Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Silvika Medan, Februari 2022

PENGUNDUHAN BUAH DAN PENGENALAN BAGIAN-


BAGIAN BIJI

Dosen Penanggungjawab:
Dr. Delvian, SP, MP.

Oleh :
Maya Silalahi
211201180
Kelompok 5
HUT2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum silvika ini dengan judul “Pengunduhan Buah dan Pengenalan
Bagian-Bagian Biji”. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktikum
Silvika. Semoga dengan tersusunnya Laporan ini diharapkan dapat berguna bagi
kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Silvika Dr. Delvian, S.P., MP karena telah memberikan materi dengan
baik dan benar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada asisten yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki isi
laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.

Medan, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...............................................................................6
Alat dan Bahan .................................................................................... 6
Prosedur Praktikum ............................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..................................................................................................... 8
Pembahasan ......................................................................................... 8

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ......................................................................................... 11
Saran ....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... ........12
LAMPIRAN .........................................................................................................14

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1 Tabel Pengunduhan Dan Pengenalan Bagian Bagian biji..........................

iii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan adalah sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan secara
berkesinambungan bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelangsungan
fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan hidup. Sumber daya
hutan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung berupa hasil hutan kayu dan
non kayu serta secara tidak langsung sebagai pengatur tata air, pencegah erosi,
pariwisata, serta berbagai penyangga kehidupan yang penting melalui ekosistem
flora dan fauna. Benih Sengon (Paracerianthes falcataria L.) termasuk benih dengan
kulit biji yang keras yang mana merupakan faktor pembatas terhadap masuknya air dan
oksigen ke dalam biji. Kulit biji yang keras sulit ditembusi air dan oksigen yang sangat
penting dalam proses perkecambahan, untuk itu diperlukan perlakuan khusus atau
perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum dikecambahkan (Marthen dkk, 2013).

Dalam pengembangan hutan tanaman, program pemuliaan merupakan


salah satu kunci keberhasilan yang dapat menghasilkan benih unggul sehingga
akan meningkatkan produktivitas tanaman hutan lebih tinggi dibandingkan
dengan menggunakan benih biasa. Benih hasil pemuliaan merupakan investasi
yang sangat penting dan mahal sehingga perlu ditangani benar agar mendapatkan
mutu benih yang unggul, baik mutu fisik, fisiologis, dan genetik tetap terjamin
dengan baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil pemuliaan yang telah
diproduksi dari jenis Acacia sp. keunggulan tanaman penghasil pulp salah satu
diantaranya adalah A. crassicarpa (Tampubolon dkk, 2016).
Mutufisikdanfisiologismerupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan
benih dari mulai dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan
mutu genetik menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari
kinerja pemuliaan pohon (tree improvement). Mutu genetik juga didefinisikan
sebagai tingkat keterwakilan keragaman genetik suatu sumber benih. Untuk
mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih hasil pemuliaan agar terjamin baik,
diperlukan penanganan benih secara tepat. Salahsatu tahapan awal dalam kegiatan
penanganan benih yaitu kegiatan ekstraksi benih yaitu prosespengeluaran benih
dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya (Pamungkas, 2016).
2

Ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari anggota reproduksi


yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari
masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatan-ke-giatan pelunakan
daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggonca
ngan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi
benih adalah meng-hasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum.Metode
ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan. Ekstraksi
benih A. crassicarpa dapat dikategorikan sebagai cara kering. (Miranda, 2013).
Pada cara kering,benih dikeluarkan dengan mengeringkan buah menggunakan
alat pengering (seed drier) dengan cara menjemur buah di bawah sinarmatahari.
Ekstraksi benih A.crassicarpa dilakukan dengan cara menjemur polong di bawah
sinar matahari selama 3–4 harisampai polong merekah (terbuka), sehingga benih
dapat dengan mudah dikeluarkan. Funikel (tangkai biji) dihilangkan dengan cara
menjemur benih selama 1–2 hari, kemudian funikelnya dilepaskan dengan
menggosok benih dengan telapak tangan selanjutnya ditampi atau diayak untuk
memisahkan benih dari funikel (Hamdan dan Dedi, 2018).
Faktor ukuran benih , ukuran benih terkadang berkorelasi dengan viabilitas dan
vigor benih, dimana benih yang berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik.
menyatakan ukuran benih dalam bentukberat dan ukuran dimensi yang lebih besar
lebih banyak dipilih karena umumnya berhubungan dengan kecepatan
berkecambah dan perkembangan semai yang lebih baik, tetapi ini akan mem-
buang benih berukuran lebih kecil yang mungkinmempunyai genetik lebih baik.
Kulit biji yang keras sulit ditembusi air dan oksigen yang sangat penting dalam
proses perkecambahan, untuk itu diperlukan perlakuan khusus atau perlakuan
pendahuluan terhadap benih sebelum dikecambahkan pada benih (Marthen dkk,
2013).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika yang berjudul “Pengunduhan Buah dan
Pengenalan Bagian-Bagian Biji” adalah sebagai berikut Untuk memahami teknik-
teknik pengunduhan buah dan ekstraksi benih agar dapat mengetahui cara
pengunduhan buah dan mengenal bagian-bagian biji,asal terbentuknya, fungsinya
dan bagaimana nanti proses perkecambahanya.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan penduduk dunia ditaksir akan menjadi dua kali lipat


jumlahnya dalam beberapa dekade mendatang, dan kebutuhan masyarakat akan
kayu per tahun meningkat dari 3.400.000 m3 di tahun 1990 menjadi 5.100.000 m3
di tahun 2010. Untuk memenuhi hal tersebut tidak terlepas dari benih unggul
sebagai target dalam memenuhi kebutuhan akan kayu. Dengan demikian kebutuhan
akan benih unggul sebagai bahan pertanaman pada Hutan Tanaman Industri (HTI)
dan pengembangan hutan rakyat tidak bisa dielakkan lagi, sehingga di perlukan
mengunduhan buah untuk mendapat benih yang unggul (Pamungkas, 2016).
Dalam upaya menyediakan benih unggul tanaman hutan, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pengembangan Pemuliaan
Tanaman Hutan (B2P2BPTH) sejak tahun 1994 telah melakukan upaya pemuliaan
pohon melalui pembangunan kebun benih semai uji keturunan (KBSUK) yang pada
akhirnya akan dikonversi menjadi kebun benih sebagai areal produksi benih yang
lebih unggul. Jenis-jenis yang sudah dimuliakan pada generasi pertama dan
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang ada, yaitu Acacia mangium, A.
crassicarpa, A. auriculiformis, Eucalyptus pellita, dan E. urophylla. KBSUK ini
dibangun pada beberapa lokasi pengembangan hutan tanaman di Kalimantan,
Sumatera dan Jawa (Sudrajat, 2011).
Untuk lebih meningkatkan kualitas benih unggul yang telah dihasilkan
dalam pemuliaan generasi pertama, sejak tahun 2001 telah dilakukan penelitian
lanjutan berupa pembangunan KBSUK generasi kedua (F-2) dan pada tahun 2006
sudah dilakukan seleksi terakhir, sehingga KBSUK generasi kedua (F-2) dapat
dikonversi menjadi kebun benih. Sebanyak 61 kebun benih sebagai areal produksi
benih unggul telah dibangun di Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Pengumpulan
materi genetik benih dari generasi kedua (F-2) penting dilakukan sebagai bahan
untuk pembangunan HTI dan Hutan Rakyat (HR). Selain itu, pengumpulan materi
genetik benih pada generasi kedua (F-2) juga dilakukan sebagai upaya memenuhi
kebutuhan materi genetik benih dalam pengembangan uji keturunan generasi lanjut
dan strategi pemuliaannya (Deselina, 2013).
4

Benih memiliki daya simpan berbeda sesuai dengan kondisi fisiologisnya,


terdapat benih yang mampu disimpan dalam waktu yang lama hingga beberapa
tahun dan terdapat benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek.
Benih yang dapat disimpan dalam waktu lama disebut dengan benih ortodok, benih
yang tidak mampu disimpan dalam waktu lama disebut dengan benih relaksitran,
dan benih yang memiliki sifat di antara ortodok dan rekalsitran disebut dengan
benih intermediate (toleran pada pengeringan dengan kadar air lebih rendah dari
benih rekalsitran tetapi tidak serendah benih ortodok). Benih cempaka termasuk
benih rekalsitran atau tidak dapat disimpan dalam waktu lama karena viabilitasnya
yang rendah, namun informasi tersebut perlu dikaji lebih mendalam dengan
menganalisis kadar air benih dan waktu optimal penyimpanannya yang hingga saat
ini masih belum diketahui (Lana, 2011).
Agar viabilitas benih dapat terjaga dengan baik dan dapat dipertahankan
maka kondisi dan teknik penyimpanan harus tepat sesuai dengan tipe benih yang
telah diambil dan ditetapkan. Viabilitas benih selama penyimpanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Ada pun Faktor internal mencakup sifat
genetic pada buah, tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal
sebelum viabilasi. Dan Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas,
suhu dan kelembapan ruang simpan. Teknik penanganan benih mempengaruhi
viabilitas benih (Djamhuri 2012).

