Anda di halaman 1dari 217

Laporan Akhir Praktikum Silvika Medan, Juni 2022

LAPORAN AKHIR

Dosen Penanggungjawab:
Dr. Delvian SP., MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARAMEDAN
2022
LAPORAN AKHIR

Disusun Oleh:
Kelompok 7

Laporan sebagai salah satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
Praktikum Silvika Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Diketahui Oleh:
Dosen Penanggungjawab

(Dr. Delvian SP., MP.)


NIP.196907232002121001

Asisten Korektor:

(Abigail Naftali Gultom)


NIM.191201172

PRAKTIKUM SILVIKA
PROGRAM STUDI
KEHUTANANFAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA2022
Laporan Praktikum Silvika Medan, Februari 2022

PENGUNDUHAN DAN PENGENALAN BAGIAN-BAGIAN BIJI

Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengunduhan Buah dan Pengenalan
Bagian-Bagian Biji” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai
syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...................................................................................................5
Alat dan Bahan .........................................................................................................5
Prosedur ...................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..........................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Pengunduhan dan Pengenalan Bagian-Bagian Biji ................ 8

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungan yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU. No. 41
Tahun 1999). Manfaat hutan sangat penting bagi manusia, terutama bagi
masyarakat disekitar hutan. Namun seiring dengan bertambahnya penduduk dan
kebutuhan manusia akan hasil hutan yang semakin meningka, maka keberadaan
hutan makin terdesak dan dampak yang timbul, yaitu; merosotnya kualitas dan
debit air sungai, terjadinya banjir dan erosi yang menghanyutkan sebagian lapisan
tanah, dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Mengatasi masalah kerusakan
hutan perlu dilakukan reboisasi dan penghijauan dengan menanam pohon tertentu
yang dapat menyuburkan tanah melalui unsur hara yang dikandungnya. Unsur-
unsur hara tersebut berasal dari pembusukkan bahan organik berupa guguran daun
maupun ranting yang juga tercuci oleh air hujan. Mineral-mineral yang tercuci
dari daun adalah Kalsium, Sodium, Magnesium, Nitrogen, Fosfor, Seng, Kalium,
Tembaga, dan Besi. (Wusono, 2015)
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
2

Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis
mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang bermutu fisik tinggi terlihat
dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan berukuran seragam.
Mutu fisiologis benih tercermin dari nilai viabilitas (seperti daya berkecambah)
dan nilai vigor (seperti kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya
simpan). Mutu genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik yang tinggi dan
tidak tercampur varietas lain. Aspek hama penyakit dan mikroorganisme yang
dapat terbawa pada komoditas pangan dan hasil pertanian menjadi persyaratan
yang sangat ketat dalam era perdagangan bebas. Viabilitas merupakan tolok ukur
bahwa benih mengandung struktur dan substansi, termasuk sistem enzim yang
memberikan kemampuan untuk berkecambah pada kondisi yang cocok sedangkan
vigor benih adalah kondisi benih yang menentukan potensi untuk tumbuh cepat,
seragam dan tumbuh normal dalam berbagai kondisi lapangan. (Ningsih 2018)
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. (Artauli, 2017)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini adalah untuk memahami teknik-teknik
pengunduhan buah dan ekstraksi benih agar dapat mengetahui cara pengunduhan
buah dan mengenal bagian-bagian biji, asal terbentuknya, fungsinya, dan
bagaimana nanti proses perkecambahannya.
TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan adalah proses penting dalam perkembangan tumbuhan


mengungkapkan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai proses
perkecambahan termasuk faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.
Pengetahuan tentang biologi perkecambahan penting dipelajari untuk
menghasilkan strategi yang tepat bagi upaya konservasi dan restorasi tumbuha.
Informasi mengenai biologi perkecambahan juga dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menyusun protokol perkecambahan tumbuhan endemik, langka, dan
terancam yang merupakan langkah awal konservasi tumbuhan. Salah satu
informasi mengenai proses biologi perkecambahan yang penting untuk dipelajari
adalah tipe perkecambahan dan pertumbuhan anakan tumbuhan. Tipe
perkecambahan dan tipe pertumbuhan anakan berhubungan erat dengan strategi
adaptasi tumbuhan terhadap kondisi habitat alaminya. (Kuswantoro, 2019)
Pembibitan merupakan aspek vital dalam budidaya tanaman tahunan
karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktivitas tanaman kopi
setelah dewasa. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi dan apabila terjadi
kegagalan dalam pembibitan atau penyediaan bibit yang baik maka kerugian akan
sangat besar selain dari segi materi juga waktu yang terbuang. Praktek pembibitan
untuk perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan,generatif menggunakan bagian generatif tanaman kopi
untuk perbanyakan, yaitu benih (biji), sementara perbanyakan dengan cara
vegetatif dapat melalui setek dan sambung menggunakan bagian vegetatif
tanaman kopi seperti daun, ranting, cabang, dan akar. (Kadir, 2020)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
4

proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan
struktur tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara
yang baik, tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media
sekam padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik
dan kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat
proses pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali
rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi
busuk. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan buah-buahan dengan tujuan
untuk memperpanjang masa simpannya. Pengolahan buah-buahan dimaksudkan
untuk mengubah buah-buahan menjadi produk yang lebih awet dan mudah
dikonsumsi. Selain itu pengolahan buah-buahan juga ditujukan untuk menambah
ragam produk sehingga orang dapat mencicipi buah-buahan meskipun bukan pada
waktu musimnya (Enie dan Nami, 1992). Produk yang cukup menarik untuk
dikembangkan secara komersial di Indonesia adalah makanan ringan (snack food)
asal buah-buahan. Makanan ringan yang berasal dari buah-buahan mempunyai
prospek pasar yang baik, terutama untuk konsumsi negara maju, seperti Kanada,
Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Australia. (Yusmita, 2018)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Sengon merupakan tanaman berhabitus pohon yang mudah beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Akarnya dapat bersimbiosis dengan
5

bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar. Sengon merupakan tanaman


intoleran sehingga sesuai untuk mempercepat suksesi penutupan lahan. Daun
sengon merupakan pakan ternak yang sangat baik karena mengandung protein
tinggi, kayunya banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu
olahan dengan berbagai peruntukkannya seperti papan mal, mebel sederhana,
industri korek api, pensil, papan partikel dan bahan baku idustri pulp kertas, dan
lain-lain. Untuk mengembangkan pembudidayaan sengon perlu ketersediaan bibit
yang berkualitas dalam jumlah yang mencukupi. Pertumbuhan bibit yang baik
membutuhkan media yang sesuai dengan kebutuhannya. Media tumbuh ialah
tempat tumbuh tanaman yang menyediakan unsur hara, udara dan air bagi
kebutuhan aktivitas fisiologis dan pertumbuhan tanaman. (Sukarman et al., 2012)
Gmelina alborea ( jati putih) dari famili Verbenaceae merupakan tanaman
yang mudah tumbuh sehingga dimasukkan dalam tanaman reboisasi atau gerhan
disamping pemeliharaan lebih mudah dan cepat tumbuh sehingga menjadi pilihan
tanaman perkotaan atau kiri kanan jalan, pada umur 10 – 15 tahun sudah bisa
panen untuk kayu bakar, bahan bangunan, bahan gergajian dengan mencapai 15
m. Sumber bibit bisa dari Generatip atau vegetatip ( stek) dengan jarak tanam 3m
x 3 m. Gmelina ini cocok dikembangkan pada daerah2 lahan kritis yang
mempunyai ketinggian dari 1 m -700 m dari permukaan laut (dpl) hal inilah yang
menyebabkan sehingga tanaman ini lebih baik pertumbuhannya dibanding yang
lain. Tanaman Gmelina alborea, ini agak resisten terhadap penyakit ,khususnya
dalam keadaan sudah terbakar, jadi tunas akan kelur dari dalam tanah antara akar
dan batang. (Sandalayuk et al., 2018)
Saga manis merupakan tanaman obat asli Indonesia yang telah banyak
dikenal luas oleh masyarakat umum. Saga manis yang pertumbuhannya merambat
di pohon atau pagar, telah biasa ditanam oleh masyarakat. Bagian tanaman yang
banyak dimanfaatkan adalah daun dan biji. Beberapa manfaat tanaman saga yaitu
dapat digunakan sebagai obat batuk, sariawan, bronchitis, amandel, sakit
tenggorokan, peluruh kencing (deuretik), dan hepatitis. Tanaman saga manis
memiliki persentase benih dorman cukup tinggi. Dormansi benih terjadi karena
sifat impermeabel kulit benih. (Juhanda, 2013)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengunduhan Buah dan Pengenalan
Bagian-Bagian Biji” dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Februari 2022 pukul 10.00
WIB samapai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring
menggunakan media whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Tongkat kecil, Pinset,
Kantong plastic, Air, Buku pengamatan, Penghapus, Pensil berwarna, Penggaris,
Pisau (cutter), Sarung tangan, Kertas A4.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah. buah dari famili
Fabaceae (buah polong) dan buah berdaging dari suku Verbenaceae

Prosedur Praktikum
a. Buah berdaging
1. Carilah buah berdaging seperti Gmelina arborea (suku Verbenaceae)
2. Rendamlah dalam air beberapa hari
3. Kupaslah daging buah dengan menggunakan pisau ataupun alat lain
4. Bersihkan biji-biji tersebut dari daging dan selaput yang lain
5. Gambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang,
lebar, serta tebalnya)
6. Belahlah biji secara membujur sehingga mengenai bagian tengah embrio
kemudian digambar dah disebutkan juga bagian-bagiannya, warnanya,
serta perbedaan yang nampak antara biji yang sudah direndam dan yang
masih segar

b. Buah Fabaceae (buah polong)


1. Carilah buah dari famili Fabaceae ( Caesalpinia pulcerrima atau
Adenanthera pavonina)
2. Jemurlah buah-buah tersebut pada terik sinar matahari
7

3. Setelah kulitnya kering, dipukul dengan tongkat kayu bulat kecil sampai
bijinya keluar
4. Pilihlah biji-biji tersebut
5. Gambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang,
lebar, serta tebalnya)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari Praktikum Silvika berjudul “Pengunduhan Buah


dan Pengenalan Bagian-Bagia Biji” adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Pengunduhan Buah dan Pengenalan Bagian-Bagian Biji
Kelompok Nama Sampel Nama Latin Jumlah Diameter
1 Kembang Merak Cesalpinia pilcherrima 30 0,8 cm
2 Saga Adenathera pavonia 20 0,5 cm
3 Saga Adenathera pavonia 20 0,8 cm
4 Saga Adenathera pavonia 66 0,6 cm
5 Sengon Albizia chinensis 20 0,5 cm
6 Sengon Albizia chinensis 38 0,4 cm
7 Jati Putih Gmelina arborea 20 0,9 cm
8 Lamtoro Leucaena leucocephala 26 0,5 cm
9 Jati Putih Gmelina arborea 8 1 cm
Jumlah total 248

