Disusun Oleh:
Irene Issabella Maharani Panjaitan (211201188)
Kelompok 3
HUT 2D
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................1
Tujuan...............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat............................................................................................6
Alat dan Bahan..................................................................................................6
Prosedur Praktikum...........................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil..................................................................................................................8
Pembahasan.......................................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan............................................................................................................10
Saran.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan habitat bermacam spesies tumbuhan spesies hewan dan
beberapa kelompok akibat manusia yang berinteraksi satu sama lain sekaligus dengan
lingkungan sekitarnya. Keberadaan hutan dalam kehidupan manusia memiliki peran
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan. Silvika (Silvics) adalah ilmu yang
mempelajari tentang sejarah hidup dan ciri-ciri umum pohon-pohon hutan dan
tegakan dengan penekanan pada faktor-faktor lingkungan tempat tumbuhnya. Kunci
dari definisi ini adalah sejarah hidup masing-masing jenis pohon, bagaimana pohon
tumbuh dan bagaimana pohon bereaksi terhadap lingkungan tempat tumbuhnya serta
bagaimana faktor lingkungan (faktor iklim, tanah, fisiografis, dan biotis) berpengaruh
terhadap aktivitas fisiologis dalam pertumbuhan pohon. (Paembonan, 2020).
Biji adalah suatu tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan yang terkekang. Biji memiliki tiga bagian dasar yaitu embrio jaringan
penyimpanan makanan, dan pelindung biji. Sedangkan benih adalah biji tanaman
yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, yang memiliki
fungsi agronomis. Dalam pengenalan biji buah terkadang sulit untuk membedakan
jenis buah berdasarkan bijinya, karena ada beberapa buah yang warna dan bentuk
bijinya mirip. Sehingga, untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam menentukan
jenis buah lakukanlah identifikasi (Dessy Aina Sari, 2020). Pengidentifikasian
merupakan tahap dalam perkembangan sistem identifikasi dengan pengolahan dan
deteksi citra. Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang
banyak melibatkan persepsivisual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan
informasi keluaran yang berbentuk citra. Ekstraksi fitur adalah proses pengindeksan
suatu database berupa citra (image) dengan isinya. (Luthfi Alwi, 2019).
Terdapat jenis benih yang cukup lama dan sulit berkecambah, salah satunya
adalah benih Saga pohon (Adenanthera pavonina). Saga pohon merupakan tanaman
tahunan yang banyak tumbuh diberbagai negara tropis. Tanaman kehutanan ini
dalam perkembangannya banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
diantaranya: bijinya digunakan sebagai mainan, kerajinan tangan, serta untuk
menimbang emas (empat butir biji setara dengan satu gram emas), kulit kayunya
mengandung saponin yang digunakan untuk mencuci rambut dan pakaian, kayunya
digunakan sebagai bahan bakar, bahan dasar pembuatan jembatan, konstruksi rumah
dan furnitur. Begitu banyaknya manfaat dari saga pohon ini, maka banyak pihak yang
tertarik untuk membudidayakannya melalui perbanyakan secara generatif dengan
menggunakan benih. (Heny Agustin, 2017).
Benih saga memiliki presentase dormansi benih yang cukup tinggi. Dormansi
benih terjadi karena sifat impermeabel (kedap air dan udara) kulit benih.
Impermeabilitas benih saga disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi oleh
lapisan lilin sehingga kulit benih kedap terhadap air dan gas. Kondisi seperti itu
sangat mengganggu dalam proses penhyediaan bibit secara massal untuk penanaman
dan juga dalam kegiatan pengujian benih. Karena itu, diperlukan perlakuan terhadap
benih sebelum pengecambahan yang bertujuan untuk mematahkan dormansi benih
tersebut. Cara yang dapat digunakan untuk mematahkan dormansi benih saga adalah
skarifikasi. Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment (perlakuan awal)
pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya
perkecambahan benih yang seragam. (Rosdiana, 2020)
Tujuan
Biji saga dapat dikonsumsi manusia, dibeberapa daerah di Indonesia biji saga
sudah biasa dimanfaatkan untuk bahan makanan. Beberapa asam amino yang terdapat
dalam biji saga adalah isoleusin, leusin, lisin, metionin, sistein, fenilalanin,
tirosin, treonin dan valin. Penggunaan biji saga sebagai sumber protein sangat
berpotensi untuk meningkatkan nilai gizi dan kualitas dalam suatu makanan
karena kadar protein terlarut yang dimiliki tepung biji saga cukup tinggi.
Kandungan protein yang terdapat pada biji saga yang dijadikan tepung tersebut
juga lebih besar bila dibandingkan dengan tepung kedelai dan beberapa tanaman
komersil lainnya (Ramadhan, 2015).