Metoda ekstraksi benih akan mempengaruhi mutu fisik dan fisiologis benih
yang dihasilkan. Selain itu, mutu fisikdan fisiologis benih juga dipengaruhi oleh
faktor ukuran benih. Ekstraksi benih dilakukan dengan cara pengeringan, yaitu
dengan penjemuran di bawahsinar matahari dan menggunakan alat pengeringan
(seed drier). Pengeringan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari
dilakukan selama 1 s/d 5 hari dan dengan cara seed drier dilakukan selama 1 s/d 5
jam. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Acak Lengkap. Sedangkan
untuk mendapatkan klasifikasi ukuran benih berdasarkan dimensi benih
(panjang, lebar, dan tebal) digunakan ayakan/mesh, dan klasifikasi berdasarkan
berat digunakan alat Seed gravity Table. Hasil menunjukkan bahwa metoda
ekstraksi dan ukuran benih yang terbaik untuk benih hasil pemuliaan dan yang
belum dimuliakan. Hasil juga menunjukkan bahwa benih hasil pemuliaan dapat
5

menghasilkan mutu fisik fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan yang
belum dimuliakan (Naning 2013).

Bibit berkualitas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program


pembangunan hutan dan rehabilitasi lahan bekas tebangan, karena bibit yang
berkualitas akan menghasilkan tegakan dengan tingkat produktivitas tinggi. Untuk
menghasilkan bibit yang berkualitas diantaranya diperlukan media yang sesuai
serta dengan penambahan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman agar dapat
diperoleh semai berkualitas baik dan dapat memenuhi harapan baik pula
pertumbuhannya nanti di lapangan. Salah satu jenis tanaman yang potensial
dikembangkan untuk kegiatan rehabilitasi lahan kritis dan daerah terdegradasi
adalah jati putih (Gmelina arborea). Jati putih merupakan salah satu jenis pohon
dari famili Verbenaceae, satu famili dengan Tectona grandis, jati putih merupakan
jenis tanaman yang cepat tumbuh, dan relatif bebas dari gangguan hama, tanaman
ini juga bernilai ekonomis tinggi (Kurniaty 2011).

Selain itu, teknik silvikultur yang mudah serta merupakan jenis tanaman
yang mampu tumbuh di daerah kritis menyebabkan jati putih menjadi jenis
prioritas dalam kegiatan penghutanan kembali lahan kritis dan daerah terdegradasi
lainnya. Jati putih dapat menghasilkan kayu berkualitas yang dapat digunakan
sebagai bahan kontruksi, industri perkayuan seperti pembuatan papan partikel, inti
kayu lapis, peti kemas, korek api, kerajinan, serta industri pulp dan kertas kraft.
Selain untuk industri, jati putih dapat digunakan untuk arang dan kayu bakar
karena kayunya menghasilkan arang berkualitas baik, kurang berasap, dan cepat
terbakar, bahkan di Gambia bunga dari jati putih menghasilkan nektar yang
melimpah yang menghasilkan madu berkualitas tinggi (Deselina 2013).

Permasalahan yang sering muncul adalah bagaimana mengecambahkan


benih Gmelina arborea Roxb karena benih Gmelina arborea Roxb termasuk benih
yang memiliki kualitas berkulit keras untuk itu perlu dilakukan skarifikasi untuk
mempercepat proses perkecambahan dengan merendam benih dalam air selama
24 - 48 jam. Kebanyakan benih Gmelina arborea Roxb berkecambah dengan
temperatur tanah kirakira 30 derajat Celcius. Sebagian memerlukan temperatur
yang lebih tinggi teristimewa Gmelina arborea Roxb dan Tectona grandis yang
memerlukan temperatur 55 derajat Celcius (Anonim 2013).
6

METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengunduhan Buah dan Pengenalan
Bagian Biji” dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Februari 2022 pada pukul 10.00
WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring melalui
aplikasi Gmeet.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Pinset, Tongkat Kecil,
Penggaris dan Pisau
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Buah dari famili Fabaceae
(buah polong) atau buah berdaging dari suku Verbenaceae, Kantong Plastik, Air,
Buku Panduan, Penghapus, Pensil Berwarna, Sarung Tangan dan Kertas A4/Buku
Gambar A4..

