BERSIRIP
a) Topografi Lahan
Dalam bidang perikanan, topografi ini penting diketahui terutama pada
saat akan membangun gedung pembenihan atau lahan pertambakan. Data
tentang topografi dapat digunakan untuk menentukan desain kolam dan
letaknya. Dengan menggunakan peta topografi, maka akan terlukis tinggi
rendahnya permukaan lahan dibanding dengan permukaan laut.
Lahan untuk pembangunan hatchery udang sebaiknya datar,
terletak dekat hulu sumber air, sehingga pengambilan air laut
dapat dilakukan dengan mudah. Elevasi lahan pun harus
mampu mengalirkan buangan air dengan sempurna, sehingga
tidak menimbulkan genangan. Selain itu, dengan mengetahui
keadaan topografi tanah, maka kedalaman tanah dan saluran
dapat ditentukan secara lebih tepat, sehingga dapat
memanfaatkan energi pasang surut semaksimal mungkin.
b) Iklim dan Curah hujan
Curah hujan yang tinggi dengan frekuensi diatas 100 hari/tahun,
kurang baik untuk membangun hatchery udang.
Sumber:Kordi, 2008
Kegiatan pembenihan udang
membutuhkan air yang cukup
banyak, khususnya air laut.
e) Sumber air
Diperlukan air laut dan air tawar. Air tawar diperlukan untuk
mencuci bak – bak pembenihan dan peralatan pembenihan serta
menurunkan kadar salinitas air laut dan untuk keperluan sehari –
hari. Air laut untuk keperluan hatchery harus mempunyai
salinitas berkisar antara 30 – 35 promil.
f) Kualitas air
Parameter kualitas air berupa suhu, pH, kandungan oksigen
terlarut dan salinitas merupakan indikator kualitas air yang
paling umum diukur untuk mengetahui layak atau tidaknya
suatu perairan.
Parameter Kualitas Air
Optimum untuk Beberapa
jenis udang