Anda di halaman 1dari 16

UJI PENGARUH SUHU PENGERINGAN PADA KARAKTERISTIK

KIMIA DAN SENSORI KALDU BUBUK KEPALA UDANG

USULAN PENELITIAN

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada


Jurusan Ilmu Perikanan

SITI NURAZIZAH
NIM: 4443180073

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : UJI PENGARUH SUHU PENGERINGAN PADA KARAKTERISTIK


KIMIA DAN SENSORI KALDU BUBUK KEPALA UDANG
Oleh : SITI NURAZIZAH
NIM : 4443180073

Serang, April 2021

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dini Surilayani, S.Pi., M.P. Ginanjar Pratama, S.Pi., M.Si


NIP. 1985010420150420 NIP. 198805222019031009

Ketua Prodi Ilmu Perikanan,

Dr. Adi Susanto S.Pi., M.Si


Nip : 198309202010121004

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat,
rahmat dan karunianya sehingga sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
iii

penelitian yang berjudul “Uji Pengaruh Suhu Pengeringan Pada Karakteristik Kim
ia dan Sensosri Kaldu Bubuk Kepala Udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei)“
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan
kepada baginda Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wassalam. Dalam penyusunan
proposal penelitian ini, banyak pihak telah memberikan bantuan secara moril
maupun materil. Penulis ucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Ayahanda dan ibunda tercinta Toton Sulaeman dan Utin Rustini, Kakak ter
cinta Muhammad Rizki Zamzami dan Agus Fadillah, Adik tercinta Fajar A
diatullah, serta keluarga yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan
doa terbaik untuk penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.
2. Dini Surilayani, S.Pi., M.P. selaku Dosen Pembimbing I.
3. Ginanjar Pratama, S.Pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing II.
4. Bapak Dr. Adi Susanto, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perikanan.
5. Ibu Dr. Ririn Irnawati, S.Pi., M.Si. dan Muta Ali Khalifa, S.Ik., M.Si
selaku Dosen mata kuliah Metode Penelitian.
6. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi Ilmu Perikanan Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Teman-teman angkatan 2018 Program Studi Ilmu Perikanan yang selalu
memberikan kebaikan, semangat dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam proposal
penelitian ini. Oleh karena itu berbagai kritikan dan saran yang membangun akan
penulis terima dengan baik. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal
penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
Serang, April 2021

Siti Nurazizah

DAFTAR ISI (belom)


iv

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI (belom).............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3 Hipotesis....................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei).....3
2.2 Limbah Udang...........................................................................................4
2.3 Kaldu.........................................................................................................4
2.4 Suhu Pengeringan......................................................................................4
2.5 Mutu Objektif............................................................................................4
2.6 Mutu Subjektif : Mutu Sensoris atau Mutu Organoleptik.........................5
2.7 Penelitian Terdahulu.........................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................8
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................8
3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data.............................................8
3.3.1 Rancangan Penelitian................................................................................8
3.3.2 Prosedur Penelitian....................................................................................8
3.3.2.1 Cara Kerja Preparasi Kepala Udang............................................................8
3.3.2.2 Pembuatan Kaldu Bubuk Kepala Udang.....................................................9
3.3.3 pengolahan Data..............................................................................................9
3.3.3.1 Analisis Proksimat/Uji Kadar air...........................................................9
3.3.3.2 Analisis Proksimat/Uji Kadar Abu..............................................................9
3.3.3.3 Analisis Proksimat/Uji Kadar Lemak..........................................................9
3.3.3.4 Analisis Proksimat/Uji Kadar Protein..........................................................9
3.3.3.5 Analisis Proksimat/Uji Karbohidrat.............................................................9
3.3.3.6 Analisis Sensori/Organoleptik.....................................................................9
3.4 Analis Data.........................................................................................................9
v

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kaldu sebagai produk olahan yang sering dimanfaatkan sebagai bahan
penyerta pada masakan tertentu untuk memperbaiki cita rasa, aroma, kelezatan
ataupun kenampakan dari suatu masakan. Konsumsi di Indonesia banyak beredar
jenis kaldu bubuk dengan berbagai macam merek dagang. Penggunaan kaldu
semakin praktis karena tidak perlu merebus daging atau tulang bersama rempah
dalam waktu yang lama, untuk menghasilkan kaldu cair cukup dengan
menambahkan air panas pada kaldu bubuk instan sehingga kaldu dapat disajikan
dengan cepat dan mudah (Sundawa 2019).

Jenis-jenis kaldu yang beredar dipasaran adalah kaldu cair, kaldu bubuk
dan kaldu pasta. Kaldu yang bersifat cair akan cepat mengalami kerusakan, oleh
sebab itu perlu dilakukan proses pengeringan. Pengeringan merupakan metode
yang digunakan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu
bahan dengan cara menguapkan air dengan menggunakan energi panas (Muliyanti
2017).

Dalam penelitian Sobri et al. (2017) yang telah melakukan uji pengaruh
suhu pengeringan pada karakteristik kimia dan sensori kaldu bubuk kepala ikan
gabus (Channa striata) menunjukkan bahwa perlakuan suhu pengeringan yang
berbeda dapat mempengaruhi kandungan proksimat, sifat sensori dan berpengaruh
nyata terhadap analisis sensori serta kadar protein kaldu bubuk yang dihasilkan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai uji
pengaruh suhu pengeringan pada karakteristik kimia dan sensori kaldu bubuk
kepala udang untuk mengetahui perbedaan hasil yang didapat dari penelitian
sebelumnya dengan mengganti kepala ikan gabus menjadi kepala udang. Karena
menurut Pratiwi (2017) Peningkatan produksi udang menyebabkan tingginya
limbah yang dihasilkan yaitu sebanyak 60-70% limbah dari berat udang dibuang,
terutama kulit dan kepala. Menurut Marganof (2003) Bagian kepala, kulit, ekor, dan
kaki udang yang dianggap limbah masih memiliki unsur gizi. Kepala udang memiliki
2

kandungan nutrisi berupa protein. Menurut Rathore (2018) Kepala udang memiliki
kandungan protein sebesar 43,12%.

Bawinto (2015) menyebutkan bahwa kepala dan kulit udang dapat diolah menjadi
kaldu yang dapat menimbulkan cita rasa gurih terhadap olahan makanannya. Selain dapat
digunakan sebagai penambah cita rasa, kepala dan kulit udang mempunyai manfaat
melawan radikal bebas sepuluh kali lebih baik daripada buah dan sayur karena
mengandung antioksidan astaxanthin. Faktor penting dalam pembuatan peyedap rasa
alami yaitu proses untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan.

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan
terhadap kandungan proksimat dan sifat sensori kaldu bubuk kepala udang.

1.3 Hipotesis
Kepala udang berpengaruh nyata terhadap sediaan kaldu bubuk kepala
udang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
pengaruh suhu pengeringan yang berbeda terhadap kandungan proksimat dan sifat
sensori kaldu bubuk yang dihasilkan dan memanfaatkan limbah kepala udang
yang kurang mempunyai nilai ekonomis menjadi bahan bernilai ekonomis tinggi.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)


Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) berasal dari daerah subtropis
pantai barat Amerika, mulai dari Teluk California di Mexico bagian utara sampai
pantai barat Guatemala, El Salvador, Nicaragua, Kosta Rika di Amerika Tengah
hingga ke Peru di Amerika Selatan yang kemudian resmi diizinkan masuk ke 8
Indonesia melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001, dimana
produksi udang windu menurun sejak 1996 akibat serangan penyakit dan
penurunan kualitas lingkungan (Tim Perikanan WWF 2014). Klasifikasi Udang Van
namei (Litopenaeus vannamei) adalah sebagai berikut (Haliman dan Adijaya 2005) :

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Panaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei

Udang vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti


kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting). Bagian tubuh digunakan 7
untuk makan, bergerak, membenamkan diri ke dalam lumpur, menopang insang,
dan organ sensor. Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antena,
mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi
dengan tiga pasang maxillipied untuk makan dan lima pasang kaki berjalan
(periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Endopodit kaki berjalan menempel
pada chepalothorax yang dihubugkan oleh coxa. Di antara coxa dan dactylus,
terdapat ruang berturut-turut disebut basis, 6 ischium, merus, carpus, dan cropus.
Genus penaeus ditandai dengan adanya gigi pada bagian atas dan bawah rostrum
serta hilangnya bulu cambuk (setae) pada tubuhnya. Secara khusus udang ini
4

memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum
bagian dorsal (Haliman dan Adijaya 2005).

2.2 Limbah Udang


Bagian kepala, kulit, ekor, dan kaki udang yang dianggap limbah masih memiliki
unsur gizi. Kulit udang mengandung protein (25%-40%), kitin (15%-20%) dan kalsium
karbonat (45%-50%) (Marganof 2003). Kepala udang memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi juga mengandung unsur Glisin yang menyebabkan rasa manis dan gurih
pada udang. Pada umumnya limbah udang yang berasal dari industri pembekuan udang
masih mengandung protein yang cukup besar yaitu 31,58% (Sudarman, Laksmiastuti, &
Sumiati 2014) sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein untuk produk
pangan. Salah satu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan limbah kepala udang dapat
dilakukan dengan diversifikasi pengolahan produk perikanan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai gizi protein dan sebagai penguat flavor atau aroma udang pada
produk pangan.