Pembahasan

Pada saat mengunduh buah sengon kami memakai teknik pengunduhan


dengan cara mengambil buah yang berjatuhan di tanah. Buah yang diambil yang
masih bagus dan masih terbungkus oleh kulit buah. Kami memakai teknik ini
dikarenakan pohon sengon yang kami unduh buahnya mencapai tinggi hampir 14
meter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Krisnawati (2011) yang menyatakan
bahwa, pohon sengon umumnya berukuran cukup besar dengan tinggi pohon total
mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang mencapai 20 m . Diameter pohon dewasa
dapat mencapai 100 cm atau kadang-kadang lebih.
Jenis pengunduhan yang dilakukan pada pohon saga ialah memanjat
pohon saga. Hal ini dilakukan karena pohon saga yang kami temui berukuran
kecil sehingga dengan mudah dipanjat. Kelebihan dari teknik ini kita bisa
mendapatkan hasil dari buah saga yang masih bagus, masih berwarna merah dan
mudah untuk dijadikan bibit kembali. Jika kita menggunakan teknik mengutip
buah yang telah jatuh dari pohon, maka kita harus selektif dalam memilih buahya,
karena buah yang jatuh, sudah pasti tua.
Untuk mendapatkan benih yang berkualitas hendaklah kita harus selektif
dalam memilih tegakan dan cara pengambilannya yang tepat. Pada saat
9

melakukan pengunduhan buah jati kelompok kami melakukan pemilihan buah jati
yang sudah jatuh ke lantai hutan pengumpulan buah jati (Gmelina arborea) lebih
baik dilakukan ketika masih hijau atau kuning.
Biji terdiri dari beberapa bagian, bagian biji yang pertama ialah kulit biji
(spermodermis) berasal dari selaput bakal biji (integumentum). Bagian kedua ialah
tali pusar (funiculus). Dan bagian ketiga ialah inti biji (nucleus seminis) yang
terdiri dari lembaga, calon akar, daun lembaga, batang lembaga, putih lembaga.
Bagian-bagian buah jati putih ialah daging buah dan biji. Ketika biji buah jati
putih dibelah, di dalam biji terdapat bakal tumbuh dan daging biji.
Kami memakai teknik pengunduhan dibawah tegakan dikarenakan pohon
yang kami unduh buahnya mencapai tinggi hampir 14 meter sehingga tidak
mudah untuk kami gapai secara langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Krisnawati (2011) yang menyatakan bahwa, pohon sengon umumnya berukuran
cukup besar dengan tinggi pohon total mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang
mencapai 20 m. Diameter pohon dewasa dapat mencapai 100 cm atau kadang-
kadang lebih.
Pada buah pohon jati putih (Gmelina arborea) dibagi menjadi dua kondisi
yang berbeda, yaitu antara diberi perlakuan dengan tidak diberi perlakuan sama
sekali. Perlakuan yang diberikan pada buah jati putih adalah dengan merendam
buah selama 24 jam. Buah yang direndam memiliki warna yang lebih pekat yaitu
kuning kecoklatan daripada buah yang tidak direndam yang masih berwarna hijau
segar. Dengan merendam biji kita dapat menentukan mana biji yang layak
dijadikan benih dan mana biji yang tidak layak. Biji yang layak pakai memiliki
karakteristik seperti benih bersih dari kotoran, benih berisi, benih memiliki warna
yang cerah, benih memiliki ukuran yang normal atau sesuai rata-rata, benih dapat
tenggelam jika di rendam di dalam air untuk menghindari kemungkinan tumbuh
yang kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pengumpulan benih dari tanah hutan dibagi menjadi 2 teknik yaitu


penggoyangan manual (menggunakan tangan, bantuan tali, pengait) dan
penggoyangan mekanis (mesin).
2. Proses ekstraksi benih dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan dan
pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan,
perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan.
3. Bagian dari buah jati putih (Gmelina arborea) yang buahnya direndam
memiliki warna yang lebih pekat yaitu kuning kecoklatan daripada buah
yang tidak direndam yang masih berwarna hijau daun.
4. Pengunduhan buah jati dilakukan dengan teknik memilih buah yang sudah
jatuh ataupun yang masih di pohon dengan cara memanjat ataupun dengan
alat bantu galah, dengan memilih buah yang masih segar dan berwarna
hijau
5. Biji terbentuk karena peleburan antara gamet jantan dan gamet betina yang
disebut dengan penyerbukan kemudian membentuk embrio yang disebut
biji.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Pengunduhan Buah dan Pengenalan Bagian-Bagian
Biji. Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan
memahami materi praktikum. Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi
mendengarkan assisten laboratorium menjelaskan materi praktikum saat
praktikum berlangsung
DAFTAR PUSTAKA

Artauli, Febrina. 2017. Pengaruh Kondisi Dan Periode Simpan Terhadap


Perkecambahan Benih Kesambi. Jurnal Perbenihan Tananaman, 5 (1):
1-11

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Pada Areal Tegakan
Benih IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal
Hutan Lestari, 5 (4): 927-934

Juhanda, Yayuk N, Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan
Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). Jurnal
Agrotek Tropika, 1 (1): 41-49

Kuswantoro Farid, Gebby AS. 2019. Studi Tipe Perkecambahan Dan


Pertumbuhan Anakan (Piananga arinasae) Dan Euchresta horsfieldii
Untuk Mendukung Upaya Konservasinya. Buletin Kebun Raya, 22 (2):
21-32

Ningsih. 2018. Pengujian Mutu Benih Beberapa Jenis Tanaman Hortikultura


Yang Beredar Di Bali. E-Jurnal Agroteknologi Tropika, 7 (1): 64-72

Setiadi Dedi, Hamdan AA. 2019. Variasi Ukuran Dan Berat Benih Jati Putih Hasil
Koleksi Dari Enam Populasi Sebaran Di Indonesia. Jurnal Hutan Tropis,
7 (3): 317-324

Sandalayuk, dkk. 2018. The Growth Analysis of Gmelina And Mahoni. Journal of
Forestry Research, 1 (1): 1-8

Sukarman, dkk. 2012. Pertumbuhan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria)


Pada Berbagai Media Tumbuh. Eugenia, 18 (3): 215-220

Yusmita Lisa, Ruri. 2018. Pengaruh Penambahan Jerami Nangka (Artocarpus


heterophyllus) Terhadap Karakteristik Fruit Leather Mangga (Mangifera
indica). Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia, 10 (1): 37-
40

Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Ukuran Benih Terhadap
Mutu Fisik-Fisiologis Benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (3):
129-137

Wusono Stela, Matinahoru JM, Wattimena CMA. 2015. Pengaruh Ekstrak


Berbagai Bagian Dari Tanaman Swietenia Mahagoni Terhadap
Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan Jagung. Jurnal Agrologia, 4
(2): 105-11
LAMPIRAN

Kembang merak Lamtoro Saga


(Caesalpinia pulcherrima) (Leucaena leucocephala) (Adenanthera pavonina)
Sengon Jatih putih Jati Putih
(Albizia chinensis) (Gmelina arborea) yang (Gmelina arborea)
direndam selama 24 jam
Laporan Praktikum Silvika Medan, Maret 2022

SKARIFIKASI DAN PERKECAMBAHAN

Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

IMAM RAFI 211201083


MIA KESUMA TAMPUBOLON 211201086
RAVENA SAFITRI TAMPUBOLON 211201088
ELENSARI SIHOMBING 211201098
RANGGA IRAWAN 211201198
RACHMAT AGUSTIAN ARLEN 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “SKARIFIKASI” ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk praktikum
selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...................................................................................................5
Alat dan Bahan .........................................................................................................5
Prosedur ...................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..........................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan…..........................................8
Biji Saga (Adenanthera pavonina) yang diskarifikasi
2. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan. ............................................ 8
Biji Saga (Adenanthera pavonina) yang tidak diskarifikasi
3. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan..............................................9
Biji Saga (Adenanthera pavonina) yang diskarifikasi
4. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan..............................................9
Biji Saga (Adenanthera pavonina) yang tidak diskarifikasi
5. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan............................................10
Biji Saga (Adenanthera pavonina) yang diskarifikasi
6. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan. .......................................... 10
Biji Saga (Adenanthera pavonina) yang tidak diskarifikasi
7. Tabel Skarifikasi dan Perkecambahan............................................11
Biji Lamtoro (Leucaecena leucocophala) tidak direndam dan
Direndam (6 jam,12 jam,24 jam,)
8. Biji Sengon (Albizia Chinensis) tidak direndam dan direndam ............ 12
(6 jam,12 jam,24 jam).
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan


kekayaan alam dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi pengembangan
budidaya tanaman. Namun demikian, petani juga menyadari bahwa kondisi iklim
dan cara bercocok tanam saja belum menjadi jaminan bahwa tanaman dapat
berproduksi secara optimal dan kegiatan usaha tani yang dilakukan akan berhasil.
Sehingga bagi, petani, sebagai langkah awal di dalam usaha pembudidayaan
tanaman perlu adanya penyiapan benih dengan kualitas yang baik. Wacana
tentang kualitas benih mempunyai kaitan yang erat dengan viabilitas dan vigor
benih. Benih sendiri mempunyai pengertian ialah merupakan biji tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki
fungsi agronomis. Selanjutnya Sadjad dalam Sutopo menyatakan bahwa dalam
konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi atau benih unggul, sebab
benih harus mampu menghasilkan tanaman yang dapat berproduksi maksimum
dengan sarana teknologi yang semakin maju. (Lesilolo, 2013)
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. (Artauli, 2017)
Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sebagian besar
ahli teknologi benih dan kalangan perdagangan mengartikan viabilitas sebagai
kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah secara
normal. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang dapat menunjukan
bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan
gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan kesehatan benih yang
diukur melalui kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis
biokimia (Sari, 2017)
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Ada
beberapa macam metode pengujian yang digunakan untuk mendeteksi parameter
viabilitas benih, salah satunya adalah pengujian daya kecambah. Daya
berkecambah atau daya tumbuh benih menjadi tolak ukur bagi kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada kondisi yang optimum. Pengujian daya berkecambah
pada prinsipnya adalah menguji sejumlah benih dan menentukan persentase dari
jumlah benih tersebut yang dapat tumbuh atau mampu berkecambah secara
normal pada jangka waktu yang telah ditentukan. Lingkungan perkecambahan
harus dibuat optimal untuk mendukung perkecambahan. (Elfiani, 2015)
Salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan permudaan hutan secara
buatan atau membangun hutan tanaman yaitu berupa pemilihan jenis yang tepat
dan penggunaan benih atau bahan tanaman dari sumber yang baik. Doran dan
Turnbull menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat, daya adaptasi yang luas,
dan tahan terhadap kondisi yang kurang menguntungkan merupakan dasar
pertimbangan dalam pemilihan jenis benih Mutu bahan tanaman yang baik dapat
dilihat dari viabilitas benih, mutu fisik bibit, dan pertumbuhan awalnya di
lapangan. (Djamhuri, 2012)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini adalah untuk mengetahui bebagai
macam cara skasrifikasi, untuk meningkatkan proses perkecambahan benih dan
meningkatkan persentase perkecambahan, untuk mengetahui proses-proses
perkecambahan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan, mengetahui persentase keberhasilan perkecambahan
TINJAUAN PUSTAKA

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal


pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat
terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukaan kulit benih)
adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeable menjadi
permeable melalui penusukan, pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan
penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas dan
alat lainnya. Skarifikasi bertujuan untuk mengubah kondisi benih yang
impermeabel menjadi permeabel. Benih saga (Adenanthera pavonina L) termasuk
kelompok benih ortodok. Benih ini tahan disimpan sampai 8 bulan, namun apabila
terlalu lama disimpan maka benih akan menjadi tidak permeabel, viabilitas
menurun, dan bahkan tidak mampu berkecambah. Impermeabilitas benih saga
(Adenanthera pavonina L) disebabkan oleh kulit benih yang keras dan dilapisi
oleh lapisan lilin, sehingga kulit benih kedap terhadap air dan gas. Kulit benih
yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga
proses imbibisi dapat terjadi. (Rosdiana et al, 2020)
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat- zat yang
hldrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan lain-lain, yang
menyebabkan zat tersebut dapat mengembang setelah menyerap air. Air yang
mcnyelundup disebut air imbibisi, sedangkan zat yang kemasukan air disehut
imbiban. Suatu percobaan merendam biji kacang kering di dalam air murni,
terlihat setelah beberapa jam kemudian biji kacang menggembung seolah-olah
akan pecah. Proses penyerapan air atau imbibisi yang terjadi pada biji kacang
kering berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyehabkan pengembangan
embrio dan endosperma. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya
oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas,
tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke dalam sel
secara difusi. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih
mudah keluar secara difusi. (Advinda, 2018)
Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun
faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya. Sifat dormansi benih dapat
dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan pematahan
dormansi adalah istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan
guna mempercepat perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat
dilakukan melalui skarifikasi secara mekanik dan kimia maupun stratifikasi.
Skarifikasi mekanis merupakan metode yang sesuai sebagai perlakuan pematahan
dormansi pada benih impermeabel, namun masih dianggap kurang efektif karena
membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk skala besar dan pekerjaannya
kurang sederhana dibandingkan dengan perlakuan kimia maupun perlakuan suhu.
Penelitian mengenai metode pematahan dormansi merupakan informasi yang
penting untuk menentukan metode yang tepat sebagai metode pematahan
dormansi benih kecipir. (Melasari, 2018)
Perkecambahan merupakan fase awal pertumbuhan individu baru. Proses
ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk
memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di
jaringan dalam benih. Fase perkecambahan diawali dengan imbibisi yang
menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik.Pada
saat perkecambahan, imbibisi air merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan
untuk mengaktivasi enzim αamilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam
cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati
menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan
dan pertumbuhan sel. (Junaidi, 2021)
Dormansi benih dapat dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang
satu jenis benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi. Dormansi terdiri dari
dormansi embrio, dormansi kulit bcnih dan dormansi kombinasi kcduanya.
Dormansi dapat dipatahkan dengan perlakuan pendahuluan untuk mengaktitkan
kembali benih yang dorman. Dormansi sangat bermamfaat pada situasi yang tidak
menguntungkan bagi biji seperti suasana sangat dingin atau kekeringan. Ada
berbagai cara perlakuan pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu
pcngurangan ketebalan kulit atau skarifikasi, perendaman dalam air, perlakuan
dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin
dan hangat atau disebut stratifikasi dan berbagai perlakuan lain (Yuniarti, 2013).
Saga pohon memiliki kulit biji yang keras. Tanaman ini juga memiliki
dormansi yang cukup tinggi. Salah satu upaya untuk melestarikannya yaitu
melakukan pengelolaan dan pembudidayaan yang tepat. Perlakuan biji sebelum
tanam merupakan tahapan penting mengingat kulit biji yang keras merupakan
faktor pembatas terhadap masuknya air dan oksigen ke dalam biji dan
menyebabkan biji sulit berkecambah. Kulit biji yang keras membuat air sulit
untuk menembus dan oksigen yang sangat penting dalam proses perkecambahan
sulit untuk masuk. Perlakuan sebelum penanaman sangat diperlukan. Benih saga
yang diskarifikasi diduga akan berkecambah lebih baik dibandingkan dengan
benih yang tidak diskarifikasi. (Aprilia et al, 2020)
Perkecambahan benih Sengon termasuk tipe perkecambahan epigeal
dimana perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan cotyledon muncul
dipermukaan tanah (jika ditanam pada media tanah). Benih Sengon
(Paracerianthes falcataria L.) termasuk benih dengan kulit biji yang keras yang
mana merupakan faktor pembatas terhadap masuknya air dan oksigen ke dalam
biji. Kulit biji yang keras sulit ditembusi air dan oksigen yang sangat penting
dalam proses perkecambahan, untuk itu diperlukan perlakuan khusus atau
perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum dikecambahkan. Mengingat
pengetahuan dan pengalaman teknik pemecahan dormansi pada benih Sengon
(Paracerianthes falcataria L.) sangat kurang, maka perlu dilakukan penelitian
bagaimana caranya mengatasi sifat dormasi benih melalui pemberian perlakuan
awal yang tepat. (Marthen, 2013)
Saga manis merupakan tanaman obat asli Indonesia yang telah banyak
dikenal luas oleh masyarakat umum. Saga manis yang pertumbuhannya merambat
di pohon atau pagar, telah biasa ditanam oleh masyarakat. Bagian tanaman yang
banyak dimanfaatkan adalah daun dan biji. Beberapa manfaat tanaman saga yaitu
dapat digunakan sebagai obat batuk, sariawan, bronchitis, amandel, sakit
tenggorokan, peluruh kencing (deuretik), dan hepatitis. Tanaman saga manis
memiliki persentase benih dorman cukup tinggi. Dormansi benih terjadi karena
sifat impermeabel kulit benih. (Juhanda, 2013)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Skarifikasi dan Perkecambahan”
dilaksanakan pada hari Rabu, 10 dan 17 Maret 2022 pukul 10.00 WIB samapai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan media
whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Kertas dan alat tulis,
Bak tabor/kantong plastik, Sprayer, Gembor, Sekop, Seng, Amplas/gergaji besi,
dan Tang/tanggem.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah. Benih jenis tanaman
kehutanan, Kayu bakar Pasir, Asam sulfat (H2SO4).

Prosedur Praktikum
A. Skarifikasi Fisik
1. Disiapkan benih tanaman yang baik, dengan merendam benih di air dingin
dan dipilih benih yang tenggelam
2. Disiapkan air mendidih
3. Dimasukkan benih ke dalam air tersebut selama 5 menit, kemudian
direndam ke dalam air biasa dengan perlakuan 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan
24 jam
B. Skarifikasi Mekanik
1. Disiapkan benih tanaman yang baik
2. Dibagi menjadi 2 perlakuan, perlakuan pertama benih tidak
diamplas/dipotong dengan gunting kuku, perlakuan kedua benih diamplas
dengan kertas pasir
C. Penaburan
1. Disiapkan benih yang sudah dipatahkan dormansinya sesuai dengan
perlakuan yang diberikan
2. Disiapkan media pasir halus yang telah disterilisasi dan masukkan media
tersebut ke dalam bak-bak kecambah. Diberi label bak tabur mangkok
kecil.
3. Disiram bak perkecambahan dengan sprayer tiap pagi dan sore
4. Hitung nilai-nilai dari:
Persen kecambah (%K)
% K= Banyak benih tumbuh/Banyak benih disemaikan
Nilai Kecambah
NK= PV X MDG
PV= Nilai puncak perkecambahan
Nilai PV diambil nilai yang terbesar
MDG= % Perkecambahan pada akhir pengamatan
Lama pengamatan

Jumlah rata-rata hari berkecambah (RH)


RH= (n1 x h1) + (n2 x h2) + ……+ (ni x hi)
n1 + n2+…. + ni
ni= banyaknya benih yang berkecambah pada hari ke-1
hi= hari ke-1
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari Praktikum Silvika berjudul “Skarifikasi dan


Perkecambahan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Skarifikasi dan perkecambahan biji saga (Adenanthera Pavonina L.) tidak
skarifikasi
Hari Hari/Tanggal Jumlah Benih Jumlah Benih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Rabu/09-03-2022 30 0 0 0
2 Kamis/10-03-2022 30 0 0 0
3 Jumat/11-03-2022 30 0 0 0
4 Sabtu/12-03-2022 30 0 0 0
5 Minggu/13-03-2022 30 0 0 0
6 Senin/14-03-2022 30 0 0 0
Total 0 0% 0
MDG 0 0 0
NK 0
RH 0

Tabel 2.1 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 2
Tabel 1.2 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina l..) di
Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Senin,08/03/2022 15 1 6,6 0,8
9 Selasa, /03/2022 15 9 60 6,6
10 Rabu,09/03/2022 15 2 13,3 1,3
11 Kamis,10/03/2022 15 2 13,3 1,2
12 Jumat,11/03/2022 15 1 6,6 0,5
13 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
14 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
Total 15 98,8 10,4
MDG 7,128
NK
RH
Tabel 2.2 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina L.) tidak
di Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
9 Selasa, /03/2022 15 0 0 0
10 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
11 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
12 Jumat,11/03/2022 15 1 6.6 0,5
13 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
14 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
Total 1 6,6
MDG 0,47
NK 0
RH 0
Kelompok 3
Tabel 1.3 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina L.) di
Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Senin,08/03/2022 15 1 6,6 0,8
9 Selasa, /03/2022 15 2 13,3 1,4
10 Rabu,09/03/2022 15 4 26,6 2,6
11 Kamis,10/03/2022 15 4 26.6 2,4
12 Jumat,11/03/2022 15 5 33,3 2,7
13 Sabtu,12/03/2022 15 7 46,6 3,5
14 Minggu,13/03/2022 15 7 46,6 3,3
Total 30 199,6 16,7
MDG
NK
RH

