Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBESARAN UDANG VANNAMEI DI

TAMBAK INTENSIF

DEWI MARANATA

2022010008

BUDIDAYA PERIKANAN KELAS A

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBESARAN UDANG VANNAMEI DI

TAMBAK INTENSIF DESA GELAP KECAMATAN LAREN KABUPATEN LAMONGAN

Oleh : DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

KABUPATEN LAMONGAN

I. Pendahuluan

Standar Prosedur Oprasional (SOP) budidaya udang vannamei digunakan sebagai standar
prosedur yang dilakukan untuk kegiatan budidaya pembesaran udang vannamei sesuai dengan
kondisi lokasi. mulai dari pengaturan tata letak tambak, persiapan tambak, penebaran benih,
pengelolaan air, pengelolaan pakan, pengendalian panyakit dan panen.

II. Tujuan

Sistem budidaya diarahkan guna mendapatkan produksi udang yang berkelanjutan (Sustainable
Production) dengan menitik beratkan pada kemampuan Sumber Daya Manusia sebagai subyek
pengelola budidaya udang vannamei (L. Vannamei). Sistem budidaya dijalankan dengan
prioritas pada efektifitas input produksi untuk mendapatkan produksi yang optimal
berkelanjutan (Optimum Sustainable Production/OSP).

III. Desain dan Tata Letak

Desain dan tata letak tambak kegiatan budidaya pembesaran udang vannamei adalah
sebagai berikut:

3.1 Petak Udang

1. Petak udang digunakan untuk pembesaran udang.

2. Petak pemeliharaan udang dilengkapi biosekuriti berupa pagar (fencing)

3. Konstruksi pematang yang kedap dan tidak rembes (pemasangan mulsa mulai dari ukuran
50 mikron).

4. Pemasukan air dari petak tandon / biofilter atau dari air sumber (yang memenuhi criteria
sebagai air pasok untuk budidaya udang) menggunakan pompa.
5. Pembuangan air ke petak tandon menggunakan pipa diameter 8" sebanyak 2 bh.

6. Dilengkapi dengan kincir ganda sebanyak 2 - 3 unit (masing-masing unit dengan jumlah unit
kipas 6 x 2 atau 12 kipas atau bisa dengan kincir jenis paddlewheel 6 unit (masing – masing
dengan 1 pasang kipas).

3.2. Petak tandon atau biofilter

1. Petak tendon atau biofilter untuk perbaikan kualitas air, berisi tanaman air, ikan herbivora
dan ikan karnivora pencegahan atau pemberantasan carier udang liar.

2. Petak tandon kedap air.

3. Pematang yang kedap dan tidak rembes.

4. Pemasukan air dari inlet (saluran) dapat dilakukan dengan pompa atau secara gravitasi.

3.3. Sumber air inlet dan outlet

a. Sumber air laut berasal dari saluran. Pengambilan air laut dilakukan dengan menggunakan
saringan dan pada saat air secara visual terlihat air jernih.

b. Sumber air dari sumur bor. Pengambilan air sumur bor dilakukan dengan menggunakan
pompa sible. Sebelum pengambilan air sumur bor hendaknya diukur terlebih dahulu kualitas air
: pH, salinitas, alkalinitas, Fe dan lainnya.

Keterangan : untuk budidaya udang dengan menerapkan salinitas rendah hendaknya air
sumur bor memiliki salinitas minimal 5 – 8 ppt. Hal ini untuk mencegah SR rendah karena
perbedaan terlalu tinggi dengan hatchery. Untuk penebaran udang dengan salinitas rendah
benih dari hatchery minimal salinitas 15 – 20 ppt.

c. Untuk outlet (pembuangan) dilakukan di petak tandon barier agar limbah budidaya bisa
dilakukan biofilter secara alami.

lV. Rekonstruksi tambak

4.1. Desain petak tambak

Pembuatan pematang dilakukan untuk membagi luas tambak 1 Ha petak persegi panjang
menjadi segi empat. Masing – masing petak yaitu : petak budidaya 2 petak, biofilter 1 petak
(tandon) dan barier 1 petak (tandon). Karena di lokasi demfarm udang vannamei ini hanya ada
biofilter sekaligus barier, maka perlakuan untuk pemasukan air langsung dari sumur bor.

4.2. Pemasangan pagar biosekurity (fencing)


a. Pemasangan pagar biosecurity dilakukan pada pematang utama yang mengelilingi kawasan
atau kluster tambak.

b. Pagar biosecurity dapat menggunakan plastik atau kasa dengan cara pemasangan tegak dan
ketinggian minimal 30 cm untuk mencegah masuknya krustacea dan lainnya.