2.3 Kaldu
Kaldu adalah sari tulang, daging, atau sayuran yang direbus untuk mendapatkan
sari bahan tersebut, mempunyai aroma dan citarasa khas, berbentuk cairan, berwarna
agak kekuningan. Kaldu sebagai produk olahan sangat jarang atau bahkan tidak
dikonsumsi secara langsung, tetapi umumnya dijadikan bahan penyerta atau pemberi rasa
pada masakan tertentu (Swasono 2010).

2.4 Suhu Pengeringan


Suhu dan lama pengeringan merupakan faktor penting dalam pembuatan
penyedap rasa. Menurut penelitian (Airlangga, Suryaningsih, & Rachmawan 2016),
bahwa kombinasi waktu dan suhu tertentu dalam pengolahan pangan sangat berpengaruh
terhadap kualitas bahan pangan. Menurut penelitian (Riansyah, Supriadi & Nopianti
2013), bahwa interaksi antara suhu dan waktu pengovenan berpengaruh nyata terhadap
kadar air, kadar protein, kadar abu, dan kadar karbohidrat. Permasalahan yang dihadapi
dalam pembuatan penyedap rasa ini adalah belum diketahuinya kualitas protein dan sifat
organoleptik penyedap rasa kombinasi jamur merang dan kepala udang dengan variasi
suhu pengeringan.
5

2.5 Mutu Objektif


Metode pengujian mutu dengan menggunakan alat dikenal dengan metode
pengujian mutu secara objektif. Jenis pengujian mutu secara objektif meliputi metode
fisik, uji kimia, uji fisiko-kimia, uji mikrobologi, uji mikro analitik dan histologis. Untuk
memonitor umur simpan produk pangan diperlukan korelasi antara hasil uji sensori
dengan hasil pengukuran mutu dengan alat atau instrumen. Metode pengukuran mutu
dengan alat dapat digunakan untuk mengungkapkan karakteristik atau sifat-sifat mutu
pangan yang tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik mutu dengan uji
sensori memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran karakteristik mutu
dengan alat. Metode pengukuran uji fisik digunakan untuk menguji warna, volume,
tekstur, viskositas atau kekentalan dan konsistemsi, keempukan dan keliatan, serta bobot
jenis (Pudjirahayu, Astutik 2017)

Metode pengukuran untuk uji kimia dibagi dua kelompok, yaitu: a. Analisis
proksimat, yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, dan kadar
abu;b. Analisis kualitatif/kuantitatif, yaitu komponen makro (protein, lemak, karbohidrat)
maupun unsur mikro (kadar asam lemak, kadar gula, kadar asam amino). Cara
pengukuran untuk uji fisiko-kimia, antara lain : a. Alat pH-meter untuk mengukur
keasaman; b. Refraktometer, untuk mengukur indeks refraksi (untuk mengukur kadar
total padatan : terlarut); c. Kolorimeter, untuk mengukur warna dan untuk menentukan
kadar nitrogen, fosfor, sitrat, vanili gula dan sebagainya; d. Spektrometer untuk analisis
kualitat (Pudjirahayu, Astutik 2017).

2.6 Mutu Subjektif : Mutu Sensoris atau Mutu Organoleptik


Uji sensori sangat penting dalam industri pangan karena hasilnya merupakan
pintu terakhir yang menentukan apakah produk tersebut dapat dijual atau tidak.
Karakteristik mutu yang diuji dengan uji sensori terutama adalah warna, flavor
(kombinasi rasa dan bau), aroma, tekstur, dan konsistensi atau kekentalan produk. Mutu
sensori bahan pangan adalah ciri karakteristik bahan pangan yang dimunculkan oleh satu
atau kombinasi dari dua atau lebih sifat-sifat yang dapat dikenali dengan menggunakan
pancaindra manusia (Pudjirahayu, Astutik 2017).

Keunggulan uji sensori adalah mampu mendeskripsikan sifat-sifat tertentu yang


tidak dapat digantikan dengan cara pengukuran menggunakan mesin, instrumen ataupun
peralatan lain. Kelemahannya, antara lain bias, kesalahan panelis, kesalahan pengetesan,
subyektivitas, kelemahan-kelemahan pengendalian peubah, dan ketidaklengkapan
informasi (Pudjirahayu, Astutik 2017).
6

2.7 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zaizala Akbar et.al 2017 yaitu
Perlakuan penambahan kaldu kepala udang vannamei berpengaruh nyata terhadap
parameter fisik yaitu warna (lightness, chroma dan hue), daya kembang,
parameter kimia yaitu kadar air dan protein, dan parameter organoleptik yaitu
aroma dan rasa. Perlakuan penambahan kaldu kepala udang Vannamei
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter kimia yaitu kadar abu, lemak dan
karbohidrat, dan parameter organoleptik yaitu warna, penampakan dan tekstur.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pardede et.al 2020 tentang kara
kteristik organoleptik flavor alami dari kaldu kepala ikan tongkol yaitu Persentase
kepala ikan tongkol memiliki peranan penting dalam pengolahan flavor pasta dan
bubuk yang dihasilkan, karena akan mepengaruhi terhadap warna, aroma, rasa dan
tekstur yang dihasilkan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa Perlakuan suhu pengeringan
yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan proksimat, asam amino, dan sifat s
ensoris kaldu bubuk yang dihasilkan. Perlakuan suhu pengeringan kaldu bubuk ke
pala ikan gabus berpengaruh nyata terhadap analisis sensori dan kadar protein kal
du bubuk yang dihasilkan. Perlakuan suhu 70 oC merupakan perlakuan terbaik, m
emiliki nilai kadar air 14,75%, kadar abu 13,41%, kadar protein 20,94%, kadar le
mak 2,83%, kadar karbohidrat 48,06%, asam amino esensial lisin 20,43 mg/L, asa
m amino non esensial glisin 51,34 mg/L, penampakan 4,52, flavor 4,32, tekstur 4,
4, warna 3,8, rasa 4,4 (Sobri et,al 2017).
Hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa kaldu instan ikan dan udang s
emi basah mempunyai warna kekuningan sedang pada kaldu yang kering warna w
arna kuning sampai coklat tua. Penambahan rumput laut (Eucheuma sp.) kering ti
dak berpengaruh pada kandungan protein dan lemak, tetapi berpengaruh nyata ter
hadap kadar air kaldu instan. Penyimpanan kaldu semi-basah dan kaldu kering sel
ama 4 minggu bakteri E.Coli tidak tumbuh, tetapi terjadi pertumbuhan kapang/ja
mur serta mikroba jenis lainnya yang ditandai dengan adanya penambahan jumlah
Total Plate Count (Pujilestari dan Sugihartono 2013).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Atika dan Handayani (2019) ten
tang pembuatan bubuk flavor kepala udang vannamei (Litopenaus vannamei) seba
7

gai pengganti MSG (Monosodium glutamat) didapat hasil bahwa uji sensori pada
spesifikasi kenampakan dan bau hasil olahan bubuk flavor penambahan kepala ud
ang 64,94% lebih disukai sedangkan untuk rasa dan tekstur lebih menyukai bubuk
flavor penambahan kepala udang 52,63% sehingga hasil terbaik jatuh kepada pena
mbahan kepala udang 64,94% karena parameter dari suatu produk pangan adalah r
asa. Maka penambahan kepala udang 64,94% sebagai pengganti penyedap MSG.

BAB III
METODE PENELITIAN
8

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2021. Udang yang
digunakan dalam penelitian ini adalah udang yang diperoleh dari PPN
Karangantu, Serang, Banten. Proses pengujian proksimat dan pengujian
organoleptik dilakukan di Laboratorium Teknoligi Hasil Perikanan (TPHP),
Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain ayakan 60 mesh, blender, cawan, desikator,
erlenmeyer, HPLC, kertas saring, kompor, oven, panci, pengaduk, pisau, sendok, soxhlet,
spiner, spraydryer, tabung kondensor, tanur, thermometer, timbangan digital.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah udang yang
diperoleh dari PPN Karangantu, Serang, Banten. Dekstrin dan bumbu yang ditambahkan
dalam pembuatan kaldu bubuk ini yaitu bawang putih, garam, gula. Bahan untuk analisa
kimia, yaitu HCl, HgO, H2SO4, H3BO3, indikator metil biru, indikator metil merah
K2SO4.

3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini mengunakan model Rancangan Acak Kelompok (RAK)


untuk perlakuan suhu 50 ºC, 60 ºC, 70 ºC dengan waktu pengeringan selama 18
jam untuk masing-masing perlakuan. Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan.
Masing-masing perlakuan suhu tersebut adalah: Suhu pengeringan A1 : Suhu
pengeringan 50 ºC A2 : Suhu pengeringan 60 ºC A3 : Suhu pengeringan 70 ºC.

