Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN TIDAK

BERSIRIP

DESAIN DAN TATA LETAK


PEMBENIHAN UDANG
Pembenihan udang adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan
pengembangbiakan dan penumbuhan krustasea dari tahap mysis
sampai post larva sehingga dapat menyediakan stok benih untuk
pembesaran krustasea berikutnya.
Krustasea, khususnya udang, menjadi salah satu komoditas
andalan ekspor Indonesia di sektor perikanan. Udang – udang
tersebut diekspor sebagai udang konsumsi yang memiliki ukuran 30
– 50.

Untuk dapat menghasilkan udang konsumsi tersebut diperlukan pengetahuan


mengenai teknik pembenihan udang.
Tata Letak Pembenihan Udang
Unit pembenihan udang yang baik, harus memiliki tata letak (lay
out) yang dirancang dengan meminimalisir resiko, khususnya resiko
yang berhubungan dengan kontaminasi. Tata letak, desain dan
konstruksi unit pembenihan dan pendederan (tambak) udang harus
dirancang sehingga memungkinkan perolehan air yang cukup untuk
kebutuhan kehidupan udang secara optimal, memudahkan dalam
pengelolaan dengan baik, konstruksinya memenuhi syarat dan
menghemat biaya.
Persyaratan Lokasi

Beberapa persyaratan lokasi pembenihan udang antara skala kecil


(HSRT) tidak jauh berbeda dengan skala besar.

Pertimbangan  Faktor Teknis dan Non Teknis. Sehingga untuk


menentukan lokasi usaha pembenihan udang perlu dilakukan studi
atau analisis tentang topografi lahan, tanah, sumber air, iklim,
meteorologi dan ekosistem yang dapat diperoleh dari data dan
informasi yang dikumpulkan.
1. Persyaratan Teknis

a) Topografi Lahan
Dalam bidang perikanan, topografi ini penting diketahui terutama pada
saat akan membangun gedung pembenihan atau lahan pertambakan. Data
tentang topografi dapat digunakan untuk menentukan desain kolam dan
letaknya. Dengan menggunakan peta topografi, maka akan terlukis tinggi
rendahnya permukaan lahan dibanding dengan permukaan laut.
Lahan untuk pembangunan hatchery udang sebaiknya datar,
terletak dekat hulu sumber air, sehingga pengambilan air laut
dapat dilakukan dengan mudah. Elevasi lahan pun harus
mampu mengalirkan buangan air dengan sempurna, sehingga
tidak menimbulkan genangan. Selain itu, dengan mengetahui
keadaan topografi tanah, maka kedalaman tanah dan saluran
dapat ditentukan secara lebih tepat, sehingga dapat
memanfaatkan energi pasang surut semaksimal mungkin.
b) Iklim dan Curah hujan
Curah hujan yang tinggi dengan frekuensi diatas 100 hari/tahun,
kurang baik untuk membangun hatchery udang.

Curah hujan tinggi dapat mempengaruhi: Kualitas air, terutama


1. Suhu,
2. Salinitas, dan
3. Keadaan plankton.

Daerah yang cocok untuk membangun unit


pembenihan udang adalah daerah yang
memiliki curah hujan rendah.
Selain itu, untuk kegiatan pembenihan yang dilakukan secara
outdoor (misalnya kultur plankton), akan mengalami
kesulitan, diakibatkan karena untuk menghindari curah hujan
yang masuk ke dalam wadah kultur plankton, maka wadah
harus ditutup. Sirkulasi udara wadah yang ditutup terlalu
lama dapat menjadi tidak lancar dan suhu air akan terus
meningkat, sehingga mengganggu proses metabolism
plankton.
c) Dekat Pantai
Sebagian besar aktivitas utama pembenihan udang terkait
dengan air laut, karena seluruh kegiatan yang dilakukan dalam
pembenihan menggunakan air laut dan air payau (yang
merupakan percampuran air tawar dan air laut), seperti:
1. Pemeliharaan induk
2. Penetasan telur
3. Pemeliharaan larva dan benih, serta
4. Kultur pakan alami
Lokasi yang dipilih untuk membangun unit hatchery
udang harus dekat dengan pantai, yang mempunyai
fluktuasi pasang surut 2 – 3 m, sehingga air laut bersih
dapat dipompa dengan mudah. Selain itu, lokasi yang
dekat dengan pantai memiliki suhu yang sesuai untuk
pemeliharaan larva krustasea, yaitu berkisar antara 30–
33 ºC.
d) Tekstur Tanah
Tekstur tanah memiliki peranan yang penting dalam
pemilihan lokasi, karena tekstur tanah ini berkaitan erat dengan
kualitas tanah. Selain itu, tanah mempunyai kemampuan dalam
menyerap dan melepaskan unsur hara yang dibutuhkan oleh
plankton, sehingga tanah juga merupakan faktor penting dalam
menentukan produktivitas suatu kolam.
Tekstur tanah memiliki peranan yang penting dalam
pemilihan lokasi, karena tekstur tanah ini berkaitan erat
dengan kualitas tanah. Selain itu, tanah mempunyai
kemampuan dalam menyerap dan melepaskan unsur hara
yang dibutuhkan oleh plankton, sehingga tanah juga
merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas
suatu kolam.
Tekstur tanah ditentukan oleh perbandingan relatif dari
ketiga fraksi tanah yaitu pasir, liat dan debu.
Kriteria kualitas tanah untuk budidaya
udang
No Parameter Satuan Nilai Standar
1 Tekstur - Lempung liat berpasir
2 pH % 6,0-7,0
3 Bahan Organik % 1.6-7,0
4 Karbon (C) % 3-5
5 Nitrogen (N) Me/100 gr 0,4-0,75
6 KTK Me/100 gr >20
7 Kalsium (Ca) Me/100 gr 2,0-5,0
8 Magnesium (Mg) Me/100 gr 1,5-8
9 Kalium (K) Me/100 gr 0,5-1,0
10 Natrium (Na) PPM 0,7-1,0
11 Fospor (P) % 3,0-6,0
12 Pyrit (Fe2”) <2

Sumber: Ditjenkan dan Pusiitbangkan, 1991


Untuk menjamin kolam yang dibangun mampu menahan
air, maka sebaiknya dipilih lokasi dengan tekstur tanah yang
kedap air, misalnya lempung berpasir dan liat, lempung liat
(clay loam), lempung berpasir (sandy loam) dan lempung
berdebu (silty loam). Tanah yang memiliki kandungan pasir
lebih besar (> 40%), dapat dibangun kolam. Oleh karena itu,
tanah yang paling baik untuk melakukan kegiatan
pembenihan adalah lempung liat berpasir dengan
perbandingan 7 : 3 (Rahmatun, 1984).
Hubungan antara tekstur tanah dan kelayak
tanah sebagai lahan budidaya

Sumber:Kordi, 2008
Kegiatan pembenihan udang
membutuhkan air yang cukup
banyak, khususnya air laut.
e) Sumber air
Diperlukan air laut dan air tawar. Air tawar diperlukan untuk
mencuci bak – bak pembenihan dan peralatan pembenihan serta
menurunkan kadar salinitas air laut dan untuk keperluan sehari –
hari. Air laut untuk keperluan hatchery harus mempunyai
salinitas berkisar antara 30 – 35 promil.
f) Kualitas air
Parameter kualitas air berupa suhu, pH, kandungan oksigen
terlarut dan salinitas merupakan indikator kualitas air yang
paling umum diukur untuk mengetahui layak atau tidaknya
suatu perairan.
Parameter Kualitas Air
Optimum untuk Beberapa
jenis udang

*Diambil dari berbagai sumber


2. Persyaratan Non Teknis

Persyaratan non teknis juga menjadi faktor


pendukung keberhasilan kegiatan pembenihan udang.
Persyaratan non teknis yang harus diperhatikan
diantaranya adalah faktor sosial dan ekonomis.
Berdasarkan aspek sosial, persyaratan lokasi pembenihan yang dipilih
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Lahan yang digunakan tidak merusak lingkungan hidup


dan kelestarian alam di sekitarnya, demi terjalinnya
hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna tanah di
sekitarnya
b. Penggunaan sumberdaya alam sekitar, sehingga untuk
menyediakan sarana dan prasarana tidak perlu mencari ke
daerah lain
c. Tenaga kerja diambil dari penduduk sekitar untuk
mengurangi pengangguran dan menjamin faktor
keamanan atau tidak terganggu oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, serta memberikan pendapatan
bagi masyarakat sekitar
Berdasarkan aspek ekonomi, beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai
parameter untuk mengukur kelayakan lokasi pembenihan udang, yaitu :
a. Dekat dengan lokasi pengembangan budidaya krustasea untuk
memudahkan pemasaran larva dan benih serta pengadaan calon
induk
b. Dekat dengan daerah pemasaran untuk menekan biaya transportasi
dan penurunan kualitas krustasea
c. Tersedia jaringan listrik, sarana transportasi memadai dan terdapat
jaringan komunikasi
d. Tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi lainnya,
serta alat dan bahan untuk membangun komplek pembenihan
e. Lokasi pembenihan jauh dari pemukiman penduduk dan industri,
sehingga kualitas air tetap terjaga dan tidak mengganggu pertumbuhan
krustasea
f. Sesuai dengan rencana induk pengembangan daerah setempat
g. Status kepemilikan dengan bukti sertifikat
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai