Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA UDANG

“TATA LETAK KOLAM TAMBAK”

Dosen pengampu:

Pindo Witoko, S.Pi, M,P.

Oleh

Mellindya A. Arizka Putri

18742040

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia yang terletak pada daerah tropis dan terdiri dari kepulauan yang luas
dan memiliki pantai yang luas. Hamparan pantai dari sabang sampai Merauke merupakan
potensi yang sangat besar. Sementara pendayagunaan masih sangat kurang pada budidaya
perikanan khususnya pada udang vaname (Litopenaeus vanamei), karena budidaya udang
mempunyai prospek yang sangat cerah untuk saat ini dan yang akan datang. Dalam
meningkatkan ekspor non migas, udang merupakan salah satau komuditas untuk
menambah devisa negara, hal ini didasarkan dengan semakin membaiknya pasaran udang
vaname.
Pembangunan tambak pada umumnya dipilih di daerah sekitar pantai, khususnya
yang mempunyai atau dipengaruhi oleh sungai besar, sebab banyak petambak beranggapan,
bahwa dengan adanya air payau akan memberikan pertumbuhan udang yang lebih baik
ketimbang air laut murni. Namun tidak semua wilayah dapat dijadikan tambak udang, dan
memang harus dilakukan evaluasi untuk memilih lokasi yang sesuai bagi pembangunan
tambak. Secara umum wilayah daerah yang sangat cocok untuk membangun tambak
karena ketersediaan air laut sangat mempengaruhi bisa tidaknya tambak beroperasi dengan
sukses. Pembangunan untuk tambak sederhana hingga penerapan teknologi intensif cukup
mempunyai persyaratan tersendiri seperti pada tambak plastik.
Kegiatan usaha budidaya di tambak merupakan proses produksi yang
memerlukan kendali dan keberhasilannya akan sangat tergantung pada faktor
teknis maupun non-teknis (Cholik & Arifudin, 1989). Faktor teknis, seperti
perencanaan terpadu sangat penting dalam mata rantai kegiatan budidaya
tambak. Dengan demikian, perencanaan harus diarahkan pada kemampuan
untuk menciptakan kondisi yang sesuai dengan keadaan alami yang dituntut
oleh organisme akuatik yang dibudidayakan. Rekayasa tambak yang mencakup
disain, tata letak, dan konstruksi (DTK) adalah salah satu faktor yang
dominan dalam menentukan keberhasilan budidaya di tambak. Oleh karena itu,
rekayasa tambak terkait erat dengan berbagai faktor dari mata rantai proses
produksi usaha budidaya sejak awal hingga panen. Rekayasa tambak yang baik
dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan lahan dan mencegah atau
mengurangi dampak negatif
Dalam proses budidaya udang vaname salah satu yang harus diperhatikan adalah
persiapan tambak. Persiapan tambak adalah hal langkah awal yang sangat menentukan
dalam budidaya udang vaname. Salah satu rantai dalam pengoprasian tambak, sebelum
benur ditebar terlebih dahulu tambak harus dipersiapkan. Pesiapan tambak yang baik
merupakan salah satu awal keberhasilan udang vaname, persiapan tambak meliputi :
desain dan konstruksi tambak, persiapan tambak hingga sarana dan prasarana. Persiapan
tambak merupakan penyediaan media atau tempat hidup benur, hingga benur dapat hidup
dengan baik selama pemeliharaan berlangsung.
Pengelolaan budidaya tambak diindonesia telah dilakukan sejak lama. Potensi
lahan tambak diindonesia cukup besar budidaya udang di tambak dapat di kelompokan
dengan 4 cara yaitu, teknologi ekstensif, semi intensif, intensif, dan super intensif. Semua
teknologi ini memiliki karakteristik tersendiri. Beberapa tahun terakhir ini budidaya udang
super intensif ini berkembang cukup pesat, sehingga memberi dampak terhadap
peningkatan produksi udang Indonesia dari hasil budidaya tambak udang. Inovasi
teknologi budidaya udang denga super intensif nyata meningktkan produksi udang di
tambak . budidaya udang super intensif pada dasarnya adalah budidaya udang yang mutlak
harus didukung ketersedian benih unggul, sarana dan prasarana yang bagus, kesehatan
lingkungan.

1.2 Tujuan

Menyebar luaskan informadi tentang desain tata letak kolam tambak udang. Membagi
pengalaman tentang desai tata letak kolam tambak udang.

1.3. Manfaat

Semoga para pembudiadaya udang dapat berkembang secara baik dan dapat
berkelanjutan.
BAB II

ISI

2.1 Tata letak kolam tambak

2.1.1. Pemilihan Lokasi

Lokasi tambak untuk kegiatan budidaya udang harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Sesuai penggunaan tata ruang dan wilayah yang diperuntukkan untuk kegiatan budidaya
udang.

b. Dekat dengan sumber air dengan kualitas dan kuantitas yang cukup untuk proses
produksi.

c. Bebas dari banjir dan bahan pencemar.

d. Infrastruktur memadai.

