Anda di halaman 1dari 25

USULAN PENELITIAN

NILAI ORAGANOLEPTIK PAKAN SILASE BERBASIS


SORGUM DAN TEBON JAGUNG

Oleh

MUJAHID ABDURRAHMAN
B1D019185

Diajukan untuk Menyusun Skripsi

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2023
HALAMAN PENGESAHAN

NILAI ORAGANOLEPTIK PAKAN SILASE BERBASIS


SORGUM DAN TEBON JAGUNG

Oleh
MUJAHID ABDURRAHMAN
B1D019185

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Syamsul Hidayat Dilaga, MS Dr. Azhary Noersidiq, S.Pt.
NIP. 19600101 198503 1011
NIP. 19930525 202203 1010
Tanggal : Tanggal:

Mengesahkan :
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Program Studi Peternakan
Ketua,

Dr.Ir. I Wayan Wariata, M.Si.


NIP : 196112311987031016
Tanggal:

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul “Nilai Organoleptik Pakan Silase Berbasis Sorgum dan
Tebon Jagung.” Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, do’a dan bantuannya dalam penyusunan
proposal penelitian ini terutama kepada :

1. Bapak Prof. Muhammad Ali, S.pt., M.Si., Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Mataram.
2. Bapak Dr. Ir. Wayan Wariata, M.Si., Selaku Ketua Program Studi S1
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
3. Bapak Ir. Muhammad Amin, M.Si., Selaku Laboratorium Ilmu Nutrisi &
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsul Hidayat Dilaga, MS., Sekaligus sebagai dosen
pembimbing I yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis.
5. Bapak… …….selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing
dan mengarahkan penulis
6. Kedua orangtua tercinta atas dukungan morol, materi, serta do`a dan
pengorbanan yang tidak ternilaikan untuk di tulis

Penulis menyadari bahwa dalam penyususunan proposal penelitian ini


masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
dari proposal penelitian ini.

Mataram, November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1. Tinjauan Umum Mengenai Ternak Kambing.....................................................4

2.2. Kambing Kacang................................................................................................5

2.3. Silase...................................................................................................................5

2.4. Sorgum................................................................................................................7

2.4.1. Klasifikasi sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)..................................7

2.5. Tebon Jagung......................................................................................................8

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan.........................................................8

2.6.1. Genetik....................................................................................................8

2.6.2. Umur........................................................................................................9

2.6.3. Lingkungan..............................................................................................9

2.7. Beberapa hasil penelitian tentang manajemen pakan kambing........................12

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN..........................................13

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................13

3.2. Materi Penelitian...............................................................................................13

3.2.1. Alat Penelitian........................................................................................13

3.2.2. Bahan Penelitian....................................................................................13

iv
3.3. Metode Penelitian.............................................................................................13

3.4. Peubah yang Diamati........................................................................................14

3.5. Analisis Data.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

v
BAB I

PENDAHULUA

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan hijauan merupakan hal yang selalu menjadi masalah terutama di
walayah Nusa Tenggara Barat, hal ini disebabkan karena lahan peternakan
yang sudah mulai sempit serta faktor iklim dimana produksi hijauannya pada
musim hujan tinggi dan melimpah namun akan terjadi penurunan produksi
pada musim kemarau sehingga keadaaan ini menyulitkan peternak untuk
memenuhi kebutuhan
Hijauan merupakan sumber utama serat kasar yang dibutuhkan ternak
ruminansia agar proses pencernaan berlangsung secara normal. maka perlu
sebuah trobosan yaitu dengan cara teknologi konservasi (pengawetan). Salah
satu konservasi yang sudah dikenal yaitu teknologi silase dimana teknologi ini
bertujuan untuk mengawetkan hijauan serta mencegah kehilangan nutrisi
hijauan melalui proses fermentasi.
Silase adalah suatu fermentasi bahan pakan hijauan seperti rumput,
Jerami, sorghum, jagung muda atau tanaman lainnya yang telah mengalami
proses fermentasi. Dalam proses fermentasi silase, gula dalam hijauan diubah
menjadi asam laktat yang dapat menurunkan pH dan membantu mengawetkan
pakan, tetapi rentan terkontaminasi jamur jika tempat penyimpanan atau
packing yang kurang baik.
Silase bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan selama musim
kering atau bisa di jadikan cadangan pakan. Silase yang baik pada umumnya
memiliki tekstur yang tidak jauh berbeda dari tekstur hijauan pada saaat masih
dalam kondisi segar, tetapi perubahan warna hijauan sedikit berubah menjadi
hijau kecokelatan, daun sedikit layu, tidak berbau busuk namun sedikit harum,
tidak berjamur jika tempat penyimpanan tertutup rapat atau kedap udara, tidak
berlendir tetapi agak basah, hal ini di sebabkan karena adanya proses
mikroorganisme anaerob.
1.2. Rumusan Masalah
6
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian silase sorgum dan jagung muda terhadap


konsumsi pakan pada kambing?
2. Bagaimana pengaruh pemberian silase sorgum dan jagung muda terhadap
pertumbuhan bobot badan pada kambing?
3. Bagaimana pengaruh pemberian silase sorgum dan jagung muda terhadap
efisiensi pakan pada kambing?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menilai pengaruh pemberian silase sorgum dan jagung muda terhadap


konsumsi pakan pada kambing.
2. Menilai pengaruh pemberian silase sorgum dan jagung muda terhadap
pertumbuhan bobot badan pada kambing.
3. Menilai pengaruh pemberian silase sorgum dan jagung muda terhadap
efisiensi pakan pada kambing.

7
1.4. Manfaat Penelitian

Data ilmiah yang akan diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai potensi penggunaan silase sorgum dan


jagung muda sebagai bahan pakan untuk meningkatkan produksi kambing.
2. Membantu peternak dalam memilih jenis pakan yang efisien untuk
kambing, sehingga dapat meningkatkan produktivitas peternakan.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Mengenai Ternak Kambing.


Ternak kambing merupakan ternak herbivora yang di kenal dengan
ruminansia kecil, yang populer di kalangan masyarakat pedesaan. Kambing
sangat mudah dalam pemeliharaannya dan daya adaptasi dengan lingkungan
cukup tinggi, limbah pertanian biasanya di manfaatkan sebagai pakan ternak
untuk peningkatan dalam pemeliharaan kambing dan biaya yang di butuhkan
sedikit dalam proses pemeliharaannya. Kambing yang di ternakan oleh
sebagian masyarakat sangat berpengaruh terhadap pendapatan keluarga serta
meningkatkan taraf perekonomian keluarga khususnya di daerah pedesaan
(Hermawan, 2009).

Kambing merupakan bagian penting dari sistem usaha tani bagi


sebagian petani di Indonesia, bahkan di beberapa negara Asia, dan tersebar
luas di berbagai kondisi agrosistem dari daerah dataran rendah di pinggir
pantai sampai dataran tinggi di pegunungan. Menurut produk yang dihasilkan,
ternak kambing dikelompokkan menjadi 4 yaitu penghasil daging (tipe
daging), penghasil susu (tipe perah), penghasil bulu (tipe bulu), serta
penghasil daging dan susu (Sutama, 2011).

Kambing memiliki kelebihan beradaptasi yang tinggi dengan berbagai


kondisi lingkungan, potensi reproduksinya yang tinggi dan jumlah anak anak
per kelahiran lebih dari satu ekor (Mahmilia, 2007). Kambing merupakan
ternak yang dapat memanfaatkan bahan alami serta limbah industri sebagai
pakan. Makanan ternak kambing utama adalah hijauan, kambing yang
dikembangkan di Indonesia begitu beragam seperti kambing Boer, Etawa,
peranakan etawah (PE), Batang, dan kacang. Kambing yang sangat luas
dikembangkan oleh masyarakat adalah kambing kacang dikarenakan
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam yang ada di
Indonesia khususnya NTB (Devendra dan Burns, 1994).

9
2.2. Kambing Kacang
Kambing kacang termasuk salah satu bangsa kambing lokal yang ada
di Indonesia dengan penyebaran yang sangat luas di seluruh wilayah
Indonesia (Doloksaribu et al., 2005). Menurut pendapat Elieser & Destomo
(2017) kambing Kacang adalah kambing asli Indonesia yang mempunyai
bentuk tubuh kecil dan pendek, telinga pendek dan tegak, bulu berwarna
hitam, coklat dengan campuran putih dan pendek. Kambing kacang
mempunyai sifat yang baik dalam beradaptasi pada berbagai kondisi
lingkungan dan memiliki kesuburan dan prolifikasi tinggi.
Kambing Kacang jantan mengalami pertumbuhan bobot badan yang
sangat cepat pada saat umur 8 bulan, karena kambing Kacang jantan pada
umur tersebut belum mengalami dewasa kelamin, sedangkan
pertumbuhannya mengalami perlambatan pada umur 9–42 bulan, karena
ternak sudah dewasa tubuh dan pertumbuhan ternak saat itu tidak hanya
digunakan untuk pertambahan bobot badan saja melainkan juga digunakan
untuk reproduksi juga (Elieser, Destomo, 2017). Hal ini sesuai dengan
Sampurna dan Suatha (2010), bahwa pertumbuhan mempunyai beberapa
tahap yang cepat dan lambat, tahap cepat akan terjadi ketika ternak belum
dewasa kelamin, dan tahap lambat terjadi saat dewasa tubuh tercapai.
(Septian et al., 2015).
Kambing Kacang memiliki keunggulan diantaranya mudah
beradaptasi dengan lingkungan setempat dan reproduksinya cukup baik
sehingga pada umur 15-18 bulan bisa menghasilkan keturunan dengan litter
size 1,57 ekor (Tatang, Lili Adam Yuliandri, 2015).

2.3. Silase
Silase adalah pakan ternak masih memiliki kadar air tinggi sebagai
hasil
pengawetan hijauan makanan ternak atau bahan-bahan melalui proses
fermentasi yang dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa
oksigen) baik dengan penambahan atau tanpa penambahan bahan pengawet.
Fermentasi silase dimulai saat kondisi oksigen telah habis digunakan oleh sel
tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk mengahasikan
asam laktat dalam menurunkan pH. Tanaman mempunyai pH yang bervariasi
antara 5 dan 6, setelah difermentasi turun 3,6 – 4,5. Penurunan pH yang cepat
10
membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan
mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobakteria dan clostridia
(BPTP, 2012).

Proses ensilase terjadi dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen), bakteri


yang bekerja dalam memproduksi asam laktat adalah bakteri anaerob.
Oksigen yang terdapat dalam bahan silase dan silo dapat mempengaruhi
proses dan hasil yang diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap
berlangsung selam masih tersedi oksigen. Respirasi dapat meningkatkan
kehilangan bahan kering, mengganggu proses ensilase, menurunkan nilai
nutrisi dan kestabilan silase (siregar, 2010).

Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur dan keberadaan


jamur serta suhu. Aroma silase tanaman sorgum manis menjukan aroma asam
dan wangi fermentasi. Aroma silase yang dihasilakan termasuk ke dalam
kriteria kualitas silase yang baik. Silase yang bekualitas baik memiliki aroma
asam dan wangi (Abdelhadi et al., 2005).

Warna silase yang dihasilkan menunjukan warna hijau atau sama


dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and Haeinrichs
(2008), menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil
fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah
silase yang berwarna hapir sama dengan baha sebelum ensilase (Malik,
2015).

Prisip pembuatan silase adalah mempercepat terjadinya kondisi


anaerob dan suasana asam dalam proses ensilase. Dalam proses ensilase akan
menghasilkan asam laktat yang kemudian akan membuat kondisi hijauan
makanan di dalam silo menjadi bersifat asam dan menjadi awet, Karena
semua mikroba pembusuk akan mati. Proses ensilase akan berakhir setelah
suasana menjadi asam (pH lebih kurang 4,0) (Sumarsih, 2006).

Tujuan pembuatan silase adalah untuk mendapatkan bahan makanan


yang masih banyak mengandung air, bermutu tinggi serta lama untuk dapat
dipergunakan pada masa kekurangan makanan hijauan. Silase termasuk pakan
hijauan yang baik untuk ternak ruminansia karena palatabilitasnya masih baik
11
dan akseptabel serta daya racunnya kecil (Lubis, 2009).

12
2.4. Sorgum
Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench), merupakan salah satu tanaman
serealia yang sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan dan pakan
alternatif yang patut dikembangkan di Indonesia. Sorgum memiliki beberapa
keunggulan seperti dapat tumbuh di lahan kering, resiko kegagalan relatif
kecil, kandungan nutrisi cukup tinggi, relatif lebih tahan hama penyakit serta
pembiayaan usahatani relatif murah. Tanaman sorgum memiliki manfaat yang
cukup banyak, antara lain seperti batang , daun, dan biji dapat dimanfaatkan
baik untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan ternak (Tacoh et al.,
2016).

2.4.1. Klasifikasi sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)


Taksonomi tanaman sorgum diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Sub family : Panicoideae

Genus : Sorghum

Species : bicolor (Iriani dan Mangkulawu, 2013)

Genus sorghum terdiri atas 20 atau 32 spesies, berasal dari Afrika


Timur, satu spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini
dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Utara, Amerika Tengah, dan
Asia Selatan. Di antara spesies-spesies sorgum, yang paling banyak
dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (L.) Moench. Morfologi
tanaman sorgum mencakup akar, batang, daun, tunas, bunga, dan biji
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen
Pertanian 2014).

13
2.5. Tebon Jagung
Tebon jagung ( Zea Mays) ialah seluruh tanaman jagung, mulai dari
batang, daun, serta buah jagung muda yang pada umumnya dipanen pada
umur tanaman 45 hari sampai dengan 65 hari atau dalam kondisi buah yang
masih muda (Sahid et al., 2022).

Tebon jagung merupakan alternatif hijauan pakan yang mudah untuk


dibudidayakan dan diawetkan dalam bentuk silase. Kandungan nutrien tebon
jagung di antaranya adalah 33,21% serat kasar, 69,81% NDF, 40,20% ADF,
10,90% protein kasar, 2,17% lemak kasar, 0,39% kalsium, dan 0,23% fosfor
(Sahid et al., 2022).

2.6. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


2.6.1 Genetik
Faktor genetik merupakan potensi atau kemampuan yang dimiliki
oleh ternak. Faktor genetik dan lingkungan berperan penting karena
meskipun ternak mempunyai genetik unggul, tetapi tanpa adanya
pemeliharaan dan pemberian pakan yang baik, produksinya tidak bisa
maksimal (Basbeth et al., 2015). Seleksi atau pembentukan bangsa baru
melalui introduksi gen dari luar merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu genetik kambing. Siregar, (1994)
menyatakan bahwa factor genetik dan lingkungan berpengaruh terhadap
pertumbuhan kualitas dan kuantitas karkas pada kambing dengan
perbandingan 20 - 30% : 70 - 80%.

Sitorus, (2004) berpendapat bahwa apabila lingkungan ternak tidak


optimal maka ternak tidak dapat berproduksi dengan optimal juga
meskipun fungsi genetik yang cukup tinggi, ataupun sebaliknya. Dalam
menentukan bibit hal yang harus diperhatikan adalah kondisi ternak yang
sehat, alat kelamin normal, tidak gemuk, tidak cacat, kaki lurus normal,
serta memiliki sifat keibuan. Perkembangan ternak kambing dapat
ditentukan dengan cara memilih calon boibit indukan yang baik.

14
2.6.2 Umur
Umur juga berpengaruh terhadap penambahan bobot badan ternak
serta mempengaruhi karakteristik morfometrik terhadap ternak, hal ini
dikarenakan semakin bertambahnya umur akan bertambah bobot badan
dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada didaerah
dada sehingga ukuran lingkar dada semakin besar. Semakin panjang tulang
rusuk maka otot yang melekat pada tulang rusuk semakin banyak,
sehingga lingkar dada semakin besar (Sutiyono, Widyani dan Purbowati,
2006).

Menurut Siregar (1990) pertumbuhan yang cepat terjadi pada


periode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas, namun setelah usia
pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai menurun dan akan
terus menurun hingga usia dewasa.
2.6.3 Lingkungan
a. Pakan

Pakan adalah faktor terpenting sebagai pendukung produktivitas


ternak. Pakan yang diberikan pada ternak diharapkan dapat mencukupi
kebutuhan nutrient sehingga menghasilkan produktivitas ternak yang
tinggi (Victori et al., 2016). Konsumsi pakan pada ternak diharapkan dapat
meyediakan unsur nutrisi yang penting dalam perawatan tubuh ternak
seperti penggemukan, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Nugroho et
al., (2017) menyimpulkan bahwa beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam memberikan pakan pada ternak yaitu : mengandung gizi
lengkap, mudah dicerna, disukai ternak, harganya murah, tidak
menyebabkan sakit, dan tujuan pemeliharaan harus sesuai.

Menurut Susilorini & Sawitri, (2008) kambing adalah ternak yang


efisien untuk mencerna serat-serat kasar. Makanan utama kambing yaitu
tunas-tunas, ranting, semak dan gulma. Berbagai macam hijauan yang
diberikan pada ternak kambing seperti daun lamtoro, daun nagka, dan
gamal, dengan bahan kering yang diberikan sebaiknya 3% dari bobot
badan, sedangkan untuk hijauan dari 10-15% dari bobot badan (dalam
bentuk segar). Selain itu kambing juga perlu diberikan pakan tambahan

15
berupa

16
konsentrat dengan kadar protein berkisar 16%. Jenis pakan dan cara
pemberian pakan harus menyesuaikan umur serta kondisi ternak. Ternak
harus diberikan pakan cukup karbohidrat, protein, vitamin, mineral, mudah
dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, mudah diperoleh dan murah.
Pada dasarnya terdapat 2 jenis makanan ternak yaitu hijauan (jenis rumput-
rumputan) dan makanan tambahan (bungkil kelapa, kacang-kacangan,
tepung ikan, mineral dan vitamin (Susilorini & Sawitri, 2008).

b. Iklim dan Suhu

Secara geografis iklim di Indonesia merupakan iklim tropis yang


terdiri dari dua musim. Salah satu masalah lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan serta reproduksi ternak yaitu Iklim panas dan
lembab. Lingkungan ternak merupakan cakupan seluruh kondisi eksternal
yang dapat memberikan efek terhadap perkembangan, pertumbuhan dan
respon pada ternak (Nugroho et al., 2017). Ternak ruminansia yang dalam
keadaan berproduksi atau tidak dapat tumbuh pada suhu lingkungan yang
sesuai dengan kehidupannya. Apabila terjadi perubahan pada kondisi
lingkungan hidup ternak, maka konsumsi pakan ternak juga akan berubah
juga (Rini, 2012).

Mangkoewidjojo & Smith, (1988) berpendapat bahwa suhu kondisi


normal pada kambing adalah 38,5-40°C dengan rataan 39,4°C atau antara
38,5 dan 39,7°C dengan rataan 39,1°C. Menurut Qisthon & Hartono,
(2019) suhu, lingkungan yang lembab, dan tingginya radiasi matahari
adalah kendala dalam berkembang dan meningkatnya produktivitas ternak
di Indonesia, terutama di wilayah dataran rendah, karena dapat
mengakibatkan cekaman panas pada ternak. Terjadinya cekaman panas
menunjukkan bahwa rendahnya adaptasi antara ternak terhadap iklim di
sekitarnya. Konsekuensi dari cekaman panas yang rendah secara langsung
yaitu produktifitas ternak menurun baik dari pertumbuhan, produksi
maupun reproduksi.

