
Kalimantan Tengah ikan betok/papuyu memiliki harga Rp 60.000,-/kg. Oleh karena
ketersediaan di alam sudah semakin berkurang, serta potensi yang cukup besar

4
terhadap ikan tersebut maka perlu dilakukan usaha budidaya untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi lokal dari segi jumlah, kualitas, dan ukuran yang diinginkan

Untuk meningkatkan hasil produksinya, teknologi yang dapat diterapkan dan


dikembangkan adalah melakukan pemijahanan dengan metode kawin suntik (induced
breeding). Persentase daya tetas (HR) telur yang dihasilkan sebesar 80%-90% lebih
tinggi 1,4-1,5 kali dibandingkan dengan pemijahan secara alami. Tingkat sintasan
(SR) sebesar 55%-65%, baik dengan pemijahan kawin suntik maupun alami. Namun
demikian dengan melakukan hibridisasi antara betok/papuyu dari Kalimantan dan
Sumatera yang mampu meningkatkan sintasan sebesar 1,2-1,5 kali lipat.

B. Ikan Tambakan/Biawan (Helostoma temminckii)

Ikan tambakan/biawan adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari
wilayah tropis, tepatnya Asia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Indonesia
dan Thailand dan pada saat ini telah diintroduksi ke seluruh dunia. ikan
tambakan/biawan merupakan salah satu ikan yang mampu bertahan hidup dalam
kondisi yang minim oksigen dan pH rendah terutama pada perairan gambut. Untuk
kemampuan reproduksi ikan tambakan/biawan sangat tinggi . hasil penelitian yang
telah dicapai menunjukkan bahwa ikan tambakan/ biawan yang dipijahkan dengan
cara disuntik dengan hormon memiliki jumlah telur (fekunditas) yang lebih besar dari
yang alami.

Peluang pengembangan ikan tersebut sangat terbuka lebar, namun pemerintah


setempat dan para pembudidaya masih belum melihat peluang dan potensi yang ada.
Teknologi pembenihan dan pembesaran ikan tambakan/ biawan sebenarnya sudah
dikuasai, namun belum banyak dimanfaatkan sehingga pengembangan ikan tersebut
menjadi kurang optimal.

5
C. Ikan Sepat Siam (Trichopodus pectoralis)

Sepat siam berkembang biak dengan cepat, dan kini merupakan ikan penting
yang mendominasi daerah perairan rawa. Hasil penangkapan di perairan umum yang
biasa dilakukan para petani ikan di sejumlah daerah, ternyata sepat siam mampu
mendominasi hingga 60% dari ikan rawa jenis lainnya. Berdasarkan habitat asalnya,
sepat siam merupakan ikan sungai dan rawa yang cocok sekali dipelihara di kolam-
kolam, sawah maupun perairan gambut dengan kondisi pH berkisar antara 4-9.

Penelitian untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ikan ini masih


berlanjut hingga saat ini. Diharapkan hasil yang akan didapat bisa diaplikasikan
secara langsung kepada masyarakat pembudidaya.

D. Ikan Gurame/Kalui (Osphronemus gourami)

Ikan gurame/kalui berkembang biak dengan cara membuat sarang dari


ranting-ranting yang terdapat di perairan. Ikan tersebut merupakan ikan yang
mempunyai pernafasan tambahan yang berfungsi untuk dapat mengambil oksigen
dari udara (labirinth), sehingga dapat hidup dan berkembang dalam kondisi oksigen
rendah. Jenis ikan gurame/kalui yang saat ini berkembang adalah jenis ikan
gurame/kalui lokal yang memang hidup dan berkembang biak di perairan gambut
dengan nilai pH berkisar antara 3-4, dan kandungan oksigen terlarutnya 3-5 mg/L.

Peningkatan produksi ikan gurame/kalui sedang dilakukan dengan studi


populasi genetik, seleksi, hibridisasi, dan transgenik pada ikan gurame untuk
mempercepat pertumbuhan ikan tersebut. Dengan melihat potensi dan kemampuan
ikan gurame/kalui, maka ikan tersebut dapat dijadikan kandidat untuk pengembangan
budidaya di wilayah perairan lahan gambut.

E. Ikan Gabus/Haruan (Channa striata)

Ikan gabus adalah salah satu kelompok ikan yang sangat berperan penting
dalam kehidupan sehari-hari. Karena ikan tersebut merupakan sumber protein hewani

6
yang sangat tinggi, terutama sumber albumin bagi penderita hipoalbumin (rendah
albumin), dan luka, baik luka pasca operasi maupun luka bakar.

Ikan gabus/haruan mampu hidup pada kondisi minim oksigen, serta kondisi
perairan yang masam. Dalam kondisi kolam atau rawa yang sudah hampir kering,
ikan tersebut mampu untuk bertahan hidup. Untuk proses reproduksinya dengan cara
membuat sarang di antara tanaman-tanaman air dan meletakkan telur-telurnya pada
sarang tersebut. Umumnya satu ekor induk dapat menghasilkan 10.00015.000 butir.

Dengan semakin berkurangnya populasi ikan tersebut di alam, maka perairan


gambut merupakan tempat yang berpotensi untuk pengembangan dari ikan gabus/
haruan tersebut. Selain itu, teknik pembenihan maupun pembesaran ikan tersebut
yang dapat dilakukan secara alami sehingga pengembangannnya dapat dilakukan
untuk menekan kepunahan dari ikan tersebut.

2.3 Strategi Pengembangan Melalui Pemanfaatan Ikan Introduksi

Perkembangan perikanan tidak terlepas dari komoditas ikan-ikan yang


menjadi andalan dalam meningkatkan devisa negara. Ikan-ikan yang diintroduksi ke
perairan lahan gambut harus memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat yang
membudidayakan ikan tersebut. Selain itu, ikanikan tersebut merupakan ikan-ikan
yang memang dapat, beradaptasi dengan kondisi perairan gambut yang demikian
ekstrim. Dengan adanya teknologi budidaya yang dapat diaplikasikan di perairan
gambut melalui jenis ikan yang diintroduksi, diharapkan dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas perairan gambut.

2.4 Introduksi Ikan Patin Siam, Lele, dan Nila dalam Pemanfaatan Perairan
Gambut

Masuknya jenis ikan asing berpotensi merubah keseimbangan pada perairan


umum daratan, dan di Indonesia gejala ini sudah mulai terlihat. Makalah ini bertujuan
untuk membahas lebih lanjut tentang perkembangan introduksi ikan asing, strategi

7
pelaksanaan intoduksi dan berbagai dampaknya terhadap komunitas ikan asli perairan
di Indonesia.

A. Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus)

Ikan patin siam cenderung lebih tahan terhadap kondisi oksigen terlarut yang
rendah dan pH yang asam bila dibandingkan dengan kerabat patin lainnya. Ikan patin
siam kadang-kadang masuk ke dalam rawa yang berdekatan dengan sungai besar.
Selain itu, ikan patin siam mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap amonia
dan buangan nitrogen lainnya. Instalasi budidaya ikan lahan gambut telah memulai
terlebih dahulu dalam melakukan pembesaran ikan patin siam.

Hal tersebut maka ikan patin siam sangat berpotensi untuk dikembangkan di
perairan gambut, selain itu, perlu adanya paket teknologi agar pembenihan ikan patin
siam juga dapat dilakukan di perairan gambut.

B. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepienus)

Pada umumnya pemeliharaan ikan lele dumbo di perairan gambut telah


banyak dilakukan oleh masyarakat. Namun keterbatasan akan informasi dan
teknologi yang mereka miliki mengakibatkan perkembangan budidayanya menjadi
sangat lambat. Oleh karena itu, informasi mengenai budidaya dan paket teknologi
dari ikan lele dumbo harus diberikan kepada masyarakat pembudidaya sehingga
pengembangan ikan tersebut pada kawasan perairan gambut menjadi berkembang.
potensi pengembangan ikan lele dumbo di perairan gambut sangat menjanjikan.
Melihat peluang yang cukup besar maka ikan lele dumbo berpotensi untuk dilakukan
pengembangan di perairan gambut

C. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila termasuk salah satu ikan introduksi yang telah berhasil
dibudidayakan di perairan gambut. Hasil yang telah dicapai adalah telah
didapatkannya kandidat ikan nila yang dapat dikembangkan di perairan gambut.
Kandidat nila tersebut adalah ikan nila BEST yang didatangkan dari Balai Penelitian

8
dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Bogor. Ikan tersebut memiliki
keunggulan pertumbuhan lebih tinggi 2,6 kali dengan tingkat sintasan 160% lebih
baik dari ikan nila lokal yang dikembangkan di daerah tersebut (Huwoyon et al.,
2010).

9
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prospek pengembangan perikanan di kawasan lahan gambut sangat besar,


melihat potensi yang dimiliki sangat banyak. Untuk itu, dibutuhkan strategi yang
tepat melalui aplikasi teknologi dan pengelolaan lingkungan yang benar. Populasi
ikan di lahan gambut memiliki tingkat keragaman yang tinggi, untuk jenis ikan
tertentu terdapat lebih dari satu jenis dan hanya jenis tertentu yang berpotensi untuk
dikembangkan secara ekonomis.

Untuk mengoptimalkan potensi yang ada perlu adanya transfer teknologi


dalam pengembangan ikan-ikan yang berpotensi untuk dibudidayakan di perairan
gambut agar kesejahteraan dan pembangunan daerah khususnya berbasis perikanan
dapat tercapai.

3.2 Saran

Sumber daya perairan merupakan karunia dari Allah, keberadaanya saat ini semakin
tergradasi akibat dari intervensi alam dan intervensi manusia. Pengelolaan sumber daya perairan
sebuah keharusan demi kepentingan jangka panjang. Semoga karunia itu tetap selalu ada dan bisa di
rasakan generasi yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Berra, T.M. 1981. An Atlas Of Distribution Of The Freshwater Fish Families


Of The World. University Of Nebraska Press, Lincoln, NE.

Huwoyon, G.H., Arifin, O.Z., & Gustiano, R. 2009. Uji Ketahanan


Lingkungan Populasi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di Karamba Jaring Apung
Di Danau Lido. Prosiding Seminar Nasional Perikanan UGM 2009 Yogyakarta. 6
Hlm.

Soekardi, M. & Hidayat, A. 1988. Extent And Distribution Of Peatsoils Of


Indonesia. Third Meeting Cooperative Resarch On Problem Soils. CRIFC. Bogor.

Sukadi, M.F., Widiyati, A., Nugroho, E., Komarudin, O., Azwar, Z.I., Prihadi,
T.H., & Huwoyon, G.H. 2010. Analisis Komoditas Ikan Lokal Di Kalimantan
Tengah. Seminar Hasil Riset Tahun 2010. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.
Bogor, 19 Hlm.

Wardiyatmoko, K. Dan H.R. Bintarto 1994. Geografi Untuk SMU Kelas 1.


Erlangga. Jakarta: 95-125.

11

Anda mungkin juga menyukai