4.3. Rumah genset, pakan dan perlengkapan lain

a. Rumah genset hendaknya berada di sudut yang tidak terjangkau oleh pekerja yang lewat
sekitar tambak dan di luar pagar biosecurity. Selain itu juga limbah dari perlengkapan bengkel
harus diantisipasi dengan pemberian dasar pasir untuk menyerap sisa minyak atau solar.

b. Rumah pakan, probiotik dan obat ikan (vitamin) hendaknya juga tidak menjadi satu bagian
dengan rumah genset. Peletakan pakan, probiotik dan vitamin juga harus dipisahkan agar tidak
terjadi kontaminasi.

V. Persiapan Tambak

Target utama persiapan lahan adalah untuk mempersiapkan lahan budidaya yang bebas dari
potensial sisa2 microorganisme yang sangat merugikan kegiatan budidaya, seperti bacteri,
virus, maupun cysta dari blue green algae (BGA), dengan melakukan pembersihan terhadap
lumpur, kerang2an, trisipan, & bernacle.

5.1. Pengeringan Tambak

a. Pengeringan dan penjemuran tanah dasar tambak baik petak tendon atau biofilter. Untuk
memudahkan pengeringan dibuat caren keliling. Hal ini dilakukan bisa 2 – 3 minggu agar tanah
dasar benar – benar kering dan merekah tanahnya.

b. Pembersihan kotoran dan lumpur hitam dari dasar tambak dengan cara pengangkatan ke
atas tanggul yang sudah dibuatkan caren agar kotoran tidak jatuh ke dasar lagi.

c. Perbaikan pH tanah dasar nilai > 6 dengan aplikasi kapur. Pemberian kapur disesuaikan
dengan nilai pH tanahnya.

d. Pemberantasan hama baik ikan liar, udang liar dan trisipan secara manual atau
menggunakan bahan yang direkomendasikan.

VI. Persiapan Air

6.1. Persiapan air awal


Pengisian air pada petak udang dan tandon dengan menggunakan saringan kasa untuk
mencegah ikan dan udang liar masuk hingga ketinggian 50 - 70 cm bersamaan dengan petak
pembesaran.

6.2. Persiapan air petak pembesaran udang

Sterilisasi air dengan menggunakan krustaecida, TCCA / kaporit. Teknik sterelisasi adalah
sebagai berikut:

a. Ukur ketinggian air tiap dan volume air tiap petak.

b. Aplikasi krustaecida 1,5 – 2 ppm dan aduk merata .

c. Aplikasi TCCA dengan dosis 15-20 ppm dan aduk merata dengan kincir sekitar 2-3 jam.

d. Setelah pengadukan merata kincir dimatikan agar clorin bekerja dan toksisitas tinggi.

6.3. Persiapan air pada petak tandon

a. Pemberantasan udang liar dengan krustaecida (betasin) dosis 2 ppm

b. Pengendalian bakteri dan virion dengan clorin dosis 5-10 ppm.

c. setelah netral dilakukan penebaran ikan bandeng dan atau nila dengan kepadatan 5000
ekor/Ha.

Kualitas air baku sesudah treatment di tandon direkomendasikan sbb. :

· Total Organik Matter (TOM) < 20 ppm

· Warna air : Clear

· Total Vibrio < 101 cfu/cc

· Tidak ada hewan air liar yang hidup

6.4. Penumbuhan bakteri probiotik

a. Perlakukan untuk pertumbuhan probiotik dilakukan tiap 3-4 hari sekali setelah sterilisasi air.

b. Perlakukan dihentikan pada saat 3 hari sebelum dan sesudah penebaran benih. Adapun
teknik kultur dan aplikasi probiotik adalah sebagai berikut :
1) Amplikasi molase dalam tambak dengan dosis 2 ppm atau 5% dari jumlah pakan yang telah
digunakan.

2) Aktivasi probiotik terutama bakteri baccilus dengan cara melarutkan molase 0,5-1 lt dalam
ember 20 lt dan masukkan sekitar 50 g prebiotik dan diaduk merata. Diamkan sekitar 0,5-1 jam
agar bakteri berkembang, selajutnya tebar ke tambak.

6.5. Penumbuhan plankton.

a. Penumbuhan plankton sebagai penyeimbang kualitas air (water stability). Adapun cara
penumbuhan plankton sebagai berikut:

1) Kegiatan penumbuhan plankton dilakukan paling cepat 5 hari setelah perlakukan sterilisasi
air tambak.

2) Aplikasi kapur carbonat (CaCO3) / kaptan 15-20 ppm dengan dosis meningkatkan untuk
alkalinitas minimal 90 ppm dilakukan 3 hari setelah sterilisasi air.

3) Penambahan pupuk Nitrogen (ZA) dan phospat (TSP) dengan perbandingan 4:1. Dosis
pemupukan adalah 2-5 ppm. Pupuk TSP sebelum ditebar dicairkan terlebih dahulu agar mudah
larut dalam air tambak

4) lnokulasi Plankton chlorella sp yang sudah dipekatkan dari bak kultur plankton. Dosis
inokulan plankton untuk luas 0,2 ha digunakan 1 ton media kultur plankton.

b. Cara pengelolaan kestabilan plankton selama pemeliharaan adalah sebagai berikut:

1) Lakukan pengukuran kecerahan harian sekitar jam 9.00. Nilai kecerahan yang optimum
adalah 30-40 cm.

2) Lakukan pengukuran pH harian pada pagi dan sore hari. Nilai pH pagi lebih rendah dari sore
hari dengan kisaran nilai sekitar 0,2-0,5. Apabila nilai pH tidak ada kenaikan menunjukan ada
penurunan populasi plankton sehingga perlu tambahan pupuk susulan dan inokulan plankton.
lnokulan plankton bisa berasal dari petak tambak lainnya yang pertumbuhan plankton optimal.

3) Pemupukan susulan secara rutin dengan pupuk nitrogen setiap 4-7 hari dengan dosis 2 ppm

4) Pengisian air ke kolam dimaksudkan hanya untuk mempertahankan ketinggian saja


menggunakan air steri dari petak tandon atau sumber.

VII. Pemilihan dan penebaran Benih

Densitas & Perencanaan Jumlah Benur


Sistem budidaya yang dijalankan sedapat mungkin menghindari ‘parsial harvest’ akibat
densitas yang dapat melebihi target produksi atau over ‘carrying capacity’, namun mendapat
ABW (Average Body Weight/size) yang optimal sesuai jadwal panen yang telah direncanakan
(DOC +/- 120 hari). (Rekomendasi ideal pada 80 ekor/m2)

7.1 Pemilihan benih

a. Pengambilan sampel benih untuk sampel uji PCR dilakukan sesuai SOP.

b. Benih vaname bebas virus (SPF) dengan ukuran min PL 11 dilengkapi dukumen PCR dan uji
lab.

c. Benih sudah dilakukan adaptasi terhadap salinitas sesuai salinitas air tambak. untuk salinitas
rendah perlu benih yang ditokolkan salinitas rendah atau minta langsung dari hatchery salinitas
15 – 20 ppt.

d. Benih diangkut dengan teknik transportasi yang baik.

7.2. Penebaran benih

a. Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi hari mulai pukul 06.00 – 07.00 waktu
setempat karena pada saat ini suhu relatif masih rendah.

b. Benih sampai tambak dilakukan pengontrolan dokumen dan kualitas benih serta air media.

c. Dilakukan adaptasi terhadap suhu (karena salinitas sudah harus disesuaikan)

d. Lakukan adaptasi suhu dengan cara mengapungkan kantong dalam air atau menambah air
sedikit demi sedikit dalam kantong tempat benur. Sambil adaptasi suhu dilakukan
penghitungan jumlah benih dalam kantong sebagai sample.

VIII. Pengelolaan air

8.1. Teknik pengelolaan air

a. Pengaturan ketinggian air petak udang minimal 80 cm. elevasi tinggi air petak udang lebih
tinggi dari petak sekitar untuk mencegah rembesan air masuk.

b. Penambahan air daripetak udang ke petak tendon atau biofilter secara dengan
menggunakan pompa.

c. Pembuangan air dari petak udang ke petak tendon atau biofilter secara grafitasi dengan
pintu PVC.
d. Untuk meningkatkan dan membuat homogen kelarutan oksigen digunakan kincir berangkai
atau kincir paddlewheel dengan 2 kipas.

e. Pengukuran kualitas air dilakukan secara harian dengan parameter suhu, pH, oksigen
terlarut dan kecerahan

f. Pengukuran kualitas air secara mingguan adalah alkalinitas. Total bahan organik, kepadatan
dan jenis plankton, posphat (ortophospat) dan total bakteri dan total vibrio

g. Penambahan karbon (molase tiap 2 x per minggu) dosis 2% dari total pakan yang telah
digunakan selama 4 hari berturut – turut.

h. Aplikasi probiotik dengan dosis 50 g tiap 3-4 hari sekali.

i. Untuk mempertahankan kestabilan plankton dilakukan pengamatan warna dan kecerahan


air dan aplikasi pupuk nitrogen, ZA dengan dosis 2-3 ppm tiap minggu.

j. Alkalinitas air tambak > 90 ppm. untuk meningkatkan alkalinitas dengan penambahan
dolomite dengan dosis 3-5 ppm tiap 2-4 hari sekali dengan aplikasi pada malam hari.

k. Pengisian air hingga umur 30 hari dilakukan hanya untuk menambah ketinggian air. Air yang
digunakan dari petak tandon yang telah disterilkan atau filter menggunakan biofilter.

l. Pengamatan kondisi lumpur dasar tambak di bagian central drain. Lakukan penyiponan bila
sudah terjadi penumpukan lumpur dasar tambak mulai umur pemeliharaan 45 hari, penyiponan
berikutnya dilakukan tiap 1-2 minggu.

m. Operasional kincir (kincir berangkai) untuk meningkatkan kelarutan oksigen minimal 4 ppm.
Operasional kincir dilakukan secara bergantian selama 24 jam untuk membuat koloid bakteri
secara bergantian. Jumlah kincir tiap kolam disesuaikan dengan jumlah benur aktual yang
ditebar dengan konversi ideal setiap 1 buah kincir 1 hp untuk 20.000 – 25.000 ekor benur atau
500 – 600 kg biomass target produksi.

n. Pada kondisi emergency untuk meningkatkan kelarutan oksigen pada malam hari dapat
dilakukan dnegan aplikasi peroksida dengan dosis 4 - 5 ppm per Ha, terutama pada kondisi
oksigen rendah. Hal ini dilakukan dengan cara : larutkan 40 liter air tambak dicampur 10 kg
kapur setelah homogeny masukan hydrogen peraksida 4 – 5 ppm per Ha kemudian aduk lalu
sebarkan di permukaan air tambak.

VIII. Pengelolaan Pakan

Pada budidaya udang secara intensif, pakan merupakan faktor produksi utama yang sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan proses budidaya. Hal ini bukan saja karena pakan sebagai
faktor penentu pertumbuhan udang, namun komponen biaya pakan mendominasi biaya
produksi udang secara umum (> 50 % dari biaya produksi adalah beaya pakan), sehingga
managemen pakan yang baik akan sangat mempengaruhi tingkat efisiensi beaya produksi.

Disamping sangat menentukan laju pertumbuhan udang, pemberian pakan selama proses
budidaya juga sangat berpengaruh terhadap kualitas air kolam budidaya, sehingga dalam hal ini
diperlukan kualitas pakan yang bisa menunjang sistem budidaya udang. Kriteria pakan yang
direkomendasikan untuk menjalankan sistem budidaya udang intensif dalam hal ini adalah pada
kandungan protein > 36 %.

8.1 Teknik pengelolaan pakan.

a. Pakan buatan (pellet) mulai diberikan dari penebaran benih dengan dosis disesuaikan
dengan laju konsumsi pakan (Lampiran 1)

b. Untuk kontrol laju konsumsi pakan dilakukan dengan pemberian pakan pada anco dengan
dosis dan waktu cek dianco sesuai dengan ukuran udang (lampiran 2)

c. Kontrol pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan sampel udang atau sampling yang
dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Sampling dilakukan pada waktu fajar atau sore hari untuk
menghindari cuaca panas.

lX. Panen

a. Panen dilakukan setelah mencapai ukuran pasar (marketable size) 90-100 hari. Target
ukuran 15-20 g/ekor, SR 80% dan FCR 1,5.

b. Panen dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan jaring arah ke arah pembuangan
agar dapat mengurangi kerusakan plastic mulsa.

c. Semua peralatan panen sudah disiapkan (jala panen, wadah dan pengankutan).d. Udang
yang tertangkap segera dipindahkan dalam wadah penampungan yang bersih dan air dingin.

e. Lakukan sortir, timbang dan segera masukan ke palka untuk dberi es.
Daftar pustaka

Dinas perikanan dan kelautan,.2014., DESA GELAP KECAMATAN LAREN KABUPATEN


LAMONGAN., di akses pada http://penyuluhikanlamongan.blogspot.com/2014/12/standar-
operasional-prosedur-sop.html?m=1(09 Maret 202)

Anda mungkin juga menyukai