Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester 3

Dosen pengampu : Ir. Untung Sudjianto, M.Si

Di susun oleh (kelompok 4) :

Alyssa Balqis 201741019

Novita Narajunda 201741012

M. Dafiq Irfan 201741006

M. Islahudin Farid 201741009

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

TAHUN AJARAN 2018/2019

i
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan mata
kuliah Pemuliaan Tanaman tepat pada waktunya. Dan sholawat serta salam semoga tetap
terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kita jalan
lurus berupa ajaran agama yang sempurna.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :

1. Bapak Ir. Untung Sudjianto, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pemuliaan
Tanaman yang telah membimbing kami semua.
2. Hanggara Dwiyudha Nugraha, S.P. selaku pendamping praktikum yang telah
membantu dalam proses praktikum.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyusunan laporan praktikum ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga dapat menambah
pengetahuan para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan yang kami
lakukan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangaun dari pembaca
sebagai acuan bagi kami dalam membuat makalah yang lebih baik lagi.

Kudus, 30 Desember 2018

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................. i


Halaman Pengesahan .................................................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Waktu dan Tempat............................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II PERSILANGAN TANAMAN JAGUNG ....................................................... 3
A. Pendahuluan...................................................................................................... 3
B. Tujuan ............................................................................................................... 4
C. Bahan dan Alat ................................................................................................. 4
D. Prosedur ............................................................................................................ 4
E. Hasil dan Pembahasan ...................................................................................... 5
F. Kesimpulan ....................................................................................................... 6
G. Daftar Pustaka....................................................................................................6
BAB III KASTRASI BUNGA ..................................................................................... 7
A. Pendahuluan...................................................................................................... 7
B. Tujuan ............................................................................................................... 8
C. Bahan dan Alat ................................................................................................. 8
D. Prosedur ............................................................................................................ 8
E. Hasil dan Pembahasan ...................................................................................... 8
F. Kesimpulan ....................................................................................................... 9
G. Daftar Pustaka..................................................................................................10
BAB IV PEMBUKTIAN HUKUM HARDY-WEINBERG ..................................... 11
A. Pendahuluan .................................................................................................... 11
B. Tujuan ............................................................................................................. 12
C. Bahan dan Alat ............................................................................................... 12
D. Prosedur .......................................................................................................... 12
E. Hasil dan Pembahasan .................................................................................... 13
F. Kesimpulan ..................................................................................................... 13
G. Daftar Pustaka.................................................................................................13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan.


Kedinamisannya dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi alam lingkungan
yang cenderung berubah, sebagai contoh strain patogen yang selalu berkembang,
selera ataupun preferensi konsumen terhadap pangan yang juga berkembang, oleh
karenanya, kegiatan pemuliaan pun akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut.
Sedangkan keberlanjutannya dapat dilihat dari kegiatannya yang sinambung, berlanjut
dari satu tahapan menuju pada tahapan berikutnya. Lebih lanjut, pemuliaan
merupakan ilmu terapan yang multidisiplin, dengan menggunakan beragam ilmu
lainnya, seperti genetika, sitogenetik, agronomi, botani, fisiologi, patologi,
entomologi, genetika molekuler, biokimia, statistika dan bioinformatika. Sedangkan,
dilihat dari metode yang digunakan, dibagi menjadi dua: pendekatan pemuliaan
konvensional (contohnya melalui persilangan, seleksi dan mutasi) dan inkonvensional
(kloning gen, marka molekuler dan transfer gen) (Gepts and Hancock, 2006).
Bunga merupakan alat reproduksi yang kelak menghasilkan buah dan biji. Di
dalam biji ini terdapat calon tumbuhannya (lembaga). Terjadi buah dan biji serta
calon tumbuhan baru tersebut karena adanya penyerbukan dan pembuahan.
Penyerbukan merupakan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (untuk golongan
tumbuhan berbiji tertutup) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (untuk
tumbuhan berbiji telanjang).
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan tanaman. Metode
pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembang
biakan tanman. Metode untuk tanman menyerbuk sendiri berbeda dengan metode
untuk tanaman menyerbuk silang. Metode yang dikembangkan secara seksual berbeda
dengan yang dikembangkan secara aseksual. Beberapa metode pemuliaan tanaman
yang diketahui yaitu introduksi, seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi.
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika
Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa

1
Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya),
diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung
jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi.

B. Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Pertanian Green House Universitas
Muria Kudus, mulai pada tanggal November 2018 hingga selesai.

C. Tujuan
1. Untuk memperoleh biji F1 dengan kombinasi sifat tetua dari persilangan jagung,
sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan varietas baru untuk tanaman
menyerbuk silang.
2. Agar putik tidak diserbuki dan dibuahi oleh tepung sari.
3. Untuk mengetahui komposisi genetik dari populasi tanaman Allogam yang
mengalami segregasi dari sifat keturunannya.

2
BAB II

PERSILANGAN TANAMAN

A. Pendahuluan
Persilangan tanaman merupakan salah satu cara untuk memperoleh keragaman
baru dari varietas-varietas tanaman yang sudah ada. Walaupun di alam sebenarnya
sudah ada keragaman itu, namun jika keragaman yang bersumber dari alam dirasa
masih kurang, maka dapat diperoleh dari cara buatan. Salah satu cara tersebut adalah
dengan menyilangkan antara putik dari satu tanaman yang diserbuki tepung sari yang
berasal dari tanaman lainnya.
Dalam menyilangkan tanaman tersebut dibutuhkan ketelitian dan kesabaran
yang cukup tinggi. Mengingat putik yang menjadi sumber sel telur harus dijaga
jangan sampai terserbuki oleh tepung sarinya sendiri atau bahkan oleh tepung sari
tanaman lain.
Perbaikan Sifat genetik dan agronomik tanaman dapat dilakukan melalui
pemuliaan. Secara konvensional, perbaikan sifat dilakukan dengan persilangan
antarspesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat yang diinginkan.
Persilangan dapat diterapkan pada tanaman berbunga, berbuah, berbiji dan
berkembang untuk melanjutkan keturunannya. Untuk tanaman yang tidak dapat
diperbaki melalui persilangan, perbaikan sifat diupayakan dengan cara lain, di
antaranya mutasi induksi yang disebut pula mutasi buatan atau imbas. Perubahan sifat
karena pengaruh alam disebut mutasi spontan (Broertjes and Van Harten, 1988).
Hubungan antara hasil biji dengan karakter agronomis selain ukuran malai,
telah banyak dilaporkan. Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa hubungan
antara hasil biji dengan tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur
masak adalah nyata pada diameter batang dan diameter tongkol konstan. Ini berarti
bahwa tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak dapat
digunakan sebagai kriteria seleksi (Soebagio, 1990).
Tanaman jagung merupakan tumbuhan semusim (annual). Susunan tubuhnya
(morfologi) terdiri dari akar, batang, daun bunga dan buah. Perakaran tanaman jagung
terdiri dari akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran
serabut yang berfungsi sebagai alat untuk menghisap air serta garam-garam yang

3
terdapat dalam tanah, berupa mineral-mineral senyawa kimia yang mengeluarkan zat
organik dari tanah dan alat pernafasan. Batang jagung beruas-ruas (berbuku-buku)
dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung tidak bercabang.
Panjang bantang jagung berkisar antara 60-300 cm (Rukmana, 1997).

B. Tujuan
Untuk memperoleh biji F1 dengan kombinasi sifat tetua dari persilangan
jagung, sebagai salah satu tahap dalam upaya perakitan varietas baru untuk tanaman
menyerbuk silang.

C. Bahan dan Alat


Bahan : tanaman jagung yang sudah berbunga, pinset dan sedotan.

Alat : gunting tanaman/pisau, alat tulis dan kamera.

D. Cara Kerja
1. Pilih kuncup tongkol bunga jagung sebelum muncul kepala putik atau rambut
jagungnya.
2. Tutup tongkol bunga tersebut dengan kantong dari kertas semen. Agar tidak
mudah hilang terbawa angin ikat kantong tersebut dengan benang ball atau tali
rafia.
3. Amati bunga tersebut jika telah keluar rambut bunga/ kepala putiknya berarti siap
untuk diserbuki.
4. Pilih bunga jantan yang sudah mekar dan telah keluar tepungsarinya.
5. Bungkus bunga jantan tersebut dengan kantong dari kertas semen. Kemudian
dikocok supaya tepungsarinya rontok dalam kantong.
6. Potong bunga jantan tersebut bersama kantongnya. Ambil bunga jantan dan
gunakan untuk menyerbuki bunga betina atau tongkol bunga yang sudah
disiapkan. Dengan cara mengganti kantong dengan kantong yang ada
tepungsarinya.
7. Ulangi langkah 1 s/d 3 diatas untuk 2 bunga lainnya. Dan biarkan selama 1
minggu.
8. Amati apakah terbentuk buah atau tidak.

4
E. Hasil dan Pembahasan
Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan
pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan
kental agak lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke
dalam ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan. Dikenal dua macam
persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan perkawinan silang (crossing).
Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada
stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies.
Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada
stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik.
Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi
pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga
satu atau dua hari setelah mekar hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
Pada praktikum ini dilakukan persilangan pada tanaman jagung (Zea mays).
Tanaman jagung dipilih karena penyerbukan buatan yang dapat dilakukan relative
mudah. Selain itu periode tumbuh atau masa tanam jagung juga tidak terlalu lama,
sekitar dua bulan.
Ketika menyilangkan tanaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan
seperti pemilihan tetua dengan tujuan dilakukannya persilangan, pengetahuan tentang
morfologi dan metode reproduksi tanaman, waktu tanaman bunga (waktu bunga
mekar atau tanaman berbunga), dan keadaan cuaca saat penyerbukan. Tetua dipilih
sesuai dengan persilangan yang akan dilakukan. Pemilihan bunga dalam persilangan
tanaman juga harus dilakukan karena penting dalam menyilangkan tanaman. Bunga
yang akan berperan sebagai betina maupun jantan harus sudah mencapai tahap siap
kawin (siap dilakukan penyerbukan) pada saat yang bersamaan. Bunga betina yang
akan diserbuki harus belum terkontaminasi oleh serbuk sari yang lain (masih steril).
Pada tanaman jagung yang akan digunakan untuk persilangan, bunga betina di
bungkus menggunakan kantong kertas untuk mencegah tongkol terkontaminasi
(terserbuki) oleh serbuk sari malai lain. Begitu juga dengan malai atau bunga jantan
yang belum pecah dibungkus menggunakan kantong kertas agar nantinya ketika malai
sudah siap menyerbuki, serbuk sarinya dapat tertampung di kantong kertas tersebut.
Keadaan cuaca saat penyerbukan juga penting, apabila penyerbukan dilakukan pada
saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan banyak serbuk sari
yang hilang terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara maksimal.
5
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu:
1. Persilangan tanaman bisa dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu perkawinan sendiri
(selfing) dan perkawinan silang (crossing).
2. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyilangkan tanaman yaitu
pemilihan tetua, pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman,
waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar atau tanaman berbunga), dan keadaan
cuaca saat penyerbukan.

G. Daftar Pustaka
Broertjes and Van Harten, 1988. Applied mutation breeding for vegetatively
propagated crops. Bloom bollen cultur 95(25): 566-567.
Gepts, P and Hancock, J. 2006. The future of plant breeding. Crop Sci. 46:1630-1634.
Rukmana, H. R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. . Diakses 30 Desember 2018.
Soebagio, H. 1990. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter
tanaman jagung. Riset Hasil Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.

6
BAB III

KASTRASI BUNGA

A. Pendahuluan
Pembuahan pada bunga bila berhasil, maka akan terbentuk biji dan buah. Hal
ini terjadi karena bertemunya sel telur dengan sel generatif yang berasal dari tepung
sari. Namun hal ini tidak akan terjadi apabila sumber tepung sari dihilangkan.
Misalnya benang sari atau kepala sari dihilangkan dari bunga tersebut. Perlakuan
seperti ini disebut dengan kastrasi.
Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak
diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan sehari
sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan sehingga
keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga (spikelet) terdapat enam benang
sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut tidak boleh rusak. Oleh karena itu
perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi. Bunga pada malai yang akan dikastrasi
dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga. Sepertiga bagian bunga dipotong miring
menggunakan gunting kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot vacuum
pump. Bunga yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag agar tidak
terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki (Wawan, 2002).
Sumber lain menyebutkan bahwa kastrasi atau emaskulasi adalah membuang
bagian tanaman yang tidak diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian.
Kastrasi dilakukan sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna
saat penyerbukan sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga
(spikelet) terdapat enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut tidak
boleh rusak. Oleh karena itu perlu hati-hati dalam melakukan kastrasi (Supartopo,
2006).
Manfaat kastrasi antara lain, merangsang pertumbuhan vegetative dan
menghemat penggunaan pertumbuhan vegetative dan menghemat musim kering
panjang, tanaman menjadi bersih sehingga terhindar dari serangan hama,kastrasi yang
diikuti dengan penyerbukan bantuan (assisted pollination) pada panen pertama akan
menghasilkan tandan yang sempurna dan lebih berat sekaligus meingkatkan kapasitas
panen.

7
B. Tujuan
Agar putik tidak diserbuki dan dibuahi oleh tepung sari.

C. Bahan dan Alat


Bahan : jagung yang sudah berbunga

Alat : kantong dari kertas semen, pisau atau gunting tanaman benang ball/ tali rafia

D. Cara kerja
1. Pilih kuncup tongkol bunga jagung sebelum muncul kepala putik atau rambut
jagungnya.
2. Tutup tongkol bunga tersebut dengan kantong dari kertas semen. Agar tidak
mudah hilang terbawa angin ikat kantong tersebut dengan benang ball atau tali
rafia.
3. Biarkan terbungkus sampai dengan saat panen. Jika pada tongkol tidak
terdapat biji berarti kastrasinya berhasil. Sebaliknya jika ada biji yang muncul
pada tongkol berarti kastrasi tidak berhasil.
4. Ulangi langkah 1 s/d 3 untuk 2 bunga lainnya.

E. Hasil dan Pembahasan


Kastrasi adalah tindakan menghilangkan pollen atau benang sari dari bunga
betina lengkap dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri.
Kastrasi dilakukan sebagai pendahuluan untuk melakukan hibridisasi. Teknik khusus
yang dilakukan untuk pengebirian adalah termasuk memperlakukan bunga tanaman
dengan panas, dingin, atau bahan kimia seperti alkohol. Teknik ini didasarkan bahwa
pollen mempunyai tingkat senstifitas yang lebih tinggi dibandingkan putik. Karena itu
seringkali dilakukan dengan merusak daya tahan pollen tanpa melukai secara
berlebihan organ tanaman lain yang penting. Salah satu cara lain adalah dengan
menggunakan sedotan. Dalam metode ini lubang hampa kecil digunakan untuk
menyedot pollen yang melekat pada stigma (Allard, 1992).
Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai dengan kemunculan bunga jantan pada
tanaman. Ada beberapa cara melakukan kastrasi, yaitu; menggunakan pompa
pengisap, dengan perlakuan alkohol dan secara manual dengan pinset. Bunga jantan
yang akan dikastrasi harus benar-benar sudah keluar tatapi belum pecah. Tandan

