Anda di halaman 1dari 101

STUDI TENTANG PENGGUNAAN COLD STORAGE KAPASITAS

400 TON PADA BAHAN BAKU IKAN LAYANG (Decapterus spp)


DAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus Pelamis)
DI PT. DELTA MINA PERKASA KABUPATEN
SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR


PROGRAM STUDI MEKANISASI PERIKANAN

Oleh:

IMROTUL AZIZAH
20.2.02.010

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Studi Tentang Penggunaan Cold Storage Kapasitas 400 Ton Pada
Bahan Baku Ikan Layang (Decapterus spp) dan Ikan Cakalang
(Katsuwonus Pelamis) di PT. Delta Mina Perkasa Kab. Sidoarjo
Provinsi Jawa Timur

Nama : Imrotul Azizah

NIT : 20.2.02.010

Karya Ilmiah Praktik Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III
dan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan
Program Studi Mekanisasi Perikanan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Tahun Akademik 2022/2023
Menyetujui:

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Agus Widodo, S.Pi, MT Setyawan Dwi Nugroho, ST, MT


Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo

I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S. Pi., M. P.


NIP. 19650425 199303 1 002

ii
Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji
Ujian Akhir Program Diploma III
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
Dan Dinyatakan LULUS

Pada Tanggal:

Penyelesaian Revisi Tanggal:

Tim Penguji:

Penguji I Penguji II

Agus Widodo, S. Pi, MT. Setyawan Dwi Nugroho, ST, MT.


NIP. 19650815 198903 1005 NIP. 19810707 200604 1 004

Penguji III Penguji IV

Ahmad Jibril, ST. MT. Iman Mawardi, ST. MT.


NIP. 19870708 202012 1 001 NIP. 19870613 202012 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Mekanisasi Perikanan

Citra Zaskia Pratiwi, ST. MT.


NIP. 19920803 201902 2 010

iii
RINGKASAN

Cold Storage merupakan ruangan yang dirancang khusus untuk dapat


mempertahankan suhu suatu produk. Cold Storage ini dibuat bertujuan untuk
menyimpan dan memperlambat terjadinya pembusukan pada suatu produk khususnya
ikan segar. Dimana cold storage ini memiliki daya tampung sebesar 400 ton.
Perubahan suhu pada ikan beku mempengaruhi kalor sensible dan kalor laten.
Berdasarkan kasus yang terjadi maka pada Kerja Praktik Akhir ini penulis tertarik untuk
mengambil judul Studi Tentang Penggunaan Cold Storage Kapasita 400 ton pada
bahan baku ikan layang (Decapterus spp) dan ikan cakalang (Katsuwonus Pelamis) di
PT. Delta Mina Perkasa Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.
Maksud pelaksanaan KPA yaitu mempelajari mengenai pembekuan ikan
layang dan ikan cakalang, mengetahui kelayakan penggunaan cold storage, dan
mengetahui perhitungan COP (Coefficient Of Performance) pada cold storage dengan
tujuan akhir dari KPA ini yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
terkait dengan studi penggunaan cold storage kapasitas 400 ton pada bahan baku ikan
layang (Decapterus spp) dan ikan cakalang (Katsuwonus Pelamis) di PT. Delta Mina
Perkasa Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan
di PT. Delta Mina Perkasa Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur mulai tanggal 20
Maret sampai 20 Juni 2023.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktik Akhir (KPA) ini
adalah metode survey. Sedangkan sistem yang digunakan untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan adalah sistem magang. Sumber Data yang dikumpulkan
dalam pelaksanaan KPA ini adalah data primer dan data sekunder. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara,
sedangkan metode pengolahan data yang dilakukan yaitu editing dan tabulating. Untuk
mengetahui Teknik pengujian pembekuan ikan layang dan ikan layang serta untuk
menghitung COP (Coefficient Of Perfomance) ada cold storage yaitu dengan
menggunakan analisis kuantitatif.
PT. Delta Mina Perkasa terletak di Komplek Industri dan Pergudangan Sinar
Buduran II Blok A.40, Jalan Lingkar Timur No. 4, Prasungtani, Prasung, kecamatan
Buduran, kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61252. Berdasarkan hasil wawancara
bahwa pabrik tersebut memanfaatkan atau berbisnis dibidang persewaan cold storage
serta menjual belikan ikan beku kepada konsumen. Biaya sewa cold storage dihitung
perhari seharga 150 rupiah per kg nya.
Prinsip kerja cold storage ini adalah saat beroperasi, sistem refrigerasi
membutuhkan fluida yang disebut dengan refrigerant, refrigerant yang digunakan tipe
R22. Perpindahan kalor melalui refrigerant (kompresi, kondensasi, penurunan tekanan
di katup ekspansi, dan evaporator). Berikut juga cara pengoperasian cold storage yang
pertama, masuknya refrigerant ke kompresor (gas suhu rendah menjadi tinggi). Kedua,
dialirkan ke kondensor (proses pengembunan) perubahan dari gas menjadi cair, lalu
menampung cairan ke liquid receiver (hasil kondensasi) yang dialirkan ke katup
ekspansi (penguapan) perubahan cair ke gas, ini mempengaruhi suhu rendah dan
tekanan rendah. Terakhir, evaporator menyerap panas didalam cold storage lalu
menurunkan tekanan dan menghembuskan udara dingin hasil dari serapan panas
didalam cold storage tadi. Hasil panas yang telah di kompres dibuang melewati
kondensor, maka seperti itulah cara kerja mesin cold storage.

iv
Spesifikasi kompresor bitzer tipe 6H_35.2 yang digunakan di PT. Delta Mina
Perkasa yaitu; Max. Pressure (LP/HP) 19/28 bar, Displacement (1450 RPM 50 Hz)
menghasilkan 110 m2/h dan Displacement (1750 RPM 60 Hz) menghasilkan 133,4
m2/h, Motor Voltage 380 – 420V. Max. Power Input 37,4 kW. Dan spesifikasi pada
kompresor bitzer tipe 6FE_50_40P yaitu; Max. Pressure (LP/HP) 19/32 bar,
Displacement (1450 RPM 50 Hz) dan Displacement (1750 RPM 50 Hz), Motor Voltage
380 – 420 PW – 3 – 50 Hz, Max. Power Input 51,0 kW. Massa refrigerant yang melewati
kompresor menghasilkan 1,87 kg/s. kapasitas penyerapan panas evaporator yang
dihasilkan adalah 374 kW. Entalphi refrigerant masukan evaporator dihasilkan 100
kJ/kg. Entalphi refrigerant keluaran kompresor yang dihasilkan adalah 20 kJ/kg.
Entalphi refrigerant maskan kompresor yang dihasilkan adalah 380 kJ/kg. COP
(Coefficient Of Performance) Actual yang dihasilkan adalah 10. Tingkat efisiensi mesin
pada cold storage adalah 135%. Tingkat efisiensi pada penyimpanan cold storage
adalah sebesar 300%. Tingkat efisiensi pemanfaatan pada PT. Delta Mina perkasa
adalah sebesar 200%.
Kalor laten pada ikan layang adalah sebesar 4,786 kkal. Kalor laten pada ikan
cakalang adalah sebesar 5,583 kkal. Sedangkan kalor sensible pada ikan layang
adalah sebesar 4169 Joule. Kalor sensible pada ikan cakalang adalah sebesar 5303
Joule.
Adapun saran untuk menghindari kejadian ini terulang kembali adalah
melakukan perawatan dan perbaikan secara bertahap, jika perwatan bertahap
dilakukan, ini dapat membantu atau menghindari adanya perbaikan pada mesin, dan
tidak akan terjadi pengeluaran biaya perbaikan yang besar, serta melakukan
perawatan sesuai SOP.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Praktik Akhir
(KIPA) ini.
Penyusunan Laporan KIPA ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S. Pi., M. P., selaku Direktur
Politeknik Kelautan dan Perikan Sidoarjo atas fasilitas yang diberikan.
2. Ibu Citra Zaskia Pratiwi, MT., selaku Ketua Program Studi Mekanisasi Perikanan
yang telah memfasilitasi kegiatan KIPA ini.
3. Bapak Agus Widodo, S. Pi, MT. dan Bapak Setyawan Dwi Nugroho, ST, MT.,
selaku dosen pembimbing I dan II, yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya selama penyusunan Laporan KIPA.
4. Bapak Khoirul Umam, A. Md. Pi selaku Quality Control di PT. Delta Mina Perkasa
Sidoarjo yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan KPA.
5. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Ilmiah Praktik Akhir
(KIPA) ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan KIPA ini masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan KIPA ini.

Sidoarjo, Juli 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................... ii


HALAMAN REVISI .................................................................................................... iii
RINGKASAN ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 14
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................................... 16
1.2.1. Maksud ............................................................................................ 16
1.2.2. Tujuan .............................................................................................. 16

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 18


2.1. Definisi Cold Storage ................................................................................. 18
2.2. Spesifikasi Cold Storage ............................................................................ 18
2.3. Komponen Cold Storage ............................................................................ 19
2.4. Prinsip Kerja Cold Storage ......................................................................... 27
2.5. Cara Pengoperasian Cold Storage............................................................. 28
2.6. Perawatan Cold Storage ............................................................................ 30
2.7. Perbaikan Cold Storage ............................................................................. 32
2.9. Kerugian Cold Storage ............................................................................... 38
2.10.Perhitungan COP (Coefficient Of Performance) Cold Storage ................... 39
2.10.1. Proses Kompresi di Kompresor ...................................................... 39
2.10.2. Laju penyerapan Panas (Kapasitas) di Evaporator......................... 40
2.11. Perhitungan Tingkat Efisiensi Pada Cold Storage ................................... 41
2.12. Definisi Ikan Layang (Decapterus spp) .................................................... 42
2.14. Definisi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) ........................................ 44
2.15. Ciri – Ciri Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) ..................................... 45
2.16. Efisiensi Pendinginan Pada Ikan Layang (Decapterus spp) dan Ikan
Cakalang (Katsuwonus Pelamis) ....................................................................... 46
2.16.1. Kalor Sensibel (Sensible Heat) ....................................................... 48
2.16.2. Kalor Laten (Latent Heat) ................................................................ 48
2.17. Biaya Operasional Pada Cold Storage .................................................... 49

III. METODOLOGI .................................................................................................. 53


3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Akhir ........................... 53
3.2. Metode Kerja Praktek Akhir ..................................................................... 53

vii
3.3. Sumber Data .............................................................................................. 53
3.3.1. Data Primer……………………………………………………………….54
3.3.2. Data Sekunder……………………………………………………………54
3.4. Teknik Pengumpulan data.......................................................................... 54
3.4.1.Editing .............................................................................................. 54
3.4.2.Tabulating ........................................................................................ 55
3.4.3.Analyzing……………………………………….………………………… 55
3.5. Teknik Analisis Data.................................................................................. .55
3.5.1.Data Deskriptif…………………………………………………………….55
3.5.2. Data Operasional…………………………………………………………56
3.6. Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 56

IV. KEADAAN UMUM ............................................................................................. 56


4.1. Kondisi Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang .............................................. 56
4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. Delta Mina Perkasa ..................................... 56
4.1.2 Lokasi PT. Delta Mina Perkasa ........................................................ 56
4.1.4 Struktur Organisasi .......................................................................... 57
4.1.5 Ketenagakerjaan .............................................................................. 58
4.2. Sarana dan Prasarana ............................................................................... 58
4.2.1 Sarana ............................................................................................. 58
4.2.2 Prasarana ........................................................................................ 62

V. PEMBAHASAN................................................................................................... 66
5.1. Prinsip Kerja Cold Storage ......................................................................... 66
5.2. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Perawatan ................................................... 69
5.5. Menentukan Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas Cold Storage ........... 73
5.5.1. Pada Ruang Cold Storage Kapasitas 400 Ton ................................. 74
5.5.2. Pada Fasilitas Cold Storage Kapasitas 400 Ton dan Pergudangan .. 74
5.6. Keuntungan Menggunakan Cold Storage 400 Ton ..................................... 75
5.7. Kerugian Menggunakan Cold Storage 400 Ton.......................................... 76
5.8. Perbedaan Ikan Cakalang dan Ikan Layang............................................... 76
5.9. Menentukan efisiensi Pendingin Pada Ikan Layang dan Ikan Cakalang ..... 77
5.10.Panas Sensibel (Sensible Heat) ................................................................. 78
5.10.1. Panas Sensibel Pada Ikan Layang (Decapterus spp)....................... 78
5.10.2. Panas Sensibel Pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) .......... 79
5.11 Panas Laten (Latent Heat) ......................................................................... 79
5.11.1 Panas Laten Pada Ikan Layang...................................................... 79
5.11.2. Panas Laten Pada Ikan Cakalang .................................................. 80
5.12.2. Biaya Perbaikan ............................................................................. 81
5.12.3. Biaya Tenaga Kerja / Jasa ............................................................. 83
5.12.4. Saldo Awal Bahan Baku ................................................................. 84
5.12.5. Pembelian Bahan Baku .................................................................. 84
5.12.6. Harga Pokok Produksi .................................................................... 84

viii
VI. PENUTUP .......................................................................................................... 86
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 86
5.2. Saran ......................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 88


DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... 90

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas ............................................................. 42


2. Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6H_35.2 ...................................................... 70
3. Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6FE_50_40P ............................................... 71
4. Perbedaan Ikan Cakalang dan Ikan Layang ...................................................... 76
5. Bahan - bahan Penelitian Pada Ikan Layang dan Ikan Cakalang ....................... 77
6. Data Biaya Operasional Per Bulan..................................................................... 80
7. Data Pembelian Sparepart ................................................................................. 81
8. Biaya tenaga Kerja............................................................................................. 83
9. Saldo Awal Bahan Baku .................................................................................... 84
10. Pembelian Bahan Baku ..................................................................................... 84
11. HPP Ikan Layang ............................................................................................... 84
12. HPP Ikan Cakalang............................................................................................ 85

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Cold Storage 400 Ton ......................................................................................... 18
2. Kompresor .......................................................................................................... 19
3. Kondensor .......................................................................................................... 20
4. Katup Ekspansi ................................................................................................... 21
5. Evaporator .......................................................................................................... 21
6. Oil Separator....................................................................................................... 22
7. Receiver ............................................................................................................. 22
8. Filter Drier ........................................................................................................... 23
9. Accumulator ........................................................................................................ 23
10. Manometer ......................................................................................................... 24
11. Termostat ........................................................................................................... 25
12. Termometer ........................................................................................................ 25
13. Selenoid Valve .................................................................................................... 26
14. Sight Glass ......................................................................................................... 26
15. Freon 404A ......................................................................................................... 37
16. Amonia R717 ...................................................................................................... 38
17. Ikan Layang (Decapterus spp) ............................................................................ 42
18. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) ................................................................. 44
19. Pallet Kayu ......................................................................................................... 59
20. Pallet Keranjang ................................................................................................. 59
21. Neraca Kecil ....................................................................................................... 60
22. Neraca Besar ...................................................................................................... 60
23. Lampu Penerangan ............................................................................................ 61
24. Hand Pallet ......................................................................................................... 61
25. Forklift ................................................................................................................. 62
26. Kantor (Office) PT. Delta Mina Perkasa .............................................................. 62
27. Ruang Mesin....................................................................................................... 63
28. Ruang Pendingin (Cold Storage) ........................................................................ 63
29. Ruang Istirahat Pegawai ..................................................................................... 64
30. Kamar Mandi ...................................................................................................... 65
31. Tempat Neli ........................................................................................................ 65
32. Diagram Sistem Refrigerasi ................................................................................ 67

xi
33. (a)Pembersihan Kondensor (b)Pengisian Freon ................................................. 69
34. Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6H_35.2 ....................................................... 71
35. Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6FE_50_40P ................................................ 71
36. Diagran pH ......................................................................................................... 72

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran. 1. Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas ............................................... 90


Lampiran. 2. Jadwal Kegiatan ................................................................................... 90
Lampiran. 3. Pengambilan Data................................................................................ 91

xiii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan wilayah laut yang cukup

besar. Kondisi geografis seperti ini menjadikan Indonesia memiliki potensi yang

cukup besar (Siagian, 2017). Namun, dalam beberapa tahun terakhir banyak

sekali ditemukan kasus overfishing yaitu terjadinya penangkapan ikan dalam

jumlah yang sangat besar di daerah yang tidak jauh dari pantai.

Ikan adalah bahan biologis yang apabila tidak memperoleh perlakuan

tertentu setelah ditangkap dan diangkat dari air, maka ia akan mengalami

penurunan kualitas ke arah membusuk. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu

teknik yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesegaran ikan supaya tetap

awet dan layak konsumsi (Murtono, 2015).

Untuk menangani kasus tersebut maka perlu didirikan suatu Lembaga

untuk memantau dan meneliti produk – produk hasil laut sehingga memiliki kualitas

dan kuantitas hasil perikanan tersebut selalu dalam kondisi yang sesuai dengan

standar mutu yang ada. Oleh sebab itu Lembaga tersebut mendirikan sebuah unit

pendingin ikan sebagai wujud nyata dalam rangka penerapan rantai dingin pada

produk perikanan.

Mengoptimalkan hasil laut dengan cara mengolah hasil laut dengan baik.

Perusahaan - perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan

mempunyai peranan penting dalam menyediakan ikan sebagai konsumsi bagi

masyarakat. Ikan banyak mengandung protein yang mudah rusak oleh

pertumbuhan bakteri, sehingga untuk menjaga kualitas ikan, pertumbuhan bakteri

dapat dihambat dengan proses pendinginan. Untuk mendinginkan pada proses

pengolahan ikan hampir semua perusahaan menggunakan mesin pendingin

mekanik. Penggunaan mesin pendingin mekanik pada industri perikanan dianggap

14
15

paling efisien dalam proses penurunan suhu produk apabila dibandingkan dengan

metode lain, oleh karena itu keberadaan mesin pendingin sangat dibutuhkan untuk

mempertahankan mutu ikan (Priharanto et al., 2017).

Cold storage merupakan suatu alat yang terdiri dari bangunan dan mesin

pendingin untuk menampung benda - benda yang akan mengalami proses

pendinginan. Unit cold storage biasa digunakan dalam kehidupan sehari - hari

untuk mendinginkan atau mengawetkan makanan seperti daging, sayuran dan

buah-buahan begitu juga dengan minuman. Untuk dapat menyerap kalor pada

produk (ikan) mesin pendingin menggunakan beberapa komponen yang dirangkai

untuk dapat bekerja mendinginkan produk (Prasetyo, 2021). Beberapa komponen

tersebut merupakan komponen kritis atau komponen utama karena apabila

komponen tersebut mengalami gagal operasi, maka dapat mengakibatkan

gagalnya operasional mesin (Priharanto et al., 2017). Komponen pokok tersebut

diantaranya; kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator (Mardiyono &

Fadillah, 2020).

Sistem pendingin ikan (Cold Storage) ini digunakan untuk menyimpan ikan

dan mendinginkan pada temperatur tertentu sehingga ikan segar tersebut dapat

bertahan lama hingga beberapa bulan. Dimana Cold Storage ini memiliki daya

tampung penyimpanan ikan hingga mencapai 400 Ton. Namun, dalam

pengoperasiannya, massa ikan rata – rata yang masuk Cold Storage tersebut

hanya beberapa ton saja dengan konsumsi listrik yang relatif besar.

Untuk mencegah kegagalan operasional mesin maka operator harus

mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin dengan baik. Untuk

mendapatkan bagaimana cara mengoperasikan yang baik maka diperlukan

prosedur pengoperasian yang mudah dipahami dan dilaksanakan oleh operator

mesin. Operasional mesin yang dilaksanakan dengan baik maka operasional


16

mesin akan optimal, prediksi usia pakai mesin sesuai dan mencegah terjadinya

kegagalan prematur akibat kesalahan operasional.

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Adapun maksud dari proposal Kerja Praktik Akhir ini adalah berikut:

1. Menghitung estimasi Pembekuan Ikan Layang dan Ikan Cakalang.

2. Menghitung Biaya Operasional Cold Storage Selama 84 Hari.

3. Mengetahui Kelayakan Penggunaan Cold Storage.

4. Menghitung Efisien Pembekuan Pada Ikan Layang dan Ikan Cakalang.

1.2.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek Akhir adalah untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan Studi Penggunaan

cold storage pada bahan baku ikan layang dan ikan cakalang pada cold storage

kapasitas 400 ton di PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo.

1.3. Batasan Masalah

Cold storage adalah sebuah unit untuk penyimpanan bahan baku yang

mudah rusak ataupun tidak tahan lama. Fungsi cold storage sendiri adalah untuk

menyimpan bahan baku seperti ikan, buah, sayur, ataupun makanan agar dapat

bertahan lebih lama. Kapasitas cold storage 400 Ton mampu menyimpan ikan

dengan waktu yang lama (lebih dari 1 bulan) mampu mempertahankan kualitas

ikan tersebut. Namun, jika ikan tersebut sudah masuk ke dalam cold storage, maka

ikan tersebut sudah berkurang enzimnya dari pada ikan segar. Namun,

masyarakat banyak yang memanfaatkan ikan frozen atau ikan beku untuk di

pindang, masyarakat yang jauh dari pesisir memanfaatkan peluang ini untuk

menjual belikan ikan beku. Oleh karena itu, berikut batasan masalah yang dapat

kita lihat, antara lain:


17
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Cold Storage

Cold storage merupakan ruangan yang dirancang khusus untuk dapat

mempertahankan suhu tertentu. Ruangan ini dibuat dengan tujuan untuk

menyimpan bahan makanan agar kesegarannya dapat bertahan lebih lama dan

tidak cepat rusak. Ruang pendingin (cold storage) adalah salah satu cara yang

digunakan untuk menyimpan ikan dan mendinginkan pada temperatur tertentu

sehingga ikan segar tersebut dapat bertahan lama bahkan bisa bertahan hingga

beberapa bulan. Lebih jelasnya cold storage dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Cold Storage 400 Ton


Sumber: https://www.indimart.com/

Penggunaan cold storage saat ini sudah semakin meningkat seiring

dengan kebutuhan manusia akan bahan pangan yang meningkat pula. Cold

storage sudah banyak digunakan pada industri pengolahan makanan, farmasi,

perikanan.

2.2. Spesifikasi Cold Storage

Cold storage atau cold room adalah unit mesin pendingin yang berbentuk

seperti ruangan, dari yang terkecil berukuran luas 1,5 x 1,5 meter hingga yang

terbesar berukuran 46,928.9 m2. Umumnya digunakan untuk menyimpan benda

yang mudah rusak seperti daging, ikan, obat-obatan, dan vaksin.

18
19

Jenis cold room sendiri terbagi berdasarka n suhu dan fungsinya seperti

chiller room, freezer room, ante room, dan air blast freezer. Chiller room adalah

ruangan pendingin yang menggunakan suhu chiller, sekitar 0 hingga 10oC. Freezer

room adalah ruangan pendingin yang menggunakan suhu freezer, umumnya -10

hingga -25oC. Lalu ante room adalah ruangan yang digunakan untuk mensterilkan

diri sebelum masuk ke ruangan yang steril. Sedangkan air blast freezer adalah unit

freezer yang berfungsi untuk membekukan benda secara instan.

Pada proses pemasangannya pun terbagi berdasarkan jenis seperti plug-

In dan split, selain itu ada juga tipe Custom atau dibuat sesuai kebutuhan

spesifikasinya. Komponen unit pendingin ini memiliki kesamaan seperti unit

pendingin lain contohnya menggunakan panel polyurethane, sistem pendinginan

kompresi Refrigerant dengan Kompresor.

2.3. Komponen Cold Storage

Komponen mesin pendingin terdiri dari komponen utama berupa:

a. Kompresor

Untuk menyalurkan dan mengompresi uap refrigeran 404A (tekanan

dan temperatur rendah) menjadi uap refrigeran bertekanan dan

bertemperatur tinggi.

Gambar 2. Kompresor
Sumber: https://tokopendingin.com/
20

b. Kondensor

Sebelum disalurkan ke kondensor, uap refrigeran masuk ke dalam

oil separator untuk memisahkan refrigeran dan pelumas yang mengalir.

Pelumas yang terakumulasi pada separator dikembalikan ke kompresor

melalui saluran balik dengan membuka katup balik.

Gambar 3. Kondensor
Sumber: Data Primer (2022)

Di dalam pipa kondensor, refrigerant gas mengalami kondensasi

sehingga refrigerant gas berubah wujud menjadi refrigeran cair, hal ini

sesuai seperti yang dituliskan oleh (Siagian, 2017) pada artikelnya

mengatakan bahwa kondensor berfungsi untuk membuang kalor dan

mengubah wujud bahan pendingin dari gas menjadi cair. Hal ini terjadi

karena adanya perbedaan temperatur refrigeran dengan air pendingin.

c. Katup Ekspansi

Sebelum refrigeran mengalir ke evaporator terlebih dahulu akan

diproses ekspansi, tekanan refrigeran akan diturunkan oleh katup

ekspansi, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Kusnandar et al.,

(2018) dalam artikelnya mengatakan katup ekspansi digunakan untuk

menurunkan tekanan. Pada katup ekspansi, refrigeran cair bertekanan

mengalami jatuh tekan dengan wujud spray.


21

Gambar 4.Katup Ekspansi


Sumber: https://teknisibali.com/

d. Evaporator

Tekanan yang rendah di dalam evaporator refrigerant menguap dan

menyerap panas di sekitarnya. Temperatur udara yang rendah pada

evaporator disirkulasikan menggunakan kipas yang menghembuskan

udara ke produk.

Gambar 5.Evaporator
Sumber: https://www.indimart.com/
22

Berikut komponen bantu mesin pendingin terdiri dari:

a. Oil Separator

Untuk memisahkan minyak dengan padatan tersuspensi dari air

limbah.

Gambar 6. Oil Separator


Sumber: Data Primer (2023)

b. Receiver

Untuk menampung sementara refrigeran cair sebelum disalurkan ke katup

ekspansi hal ini sesuai yang dituliskan oleh Riyadi et al., (2016)

Gambar 7. Receiver
Sumber: Data Primer (2023)
23

c. Filter Drier

Filter drier dipasang pada saluran antara receiver dan katup ekspansi yang

bertujuan untuk menyaring kotoran dan menyerap kandungan air yang ikut

mengalir bersama refrigeran cair, dipasangnya filter and dryer ini sesuai yang

dikatakan Hidayat & Restu, (2017) bahwa filter and dryer menyaring dan

menyerap kelembaban pada refrigeran.

Gambar 8. Filter Drier


Sumber: https://www.tokopedia.com/

d. Accumulator

Untuk memisahkan refrigerant spray dengan refrigeran yang belum

menguap. Refrigeran yang belum menguap ditampung di dalam akumulator,

sedangkan refrigeran uap di hisap oleh kompresor.

Gambar 9. Accumulator
Sumber: Data Primer (2023)
24

Berikut komponen kontrol mesin pendingin terdiri dari:

1. Manometer

Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan

dari dua titik yang berbeda. Perbedaan titik ini dapat diukur untuk

mengetahui tekanan udara yang diberikan. Perlakuan yang sama

diberikan pada setiap jenis manometer dan menghasilkan nilai yang

berbeda. Semakin besar perbedaan ketinggian yang muncul, semakin

besar pula tekanan yang dihasilkan.

Gambar 10. Manometer


Sumber: Data Sekunder
25

2. Termostat

Gambar 11.Termostat
Sumber: https://indonesian.alibaba.com

Berfungsi sebagai komponen yang dapat mendeteksi suhu dari

suatu sistem sehingga suhu system dapat dipertahankan mendeteksi

setpoint yang diinginkan.

3. Termometer

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu

sebuah benda (Lakitan, 2002). Termometer bekerja dengan

memanfaatkan perubahan sifat termometrik suatu benda ketika benda

tersebut mengalami perubahan suhu.

Gambar 12. Termometer


Sumber: https://frigo-tech.com
26

4. Solenoid Valve

Terpasang pada saluran sebelum katup ekspansi. Katup ini akan

menutup jika mesin dalam kondisi tidak beroperasi sehingga tidak ada

refrigeran yang mengalir menuju ekspansi dan evaporator.

Gambar 13. Selenoid Valve


Sumber: https://www.dombor.com

5. Sight Glass

Untuk memeriksa aliran refrigeran apakah berbentuk cair atau

terdapat uap refrigeran yang ikut mengalir. Jika terindikasi aliran

refrigerant berbentuk gas, perlu adanya pemeriksaan ataupun

penggantian pada filter drier, selain itu melalui sight glass juga dapat

melihat kondisi kelembaban refrigeran.

Gambar 14. Sight Glass


Sumber: Data Primer
27

2.4. Prinsip Kerja Cold Storage

Berikut prinsip kerja cold storage atau mesin refrigerasi menurut

(Rachmad, 1999):

1. Refrigeran cair dialirkan dan diekspansikan ke evaporator melalui katup

ekspansi thermostatic.

2. Di dalam evaporator baik pada freezer maupun cold storage refrigerant

menyerap panas dan menguap.

3. Uap yang terbentuk di dalam evaporator kemudian dialirkan melalui pipa

hisap menuju kompresor tekanan rendah.

4. Sebelum masuk kompresor terlebih dahulu uap refrigeran dilewatkan pada

filter drier untuk menjamin refrigeran yang dihisap oleh kompresor berupa

uang keseluruhan.

5. Dalam kompresor tekanan rendah, uap refrigeran dikompresikan sehingga

temperatur dan tekanan naik

6. Kemudian disalurkan ke tangki intercooler.

7. Selain dari kompresor tekanan rendah, tangki intercooler juga menerima

cairan refrigeran dalam bentuk cair dan uap jenuh.

8. Refrigerant dalam bentuk uap jenuh dihisap oleh kompresor tekanan tinggi

untuk dikompresikan sehingga temperatur uap refrigeran diembunkan

dengan cara pendinginan dan terjadi proses pembuangan panas pada

kondensor.

9. Cairan hasil pengembunan tersebut disalurkan ke tangki intercooler dan

kemudian disalurkan ke katup ekspansi untuk diekspansikan lagi ke

evaporator.
28

2.5. Cara Pengoperasian Cold Storage

Menurut Sumanto (2004), Hal–hal yang perlu diperhatikan saat

mengoperasikan unit pendingin antara lain:

1. Sewaktu refrigerator dioperasikan, biasanya terjadi gangguan listrik. Jika

hal ini terjadi sewaktu menghidupkan, maka tunggu beberapa menit (3-5

menit).

2. Untuk menempatkan mesin pendingin, usahakan kondensor mendapat

udara bebas.

3. Kurangi buka tutup pintu refrigerator saat dioperasikan.

4. Cara penyimpanan produk di dalam refrigerator harus teratur, rapi, dan

tidak terlalu rapat agar hawa dingin dapat beredar keseluruh bagian

kabinet.

Pengoperasian sistem refrigerasi ada beberapa langkah tahapan yang harus

dilakukan, yaitu:

1. Persiapan

Sebelum mesin dioperasikan, pastikan keamanan kerja, baik bagi pekerja

atau mesin, tidak komponen yang sedang dalam perbaikan atau tidak ada pekerja

yang sedang melakukan perawatan atau perbaikan bagian mesin. Selanjutnya

memastikan tegangan listrik pada panel kontrol sebesar 380 – 400 volt, apabila

tegangan listrik tidak pada rentang tersebut. Mesin tidak dianjurkan untuk

beroperasi karena dapat merusak komponen kelistrikan. Tahap berikutnya

menyalakan heater pelumas kompresor, lampu ruangan depan cold storage,

lampu lorong cold storage. Selanjutnya membuka semua kran manual yang

menghubungkan komponen kompresor, kondensor, receiver, dan evaporator agar

refrigeran dapat bersirkulasi di dalam sistem.


29

2. Pengoperasian

Untuk mengoperasikan mesin pendingin pada cold storage tindakan yang

dilakukan adalah dengan menekan tombol ON pada panel kontrol, dengan

menekan tombol ON, maka mesin beroperasi secara otomatis yang dipandu

dengan komponen kontrol seperti HPC dan LPC. Mesin alan beroperasi apabila

tekanan dan temperatur set point belum tercapai, dan akan berhenti apabila

temperatur sudah tercapai. Mesin pendingin juga di lengkapi dengan alat

pengaman seperti HPC, OPC, dan thermal overload, sehingga fuse breaker yang

akan menghentikan operasional mesin secara otomatis apabila ada anomali pada

parameter yang ditentukan.

Dalam pengoperasian mesin, pengawasan oleh operator dan teknisi tidak

boleh terlewatkan. Selama mesin beroperasi, operator dan teknisi tetap siaga

memantau operasional mesin dengan tegangan antara 370V – 400V, arus listrik

operasional motor listrik penggerak kompresor antara 4A – 5.5A, tekanan hisap 15

– 25 Psig dan tekanan discharge apabila terdengar suara dan merasakan getaran

yang tidak sesuai, maka teknisi akan melakukan tindakan yang diperlukan.

Termasuk memeriksa evaporator dari tumpukan bunga es dan membersihkan

apabila diperlukan. Setiap 2 jam dilakukan pencatatan parameter operasional

mesin yang dicatat dalam buku catatan harian operasional mesin (engine log book)

dengan tujuan untuk menganalisis kinerja mesin dan membuat perencanaan

perawatan dan perbaikan mesin.

3. Menghentikan operasional mesin

Tahap menghentikan mesin pendingin pada cold storage sangat jarang

dilakukan atau dihentikan operasionalnya, karena adanya beban produk di dalam

cold storage yang tidak pernah kosong. Dihentikannya operasional mesin

disebabkan hal yang penting, misalnya dilakukan tindakan perawatan mesin.

Untuk menghentikan operasional mesin, hal yang harus dilakukan adalah cukup
30

dengan menekan tombol OFF pada panel operasional mesin dan menutup kran

saluran hisap pada kompresor.

2.6. Perawatan Cold Storage

Refrigerator banyak sekali digunakan untuk rumah tangga, restoran, dan

pengolahan pabrik perikanan. Oleh karena itu, perlu dipelajari bagaimana cara

merawatnya agar refrigerator tidak terjadi trouble yang terlalu sering terjadi, maka

pemakaian perawatan harus selalu diperhatikan. Menurut Sumanto (1985) adapun

cara – cara perawatan atau pemakaian yang baik adalah:

1. Sewaktu refrigerator dioperasikan, kadang – kadang entah kita sengaja atau

tidak, terjadi gangguan listrik. Jika hal ini terjadi saat akan menghidupkan lagi,

maka tunggulah beberapa saat (sekitar 4 menit), jangan langsung dihidupkan.

2. Sewaktu refrigerator dioperasikan, jangan sering melakukan penghentian pada

mesin, jika tidak terpaksa jangan lakukan pemberhentian mesin atau mesin

dimatikan.

3. Periksalah tegangan sumbernya, apakah sudah cocok dengan tegangan yang

diminta oleh refrigerator. Dalam hal ini tegangan listrik harus pas (110V atau

220V) juga frekuensi listriknya.

4. Usahakan tegangan tetap stabil.

5. Untuk menempatkan mesin pendingin usahakan kondensor mendapat udara

bebas, misalnya kondensor jangan terlalu dekat dengan tembok. Usahakan

kondensor agar selalu bersih dari debu atau kotoran.

6. Bersihkan bunga es yang mengeras dan melekat pada evaporator. Dengan

cara mematikan sistem atau tekan tombol defrost.

7. Untuk membersihkan evaporator jangan menggunakan benda tajam atau

keras, karena dapat merusak pipa evaporator dan mengakibatkan kebocoran.


31

8. Bersihkan body bagian luar dengan sabun dan air hangat dengan lap kain yang

lunak, jangan menggunakan alkohol atau bensin.

9. Untuk keselamatan kerja, saat pemasangan pertama kali pasanglah kabel

ground nya.

10. Jangan terlalu sering membuka pintu saat refrigerator dioperasikan.

11. Untuk menyimpan makanan atau minuman yang panas sebaiknya didinginkan

dulu di udara luar untuk mengurangi beban pendingin dari mesin.

Untuk perawatan mesin pendingin sebaiknya dilakukan pemeriksaan berkala

secara teratur. Adapun pemeriksaan tersebut meliputi:

1. Sambungan–sambungan kelistrikan

2. Motor listrik dan alat–alat pengaman

3. Suara kompresor

4. Jumlah refrigerant

5. Kekeringan dari refrigerant

6. Minyak pelumas

7. Aliran air (untuk type kondensor yang direndam dalam air)

8. Kebocoran

9. Keadaan pipa–pipa atau penyangga pipa

10. Kebersihan kondensor

11. Kebersihan unit secara umum

12. Keadaan streng, kekencangan streng

13. Overload, relay

14. Kapasitor (untuk type hermatic)


32

2.7. Perbaikan Cold Storage

Menurut (Anonymous, 2008) perbaikan pada cold storage yang dimaksud

adalah suatu tindakan perawatan atau perbaikan yang menyebabkan refrigeran

harus dikeluarkan dari dalam sistem. Adapun peralatan yang digunakan terdiri

dari:

1. Peralatan listrik

Peralatan listrik yang diperlukan adalah:

a. Tang multimeter digital

Digunakan untuk mengukur tahanan misalnya, 0-200 ohm, tegangan DC

sebaiknya sampai 1000V, tegangan AC sebaiknya sampai 750V, arus listrik

sekitar 0-300A. Penggunaan tang ini cukup dengan melingkarkan tang pada

salah satu kabel yang bertegangan (line), namun juga dilengkapi dengan kabel

penghubung biasa untuk memeriksa sambungan dan kumparan motor apakah

terjadi kontak dengan badan kompresor. Alat ini dapat juga digunakan untuk

memeriksa tegangan dan arus listrik jala – jala.

b. Termometer Digital

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur dan sebaiknya kemampuan

pengukuran temperaturnya sekitar -50o celcius sampai 70 o celcius. Sensor

pada termometer ini dipasang pada media yang akan diukur misalnya pipa

refrigerant atau udara.

c. Peralatan listrik lainnya

Tang pemutus kawat, cutter pembuka isolasi kawat, dan isolator tape.

2. Peralatan pipa

a. Pemotong pipa

Digunakan untuk memotong pipa agar potongan menjadi rata dan pipa tetap

bulat serta tidak ada retakan, hal ini penting diperhatikan agar pada saat pipa

di flair atau diswage pipa tidak mengalami pecah dan hasilnya baik.
33

b. Pemotong pipa kapiler

Digunakan untuk memotong pipa yang berukuran kecil seperti pipa kapiler.

Hal ini ditujukan agar penampang pipa yang kecil tetap bulat dan tidak

tersumbat ketika dipotong.

c. Pembengkokan pipa

Digunakan untuk melengkungkan pipa tembaga agar penampang pipa pada

belokan tidak berubah.

d. Alat untuk flaring dan swaging

Digunakan untuk menyambung pipa dengan niple atau pipa lain dengan cara

membesarkan ujung pipa.

e. Tang penusuk

Digunakan untuk melubangi pipa berisi refrigeran dengan tujuan mengambil

refrigeran. Tang ini dilengkapi dengan jarum berlubang di dalam selubung

karet, ketika dijepitkan ke pipa, karun akan melubangi pipa.

f. Alat piercing

Digunakan untuk membuat lubang pada sistem mesin pendingin sedemikian

rupa sehingga refrigerant dalam sistem dapat tersalur ke tabung

penyimpanan.

g. Tang penjepit

Digunakan untuk menjepit pipa berisi refrigeran sebelum pipa tersebut

dipotong.

h. Alat brazing

Digunakan untuk menyambung pipa atau menutup kebocoran. Pipa yang

akan disambung biasanya dipanaskan diatas temperatur material pengisi

tetapi masih dibawah titik leleh material pipa (antara 600 - 800o). Pemanas

dilakukan dengan semburan api obor hasil pembakaran bahan bakar dengan

oksigen atau udara.


34

3. Peralatan penangan refrigeran

a. Pompa vakum digunakan untuk mengosongkan refrigerant dari sistem

sehingga dapat menghilangkan gas – gas yang tidak terkondensasi seperti

udara dan uap air. Hal ini perlu dilakukan agar tidak mengganggu kerja mesin

refrigerasi. Uap air yang berlebihan dapat memperpendek umur operasi filter

drier dan penyumbatan pada bagian sisi tekanan rendah seperti pada katup

ekspansi. Adanya gas–gas yang tidak terkondensasi dalam sistem akan

menghalangi perpindahan panas kondensor dan evaporator sekaligus

menaikkan tekanan keluaran.

b. Gauge manifold digunakan untuk mengukur tekanan refrigeran baik pada saat

pengisian maupun pada saat beroperasi. Yang dapat dilihat pada gauge

manifold adalah tekanan evaporator dan tekanan kondensor.

c. Alat pendeteksi kebocoran digunakan untuk memeriksa kebocoran pada

sistem refrigerasi. Deteksi kebocoran dapat dilakukan dengan menggunakan

pendeteksi refrigeran elektronik atau dengan cara konvensional yaitu gas

nitrogen dan air sabun.

d. Mesin 3R. Mesin ini adalah mesin recovery, recycle, dan recharging. Mesin 3R

memiliki 3 fungsi yaitu untuk mengeluarkan dan menangkap refrigerant

(recovery), mendaur ulang refrigeran yang ditangkap (recycle) dengan cara

memisahkannya dari pelumas dan menyaring kotoran padat, dan menuliskan

kembali refrigeran yang ditangkap (recharging).

2. Peralatan umum

Peralatan umum yang sebaiknya ada adalah:

a. Kikir datar

b. Kikir bulat

c. Obeng

d. Kertas amplas
35

e. Kunci inggris

f. Kunci pembuka katup gas

g. Sikat kawat

h. Palu

i. Tang

j. Gergaji

k. Kunci L

3. Macam – macam Kerusakan pada Mesin Pendingin

Dalam Sumanto (1985) kerusakan yang terjadi pada mesin pendingin yang

umum adalah pada:

a. Sumber listrik

b. Hubungan kabel – kabel

c. Motor kompresor

d. Motor pada kipas

e. Thermostat

f. Overload

g. Kapasitor

h. Relay

i. Kompresor

j. Pipa – pipa (kondensor/evaporator)

k. Saringan

2.8. Keuntungan Cold Storage

Cold storage sesuai dengan namanya merupakan prosedur dimana barang –

barang atau bahan baku yang mudah rusak jika disimpan pada suhu yang lebih

rendah dari rata–rata dan dilakukan dengan beberapa cara akan bertahan lebih

lama. Berikut keuntungan menggunakan cold storage:


36

1. Memperpanjang usia simpan ikan, buah, dan sayuran.

2. Mengatur suhu untuk beberapa jenis bahan baku yang diinginkan agar tetap

bertahan lama.

3. Hemat biaya, karena banyak konsumen yang menerapkan sewa mesin

pendingin.

4. Menghindari risiko keracunan makanan.

Memiliki cadangan listrik, karena biasanya bisnis seringkali menghadapi ancaman

pemadaman listrik, jadi untuk mengurangi resiko pembusukan ikan.

a. Freon

Freon merupakan senyawa kimia yang sering digunakan dalam

penyerapan beban pendingin udara. Refrigerant ini memiliki senyawa

Chlorofluorocarbon/CFC yang tidak berwarna maupun bau karena wujud

yang dikeluarkan dalam bentuk gas. Sebuah mesin es balok tentu

memerlukan zat pendingin agar dialirkan ke evaporator. Zat freon digunakan

sebagai sistem kerja pendinginan pada mesin es. Gas bertekanan sedang

yang berasal dari freon akan dipompa dan ditekan oleh kompresor sehingga

akan menjadi gas bertekanan tinggi refrigerant, gas tersebut kemudian

disalurkan ke dalam kondensor dan akan diubah wujudnya menjadi cairan

bertekanan tinggi, setelah berubah menjadi cairan selanjutkan akan dialirkan

kedalam katup ekspansi Ketika freon dalam keadaan menguap, penguapan

tersebut akan membutuhkan pasokan energi secara alami, maka terjadilah

energi termal dari evaporator yang menyebabkan efek pendinginan oleh

mesin refrigerasi.
37

Gambar 15. Freon 404A


Sumber: Data Sekunder

Keunggulan yang dimiliki atas penggunaan zat pendingin freon adalah

ideal untuk pengaplikasian pembuatan es balok, aman dan ramah bagi

lingkungan karena memenuhi Peraturan Refrigerant, mudah untuk dipasang,

dan tidak memerlukan Peraturan Manajemen Keselamatan Proses (PSM)

karena tidak beracun.

b. Amonia

Amonia adalah senyawa kimia rumus NH3 yang berasal dari Gas bumi.

Komposisi utama amoniak adalah metana (CH4) sekitar 70% dan Karbon

dioksida (CO2) sekitar 10%. Amonia sendiri merupakan zat yang memiliki sifat

racun yang memiliki bau menyengat sehingga dikeluarkan dalam wujud cair dan

memuai.Amonia cair berfungsi sebagai pendingin dalam mesin es. Penguapan

zat akan membutuhkan energi panas. Ketika amonia cair menguap, ia

menyerap sejumlah besar panas tanpa mengubah suhu. Untuk alasan inilah,

amonia banyak digunakan sebagai zat pendingin mesin es.


38

Gambar 16. Amonia R717


Sumber: Data Sekunder

Keunggulan yang dimiliki penggunaan zat amonia adalah lebih murah dari

zat pendingin lainnya dan lebih efisien dalam penggunaan listrik dari pada sistem

lain karena lebih hemat.

2.9. Kerugian Cold Storage

Berikut kerugian menggunakan cold storage berdasarkan refrigerant yang

digunakan:

a. Amonia

Penggunaan zat amonia memiliki kekurangan karena berbagai resiko

berbahaya. Zat Amonia mudah bocor, mudah keracunan, mudah terbakar dan

meledak, mudah mencemari lingkungan, rawan kecelakaan sekunder karena

amonia tidak memiliki kestabilan dan dapat terurai ketika panas. Masalah pada

sistem pendingin amonia itu sendiri pun sering mengalami kebocoran hingga

merenggut nyawa.

b. Freon

Pada zat freon kekurangan yang dimiliki cenderung hanya karena harga

jual lebih mahal dari zat refrigerant lainnya, dan tidak memiliki bau sehingga sulit

mendeteksi ketika terjadi kebocoran gas.Sangat disarankan penggunaan zat

pendingin pada mesin es balok menggunakan zat freon. Selain resiko bahaya
39

yang rendah refrigerant ini juga ramah lingkungan yang dapat menjaga Ozon agar

dapat utuh dalam mengurangi resiko pemanasan global.

Freon dapat mengurangi resiko bahaya seperti pencemaran lingkungan.

Karena jika terjadi kebocoran freon tidak mengandung racun yang dapat

membahayakan pekerja dan lingkungan sekitar jika zat tersebut tidak sengaja

terhirup manusia.

2.10. Perhitungan COP (Coefficient Of Performance) Cold Storage

COP merupakan singkatan dari Coefficient of Performance, yaitu

perbandingan antara efek refrigerasi dengan kerja dari kompressor. Atau bisa

dikatakan juga sebagai perbandingan antara energi yang diserap evaporator

dengan energi yang dibutuhkan kompressor.

2.10.1. Proses Kompresi di Kompresor

Kompresor pada sistem refrigerasi kompresi uap berfungsi untuk

memompa uap refrigeran dari tekanan rendah menjadi uap refrigeran bertekanan

tinggi. Uap refrigeran tersebut menjadi bertekanan tinggi akibat dari kerja yang

diberikan kompresor pada refrigeran (W). Besarnya kerja kompresi tersebut dapat

dihitung berdasarkan data dari siklus refrigerasi kompresi uap pada diagram

Tekanan – Entalpi (P-h), maka dapat dihitung dengan rumus berikut (Erwin

Bunnoto, 2020):

𝑊𝐾𝑂𝑀𝑃𝑅𝐸𝑆𝑂𝑅 =𝑚 (ℎ2−ℎ1 )
Dimana,

Wkomp = Kerja kompresor (kJ)

m = Massa refrigerant yang melewati kompresor (kg)

h2 = Entalpi refrigerant keluaran kompresor (kJ/kg)

h1 = Entalpi refrigerant masukan kompresor (kJ/kg)


40

Karena refrigeran yang melewati kompresor mengalir dengan kecepatan

tertentu, maka akan sulit sekali untuk menghitung sejumlah massa refrigerant yang

melewatinya. Dinyatakan dalam satuan energi persatuan waktu (daya) dengan

cara mengalihkan selisih enthalpy keluar dan masuk dengan laju aliran massa

refrigeran yang mengalir, yaitu:

𝑃𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟 = 𝑚 (ℎ2−ℎ1 )
Dimana,

𝑃𝐾𝑜𝑚𝑝 = Daya mekanik kompresor (kW)

m = Massa refrigerant yang melewati kompresor (kg/s)

Persamaan diatas merupakan rumus untuk menghitung daya mekanik dari

kompresor. Dalam istilah mesin daya ini sering disebut dengan daya output (Po).

Sedangkan yang dinamakan daya inputnya adalah merupakan suplai daya listrik

yang menggerakkan motor pada kompresor tersebut (P listrik). Hubungan antara

keduanya dinyatakan dalam rumus efisiensi berikut:

𝑃𝐾𝑜𝑚𝑝 𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
ɳ =[ ] × 100% ɳ =[ ] × 100%
𝑃𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝐶𝑂𝑃𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡

2.10.2. Laju penyerapan Panas (Kapasitas) di Evaporator

Refrigeran yang mengalir di evaporator sebagian besar berfasa cair dan

bertemperatur lebih rendah dari temperatur lingkungan. Selanjutnya refrigerant

tersebut menyerap kalor dari lingkungan sekitar yang mengakibatkan semua

refrigerant cair pada evaporator tersebut menguap kembali menjadi fasa gas.

Sejumlah panas yang diserap di evaporator tersebut dapat dihitung juga

berdasarkan data dari siklus refrigerasi kompresi uap pada diagram tekanan –

entalpi (P-h diagram). Laju panas yang diserap evaporator dapat dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

𝑄𝑒𝑣 = 𝑚 (ℎ3−ℎ4 )
Dimana,
41

Qev = kapasitas penyerapan panas evaporator (kW)

h4 = Enthalpy refrigerant masukan evaporator (kJ/kg)

Selain kerja kompresor dan kapasitas penyerapan panas di evaporator,

pada sistem refrigerasi kompresi uap juga dikenal istilah coefficient of performance

(COP) yang mana nilai COP tersebut merupakan suatu nilai perbandingan antara

kapasitas penyerapan panas yang terjadi di evaporator dengan sejumlah kerja

kompresi yang dilakukan di kompresor atau dengan kata lain,

𝑄𝑒𝑣
𝐶𝑂𝑃𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑃𝑘𝑜𝑚𝑝

Nilai COP tersebut merupakan nilai COP aktual atau yang sebenarnya

(terjadi. Terdapat juga istilah COP carnot, dimana merupakan nilai COP yang ideal

dengan menganggap bahwa kalor yang dilepas di kondensor adalah sama dengan

kalor yang diambil di evaporator ditambah energi yang dikeluarkan di kompresor.

Sehingga rumus COP Carnot ini adalah:

𝑇𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖
𝐶𝑂𝑃𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 =
𝑃𝑘𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛𝑠𝑎𝑠𝑖 − 𝑇𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑠𝑖

2.11. Perhitungan Tingkat Efisiensi Pada Cold Storage

Penggunaan analisis efisiensi adalah untuk menentukan tingkat

keefisienan pemanfaatan fasilitas yang ada. Data tersebut dijadikan dasar untuk

perhitungan tingkat efisiensi pemanfaatan fasilitas ( Windany, 2020) dengan rumus

sebagai berikut:

𝑈𝑝
𝐸 =( ) × 100%
𝑈𝑡
Keterangan:
E = tingkat efisiensi (%)
Up = ukuran/kapasitas fasilitas terpakai dengan kondisi yang ada
Ut = ukuran/kapasitas fasilitas yang tersedia
42

Dari tingkat efisiensi yang diperoleh selanjutnya ditentukan jenis efisiensi

pemanfaatan fasilitas dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Table 1.Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas

Tingkat Efisiensi Jenis Efisiensi


>100 % Sangat Efisiensi
76-100 % Efisiensi
51-75 % Kurang Efisiensi
26-50 % Tidak Efisiensi
1-25 % Sangat Tidak Efisiensi
Sumber: Data Sekunder

2.12. Definisi Ikan Layang (Decapterus spp)

Ikan layang (Decapterus spp) merupakan sumberdaya ikan pelagis kecil

yang berperan besar dalam sektor perekonomian nelayan di Sulawesi Selatan. Hal

ini ditunjukan dari hasil tangkapan alat tangkap ikan – ikan pelagis seperti: purse

seine, bagan, gillnet, dan payang. Dimana hasil tangkapan ikan layang sebesar

25.203,6 ton pada tahun 2002. Ikan layang salah satu komponen perikanan

pelagis yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini

biasanya hidup bergerombol dan merupakan salah satu ikan yang banyak diminati

oleh masyarakat. Ikan layang (Decapterus spp) merupakan ikan yang tertangkap

sepanjang tahun dan menempati tempat teratas diantara ikan–ikan pelagik

lainnya. Lebih jelasnya ikan layang dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 17. Ikan Layang (Decapterus spp)


Sumber: Data Sekunder
43

Ikan layang merupakan bagian terbesar dari keseluruhan hasil tangkapan

pukat cincin. Disamping itu, ikan ini merupakan ikan yang banyak digemari oleh

masyarakat dan harganya pun terjangkau. Selain berperan cukup besar dalam

penyediaan protein hewani untuk pemenuhan gizi, ikan layang juga berperan

dalam meningkatkan sumber pendapatan dan memberikan lapangan pekerjaan

khususnya bagi penduduk sekitarnya. Keadaan pasar yang baik dan permintaan

yang banyak terhadap ikan layang merangsang nelayan untuk meningkatkan

usaha penangkapannya, sedangkan tingkat pemanfaatannya belum optimal. Oleh

karena itu dikhawatirkan akan terjadi eksploitasi yang berlebih terhadap ikan

layang tersebut sehingga dapat mengganggu kelestariannya. Ikan layang banyak

ditemukan dan tertangkap di perairan yang berjarak 20 – 30 mil dari pantai pada

kedalaman 45 – 100 meter.

2.13. Ciri - ciri Ikan Layang (Decapterus spp)

Spesies ikan layang memiliki ciri umum seperti berikut:

1. Bentuk tubuh pipih dan memanjang.

2. Bentuk kepala lancip.

3. Tubuh ditutupi oleh sisik lingkaran (cycloid).

4. Terdapat noda hitam pada bagian belakang operculum.

5. Gurat sisik (linea lateralis) berada di atas sirip dada serta memanjang.

6. Terdapat sisik yang tebal (lateral scute) pada bagian gurat sisik.

7. Memiliki 2 sirip punggung yaitu: sirip berjari – jari keras dan sirip berjari –

jari keras yang berhubungan langsung dengan sirip berjari – jari lemah.

8. Sirip perut ikan layang berada dibawah dada ikan dan tidak bersatu.

9. Sirip dubur ikan layang terdiri atas jari – jari keras dan sirip jari – jari lemah.

10. Sirip kecil (finlet) terdapat di belakang sirip punggung dan sirip dubur.
44

2.14. Definisi Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)

Ikan cakalang atau dalam Bahasa Inggris disebut skipjack tuna adalah

salah satu ikan yang umum dan sering ditangkap oleh para nelayan. Ikan dengan

nama ilmiah Katsuwonus pelamis ini termasuk kedalam keluarga ikan tuna namun

cenderung lebih kecil. Ikan cakalang hidup di daerah epipelagic yang tersebar di

seluruh dunia kecuali di wilayah antartika dan laut hitam. Hal ini dikarenakan oleh

suhu yang ekstrim di wilayah Antartika dan tingkat salinitas yang tinggi di Laut

Hitam. Rata-rata temperatur antara 14.7oC – 30oC dan hidup di kedalaman kurang

dari 260m di bawah permukaan laut. Cakalang termasuk jenis ikan tuna dalam

famili Scombridae.

Gambar 18. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)


Sumber: Data Sekunder

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan salah satu komoditas

perikanan di perairan Teluk Tomini yang potensial dan bernilai ekonomi tinggi,

dimanfaatkan nelayan dengan berbagai jenis teknologi penangkapan ikan.

Jatmiko, Hartaty, dan Bahtiar (2015) menyampaikan bahwa produksi ikan

cakalang di Indonesia selama tahun 2001-2010 adalah yang terbesar sebanyak

52% dari total produksi kelompok ikan tuna lainnya (Madidihang, tuna mata besar,

albacore dan tuna sirip biru).

Cakalang merupakan highly migratory spesies yang terdistribusi di perairan

tropis dan subtropis (Collette dan Nauen 1983). Spesies ini melakukan beberapa
45

kali pemijahan pada daerah dimana suhu permukaan laut lebih tinggi dari 24 oC

(Matsumoto, Skillman, dan Dizon 1984). Cakalang terdistribusi di Samudera

Pasifik bagian barat mulai dari bagian utara Jepang sampai ke Selandia Baru

bagian selatan dan terdistribusi di perairan negara-negara di kawasan pasifik

seperti Kepulauan Solomon, Papua Nugini dan Perairan Irian Jaya utara (Comitini

dan Hardjolukito 1986).

2.15. Ciri – Ciri Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)

Berikut penjelasan mengenai ciri – ciri ikan cakalang berdasarkan dengan

bentuk tubuh, cara reproduksi, dan adaptasinya:

a. Bentuk Tubuh
Cakang berbentuk fusiform yang memanjang dan agak bulat, tapis

insang (gill rakers) berjumlah 53-63 pada helai pertama. Mempunyai dua

sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama terdapat

14- 16 jari-jari keras, jari-jari lemah pada sirip punggung kedua diikuti oleh

7-9 finlet. Sirip dada pendek, terdapat dua flops di antara sirip perut. Sirip

anal diikuti dengan 7-8 finlet. Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan

(corselets) dan lateral line terdapat titik-titik kecil. Bagian punggung

berwarna biru kehitaman (gelap) di sisi bawah dan 6 perut keperakan,

dengan 4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian

samping badan.

b. Reproduksi

Ikan cakalang melakukan pemijahan hamper setiap tahunnya.

Akan tetapi, pada musim gugur hingga musim semi cenderung sedikit di

wilayah ekuator (Collete & Nauen, 1983). Ikan cakalang betina mampu

membawa telur hingga 80.000 telur bahkan jutaan telur pada betina yang

dewasa. Perbedaan betina dan jantan dapat dibedakan dengan cara


46

melihat panjang dan ukurannya. Ikan betina lebih kecil daripada ikan

cakalang jantan. Ikan cakalang memijah telur-telurnya di wilayah ekuator

atau tropis yang hangat (Stequert & Ramcharrun, 1996).

c. Adaptasi

Ikan cakalang memiliki kebiasaan bermigrasi. Biasanya, ikan ini

bepergian dengan spesies lain, baik dengan sesama ikan tuna, hiu, dan

paus. Berdasarkan hasil penelitian, ikan cakalang lebih banyak bermigrasi

ke wilayah Samudera Pasifik ketimbang Samudera Atlantik, kemungkinan

besar karena suhu permukaan laut di Pasifik jauh lebih hangat

dibandingkan dengan Atlantik. Ikan cakalang umumnya memakan ikan-

ikan yang lebih kecil, crustacea, cephalopoda, dan ikan cakalang juga

biasa memakan sejenisnya.

Ikan cakalang termasuk ikan perenang cepat dan mempunyai sifat makan

yang rakus. Ikan jenis ini sering bergerombol yang hampir bersamaan

melakukan ruaya di sekitar pulau maupun jarak jauh dan senang melawan

arus. Ikan ini dapat berkumpul di perairan pelagic hingga kedalaman 200

m dan mencari makan berdasarkan penglihatan sehingga rakus terhadap

mangsanya.

2.16. Efisiensi Pendinginan Pada Ikan Layang (Decapterus spp) dan Ikan

Cakalang (Katsuwonus Pelamis)

Semakin rendah suhu penyimpanan ikan semakin baik

sehingga proses autolisis dan dekomposisi oleh bakteri dapat dicegah

atau dihambat. Pendinginan ikan bertujuan untuk menyimpan dan

mengawetkan ikan pada suhu 0oC sampai 5oC agar kegiatan

mikroorganisme dan proses autolisis dapat dihambat. Dengan demikian

ikan dapat tahan beberapa hari sebelum dipasarkan segar atau diawetkan
47

(Murniyati ,sunarman. 2002). Menurut Afrianto dan Liviawaty (1989)

pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses

pengambilan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Ada pula yang

mengatakan bahwa pendinginan adalah proses pengambilan panas

dari suatu ruangan yang terbatas untuk menurunkan dan

mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama isinya agar selalu

lebih rendah daripada suhu di luar ruangan. Untuk keperluan

pemindahan panas ini, dibutuhkan suatu media pemindah panas yang

lebih dikenal sebagai pendingin (Refrigerant ).

Pendingin atau refrigerasi adalah penyimpanan dengan suhu rata -

rata yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang

digunakan biasanya antara -10oC sampai + 4oC. Pada suhu tersebut,

pertumbuhan bakteri dan proses biokimia akan terhambat. Pendinginan

biasanya akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau

beberapa minggu, tergantung pada jenis bahan pangannya (Liviawaty

1989).

Adapun sifat - sifat dari pendingin yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki titik didih dan titik kondensasi rendah

b. Bersifat korosif terhadap logam.

c. Tidak berbahaya, tidak merusak aroma khas ikan, tidak mengubah warna

maupun bentuk ikan, murah dan mudah diperoleh.

Proses pendinginan dibedakan menurut metode berikut:

a. Menggunakan es batu, merupakan medium pendingin yang paling baik bila

dibandingkan dengan medium pendingin lain karena es batu dapat

menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan

biaya yang diperlukan juga relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan

penggunaan medium pendingin lain (Afrianto dan Liviawaty, 1989)


48

b. Pendingin dalam udara dingin (Chilling In Cold Air), suhu antara 0o celcius

sampai -1o celcius mampu menekan laju pembiakan bakteri pembusuk,

dengan batasan suhu ini secara fisik tidak terjadi pembekuan kristal es pada

jaringan daging ikan (Hadiwiyoto 1993).

c. Pendinginan dalam air (Chilling In Water) yang dapat dibedakan atas jenis air

dan cara pendinginannya (Ilyas 1983).

2.16.1. Kalor Sensibel (Sensible Heat)

Kalor sensibel adalah kalor yang digunakan oleh suatu zat untuk

mengubah temperatur zat tersebut. Jika zat menerima kalor, maka

temperaturnya akan naik, sedangkan jika zat tersebut melepaskan kalor,

maka temperaturnya akan naik, sedangkan jika zat tersebut melepaskan

kalor, maka zat tersebut akan mengalami penurunan temperatur. Kalor

sensibel ini tidak sampai menyebabkan zat mengalami perubahan fase.

Secara umum kalor sensibel yang digunakan untuk mengubah temperatur

suatu zat dirumuskan dengan:

𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇

Dimana:
Q = Besarnya energi kalor sensibel yang bekerja pada suatu zat (J)

m = Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)

c = Kalor jenis zat (J/kg.K)

∆𝑇 = Perubahan temperatur yang terjadi (K)

2.16.2. Kalor Laten (Latent Heat)

Kalor laten adalah kalor yang digunakan untuk mengubah wujud

atau fase suatu zat. Perubahan fase terjadi apabila suatu zat sudah

mencapai titik jenuhnya. Pada saat zat mengalami perubahan fase, zat

tersebut tidak mengalami perubahan temperatur. Ada 2 jenis kalor laten

pada suatu zat, yakni kalor laten yang digunakan untuk melarutkan atau
49

membekukan suatu zat, atau biasa dikenal dengan kalor lebur ataupun

kalor beku, dan kalor laten yang digunakan untuk menguapkan atau

mengembunkan suatu zat, atau biasa dikenal kalor uap atau kalor embun.

Besarnya energi yang digunakan untuk mengubah fase suatu zat lebih

besar dari pada energi yang digunakan untuk mengubah temperaturnya.

Sehingga, pada tekanan yang sama, lebih sulit untuk mengubah fase suatu

zat daripada mengubah temperaturnya saja. Secara umum, kalor yang

digunakan untuk mengubah fase suatu zat dirumuskan dengan:

𝑄 = 𝑚 × ℎ1
Dimana :
Q = Besarnya energi kalor sensibel yang bekerja pada suatu zat (J)

m = Massa zat yang mengalami perubahan temperatur (kg)

ℎ1 = Kalor laten (kJ/kg)

Hubungan antara energi kalor dengan laju perpindahan kalor yang terjadi

adalah sebagai berikut:

𝑄 = 𝑞 × ∆𝑇
Dimana :
Q = Besarnya energi kalor sensibel yang bekerja pada suatu zat (J)

q = Laju perpindahan kalor (Watt)

∆𝑇 = Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan energi kalor (s)

2.17. Biaya Operasional Pada Cold Storage

Beban operasional dibedakan menjadi dua, yakni beban pemasaran dan

beban administrasi/umum. Beban pemasaran terjadi karena kegiatan penjualan

atau kegiatan untuk menjual barang, yang mencakup beban iklan, beban gaji

bagian pemasaran, dan beban penyusutan aset tetap yang berkaitan. Sedangkan

beban administrasi dan umum terjadi karena kegiatan administrasi dan umum di
50

perusahaan yang mencakup gaji pimpinan dan karyawan hingga penyusutan aset

tetap kantor.

1. Indikator Beban Operasional

Menurut Sofyan Harahap (2011: 86) yang dikutip dalam

repositori.unsil.ac.id, penghitungan beban atau biaya operasional diukur

dengan dua indikator, yaitu besarnya biaya penjualan dan biaya

administrasi umum.

Kemudian menurut Jopie Yusuf (2006: 33) dalam situs yang sama,

indikator beban operasional pada perusahaan meliputi:

a. Harga pokok penjualan

b. Biaya pemasaran

c. Biaya administrasi umum

Perbedaannya di atas ada pada biaya pemasaran yang dimasukkan ke

dalam indikator oleh Jopie Yusuf, tetapi tidak oleh Sofyan Harahap.

Sementara itu, Astri Fitri (2014) yang juga dikutip oleh situs yang sama

merinci indikator beban operasional menjadi lima, yaitu:

a. Biaya tenaga kerja, gaji, komisi, bonus, tunjangan, dan lain-lain.

b. Biaya administrasi dan umum

c. Biaya advertensi dan promosi

d. Biaya asuransi

e. Biaya pemeliharaan gedung, mesin, kendaraan, dan peralatan

f. Contoh Beban Operasional

Melihat indikator-indikator di atas, berikut contoh beban operasional

menurut Adi Saputra (2003) dikutip dalam repositori.unsil.ac.id.


51

2. Biaya Produksi

Biaya produksi mencakup semua biaya yang berhubungan dengan fungsi

produksi dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk yang selesai

dan siap dijual. Contoh biaya produksi ini antara lain:

a. Biaya bahan baku

b. Biaya tenaga kerja langsung

c. Biaya overhead pabrik

3. Biaya Non Produksi

Sementara itu, biaya non produksi mencakup manajemen dan pemasaran

produk dari perusahaan tersebut. Contoh biaya non produksi adalah biaya

pemasaran dan biaya administrasi umum. Biaya administrasi dan umum

merupakan biaya-biaya yang tidak secara khusus dikaitkan dengan kegiatan

penjualan atau kegiatan produksi serta pembelian, tetapi penting untuk

menunjang seluruh kegiatan usaha tersebut. Perusahaan biasanya sudah

memiliki pedoman apa saja yang termasuk dalam biaya pemasaran dan biaya

administrasi umum. Antara satu perusahaan dan perusahaan lain bisa jadi

berbeda. Biaya pemasaran meliputi:

a. Biaya promosi

b. Biaya iklan

c. Biara angkutan dari gudang perusahaan ke pembeli

d. Gaji karyawan bagian pemasaran

Gaji karyawan bagian selain pemasaran :

a. Biaya pemeriksaan akuntan

b. Biaya fotokopi

c. Jenis Beban Operasional


52

Beban atau biaya operasional dibagi menjadi dua golongan menurut Supriyono

(2004: 209), yakni biaya langsung dan biaya tidak langsung. Berikut penjelasan

selengkapnya.

1. Biaya Langsung (Direct Cost)

Merupakan biaya yang terjadi atau dikeluarkan dengan manfaat yang

dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu. Biaya ini dapat

dibebankan secara langsung pada kegiatan operasional.

2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Merupakan biaya yang terjadi atau dikeluarkan yang manfaatnya tidak

dapat diidentifikasikan pada objek atau pusat biaya tertentu. Biaya ini tidak

secara langsung dibebankan kepada kegiatan operasional.

a. Beban listrik kompresor

Selain biaya untuk mesin ada juga biaya yang harus dikeluarkan

perusahaan yaitu beban biaya listrik selama 1 bulan. Untuk perhitungannya

ada pada rumus sebagai berikut:

1) Ampere (A)

2) Volt (V)

3) Harga/ KWh

4) Ppj = Pajak Penerangan Jalan

5) Lama Operasi

Rumusnya yaitu:

𝐴 𝑥 𝑉 𝑥√3𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑊ℎ 𝑥 𝑝𝑝𝑗 𝑥 1 𝑗𝑎𝑚


𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 =
1000
Hasil jumlah= dihitung/ jam (beban biasa)

Untuk menghitung biaya puncak/jam yaitu:

Biaya puncak = Biaya biasa x 1,5

Kesimpulan,
53

Biaya listrik/hari – defrost

6). Biaya total per hari untuk 1 kompresor yaitu

Total = Beban biasa + beban puncak

b. Beban listrik kondensor

Selain biaya kompresor ada juga biaya listrik pada kondensor. Karena

kondensor juga membutuhkan listrik untuk menggerakkan kipas sebagai

pendingin kondensor tersebut. Biaya listrik dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut, misalnya:

1). 1 kondensor memiliki 2 kipas

2). 1 kipas memiliki 3 HP

3). 1 HP sama dengan 746 watt

𝑤𝑎𝑡𝑡
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑑𝑖ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔/𝑗𝑎𝑚 = 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎/𝐾𝑊ℎ 𝑥1
1000
Jumlah biaya total listrik/hari yaitu:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎/𝑗𝑎𝑚 𝑥 24

c. Biaya listrik evaporator

Sedangkan untuk biaya listrik yang digunakan untuk kipas yang ada di

evaporator bisa dihitung dengan cara sebagai berikut:

𝑤𝑎𝑡𝑡
𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚 = 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎/𝐾𝑊ℎ 𝑥1
1000

Jadi, rumus untuk Total Biaya listrik/hari yaitu

𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 24
𝑗𝑎𝑚

d. Biaya listrik lampu ruangan cold storage

Selain biaya-biaya pada komponen cold storage ada juga beban biaya

yang dibutuhkan oleh lampu yang ada pada ruangan cold storage. Biaya

tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

1). Jumlah lampu

2). Jumlah 1 lampu berapa watt


54

Rumusnya yaitu:

𝑤𝑎𝑡𝑡
𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚 = 𝑥 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎/𝐾𝑊ℎ 𝑥1
1000

Jumlah rumus biaya total listrik/hari yaitu:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎/𝑗𝑎𝑚 𝑥 24


III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Akhir

Praktek Kerja Akhir dilaksanakan di PT. Delta Mina Perkasa yang terletak

di Komplek Industri dan Pergudangan Sinar Buduran II Blok A.40, Jalan Lingkar

Timur No. 4, Prasungtani, Prasung, Kec. Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa

Timur 61252.

3.2. Metode Kerja Praktek Akhir

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktek Akhir adalah

metode survey dan magang. Menurut Sugiyono (2018) metode

survey adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan

data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat,

karakteristik, perilaku hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis

tentang variabel sosiologi dan psikologis. Menurut Sumardiono (2014:116),

magang adalah proses belajar dari seorang ahli melalui kegiatan dunia nyata.

Selain itu, magang adalah proses mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan

untuk menyelesaikan problem nyata di sekitar. Tujuan metode survey adalah untuk

mengetahui lokasi KPA, sarana prasarana, dan alur proses produksi. Adapun

tujuan praktik kerja lapang adalah untuk mengetahui prinsip kerja cold storage,

mengetahui komponen mesin pendingin pada cold storage, menghitung COP

beban pendingin pada cold storage, dan menentukan tingkat efisiensi

pemanfaatan fasilitas pada cold storage dengan kapasitas 400 ton.

3.3. Sumber Data

Adapun sumber data yang saya ambil yaitu data sekunder dan data primer.

Berikut penjelasan mengenai sumber data primer dan sekunder:

53
54

3.3.1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan disalurkan secara

langsung dari obyek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang bersangkutan.

Adapun data yang diamati secara langsung yaitu, mengetahui prinsip kerja cold

storage, mengetahui komponen mesin pendingin pada cold storage, menghitung

COP beban pendingin pada cold storage, dan menentukan tingkat efisiensi

pemanfaatan fasilitas pada cold storage dengan kapasitas 400 Ton.

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung

diperoleh dari subyek yang diamati dengan cara mencari literatur yang berkaitan

dengan pokok bahasan antara lain keadaan umum lokasi pada PT. Delta Mina

Perkasa adalah untuk mengetahui prinsip kerja cold storage, mengetahui

komponen mesin pendingin pada cold storage, menghitung COP beban pendingin

pada cold storage, dan menentukan tingkat efisiensi pemanfaatan fasilitas pada

cold storage dengan kapasitas 400 Ton.

3.4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data berfungsi untuk mendapatkan data – data yang

diperlukan dalam proses penelitian atau magang. Berikut penjelasan mengenai

teknik pengumpulan data yang saya ambil:

3.4.1. Editing

Teknik editing atau yang bisa disebut dengan pemeriksaan data adalah

dengan mencari informasi atau bahan untuk proposal melalui jurnal ataupun

website terkait dengan cold storage pada PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo.
55

3.4.2. Tabulating

Tabulating atau tabulasi merupakan sebuah bentuk dari kegiatan yang

dimana akan menggambarkan jawaban dari sebuah responden dengan cara

tertentu. Tabulasi adalah membuat tabel data sesuai dengan tujuan yang

diinginkan. Pengelolaan data karakteristik responden:


1
P = 𝑠𝑖𝑔𝑚𝑎 𝐹 𝑥 100% 𝑁

Keterangan :

P = Prosentase

F = Frekuensi Jawaban

N = Jawaban Responden

3.4.3. Analyzing

Teknik analyzing atau yang bisa disebut dengan teknik analisis adalah

Hasil dari pengolahan data verifikasi yang harus diketahui lebih dalam lagi.

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang membahas terkait proses pengolahan data dan informasi

yang sudah didapatkan selama melakukan penelitian atau magang. Teknik yang

saya gunakan adalah data deskriptif dan data operasional. Berikut penjelesan

mengenai teknik analisis data yang saya ambil:

3.5.1. Data Deskriptif

Data deskriptif merupakan salah satu analisis statistik yang digunakan

untuk mendeskripsikan tentang data yang akan digunakan untuk membuat

kesimpulan yang berlaku secara general. Hasil dari analisis data deskriptif adalah

ringkasan dari sampel yang akan diolah, seperti rata – rata, nilai tengah, modus.
56

3.5.2. Data Operasional

Data operasional adalah sebuah definisi berdasarkan pada karakteristik

yang dapat diobservasi dari apapun yang didefinisikan atau mengubah konsep

dengan kata – kata yang menguraikan perilaku yang dapat diamati dan dapat diuji

serta ditentukan kebenarannya.

3.6. Jadwal Kegiatan

Rencana kegiatan selama Praktek Kerja Lapang II ini membahas prinsip

kerja cold storage, komponen mesin pendingin pada cold storage, perhitungan

COP beban pendingin pada cold storage, dan menentukan tingkat efisiensi

pemanfaatan fasilitas pada cold storage dengan kapasitas 400 Ton di PT. Delta

Mina Perkasa yang dapat dilihat pada jadwal rencana kegiatan Praktek Kerja

Lapang II yang tertera pada Lampiran 2.


IV. KEADAAN UMUM

4.1 Kondisi Umum Lokasi Praktik Kerja Lapang

Pelaksanan magang atau kerja praktik akhir ini dilakukan di PT. Delta Mina

Perkasa Sidoarjo. Berikut sejarah dan tata letak PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo:

4.1.1 Sejarah Berdirinya PT. Delta Mina Perkasa

Pada tahun 1999 dengan nama pemilik usaha ini adalah Bapak Totok

dengan usaha mebel nya. Namun, usaha ini berubah menjadi pabrik ikan pada

tahun 2005 yang memanfaatkan hasil ikan dari para nelayan. Pada tahun 2014

usahanya dialihkan atau diolah oleh anaknya. Pada saat itu pemilik pabrik tersebut

masih menyewa gudang kosong daerah Candi, Sidoarjo dengan awal mula

menyetok ikan pelagis. Usaha tersebut berjalan hingga 2016 dan akhirnya dapat

membeli gudang kosong tersebut dengan hasil penjualan 2 tahun. Setelah

berjalannya usaha ini, pemilik usaha menambah stok baru yaitu fillet patin di

tulungagung yang nantinya akan dipasarkan di pabrik PT. Delta Mina Perkasa

yang terletak di Candi, Sidoarjo.

PT. Delta Mina Perkasa saat ini memiliki cabang di Tulungagung, dengan

pusat pabrik di Candi, Sidoarjo. Usaha ini berjalan hingga saat ini tahun 2023. Luas

PT. Delta Mina Perkasa 630 m2.

4.1.2 Lokasi PT. Delta Mina Perkasa

PT. Delta Mina Perkasa terletak di Komplek Industri dan Pergudangan

Sinar Buduran II Blok A-40, Sidoarjo, Jawa Timur dengan luas 630 m2 Secara

geografis PT. Delta Mina Perkasa terletak pada -7.3899270, 112.7479094 dengan

batasan – batasan wilayah antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Kota

Pasuruan, sebelah selatan berbatasan dengan lingkar timur, sebelah barat

berbatasan dengan sedati, dan sebelah timur berbatasan dengan Kota Sidoarjo.

Jarak antara jalan utama Kota Sidoarjo dengan PT. Delta Mina Perkasa adalah -+

56
57

2 km. sedangkan jarak dengan ibu Kota Jawa Timur Surabaya adalah sekitar 40

km.

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo merupakan usaha milik pribadi yang

berjalan dibidang perdagangan ikan dalam negeri. Ikan dikirim sesuai dengan

permintaan pedagang. Stok ikan juga sering dikirim ke cabang 1 di Tulungagung

seperti ikan layang, tuna, dan tongkol. Namun jika fillet patin, kami mendapatkan

dari cabang 1 Tulungagung karena di PT. Delta Mina Perkasa Tulungagung

memproduksi kerupuk kulit ikan patin, jadi untuk dagingnya atau fillet patinya

dikirim ke PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo untuk dijual belikan ke pedagang besar

ataupun kecil.

4.1.4 Struktur Organisasi

Berikut struktur organisasi PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo terdiri dari 4

unsur yaitu:

a. Unsur pimpinan

b. Unsur pengawasan atau komisaris

c. Unsur pemeriksa keuangan

d. Unsur pembantu berjalannya usaha yaitu: QC, Marketing, Warehouse,

dan Mechanic.

Gambar 10. Struktur Pegawai / Struktur Organisasi


Sumber: Data Primer (2023)
58

4.1.5 Ketenagakerjaan

Susunan organisasi dan tata kerja Perseroan Terbatas Delta Mina Perkasa

(PT. DMP) Sidoarjo ditetapkan berdasarkan pemilik perusahaan pada Tahun

2014. Jumlah tenaga kerja di PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo secara keseluruhan

adalah 12 orang, yang terdiri dari 6 pegawai tetap dengan tugas 2 orang sebagai

komisaris, 1 orang accounting, 1 orang quality control, dan 1 orang warehouse.

Sistem gaji untuk pegawai tetap adalah dibayar setiap bulan, 5 pegawai bongkar

muat yang bertugas memindahkan ikan yang datang atau keluar dari perusahaan,

untuk sistem gaji pada pegawai bongkar muat adalah dibayar setiap 2 minggu

sekali dengan per kg seharga 50 rupiah, dan 1 ibu dapur yang bertugas.

menyiapkan makan siang untuk semua pegawai tetap maupun pegawai harian

atau bongkar muat. Sistem gajinya adalah dibayar perbulan.

4.2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di PT. Delta Mina Perkasa berfungsi untuk

menunjang keberhasilan usaha tersebut dibidang perikanan. Berikut sarana dan

prasarana yang digunakan:

4.2.1 Sarana

Berikut sarana yang digunakan di PT. Delta Mina Perkasa:

a. Pallet Kayu

Pallet kayu berfungsi sebagai alas ikan plastikan ataupun karton

untuk masukan ke dalam cold storage. Palet tersebut mampu menahan

berat hingga 200 kg.


59

Gambar 19.Pallet Kayu


Sumber: Data Primer (2023)

b. Pallet Keranjang

Pallet keranjang berfungsi sebagai tempat ikan yang belum di

packing seperti ikan cakalang, yang memiliki berat 1 ikannya adalah

seberat 3 kg. pallet keranjang mampu menahan berat hingga 5 Ton ikan.

Gambar 20.Pallet Keranjang


Sumber: Data Primer (2023)

c. Neraca Kecil

Berfungsi untuk mengukur berat atau massa ikan yang memiliki

berat kurang dari 100 kg. Biasanya neraca ini hanya untuk memastikan

apakah berat pada ikan kartonan yang sudah dipacking sesuai (10kg).
60

Gambar 21.Neraca Kecil


Sumber: Data Primer (2023)

d. Neraca Besar

Berfungsi untuk menimbang ikan dengan berat 200 kg atau lebih,

dan lebih sering digunakan untuk pallet keranjang

Gambar 22. Neraca Besar


Sumber: Data Primer (2023)

e. Lampu Penerangan

Berfungsi sebagai penerangan pada saat ada bongkar muat.

Penerangan ini berfungsi pada dalam container, agar saat bongkar muat

di dalam container tidak gelap.


61

Gambar 23. Lampu Penerangan


Sumber: Data Primer (2023)

f. Hand Pallet

Berfungsi untuk memindahkan ikan dari dalam keluar ataupun

sebaliknya, hand pallet ini mampu menahan hingga 200 kg ikan.

Gambar 24. Hand Pallet


Sumber: Data Primer (2023)

g. Forklift

Berfungsi untuk memindahkan ikan dalam jumlah besar, biasanya

digunakan pada saat bongkar muat, jadi memindahkan pallet yang sudah

berisi ikan dengan berat tertentu. Forklift ini mampu memindahkan ikan ke

atas, dan juga memiliki lampu penerangan pada forklift tersebut.


62

Gambar 25. Forklift


Sumber: Data Primer (2023).

4.2.2 Prasarana

Prasarana yang digunakan di PT. Delta Mina Perkasa cukup lengkap dan

masih layak digunakan. Berikut penjelasan dan dokumentasi terkait dengan

prasarana:

a. Kantor (Office)

Kantor berfungsi sebagai tempat atau ruangan pegawai tetap melakukan

sesuai tugasnya, seperti pada bagian komisaris dan accounting yang bertugas

mengenai keuangan. Kantor juga tempat sebagai penjual dan pembeli berinteraksi

atau melakukan tawar menawar mengenai pembelian ikan dalam jumlah besar.

Gambar 26. Kantor (Office) PT. Delta Mina Perkasa


Sumber: Data Primer (2023)
63

b. Ruang Mesin

Ruang mesin ini berfungsi untuk tempat semua mesin diletakkan,

ruang mesin ini memiliki beberapa mesin pendukung hidupnya cold storage

yang terdiri dari: kompresor, motor listrik, receiver tank, oil separator, dan

pembangkit tenaga listrik.

Gambar 27.Ruang Mesin


Sumber: Data Primer (2023)

c. Ruang Pendingin (Cold Storage)

Ruang pendingin atau Cold Storage adalah suatu ruangan yang

berfungsi untuk menyimpan bahan baku seperti ikan, buah, ataupun es

agar tetap awet atau mengurangi pembusukan atau perubahan kimiawi.

Cold storage ini berukuran 15 m2 x 21 m2 dapat memuat ikan seberat 400

Ton.

Gambar 28. Ruang Pendingin (Cold Storage)


Sumber: Data Primer (2023)
64

d. Ruang Istirahat

Pada PT. Delta Mina Perkasa memiliki ruang istirahat khusus

karena memang perusahaan tersebut memberikan penginapan untuk

pegawai secara gratis. Serta mendapat makan siang gratis. Selain itu PT.

Delta Mina Perkasa juga menyediakan wifi gratis untuk para pegawai dan

pekerja Borongan. Memang perusahaan tersebut memberikan penginapan

untuk pegawai secara gratis. Serta mendapat makan siang gratis. Selain

itu PT. Delta Mina Perkasa juga menyediakan wifi gratis untuk para

pegawai dan pekerja Borongan.

Gambar 29. Ruang Istirahat Pegawai


Sumber: Data Primer (2023)

e. Kamar Mandi

Kamar mandi ada 3, 1 diruang dekat mesin, 1 diatas, dan 1 lagi di

kantor. Untuk kamar mandi kantor hanya dikhususkan untuk orang kantor

atau pegawai tetap saja, jika kamar mandi bawah dan kamar mandi atas

bebas untuk siapa saja, supir pun diperbolehkan mandi disana.


65

Gambar 30.Kamar Mandi


Sumber: Data Primer (2023)

f. Tempat Neli atau Jual Beli Ikan

Tempat ini berada di depan cold storage, biasanya tempat ini untuk

pembayaran ikan yang masuk ataupun yang keluar, di tempat ini biasanya

ditempati oleh pegawai bagian marketing dan quality control.

Gambar 31.Tempat Neli


Sumber: Data Primer (2023)
66

V. PEMBAHASAN

5.1. Prinsip Kerja Cold Storage

Cold Storage merupakan suatu alat mesin pendingin yang menampung

bahan baku yang akan mengalami proses pendinginan. Unit cold storage

digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendinginkan atau

mengawetkan makanan seperti daging, ikan, sayuran, dan buah-buahan.

Pada PT. Delta Mina Perkasa ini berfungsi untuk mengawetkan dan

mendinginkan daging ikan, ayam, dan kentang. Adapun prinsip kerja pada

Cold Storage sebagai berikut:

a. Dalam beroperasi sistem refrigerasi membutuhkan fluida yang mudah

menyerap dan melepas kalor, yang disebut refrigeran.

b. Siklus refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem memanfaatkan

aliran perpindahan kalor melalui refrigeran yang bersirkulasi secara terus –

menerus.

c. Saat ini kebanyakan sistem refrigerasi atau mesin refrigerasi yang bekerja

baik untuk industri maupun untuk keperluan rumah tangga menggunakan

mesin refrigerasi yang menggunakan siklus kompresi uap. Salah satu

komponen sistem refrigerasi yang mempunyai peranan penting adalah

kompresor.

d. Kompresor adalah suatu mesin untuk memampatkan udara atau gas.

Kompresor menerima energi/kerja dari luar berupa daya poros.

e. Kompresor hermetik jenis kompresor yang motor langsung memutar poros

pada kompresor sehingga putaran motor penggerak sama dengan

kompresor.

f. Mengingat besarnya peranan sistem refrigerasi (pendinginan) dalam

industri penyimpanan produk makanan dan makin banyaknya produk yang

66
67

dihasilkan sehingga menuntut agar produk tersebut tersimpan dalam

kualitas yang baik.

Berikut cara kerja sistem refrigerasi cold storage:

Gambar 32. Diagram Sistem Refrigerasi


Sumber: Data Sekunder

1. Sistem kerja Cold Storage dimulai dengan masuknya refrigerant ke

kompresor melalui pipa (intake) lalu di dalam kompresor refrigerant

berwujud gas, bersuhu rendah. Di kompresor refrigerant dikondisikan tetap

berwujud gas tapi memiliki tekanan dan suhu tinggi. Hal tersebut bisa

dilakukan karena kegunaan kompresor dalam sistem refrigerasi, yaitu

memompa menaikkan tekanan refrigerant dan kompresor dapat menghirup

gas serta mengkonversikan refrigerant dari tidak bertekanan dan bersuhu

rendah menjadi bertekanan tinggi & bersuhu tinggi. Lalu refrigerant yang

sudah di rubah dipompa dan dialirkan menuju kondensor.

2. Lalu refrigerant masuk ke kondensor. Di Dalam kondensor wujud

refrigerant diubah dari berwujud gas, bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi

menjadi berwujud cair, bertekanan tinggi dan bersuhu rendah. Karena

refrigerant di dalam kondensor mengalami proses kondensasi atau

Pengembunan / kondensasi adalah perubahan wujud benda ke wujud yang

lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi

ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah
68

uap dikompresi (tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami

kombinasi dari pendinginan dan kompresi.

3. Selanjutnya refrigerant di salurkan ke liquid receiver. Kegunaan alat ini

adalah untuk menampung sementara cairan refrigerant yang keluar dari

kondensor, agar refrigerant yang mengalir ke katup ekspansi semuanya

berbentuk cairan. Pemasangan receiver dipasang setelah kondensor dan

sebelum filter drier. kegunaan filter drier adalah sebagai penyaring dan

menyerap kotoran saat refrigerant keluar dari liquid receiver. Lalu wujud

refrigerant cair yang bersuhu rendah tetapi bertekanan tinggi menuju ke

moisture indicator, berfungsi untuk melihat kualitas refrigerant dan sirkulasi

refrigerant dalam sistem, didalam moisture indicator terdapat 2 indikator

yaitu kuning (Indikator yang menandakan bahwa pada sistem ada uap air

tapi perlu di vakum, dan berbentuk uap) dan hijau (Indikator yang

menandakan bahwa pada sistem tidak ada uap air).

4. Setelah itu refrigerant menuju solenoid valve. solenoid valve berfungsi

untuk mengalirkan dan juga menghentikan laju refrigerant secara otomatis

saat sistem sudah mencapai suhu yang di setting. jika solenoid valve tidak

bekerja dengan semestinya ada yang namanya shut-off valve itu berfungsi

untuk menutup atau menghentikan laju refrigerant secara manual apabila

solenoid valve tidak bekerja. Lalu refrigerant menuju ke Katup ekspansi

fungsinya mengabutkan refrigerant sebelum masuk ke evaporator. Proses

itu menurunkan suhu dan tekanan refrigerant yang dari kondensor yang

sebelumnya refrigerant berwujud cair, bersuhu rendah dan bertekanan

tinggi berubah menjadi berwujud gas, bersuhu rendah dan bertekanan

rendah.

5. Refrigerant yang telah berubah menjadi berwujud gas, bersuhu rendah dan

tekanan rendah masuk ke pipa-pipa evaporator, fungsi dari evaporator


69

adalah untuk menyerap udara suhu panas di dalam cold storage dan

menghembuskannya lagi namun berupa udara dingin, karena udara

didalam evaporator akan melewati pipa-pipa evaporator yang terdapat

refrigerant bersuhu rendah. Proses ini berulang-ulang dan terus menerus

sampai suhu di dalam cold storage sesuai dengan keinginan.

5.2 Klasifikasi Berdasarkan Jenis Perawatan

Adapun perawatan yang dilakukan pada cold storage ataupun mesinnya adalah

sebagai berikut:

a. Pemberian freon dengan rutin

b. Mengganti oli setiap ada perbaikan sebanyak 2 tabung.

c. Membersihkan kondensor yang tersumbat

d. Pengecekan katup ekspansi dilakukan karena sering terjadi sumbatan

yang menyebabkan terjadinya bunga es di sekitar katup yang berlebihan.

Gambar 33. (a)Pembersihan Kondensor (b)Pengisian Freon


Sumber: Data Primer (2023)

Perbaikan yang dilakukan pada mesin cold storage adalah sebagai berikut:

a. Dengan mengganti mesin yang sudah lama dengan mesin baru (namun

membeli second atau bekas)

b. Membetulkan tempat terjadinya pertukaran oli karena di daerah tersebut sering

terjadi kelonggaran atau tidak rapat.


70

c. Perbaikan yang dilakukan terjadi sekitar 1 bulan, dikarenakan pabrik tersebut

membeli mesin baru namun dalam keadaan second, dan yang terjadi mesin

dalam sangat buruk sehingga terlalu banyak sparepart yang harus diganti.

5.3. Spesifikasi Penggunaan Kompresor Pada Cold Storage

a. Pada Kompresor BITZER Type 6H_35.2

Table 2.Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6H_35.2


Technical Data Technical Data
Displacement (1450 RPM 50 Hz) 110,5 m3/h
Displacement (1759 RPM 60 Hz) 133,4 m3/h
No. Of Cylinder x Bore x Stroke 6 x 70 mm x 55 mm
Weight 235 kg
Max. Pressure (LP/HP) 19 / 28 bar
Connection Suction Line 54 mm – 2 1/8’’
Connection Discharge Line 35 mm – 1 3/8’’
Connection Colling Water R 3/4'’
Oil Type R134A/R407C/R404A/R507A/R407A/R407F Tc55oC:BSE55(Option)
Oil Type R22 (R12/5502) B5.2 (Standart)
Oil Type R290/R1270 SHC226E (Standart)
Motor Data
Motor Voltage (more on request) 380–420V PW-3-50Hz
Max Operating Current 61.0 A
Winding Ratio 50/50
Starting Current (rotor locked) 147.0 A Y/262.0 A YY
Max. Power Input 37.4 kW
Extent of Delivery (Standart)
Motor Protection SE-B2
Enclosure Class IP54 (Standart), IP66
(Option)
Vibaration Dampers Standart
Oil Charge 4,75 dm3
Available Options
Discharge Gas Temperature Sensor Option
Start Unloading Option
Capacity Control 100-66-33% (Option)
Additional Fan Option
Water – Cooled Cylinder Heads Option
Oil Service Valve Option
Crankcase Heater 140 W (Option)
Oil Pressure Monitoring MPS4 (Option), Delta-
PII (Option, not for
R290/R1270)
71

Gambar 34. Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6H_35.2


Sumber: Data Primer (2023)

b. Pada Kompresor BITZER Type 6FE_50_40P

Table 3.Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6FE_50_40P


Technical Data Technical Data
Oil Type BSE32
Pressure (LP/HP) 19 / 32 bar
Of Cylinder x bore x stroke 6 x 82 mm x 55 mm
Refrigerant R22
Capacity 50 PK
Madein Jerman
Model Semi Hermetic
Weight 246 kg
Connection Suction Line 54 mm – 2 1 / 8”
Connection Discharge Line 42 mm – 1 5 / 8”
Motor Data Motor Data
Motor Voltage 380 – 420V PW – 3 – 50Hz
Motor Version 1 (High Temperature)
Max Operating Current 96.2 A
Power Input 51.0 Kw
Starting Current (Rotor Locked) 226.0 A Y / 404.0 A YY

Gambar 35. Spesifikasi Kompresor Bitzer Type 6FE_50_40P


Sumber: Data Primer (2023)
72

5.4. Perhitungan COP Beban Pendingin Pada Cold Storage

Diagram P-h merupakan diagram dengan sumbu x menunjukan enthalpy

(h) dan sumbu y menunjukan tekanan (P). Seperti pada diagram dibawah ini yang

bertujuan untuk menghitung COP beban pendingin, maka dapat diperoleh:

Gambar 36. Diagran pH


Sumber: Data Primer (2023)
Diketahui :

Suhu = -13oC

Low Pressure = 150

High Pressure = 190

Tc = 15 oC

Te = 60oC

H2 - h1 = 400 - 380

h3 - h4 = 280 - 180

Tanya :

a. P kompresor

b. q evaporator

c. COP Aktual

d. COP Carnot

e. Efisiensi Mesin

Jawab :
73

a. P kompresor = 𝑚 (ℎ2 − ℎ1)

𝑃 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟
𝑚=
ℎ2−ℎ1

37.4 𝑘𝑊
=
400−380

𝑘𝑔
= 1,87 𝑠

b. q evaporator = 𝑚 (ℎ1 − ℎ4)

= 1,87 (380 − 180)

= 1,87 𝑥 200

= 374 𝑘𝑊
𝑞 𝑒𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
c. COP aktual = 𝑃 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑜𝑟

374
= 37,4

= 10
𝑇𝑒 +273 𝐾
d. COP Carnot = 𝐶𝑂𝑃𝑐𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 =
𝑇𝑐 − 𝑇𝑒

60+273
= 15−60

= 7,4

𝐶𝑂𝑃 𝐴𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
e. Efisiensi 𝜇 = 𝐶𝑂𝑃 𝐶𝑎𝑟𝑛𝑜𝑡 x 100%

10
= 7,4

= 1,35 = 135 %

5.5 Menentukan Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas Cold Storage

Menentukan tingkat efisiensi pemanfaatan fasilitas cold storage di PT.

Delta Mina Perkasa yang bertujuan agar dapat diketahui apakah ruang cold

storage berkapasitas 400 tonase efisien untuk digunakan, maka didapatkan

perhitungan sebagai berikut:


74

5.5.1. Pada Ruang Cold Storage Kapasitas 400 Ton

Agar dapat mengetahui apakah ruang cold storage tersebut efisien untuk

digunakan maka diperleh perhitungan sebagai berikut:

Diketahui :

p = 14 m

l = 25 m

t = 6,7 m

panel = 10 cm = 0,1 m

semen = 30 cm = 0,3 m

Tanya : Efisiensi pada ruang cold storage?

Jawab :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡)
𝐸= 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑥 100%

234,5
𝐸= 𝑥 100%
234,5

= 1 𝑥 100%

= 100 %

Jadi tingkat efisiensi pada penyimpanan cold storage adalah sebesar 100%, jadi

penyimpanan ini sangat efisien digunakan.

5.5.2. Pada Fasilitas Cold Storage Kapasitas 400 Ton dan Pergudangan

Pada fasilitas cold storage dengan kantor atau pergudangan PT. Delta

Mina Perkasa menghasilkan perhitungan berikut:

Diketahui :

Up = Ukuran Fasilitas Terpakai

Ut = Ukuran Fasilitas yang Tersedia

Up = 630 m2

Ut = 315 m2
75

Tanya : Efisiensi terhsdap fasilitas cold storage dengan pergudangan

Jawab :
𝑈𝑝
𝐸= 𝑈𝑡
𝑥 100%

630
𝐸 = 315 𝑥 100%

= 2 𝑥 100 %

= 200%

Jadi tingkat efisiensi pemanfaatan fasilitas pada PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo

adalah sebesar 200%. Dijelaskan bahwa sangat tidak efisien untuk digunakan atau

dimanfaatkan.

5.6. Keuntungan Menggunakan Cold Storage 400 Ton

a. Dapat menampung ikan beku dengan kapasitas yang besar.

b. Dapat menjaga kesegaran ikan dalam jangka waktu yang lama (1 tahun) namun

enzim enzim yang ada pada ikan akan berkurang dan rusak jika terlalu lama

didalam cold storage

c. Memperluas jangkauan pasar, maksudnya adalah mereka atau pembeli dapat

menjual ikan dipasar atau di tempat yang lebih jauh dengan mudah dan aman

karena ikan yang dibawa dari dalam cold storage yang masih beku atau dingin

maksimal.

d. Meningkatkan nilai jual ikan, dengan adanya cold storage ini, ikan dapat dijual

dengan harga pasar saat ini, jika harga pasar tinggi, maka hasil ikan di dalam

cold storage bisa dijual dengan harga tinggi juga. Karena pada dasarnya ikan

yang berada di dalam cold storage adalah ikan yang berkualitas tinggi dan

segar.

e. Mengurangi pemborosan atau kerugian menjual ikan. Karena dengan adanya

konsumen yang menjual ikan hari itu tetapi dagangan ikan tersebut tidak laku,

maka bisa menggunakan jasa penyewaan cold storage, agar ikan tersebut bisa
76

dijual kembali hari esok (ikan dalam keadaan dingin tidak lembek) karena sudah

masuk dari cold storage.

5.7. Kerugian Menggunakan Cold Storage 400 Ton

a. Bakteri cepat berkembang.

b. Biaya operasional, ini dapat mempengaruhi harga jual ikan. Karena jika

biaya operasional yang dikeluarkan terlalu tinggi, maka tidak seimbang

dengan penjualan ikan, contohnya seperti biaya listrik, dan biaya

perawatan peralatan.

c. Penyimpanan harus berjumlah minimal keatas, karena jika penyimpanan

ikan dibawah minimal itu akan menyebabkan kerugian pada biaya

operasional dan harga jual ikan.

5.8. Perbedaan Ikan Cakalang dan Ikan Layang

Table 4. Perbedaan Ikan Cakalang dan Ikan Layang

Perbedaan Ikan Layang dan Ikan Cakalang


Komoditas Bentuk Sirip Warna Ukuran Gambar
Ikan - Membulat Sirip Memiliki 4-6 30 – 80
Cakalang - Memanjang punggung garis cm
perut berwarna
diikuti gelap
oleh 7-9
finlet

Ikan - Pipih 2 sirip Sisik 14,7 –


Layang - Kepala punggung mengkilap 35,10 cm
lonjong terpisah,
- Memanjang sirip
dubur
tidak
bersisik
Sumber: Data Primer (2023)
77

5.9. Menentukan efisiensi Pendingin Pada Ikan Layang dan Ikan Cakalang

Untuk menghitung kalor pada ikan layang dan ikan cakalang, maka

diperlukannya bahan bahan sebagai berikut:

Table 5. Bahan - bahan Penelitian Pada Ikan Layang dan Ikan Cakalang

Nama Alat dan Bahan Fungsi Gambar

Wadah Untuk menaruh ikan yang


akan dicek kalornya.

Thermometer Digital Untuk mengukur


perubahan suhu pada ikan
layang dan cakalang.

Sarung Tangan Plastik Untuk menghindari bau


amis dan kurang higenis
nya ikan.

1 Ekor Ikan Layang Sebagai bahan


percobaan.

1 Ekor Ikan Cakalang Sebagai bahan


percobaan.

Sumber: Data Primer (2023)


78

5.10. Panas Sensibel (Sensible Heat)

Berikut untuk menghitung panas sensibel pada ikan layang dan ikan

cakalang:

5.10.1. Panas Sensibel Pada Ikan Layang (Decapterus spp)

Panas sensibel adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air,

tetapi phasa (wujud) tidak berubah. Pada saat kita ingin menggoreng ikan beku

yang baru saja keluar dari freezer atau mesin pendingin, pasti ikan tersebut harus

dinaikan dulu suhunya atau ditunggu hingga mencair. Maksudnya adalah tidak

beku lagi, atau suhu nya sudah naik. Maka dihasilkan perhitungan panas sensibel

sebagai berikut:

Diketahui :

Q : Kalor Sensibel

m : Massa benda

c : Panas benda

m = 0.06 kg = 60 gram

T1 = 5,9oC

T2 = 22,5oC

c = es = cair = 15oC = 4186 J/kg C

Tanya : Kalor/panas Sensible?

Jawab :

𝑄 = 𝑚 𝑥 𝑐 (𝑇2 − 𝑇1)

= 0.06 𝑘𝑔 𝑥 4186 𝐽/𝑘𝑔°𝐶 (22,5°𝐶 − 5,9°𝐶)

= 0,06 𝑘𝑔 𝑥 4186 𝐽/𝑘𝑔°𝐶 𝑥 16,6°𝐶

= 4169 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
79

5.10.2. Panas Sensibel Pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Berikut perhitungan kalor sensibel pada ikan cakalang,

Diketahui :

m = 0.07 kg = 70 gram

T1 = 2,4oC

T2 = 20,5oC

c = es = cair = 15oC = 4186 J/kg°𝐶

Jawab :

𝑄 = 𝑚 𝑥 𝑐 (𝑇2 − 𝑇1)

= 0,07 𝑔 𝑥 4186 𝐽/𝑘𝑔°𝐶 (20,5°𝐶 − 2,4°𝐶)

= 0,07 𝑔 𝑥 4186 𝐽/𝑘𝑔°𝐶 𝑥 18,1°𝐶

= 5303 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒

5.11 Panas Laten (Latent Heat)

Berikut perhitungan panas laten pada ikan layang dan ikan cakalang:

5.11.1 Panas Laten Pada Ikan Layang

Kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk mengubah wujud zat, tetapi

temperaturnya tetap. Dari es menjadi cair, contohnya seperti ikan beku yang ingin

dimasak maka harus di diamkan atau dicairkan agar dapat dimakan atau dimasak,

berikut perhitungan kalor laten tersebut:

Diketahui :

Q : Kalor Laten

m : Massa Benda

L : Kalor Lebur Benda

m = 60 gram

L = 79,77 kal/gr

Tanya : Kalot Laten?


80

Jawab :

𝑄= 𝑚𝑥𝐿

= 60 𝑔 𝑥 79,77 𝑘𝑎𝑙/𝑔

= 4786 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖

= 4,786 𝑘𝑘𝑎𝑙

5.11.2. Panas Laten Pada Ikan Cakalang

Berikut perhitungan kalor laten pada ikan cakalang:

Diketahui :

m = 70 gram

L = 79,77 kal/gr

Tanya : Kalot Laten?

Jawab :

𝑄= 𝑚𝑥𝐿

= 70 𝑔 𝑥 79,77 kal/g

= 5583 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖

= 5,583 𝑘𝑘𝑎𝑙

5.12. Menentukan Biaya Operasional Pada Cold Storage

Biaya operasional berfungsi agar dapat mengetahui pengeluaran pada saat usaha

tersebut dijalankan. Berikut perhitungannya:

5.12.1. Biaya Listrik

Berikut adalah data pembayaran listrik setiap bulannya:

Table 6. Data Biaya Operasional Per Bulan

Bulan Keterangan Biaya


Mei PLN Rp. 24.660.564
Telkom/Speedy/Wifi Rp. 388.500
BPJS Ketenagakerjaan Rp. 1.232.422
Total Rp. 26.281.486
81

Bulan Keterangan Biaya


April PLN Rp. 24.000.000
Telkom/Speedy/Wifi Rp. 453.029
BPJS Ketenagakerjaan Rp. 1.232.422
Total Rp. 25.685.451

Bulan Keterangan Biaya


Juni PLN Rp. 27.643.090
Telkom/Speedy/Wifi Rp. 395.500
BPJS Ketenagakerjaan Rp. 1.232.422
Total Rp. 29.271.012

5.12.2. Biaya Perbaikan

Berikut data biaya pembelian sparepart untuk perbaikan di PT. Delta Mina

Perkasa:

Table 7. Data Pembelian Sparepart

No Nama Sparepart Quantity Harga Jumlah


(Rp)
1. 3P1-042 BZ 37261603 PA 3 pc 184.000 552.000
2. 3P1-039 BZ 37251107 PA 3 pc 121.000 513.000
3. Oil Separator 13/8 S4013F 1 buah 1.550.000 1.550.000
4. Packing Tombo 1” 1 lbr 550.000 550.000
5. 3V1-019 BZ BD2 0,3 VD/KT 10 pc 74.000 740.000
6. 3V1-024 BZ BF5 0,6 VS/KH 6 pc 69.000 534.000
7. Selang AR 36 1 set 105.000 105.000
8. Armaflex sheet ¾ 2 lbr 160.000 320.000
9. Modul AC 1 set 170.000 170.000
10. Duct Tape Lem 2 roll 9.000 18.000
11. Oli Suniso YGS 7 can 455.000 3.185.000
12. Kawat Las SS PJG 2.6 30 x 2.6 3.000 90.000
13. Isolasi Kertas 3 buah 7.000 21.000
14. WD Super Tipis 1.2 mm x 4 20 WD 2.731 57.500
15. WD Tebal 4” 4WD 6.250 25.000
16. Botol Isi OX 1 buah 75.000 75.000
17. Dop Las 5GP Diameter 4 1 buah 85.000 85.000
18. Elbow Las sch 40 diameter 3” 3 buah 140.000 420.000
19. 1 3 buah 85.000 255.000
Elbow Las sch 40 diameter 2 2 "
20. Reducer Las sch 40 4x3 1 buah 120.000 120.000
21. Dop Las 5GP diameter 3” 1 buah 45.000 45.000
22. 3V1-047 6FE 0,7 VS/KH 10 pcs 89.000 890.000
23. 5 1 2 pcs 7.800 15.600
U bolt 𝑥 2
16 2
24. 5 1 pcs 10.400 10.400
U bolt 16 𝑥 4
25. 5 2 pcs 9.100 18.200
U bolt 16 𝑥 3
82

26. 1 1 pcs 33.800 33.800


V. Sok Las Sgp 2 𝑥 1 2
27. 1 1 pcs 57.200 57.00
V. Sok Las sch 2 𝑥 2
2
28. V. Sok Las sch 2 𝑥 3 1 pcs 71.500 71.500
29. Elbow 2” 3 buah 37.500 111.150
30. Elbow Las sch 3” 1 buah 217.100 217.100
31. 1 1 buah 99.450 99.450
Elbow Las sch 2 "
2
32. Pipa 2” Seamless 1 btg 1.007.500 1.007.500
33. Pipa 3” Seamless 1 btg 1.839.500 1.839.500
34. Nachi 12 mm 1 pcs 204.100 204.000
35. 5 4 pcs 8.450 33.800
Baut NC 𝑥 3
8
36. Baut 10 𝑥 70 10 pcs 5.200 52.000
37. Ring M14 20 pcs 1.040 20.800
38. Mata Bor Beton 12 Wipro 1 pcs 78.000 78.000
39. Dynabolt 12 𝑥 75 10 buah 5.850 58.500
40. Siku 5 𝑥 5 SNI 1 btg 282.100 282.100
41. Jarum Argon 2,4 2 buah 30.550 61.100
42. Kaca Las Hitam M11 2 buah 3.900 7.800
43. Kaca Las Bening 2 buah 3.900 7.800
44. Freon R22 5 can 1.450.000 7.250.000
45. KTG 2 buah 12.500 25.000
46. Kompresor SD7L15 24V 1 buah 3.663.000 3.663.000
47. Freon 404 Refrigerant 2 can 1.300.000 2.600.000
48. Oli Suniso 4gs 3 kaleng 455.000 1.365.000
49. Eliwell 10 974 1 buah 1.050.000 1.050.000
50. Mr. 206 Refco 3 buah 335.000 1.005.000
51. Mr. 306 Refco 2 buah 335.000 670.000
52. 1 2 buah 45.000 90.000
Hand Valve 4
53. Freon R22 4 can 1.450.000 5.800.000
54. Oli Suniso 4gs 1 kaleng 450.000 450.000
55. Oil Separator Type 4013f 1 buah 1.650.000 1.650.000
56. Freon R22 10 can 1.450.000 14.500.000
57. Freon 404 5 can 1.300.000 6.500.000
58. Oil Suniso 4gs 6 kaleng 455.000 2.730.000
59. Gasket 64E35 (372811-07) 1 set 2.500.000 2.500.000
60. Ring 6HE35 (382300-55) 6 buah 350.000 2.100.000
61. Ring 6HE35 (382310-22) 6 buah 250.000 1.500.000
61. Freon R22 8 can 1.400.000 11.200.000
63. Oil Suniso 4gs 3 kaleng 450.000 1.350.000
64. Freon R22 9 can 1.400.000 12.600.000
65. Kapiler 0,70 30 mtr 10.000 30.000
66. 5 10 biji 11.500 115.000
Elbow 8
67. BH11 Valve 3 buah 275.000 825.000
68. 13 2 buah 1.400.000 2.900.000
Check Valve 8 Castel
69. Kawat Las Merah 20 buah 6.000 120.000
70. Kawat Las Kuningan 5 buah 17.500 87.500
71. 13 2 buah 1.600.000 3.200.000
Oil Separator 8 S5513
83

72. 1 12 buah 17.500 210.000


Nepel H/4 4
73. Tee Reducer 718 x 500 4 buah 35.000 140.000
74. OPC 14p54 1 buah 1.600.000 1.600.000
75. Oil repair S5515 2 buah 1.800.000 3.600.000
76. 1 2 buah 2.850.000 5.700.000
Check Valve 2 8
77. 1 1 lonjor 2.360.000 2.360.000
Pipa Tembaga 2 8 (1,2)
78. 13 1 lonjor 1.350.000 1.350.000
Pipa Tembaga 8
(1)
79. 5 1 lonjor 430.000 430.000
Pipa Tembaga 8
(0,81)
80. 1 1 lonjor 500.000 500.000
Pipa Tembaga 4
(0,91)
81. 7 1 lonjor 1.000.000 1.000.000
Pipa Tembaga 8
(1,14)
82. Elbow tembaga 24s 8 buah 130.000 1.040.000
83. Elbow kuningan 13s 10 buah 47.500 4.750.000
84. Elbow tembaga 7s 5 buah 23.500 117.500
85. Armaflex 24s x 1” 4 lonjor 116.500 466.000
86. H/C KP15 1 buah 750.000 750.000
87. 15 10 buah 70.000 700.000
Elbow
8
88. 15 1 lonjor 1.680.000 1.680.000
Pipa Tembaga 8
89. Reducer 248 x 1578 4 buah 130.000 520.000
90. UNP 100 1 buah 498.000 498.000
91. Avian Super Black Cat 1 buah 72.750 72.750
92. Thinner 2 kaleng 17.500 35.000
93. Bensin 20 liter 10.000 200.000
94. Steker 1 buah 10.000 10.000
95. Oil Filter 3F1- 1 buah 347.000 347.000
001BZ36200301FO
Total Pengeluaran Rp.
130.502.352

Sumber: Data Primer (2023)

5.12.3. Biaya Tenaga Kerja / Jasa

Adapun biaya Tenaga Kerja per kg nya pada ikan layang dan ikan cakalang

sebagai berikut:

Table 8. Biaya tenaga Kerja

Biaya Tenaga Kerja (Rp)


Komoditas Maret April Mei Juni
Ikan Layang 6.056.250 5.210.250 5.942.250 0
Ikan 847.950 1.370.280 506.490 357.000
Cakalang
Sumber: Data Primer (2023)
84

5.12.4. Saldo Awal Bahan Baku

Berikut saldo awal bahan baku pada ikan layang dan ikan cakalang setiap

bulannya:

Table 9. Saldo Awal Bahan Baku

Saldo Awal Bahan Baku ((Total In) (Rp))


Komoditas Maret April Mei Juni
Ikan Layang 1.102.728.009 969.000.000 999.480.000 0
Ikan Cakalang 778.860.500 515.637.000 314.054.000 32.665.000
Sumber: Data Primer (2023)

5.12.5. Pembelian Bahan Baku

Berikut pembelian bahan baku pada ikan layang dan ikan cakalang setiap

bulannya (Rp).

Table 10. Pembelian Bahan Baku

Pembelian Bahan Baku ((Total Out) (Rp))


Komoditas Maret April Mei Juni
Ikan Layang 133.728.000 135.360.000 48.720.000 0
Ikan Cakalang 646.015.000 172.490.000 234.694.500 15.510.000
Sumber: Data Primer (2023)

5.12.6. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi yang dihasilkan setiap bulannya pada ikan layang dan ikan

cakalang dengan rumus sebagai berikut:

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = 𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 + 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 −

𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢

Maka hasil dari harga pokok produksi setiap bulannya sebagai berikut:

Table 11. HPP Ikan Layang

Harga Pokok Produksi Ikan Layang


Maret April Mei
269.480.009 18.240.000 999.480.000
Sumber: Data Primer (2023)
85

Table 12. HPP Ikan Cakalang


Harga Pokok Produksi Ikan Cakalang
Maret April Mei
435.713.500 436.277.500 298.544.000
Sumber: Data Primer (2023)
VI. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil dari hasil KPA adalah sebagai berikut:

1. Estimasi pembekuan ikan layang dan ikan cakalang menggunakan metode

perhitungan panas sensible dan panas laten selama ± 1 𝑗𝑎𝑚.

2. Biaya operasional yang dihasilkan pada cold storage selama 84 hari adalah

sebesar Rp. 211.740.301 dengan mendapatkan HPP pada ikan layang dan

ikan cakalang dilihat pada tabel 12.

3. Kelayakan penggunaan pada cold storage adalah sebesar 100 % dan

kelayakan penggunaan fasilitas cold torage adalah sebesar 200 %. COP

actual yang dihasilkan adalah sebesar 10. COP Carnot yang dihasilkan

adalah sebesar 7,4. Efisiensi pada penggunaan mesin adalah sebesar 135

%. Menghasilkan lebih dari 100% karena adanya penggunaan 2 mesin.

4. Efisiensi pembekuan pada ikan layang dan ikan cakalang menghasilkan

Kalor laten pada ikan layang adalah sebesar 4,786 kkal Kalor laten pada

ikan cakalang adalah sebesar 5,583 kkal.

5.2. Saran

Adapun saran dari penulis untuk PT. Delta Mina Perkasa Sidoarjo

mengenai penggunaan cold storage kapasitas 400 Ton pada bahan baku

ikan layang dan ikan cakalang sebagai berikut:

1. Melakukan pengecekan suhu secara berkala seharusnya lebih

ditingkatkan lagi, karena dengan tidak adanya data pengecekan suhu pada

cold storage itu menyebabkan ketidak tahuan kondisi ikan di dalam cold

storage. Kami melakukan perawatan setiap minggu dengan mengganti

freon, namun jika untuk perubahan suhu yang drastis (panas) itu langsung

ada pengecekan atau perbaikan pada evaporator ataupun kompresor.

86
87

Karena sering terjadi lembeknya ikan membuat konsumen tidak berminat

untuk membeli, dan juga jika suhu cold storage naik maka ikan akan cepat

berdarah.

2. Melakukan perbaikan mesin dengan SOP yang benar.


88

DAFTAR PUSTAKA

Bunnoto, E. 2020. Perhitungan Beban Pendingin Pada Cold Storage Untuk


Penyimpanan Produk Hasil Laut Di PT. Zinhaiyuan. Skripsi.

Rachmad, M. A. 1999. Cold Storage Untuk Menyimpan Hasil Laut Kapasitas


Pendinginan 50 Tr. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Siagian, S. 2017. Perhitungan Beban Pendingin Pada Cold Storage Untuk


Penyimpanan Ikan Tuna Pada PT. X. Jurnal Bina Teknika Vol. 13, No 1:
139-149

Windany, F. W. 2020. Efisiensi Penggunaan Fasilitas Cold Storage PT. Samsi

Karya di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap Kabupaten Cilacap Jawa


Tengah. Skripsi, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Pangkajene
Kepulauan.
Prasetyo, D. 2021. Pengoperasian Mesin Pendingin Untuk Cold Storage

Penyimpanan Ikan Beku di PT. Dwi Bina Utama Sorong. Buletin JSJ, 3 (1), 2021,
19-27

Murtono, A. 2015. Analisis Beban Pendingin Cold Storage PT. Sari Tuna Makmur
Aertembaga Bitung. Sulawesi Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Perikanan Tangkap 2(2): 89-93

Koronka25. 2020. Cara Kerja Sistem Refrigerasi Cold Storage.


https://www.kaskus.co.id/thread/5f487a958d9b17757a2b4ee0/cara-
kerja-sistem-refrigerasi-cold-storage/

Adrianto, L. 2015. Analisis Sumberdaya Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis) di


Perairan Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Bogor. Jurnal Marine
Fisheries 6 (2):109-117

Triyono, H. 2019. Aspek Biologi Cakalang (Katsuwonus Pelamis, Linnaeus 1758)


di Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluh Perikanan dan Kelautan. Volume
13(2): 139-147

Latukonsina, H. 2010. Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan


Layang (Decapterus spp) di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan.
UMMU Ternate. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan perikanan. Volume 3 Edisi
2.

Ghofar, A. 2015. Aspek Biologi Ikan Layang Decapterus Macrosoma) Yang


Didaratkan di PPP Sadeng, Gunung Kidul, Yogyakarta. Jurnal.
Diponegoro Journal of Maquares Management Of Aquatic Resources.
Volume 4, Nomor 4, Hal: 10-18

Astuty, S. 2020. Individu ikan cakalang (Katsuwonus pelamis). Makalah.


Universitas Padjadjaran.
89

Alfiatunnisa, N. 2018. Karakter Morfometrik dan Meristik Ikan Layang (Decapterus


macrosoma Bleeker 1851) di Pantai Selatan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Jurnal. Perikanan Universitas Gadjah Mada. Vol.
23 (1), 1-7.

Prasetyo, D. 2021. Pengoperasian Mesin Pendingin Untuk Cold Storage


Penyimpanan Ikan Beku di PT. Dwi Bina Utama Sorong. Jurnal. Buletin
JSJ, 3 (1), 2021, 19-27

Irfan, M. 2020. Pengukuran Tekanan Menggunakan Manometer. Laporan.


Universitas Pertamina.

Anonim. 2018. Metode Penelitian. Makalah. Sekolah Teknik Elektro dan


Informatika.

Pndice. 2023. Pentingnya Cold Storage: Keuntungan dan Tantangan.


https://pndice.com/cold-storage-untuk-perikanan/

Komariah, S. 2020. Deteksi Keberadaan Parasit Anisakis sp. Pada Ikan Layang
(Decapterus sp.) Yang Diperdagangkan Di Pasar Ikan Kedonganan, Bali.
Jurnal. Universitas Warmadewa. Volume 25, Nomor 02, Hal: 107-114.

Syahrini, A. 2006. Analisa Kerja Kompresor Terhadap Penggunaan Refrigeran


R12 dan Hidrokarbon Jenis PIB (Propane Iso Butane). Majalah Ilmiah.
MEKTEK Tahun VIII No. 2 Mei. Hal:1-6
90

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran. 1. Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas

Table 11. Tingkat Efisiensi Pemanfaatan Fasilitas

Tingkat Efisiensi Jenis Efisiensi


>100 % Sangat Efisiensi
76-100 % Efisiensi
51-75 % Kurang Efisiensi
26-50 % Tidak Efisiensi
1-25 % Sangat Tidak Efisiensi
Sumber: Skripsi (2020)

Lampiran. 2. Jadwal Kegiatan

Table 12. Jadwal Kegiatan

N KEGIAT Maret April Mei Juni


O AN III IV I II III VI II III III VI I II III
I
1. Berangk
at dari
kampus
2. Tiba di
lokasi
KPA
3. Observa
si dan
wawanc
ara
4. Analisis
Data
5. Menyusu
n konsep
laporan
6. Kembali
ke
kampus
Sumber : Data Primer (2023)
91

Lampiran. 3. Pengambilan Data

Tabel 7. Pengambilan Data

Tgl/ P h1 h2 h3 h4 q
bula Suh L kompres (kJ/k (kJ/k (kJ/k (kJ/k m (massa) evaporator COP
n u P HP or (kW) g) g) g) g) kg/s (kW) Aktual
21
Marc 1 23
h -14 9 0 37,4 380 420 280 180 0,935 187 5
22
Marc 2 25
h -15 0 0 37,4 380 420 180 180 0,935 187 5
23
Marc 1 21
h -11 0 0 37,4 370 420 180 160 0,748 157,08 4,2
24
Marc 1 21 1,2466666
h -12 5 0 37,4 380 410 270 182 67 246,84 6,6
25
Marc 1 23
h -13 5 0 37,4 380 405 305 175 1,496 306,68 8,2
26
Marc
h -16 37,4
27
Marc 2 23 1,0685714 208,37142 5,5714285
h -11 5 0 37,4 385 420 290 190 29 86 71
28
Marc 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
h -14 9 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
92

29
Marc 1 21 1,2466666 249,33333 6,6666666
h -15 9 0 37,4 380 410 290 180 67 33 67
30
Marc 1 21
h -12 5 0 37,4 380 420 280 180 0,935 187 5
31
Marc 1 19 1,2466666
h -11 6 0 37,4 380 410 280 170 67 261,8 7
1 1 23
April -13 5 0 37,4 380 420 300 180 0,935 187 5
2 1 20
April -12 7 0 37,4 0 0 0
3 1 21
April -12 5 0 37,4 380 420 300 180 0,935 187 5
4 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
April -15 9 0 37,4 380 410 280 180 67 33 67
5 1 21 1,2466666
April -13 5 0 37,4 380 410 280 170 67 261,8 7
6 2 21 1,2466666 249,33333 6,6666666
April -11 5 0 37,4 390 420 290 190 67 33 67
7 1 19 1,0685714 215,85142 5,7714285
April -12 7 0 37,4 380 415 270 178 29 86 71
8 1 20
April -13 5 0 37,4 380 420 290 188 0,935 179,52 4,8
9 1 19
April -11 0 0 37,4 0 0
10 1 21 1,2466666 249,33333 6,6666666
April -15 9 0 37,4 380 410 290 180 67 33 67
93

11 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666


April -12 9 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
12 2 21 1,2466666 249,33333 6,6666666
April -16 5 0 37,4 380 410 290 180 67 33 67
13 1 19
April -11 2 0 37,4 380 420 280 170 0,935 196,35 5,25
14 1 23 1,2466666
April -13 5 0 37,4 380 410 290 170 67 261,8 7
15 1 21
April -16 9 0 37,4 380 420 290 180 0,935 187 5
16 2 19
April -12 0 0 37,4 0 0 0
17 1 20 1,2466666 249,33333 6,6666666
April -13 9 0 37,4 380 410 280 180 67 33 67
18 1 21
April -9 9 0 37,4 380 420 285 180 0,935 187 5
19 2 15 1,2466666 249,33333 6,6666666
April -8 5 0 37,4 380 410 260 180 67 33 67
20
April
-1
Mei LIBUR HARI RAYA
2 3
May -10 0 90 37,4 380 400 240 200 1,87 336,6 9
3 4 2,4933333
May -5 5 55 37,4 385 400 220 205 33 448,8 12
4 4
May -6 0 44 37,4 390 400 215 210 3,74 673,2 18
5 1
May -1 5 65 37,4 380 400 225 180 1,87 374 10
94

6 1 19
May -13 5 0 37,4 380 400 280 180 1,87 374 10
7 4
May -6 0 44 37,4 390 400 215 210 3,74 673,2 18
8 8 10
May -10 0 0 37,4 390 400 250 230 3,74 598,4 16
9 2 19 1,0685714 213,71428 5,7142857
May -11 5 0 37,4 380 415 270 180 29 57 14
10 2 10
May -7 5 0 37,4 380 400 250 180 1,87 374 10
11 3
May -8 0 70 37,4 380 400 210 200 1,87 336,6 9
12 1 19 1,2466666 274,26666 7,3333333
May -11 0 0 37,4 380 410 270 160 67 67 33
13 2 19
May -12 0 0 37,4 380 400 280 180 1,87 374 10
14
May 37,4
15 5
May -1 0 90 37,4 400 410 240 220 3,74 673,2 18
16 4
May -5 0 35 37,4 390 380 200 210 -3,74 -673,2 -18
17 1 19
May -11 2 0 37,4 380 420 280 160 0,935 205,7 5,5
18 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
May -13 5 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
19 1 21
May -11 0 0 37,4 380 420 290 160 0,935 205,7 5,5
20 1 19
May -11 6 0 37,4 380 420 280 170 0,935 196,35 5,25
95

21
May 37,4 0 0
22 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
May -14 9 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
23 1 21
May -12 5 0 37,4 380 420 290 180 0,935 187 5
24 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
May -13 5 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
25 2 21
May -11 5 0 37,4 380 420 290 180 0,935 187 5
26 1 20 1,2466666 251,82666 6,7333333
May -12 7 0 37,4 380 410 280 178 67 67 33
27 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
May -12 9 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
28
May 37,4 0 0 0
29 1 19
May -13 7 0 37,4 380 420 280 178 0,935 188,87 5,05
- -
30 1,2466666 274,26666 7,3333333
May 1 0 35 37,4 150 180 380 370 67 67 33
- -
31 1,2466666 274,26666 7,3333333
May 4 0 35 37,4 150 180 380 370 67 67 33
1
June 37,4 0 0 0 0 0 0
2 3
June -7 5 50 37,4 390 400 220 200 3,74 710,6 19
3
June 37,4 0 0 0
96

4
June 37,4 0 0 0
5
June -7 0 0 37,4 0 0 0 0 0 0 0
6
June -5 0 0 37,4 0 0 0 0
7
June -4 0 0 37,4 0 0 0 0 0 0 0
8 4
June -1 0 35 37,4 390 380 200 210 -3,74 -673,2 -18
9 2 21 1,2466666 251,82666 6,7333333
June -11 5 0 37,4 380 410 280 178 67 67 33
10 1 21
June -12 5 0 37,4 380 420 290 190 0,935 0 0
11
June 37,4
12 4
June -6 0 44 37,4 390 400 215 210 3,74 673,2 18
13 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
June -13 5 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
14 8 10
June -10 0 0 37,4 390 400 250 230 3,74 598,4 16
15 2 19
June -12 0 0 37,4 380 400 280 180 1,87 374 10
16 1 23 1,2466666 249,33333 6,6666666
June -12 9 0 37,4 380 410 300 180 67 33 67
17 1 21 1,2466666 249,33333 6,6666666
June -15 9 0 37,4 380 410 290 180 67 33 67
97

NOTE:
Temp : max -18oC
Suhu : max -18oC
Checked and recorded everyday
Diperiksa dan dicatat setiap hari

Anda mungkin juga menyukai