3.3.2 Prosedur Penelitian

3.3.2.1 Cara Kerja Preparasi Kepala Udang

Kepala udang dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan. Setelah ditimbang kepala
udang diperkecil ukurannya menggunakan pisau. Kemudian direbus pada suhu 100 ºC
selama 30 menit dengan perbandingan kepala udang dan air 2:1, untuk pengambilan
filtrat dilakukan dengan menggunakan spiner.
9

3.3.2.2 Pembuatan Kaldu Bubuk Kepala Udang

Sebanyak 500 mL filtrat ditambahkan bawang putih halus 1%, garam 1%, gula
2% dan dekstrin 4% kemudian dipanaskan dalam panci sambil diaduk-aduk hingga
mengental serta tercium aroma flavor dari kepala udang tersebut. Setelah itu keringkan
dengan menggunakan spray dryer. Kemudian lakukan pengayakan dengan ayakan 60
mesh.

3.3.3 pengolahan Data

3.3.3.1 Analisis Proksimat/Uji Kadar air

3.3.3.2 Analisis Proksimat/Uji Kadar Abu

3.3.3.3 Analisis Proksimat/Uji Kadar Lemak

3.3.3.4 Analisis Proksimat/Uji Kadar Protein

3.3.3.5 Analisis Proksimat/Uji Karbohidrat

3.3.3.6 Analisis Sensori/Organoleptik

3.4 Analis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan


Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan dilanjutkan dengan uji lanjut kruskall Wallis.
10

DAFTAR PUSTAKA
Airlangga, D., Suryaningsih, L., & and Rachmawan, O. (2016). The Effect Of Drying
Methods On Quality Of Physical Grounded Dendeng (Dried Meat) Of Broiler
Chickens. Jurnal Peternakan, 1- 13.
Baskoro, D. 2016. Kulit Udang Dimakan atau Dibuang? Simak Ini.
https://lifestyle.okezone.com/read/2016/10/03/298/1505055/kulit-udang-
dimakan-atau-dibuang-simak-ini. Diakses tanggal 10 Maret 2019.
Bawinto, A. (2015). Analisa Kadar Air, pH, Organoleptik, dan Kapang pada Produk Ikan
Tuna (Thunnus Sp) Asap, di Kelurahan Girian Bawah, Kota Bitung, Sulawesi.
Utara. Jurnal Media Teknologi Hasil Pertanian, III(2).
Haliman, R.A dan Dian, A.S. 2006. Udang Vaname. Jakarta. Penebar Swadaya.
Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyerap Logam Berat (timbal, kadmiun
dan tembaga) di Perairan. [online] Tersedia :
http:rudyct.topcities.com/pps702_71034/marganof.htm [29 September 2008].
Muliyanti, Kamalia. 2017. Foam-mat Drying: Teknologi Pengering Busa. Penelitian
Pertama Pada BPTP Balitbangtan. Jambi.
Naibaho LT, Suhaidi I, dan Ginting S. 2015. Pengaruh suhu pengeringan dan konsentrasi
dekstrin terhadap mutu instan bit merah. Jurnal Rekayasa dan Pertanian 3(2).
Pudjirahayu, Astutik. 2017. Pengawasan Mutu Pangan. Jakarta : Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. 311hlm.
Rahayuningsih E, Suprihastuti SR, Ester S, Ginanjar PR, dan Abriyanto P. 2006.
Penguapan pelarut dari tetesan ekstrak dalam pengering sembur (Spray dryer).
Media Teknik 4: 67-73.
Rathore, S. S., & Yusufzai, S. I. (2018). Changes in haematological and serum
biochemicalindices of Nile tilapia (Oreochromis niloticus) fry fed dietary shrimp
head meal. Journal of Entomology and Zoology Studies, VI(4).
Riansyah, A., Supriadi, A., & Nopianti, R. (2013). Pengaruh Perbedaan Suhu dan Waktu
Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam dengan Menggunakan
Oven. Fishtech, 2(1), 53- 68.
Sudarman, A., Laksmiastuti, F., & Sumiati. 2014. Tampilan produksi broiler yang diberi
pakan yang mengandung limbah kepala udang. Prosiding Konferensi dan
Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna. Pusat Pengembangan Teknologi Tepat
Guna. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Swasono MAH. 2010. Optimasi pengolahan kaldu ayam dan brokoli dalam bentuk instan
dan analisa buaya produksi. Cyber-techn. Vol 04(02) : (1)

Zaizala A., Slamet, R., & Fitra, M. J.2017. Pemanfaatan Kaldu Kepala Udang Va
nnamei(Litopenaeus vannamei) Sebagai Flavor Dalam Pengolahan Kempl
ang Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan
dan Budidaya Perairan. Vol 12 : (1).
11

Anda mungkin juga menyukai