Di kulit biji saga yang berwarna merah terdapat kandungan saponin. Saponin
adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Sumber utama
saponin adalah biji-bijian seperti biji saga dan kedelai. Hasil panen biji saga biasanya
dijual kering dan belum ada ragam olahan biji saga lainnya selain saga sangrai atau
digunakan sebagai bahan untuk membuat kerajinan tangan seperti kalung dan gelang.
akan tetapi seiring perkembangan waktu kini sudah mulai muncul berbagai produk
olahan biji saga seperti tempe biji saga, kecap biji saga, dan susu biji saga.
Kandungan protein yang terdapat dalam biji saga yang cukup tinggi hampir sama
dengan kedelai sehingga dapat dimanfaatkan untuk alternatif bahan dasar dalam
pembuatan tahu (Diniyani, 2013).
Benih saga termasuk kelompok benih ortodok. Benih ini tahan disimpan
sampai 8 bulan, namun apabila terlalu lama disimpan maka benih akan menjadi tidak
permeabel, viabilitas menurun, dan bahkan tidak mampu berkecambah.
Impermeabilitas benih saga disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi oleh
lapisan lilin, sehingga kulit benih kedap terhadap air dan gas (impermeabel).
Impermeabilitas benih saga disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi oleh
lapisan lilin sehingga kulit benih kedap terhadap air dan gas. Skarifikasi
bertujuan untuk mengubah kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel.
Skarifikasi fisik dapat dilakukan dengan penusukan, pembakaran, pemecahan,
pengikiran, dan penggoresan dengan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas,amplas,
dan alat lainnya. Selain dengan skarifikasi fisik pematahan dormansi benih dapat
dilakukan dengan skarifikasi kimia, yakni skarifikasi dengan perendaman ke dalam
larutan kimia seperti merendam benih ke dalam asam sulfat dan hidrogen peroksida.
Skarifikasi fisik dinilai lebih baik untuk mematahkan dormasi fisik pada benih saga
(Neneng Laila Romdyah, 2017).
Benih yang mengalami dormansi terutama dormansi fisik berupa kulit biji
yang keras seperti saga tersebut dapat dipatahkan masa dormansinya agar benih
tersebut mampu berkecambah. Perlakuan yang dapat diberikan untuk mematahkan
dormansi suatu benih diantaranya bisa dengan menggunakan cara mekanis,
menggunakan bahan kimia seperti H2SO4 dan perlakuan perendaman dengan air
panas. Widya (2013) menyatakan perkecambahan biji tidak hanya ditentukan pada
kemampuannya dalam menyerap air, tetapi juga kondisi selama imbibisi. Kelebihan
air menyebabkan perkecambahan yang tidak baik dan juga bisa mendorong
perkembangan dari mikroorganisme di sekitar kulit biji dan yang akan bersaing
dengan embrio dalam mendapatkan oksigen (Annisa, 2016)
METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Pinset, Tongkat Kecil,
Penggaris dan Pisau. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Buah dari
famili Fabaceae (buah polong) atau buah berdaging dari suku Verbenaceae,
Kantong Plastik, Air, Buku Panduan, Penghapus, Pensil Berwarna, Sarung Tangan
dan Kertas A4/Buku Gambar A4.
Prosedur Praktikum
a. Buah berdaging
1. Dicarilah buah yang berdaging seperti Gmelina arborea (suku
Verbenaceae)
Contoh Tabel
Total
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, M. M. (2016). RESPON DAYA KECAMBAH BIJI SAGA (Adenanthera pavonina L.)
AKIBAT LAMA WAKTU PERENDAMAN DENGAN AIR . Jom Faperta.
Dessy Aina Sari, N. A. (2020). Identifikasi Jenis Buah Berdasarkan Biji Dengan Menerapkan
Metode Viola Jones. KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan
Komputer), 128-132.
Heny Agustin, Y. P. (2017). PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR AIR BENIH SAGA
POHON (Adenanthera pavoninaL) DENGAN METODE OVEN SUHU RENDAH DAN
TINGGI. Agrin, 17-25.
Heny Agustin, Y. P. (2017). PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR AIR BENIH SAGA
POHON (Adenanthera pavoninaL) DENGAN METODE OVENSUHU RENDAH DAN
TINGGI. Agrin, 17-25.
Luthfi Alwi, A. T. (2019). Identifikasi Biji-bijian Berdasarkan Ekstraksi Fitur Warna, Bentuk,
dan Tekstur Menggunakan Random Forest. Journal of Inteligent System and
Computation, 92-98.
Neneng Laila Romdyah, I. D. (2017). SKARIFIKASI DENGAN PERENDAMAN AIR PANAS DAN
AIR KELAPA MUDA TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH SAGA (Adenanthera
pavonina L.). Jurnal Sylva Lestari, 58—65.
Ramadhan, M. e. (2015). PEMANFAATAN PATI SAGU DAN TEPUNG BIJI SAGA DALAM
PEMBUATAN MI INSTAN. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Riau, 1-15.
Siti Muslichah, W. D. (2014). POTENSI BIJI SAGA (Abrus precatorius) SEBAGAI KONTRASEPSI
PRIA . PHARMACY, 166-180.