Prosedur Praktikum
a. Buah berdaging
1. Dicarilah buah yang berdaging seperti Gmelina arborea (suku Verbenaceae)
2. Direndamlah dalam air beberapa hari
3. Dikupaslah daging buah dengan menggunakan pisau ataupun alat lain
4. Diersihkanlah biji-biji tersebut dari daging dan selaput yang lain.
5. Digambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang,
lebar, diameter serta tebalnya).
6. Dibelahlah biji secara membujur sehingga mengenai bagian tengah embrio
kemudian digambar dan disebutkan juga bagian-bagiannya, warnanya, serta
perbedaan yang nampak antara biji yang sudah direndam dan yang masih
segar.
b. Buah Fabaceae
1. Diarilah buah dari famili Fabaceae (Acacia mangium atau Paraserianthes
falcataria).
2. Dijemurlah buah-buah tersebut pada terik sinar matahari.
3. Setelah kulitnya kering, dipukul dengan tongkat kayu bulat kecil sampai
bijinya keluar.
7

4. Dipilihlah biji-biji tersebut.


5. Digambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang,
lebar, serta tebalnya).

Contoh Tabel
Kelompok Nama Sample Jumlah Diameter

Total
8

HASIL DAN PEMBAHASAN


9
10
11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran
12

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Hamdan dan Dedi Setiadi. 2018. Seleksi Pohon Benih Gmelina
Arborea Roxb. Pada Hutan Rakyat Di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal
Hutan Tropis, 6(1):6.
Aminah, Aam dan Nurmawati Siregar. 2019. Pengaruh Waktu Pengunduhan dan
Warna Kulit Buah Terhadap Daya Berkecambah Dan Pertumbuhan Bibit
Mindi (Melia azedarach Linn). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan,
7(1):21.
Anonim, 2013. Teknik Penanaman dan Pemungutan Hasil Gmelina arborea
Yamane. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor, 6(1):64.
Andri. Putra. 2014. Manfaat dan Khasiat Kembang Merak. Online. Tersedia:
http://anekakaobatherbalalam.blogspot.com/2014/04/manfaat-
khasiatkembang-merak.html. diakses 3 Agustus 2016
Deselina. 2013. Karakter Fisiologis dan Kualitas Semai Jabon (Anthocephalus
cadamba Miq) terhadap Pemberian Naungan dan Komposisi Media Semai.
Jurnal Agriculture, 9(3):1021.
Djamhuri, Yuniarti dan Purwani, 2012. Kajian Penggunaan Paclobutrazol
terhadap Pertumbuhan Semai Agathis loranthifoli. Jurnal Manajemen
Hutan Tropika, 7(1):63-64.
Kurniaty. 2011. Pengaruh Media dan Naungan terhadap Mutu Bibit Suren
(Toona sureni MERR). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 7(2):78.
Lana, W. 2011. Pengaruh Komposisi Media Organik Kascing dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Atonik terhadap Pertumbuhan Bibit (Gmelina
arborea Roxb). Jurnal Ganec Swara, 5(2): 90.
Marthen, E. Kaya, dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh Perlakuan
PencelupandanPerendaman terhadap Perkecambahan Benih Sengon
(Paraserianthesfalcataria L.). Jurnal Agrologia 2 (1): 10-16.

Miranda H. 2013. Pengaruh Perbedaan Suhu Awal Air Rendaman dan Lama
Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Gmelina (Gmelina arborea
Roxb.). Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate),
6(1):65.
Naning. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Ukuran Benih Terhadap Mutu
Fisik-Fisiologis Benih (Acacia crassicarpa). jurnal penelitian tanaman,
10(3):129.
Pamungkas Tri. 2016. Pengaruh Skarifikasi Dan Posisi Tanam Biji
Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Bibit Gayam (Inocarpus
Fagiferus (P) Forsbeg.). Wana Benih, 17(2):37.
Sudrajat D.J, Nurhasybi dan Zanzibar M. 2011. Hubungan Umur Pohon dengan
Produksi dan Mutu Benih Acacia mangium Willd., Gmelina arborea., dan
Eucalyptus deglupa. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 8(5):268.

.
13

Sulistyowati, Eddy. 2007. “Uji Aktivitas Antioksidan Biji Lamtoro (Leucaena


Leucocephala (Lamk) De Wit) Secara In vitro”.Jurnal Ilmu
Pengetahuan.Yogyakarta.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Yogyakarta
Tampubolon, Antoni, Mardiansyah M, Tuti Arlita. 2016. Perendaman Benih Saga
(Adenanthera Pavonina L.) Dengan Berbagai Konsentrasi Air Kelapa
Untuk Meningkatkan Kualitas Kecambah. Fakultas Pertanian, Universitas
Riau, 3 (1):1.
14
14

LAMPIRAN
Lampiran 2. Foto Dokumentasi Buah Dan Biji

Gambar Biji Sengon Gambar Biji Saga Gambar Biji Kembang


(Albizia chinensis) (Adenanthera pavonina L.) Merak (Caesalpinia
pulcherrima)
15

Gambar Biji Lamtoro Gambar Biji Jati Putih Gambar Biji Jati Putih
(Leucaena leucocephala) (Gmelina arborea) yang (Gmelina arborea)
direndam 24 jam

Anda mungkin juga menyukai