Tabel 2.3 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina L.) tidak
di Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 4
Tabel 1.4 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
tidak di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.4 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 5
Tabel 1.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis) tanpa
perlakuan
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)
perendaman selama 6 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 3.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)
perendaman selama 12 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0

Tabel 4.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)


perendaman selama 24 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 6
Tabel 1.6 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis) tanpa
perlakuan
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.6 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)
perendaman selama 6 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 3.6 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)
perendaman selama 12 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0

Tabel 4.6 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)


perendaman selama 24 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 7
Tabel 1.7 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0

Tabel 2.7 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
tidak di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 8
Tabel 1.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena
leucocephala) tanpa perlakuan
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena
leucocephala) perendaman selama 6 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 3.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena
leucocephala) perendaman selama 12 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0

Tabel 4.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena


leucocephala) perendaman selama 24 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 9
Tabel 1.9 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
di skarifikasi

Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV


ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.9 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
tidak di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Perhitungan

1.Hari ke-1 5. Hari ke-5


%K= x 100 % %K=x
100 % %K=0
%K=0% PV = 0
PV = 0

2. Hari ke-2 6. Hari ke-6


% K = x 100 % % K = x 100
% %K=0%
%K=0% PV = 0

3. Hari ke-3
%K= x 100 %
%K=0%
PV = 0

4. Hari ke-4
%K= x 100 %
%K=0%
PV = 0

Pembahasan

Pada praktikum ini perlakuan awal atau skarifikasi pada biji Adenanthera
pavoninna dilakukan dengan diamplas menggunakan kertas pasir. Hal ini
dilakukan untuk mempercepat perkecambahan karena biji yang diamplas hingga
terlihat bagian endocarp biji akan memudahkan air masuk. Untuk lebih efektif
pengampalsan dapat dilakukan pada keliling pingggir biji. hal ini dilakukan untuk
memudahkan air dan oksigen masuk ke dalam biji dalam melakukan imbibisi
sehingga proses perkecambahan lebih cepat. Pengamplasan dilakukan pada bagian
pangkal biji dimana embrio terdapat. Hal ini dilakukan karena embrio yang akan
menjadi individu baru dapat segera berkecambah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Novalina (2010) yang mengatakan bahwa skarifikasi pada bagian
pangkal biji dekat dengan embrio menyebabkan air lebih mudah menembus kulit
biji sehingga mempercepat perkecambahan dan skarifikasi juga dapat dilakukan
dengan penipisan kulit endocarp pada seluruh permukaan biji sampai kelihatan
endosperm biji yang menghalangi masuknya air ke dalam benih. Skarifikasi pada
bagian pangkal biji harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai embrio rusak.
Untuk mendukung berhasilnya penanaman, maka dibutuhkan bibit dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu. Namun ada kendala penyemaian benih
lamtoro, yaitu benih lamtoro mempunyai kulit yang keras (dormansi fisik). Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu penanganan benih melalui
perlakuan pendahuluan guna meningkatkan dan mempercepat perkecambahan.
Dormansi adalah suatu kodisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai
batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan
optimum untuk perkecambahannya. Benih-benih yang mempunyai kulit benih
yang keras, dapat ditingkatkan daya berkecambahnya dengan bermacam-macam
perlakuan pendahuluan tergantung sifat fisik benih itu sendiri.
Pada praktikum media yang digunakan adalah pasir. Pasir adalah salah
satu media yang cocok digunakan pada saat perkecambahan, karena pasir
mempunyai unsur hara yang sangat sedikit. Selain itu pasir mempunyai syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar menjadi media tumbuh benih. Pasir sering
digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.
Pada praktikum ini digunakan biji Acacia auriculiformis, Paraserianthes
falcataria, dan Adenanthera pavonina. Pada setiap biji dilakukan perlakuan
pendahuluan atau skarifikasi. Pada biji Acacia auriculiformis dan Paraserianthes
falcataria dilakukan dengan perendaman dengan air panas selama 5 menit sebelum
dilakukan pembagian perlakuan menjadi 0 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Pada
biji Saga (Adenanthera pavonina) skarifikasi dilakukan dengan perlakuan
diamplas menggunakan kertas pasir. Perlakuan awal atau skarifikasi dilakukan
sebagai pematahan masa dormansi. Dengan dilakukannya skarifikasi maka biji
lebih cepat mengalami imbibisi karena air dan gas lebih mudah masuk terhadap
kulit biji yang permeable dengan dilakukannya skarifikasi maka akan
menigkatkan perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Juhanda dkk (2013) yang mengatakan bahwa benih yang
diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas
akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeable. Air
yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih
berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan akan semakin baik.
Pada tabel 1 dapat kita lihat bahwa bji yang berkecambah paling banyak
adalah pada Acacia auriculiformis perlakuan 0 jam. Hal ini terjadi karena ukuran
benih yang kecil serta waktu perendaman yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suita (2013) yang menyatakan bahwa ukuran benih terkadang
berkorelasi dengan viabilitas dan vigor benih, dimana benih yang berat cenderung
mempunyai vigor yang lebih baik. Ukuran benih dalam bentuk berat dan ukuran
dimensi yang lebih besar lebih banyak dipilih karena umumnya berhubungan
dengan kecepatan berkecambah dan perkembangan semai yang lebih baik
Menurut Zulkarnain dkk (2015) yang menyatakan bahwa benih yang tidak
mengalami kerusakan atau perubahan bentuk, mempengaruhi kondisi cadangan
makanan yang ada di dalam benih sengon tetap terjaga dengan baik. Benih
memiliki simpanan energi yang cukup, terkandung di dalam cadangan makanan
untuk proses perkecambahan, sehingga memberikan pengaruh terhadap kecepatan
benih berkecambah. Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki
karbohidrat, protein, lemak, dan mineral, dimana bahan-bahan ini diperlukan
sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan dan bentuk
benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena bentuk
benih menentukan besarnya kecambah.
Pada biji Adenanthera pavoninna dari 100 yang ditanam hanya 81 yang
dapat berkecambah. Biji Adenanthera pavoninna yang tidak dapat berkecambah
dari hasil pengamatan banyak biji yang mengalami jamuran. Biji yang mengalami
jamuran dapat disebabkan oleh umur biji yang terlalu lama disimpan.
Penyimpanan yang lama mengakibatkan molekul dalam biji sudah mengalami
kerusakan sehingga biji tidak dapat lagi berkecambah. Kejamuran pada biji akan
mengakibatkan viabilitas biji rendah. Faktor kejamuran secara pasti mengurangi
viabilitas pada kandungan lengas biji yang tinggi tetapi kalau tidak demikian
faktornya adalah fisiologik dan tampaknya berkaitan dengan keawetan molekul-
molekul kompleks, terutama di dalam kromosom, dan pemeliharaan integritas
membran di dalam dan di antara sel-sel. Hal ini akan mengakibatkan kemmapuan
benih untuk menghasilkan produk yang baik sangat kecil, bahkan kemungkinan
benih untuk tumbuh juga sangat kecil, untuk itu perlu diperhatikan kualitas biji
Daya kecambah benih merupakan informasi penting yang dibutuhkan
apabila dilakukan budidaya suatu tanaman. Daya kecambah (viabilitas)
merupakan hal penting untuk menentukan kualitas benih tanaman yang baik dan
tidak rusak serta biasanya dinyatakan sebagai persentase dari individu yang
berkecambah saat dilakukan uji perkecambahan. Faktor -faktor yang sangat
mempengaruhi daya kecambah benih adalah faktor internal (antara lain: sifat
genetik, daya tumbuh, kondisi kulit dan kadar air benih awal) dan juga faktor
eksternal (kemasan benih, komposisi gas, kelembaban ruang simpan dan juga
termasuk lama penyimpanan)
Penggunaan ZPT alami juga dapat mempercepat perkecambahan benih
karena ZPT mengandung hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai sumber ZPT adalah air kelapa,
yang mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin dan
auksin. Sitokinin diketahui sebagai salah satu zat pengatur tumbuh yang berperan
sangat penting dalam pembelahan sel yang dapat menstimulasi proses
perkecambahan sehingga kecambah bisa tumbuh lebih cepat.Skarifikasi mampu
memberikan kondisi tidak kedap pada benih (yang mulanya kedap) sehingga
benih dapat menyerap air.Perlakuan pematahan dormansi adalah istilah yang
digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna mempercepat
perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan dengan
melalui skarifikasi. Sebagian besar ahli teknologi benih mengartikan viabilitas
sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah
secara normal.Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditujukan
melalui gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan.Skarifikasi mekanik
memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya
perkecambahan.Skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit
benih untuk berimbibisi berkurang sehingga benih dapat berkecambah.Skarifikasi
dan perkecambahan sangat penting bagi pertumbuhan Tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Benih pohon saga (Adenanthera pavonina) memiliki sifat keras dan


impermeable
2. Skarifikasi pada benih saga (Adenanthera pavonina) yang memiliki
kondisi kulit biji yang keras dan impermeable adalah dengan cara fisik
yaitu dengan perendaman pada air mendidih dan dengan air biasa
3. Skarifikasi memiliki 3 metode, yaitu metode mekanis, metode fisik,
metode kimia. Skarifikasi mekanis dilakukan dengan menggosok kulit biji
menggunakan amplas, skarifikasi fisik dilakukan dengan merendam biji
dalam air panas, skarifikasi kimia dilakukan dengan menggunkan bahan
kimia contohnya asam sulfat (H2SO4)
4. Proses-proses perkecambahan ialah imbibisi merupakan proses masuknya
air ke dalam benih untuk memicu dimulainya proses perkecambahan,
pembentukan enzim, pemanjangan sel radikula dan pertumbuhan
perkecambahan
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ada 2, yaitu factor
internal dan factor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat kematangan
biji, berat dan ukuran biji, dan dormansi. Faktor eksternal meliputi
kebutuhan air, pengaruh temperatur, pengaruh cahaya, karbondioksida,
dan oksigen
6. Persentase

Saran

Saran untuk praktikum skarifikasi dan perkecambahan benih adalah


praktikkan kedepannya harus lebih mempersiapkan alat dan bahan dengan
baik sehingga pada pelaksanaan praktikum tidak terganggu karena kekurangan
alat ataupun bahan. Praktikkan sebaiknya mendengarkan assisten laboratorium
menjelaskan materi praktikum saat praktikum berlangsung dan mempelajari
materi sebelum memulai praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Advinda L. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan, Yogyakarta:


Deepublish
Aprilia CY, dkk. 2020. Pengaruh Perlakuan Skarifikasi Terhadap
Daya Kecambah Tanaman Saga Pohon (Adenanthera
pavonina). Jurnal Riset Dan Inovasi Peternakan, 4 (1):
27-34
Artauli, Febina. 2017. Pengaruh Kondisi Dan Periode Simpan
Terhadap Perkecambahan Benih Kesambi. Jurnal
Perbenihan Tanaman Hutan, 5 (1): 1-11
Djamhuri E, Yuniarti N, Purwani HD. 2012. Viabilitas Benih Dan
Pertumbuhan Awal Bibit Akasia Krasikarpa (Acacia
crassicarpa A. Cunn. Ex Benth.) Daari Lima Sumber
Benih Di Indonesia. Jurnal Silvikultur Tropika, 3 (3): 187-
195)
Elfiani dan Jakoni. 2015. Pengujian Daya Berkecambah Benih Dan
Evaluasi Struktur Kecambah Benih. Jurnal Dinamika
Pertanian, 30 (1): 45-52
Junaidi, Ahmad F. 2021. Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap
Pertumbuhan Vigor Biji Kopi Lampung. Jurnal Inovasi
Penelitian, 2 (7): 1911-1916
Juhanda, Yayuk N, Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola
Imbibisi Dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss
precatorius L.). Jurnal Agrotek Tropika, 1 (1): 45-49
Lesilolo MK, Riry J, Matatula EA. 2013. Pengujian Viabilitas Dan
Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar Di
Pasaran Kota Ambon. Agrologia, 2 (1): 1-9
Marthen, Kaya E, Rehatta H. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan
Dan Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Sengon
(Paraserianthes falcataria). Agrologia, 2 (1): 10-16
Melasari N, Tatiek KS, Abdul Q. 2018. Penentuan Metode Pematahan
Dormansi Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus
L.) Aksesi Cilacap. Bul Agrohorti, 6 (1): 59-67
Rosdiana, dkk. 2020. Pengaruh Berbagai Jenis Skarifikasi Terhadap
Perkecambahan Benih Saga (Adenanthera pavonina) Di
Persemaian Permanen BPDAS PALU-POSO. Jurnal
Warta Rimba, 8 (2): 130-135
Sari W, Faisal MF. 2017. Pengaruh Media Penyimpanan Benih
Terhadap Viabilitas Dan Vigor Benih Padi Pandan Wangi.
Agroscience, 7 (2): 300-310
Yuniarti N, Megawati, Leksono B. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi
Dan Ukuran Benih Terhadap Mutu Fisik-Fisiologis Benih
Acacia crassicarpa. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10
(3): 129-137
LAMPIRAN
Laporan Praktikum Silvika Medan, Maret 2022

PENGARUH MEDIA SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

IMAM RAFI 211201083


MIA KESUMA TAMPUBOLON 211201086
RAVENA SAFITRI TAMPUBOLON 211201088
ELENSARI SIHOMBING 211201098
RANGGA IRAWAN 211201198
RACHMAT AGUSTIAN ARLEN 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Media Semai Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika
sebagai syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...................................................................................................5
Alat dan Bahan .........................................................................................................5
Prosedur ...................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..........................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1 Tabel Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Tanaman. ............................................... 8
2 Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter. ......................................... 8
Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan top soil 100 %

3 Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diametere ........................................ 9


Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan
Top Soil : sekam padi (2:1)

4 Tabel 3. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diamater. ......................................... 9


Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan
Top Soil : sekam padi (1:1)

5 Tabel 4. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter ........................................ 10


Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan
Sub Soil : sekam padi (2:1)

6 Tabel 5. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter. ....................................... 10


Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan
Sub Soil : sekam padi (1:1)

7 Tabel 6. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter. ....................................... 11


Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Sub Soil 100 %

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Media tanam merupakan tempat hidup bagi tanaman. Secara umum, media
tanam harus dapat menyangga perakaran tanaman agar bisa berdiri tegak dan tidak
mudah roboh diterpa angin atau gangguan lainnya serta dapat menunjang
pertumbuhan tanaman. Beberapa media yang dapat digunakan sebagai alternatif
media tanam adalah yang menyerupai kondisi di habitat aslinya, seperti tanah
podsol, moss, serbuk kelapa dan podsolik merah kuning. Beberapa media ini
digunakan karena mempunyai kemampuan mengikat air dan mengandung zat hara
organik yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, secara ekonomis
media ini lebih mudah didapat dan lebih murah. (Putri, 2018)
Faktor penyebab utama penduduk kota di Indonesia sulit dalam hal
bercocok tanam dan membuat taman adalah ketersediaan lahan yang semakin
sedikit. Oleh sebab itu banyak taman vertikal atau yang dalam bahasa inggris
artinya “Vertical Garden”dijumpai di pinggiran kota-kota besar dan di sekitar
pekarangan rumah. Taman vertikal yaitu taman yang dibuat dari kerangka besi,
bambu, kayu dan kawat besi atau tembok yang menempel pada dinding. Taman
vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Patrick Blanch seorang ahli botani dari
Prancis pada tahun 1994, dilator belakangi oleh semakin sempitnya lahan karena
semakin maraknya pembangunan (Pratiwi dkk., 2017).
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
Komposisi media tanam pada masa pembibitan sangat penting karena
dapat mempengaruhi penyerapan hara dan kondisi drainase pada pertumbuhan
tanaman. Keseimbangan unsur hara dalam tanah sangat perlu untuk menjaga
kesuburan tanah. Media tanam dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik
seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain seperti arang sekam
sekam. Permulaan fase vegetatif akan meningkatkan asimilat yang dipergunakan
untuk pembentukan organ-organ baru, diantaranya organ penyimpanan. Proses ini
akan membutuhkan unsur hara yang lebih besar yang diserap tanaman dari tanah
yang sebagian besar bersumber dari pupuk. (Yenisbar, 2020).
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. Perbanyakan tanaman
baik secara generatif maupun vegetative dilakukan untuk penyediaan materi untuk
kegiatan penanaman baik dalam rangka penelitian maupun penanaman secara
komersial. (Artauli, 2017)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Media Semai
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” adalah untuk mengetahui media tanam terbaik
bagi pertumbuhan semai Paraserianthes falcatarina, Acacia mangium, dan
Adenanthera pavonina
TINJAUAN PUSTAKA

Media tanam merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman tergantung kepada
media tanamnya, jika media tanamnya bagus maka pertumbuhan tanaman akan
bagus begitu juga sebaliknya. Media tanam yang digunakan untuk tanaman harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Media tanam merupakan
salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok
tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhantanaman yang
pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Jenis-jenis media tanam sangat
banyak dan beragam. Setiap jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik
media tanam yang berbeda. Misalnya, tanaman buah membutuhkan karakter
media tanam yang berbeda dengan tanaman sayuran. Tanaman buah memerlukan
media tanam yang solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman yang relatif
lebih besar, sementara jenis tanaman sayuran daun lebih memerlukan media
tanam yang gembur dan mudah ditembus akar.Tanah memiliki pori-pori yang
memiliki kemampuan untuk mengikat air yang cukup kuat. Sekam padi berperan
di dalam memperbaiki struktur tanah dan selain itu sekam padi juga mudah
didapatkan dan harganya terjangkau. Aminudien menyatakan bahwa hal yang
perlu menjadi pertimbangan dalam memilih media tanam diantaranya biaya yang
dibutuhkan dan sumber daya yang tersedia disekitar lokasi. (Adiprasetyo, 2020)
Pembibitan merupakan aspek vital dalam budidaya tanaman tahunan
karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktivitas tanaman kopi
setelah dewasa. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi dan apabila terjadi
kegagalan dalam pembibitan atau penyediaan bibit yang baik maka kerugian akan
sangat besar selain dari segi materi juga waktu yang terbuang. Praktek pembibitan
untuk perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan,generatif menggunakan bagian generatif tanaman kopi
untuk perbanyakan, yaitu benih (biji), sementara perbanyakan dengan cara
vegetatif dapat melalui setek dan sambung menggunakan bagian vegetatif
tanaman kopi seperti daun, ranting, cabang, dan akar. (Kadir et al, 2020)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini
memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun
memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan
menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Bobot pasir yang
cukup berat akan mempermudah tegaknya batang. Sejauh ini, pasir dianggap
memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media tanam, pertumbuhan bibit dan
perakaran tanaman. Arang sekam dimanfaatkan untuk menggemburkan tanah,
bahan pembuatan kompos, media tanam, dan media persemaian. Arang sekam
membuat media menjadi lebih poros, bersih, dan sterilitasnya lebih terjamin, serta
bebas dari organisme yang dapat menggangu, seperti kutu yang biasa hidup dalam
tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang cukup dan seimbang merupakan salah
satu kunci keberhasilan budidaya tanaman tin. (Dewi, 2020)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Secara fisik, media harus mempunyai porositas yang tinggi, drainase dan
aerasi yang baik. Hal ini akan dapat mendukung metabolisme dan pertumbuhan
akar yang baik sehingga dapat dihasilkan semai dengan perakaran yang kompak.
Media dengan porositas tinggi juga akan dapat menghasilkan bibit dalam
kontainer yang ringan sehingga memudahkan pada waktu diangkut. Secara kimia,
media tumbuh semai juga harus mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangan semai, khususnya unsur hara makro yang
diperlukan tanaman dalam jumlah besar, yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S. Media
yang memenuhi persyaratan tersebut pada umumnya adalah bahan organik seperti
kompos daun atau bahan organik lain. Untuk mengatasi kehilangan unsur-unsur
hara saat penyiraman karena media tanam bersifat porous maka dari itu dalam
penelitian ini menggunakan beberapa kombinasi media tanam seperti arang
sekam, pasir dan aplikasi pupuk LCN. (Hardiwinoto, 2011).
Pertumbuhan bibit yang baik harus ditunjang oleh media tanam yang baik
baik secara fisik, biologi dan kimianya. Di Indonesia hampir sebagian besar
tanahnya berada pada kondisi kekurangan unsur hara dan strukturnya padat,
karena didominasi oleh unsur liat. Untuk memperbaiki sifat fisik tanah dapat
dilakukan dengan penambahan pupuk kandang kedalam tanah tersebut. Perbaikan
sifat fisik tanah antara lain meningkatkan agregasi tanah dan permeabilitas daerasi
tanah, mengurangi aliran permukaan. Serta memperbaiki struktur tanah dan
menggemburkan sehingga mempermudah dalam pengolahan. Dilihat dari segi
kimia tanah bahan organik bermanfaat bagi tanah dalam menyediakan unsur
Nitrogen, Sulfur, Fospor, memperbesar kapasitas takar kation tanaah (KTK) dan
meningkatkan mikro organisme sehingga yang terdapat didalam tanah menjadi
lebih tersedia hubungan tanaman (Ansari Firmansyah, 2018)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Media Semai Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Maret 2022 pukul 10.00
WIB samapai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring
menggunakan media whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag kecil (kira-kira
ukuran 6,5 x 15 cm), Tongkat kecil, Mangkok kecil, Kertas label, Penggaris, Tally
sheet pengamatan, Alat tulis dan Sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Media tanam (top soil,
sub soil, sekam padi)

Prosedur Praktikum
1. Siapkan polybag, dan buat lubang-lubang kecil secukupnya
2. Siapkan media tanam yang terdiri dari komposisi : topsoil 100%; subsoil
100%; topsoil : sekam padi (2:1); subsoil : sekam padi (1:1). Campur
secara merata
3. Buat masing-masing 5 ulangan, untuk masing-masing spesies dan diberi
label
4. Disiram dengan air secukupnya
5. Cabut anakan dari bedeng tabor secara hati-hati, letakkan pada mangkok
kecil yang telah diisi air
6. Buat lubang pada media dalam polybag, tanam anakan, jangan sampai
akarnya terlipat atau terputus tutup dengan pasir halus sampai leher akar,
padatkan
7. Siram kembali dengan air
8. Pemeliharaan dilakukan secara rutin, dengan menyiram dan menyiangi
dari gulma
9. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali, diukur tinggi dan persen
hidupnya untuk masing-masing perlakuan
10. Buat grafik pertumbuhannya, berikan analisis dan pembahasan
pengamatan ini serta buat kesimpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari Pratikum Silvika berjudul “Pengaruh Media Semai Pada
Pertumbuhan Tanaman” ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Top soil 100%
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 2,5 cm 2,7cm 3,1 cm 3,6 cm
2 Ulangan 2 1,9 cm 2,3 cm 2,9 cm 3,7 cm
3 Ulangan 3 3,4 cm 3,8 cm 4,2 cm 4,5 cm
4 Ulangan 4 2,0 cm 3,0 cm 3,7 cm 5,0 cm
5 Ulangan 5 3,1 cm 3,9 cm 4,3 cm 5,3 cm

Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Top soil : sekam padi (2 : 1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 4,3 cm 5,0 cm 5,5 cm 7,0 cm
2 Ulangan 2 3,5 cm 4,2 cm 4,9 cm 6,3 cm
3 Ulangan 3 7,2 cm 7,4 cm 8,1 cm 8,7 cm
4 Ulangan 4 4,5 cm 5,0 cm 5,6 cm 6,8 cm
5 Ulangan 5 3,2 cm 4,0 cm 4,7 cm 5,0 cm

Tabel 3. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Top soil : sekam padi (1:1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 4,5 cm 5,0 cm 5,7 cm 6,2 cm
2 Ulangan 2 3,3 cm 4,7 cm 5,0 cm 6,0 cm
3 Ulangan 3 2,7 cm 3,2 cm 4,2 cm 5,9 cm
4 Ulangan 4 4,6 cm 5,6 cm 5,9 cm 6,3 cm
5 Ulangan 5 2,7 cm 3,8 cm 4,3 cm 5,7 cm
Tabel 4. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina)dengan perlakuan Sub soil 100%
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 3,3 cm 3,4 cm 5,0 cm 5,9 cm
2 Ulangan 2 4,5 cm 5,0 cm 6,3 cm 7,0 cm
3 Ulangan 3 6,7 cm 7,0 cm 7,9 cm 8,3 cm
4 Ulangan 4 5,6 cm 6,3 cm 6,9 cm 7,3 cm
5 Ulangan 5 3,9 cm 4,9 cm 5,7 cm 6,4 cm

Tabel 5. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Sub soil : sekam padi (1 : 1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 3,8 cm 4,2 cm 5,6 cm 6,0 cm
2 Ulangan 2 2,7 cm 3,7 cm 4,3 cm 5,3 cm
3 Ulangan 3 4,5 cm 5,1 cm 5,9 cm 6,5 cm
4 Ulangan 4 6,7 cm 7,3 cm 7,7 cm 8,2 cm
5 Ulangan 5 6,5 cm 7,5 cm 8,3 cm 8,6 cm

Tabel 6. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Asam
jawa (Tamarindus indica) )dengan perlakuan Sub soil : sekam padi ( 2: 1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 4,5 cm 5,0 cm 5,7 cm 6,3 cm
2 Ulangan 2 3,7 cm 4,3 cm 5,1cm 5,7 cm
3 Ulangan 3 2,7 cm 3,2 cm 4,1 cm 5,6 cm
4 Ulangan 4 3,8 cm 4,3 cm 4,9 cm 5,3 cm
5 Ulangan 5 2,4 cm 3,2 cm 3,6 cm 4,3 cm
Pembahasan

Pada praktikum yang berjudul “Pengaruh Media Semai Terhadap


Pertumbuhan Tanaman” dengan menggunakan biji Lamtoro (Leucaena
leucocephala), biji Saga (Adenanthera pavonina), biji Sengon (Albizia chinensis)
yang dilakukan mengunakan tiga media yang berbeda, yaitu top soil 100%, top
soil : sekam padi (2:1) dan top soil : sekam padi (1:1). Dari pengamatan ini
didapat berbagai macam ukuran tinggi tanaman berdasarkan media yang
digunakan. Media tanam adalah tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal
yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman.
Oleh karenanya media tanam harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain :
dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi
yang baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, tidak
menjadi sumber penyakit bagi tanaman, tidak mudah lapuk, media mudah didapat
dan harganya relatif murah.
Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang sering diamati.
Hal ini didasarkan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
mudah dilihat. Tinggi tanaman dapat dipengaruhi oleh sekam yang diberikan pada
tanah. Penambahan sekam pada media tanaman akan menguntungkan karena
dapat memperbaiki sifat-sifat tanah di antaranya adalah mengefektifkan
pemupukan karena selain memperbaiki sifat-sifat fisik tanah (porositas, aerasi),
sekam juga berfungsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat
digunakan tanaman ketika kekurangan hara, hara akan dilepas secara perlahan
sesuai dari kebutuhan tanaman (slow release). Dengan demikian tanaman dapat
terhindar dari keracunan dan kekurangan hara.
Sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor, akan tetapi memiliki
kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini
menguntungkan jika digunakan sebagai media tanam karena mendukung
perbaikan struktur tanah. Dari hasil percobaan tanah Top soil: sekam padi (1:1)
memiliki pertumbuhan tinggi tanaman paling signifikan dibandingkan dengan
tanah Top soil 100% dan Tanah Top soil: sekam padi (2:1). Hal ini dikarenakan
selain mampu mengikat hara, sekam padi dikenal sebagai campuran media yang
cukup baik untuk mengalirkan air sehingga media tetap terjaga kelembabannya.
Selain itu, pemberian komposisi tanah dan sekam juga sebanding (1:1) sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Sekam padi juga mengandung sumber kalium
(K) yang dibutuhkan tanaman dalam penyerapan air.
Pengaruh utama sekam padi terhadap struktur tanah adalah berhubungan
dengan pemadatan, aerasi, dan perkembangan akar. Apabila persentase kandungan
sekam padi menurun maka kerapatan pada tanah meningkat dan konsekuensinya
terjadi penurunan aerasi dan porositas. Kombinasi peningkatan kerapatan dan
penurunan aerasi akan menghambat perkembangan akar, menurunkan
kemampuan akar menyerap dan menghambat aktivitas mikroorganisme. Mungkin
karena hal itu, pada tanah top soil: sekam padi (2:1) pertambahan tinggi Lamtoro
tidak cukup optimal.
Partikel-partikel bahan organik seperti sekam padi merupakan penyusun
ruang pori yang berfungsi sebagai sumber air, udara, serta sebagai ruang untuk
akar berpenetrasi. Semakin banyak ruang pori dapat memperluas sistem perakaran
dan perakaran dapat lebih mudah menyerap hara dan air dalam tanah, tetapi
semakin sedikit ruang pori maka perkembangan akar juga akan terhambat. Bobot
kering tanaman (bobot kering akar dan bobot kering tajuk) merupakan nilai
biomassa suatu tanaman, semakin besar nilai biomassa maka semakin baik
pertumbuhannya.Pengaruh semai sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman itu sendiri. Media Tanam dapat dikombinasikan untuk mendapatkan
berbagai nutrisi yang tepat untuk tanaman dapat tumbuh,berkembang, dan
bereproduksi dengan baik.Media tanam yang digunakan petani dalam menunjang
pertumbuhan tanaman antara lain tanah lain,pasir,sekam padi,padi,pupuk,serbuk
gergaji,batang pisang, dan cocopeat.Maka dari itu sangat penting pengaruh semai
terhadap pertumbuhan tanaman tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Dilakukan dengan empat perlakuan berbeda dengan media yg berbeda


yaitu dengan perlakuan disiram dua minggu sekali, seminggu sekali, tiga
hari sekali dan tiap hari.
2) Pertumbuhan tanaman pada media yang diberi perlakuan disiram tiap hari
lebih subur dan cepat tumbuh bibitnya dibandingkan dengan media yg
diberi perlakuan lama penyiraman.
3) Media yang diberi perlakuan dua minggu sekali disiram , bibitnya lambat
untuk tumbuh bahkan ada yang mati akibat kekeringan.
4) Pengaruh media tanam yang baik adalah media tanam yang mampu
menyediakan unsur air dan unsur hara dalam jumlah cukup pertumbuhan
tanaman .
5) Media tanam tidak harus steril karena banyak mikroorganisme tanah yang
sebenarnya sangat bermanfaat bagi tanaman,namun harus higienis dari
bibit penyakit

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap Pertumbuuhan Tanaman”.
Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan
memahami materi praktikum. Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi
mendengarkan assisten laboratorium menjelaskan materi praktikum saat
praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Adiprasetyo, dkk. 2020. Pelatihan Pembuatan Media Tanam Dengan


Memanfaatkan Sumber Daya Lokal Di Kelurahan Beringin Raya Kota
Bengkulu. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Dewantara, 3 (1):
37-40

Ansari FMI. 2018. Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Dosis
Pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap
Pertumbuhan Semai Ketimunan (Gyrinops versteegi). Jurnal Belantara,
1 (1): 30-34