8
bunga dipegang dan kotak sari sudah keluar dihisap dengan pompa penghisap. Cara
ini dinilai kurang memuaskan karena disamping memerlukan waktu yang tepat dan
lama, hasil kastrasi juga kurang bersih. Kastrasi harus dilakukan setiap hari selama 6
hingga 12 hari, sehingga kepala putik banyak mengalami kerusakan mekanis karena
sering dipegang dan terkena alat penghisap. Akibatnya kepala putik tidak reseptif lagi
dan tandan bunga banyak yang gugur sebelum disilangkan (Tanto, 2002).
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pemuliaan tanaman pada
perlakuan kastrasi, teknik - teknik kastrasi dalam pemuliaan tanaman adalah sebagai
berikut :
1. Forching methode : Menghilangkan benang sari dengan membuka katup
bunga yang masih menutup dengan paksa.
2. Bagging methode : Menyelubungi bunga sehingga menjadi panas agar
membuka.
3. Clipping methode : Menggunting ujung katup bunga (tinnggal putik saja)
4. Hot water treatment : Bunga diletakkan di atas air panas sampai membuka.
5. Blowing methode : Bunga dibungkus kemudian dipanaskan sehingga
membuka.
6. Sucking methode : Pujuk bunga dipotong kemudian benang sari di ambil
degan pompa penghisap.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan pada kastrasi bunga, kami
menggunakan metode kastrasi bunga bagging methode, yaitu metode dengan
menyelubungi bunga sehingga panas agar membuka.

F. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, yaitu:
Beberapa teknik kastrasi dalam pemuliaan tanaman, yaitu : Forching methode,
Bagging methode, Clipping methode, Hot water treatment, Blowing methode, dan
Sucking methode.

9
G. Daftar Pustaka
Allard, R. W. 1992. Pemuliaan Tanaman Jilid 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Supartopo, 2006. Teknik Persilangan Padi (Oryza Sativa L.) Untuk Perakitan
Varietas Unggul Baru. Buletin Teknik Pertanian Vol 11.No.2.
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Wawan, L. 2002. Teknik Kastrasi Pada Persilangan Buatan Tanaman Lada Secara
Konvensional. Buletin Teknik Pertanian Vol.7. No.2.
.

10
BAB IV

PEMBUKTIAN HUKUM HARDY-WEIBERG

A. Pendahuluan
Hardy di Inggris (1908) dan Wienberg di Jerman (1909) mempelajari
keturunan dari hasil persilangan dan menghasilkan Hukum Hardy – weinberg. Hukum
ini menyatakan bahwa suatu populasi besar yang individu- individu kawin secara acak
(random mating) maka frekuensi gen dan genotipenya akan tetap dari generasi
kegenerasi selanjutnya, apabila tidak ada gaya-gaya yang mengubah frekuensi. Gaya-
gaya tersebut antara lain : seleksi, mutasi, dan migrasi. Apabila frekuensi gen A = p
dan a = 1 – p = q, maka frekuensi genotipenya adalah p2 AA + 2pq Aa + q2 aa = 1.
Populasi demikian dikatakan dalam keadaan equilibrium.
Dengan hukum Hardy Weinberg seorang pemulia tanaman dapat
memperkenalkan jumlah individu AA dan Aa, dengan keterangan tersebut dapat
menentukan berapa jumlah tanaman yang tahan dan harus diuji ketahanannya untuk
mendapatkan individu Aa.
Seorang pemulian tanaman sering ingin tahu berapa besar tanaman homozigot
atau heterozigot dalam populasi, terutama dalam pemuliaan untuk ketahanan terhadap
penyakit. Misalkan sifat ketahanan diatur oleh suatu allel dominan. Apabila kita
menganggap populasi berada dalam equilibrium maka individu yang peka adalah q2 =
aa. Tanaman yang peka ini mudah dilihat dengan uji ketahanan (diinokulasi) dan
dapat dibuang. Selain itu jika pemulia akan membuang tanaman aa sehingga dari
populasi itu akan diperoleh tanaman yang homozigot yang tahan yaitu AA.
Suatu populasi terdiri atas individu-individu sejenis yang saling berinteraksi.
Dalam suatu poulasi menurut hukum Hardy-Weinberg adalah tetap. Menurut hukum
Hardy-Weinberg jika individu-individu dalam populasi melakukan atau mengadakan
persilangan secara acak dan beberapa asumsi terpenuhi, maka frekuensi alel dalam
populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu tidak berubah dari generasi
ke generasi berikutnya. Tiap gamet yang terbentuk akan sebanding dengan frekuensi
masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot akan sama dengan hasil kali dari
frekuensi gamet-gametnya, (Stanfield, 1991).

11
Frekuensi merupakan perbandingan antara banyaknya individu dalam suatu
kelas dengan jumlah seluruh individu. Setiap individu memiliki sifat-sifat kualitatif
dan kuantitatif. Timbulnya berbagai variasi dalam sifat keturunan tertentu merupakan
pengaruh dari gen-gen ganda (multiple gen atau poligen). Poligen merupakan salah
satu dari seri gen ganda yang menentukan pewarisan secara kuantitatif (Suryo, 1984).

B. Tujuan
Untuk mengetahui komposisi genetik dari populasi tanaman Allogam yang
mengalami segregasi dari sifat keturunannya.

C. Bahan dan Alat


Bahan : Biji Kancing baju merah 64 dan Biji Kancing baju putih 64.
Alat : Polybag ukuran 20x30 cm 2 lembar dan alat tulis

D. Cara kerja :
1. Menyiapkan 2 kantong polybag, masing-masing kantong diisi dengan kancing
baju sebanyak 64 butir, yang terdiri dari 32 butir kancing baju merah dan 32
butir kancing baju putih.
2. Membuat perkawinan tiruan dengan cara mengambil satu butir kancing baju
dari masing-masing kantong dan kita catat genotipenya
a. Apabila keduanya merah diberi kode AA
b. Apabila keduanya putih diberi kode aa
c. Apabila satu merah dan satu putih diberi kode Aa
3. Melakukan pengambilan sampai 64 kali.
4. Dari hasil tersebut kita hitung jumlah masing-masing genotipe yang diperoleh.
a. Dalam pelaksanaan kita praktekan bahwa : Frekuensi allele genotipe : A
= a = 0,5
b. Dari hasil tersebut jika terjadi dominansi sempurna jika A merupakan
allele yang merupakan sifat tanaman berbunga merah yang dominan
terhadap allele a yang merupakan allele yang mewakili tanaman
berbunga putih, berapakah jumlah tanaman yang berbunga merah dan
berapakah tanaman yang berbunga putih ?
5. Analisis data hasil pengamatan saudara dengan Uji Chi Kuadrat.

12
E. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Uji Chi Kuadrat pada Genotipe
Genotipe O E O-E (O-E)^2 ((O-E)^2)/E X2tab 5% X2tab 1%

AA 19 16 3 6 0,6
Aa 30 32 -2 4 0,125
Aa 15 16 -1 2 0,125
Jumlah 64 64 X^2hitung 0,85 3,481 6,635

Dari Uji Chi Kuadrat pada genotipe diatas menunjukkan hasil bahwa tidak
berbeda nyata. Karena X2hitung lebih besar dari pada X2tab 5% yaitu 0,85 < 3,481
maka kemsimpulannya adalah tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Uji Chi Kuadrat pada Fenotipe


Fenotipe O E O-E (O-E)^2 ((O-E)^2)/E X2tab 5% X2tab 1%

Merah 49 32 17 289 9,031


Putih 15 32 17 289 9,031
Jumlah 64 64 X^2hitung 18,062 3,481 6,635

Dari Uji Chi Kuadrat pada fenotipe diatas menunjukkan hasil bahwa F Hitung
X2lebih besar daripada X2tab5% dan X2tab1% sehingga berbeda sangat nyata.

F. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah :
1. Uji Chi Kuadrat pada genotipe diatas menunjukkan hasil bahwa tidak berbeda
nyata.
2. Uji Chi Kuadrat pada fenotipe diatas menunjukkan hasil bahwa berbeda nyata.
G. Daftar Pustaka
Stanfield, W. D. 1991. Genetika Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Suryo. 1983 Genetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai