Di susun oleh:
RISWANTO
NISN: 0005355090
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Mengikuti Ujian Nasional
Tahun Pelajaran 2018/2019
Di susun oleh:
RISWANTO
NISN: 0005355090
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Mengikuti Ujian Nasional
Tahun Pelajaran 2018/2019
i
LEMBAR PENGESAHAN SEKOLAH
Nama : RISWANTO
NISN : 0005355090
Bidang Keahlian : Kemaritiman
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Tawar
Judul Laporan : Teknik Kultur Pakan Alami
Skeletonema costatum Skala Massal
Disetujui oleh:
Mengetahui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN INSTALASI
Nama : RISWANTO
NISN : 0005355090
Bidang Keahlian : Kemaritiman
Kompetensi Keahlian : Agribisnis Perikanan Air Tawar
Judul Laporan : Teknik Kultur Pakan Alami
Skeletonema costatum Skala Massal
Disetujui oleh:
Mengetahui,
iii
Umar T,ST Agus Nawang S.St.Pi
NIP: 19740712 200502 1 003 NIP: 19800605 200912 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, tujuan penulisan laporan ini
adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional
Selesainya laporan ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dan petunjuk
berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terimakasih
1. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang selalu memberikan doa dan dorongan
memberikan izin kepada saya selaku penulis untuk mengikuti kegiatan praktik
iv
4. Bapak Bambang S.Pi selaku Ketua Program Agribisnis Perikanan Air Tawar
yang selama ini telah banyak memberikan motivasi dan inspirasi kepada saya
5. Ibu Andi Nurfaidah S.Pi selaku Pembimbing sekolah yang telah banyak
pentunjuk kepada saya selama proses praktik kerja lapangan ini berlangsung.
(IPUW) Barru dan (BRPBAP3) Maros, serta semua pihak yang tidak sempat
penulis uraikan satu persatu atas kerjasama, pengertian, dan dukungan yang
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dan kekurangan
saya dalam segala hal. Saya selaku Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak agar penulisan laporan
diwaktu yang akan datang bisa lebih baik lagi. Besar harapan saya semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi banyak orang terutama bagi diri saya pribadi.
PENULIS
v
RISWANTO
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................................2
vi
2.2.1 Letak Geogerafis dan Topografi IPUW Barru..........................................8
3.1.1 Klasifikasi...............................................................................................21
3.1.2 Morfologi................................................................................................22
vii
3.4 Prosedur Pembuatan Pupuk.........................................................................35
3.4.3 Nitrat/Phosfat..........................................................................................39
3.7 Pemanenan....................................................................................................42
BAB IV PENUTUP..............................................................................................44
4.1 KESIMPULAN.............................................................................................45
4.2 SARAN.........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
LAMPIRAN GAMBAR........................................................................................47
viii
DAFTAR GAMBA
Gambar 3.3 Pencucian Bak Fiber 1 Ton dan Bak Beton 10 Ton...........................31
ix
Gambar 3.5 Pengisian Air di bak Fiber..................................................................33
DAFTAR TABE
x
Tabel 3.1 Alat-alat yang digunakan dalam Kultur.................................................28
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia, maka perlu tersedia pakan alami yang berkualitas dalam jumlah yang
penyakit, pakan alami adalah suatu organisme dasar yang hidup dialam perairan
yang dipelihara.
kultur pakan alami mutlak dibutuhkan sebagai satu unit dalam sebuah kesatuan
usaha pembenihan. Penyedian pakan alami merupakan faktor yang penting dalam
besar pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dan udang disamping
penyediaan induk. Hal ini terkait dengan pakan alami yang merupakan sumber
nutrisi dalam memenuhi kebutuhan setiap fase pertumbuhan ikan dan udang
terutama pada fase larva/benih. Bagi jenis ikan maupun udang kebutuhan akan
pakan harus tercukupi, karena ikan dan udang mempunyai daya jelajah pada
1
spektrum yang relatif luas. Ketersediaan pakan sangat bergantung pada manusia
2
1.2 Tujuan
5. Agar siswa nantinya mampu menyesuaikan diri dalam suasana kerja dengan
1.3 Manfaat
sebelumnya.
