LAPORAN
Oleh:
i
HALAMAN PERSETUJUAN
NIT : 20.3.12.127
Karya Ilmiah Praktik Akhir Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Dan
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan
Program Studi Teknik Budidaya Perikanan
Politeknik Lelautan Dan Perikanan Siduarjo
Tahun Akademik 2022/2023
Menyetujui :
Mengetahui :
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Siduarjo
ii
Telah Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji
Ujian Akhir Program Studi Diploma III
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Siduarjo
Dan Dinyatakan LULUS
Tim Penguji :
Penguji I Penguji II
Mengetahui :
Lusiana BR Ritonga,S.Pi.,M.P
NIP.19920330 201801 2 000
iii
RINGKASAN
Ikan Baung (hemibagrus nemurus) merupakan salah satu spesies ikan air
tawar endemisitas dari suku Bagridae yang banyak dijumpai diperairan sungai
pulau sumatra, jawa dan kaimantan. Meskipun ikan ini susah untuk dibudidayakan,
ikan ini sangat digemari oleh masyarakat sekitar wilayah pekanbaru. Sehingga ikan
ini telah menarik perhatian pembudidaya untuk melakukan kegiatan budidaya ikan
baung. Hal ini dikarenakan Ikan Baung (hemibagrus nemurus) merupakan ikan
endemik yang terdapat di Provinsi Riau, sehingga memiliki permintaan pasar yang
cukup tinggi (Tang,2000).
Adapun maksud dari Karya Ilmiah Praktik Akhir adalah agar penulis
mendalami ilmu tentang Teknik Pembenihan Ikan Baung (hemibagrus nemurus) di
Unit Pelaksanaan Teknik Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan Lokal (BBIL)
Bangkinang Dinas Perikanan Kabupaten Kampar. Dengan tujuan akhir dari KIPA
ini yaitu (1) Mampu melakukan teknik pembenihan ikan baung (hemibagrus
nemurus), (2) Mampu menghitung kelayakan usaha pada teknik pembenihan ikan
baung (hemibagrus nemurus). Karya ilmiah praktik akhir ini dilaksanakan di di Unit
Pelaksanaa Teknik Daerah (UPTD) Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Bangkinang
Provinsi Riau mulai tanggal 1 Maret 2023 sampai dengan 31 Mei 2023.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan karya ilmiah praktik akhir (KIPA)
ini adalah metode survei. Sedangkan sumber data yang dikumpulkan dalam
pelaksanaan KIPA ini adalah data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara, partisipasi aktif, studi
pustaka/literatur, dan kumentasi. Sedangkan metode pengolahan data yang
dilakukan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Untuk mengetahui data dalam Teknik
Pembenihan Ikan Baung (hemibagrus nemurus) menggunakan analisis data.
Balai Benh Ikan Lokal (BBIL) Dinas Perikanan Kabupaten Kampar Jalan
Prof.Yamin Sh No.59, Bangkinang, Kampar, Provinsi Riau.
Tahapan dalam teknik pembenihan ikan baung (hemibagrus nemurus)
pertama yaitu pemeliharaan induk. Induk ikan baung dipelihara pada kolam semi
intensif yaitu kolam yang dindingnya terbuat dari beton/tembok dan bagian
dasarnya terbuat dari tanah dengan ukuran 15 X 10 M dengan kapasitas air 1 M.
Induk ikan baung diberi pakan pellet berukuran 1mm yaitu pellet HI-PRO-VITE 781-
1. Pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan buatan dengan perbandingan
induk 3 : 6 (tiga induk betina dan 6 induk jantan). Proses penyuntikan pada ikan
baung dilakukan sebanyak 3x (induk betina 2x penyuntikan), sedangkan induk
jantan dilakukan 1x penyuntikan yang bersamaan dengan penyuntikan ke-2 induk
betina. Pengeluaran telur (striping) dilakukan pada induk betina dengan cara
pengurutan pada perut dari arah kepala/dada ke bagian genital, sedangkan striping
juga dilakukan pada induk jantan untuk pengambilan spermanya. Pembuahan
pada telur ikan baung yaitu dengan mengaduk/mencampurkan cairan sperma dan
iv
larutan NaCl 0,9% yang diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Penetasan telur
ikan baung dilakukan didalam bak fiber ysng berukursn 200 x 100 x 80 cm dengan
kapasitas air 30 cm. Pemeliharaan larva dipelihara selama 10 hari didalam bak
fiber berukuran 2 x 1 M dengan kapasitas air 30 cm dengan kepadatan 10.000
ekor/l. Larva ikan baung diberi pakan alami berupa artemia dan pakan pellet PF-0.
Berdasarkan karya ilmiah praktik akhir dapat disimpulkan bahwa (1) teknik
pembenihan iakn baung (hemibagrus nemurus) meliputi pemeliharaan induk,
seleksi induk, pemijahan, penyuntikan, pengeluaran telur (striping), pembuahan,
penetasan telur, pemeliharaan larva, panen larva, penebaran larva, pemberian
pakan. Pada pembenihan ikan baung didapat jumlah telur 233.000 butir,
fertilization rate (FR) 80%%, Hatching rate (HR) 70%%, Survival rate (SR) 40%,
dan rendahnya tingkat kelangsungan hidup larva ikan baung selama melakukan
kerja praktik akhir di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Bangkinang dinas perikanan
kabupaten kampar yang disebabkan oleh rendahnya daya tahan tubuh pada larva,
(2) Analisis usaha pada pembenihan ikan baung didapatkana biaya operasional
Rp.87.707.000, pendapatan Rp.200.000.000, keuntungan Rp.335.750.000,
payback 1 tahun 6 bulan dan B/C Ratio kurang dari 1.
Saran yang disampaikan dalam karya ilmiah praktik akhir dalam melakukan
pembenihan ikan baung ada beberapa hal penting untuk diperhatiakan seperti
pemilihan lokasi, pemilihan induk, pengelolaan kualitas air, pemilihan pakan,
pengelolaan hama dan penyakit ikan, serta faktor lainnya yang berpengaruh pada
proses pembenihan yang harus diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik agar
hasil dari pembenihan ikan baung yang didapatkan mempunyai kualitas yang
sangat bangus, sehingga dapat meningkatkan harga jual. Ketersediaan pakan
alami harus tetap terjaga karena pakan alami sangat diperlukan untuk menunjang
pertumbuhan serta kelangsungan hidup larva.
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
RINGKASAN .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x
vii
BAB III METODOLOGI ................................................................... 21
3.1. Waktu Dan Tempat ................................................................. 21
3.2. Metode karya ilmiah praktik akhir ............................................ 21
3.3. Sumber Data........................................................................... 22
3.4.1. Data Primer ................................................................... 22
3.4.2. Data Sekunder .............................................................. 22
3.4. Metode Pengumpulan Data .................................................... 22
3.4.1. Metode Observasi ......................................................... 22
3.4.2. Metode Partisipasi Aktif ................................................. 22
3.4.3. Metode Wawancara ...................................................... 23
3.4.4. Metode Studi Literatur ................................................... 23
3.5. Pengolahan Data .................................................................... 23
3.6. Analisis Data ........................................................................... 23
3.6.1. Fekunditas .................................................................... 24
3.6.2. Tingkat Pertumbuhan (FR) ............................................ 24
3.6.2. Tingkat Penetasan (HR) ................................................ 24
3.6.3. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) ................................ 24
3.6.4. Input.............................................................................. 25
3.7. Output ..................................................................................... 26
3.8. Analisis Manfaat ..................................................................... 26
3.7.1. Keuntungan .................................................................. 26
3.7.2. Aliran Kas ..................................................................... 26
3.7.3. Waktu Pengembalian .................................................... 27
3.7.4. B/C Ratio ...................................................................... 27
viii
5.9.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan Larva ........................ 49
5.9.2. Pengapuran dan Pemupukan....................................... 59
5.9.3. Pengisian Air ............................................................... 51
5.9.4. Penebaran Larva ......................................................... 51
5.9.5. Pemberian Pakan ........................................................ 52
5.9.6. Pengelolaan Kualitas Air .............................................. 53
5.6.7. Panen........................................................................... 54
5.6.8. Packing ........................................................................ 55
5.7. Analisis Data ........................................................................... 55
KESIMPULAN .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
ix
DAFTAR TABEL
Isi Halaman
1. Kandungan Nutrisi Pakan Induk....................................................... 8
2. Pengelolaan Kualitas Air Induk ........................................................ 9
3. Pengelolaan Kualitas Air Larva ........................................................ 17
4. Kualitas Air Pada Induk.................................................................... 41
7. Ciri-Ciri Induk Matang Gonad........................................................... 42
8. Data Induk Siap Dipijahkan.............................................................. 43
9. Dosis Penyuntikan ........................................................................... 44
10. Sampling Penghitungan HR ........................................................... 48
13. Parameter Kualitas Air Larva ......................................................... 53
14. Biaya Investasi............................................................................... 55
15. Biaya Variabel ............................................................................... 56
16. Biaya Tetap/Produksi ..................................................................... 56
x
DAFTAR GAMBAR
Isi Halaman
1. Morfologi Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus) ................................. 5
2. Lokasi Kerja Praktik Akhir ................................................................ 21
3. Peta Wilayah Kabupaten Kampar .................................................... 28
4. Struktur Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Kampar ................ 35
5. Kolam Pemeliharaan Induk .............................................................. 35
6. Wadah Pemijahan ........................................................................... 36
7. Wadah Penetasan Telur Dan Pemeliharaan Larva .......................... 37
8. Wadah Kultur Pakan Alami .............................................................. 37
9. Sistem Suplai Oksigen ..................................................................... 38
10. Pemeliharaan induk ....................................................................... 39
11. Pemberian pakan Induk ................................................................. 39
12. Pemberokan Induk ......................................................................... 42
13. Perbedaan Induk............................................................................ 43
14. Ovaspace ...................................................................................... 44
15. Penyuntikan Induk Ikan.................................................................. 45
16. Striping (Pengeluaran Telur) .......................................................... 46
17. Penetasan Telur ............................................................................ 47
18. Larva ikan baung ........................................................................... 49
19. Persiapan wadah pengeringan Kolam Larva.................................. 49
20. Pengadukan Kapur ........................................................................ 50
21. Pengisian Air Kolam ...................................................................... 51
21. Penebaran Larva ........................................................................... 52
23. Pemberian Pakan .......................................................................... 52
24. Pengecekan Kualitas Air Larva ...................................................... 53
xi
I. PENDAHULUAN
Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) adalah salah satu jenis ikan air
tawar endemisitas yang berasal dari suku Bagridae yang banyak dijumpai di
merupakan ikan endemik di Provinsi Riau, ikan ini yang sangat digemari oleh
Produksi ikan baung di Riau pada tahun 2021 yaitu 957,41 ton dengan
mengkonsumsi ikan baung dengan berbagai jenis masakan menjadi hal yang
2018).
1
2
1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik Akhir ini adalah agar
secara alami di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Dinas Perikanan Kabupaten
1.2.1. Tujuan
Riau.
Masalah yang dibahas pada Karya ilmiah Praktek Akhir (KIPA) ini yaitu
kelangsungan hidup larva ikan baung yang dimulai dari persiapan kolam
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Toleostei
Orde : Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
tubuh ikan Baung panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan
punggung yang hampir sama dengan sirip dubur, terdapat garis gelap
memanjang di tengah dan biasanya terdapat sebuah titik hitam di ujung sirip
4
5
memasuki fase juvenile (definitif) ketika berumur 10 hari. Organ sirip, sungut
dan pigmentasi sudah lengkap dan pada saat tersebut bentuk tubuh larva
sudah seperti ikan Baung dewasa (Tang, 2000 dalam Suryandari, 2012).
Habitat ikan Baung adalah di sungai, danau, waduk dan rawa juga
terdapat di perairan payau dan muara sungai. Di Jawa Barat ikan Baung
banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup
Kurniasari, 2015).
berupa lubang di dasar perairan dengan aliran air yang tenang. Ikan Baung
6
tergolong hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Ikan baung menyukai
lokasi yang tersembunyi dan tidak aktif keluar sarang sebelum hari petang.
Setelah hari gelap, ikan Baung akan keluar dengan cepat untuk mencari
mangsa tetapi tetap berada di sekitar sarang dan segera akan masuk ke
sarang bila ada gangguan. Daerah penyebaran ikan Baung adalah kawasan
tropis yang meliputi Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur. Daerah
(overlap) yang disebabkan oleh keadaan habitat ikan itu hidup. Ada
makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor fisik yang
perairan.
produksi induk ikan baung melalui pemijahan dengan dosis GnRH-a yang
Tawar, Cijeruk, Bogor pada bulan November 2017. Induk betina ikan baung
yang digunakan berukuran 465,0 ± 71,8 g; dan induk jantan 426,3 ± 46,8 g.
yang berbeda pada induk betina (0,3; 0,5; dan 0,7 mL/kg bobot badan), dan
ikan jantan dengan dosis 0,4 mL/kg bobot badan. Masing-masing perlakuan
terdiri atas tiga ekor induk betina sebagai ulangan. Hormon disuntikkan
secara intramuskular, diberikan dua kali penyuntikan 35% dari dosis total
derajat penetasan, dan sintasan larva selama tujuh hari. Hasil penelitian
penetasan yang lebih tinggi dibandingkan dosis 0,3 dan 0,7 mL/kg; serta
sintasan larva yang lebih baik dibandingkan dosis 0,7 mL/kg. Sedangkan nilai
jumlah telur yang berhasil ovulasi dan derajat pembuahan yang relatif lebih
kadar oksigen terlarut dalam air. Selama pemeliharaan induk ikan diberi
sebanyak 3-5 % dari total biomasa dengan frekuensi pemberian pakan 1 kali
lemak 5%, serat 8%, kadar air 13%, dan kadar abu 12%. Pemberian pakan
Nutrisi Kadar
Protein 31%
Lemak 5%
Serat 8%
Kadar air 13%
Kadar abu 12%
Sumber : BBIL Bangkinang
hidup larva ikan baung. Hasil ini memberikan harapan bagi kegiatan
pada media air yang bersalinitas 1 ppt. Untuk mendapatkan salinitas 1 ppt
dilakukan dengan cara melarutkan 1 g garam dalam 1 liter air. Media yang
dibutuhkan dapat berupa air jernih maupun air hijau. Namun, hasilnya akan
lebih baik jika larva ikan baung tersebut dipelihara pada media air hijau.
multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan,
Kegiatan seleksi induk adalah memilih induk yang baik dan siap untuk
lemak yang ada pada tubuh induk ikan yang dapat mengganggu proses
keluarnya telur pada saat proses striping. Selain itu berfungsi juga untuk
10
pemberokan induk ikan tidak diberi makan atau dipuasakan selama 3 hari,
dengan cara : ikan jantan lubang genital agak memanjang dan terdapat
bagian yang meruncing kearah caudal, organ ini berperan sebagai alat bantu
betina, lubang genital bulat berwarna kemerahan bila ikan tersebut telah
ikan baung dapat dilihat dengan adanya bagian perut relatif membesar, ikan
betina yang matang gonad bila diurut perutnya telur yang dikeluarkannya
dan penyuntikan 2 dilakukan pada pukul 03.00 subuh. Waktu ovulasi terjadi
berkisaran antara 6-8 jam setelah penyuntikan ke II. Dosis hormon yang
digunakan yaitu 0,7 cc/kg induk ikan betina dan 0,5 cc/kg induk jantan.
11
Ikan baung termasuk ikan yang relatif baru untuk dipijahkan, untuk
hormon kepada calon induk. Ikan jantan dan ikan betina diseleksi dan
disimpan dalam bak atau kolam. Induk betina yang telah matang gonad
dapat dilihat dari bentuk perutnya yang relatif membesar dan permukaan
ekstrak kelanjar hypopisa pada bagian belakang sirip punggung kerah sirip
masing sebanyak 3 dosis dan 200 IU. Induk ikan baung yang sudah disuntik
induk betina yang telah siap memijah. Telur-telur yang sudah diurut
ditampung dibaskom dan dicampur dengan sperma induk antan yaitu untuk
pembelahan kemudian testes dicuci dari darah dan lemak yang melekat.
Telur yang sudah dicampur dengan sperma diaduk secara merata dengan
bulu ayam, dan kemudian ditebar dalam hapa 30 mm yang terletak dalam
aquarium atau bak tangki yang berisi air bersih. Suhu untuk penetasan telur
biasanya 26-30 oC. Telur yang sudah terbuahi akan menetas setelah 20-30
jam.
induk ikan dari arah kepala ke bagian genital. Apabila telur keluar,maka
induk siap untuk distriping dan kalau telur belum keluar, maka tunggu sekitar
dari arah kepala sampai lubang genital yang kemudian telur ditampung
berapa telur yang dikeluarkan induk saat striping dan mengetahui berapa
jumlah larva yang akan dihasilkan. Setelah pengurutan pada induk betina,
spermanya yang ditampung dengan wadah yang sudah berisi larutan NaCl
0,9%.
cangkangnya yang sering terjadi pada waktu yang sama dan dipengaruhi
penyakit, kualitas air dan sifat alami larva yang berenang secara aktif dan
tidak aktif. Selanjutnya larva berkembang, dimana saat menetas tidak ada
larva seperti bak, happa, inkubator besar, dan kolam kecil serta lingkungan
13
harus kaya oksigen, bersih, bebas dari predator, serta temperatur stabil
(Alawi,1995).
telur merupakan sumber nutrien dan energi utama bagi larva. Oleh karena
terbuat dari fiber). Larva berusia dua hari diberi pakan berupa pakan alami
yaitu artemia, dan pada usia tiga hari diberi pakan berupa Tubifek selama
10 hari, dosis pemberian pakan 0,5 % dari berat tubuh, dengan frekuensi
pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi, siang, sore hari.
terlalu tinggi. Cara penebaran adalah dengan memindahkan larva dari bak
pralarva dan tahap pasca larva. Pra larva merupakan tahap dari mulai
menetas hingga habisnya kuning telur, sedangakan pasca larva mulai dari
Pada stadia larva, baik morfologi, anatomi maupun fisiologi ikan masih
sangat sederhana. Tubuh larva masih terlihat transparant, sirip dada dan
sirip ekornya sudah terbentuk tetapi masih belum sempurna. Sirip hanya
berentuk tonolan, mulut dan rahang belum berkembang dan usus masih
mata, sirip dada, sirip ekor, dan sungut. Setelah 26 jam, mulut mulai
membuka dan umur 52 jam larva mulai makan dan pada saat tersebut
bukaan mulut mencapai 0,55 mm. Ketika umur 63.15-72 jam, kuning telur
telah habis sehingga pergerakan larva semakin aktif unuk mencari makanan.
adalah pemberian pakan yang cocok dan waktu pemberian makanan yang
tepat, sebab bukaan mulut larva sangat kecil; sistem pencemaannya masih
15
masih terbatas.
yang cocok bagi larva ikan baung. Namun, dewasa ini pakan yang lazim
diberikan pada larva stadia awal yang bukaan mulutnya besar adalah kutu
air (Daphnia sp. dan Moina sp.); makanan untuk larva yang bukaan mulutnya
lebar bukaan mulut dan panjang tubuh larva. Korelasi antara panjang dan
pakan alami (bukan pakan buatan). Pakan alami mengandung enzim yang
energi utama bagi larva selama periode endogenous feeding, yang dimulai
saat fertilisasi dan berakhir saat larva mulai memperoleh pakan dari luar.
Oleh karena itu, volume kuning telur, selain ukuran tubuh, dapat
Larva ikan baung mempunyai volume kuning telur yang besar (498
organ tubuh. Dengan demikian, larva ikan baung telah siap beradaptasi
dengan lingkungan dan pakan dari luar (exogenous feeding). Larva ikan ikan
saat kuning telur masih tersisa, sehingga di dalam tubuh larva terdapat dua
sumber energi, yaitu kuning telur (endogenous energy) dan pakan dari luar
(exogenous energy).
Hal ini sangat mendukung kondisi larva untuk melewati fase kritis.
Sebaliknya, jika saat kuning telur sudah habis dan larva belum dapat
tersebut dalam kondisi berbahaya untuk melewati fase kritis. Pada saat
Larva ikan baung berumur 1 - 5 hari dapat diberi pakan alami berupa
Artemia salina atau Moina sp. dengan kepadatan 1 – 2 ekor/ml. Pada saat
berumur 4 - 8 hari, larva ikan baung sudah dapat diberi cincangan cacing
Tubifex sp. dan Daphnia sp. Ketika berumur 7 hari, larva ikan baung dapat
Air merupakan media yang digunakan dalam budidaya ikan, maka air
Agar kelangsungan hidup ikan mencapai optimal, maka kondisi kualitas air
harus tetap terjaga Yuliartati (2011). Oleh karena itu, kualitas air perlu dalam
antara lain suhu, oksigen derajat keasaman (pH) Murti (2009). Agar
hidup larva ikan baung. Hasil ini memberikan harapan bagi kegiatan
pada media air yang bersalinitas 1 ppt. Untuk mendapatkan salinitas 1 ppt
dilakukan dengan cara melarutkan 1 g garam dalam 1 liter air. Media yang
dibutuhkan dapat berupa air jernih maupun air hijau. Namun, hasilnya akan
lebih baik jika larva ikan baung tersebut dipelihara pada media air hijau.
multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan,
2.7.6. Panen
kedalam ember
dipindahkan ke waring
terutama lalu lintas uang yang terjadi selama kegiatan usaha diperlukan
BEP.
2.3.1. Investasi
2.3.2. Pendapatan
dengan harga per unit produksi. Menurut NEA (2000) adalah hasil dari
Masri, 2015).
(Sidauut et.al.,2015).
20
B/C Ratio adalah hasil dari perhitungan jumlah pendapatan dan biaya
produksi, nilai B/C Ratio lebih besar dari pada satu maka usaha tersebut
sebuah proyek.
III. METODOLOGI
Maret 2023 sampai tanggal 31 Mei 2023 bertempat di UPTD Balai Benih Ikan
Lokasi Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Metode yang digunakan dalam karya ilmiah praktik akhir ini adalah
metode survey dengan cara mengikuti secra langsung seluruh kegiatan yang
(hemibagrus nemurus).
Data Primer adalah data yang dikumpulkan dari hasil wawancara dan
atau SOP yang dijalankan, sarana prasarana yang dimiliki dan sumber daya
a. Metode Observasi
c. Metode Wawancara
serta di simpulkan. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Data kualitatif adalah data yang di sajikan dalam bentuk data verbal
b. Data Kuantitatif adalah jenis data yang diukur atau dihitung secara
1996).
3.6.1. Fekunditas
yang hidup dan jumlah ikan pada akhir penelitian (Effendie,1997 dalam
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
SR = 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑤𝑎𝑙
3.6.5. Input
Menurut Fitz Geraid (2002) adalah sebuah bentuk proses yang dilakukan
pada kegiatan ekonomi, yang mana hasilnya akan menjadi sebuah laporan
a. Investasi
dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pasa saat ini, dengan tujuan
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh tingkat
operasi pada periode waktu tertentu. Biaya ini harus dikeluarkan sesuai
produksi yang dilakukan. Biaya variabel adalah biaya yang habis dalam
26
aktivitas.
volume/banyaknya.
a. Keuntungan (Benefit)
Apabila beban lebih besar dari pendapatan selisihnya disebut rugi. Laba/rugi
Aliran kas adalah sejumlah uang kas yang digunakan untuk keperluan
yang terdiri dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Menurut PSAK No.2
(2002:5) aliran kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
dengan menggunkan aliran kas masuk yang diperoleh, layak tidaknya suatu
cash investment).
𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊
PP = 𝒙 𝟏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏
𝑪𝒂𝒔𝒉 𝑭𝒍𝒐𝒘
d. B/C Ratio
𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕
B/C Ratio =
𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕
IV. KEADAAN UMUM
terhitung dari tanggal s/d 31 mei 2023 bertempat di UPTD Balai Benih Ikan
sumatra barat
kabupaten siak.
28
29
sebagai Cabang Dinas dari Dinas Perikanan Darat Provinsi Daerah Tingkat
pemeliharaan ikan air tawar didalam kolam, dan penyuluhan tata cara
membangun kolam.
Adapun sebutan untuk Dinas Perikanan pada masa itu adalah Dinas
Bertitik tolak dari peraturan Daerah Provinsi Dati I Riau No.02 tahun
No.09 tahun 1989 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja
Dinas Perikanan Dati II Kampar, serta dilantik pada Bapak Basri Bagian
tahun 1989 ke perda No.15 tahun 1999. Dan untuk kepala Dinas Perikanan
Kabupaten Dati II Kampar, masih dijabat oleh Bapak Ir. Ilyas Syamsuddin
Bertalian dengan hal tersebut diatur, maka struktur organisasi dari tata
dan tata kerja Dinas Perikanan Kabupaten Kampar yang sekaligus eselonny
kepala Dinas berubah dari eselon III.A menjadi eselon II.B sedangkan
31
tentang Organisasi perangkat daerah maka struktur organsasi dan tata kerja
oleh Ir. Ali Zabar. Selanjutnya pada akhir tahun 2012 Kepala Dinas
Perikanan Kabupaten Kampar dijabat oleh Ir. Usman Amin dan pada Tahun
yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
Fungsi
dan fungsinya.
4.4.1. Visi
4.4.2. Misi
sarana dan prasarana olah raga dan peran serta pemuda dalam
pembangunan.
Susunan Organisasi, Tugas dan fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perikanan
tugasnya;
berikut :
1. Kepala Dinas;
pemeliharaan ikan baung tidak dapat berjalan. Fasilitas utama pada larva,
ketinggian air 1 M.
36
mencegah ikan keluar selama proses terjadi yang dilengkapi dengan saluran
bak fiber dengan ukuran 200 x 100 x 80 cm yang diberi aerasi sebanyak 2
yang sama.
37
4.6.3. Hatchery
Kabupaten Kampar induk ikan baung yang digunakan berasal dari alam dan
kualitas baik untuk dipijahkan agar menghasil kan benih yang bagus dan
berkualitas budidaya ikan air tawar dengan kepadatan 1 ekor/m2 yaitu luas
kolam dibagi dengan padat tebar. Jumlah induk ikan yang dipelihara
sebanyak 150 ekor yang terdiri dari 80 induk betina dan induk jantan 70 ekor.
Dengan rata-rata berat induk jantan 1,5 kg dengan panjang 60 cm, dan rata-
Gambar 10. Pemeliharaan induk (a) induk inkan baung, (b) klam
pemeliharaan induk
Sumber : Dokumentasi pribadi 2023
39
40
Pemberian pakan Induk ikan baung di UPTD Balai Benih Ikan Lokal
disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan pellet diberikan pada pagi
hari sekitar pukul 07.30 WIB dan sore hari sekitar pukul 17.00 WIB. Banyak
kadar air, 12% kadar abu. Pakan ini dibuat dari bahan berkualitas tinggi dan
= 3,37 kg
Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu dan ph. Adapun hasil
cara menebarkan garam dapur sebanyak 200 gram/m setiap 10 hari selama
Seleksi induk dilakukan untuk memilih induk ikan baung yang sudag
siap untuk dipijahkan.seleksi induk dilakukan pada pagi hari, sebelum itu
induk ikan tidak diberi makan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
fases saat seleksi. Induk ikan baung uang siap untuk dipijahkan memiliki fisik
yang sehat dan beumur 1,5 tahun untuk induk ikan betina dan 1 tahun untuk
belakang kolam.
ember/karung agar ikan tidak melawan saat dipindahkan. Pada induk betina
memiliki lubang genital memerah dan induk jantan memiliki papilla melebihi
sirip anal dan berwarna merah dibagian ujungnya. Pengambilan sampel telur
dilakukan proses kanulasi dengan alat bantu kateter. Sampel telur yang
yang sama/seragam.
No Jantan Betina
1. Gerakan lincah dan gesit Perut membesar ke arah anus
2. Keluar cairan sperma berwarna Keluar beberapa butiran telur
putih susu dan kental jika diurut berbentuk bundar dan berukuran
ke arah anus. seragam bila diteter
3. Alat kelamin membengkak Genital membengkak dan
berwarna kemerahan berwarna merah tua
4. Kulit perut lembek dan tipis Perut terasa empuk dan halus
saat diraba
5. Berat 1,5 kg / ekor (1 tahun) Berat 1,5 kg / ekor (1 tahun)
43
(a) (b)
Gambar 13. Seleksi induk (a) induk betina, (b) induk jantan
Sumber : dokumentasi pribadi (2023)
hormon yang akan digunakan pada saat penyuntikan hormon tidak tertukar.
5.6. Pemijahan
metode striping yang diawali dengan penyuntikan hormon. Induk yang siap
manfaat untuk membantu pproses pengeluaran telur pada ikan betina , serta
induk ikan baung yang digunakan adalah 3 induk betina dan 6 induk jantan.
dalam otot yang dilakukan pada belakang sirip dengan kemiringan 450. Pada
induk betina menggunakan dosis 0,5 ml/kg dengan dua kali penyuntikan.
Interval waktu penyuntikan pertama 8 jam, suntik pertama sebanyak 1/3 dari
total dosis dan suntikan kedua 2/3 dari dosis total. Induk jantan disuntik
dengan dosis 0,2 ml/kg pada saat penyuntikan kedua induk betina. Proses
triyana,2011).
45
Setelah itu induk betina dan jantan yang sudah disuntik dimasukan
dalam bak pemijahan berupa bak fiber yang telah dilengkapi dengan aerasi
genital induk betina, jika erut ditekan sedikit kemudian telur keluar dan
proses stripping dapat segera dilakukan. Jika penekanan hanya kelur urin,
dilakukan dengan cara memijit bagian perut (dari sirip ventral ke arah sirip
striping seperti pengambilan telur pada induk betina, sperma yang dihasikan
dua induk jantan dapat digunakan untuk membuahi telur dari satu induk
dan diaduk menggunakan bulu ayam. Kemudian telur yang sudah distriping
ditebar kedalam bak fiber yang sudah disiapkan. Telur yang terdapat dalam
itu telur diambil menggunakan serok kecil (halus) dan dilakukan perhitungan
menggunakan sendok susu sgm dan didalam sendok tersebut berapa butir
sperma dan telur sudah siap disatukan. Wadah pencampuran telur dan
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 16. Striping induk (a) Striping Induk Jantan, (b) Striping Induk Betina,
(c) Pemberian air mineral, (d) Pemberian larutan NaCl 0,9% dan Sperma
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2023)
dalam satua persen. FR dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah telur
jumlah volume air pada bak fiber, sebelum dihitung jumlah telur terbuahi
60.000 sampai 80.000 butir per kg induk. Sampel pada pemijahan ikan
baung terdapat 233.000 butir telur, yang dibuahi hanya 188.000 butir, dan
yang tidak terbuahi 45.000 butir dengan FR sebesar 80%. FR ini dihitung
dibersihkan dengan menyikat bagian dalam bak dan dibersihkan dengan air.
Bak yang telah bersih diisi air dan dilengkapi dengan aerasi untuk
menggumpal.
(a) (b)
48
(c) (d)
Gambar 17. Penetasan telur (a)Penebaran Telur (Menggunakan Bulu
Ayam), (b) Penebaran telur, (c)Panen larva
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2023)
telur dalam bak. Telur dalam wadah plastik ditebar ke dalam bak penetasan
menggunakan bulu ayam. Telur yang dibuahi akan menetas menjadi larva
rumus.
dengan ketinggian air 80 cm yang dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet.
Larva ikan baung yang baru menetas memiliki panjang total berkisar 5-8 mm.
Kapur yang digunakan yaitu kapur pertanian atau kapur tohor dengan dosis
kapur dengan ditambahkan air hingga kapur berwarna putih dan ditebar
kadar posfat yang berasal dari pupuk akan berdaya guna sehingga plankton
bisa selalu tumbuh karena posfat tersedia dalam jumlah yang cukup.
Luas kolam = p x l
= 48 x 25
= 1.200
budidaya. Dengan begitu, persedian pakan alami dialam kolam akan terjaga.
pupuk yang digunakan dalam 1 kolam 3,7 kg. Pupuk dicampur secara
Sumber air yang digunakan berasal dari sungai stanum melalui aliran
beton. Pengisian air dilakukan dengan mengalirkan air dari saluran inlet
yang menggunakan pipa air agar masuk kedalam kolam. Kemudian kolam
tinggi air 80 cm dengan padat tebar ikan baung sekitar 100 ribu ekor.
Penebaran Larva dilakukan pada pagi hari agar mengurangi tingkat stres
pada larva. Larva yang ditebar adalah larva yang didalam bak fiber yang
52
kolam yang sudah disiapkan. Sebe lum larva ditebar, lakukan aklimatisasi.
(a) (b)
Gambar 22. Penebaran larva (a) Penebaran Larva, (b) Larva Ikan Baung
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2023)
Pakan alami diberikan secara bertahap, yaitu dimulai pada saat kuning
telur akan habis pada hari ke-2. Artemia diberikan pada larva umur 3 hari.
Frekuensi pemberian pakan 4x sehari atau 6 jam secara adlibitum. Pada hari
ke-5 pakan yang diberikan berupa pelet Pf 100 yang berbentuk butiran halus
kecil berwarna coklat tua dengan kandungan protein 40 sampai 42%, lemak
6%, serat kasar 3%, abu 12%, dan kadar air 10%.
Pemberian pakan dilakukan 3x sehari yaitu pada waktu pagi pukul 7.30
WIB, siang 12.00 WIB dan sore 17.00. jumlah pakan yang diberikan
Sumber air yang digunakan berasal dari sungai stanum melalui aliran
kualitas air dilakukan satu kali seminggu yaitu dengan mengukur suhu, DO.
berkisaran 24-25,5 C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2009), bahwa
kisaran suhu perairan tropis berkisar 28-32 C, sedangkan pada suhu 18-25
derajat celsius ikan baung masih bertahan hidup, namun nafs makan
54
mg/liter dan optimal adalah 5-6 ppm. Semakin tinggi suhu air media
5.9.7. Panen
hari. Benih yang dipanen adalah benih yang telah mencapai ukuran 3-4 cm.
pada pagi hari karena suhu tidak terlalu panas sehingga ikan akan merasa
kerjanya yaitu:
= 100/233 x 100%
= 0,4 x 100%
= 40%
55
5.9.8. Packing
sampai tujuan. Packing untuk benih ikan baung di UPTD BBIL Bangkinang
dengan menggunakan kantong plastik yang sudah diisi air dengan volume 5
liter dan dengan kepadatan 1.000 ekor beni/kantong dengan ukuran 3-4 cm
terikat kuat dan tidak bocor. Total keseluruhan benih yang di packing
a. Biaya Investasi
Biaya investasi dalam pembenihan ikan baung dapat dilihat pada tabek
berikut:
b. Biaya Variabel
suatu kegiatan budidaya ikan. Biaya variabel dalam pembenihan ikan baung
c. Biaya Tetap
d. Total biaya
= 78.856.000 + 8.671.000
= 87.527.000
e. Pendapatan
Hasil panen :
= 100.000 x 200
= 20.000.000
f. Keuntungan
= 20.000.000 – 87.527.000
= 335.750.000
g. Payback Periode
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
payback periode = 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 + 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
121.100.000
= 𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
4.790.000 + 335.750.000
= 1 Tahun 6 bulan
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏
h. B/C Ratio =
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂
20.000.000
= = 0,2
375.750.000
i. BEP
= 87.527.000 / 100.000
= 875.27
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
ikan baung ini didapat jumlah telur 233.000 butir, Fertilization rate (FR)
80%%, Hatching rate (HR) 70%, Dan Survival rate 40%. Rendahnya
yang disebabkan oleh rendahnya daya than tubuh pada ikan baung.
Rp. 335.750.000, payback Rp. 1 tahun 6 bulan dan B/C Ratio 0,2 maka
6.2. Saran
Dari hasil selama saya melakukan Kerja Praktik Akhir (KPA) di unit
dalam melakukan teknik pembenihan ikan baung ada beberapa hal penting
58
59
DAFTAR PUSTAKA
Boyd. C.E. 1982. Water Quality Management For Pond Fis Culture. Department
Of Fisheries and Allied Aquaculture. Aurburn University Alabama.
Agricultural Experiment Station. 318 page.
Haslam, S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and
Sons, Chichester. UK. 253 p
Handoyo, B., C. Setowibowo dan Y. Yustiran. 2010. Cara Mudah Budidaya dan
Peluang Bisnis Ikan Baung dan Jelawat. IPB Press.Bogor. 161 halaman.
Jangkaru, Z. 1974. Makanan Ikan. Lembaga Penelitian Perikanan Darat
(LPPD). Dirjen Perikanan Jakarta. 51 halaman
Kordi, M.G. H. K., dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. 195 halaman.
Kurnia, A. 2002. Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio Energi Protein
yang Berbeda Terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan
Baung. Tesis. Program Studi Ilmu Perairan. Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tang, U.M. (2003). Teknik Budidaya Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Unri
Press Pekanbaru. 47 hlm.
Lampiran 1
Lampiran 2
Bak penetasan