Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


BUDIDAYA UDANG TRADISIONAL PLUS

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA


2020
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BUDIDAYA UDANG TRADISIONAL PLUS

I. Tujuan
Tujuan SOP ini adalah sebagai panduan dalam melakukan budidaya udang dengan tingkat
teknologi tradisional plus untuk udang vaname dan udang windu.

II. Diagram Prosedur

Perencanaan Produksi

Pemilihan Lokasi

Desain dan Konstruksi

Persiapan Tambak

Pengisian Air

Penebaran

Pemeliharaan

Panen

III. Prosedur Kerja


3.1 Perencanaan Produksi
1. Menentukan jumlah padat tebar dan jumlah total kebutuhan benur. Padat tebar pada sistem
budidaya udang vaname adalah 5 – 10 ekor/m2 dan untuk udang windu 3 – 5 ekor/m2 dengan
luasan tambak 20.000 m2, kebutuhan benur vaname dan windu masing-masing 5 ekor/m x
20.000 (luasan tambak) = 100.000 ekor benur
2. Menentukan target sintasan atau SR (survival rate) udang saat panen untuk udang vaname
75% dan udang windu 50%
3. Menentukan target size panen untuk udang vaname 50 ekor/kg (20 gram/ekor) dan udang
windu 40 ekor/kg (25 gram/ekor)
4. Menentukan target biomassa panen dengan cara jumlah tebar x SR/size udang
contohnya :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑆𝑅 100.000 𝑥 0,75
𝑠𝑖𝑧𝑒 𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 = 50 = 1.500 kg

5. Menentukan target konversi pakan/Food Conversion Ratio (FCR). Jumlah pakan yang
terpakai untuk menghasilkan ukuran 1 kg udang misalnya untuk udang vaname 0,8 dan udang
windu 0,9.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖
𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛

Menentukan kebutuhan total pakan dengan cara mengkalikan FCR dengan Biomass panen.
Contoh : 0,8 x 1.500 kg = 1.200 kg
3.2 Pemilihan Lokasi
1. Lokasi sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
2. Untuk lokasi pembesaran udang dalam bentuk kluster, harus dilengkapi dengan masterplan
dan Detail Engenering Design (DED);
3. Memiliki air sumber, air pemeliharaan, dan tanah yang mencukupi dan berkualitas baik
sesuai yang dipersyaratkan
4. Tidak membangun tambak baru pada lahan mangrove dan zona inti kawasan konservasi;
5. Berada pada kawasan terhindar dari banjir rutin dan pengaruh pencemaran limbah bahan
beracun dan berbahaya;
6. Berada di belakang sempadan pantai minimal 100 m (sesuai dengan Perpres No 51 Tahun
2016 tentang Sempadan Pantai);
7. Konstruksi infrastruktur harus mempertimbangkan fungsi konservasi dan meminimalisir
gangguan terhadap lingkungan sekitar;
8. tersedianya prasarana transportasi dan komunikasi yang memadai;
9. tekstur tanah sesuai persyaratan teknis yang mendukung pertumbuhan pakan alami, kualitas
air untuk media hidup udang, dan mampu menahan volume air tambak atau tidak bocor

3.3 Desain dan Konstruksi


a. Desain tambak tradisional perlu dibuat dengan bentuk persegi, memiliki satu pintu air dan
untuk memudahkan pemanenan dan pengelolaan lahan perlu dibuat caren keliling dengan
ukuran minimal lebar 1 meter dengan jarak minimal 1 meter dari pematang.
b. Konstruksi tambak dengan tanah kedap, mampu menahan volume air (tidak bocor), dan
bentuk tambak tidak memiliki sudut mati;
c. luasan petakan pemeliharaan 0,5 (nol koma lima) ha sampai dengan 2 (dua) ha per petak;
d. kedalaman air paling tinggi 80 (delapan puluh) cm untuk dapat menciptakan kualitas air yang
baik untuk kehidupan udang, dan kemiringan dasar tambak 0,2% (nol koma dua persen) ke
arah saluran pembuangan (outlet);
e. Petak tandon berkapasitas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari volume air
pemeliharaan baik secara individu maupun kolektif;
f. Apabila kandungan zat besi pada lahan tambak lebih dari 0,02 (nol koma nol dua) ppm perlu
dilakukan perlakuan tanah dasar tambak (pencucian);
g. Desain dan tata letak diatur dan diupayakan untuk mendapatkan air dengan kualitas baik dan
mencegah penularan penyakit yang terdiri dari petak saluran, pengendapan/tandon, petak
pembesaran, dan petak/saluran pengolah limbah kolektif
h. Sistem pembuangan air dibuat ke arah saluran buang
3.4 Persiapan Tambak
✓ Persiapan tanah dasar dan perbaikan petakan
a. Perbaikan petakan dilakukan dengan keduk teplok yaitu mengangkat lumpur dasar tambak
ke pematang tambak
b. Dilakukan pengeringan hingga tanah retak – retak
c. Pengolahan tanah dasar dengan pembalikan tanah atau pembajakan tanah dengan traktor
d. Perbaikan petakan dilakukan dengan penambalan tanggul yang bocor dan merapikan
tanggul serta perbaikan pintu air
✓ Pemberantasan hama
a. Pemberantasan ikan-ikan dengan saponin dengan dosis 15-20 ppm (7,5-10kg/ha) dengan
tinggi air tambak 5 cm
b. Saponin direndam terlebih dahulu selama 2 jam sebelum diaplikasikan
c. Aplikasi saponin sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah yaitu pada pukul 9-12 siang
✓ Pengapuran dan pemupukan
a. Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air dilakukan pemberian kapur bakar
(CaO), 1.000 kg/ha dan kapur pertanian (CaCO3) sebanyak 320 kg/ha.
b. Memasukkan air ke tambak sehingga dasar tambak terendam setinggi 5 – 10 cm (macak-
macak), kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk urea 150 kg/ha, pupuk TSP 10
kg/ha dan pupuk kandang 2.000 kg/ha.
3.5 Pengisian Air
a. Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah selesai dan air
dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap.
b. Air yang digunakan berasal dari tandon menggunakan pompa yang telah diberi saringan agar
hama tidak ikut masuk ke tambak
c. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak sampai kondisi air siap ditebari benih udang
dengan kriteria warna air menjadi hijau cerah atau coklat muda (ditumbuhi plankton)
d. Tinggi air di petak pembesaran minimal 80 cm
3.6 Penebaran
a. Penebaran benur udang vaname atau udang windu dilakukan setelah plankton tumbuh baik
(7-10 hari) setelah pemupukkan.
b. Benur vaname yang digunakan minimal PL 10 dan untuk benur windu minimal PL 12 yang
diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen dan bersertifikat
CPIB.
c. Kriteria benur yang baik adalah organ insang yang telah sempurna, ukurannya seragam atau
rata, tubuh benih dan usus terlihat jelas serta aktif berenang melawan arus.
d. Sebelum benur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara
mengapungkan kantong yang berisi benih ditambak dan menyiram dengan perlahan-lahan.
e. Aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi air tambak
sedikit demi sedikit selama 15-20 menit.
f. Kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur akan keluar dengan sendirinya. Benur
yang masih tersisa di dalam kantong, dituang secara perlahan.
g. Penebaran benur sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat kondisi teduh.
h. Padat penebaran untuk tradisional plus untuk udang windu yaitu 3 – 5 ekor/m2 dan untuk
udang vaname yaitu 5 - 10 ekor/m².
3.7 Pemeliharaan
1. Manajemen Kualitas Air
- Selama pemeliharaan, dilakukan monitoring kualitas air meliputi : suhu, salinitas,
kecerahan, pH dan ketinggian air serta oksigen setiap hari.
- Pemberian pupuk urea dan TSP susulan setiap 1 minggu sebanyak 5 - 10% dari pupuk
awal (7,5 – 15 kg pupuk urea dan 0,5 – 1 kg TSP) serta hasil fermentasi probiotik yang
diberikan seminggu sekali guna menjaga kestabilan plankton dalam tambak.
- Pengapuran susulan dengan dolomit dilakukan apabila pH berfluktuasi.
- Umur pemeliharaan 0 – 60 hari, penambahan air menggunakan pompa hanya dilakukan
sebanyak air yang hilang akibat penguapan atau rembesan.
- Monitoring kualitas air perlu dilakukan secara rutin, terutama untuk parameter kelarutan
oksigen, salinitas dan pH perlu dimonitor setiap hari pada sore dan pagi hari. Pengamatan
visual warna air dan kekeruhan juga perlu dimonitor setiap saat.
- Pergantian air perlu dilakukan berdasarkan pada hasil monitoring kualitas air. Air berasal
dari air tandon yang telah siap pakai menggunakan pompa. Pergantian air perlu
disesuaikan dengan kondisi kualitas air (tingkat kecerahan di bawah 20 cm, DO di bawah
3 ppm dan air berwarna kuning, merah atau biru kehijauan karena blooming jenis plankton
tertentu) media pemeliharaan, dengan ketentuan :

Umur Pergantian Air (%)


<60 hari Penambahan saja mengganti penguapan/porous/ siphon.
> 60 hari 10-20 % (sirkulasi flow through)

- Kualitas air yang layak untuk pembesaran udang vaname adalah :

No Parameter Nilai
1 Salinitas 10 – 25 ppt
2 Suhu 28 – 31°C
3 Oksigen terlarut >4ppm
4 Amoniak <0,1ppm
5 pH 7,5-8,2
6 H²S <0,003ppm

- Aplikasi fermentasi probiotik dilakukan dengan cara sebagai berikut:


- Bahan yang dibutuhkan yaitu: dedak halus 1 kg, tepung ikan/pakan udang 0,4 kg, molase
0,5 kg, ragi tape 0,1 kg, probiotik (terdaftar di KKP) sebanyak 2 gram dan air 20 liter;
- Air direbus hingga mendidih lalu tambahkan dedak, tepung ikan, molase sambil diaduk.
Setelah suhu air sudah dingin/suhu ruangan, maka ragi dan probiotik dapat dimasukkan;
- Campuran fermentasi ditutup dan didiamkan selama 3 hari sebelum diaplikasikan;
- Aplikasi fermentasi dilakukan seminggu sekali dengan dosis 2 liter/ha (Bulan I), 4 liter/ha
(bulan II) dan 8 liter/ha (bulan III);
- Aplikasi dilakukan dengan cara menebar secara merata ke permukaan tambak

2. Manajemen Pemberian Pakan Tambahan


- Pakan diberikan pada hari ke-70 atau pada saat dukungan pakan alami (plankton) sudah
berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat;
- Pakan yang digunakan adalah pakan udang dengan nomor pakan 3 (3 mm) dengan
kandungan protein untuk udang vaname minimal 30% dan udang windu 36%
- Dosis pakan yang diberikan 5 - 2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3kali
/hari yakni 25% pada jam 7.00, 35% pada jam 13.00 dan 40% pada jam 16.00;
- Pakan diberikan ke udang secara merata dengan cara mengelilingi pematang tambak
sambil menebar pakan pada feeding area (sekitar 3 meter dari pematang).

3. Monitoring Pertumbuhan
• Sampling pertumbuhan dilakukan secara rutin setiap 10 hari sekali sejak umur
pemeliharaan 40 hari
• Sampling pertumbuhan dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan jala.
• Sampel udang yang terjala selanjutnya ditimbang secara basah dan dihitung jumlah ekor
udang yang ditimbang
• Berat rata-rata udang atau Average Body Weight (ABW) dihitung dengan bobot total
sampel dibagi jumlah ekor udang yang ditimbang.
• Pertumbuhan harian atau Average Daily Growth (ADG) dihitung dengan persamaan =
𝐴𝐵𝑊 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 − 𝐴𝐵𝑊 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 . ADG yang optimal apabila mempunyai

nilai di atas 0,2 gram/hari.

3.8 Panen
a. Panen harus mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan udang.
b. Panen pada kondisi normal dilakukan setelah umur pemeliharaan 100 - 110 hari dengan
ukuran untuk udang vaname 50 dan udang windu 40;
c. Perlakuan sebelum panen adalah pemberian kapur sebanyak 80 kg/ha, dan mempertahankan
ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak
mengalami molting (ganti kulit) pada saat panen;
d. Panen dilakukan dengan menggunakan jaring;
e. Sebelum dilakukan penjaringan, tinggi air tambak diturunkan hingga 50% dengan cara
membuka pintu saluran buang atau menggunakan pompa;
f. Udang yang telah dijaring selanjutnya dibawa ke tempat penyortiran untuk dilakukan
pencucian, penyortiran dan penimbangan;
g. Udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam coolbox dan ditambahkan es;
h. Udang siap dikirim ke Unit Pengolahan Ikan (UPI).

Anda mungkin juga menyukai