17
Suhu yang tinggi akan mengakibatkan kambing mengalami stress
panas yang akan menunjukkan perubahan fisiologis dan tingkahlaku
seperti penurunan nafsu makan dan metabolisme, peningkatan konsumsi
air minum, peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, penurunan
konsentrasi hormon metabolis dalam darah, peningkatan suhu tubuh,
frekuensi pernafasan, dan denyut jantung (Badriyah et al., 2019).

c. Kesehatan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas dan


karakteristik ternak Kambing adalah kesehatan. Kesehatan hewan yang
kurang baik akan memicu timbulnya berbagai macam penyakit pada ternak
dan menimbulkan kerugian untuk peternak. Seperti kita ketahui bahwa
pencegahan penyakit itu lebih baik daripada pengobatanya, ternak yang
sebelumnya pernah terserang penyakit akan menurunkan kemampuan
produksi dan reproduksinya sehingga ternak tidak efisien untuk di pelihara
lebih lanjut (Rahmawati, 2021).

18
2.7. Beberapa hasil penelitian tentang manajemen pakan kambing

Tabel 1. Beberapa hasil penelitian tentang manajemen pakan kambing


Konsumsi
Pakan PBBH
NO Jenis Kambing Pemberian pakan Lokasi Penelitian Referensi
/ekor/hari(g) (Kg)

Desa Golo
50% Hijauan + 50%
Kecamatan Sahu
1. Kacang (12 ekor) 905,26 Silase Kulit Pisang + 0,04 Ishak dkk. (2019)
Kabupaten Halmahera
Konsentrat Barat
Peternakan kambing,
Animal Science
2. Kacang (15 ekor) - Silase Sorgum 0,08 Muang dan San Mu (2020)
Department, Yezin
Agricultural University
Silase Rumput Gajah Desa Sanda Kabupaten
3. Boerka (12 ekor) 4.444 0,06 Ketaren dkk. (2022)
Odot Tabanan Bali
Desa Suka Sari
Silase Biomassa Tanaman
Kecamatan Pegajahan,
Ubi Kayu (Kulit Umbi,
4. PE (30 ekor) 322,79 0,05 Kabupaten Serdang Simanihuruk (2013)
Batang,
Bedagai,
Dan Daun) Provinsi Sumatera Utara

12
BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan selama 2 bulan terhitung mulai dari
17 Agustus sampai dengan 17 Oktober 2023 yang berlokasi di CV. Samawa
Global Farm, Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
3.2. Materi Penelitian
3.2.1. Alat Penelitian :
Adapun alat-alat yang digunakan selama penelitian meliputi, buku,
pulpen, ember, hp, kereta dorong, mesin, sapu, sekop, dan timbangan.
3.2.2. Bahan Penelitian :
Adapun bahan yang digunakan selama penelitian yaitu, kambing
kacang jantan muda 16 ekor, dan campuran silase sorgum dan jagung muda.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan 16 ekor kambing kacang jantan muda
dengan berat badan rata-rata 15,48 kg, masing-masing dikandangkan individu
dengan ukuran kandang 100 x 75 cm dan telah dilengkapi tempat pakan dan
air minum.
Adapun jalannya penelitian sebagai berikut :
1. Pencampuran Silase Sorgum dan Silase Jagung Muda sebanyak 1 Ton
kemudian di masukkan ke dalam wadah penyimpanan.
2. Pembuatan Konsentrat menggunakan campuran Dedak, Bekatul
Jagung, Premix, Urea Garam, dan Larutan Molases Sebanyak 1 Ton,
kemuadian di masukkan ke dalam wadah penyimpanan.
3. Sebelum ternak dimasukkan ke kandang, terlebih dahulu di cek
kesehatanya dan disuntik dengan Vitamin B Compleks sehingga ternak
sehat dan nafsu makan tidak menurun.
4. Pemberian pakan Konsentrat sebanyak 3% dari total 10 % bobot badan
kambing pada pagi hari pukul 06.00 WITA, serta pemberian air
minum untuk kambing.

13
5. Pemberian pakan silase sorgum dan jagung muda sebanyak 7% dari
total 10% bobot badan kambing. Pemberian pakan silase dilakukan 2
kali sehari di sore hari pukul 15.00 WITA sebanyak 2 % , dan malam
hari
21.00 WITA sebanyak 5 % serta pemberian air minum untuk kambing.
6. Membersihkan kandang dan tempat pakan dilakukan setiap pagi dan
sore hari supaya ternak terhindar dari penyakit serta pergantian alas
kandang yang menggunakan serbuk gergaji dua bulan sekali agar
menghindari bau yang tidak nyaman pada kandang.
7. Pengambilan sisa pakan Konsentrat dilakukan setiap hari pada pagi
hari untuk di lakukan penimbangan guna mengetahui jumlah konsumsi
harian pada kambing.
8. Pengambilan sisa pakan silase sorgum dan jagung muda dilakukan
setiap hari pada pagi hari untuk di lakukan penimbangan guna
mengetahui jumlah konsumsi harian pada kambing.
3.4. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Konsumsi pakan
Pakan yang diberikan pada kambing yang diteliti sebanyak 10%
dari total bobot badannya.
2. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Penimbangan kambing dilakukan sebanyak 4 kali pada
penimbangan awal sampai akhir, penimbangan dilakukan 2 minggu sekali
selama 42 hari untuk mengetahui pertambahan bobot badan kambing yang
diberikan pakan Silase sorgum dan jagung muda .
𝐵𝐵 (𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟) − 𝐵𝐵(𝑎𝑤𝑎𝑙)
𝑃𝐵𝐵𝐻 =
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛
3. Efisiensi pakan
Efisiensi pakan merupakan jumlah unit pakan yang dikonsumsi
oleh ternak dibagi dengan unit pertambahan bobot badan per satuan waktu
berdasarkan bahan kering (BK).
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝐾 (𝑘𝑔)
Rumus Konversi = 𝑃𝐵𝐵𝐻(𝑘𝑔)

14
3.5. Analisis Data
Data yang diperoleh dikelompokkan sesuai variable pengamatan
kemudian diolah menggunakan Arithmetic Mean (Mean ± Standar deviasi)
menurut Steel dan Torrie (1993).

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhadi, L. O., F. J. Santini, & G. A. Gagliostro. 2005. Corn silase of high


moisture corn supplements for beef heifers grazing temperate pasture; effects
on performance ruminal fermentation and in situ pasture digestion.
Anim.Feed Sci. Technol. 118: 63-78.

Basbeth, A., Dilaga, W, dan Purnomoadi, A. 2015. Hubungan Antara Ukuran-


ukuran Tubuh Terhadap Bobot Badan Kambing Jawarandu Jantan Umur
Muda Di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Animal Agriculture Journal, 4(1),
35–40.

Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis


Terjemahan. Putra, I. D. K. H.Penerbit ITB. Bandung.

Doloksaribu W., S. Elieser, F. Mahmilia dan F. A. Pamungkas. 2005.


Produktivitas Kambing Kacang pada Kondisi Dikandangkan: 1. Bobot Lahir,
Bobot Sapih, Jumlah Anak Sekelahiran dan Daya Hidup Anak Prasapih.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor.
Hal.: 581-585.

Elieser, S., & Destomo, A.2017. Sebaran Warna Kambing Boerka Hasil
Persilangan Kambing Boer dengan Kacang. 315–321.
https://doi.org/10.14334/pros.semnas.tpv-2017-p.317-323.

Iriany, N.R., Makkulawu, T.A. 2013. Asal Usul dan Taksonomi Tanaman
Sorgum. IAARD Press. ISBN 978-602-1250-47-5. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian

Ishak, H., Nursjafani, N., & Lestari, S. (2019). Pemanfaatan Silase Kulit Pisang
(Musa pariciae) Untuk Peningkatan Produktivitas Kambing Kacang (Capra
hircus): Studi Kasus di Desa Golo Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera
Barat. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 12(2), 279-283.

Ketaren, M., Doloksaribu, L., & Duarsa, D. Pengaruh Pemberian Silase Rumput
Gajah Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) Terhadap Konsumsi Pakan
Kambing Boerka Di Desa Sanda Kabupaten Tabanan Bali.

Mahmalia, F. 2007. Penampilan reproduksi kambing induk: Boer, Kacang dan


Kacang yang disilangkan dengan pejantan Boer. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2007: 485-490.

MUANG, E., & SAN MU, K. H. I. N. (2020). Effects of Different Percentages of


Sorghum Silage and Napier Grass on Nutrient Intake and Growth
Performance of Goats. International Journal of Environmental and Rural
Development, 11(1), 75-80.

16
Qisthon, A. dan M. Hartono. 2019. Respon fisiologis dan ketahanan panas
kambing Boerawa dan Peranakan Ettawa pada modifikasi iklim mikro
kandang melalui pengkabutan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 7 (1):
206--211.

Sampurna IP, dan Suatha IK. 2010. Pertumbuhan alometri dimensi panjang dan
lingkar tubuh sapi Bali jantan. Jurnal Veteriner Maret 2010. XI (1) : 46 –51.

Saun, R.J.V. and A.J. Heinrichs. 2008. Troubleshooting silage problems: How to
identify potential problem. Proceddings of the Mid-Atlantic Conference;
Pennsylvania, 26-26 May 2008. Penn State‟s Collage. pp. 2-10.

Septian, A. D., M. Arifin, dan E. Rianto. 2015. Pola pertumbuhan kambing


Kacang jantan di Kabupaten Grobogan. J. Anim.Agriculture. 4 (1) : 1 – 6.

Simanihuruk, K., Sirait, J., & Syawal, M. (2013). Penggunaan silase biomassa
tanaman ubikayu (kulit umbi, batang dan daun) sebagai pakan kambing
peranakan Etawah (PE). Pastura, 2(2), 79-83.

Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo, S., 1988, Pemeliharaan Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.

Subekti. G., Suwarno, dan N. Hidayat. 2013.Penggunaan beberapa aditif dan


bakteri asam laktat terhadap karakteristik fisik silase rumput gajah pada hari
ke-14.Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (3): 835—841.

Sutama, I.K., dan IGM. Budiarsana. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.
Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutama, I.K. 2011. Kambing Peranakan Etawah Sumber Daya Ternak Penuh
Berkah. Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor.

Sutiyono, B., N. J. Widyani dan E. Purbowati. 2006. Studi performans Induk


Kambing Peranakan Ettawa Berdasarkan Jumlah Anak Sekelahiran di Desa
Banyuringin Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Cakrawala Baru IPTEK
Menunjang Revitalisasi Peternakan. Bogor 5-6 September 2006. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Hal. 537-543.

Tacoh E, Rumambi A., Kaunang W.,2017. Respons Pertumbuhan Dan Produksi


Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perbedaan
Sistem Pengolahan Tanah. Jurnal Zootek Vol. 37 No. 1 : 88-95. Fakultas
Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.

17
Tatang, Lili, dan Adam Yuliandri, O. I. (2015). Pola pertumbuhan bobot badan
Kambing Kacang betina di Kabupaten Grobogan. Animal Agriculture
Journal, 4(1), 93–97.
Victori, A., Purbowati, E., dan Lestari, C. M. S. 2016. Hubungan antara Ukuran-
Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Kambing Peranakan Etawah Jantan di
Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26(1), 23–28.

18

Anda mungkin juga menyukai