2
BAB II
URAIAN UMUM
2.1. Sejarah Berdirinya Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
komoditas yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi, mengingat
Indonesia adalah negara kepulauan diwilayah tropis yang memiliki daerah pesisir
yang luas dan berpotensi dalam pengembangan usaha perikanan. Hal ini sesuai
Makassar) Sulawesi Selatan yang telah beberapa kali berubah nama sebagai
berikut:
3
Tahun 1969, berdasarkan SK MENTERI No.536/KPT/UM/12/1969 diberi
berlokasi di Makassar.
menjadi sub Balai Penelitian Perikanan Darat (Sub BPPD) Maros dibawah
BALIKANDAT Bogor.
Tahun 1984, dari Sub BPPD diganti menjadi BALITDITA (Balai Penelitian
1995), HSRT (hasil skala rumah tangga) 1992-sekarang dan kerapu (1994-
sekarang).
(1992-1995).
4
2. Sub BALITKANTA BPTP payau Ambon Lembang.
Tahun 2002, berdasarkan SK Mentri Kelautan Dan Perikanan No. Kep. 51/
BPPBAP.
Tahun 2017, berdasarkan Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan nomor 29/
PERMEN-KP/ 2017 tanggal 10 april 2017 nama balai dari BPPBAP diganti
menjadi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
perikanan.
PERMEN-KP/ 2017. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluh
dan Perikanan Bidang Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Peyuluh
Perikanan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pusat
Riset Perikanan Budidaya dan dibina secara umum oleh Kepala Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi yang telah
5
A. Visi
nasional.
B. Misi
6
Seperti yang telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 29/PERMEN KP/2017 tentang organisasi dan tata kerja Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluh Perikanan (BRPBAP3) Maros
KEPALA
memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
SUB BAGIAN TATA
USAHA
SUBSEKSI SUBSEKSI
MONITORING DAN SUBSEKSI PRASARANA PENYELENGGARAAN
EVALUASI DAN SARANA
KELOMPOK
JABATAN
Pembenihan udang windu (Penaeus monodon) dari berbagai aspek seperti yang
disebutkan pada fungsi BRPBAP3 tersebut diatas. Pemilihan udang windu sebagai
7
BRPBAP3 dalam mendukung program kebangkitan produksi udang windu di
2005 dengan memanfaatkan lahan seluas 0.6 ha yang dilimpahkan dari Derektorat
pembenihan multi spesies yang meliputi udang windu, udang vaname, kepiting,
dan baronang. Pada saat tersebut, fasilitas yang tersedia masih terbatas pada
pada tahun 2011, IPUW mulai difokuskan pada litbang pembenihan udang windu
disambut baik oleh DJPB dengan melimpahkan seluruh aset dan SDM di bawah
Balai Budidaya Air Payau Takalar ke IPUW di bawah BRPBAP3 pada tahun
2010 seluas total 12 ha. Pada tahun 2011-2013 telah dilakukan pengembangan
fisik untuk memenuhi suatu standar pembenihan dan pusat litbang perikanan
didukung oleh sumber daya manusia (SDM) sebanyak 14 orang PNS dan 26 orang
8
Instalasi Pembenihan Udang Windu di bawah Balai Riset Periknan
terletak 90 km dari BRPBAP3 Maros kearah utara atau dapat ditempuh dengan
perjalanan 2 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua.
Instalasi Pembenihan Udang Windu (IPUW) Barru ini memiliki tempat yang
ketinggian 10 meter dibawah permukaan air laut. Instalasi ini sendiri memiliki
lingkungan yang kondusif didominasi warga suku bugis yang baik dan ramah
nyaman. Adapun batas wilayah tempat Instalasi Pembenihan Udang Windu adalah
sebagai berikut:
9
1. Karakteristik induk udang windu populasi alam dan tambak (morfologi,
c. Produksi calon induk udang windu SPF sistem resirkulasi indoor dan
tambak.
Oleh karena itu, IPUW yang diarahkan sebagai broodstock center udang
windu memiliki tugas dalam mengembangkan ketersediaan induk dan bibit udang
windu yang berkualitas dan dalam jumlah yang dibutuhkan. Untuk mendukung
tugas tersebut, selain kegiatan yang diatas, maka beberapa kegiatan yang
program).
diterapkan.
10
2.2.3. Fasilitas Utama IPUW Barru
pembenihan udang windu secara “utuh” sehingga sangat wajar apabila NC ini
pemeliharaan larva, bak pengelolaan air, lab pakan alami (stock, intermediat,
massal), ruang pemijahan induk dan penetasan benur, bak konikal sebanyak 20
buah dan bak pemeliharaan larva beton volume 11 ton sebanyak 7 buah serta bak
bak fiber dengan volume 2 ton sebanyak 9 ton dan 1 bak fiber volume 4 ton.
11
2. Multiplication Center (MC)
dan pembesaran serta produksi calon induk udang windu secara indoor.
dalam pembesaran dan produksi calon induk serta progam seleksi baik
ton sebanyak 5 buah, bak litbang untuk program seleksi dan bak pembesaran
3. Laboratorium Bioteknologi
12
Laboratorium Bioteknologi merupakan salah satu laboratorium yang
ekspresi gen, marker DNA) dan test progeni, serta ruang kultur jaringan. Untuk
fasilitas yang terdapat dalam laboratorium tersebut adalah masin PCR, sistem gel
Gedung Karantina (GK) dibangun pada tahun 2005 yang merupakan tempat
karantina calon induk atau larva dari luar untuk keperluan analisis bebas penyakit
13
transfer gen dan analisis marker mikrosatelit serta pemeliharaan larva dan juvenil
terdapat di GK adalah ruang pematang induk yang dilengkapi bak beton dengan
volume 3 ton sebanyak 10 buah, ruang penetasan induk yang dilengkapi dengan
bak konikal, ruang transfeksi (transfer gen), dan ruang pemeliharaan larva yang
tahun 2016. Pada bulan maret 2017, hatchery kepiting mulai dioperasikan
meskipun dengan berbagai kekurangan fasilitas penunjang. Pada akhir bulan April
kepiting terdiri dari ruang larva dua unit, ruang induk 2 unit, ruang megalopa 1
unit, gudang 2 unit, laboratorium untuk kultur murni fitoplankton satu unit, ruang
14
blower 1 unit. Bak tandon air laut volume 100 ton sebanyak 2 unit, bak kultur
8 unit. Ruang pompa dan pompa water intake darilaut sebanyak 2 unit. Ruang
pompa dan pompa distribusi air dari bak tandon sebanyak 2 unit. Tandon tower air
15
Gedung ini dibangun pada tahun 2005, yang merupakan tempat
pengamatan TKG nya, serta tempat pemeliharaan induk hasil pembenihan dari
alam. Selain itu gedung ini dilengkapi bak beton dengan volume 3 ton.
A B
Tambak produksi calon induk digunakan untuk produksi calon induk udang
windu serta litbang pematangan induk secara outdoor. Tambak calon induk terdiri
dari petak tandon air bersih dari limbah serta tambak pemeliharaan calon induk
Sumber air diperoleh dari teluk Awerrange baik untuk keperluan tambak
16
air dilakukan dengan menggunakan bak saringan pasir gravitasi kemudian
ditampung ke bak reservoir kapasitas 400 ton dan dialirkan ke tower sebelum di
ton untuk digunakan ke petakan tambak udang. Untuk mendukung pengelolaan air
sumber, IPUW dilengkapi dengan beberapa fasilitas, antara lain: set pemompaan,
A B
17
Gambar 2.11 Karamba Jaring Apung
Lokasi karamba jaring apung ini bertempat di teluk Awerrange, yang di buat
dan dirancang pada tahun 2002 dan juga berdekatan langsung dengan Instalasi
Pembenihan Udang Windu (IPUW) Barru. Jenis ikan yang dibudidayakan dilokasi
ini yaitu ikan beronang (Siganus guttatus), adapun satu petak KJA terdiri dari 10
jaring atau waring, jankar yang umum dipakai setiap petaknya yaitu 4 jangkar,
transportasi yang digunakan ke lokasi KJA yaitu perahu dan KJA juga disertai
tersebut, antara lain: kantor administrasi, rumah jaga, dormitory, rumah peneliti
A B
C D
18
Gambar 2.12 A. Kantor, B. Dormitory, C. Rumah Peneliti, D. Lapangan
peneliti yang terkait dengan pembenihan udang windu dari aspek produksi larva
sampai dengan produksi calon induk. Berdasarkan fasilitas yang ada, maka
produksi larva unggul SPF di tergetkan sebanyak 20 juta pertahun dan calon induk
5.000 ekor per tahun. Hasil uji coba pemanfaatan IPUW dalam kurun waktu 2012-
untuk produksi calon induk masih terbatas penggunaanya untuk litbang pakan
resikulasi indoor, serta karakterisasi calon induk udang windu. Keunggulan larva
udang windu yang dihasilkan adalah telah dijamin bebas penyakit (SPF) melalui
analisis PCR, dan telah melalui uji coba morfologi serta uji vitalitas larva.
Peningkatan mutu genetik udang windu juga telah dirintis dengan target
perakitan strain unggul udang windu dengan karakter tumbuh cepat (TC) dan
windu TC. Perakitan strain udang windu TP diawali dengan kajian dasar meliputi
isolasi dan karakterisasi gen tahan penyakit, pembuatan kontruksi gen, metode
transfer gen, ekspresi gen, dan karakteristik larva dan calon induk udang windu
19
TP. Kegiatan tersebut dilakukan dengan kerja sama Riset Institusi Pertanian
A. Tata Tertib
2. Memberi salam pada waktu datang dan mohon diri pada waktu pulang.
B. Sanksi
1. Peringantan lisan.
pihak instalasi.
20
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1.1. Klasifikasi
Phylum :Bacillariophyta
Ordo :Bacillariales
Subordo :Coscinodiscinae
Genus :Skeletonema
21
3.1.2. Morfologi
sel sekitar 12 - 15 mikron. Akan, tetapi alga ini dapat membentuk urutan rantai
yang terdiri dari beberapa sel. Sel berbentuk seperti kotak dengan sitoplasma yang
memenuhi sel dan tidak memiliki alat gerak, akan tetapi memiliki dinding sel
yang unik karena terdiri dari dua bagian yang bertindih yang disebut (flustula)
yang terbuat dari silikat, bagian katub atas disebut epiteka dan kutup bawah
disebut hipoteka. Pada bagian epiteka terdiri dari komponen epivaf dan
episingulum dan pada bagian hipoteka terdiri dari komponen hipovaf dan
hiposingulum.
dikelompokkan sebagai plankton, nekton, bentos, perifitin dan neuston. Semua ini
didalam perairan akan membentuk suatu rantai makanan dan jaringan makanan.
mulanya terjadi dari bahan organik, yang kemudian dijadikan sumber makanan
menghanyut atau berenang lemah, artinya mereka tidak melawan arus. Di alam
zooplankton. Oleh karena itu dalam pemeliharaan larva perlu di pilih jenis yang
22
paling sesuai dan baik untuk makanan larva udang tersebut. Untuk keperluan ini
maka jenis plankton tersebut harus dipelihara dalam bak tersendiri. Dalam
pemeliharaan larva udang selain pakan alami juga pakan buatan sangat berperan
costatum dimulai pada stadia naupli sampai mysis. Ada beberapa faktor yang
itu termasuk kategori pakan alami yang memenuhi syarat, diantaranya adalah:
4. Isi sel padat dan mempunyai dinding sel tipis sehingga mudah dicerna.
ditangkap.
untuk mencapai produksi yang dibutuhkan secara tetap dan kontinyu. Dengan
melihat pola pertumbuhan tersebut maka dapat diketahui waktu yang tepat untuk
melakukan pemanenan, baik yang akan diberikan ke larva sebagai pakan alami
23
............ Secara umum pola pertumbuhan Skeletonema costatum digambarkan
sebagai berikut:
Keterangan Gambar :
Tahap I : Tahap Induksi, pada tahap ini bibit masih beradaptasi dengan
Tahap II : Tahap Eksponental, tahap ini ditandai dengan pembelahan sel yang
sangat cepat.
Tahap III : Tahap Linier, tahap ini ditandai dengan laju pertumbuhan sel yang
mulai menurun.
Tahap IV : Tahap Stasioner, pada tahap ini ditandai dengan laju pertumbuhan sel
24
Tahap V : Tahap Kematian, pada tahap ini ditandai dengan laju kematian yang
Mulani (1990) cara mempertahankan kultur agar tetap eksponental antara lain :
Memindahkan bibit yang masih dalam tahap eksponental ke dalam skala yang
Memelihara kultur dalam volume yang besar dan dipanen secara berkala, dan
A. Cahaya
adalah 500-12.000 lux. Apabila lebih dari 12.000 lux maka pertumbuhannya akan
menurun.
B. Salinitas
antara 15-34 ppt dan optimalnya adalah 25-29 ppt. Karena jenis ini kebanyakan
25
hidup di sekitar permukaan pantai dengan perairan bersifat payau dimana
salinitasnya tidak terlalu tinggi. Salinitas yang terlalu tinggi atau rendah akan
C. Suhu
Suhu yang bisa ditoleransi oleh Skeletonema costatum berkisar 3-34 oC,
o
sedangkan suhu optimalnya 25-27 C. Apabila suhu terlalu rendah maka
pertumbuhannya akan lambat dan selnya akan kecil-kecil. Bila suhu terlalu tinggi
maka selnya akan hancur. Alternatif apabila suhu terlalu rendah maka peningkatan
suhu dengan cara pemasangan lampu TL di atas permukaan media serta menutup
ruangan agar suhu media meningkat. Sedangkan kalau suhu media terlalu tinggi
jendela.
D. Instalasi Aerasi
stratifikasi suhu pada air media serta pupuk yang diberikan bisa diterima secara
pemasukan oksigen sebaiknya tidak terlalu besar, karena apabila aerasi terlalu
besar maka akan memutuskan filament pada sel sehingga Skeletonema costatum
akan hancur.
26
E. Nutrient
yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar seperti nitrogen, fosfat, dan
kadar kecil yang biasanya terdiri dari bahan organik dan non organik
Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan kurang lebih 3 bulan yaitu sejak
Desa : Lawallu
Kabupaten : Barru
27
3.2.2.Alat dan Bahan
dilakukan di Instalasi Udang Windu (IPUW) Barru, ini ada beberapa peralatan
dan bahan yang difasilitasi langsung oleh pihak instalasi guna untuk menunjang
yang mencukupi. Adapun alat dan bahan yang digunakan selama proses kultur
N
ALAT FUNGSI
O
28
Tabel 3.1 Alat-alat yang digunakan dalam Kultur
N
BAHAN FUNGSI
O
29
dimana cahaya matahari dapat diperoleh secara langsung oleh organisme tersebut,
hal ini sesuai dengan Kordi (2010) yang mengatakan bahwa bak untuk kultur alga
dan pakan alami dapat ditempatkan diluar ruangan sehingga kultur alga juga dapat
memanfaatkan sinar matahari. Sinar matahari sangat berperan penting bagi pakan
alami untuk berfotosintesis, bak yang digunakan dalam proses kultur adalah bak
A. Pencucian Bak
dinding dan dasar bak hingga bersih, selanjutnya dibilas dengan menggunakan air
payau dengan cara menyemprotkan air pada dasar dan dinding bak hingga
dipastikan bak tersebut benar-benar bersih, hal ini bertujuan untuk menghilangkan
sisa organisme yang ada dalam bak yang dapat menghambat pertumbuhan
Skeletonema costatum.
30
Gambar 3.3 Pencucian Bak Fiber 1 Ton dan Bak Beton 10 Ton
B. Pengeringan Bak
Bak yang sudah dibersihkan dibiarkan terlebih dulu agar terkena sinar
matahari sampai dasar dan dinding bak kering. Pengeringan ini juga bertujuan
untuk membunuh organisme lain penyebab kontaminan yang ada pada media
C. Pengisian Air
digunakan dalam kultur Skeletonema costatum yaitu air laut dan air tawar. Air laut
31
ditampung dalam bak reservoir, selanjutnya air yang dialirkan kedalam bak
disaring lagi dengan menggunakan filter bag, tujuan penyaringan tersebut agar
kotoran dan partikel-partikel laut dapat tersaring. Sedangkan air tawar disaring
menggunakan mesin pompa air dan di saring menggunakan filter bag, penggunaan
air tawar ini bertujuan untuk menurunkan salinitas air laut, hingga salinitas air
Clorine ini berfungsi untuk mensterilkan air yang akan digunakan sebagai
media kultur, setiap ton air diberikan larutan clorine sebanyak 100 ml. Larutan ini
digunakan sebagai media, setelah itu didiamkan selama 24 jam agar larutan
32
Gambar 3.6 Pemberian Larutan Clorine
menetralkan air, Setelah itu untuk memastikan netral tidaknya air dapat dilakukan
berwarna kuning itu artinya belum netral sedangkan jika airnya berwarna jenih
33
Gambar 3.7 A. Pemberian Tiosulfat B. Penggunaan Clorine Test
pada Skeletonema costatum, pupuk yang diberikan berupa pupuk Silikat, Trace
Metal dan Nitrat/Phospat, jumlah masing – masing pupuk yang diberikan adalah
gelas ukur secara terpisah kemudian dimasukkan kedalam wadah yang akan
komposisi bahan yang akan digunakan harus sesuai dengan dosis yang telah
34
ditentukan dan alat yang akan digunakan harus dalam keadaan steril, guna
N ALAT BAHAN
O
Prosedur Kerja:
a. Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu.
c. Selanjutnya masukkan silikat murni yang telah ditimbang kedalam gelas ukur
35
d. Tambahkan aquadest kedalam gelas ukur yang berisikan silikat murni
secukupnya.
stik pengaduk.
ALAT BAHAN
36
Timbangan Stok Primer : 50 ml
Kobalt : 10 gr/l
Wadah penyimpanan Pupuk Copper : 8,18 gr/l
Zinksulpate : 22 gr/l
Mangan : 180 gr/l
Sodium : 6,30 gr/l
Prosedur Kerja
c. Masukkan bahan yang telah ditimbang kedalam wadah gelas ukur secara
terpisah.
stik pengaduk.
ml.
mencapai 10 liter.
37
Gambar 3.10 Proses Pembuatan Pupuk Trace metal
3.4.3. Nitrat/Phosfat
NO ALAT BAHAN
Prosedur Kerja:
b. Pastikan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam keadaan steril
f. Kemudian timbang lagi bahan berupa natrium phospat sebanyak 2,5 kg.
38
g. Tambahkan aquadest secukupnya kemudian diaduk sampai larut.
10 liter.
Setelah air yang ada didalam wadah benar-benar netral selanjutnya bibit
masukkan kedalam media kultur sebanyak 2 carboy dimana setiap corboy tersebut
pemasukan oksigen dan pengadukan media agar tidak terjadi stratifikasi suhu
39
Waktu pembudidayaan Skeletonema costatum di bak fiber ini berlangsung
selama 24 jam dan selanjutnya dipindahkan ke kultur dengan volume yang lebih
beton yang memiliki volume lebih besar, tujuan dari pemindahan ini adalah untuk
pada proses kultur, tahap eksponental merupakan tahap dimana pertumbuhan dan
perkembangan sel sangat pesat. Setelah itu dilakukan penambahan air laut dan
juga air tawar dengan mengunakan alat penyaring berupa filter bag dengan
salinitas air yang dibutuhkan sekitar 25-29 ppt kemudian diikuti dengan
40
Gambar 3.13 Proses Pemindahan dan Pemberian Pupuk
3.7. Pemanenan
Pada kultur massal Skeletonema costatum yang telah berumur 2-3 hari siap
dipanen untuk diberikan pada larva udang atau pada post larva (PL), pemanenan
dapat dilakukan jika media kultur terlihat padat, atau warna airnya berubah
dilakukkan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan selang. Ada pun cara
atau teknik dalam pemanenan yaitu menggunakan selang spiral ynag dihubungkan
kedalam mulut kantong saringan atau plankton net lalu ikat dengan kuat mulut
41
tertampung pada saringan planktonet tidak tumpah keluar pada saat proses
padat. Setelah padat karet dilepas kemudian isi planktonet dimasukkan kedalam
wadah dan diberikan pada larva udang windu. Pendistribusian ke bak larva
42
(sel/ml) = (sel kotak a) + (sel kotak b) + (sel kotak c) +…+…× 1000
Salinitas = 27 – 29 ppt
Suhu = 25 – 27 oc
pH = 7,5
NO JUMLA H
VOLUME H ASIL
1
Carboy 900 + 916 + 912 + 973 + 992 x 1000
5
20 liter 938,600 sel/ml
2 Bak Fiber
770 + 767 + 745 + 710 + 788 x 1000
1Ton 5
756,000 sel/ml
66
3 Bak Beton 7 + 637 + 747 + 510 + 788 x 1000 669,800 sel/ml
10 Ton 5
43
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
jenis pakan alami yang sangat memunuhi syarat dikarenakan memiliki ukuran
yang sangat sesuai dengan bukaan mulut larva, mudah diproduksi serta memiliki
kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Kunci keberhasilan kultur adalah dengan
4.2. SARAN
Setiap orang yang akan melakukan kultur harus mengikuti prosedur kerja
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN GAMBAR
46
Gambar Peralatan Pembuatan Pupuk dan Refraktometer
47
Gambar Pupuk dan Stok Primer
48
Gambar Pencucian Bak Fiber dan Beton
G
ambar Pengisian Air pada Bak Fiber dan Penambahan Air Bak Beton
49
Gambar Air yang Netral dan Tidak Netral
50
Gambar Pemberian Pupuk
G
ambar Penambahan Air
51
G
ambar Pencucian Plankton Net dan Filter Bag
52