SKRIPSI
ANWAR ANSHARI
I 111 12 047
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing Utama Peneliti
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
berjudul “karakteristik fisikokimia dan tingkat kesukaan telur puyuh asin terhadap
Penulis mengucapkan dan mengirimkan rasa terima kasih atas bantuan dari orang
tua yang memberi bantuan baik dari segi moril maupun materil, dan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Endah Murphi Nungrum, S.Pt., MPdan Dr. Fatma Maruddin,
memberikan bimbingan kepada penulis dan menjadi orang tua kedua yang selalu
makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam
3
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Rumusan Masalah........................................................................... 3
Tujuan Penelitan............................................................................. 3
Kegunaan Penelitian ...................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Telur Puyuh dan Pengolahannya …………………………………. 4
Metode Pengasinan Telur............................................................... 6
Karakteristik Telur Puyuh Asin...................................................... 8
Hipotesis......................................................................................... 9
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ......................................................................... 10
Materi Penelitian ............................................................................ 10
Rancangan Penelitian ………………………................................. 10
Prosedur Penelitian......................................................................... 11
Pengujian Parameter....................................................................... 12
Analisis Data................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 15
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Diagram Alir Penelitian…… ………………………..………….……. 12
6
7
PENDAHULUAN
kebutuhan akan protein hewani. Puyuh mampu menghasilkan telur 200-300 butir
per tahun dengan berat rata-rata telur sekitar 10 gram, dalam sepekan produksi
telur puyuh sangat berlimpah yakni 3 – 3,5 juta butir (Slamet, 2013)
tinggi juga karena cangkangnya tipis. Ketahanan telur puyuh dalam keadaan segar
pengolahan. Salah satu aplikasi pengolahan yang telah dilakukan pada telur
Saat ini penelitian telur asin dengan menggunakan telur puyuh terus
dilakukan.Hal ini mengingat perbedaan ketebalan cangkang dan besar telur yang
kombinasi media pembalur(abu gosok dan serbuk bata merah) diketahui memiliki
tingkat infiltrasi garam yang baik ke dalam telurdibandingkan media tunggal dan
media cair. Pengembangan lebih lanjut dalam penelitian ini akan dilakukan
penelitian rasio pembalur(abu gosok dan serbuk bata merah). Hal ini mengingat
1
serbuk bata merah dan abu gosok memiliki densitas/kerapatan berbeda. Kondisi
ini akan mempengaruhi penyerapan garam kedalam telur. Kondisi lebih lanjut
Hal lain yang perlu di perhatikan dalam pengolahan telur asin adalah
konsentrasi garam. Namun perlu diketahui persentasi garam yang tepat agar
proses pergerakan air dan garam dapat berlangsung dengan tepat. Perubahan
komposisi air telur asin mengakibatkan warna, tekastur, rasa, kesukaan, dan kadar
garam berubah.
pembalur (abu gosok dan serbuk bata merah) dan konsentrasi garam dalam
konsentrasi garam dan ratio pembalur (abu gosokdan serbuk bata merah) serta
pembuatan telur puyuh asin khususnya dengan media abu gosok dan serbuk bata
2
TINJAUAN PUSTAKA
perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi dari telur
akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian
utama: yaitu kulit telur, bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna
Telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur (yolk)
31,9% dan kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur
puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Kuning telur puyuh
(per 100g) (Saideman & Cotterill, 1995). Ditambahkan juga oleh Bambang (2003)
nilai gizi telur puyuh, telur ayam dan telur bebek dapat di lihat di Tabel 1.
3
Tabel 1. Perbedaan Nilai Gizi dalam Telur Puyuh, Telur Ayam dan Telur Bebek
Zat gizi Telur Telur Telur
Puyuh Ayam Bebek
Energi (kkal) 158 143 185
Protein (g) 13,05 12,58 12,81
Total lemak (g) 11,09 9,94 13,77
Karbohidrat (g) 0,41 0,77 1,45
Kalsium/Ca (mg) 64 53 64
Bes/Fe (mg) 3,65 1,83 3,85
Magnesium/Mg (mg) 13 12 17
Fosfor/P (mg) 226 191 220
Kalium/K (mg) 132 134 222
Natrium/Na (mg) 141 140 146
Seng/Zn (mg) 1,47 1,11 1,41
Tembaga/Cu (mg) 0,062 0,102 0,062
Mangan/Mn (mg) 0,038 0,038 0,038
Selenium/Se (mkg) 32,0 31,7 36,4
Thiamin (mg) 0,069 0,069 0,156
Riboflavin (mg) 0,478 0,478 0,404
Niasin (mg) 0,070 0,070 0,200
Asam Panthothenat (mg) 1,438 1,438 1,862
Vitamin B6 (mg) 0,143 0,143 0,250
Kolin (mg) 263,4 251,1 263,4
Vitamin B12 (mkg) 1,58 1,29 5,40
Vitamin A (IU) 543 487 674
Vitamin E (mg) 1,08 0,97 1,34
Vitamin K (mkg) 0,3 0,3 0,4
Kolesterol (mg) 844 423 884
Lutein+zeaksantin (mkg) 369 331 459
4
Sumber: USDA (2007)
telur asin, dengan menggunakan garam dan merebusnya sampai mendidih selama
disimpan dalam lemari pendingin tetapi cara ini hanya dapat mempertahankan
kualitas telur selama 2-3 minggu. Berbagai metode yang sering digunakan untuk
pengawetan telur segar adalah dengan pengemasan kering yaitu mengemas telur
dengan pasir, sekam dan serbuk gergaji dengan maksud mengurangi proses
penguapan CO2 dan air. Cara yang lain dengan perendaman menggunakan air
puyuhadalahpengasinan.Pengasinanmerupakanmetodepembuatantelurasindengan
caraperendaman
telurdalamadonangaramdanabugosokataumedialainsepertibubukbatu merahserbuk
masyarakatkitatelahmengawetkantelur dengancarapengasinanmenggunakan
5
seperti abugosok,batubata merah,kapur,tanah liatdansebagainya.Selain itu
masuknya mikroba ke dalam telur, dan mencegah penguapan air dan gas-gas dari
dalam telur yang melewati pori-pori kerabang telur yang berjumlah 7.000 sampai
17.000 dengan variasi ukuran 13 mikron pada ujung yang tumpul, dan 6 mikron
telurkecil,posisikuningtelurditengah-tengahdantidakterdapatbercakatau noda
darah (Marsudin, 2009). Salah satu cara pengawetan telur yang sudah banyak
Pengasinan telur umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu perendaman dalam
larutan garam dan pemeraman oleh adonan campuran garam dengan tanah liat,
Bentuk olahan telur yang sampai sekarang paling dikenal dan paling
digemari oleh masyarakat Indonesia adalah telur asin(BPS, 2005).. Telur asin
merupakan telur yang diawetkan dengan cara penggaraman. Tujuan utama dari
proses pengasinan telur ini selain membuang rasa amis dan menciptakan rasa yang
6
Umumnya lama proses pengasinan yang dilakukan dalam pembuatan telur
asin adalah 14 hari. Cara ini didapat dari pengalaman sebelumnya membuat telur
asin dengan lama pemeraman 14 hari. Idris (1984) menyatakan bahwa lama
dan Lukman (1998) dalam Suryatno dan Sutomo (2012) yang melakukan
pemeraman secara bertahap mulai dari 7 hari, 10 hari, dan 13 hari, menyatakan
bahwa lama pemeraman antara 10 dan 13 hari tidak terlalu berbeda keasinannya.
prosesnya lebih singkat, sangat mudah dan prktis dilakukan, namun kualitas telur
asin yang dihasilkan kurang baik (Astawan, 1988). Menurut Suprapti (2002), telur
asin dengan metode perendaman dalam larutan garam jenuh akan memiliki putih
puyuh asin dengan berbagai metode pengasinan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kadar NaCl Putih dan Kuning dalam Telur Puyuh Asin (%)
Bagian Kadar Nacl pada perlakuan
Telur
T1 T2 T3 T4
……………………………(%)…………………………………
7
T3 = pelumuran dengan adonan garam, serbuk bata merah dan abu gosok
T4 = perendaman ke dalam larutan garam jenuh
Sumber : Lukito et al.(2012)
Kadar NaCl yang lebih tinggi dan waktu pengasinan yang lebih lama akan
menyebabkan penetrasi NaCl semakin besar dan semakin cepat ke dalam telur
(Sukendra 1986). Penetrasi sendiri dipengaruhi oleh besar dan jumlah pori-pori
sehingga akhirnya akan mencapai keadaan yang mana konsentrasi kedua zat
NaCl telur asin dipengaruhi oleh seberapa besarnya penetrasi NaCl ke dalam telur.
Penetrasi atau masuknya ion Na+ dan Cl-ke dalam telur asin dipengaruhi ukuran
kristal garam, konsentrasi garam yang digunakan dan lamanya pemeraman telur
asin.selain itu juga dipengaruhioleh jumlah pori-pori telur serta tingkat kemurnian
telur asin. Dari hasil penelitian Marni et al. (2013) didapatkan bahwa konsentrasi
garam yang digunakan dalam pembuatan telur puyuh asin yakni 0%, 2%, 4%,
6%, 8%. Aroma terbaik di dapatkan pada konsentrasi garam 8% sedangkan nilai
Hipotesis
8
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan
konsentrasi garam dan rasio pembalur (abu gosokdan serbuk bata merah) serta
METODE PENELITIAN
Penelitianiniakandilaksanakan
bulanjuni2018bertempatdiLaboratoriumTeknologiPengolahanDaging dan
Materi Penelitian
Rancangan penelitian
9
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
garam dan faktor kedua ratio pembalur (abu gosok dan serbuk bata merah).
Faktor A adalah rasio pembalur abu gosok (A) dan serbuk bata merah (S)
ProsedurPenelitian
Penelitianinimeliputibeberapatahapyaitu tahappersiapantelur,tahap
pengujian parameter.
10
Telur berumur 1 hari diambil dan dipilih dari salah satu peternak puyuh
di desa Lempangan kabupaten Maros, sebanyak 645 butir telur disiapkan untuk
butir telur membutuhkan sekitar 14 gram pembalur. Persentase abu gosok dan
serbuk bata merah berdasarkan dari jumlah pembalur untuk sejumlah unit
perlakuan telur
adalah 11 ml, sehingga jumlah air yang digunakan untuk setiap perlakuannya
hari, dan setelah itu dilakukan perebusan dan pengujian. Berikut adalah diagram
Telur puyuh
11
Pencucian
Penimbangan
Abu gosok + serbuk
Persiapan media bata 60:40, 50:50,
pembaluran 40:60 dari jumlah
pembalur dan garam
Pembaluran Telur 0% 2%,4%,6%,8% dari
Puyuh berat telur
Pengujian parameter
Gambar 1. Diagram alir pembuatan telur puyuh asin dengan konsentrasi garam
berebeda
T xM x FK x FP
Kadar NaCl (%) = X 100%
W
Parameteryangdiamatipadapenelitianiniadalah pengujian
Tabel 3. Parameter Uji Organoleptik Dan Telur Puyuh Asin terhadap Rasio
Pembaluran (Abu Gosok dan Serbuk Bata Merah) dan Konsentrasi
Garam Berbeda
Skor Parameter Organoleptik dan Hedonik
Warna Aroma Tekstur Rasa Suka
Sangat Sangat Sangat Sangat Sangat
1 tidak amis tidak tidak asin tidak suka
kuning kenyal
Tidak Amis Tidak Tidak asin Tidak suka
2 kuning kenyal
13
AnalisisData
i= 1, 2, dan 3
j= 1, 2, 3, 4, dan 5
k = 1, 2, dan 3
Keterangan :
perbandingan abu gosok dan serbuk bata merah ke-i dan level
αi : Pengaruh perbandingan abu gosok dan serbuk bata merah ke- i terhadap
14
(αβ )ij : Pengaruh interaksi perbandingan abu gosok dan serbuk bata merah ke- i
dan konsentrasi garam ke- jterhadap warna, rasa, aroma, dan kesukaan.
perlakuan perbandingan abu gosok dan serbuk bata merah ke-i dan
karakteristik fisikokimia telur puyuh asin dilakukan uji beda nyata terkecil
(BNT).
Warna
peranan penting dalam daya terima konsumen. Apabila suatu produk memiliki
atribut kualitas yang paling penting, walaupun suatu produk pangan bernilai gizi
tinggi, rasa enak dan tekstur baik, namun apabila warna yang ditampilkan kurang
15
sensoris warna pada produk pangan (Putri, 2011).Hasil uji organoleptik terhadap
warna telur puyuh asin dengan perlakuanrasio pembaluran (abu gosok dan serbuk
Tabel 4.Warna Kuning Telur dengan Rasio Pembalur (abu gosok dan serbuk bata
merah) dengan Konsentrasi Garam berbeda terhadap Organoleptik
Telur Puyuh Asin
Rasio Konsentrasi Garam (%) Rata-rata
Pembaluran (%) 0 2 4 6 8
60:40 2,28±0,40 2,91±0,15 3,00±0,00 3,24±0,15 3,85±0,17 3,06±0,55
50:50 2,24±0,15 3,00±0,00 3,09±0,15 3,15±0,17 3,91±0,15 3,08±0,55
40:60 2,15±0,17 2,91±0,15 3,00±0,00 3,18±0,17 3,93±0,14 3,04±0,59
Rata-rata 2,23±0,26A 2,94±0,13B 2,03±0,09C 3,19±0,16D 3,88±0,15E
Keterangan: ABCSuperscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05).
1. Sangat tidak kuning – 5. Sangat kuning
Nilai warna telur puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran dan
konsentrasi garam berbeda (Tabel 4) yaitu berwarna tidak kuning hingga kuning
pembaluran dan interaksi antara rasio pembaluran dengan konsentrasi garam tidak
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap telur puyuh asin. Namun untuk konsentrasi
garam berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna telur puyuh asin. Hasil
uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna kuning telur
besar pula. Melalui difusi partikel-partikel akan bergerak dari larutan konsentrasi
tinggi kerendah. Kondisi ini menyebabkan kadar air dalam kuning telur semakin
berkurang, sebaliknya dengan garam. Hal ini menyebabkan kuning telur semakin
pekat. Kadar NaCl yang lebih tinggi dan waktu pengasinan yang lebih lama akan
menyebabkan penetrasi NaCl semakin besar dan semakin cepat ke dalam telur.
16
peristiwa dimana partikel-partikel akan bergerak dari larutan konsentrasi tinggi ke
konsentrasi kedua zat tersebut menjadi sama. Lebih lanjut Oktaviani et al. (2012)
menyatakan bahwa perubahan warna kuning telur dipengaruhi oleh kadar air,
Aroma
Aroma adalah bau yang dapat diamati dengan indra pembau yakni hidung.
Pengujian bau atau aroma merupakan salah satu pengujian yang penting karena
dapat memberikan penilaian terhadap daya terima produk (Kartika et.al., 1988 dan
kerusakan pada produk pangan. Telur asin yang sudah tidak layak dikonsumsi
akan berbau sangat menyengat/busuk. Hasil uji organoleptik terhadap aroma telur
puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran (abu gosok dan serbuk bata
Tabel 5.Aroma Telur dengan Rasio Pembalur (abu gosok dan serbuk bata merah)
dan Konsentrasi Garam berbeda terhadap Organoleptik Telur Puyuh Asin
Rasio Konsentrasi Garam (%) Rata-rata
Pembaluran (%) 0 2 4 6 8
60:40 2,66±0,24b 3,00±0,00c 3,00±0,00c 3,09±0,15cd 3,68±0,44e 3,08±0,40
50:50 2,36±0,35a 3,00±0,00c 3,00±0,00c 3,18±0,17cd 3,76±0,15e 3,06±0,49
40:60 2,27±0,29a 3,00±0,00c 3,18±0,17cd 3,24±0,30d 3,78±0,16e 3,09±0,53
Rata-rata 2,42±0,33A 3,00±0,00B 3,06±0,13B 3,17±0,22C 3,74±0,28D
Keterangan: ABCSuperscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05).
abc
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama/ berbeda menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05).
1. Sangat Amis – 5. Sangat Tidak Amis
konsentrasi garam berbeda (Tabel 5) yaitu beraroma amis hingga tidak amis (2,27
17
Namun perlakuan konsentrasi garam dan interaksi rasio pembaluran dengan
konsentrasi garam berpengaruh (P<0,05) nyata terhadap aroma telur puyuh asin.
Hasil uji lanjut Duncan perlakuan konsentrasi garam berbeda menunjukkan bahwa
aroma amis telur puyuh asin akan berkurang seiring konsentrasi garam yang
garam berbeda menunjukkan bahwa aroma amis telur puyuh asin berkurang
seiring dengan meningkatnya jumlah serbuk bata merah pada rasio pembaluran
baik dalam menyerap air. Akibatnya proses difusi berlangsung dengan baik.
Selain itu pula senyawa pemberi aroma pada bata merah ikut aktif selama proses
difusi dan besar kemungkinan dapat meminimalisir aroma amis pada telur puyuh.
Suwandono (2002) menyatakan bahwa proses pembakaran batu bata merah akan
silica alumnia. Lebih lanjut Winarno (1991) menyatakan aroma dan rasa pada
suatu bahan pangan sangat ditentukan oleh kandungan bahan pangan atau
senyawa didalamnya.
Tekstur
itu cara pemasakan bahan makanan dapat mempengaruhi kualitas tekstur makanan
yang dihasilkan. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur telur puyuh asin dengan
perlakuan rasio pembaluran (abu gosok dan serbuk bata merah) dan konsentrasi
Nilai tekstur telur puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran dengan
konsentrasi garam berbeda (Tabel 6) yaitu bertekstur tidak kenyal hingga kenyal
pembaluran tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tekstur telur puyuh asin.
konsentrasi garam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap telur puyuh asin. Hasil uji
pada tekstur telur puyuh asin terjadi apabila konsentrasi garam dan rasio
mengikat air yang lebih baik sehingga proses difusi berlangsung dengan
baik.serupa dengan pendapat budiman et al. (2012) bahwa putih telur yang kenyal
Rasa
19
Rasa merupakan salah satu faktor penting dalam produk pangan.Rasa telur
asin umumnya terasa asin, sesuai dengan tingkat pemberian garam dalam
pembuatan telur asin dan juga lama pemeraman (Susi 2014). Menurut Bambang
et al. (1998) menyatakan bahwa rasa merupakan faktor yang paling penting dari
produk makanan di samping warna dan aroma. Setiap bahan makanan akan
memiliki rasa yang khas sesuai dengan sifat bahan itu sendiri atau adanya zat lain
yang ditambahkan pada saat proses pengolahan sehingga rasa aslinya menjadi
berkurang atau bahkan lebih baik. Hasil uji organoleptik terhadap Rasa telur
puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran (abu gosok dan serbuk bata
Tabel 7.Rasa Telur dengan Rasio Pembalur (abu gosok dan serbuk bata merah)
dan Konsentrasi Garam berbeda terhadap Organoleptik Telur Puyuh Asin
Rasio Konsentrasi Garam (%) Rata-rata
Pembaluran (%) 0 2 4 6 8
60:40 2,29±0,40b 2,84±0,17cd 3,09±0,15fg 3,00±0,00ef 4,00±0,00i 3,04±0,59
50:50 2,00±0,00a 2,73±0,14c 3,17±0,17g 3,40±0,29h 4,00±0,00i 3,06±0,69
40:60 2,09±0,15a 2,91±0,15de 3,17±0,17g 3,40±0,29h 3,91±0,15i 3,09±0,63
Rata-rata 2,12±0,27A 2,83±0,17B 3,15±0,17C 3,27±0,30D 3,97±0,09E
Keterangan: ABCSuperscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05).
abc
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama/ berbeda menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05).
1.Sangat tidak Asin – 5. Sangat Asin
Nilai rasa telur puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran dan
konsentrasi garam berbeda (Tabel 7) yaitu berasa tidak asin hingga asin ( 2,00-
tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap rasa telur puyuh asin. Namun
20
konsentrasi garam dan interaksi antara rasio pembaluran dengan konsentrasi
garam berpengaruh nyata terhadap rasa telur puyuh asin.Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasa asin pada setiap konsentrasi garam
perubahan rasa asin yang signifikan terjadi pada setiap konsentrasi garam dengan
semua rasio pembaluran.Hal ini disebabkan kadar NaCl yang lebih tinggi dan
waktu pengasinan akan menyebabkan penetrasi NaCl semakin besar dan semakin
cepat ke dalam telur begitupun sebaliknya semakin rendah kadar NaCl maka
penetrasi NaCl akan semakin kecil. Serbuk bata merah yang dominan maka
diberikan akan berpengaruh terhadap rasa pada telur puyuh asin.Sesuai dengan
pendapat Sukendra (1986) menyatakan bahwa rasa telur puyuh asin dipengaruhi
Kesukaan
Kesukaan merupakan penilaian akhir dari panelis dan merupakan kunci
diterima atau tidaknya suatu produk yang dihasilkan (Rampengan et al., 1985).
ada pada konsumen tidak selalu singkron. Salah satu cara mengetahui keinginan
konsumen akan produk makanan dan minuman dapat dilakukan dengan uji
kesukaan. Hasil uji organoleptik terhadap Rasa telur puyuh asin dengan perlakuan
21
rasio pembaluran (abu gosok dan serbuk bata merah) dan konsentrasi garam
Tabel 8.Tingkat Kesukaan Telur dengan Rasio Pembalur (abu gosok dan serbuk
bata merah) dan Konsentrasi Garam berbeda terhadap Organoleptik Telur
Puyuh Asin
Rasio Konsentrasi Garam (%) Rata-rata
Pembaluran (%) 0 2 4 6 8
60:40 2,29±0,40b 3,00±0,00c 3,00±0,00c 3,18±0,17d 4,00±0,00e 3,09±0,58
50:50 2,09±0,15a 3,00±0,00c 3,00±0,00c 3,18±0,17d 4,00±0,00e 3,05±0,62
40:60 2,07±0,14a 3,00±0,00c 3,00±0,00c 3,24±0,15d 4,00±0,00e 3,06±0,63
Rata-rata 2,15±0,27A 3,00±0,00B 3,00±0,00B 3,20±0,16C 4,00±0,00D
Keterangan: ABCSuperscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05).
abc
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama/ berbeda menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05).
1. Sangat tidak Suka– 5. SangatSuka
Nilai kesukaan telur puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran dan
konsentrasi garam berbeda (Tabel 8) yaitu tidak suka hingga suka (2,00 – 4,00).
garam berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kesukaan telur puyuh asin.
akan bergerak dari larutan konsentrasi tinggi ke rendah kondisi ini menyebabkan
kadar air dalam telur berkurang sehingga dapat mengubah rasa,aroma,tekstur, dan
warna yang juga sangat berpengaruh terhadap kualitas telur puyuh asin.
22
Hal ini sesuai dengan (Soekarto, 1998) yang menyatakan bahwa kesukaan
konsumen terhadap suatu produk didasari dengan kualitas produk yang dihasilkan,
selain itu banyak sifat atau mutu dapat memberi kesan terhadap suatu produk.
Kadar Garam
Kadar garam telur asin sangat penting untuk diuji karena garam
merupakan bahan utama dalam pembuatan telur asin yang berfungsi sebagai
penggunaan kadar garam yang tinggi juga dapat menyebabkan keasinan juga
berkontribusi nyata terhadap kejadian hipertensi (Riseksdas, 2007). Hasil uji kadar
garam telur puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran (abu gosok dan serbuk
Tabel 9.Kadar Garam Telur Puyuh Asin dengan Rasio Pembalur (abu gosok dan
serbuk bata merah) dan Konsentrasi Garam berbeda
Rasio Konsentrasi Garam (%)
Rata-rata
Pembaluran (%) 0 2 4 6 8
a c f i l
60:40 0,00±0,00 3,03±0,14 5,33±0,10 7,68±0,15 9,38±0,03 5,08±3,44C
50:50 0,00±0,00a 2,90±0,09c 4,93±0,04e 7,00±0,09h 8,61±0,21k 4,70±3,14B
40:60 0,00±0,00a 2,54±0,06b 4,20±0,07d 6,21±0,07g 8,08±0,09j 4,20±2,91A
Rata-rata 0,00±0,00A 2,82±0,24B 4,82±0,50C 6,96±0,64D 8,69±0,58E
Keterangan: ABCSuperscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05).
abc
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama/ berbeda menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05).
Nilai kadar garam telur puyuh asin dengan perlakuan rasio pembaluran
dan konsentrasi garam berbeda (Tabel 9) yaitu penetrasi garam semakin tinggi
pada setiap konsentrasi garam yang diberikan (0,00 – 9,38). Hasil analisis ragam
garam telur puyuh asin. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan interaksi antara
23
yang signifikan terdapat pada konsentrasi garam 2% hingga 8% pada setiap rasio
pembalur, sedangkan kadar garam telur puyuh asin meningkat seiring dengan
diberikan semakin tinggi pula penetrasi garam ke dalam telur puyuh begitu pun
sebaliknya.
menyatakan bahwa partikel serbuk bata merah lebih kecil dari abu gosok sehingga
serbuk bata merah dapat mengikat air dengan baik. Lebih lanjut Sukendra (1986)
menyatakan Kadar NaCl yang lebih tinggi dan waktu pengasinan yang lebih lama
Kesimpulan
berikut :
24
1. Rasio pembaluran tidak mengubah karakteristik aroma,warna,tekstur, dan
rasa telur puyuh asin namun dapat mengubah kadar garam pada telur
puyuh asin.
lainnya.
Saran
puyuh asin dengan rasio pembaluran (abu gosok dan serbuk bata merah) dengan
konsentrasi garam (0%, 2%, 4%, 6%, 8%) yakni mengenai lama penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA
25
Astawan, M. W dan M. Astawan. 1988. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani
Tepat Guna. Akademi Pressindo. Jakarta.
Afriani dan H. Lukman. 1998. Pengaruh metode pengasinan telur itik terhadap
laju penyerapan garam. Majalah Ilmiah Angsana.
Bambang. 2003. Efek Kolesterolemix Berbagai Telur. Jurnal Media Gizi dan
Keluarga.Jakarta
Bambang, K., Pudji, H dan Wahyu, S. 1998. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistika, Jakarta.
Kartika , B.P. Hastuti dan W. Supartono. 1998. Pedomana Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gisi Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Marsudin. 2009. Kualitas telur itik Tegal yang dipelihara secara intensif dengan
berbagai tingkat kombinasi metionin-lancang (Atlanta sp.). J. Animal
Production.
26
Meilgaard, M., G.V Civille, B.T Carr . 2000. Sensory Evaluation Techniques.
Boca Raton, Florida: CRC Press
Sahroni. 2003. Sifat organopletik, sifat fisik dan kandungan zat gizi telur itik asin
dengan penambahan rempah – rempah pada proses pengasinan.
Skripsi.Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suryatno dan Sutomo, 2012 Pengaruh Umur Telur Terhadap Kualitas Kemasiran
Telur Asin yang Diasinkan Selama 14 Hari. Program Studi Teknologi Hasil
Ternak.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Susi, Lesmayati, 2014. Pengaruh Lama Pemeraman Telur Asin Terhadap Tingkat
Kesukaan Konsumen. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
27
Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No 4 Banjarbaru, Kalimantan
Selatan.
28
29