Artauli, Febrina. 2017. Pengaruh Kondisi Dan Periode Simpan Terhadap


Perkecambahan Benih Kesambi. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 5
(1): 1-11

Dewi AF, Tika MS, Ifni SC. 2020. Pengaruh Media Tanam Pasir, Arang Sekam,
Dan Aplikasi Pupuk LCN Terhadap Jumlah Tunas Tanaman Tin (Ficus
carica L.) Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Bioeducation, 7 (1):
1-7

Hardiwinoto S. 2011. Pengaruh Komposisi Dan Bahan Media Terhadap


Pertumbuhan Semai Pinus (Pinus merkusii). Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman, 1 (8): 9-18

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Areal Tegakan Benih
IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 5 (4): 927-934

Kadir, dkk. 2020. Perkecambahan, Perakaran Dan Pertumbuhan Hipokotil Benih


Kopi Arabika Varietas Catuai Pada Aplikasi Berbagai Konsentrasi
Giberelin. Jurnal Agroplantae, 9 (2): 95-104

Pratiwi NE, Bistok HS, Dina B. 2017. Pengaruh Campuran Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Stroberi (Fragaria Vesca L.) Sebagai
Tanaman Hias Taman Vertikal : JurnalAgric: 29 (1)

Putri BF. 2018. Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhuan
Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning Dari Kawasan Hutan Kerangas
Air Anyir, Bangka. Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan
Mikrobiologi, 3 (1): 20-28
LAMPIRAN

PENGUKURAN MINGGU KE 1-3


PROSES PENGUKURAN,PENYIRAMAN DAN PENANAMAN SEMAI
Laporan Praktikum Silvika Medan, Maret 2022

PENGARUH AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

IMAM RAFI 211201083


MIA KESUMA TAMPUBOLON 211201086
RAVENA SAFITRI TAMPUBOLON 211201088
ELENSARI SIHOMBING 211201098
RANGGA IRAWAN 211201198
RACHMAT AGUSTIAN ARLEN 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan
Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat
masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat ...................................................................................................5
Alat dan Bahan .........................................................................................................5
Prosedur ...................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..........................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman ................ 8

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungan yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU. No. 41
Tahun 1999). Manfaat hutan sangat penting bagi manusia, terutama bagi
masyarakat disekitar hutan. Namun seiring dengan bertambahnya penduduk dan
kebutuhan manusia akan hasil hutan yang semakin meningka, maka keberadaan
hutan makin terdesak dan dampak yang timbul, yaitu; merosotnya kualitas dan
debit air sungai, terjadinya banjir dan erosi yang menghanyutkan sebagian lapisan
tanah, dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Mengatasi masalah kerusakan
hutan perlu dilakukan reboisasi dan penghijauan dengan menanam pohon tertentu
yang dapat menyuburkan tanah melalui unsur hara yang dikandungnya. Unsur-
unsur hara tersebut berasal dari pembusukkan bahan organik berupa guguran daun
maupun ranting yang juga tercuci oleh air hujan. Mineral-mineral yang tercuci
dari daun adalah Kalsium, Sodium, Magnesium, Nitrogen, Fosfor, Seng, Kalium,
Tembaga, dan Besi. (Wusono, 2015)
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis
mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang bermutu fisik tinggi terlihat
dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan berukuran seragam.
Mutu fisiologis benih tercermin dari nilai viabilitas (seperti daya berkecambah)
dan nilai vigor (seperti kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya
simpan). Mutu genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik yang tinggi dan
tidak tercampur varietas lain. Aspek hama penyakit dan mikroorganisme yang
dapat terbawa pada komoditas pangan dan hasil pertanian menjadi persyaratan
yang sangat ketat dalam era perdagangan bebas. Viabilitas merupakan tolok ukur
bahwa benih mengandung struktur dan substansi, termasuk sistem enzim yang
memberikan kemampuan untuk berkecambah pada kondisi yang cocok sedangkan
vigor benih adalah kondisi benih yang menentukan potensi untuk tumbuh cepat,
seragam dan tumbuh normal dalam berbagai kondisi lapangan. (Ningsih 2018)
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. (Artauli, 2017)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” adalah untuk mengetahui respon tanaman dalam berbagai
kondisi cekaman air.
TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting dan diperlukan
dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sekitar 85-
90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah. Air berfungsi
sebagai pelarut hara, penyusun protoplasma, bahan baku fotosintesis dan lain
sebagainya. Kekurangan air pada jaringan tanaman dapat menurunkan turgor sel,
meningkatkan konsentrasi makro molekul serta mempengaruhi membran sel dan
potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Mengingat pentingnya peran air
tersebut, maka untuk tanaman yang mengalami kekurangan air dapat berakibat
pada terganggunya proses metabolisme tanaman yang pada akhirnya berpengaruh
pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Harnowo,melaporkan bahwa
cekaman kekurangan air dapat menghambat aktifitas fotosintesis dan distribusi
asimilat ke dalam organ,reproduktif. (Kurniawan, 2014)
Perkecambahan adalah proses penting dalam perkembangan tumbuhan
mengungkapkan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai proses
perkecambahan termasuk faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.
Pengetahuan tentang biologi perkecambahan penting dipelajari untuk
menghasilkan strategi yang tepat bagi upaya konservasi dan restorasi tumbuha.
Informasi mengenai biologi perkecambahan juga dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menyusun protokol perkecambahan tumbuhan endemik, langka, dan
terancam yang merupakan langkah awal konservasi tumbuhan. Salah satu
informasi mengenai proses biologi perkecambahan yang penting untuk dipelajari
adalah tipe perkecambahan dan pertumbuhan anakan tumbuhan. Tipe
perkecambahan dan tipe pertumbuhan anakan berhubungan erat dengan strategi
adaptasi tumbuhan terhadap kondisi habitat alaminya. (Kuswantoro, 2019)
Pembibitan merupakan aspek vital dalam budidaya tanaman tahunan
karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktivitas tanaman kopi
setelah dewasa. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi dan apabila terjadi
kegagalan dalam pembibitan atau penyediaan bibit yang baik maka kerugian akan
sangat besar selain dari segi materi juga waktu yang terbuang. Praktek pembibitan
untuk perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan,generatif menggunakan bagian generatif tanaman kopi
untuk perbanyakan, yaitu benih (biji), sementara perbanyakan dengan cara
vegetatif dapat melalui setek dan sambung menggunakan bagian vegetatif
tanaman kopi seperti daun, ranting, cabang, dan akar. (Kadir et al, 2020)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi
tanaman pada lahan kering adalah ketersediaan air yang rendah, karena itu
diperlukan kultivar kedelai yang berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap cekaman air. Pengaruh cekaman air terhadap
pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis
atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman
air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian
berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman.
Penggunaan varietas toleran kekeringan dapat menjadi solusi untuk penanaman
pada musim kering atau lahan kering tegalan yang ketersediaan airnya terbatas.
Penggunaan varietas toleran juga mampu memudahkan petani dalam pengaturan
waktu dan pola tanam untuk menyesuaikan dengan tingkat ketersediaan air. Siklus
hidup tanaman terdiri atas dua fase secara umum yaitu fase vegetatif dan
generatif, masing-masing fase ini memiliki tingkat sensitivitas berbeda-beda
terhadap kekurangan air. (Yodhia, 2020)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Kebutuhan air bagi tumbuhan berbeda-beda, tergantung jenis tumbuhan
dan fase pertumbuhannya. Pada musim kemarau, tumbuhan sering mendapatkan
cekaman air (water stress) karena kekurangan pasokan air di daerah perakaran dan
laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorbsi air oleh tumbuhan. Sebaliknya
pada musim penghujan, tumbuhan sering mengalami kondisi jenuh air. Perakaran
tumbuhan tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai
potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar
tumbuhan disebut air yang tersedia. (Marzukah, 2013)
Kekeringan merupakan faktor utama yang membatasi pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi. Bahwa ketersediaan air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Peranan air pada
tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari
dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke
limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan
membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka
akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun
akan terhambat. (Maryani, 2012)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan
Tanaman” dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Maret 2022 pukul 10.00 WIB samapai
dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan media
whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag dan Sprayer

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Top soil, Sub soil,
sekam padi

Prosedur Praktikum
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 3 semai
2. Memelihara semai sampai berumur 2 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering
daun dan berat kering akar (mengambil sampel)
4. Memperlakukan bibit dengan teknik berbeda
1) Menyiram 1 hari sekali
2) Menyiram 3 hari sekali
3) Menyiram seminggu sekali dan
4) Menyiram 2 minggu sekali
5. Mengamati pertumbuhan setiap 1 minggu sekali dengan mencatat tinggi,
jumlah daun dan diakhiri mengukur jumlah akar, panjang akar, berat
kering daun dan berat kering akar
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