Gambar 1. Pemilihan lokasi

2..1.2 Desain, Tata Letak dan Konstruksi Tambak

Desain dan tata letak tambak pembesaran udang vaname dengan penerapan biosekuriti
dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Biosekuriti pada kawasan/cluster tambak dibatasi oleh barier atau pagar berupa
pematang yang kedap, saluran atau petak tambak yang dikelola sebagai biofilter dan pagar
biosekuriti untuk mencegah carier.

b) Sumber air payau/laut berasal dari inlet berupa saluran sekunder/tersier.

c) Petak tandon/biofilter untuk mencampur air tawar dan laut atau sebagai petak
penampungan air pasok yang sehat untuk petak pembesaran.
d) Petak pembesaran udang diupayakan kedap air untuk meminimalisir perembesan dari
petak lainnya.

e) Petak/tandon atau saluran buang digunakan sebagai penampungan limbah sebelum


dibuang ke saluran umum.

f) Saluran buang/tandon dilengkapi sistem biofilter (ikan dan tanaman air).

Gambar 2. Desain dan tata letak kawasan tambak

Gambar 3. Desain tata letak tambak kolektif berbasis biosekuriti

2.1.3. Petak Tandon/Biofilter/Resevoar

Petak tandon/biofilter/resevoar berfungsi sebagai petak penampungan air sehat. Petak


ini juga berfungsi untuk memperbaiki kualitas air secara dengan cara pengendapan untuk
menurunkan bahan organik dan mencegah karier udang liar.

a. Berisi tanaman air berupa makroalga (lumut, ganggang) dengan kepadatan maksimum
40% menutupi (covered) dari luas petak biofilter dan ikan herbivora ikan nila dan bandeng,
padat tebar disesuaikan dengan kelimpahan tanaman air (makroalga).

b. Berisi ikan karnivora/herbivora berfungsi mencegah karier penyakit seperti udang liar
dan krustacea liar lainnya dan ditebari ikan predator kecil.

c. Dilakukan pemberantasan udang liar dengan crustaesida setiap penambahan air baru.
Gambar 4 petakan tendon biofilter

2.1.4 Petak Sterilisasi/Tandon

Petak sterilisasi berfungsi untuk membasmi patogen penyakit sebelum digunakan untuk
menambah/mengganti air petak pembesaran udang, luas petakan sekitar 20% dari
luas/volume petak pembesaran udang.

Gambar 5 petakan sterilisasi tambak

2.1.5 Petak Pembesaran Udang

a. Petak pembesaran udang dikelilingi oleh petak tandon/ biofilter dan saluran buang
dengan pematang yang kedap, luas petak berkisar 0,2 – 0,5 ha per petak.

b. Petak pembesaran kedap air dengan tingkat rembesan air maksimum 10% per minggu.

c. Kedalaman air petak pembesaran minimal 80 cm.

d. Petak pembesaran dilengkapi sistem pasok air (inlet) dan sistem buang (outlet).
Gambar 6. Petakan pembesaran udang

2.1.6 Saluran Pembuangan Air (out let)

Air buang sebelum digunakan untuk resirkulasi atau dibuang ke saluran umum harus diolah
dengan biofilter untuk menghindari cemaran bahan organik dan cemaran lingkungan.

Gambar 7 saluran pembuangan air tambak


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rekayasa (disain, tata letak, dan konstruksi) tambak merupakan faktor penting yang
sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya udang di tambak. Rekayasa tambak udang
yang meliputi disain, tata letak, dan konstruksi harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan
tuntutan sifat biologis udang yang dipelihara, namun juga harus bersifat ekonomis dan
mempertimbangkan kondisi lingkungan agar budidaya dapat berkelanjutan
Daftar Pustaka

Anonim. 2003. Master Plan Pengembangan Budidaya Air Payau di Indonesia. Direktorat
Jenderal Perikanan
Budidaya, Jakarta. 397 pp.

Anonim. 2005. Revitalisasi Perikanan Budidaya 2006-2009. Departemen Kelautan dan


Perikanan, Jakarta. 275 pp.

Mustafa, A., A. Hanafi, dan T. Ahmad. 1992. Pengelolaan kawasan hutan mangrove untuk
budidaya tambak. Dalam: S. Sunarno, H. Mansur, Rachmansyah, A. Mustafa, dan A.
Hanafi, (eds.) Prosiding Lokakarya Ilmiah Potensi Sumberdaya Perikanan Maluku.
Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros. p. 124—133.

Mustafa,A. 1998. Budidaya tambak di lahan gambut: studi kasus di Sulawesi Selatan. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. XVII(3): 73—82.

Tarunamulia, J. Sammut, dan A. Mustafa. 2007. Teknik Pengapuran pada Pematang Tambak
Tanah Sulfat Masam. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. 2 pp.

Anda mungkin juga menyukai