- Terlampir

Pembahasan

Tinggi tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang paling sering


diamati. Hal ini didasarkan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
pertumbuhan yang paling mudah dilihat. Pertumbuhan tinggi tanaman
dipengaruhi oleh kadar lengas tanah. Hal itu dikarenakan proses tinggi tanaman
yang diawali dengan proses pembentukan tunas merupakan proses pembelahan
dan pembesaran sel. Kedua proses ini dipengaruhi oleh turgor sel. Proses
pembelahan dan pembesaran sel akan terjadi apabila sel mengalami turgiditas
yang unsur utamanya adalah ketersediaan air. Adanya penurunan turgiditas dapat
menghentikan perbesaran sel-sel tanaman dan mengakibatkan pengkerdilan
tanaman. Air adalah salah satu komponen utama penyusun tubuh tanaman. Air
memiliki fungsi-fungsi pokok antara lain sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesis, penyusun protoplasma yang sekaligus memelihara turgor sel, sebagai
media dalam proses transpirasi, sebagai pelarut unsur hara, serta sebagai media
translokasi unsur hara, baik di dalam tanah maupun di dalam jaringan tubuh
tanaman.
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting dan diperlukan
dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sekitar 85-
90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air. Kekurangan
air pada jaringan tanaman dapat menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi
makro molekul serta mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air
dalam tanaman.Mengingat betapa pentingnya peran air tersebut, maka untuk
tanaman yang mengalami kekurangan air dapat berakibat pada terganggunya
proses metabolism tanaman yang pada akhirnya berpengaruh pada laju
pertumbuhan dan juga laju perkembangan tanaman tersebut. Untuk mempercepat
pertumbuhan dan meningkatkan hasil tanaman maka perlu penyiraman sesuai
kebutuhan air.
Penyiraman dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: mengganti air yang telah
menguap, memberi tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman, dan
mengembalikan kekuatan tanaman yang telah hilang. Tanaman memiliki
kebutuhan air yang berbeda-beda tergantung pada setiap fase pertumbuhannya.
Pada fase pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk
melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang terlihat dari
pertambahan tinggi tanaman, perbanyakan jumlah daun, dan juga pada
pertumbuhan akar. Kapasitas air yang tersedia perlu ditetapkan agar pemberian air
sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian air dengan
cara yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal serta
meningkatkan efisiensi pemberian air pada tanaman. Kebutuhan air tanaman
ditentukan berdasarkan nilai kandungan air (%) pada keadaan kapasitas lapang
tanah.Air esensial bagi kehidupan , flora dan fauna sangat terbantu oleh adanya air
di dunia ini.
Kekurangan air biasanya dapat menyebabkan tanaman menjadi
kerdil,perkembangannya menjadi abnormal.Kekurangan yang terjadi terus meneru
us selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita
dan kemudian mati.Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun d
daun nya.Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
mengimbangi kecepatan penguapan air dari dalam tanaman. Tanah tegakan yang
lebih sedikit relatif kering pemberian air yang lebih sedikit mendorong
pertumbuhan akar yang lebih dalam sehingga mampu menjangkau tanah yang
lebih luas.Keadaan yang demikian tanaman akan mampu mengekstrak air dari
volume tanah yang lebih dalam dan luas,Penyiraman pada perlakuan sehingga
mampu menyediakan air lebih banyak bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Bayu,2014).Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat
antara kapasitas lapangan dan koefisien layu.Kadar air yang diperlukan untuk
tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil
tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman.Tetapi untuk kebanyakan
mendekati titik layunya,absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat.dapat
mempertahankan pertumbuhan tanaman.Penyesuaian untuk menjaga kehilangan
air di atas titik layunya telah ditunjukkkan dengan baik.Tanah-Tanah yang
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah
yang bertekstur halus.Pasir umumnya lebih mudah kering daripada tanah yang
bertesktur halus,Kekeringan merupakan faktor utama yang membatasi
pertumbuhan tingkat tinggi.karena kekeringan adalah peristiwa umum di banyak
lingkungannya,dan banyak spesies tanaman tahunan telah mengembangkan
mekanisme untuk mengatasi ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman sangat penting.Peranan air pada tanaman sebagai
pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari dalam tanah kedalam
tanaman,transportasi fotosintat dari sumber ke limbung,menjaga turdigitas sel
diantaranya dalam pembesaran sel dan membukanya stomata,sebagai penyusun
utama dari protoplasma (Felania.2017).
Air sangat diperlukan untuk dalam siklus hidup tanaman dan proses
metabolisme tanaman tidak dapat berlangsung tanpa adanya air.Air dapat masuk
ke dalam sel tanaman melalui tanah dengan jalan dan penyerapan oleh
akar.Kemampuan partikel tanah menahan air dan kemampuan akar untuk
menyerap air menentukan kadar air dalan tanah dan banyaknya air yang diserap
oleh akar tanaman.Cengkaman kekeringan akan mengurangi pertumbuhan akar
dan bagian tanaman di atas permukaan tanah,menurunkan luas daun dan berat
kering,mengurangi laju fotosintesis dan transpirasi serta merusak asam
amino,enzim dan protein lainnya.Cekaman kekeringan yang ringan pada tanaman
dapat menurunkan laju pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif.Pertumbuhan
pada fase vegetatif mencakup pertumbuhan akar,batang dan daun.pada fase ini
tanaman memerlukan banyak cadangan makanan yang akan diubah menjadi
energi untuk pertumbuhan.Kekurangan air pada fase vegetatif mengakibatkan
daun-daun menjadi lebih kecil.Evapotranspirasi menunjukkan jumlah total air
yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara
bersama-sama (Ai,2015).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Dilakukan dengan empat perlakuan berbeda dengan media yg berbeda


yaitu dengan perlakuan disiram dua minggu sekali, seminggu sekali, tiga
hari sekali dan tiap hari.
2) Pertumbuhan tanaman pada media yang diberi perlakuan disiram tiap hari
lebih subur dan cepat tumbuh bibitnya dibandingkan dengan media yg
diberi perlakuan lama penyiraman.
3) Media yang diberi perlakuan dua minggu sekali disiram , bibitnya lambat
untuk tumbuh bahkan ada yang mati akibat kekeringan.
4) Penyiraman sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, tanaman
akan tumbuh dengan baik jika ketersediaan air nya memenuhi komponen.
5) Air berfungsi sebagai pelarut hara, penyusun protoplasma, bahan baku
fotosintesis dan lain sebagainya. Kekurangan air pada jaringan tanaman
dapat menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul
serta mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam
tanaman sehingga tanaman lambat pertumbuhannya bahkan mati karena
kekeringan

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap Pertumbuuhan Tanaman”.
Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan
memahami materi praktikum. Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi
mendengarkan assisten laboratorium menjelaskan materi praktikum saat
praktikum berlangsung
DAFTAR PUSTAKA

Artauli, Febrina. 2017. Pengaruh Kondisi Dan Periode Simpan Terhadap


Perkecambahan Benih Kesambi. Jurnal Perbenihan Tanaman, 5 (1): 1-
11

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Areal Tegakan Benih
IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 5 (4): 927-934

Kadir, dkk. 2020. Perkecambahan, Perakaran Dan Pertumbuhan Hipokotil Benih


Kopi Arabika Varietas Catuai Pada Aplikasi Berbagai Konsentrasi
Giberelin. Jurnal Agroplantae, 9 (2): 95-104

Kurniawan dan Bayu. 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Respon
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum). UB.
Malang

Kuswantoro F, Gebby AS. 2019. Studi Tipe Perkecambahan Dan Pertumbuhan


Anakan (Piananga arinasae) Dan Euchresta horsfieldii Untuk
Mendukung Upaya Konservasinya. Buletin Kebun Raya. 22 (2): 21-32

Maryani, Anis T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan


Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Jurnal Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya: Malang

Marzukah RM, Sakya AT, Rahayu M. 20213. Pengaruh Volume Pemberian Air
Terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Tomat (Lycopersicum
esculentum). Agrosains, 15 (1): 12-16

Ningsih. 2018. Pengujian Mutu Benih Beberapa Jenis Tanaman Hortikultura


Yang Beredar Di Bali. E-Jurnal Agroteknologi Tropika, 7 (1): 64-72

Wusono Stela, Matinahoru JM, Wattimena CMA. 2015. Pengaruh Ekstrak


Berbagai Bagian Dari Tanaman Swietenia Mahagoni Terhadap
Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan Jagung. Jurnal Agrologia, 4
(2): 105-113

Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Ukuran Benih Terhadap
Mutu Fisik-Fisiologis Benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (3):
129-13
Laporan Praktikum Silvika Medan, April 2022

PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika
sebagai syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat… ................................................................................................ 6
Alat dan Bahan… ...................................................................................................... 6
Prosedur Praktikum…............................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan ................................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman...............................8

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya


dalam kegiatan fisiologis seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta
pembungaan, pembukaan dan penutupan stomata, perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman. Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan
intensitas yang tinggi menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan
pembuluh kayu lebih sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih tebal
tetapi ukurannya lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Cahaya
matahari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan
tanaman melalui tiga sifatnya yaitu intensitas cahaya, kualitas cahaya (panjang
gelombang) dan lamanya penyinaran (panjang hari). (Susilawati, 2016)
Intensitas cahaya yang penuh atau sedang dapat memengaruhi
pertumbuhan tanaman kunyit yaitu dapat tumbuh dengan baik. sebaiknya tanaman
ini di tanam pada tempat yang terbuka dengan sedikit naungan. Selain itu,
tanaman ini tidak tahan jika ditanam dengan air yang berlebihan, karena dapat
menyebabkan kebusukan pada rimpang dan tanaman kunyit akan layu. Selain itu,
terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu
intensitas cahaya dan air yang sangat berperan penting dalam pertumbuhan
tanaman. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu
intensitas cahaya, karena tidak semua tanaman memerlukan intensitas cahaya
yang sama pada saat proses fotosintesis. Tanaman juga akan mengalami
peningkatan tinggi batang, panjang tangkai daun dan diameter batang menurun
karena lebih banyak untuk pemanjangan batang dan tangkai daun untuk
perkembangan daun dan akar. Batang akan kuat bergantung pada isinya seperti
lignin, selulosa, semi serat, sukrosa, pektin dan pati. (Yuliyantika, 2021)
Intensitas cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi akan berpengaruh pada
rusaknya klorofil, transpirasi yang lebih cepat, dan terjadinya klorosis. Pada
intensitas cahaya matahari rendah akan berpengaruh pada pembatasan fotosintesis
dan menyebabkan cadangan makanan cenderung lebih banyak dipakai daripada
disimpan. Di lain pihak intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menurunkan
laju fotosintesis hal ini disebabkan adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung
cepat, sehingga merusak klorofil. (Forniawan, 2017)
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
Cahaya dapat mempengaruhi perkembangan tumbuhan secara in vitro dan
in vivo. Keadaan suatu kultur dipengaruhi oleh fotoperioditas, kualitas dan
intensitas cahaya. Cahaya mempengaruhi pengaturan produksi bahan metabolit
dalam kultur jaringan, termasuk metabolit primer seperti enzim, karbohidrat,
lipida dan asam amino sedangkan metabolit sekunder seperti antosianin, flavonol
dan karotenoid. Antosianin adalah bahan bioaktif dari golongan senyawa
flavonoid yang telah digunakan sebagai anti kanker pada manusia Antosianin
berfungsi sebagai antioksidan yang berperan penting baik bagi tanaman itu sendiri
maupun bagi kesehatan manusia. (Ariany, 2013)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Cahaya
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” adalah Mengetahui respon dan perubahan pada
pertumbuhan tanaman dalam berbagai kondisi cekaman cahaya dalam
pertumbuhan tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA

Cahaya merupakan sebagian dari gelombangelektromagnetik yang dapat


dilihat mata dengan komponennya yaitucahaya merah, jingga, hijau, biru, nila dan
ungu. Warna cahaya berhubungan dengan panjang gelombang atau frekuensi
cahaya tersebut. Cahaya tampak yaitu cahaya yang sensitif terhadap mata kita
memiliki panjang gelombang kisaran 400 nm - 750 nm. Kisaran ini dikenal
sebagai spektrum tampak, dan didalamnya terdapat warna ungu sampai merah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanahmtentang pengaruh intensitas
spektrum cahaya terhadap perkecambahan dan fotosintesis kacang hijau
menunjukkan bahwa penggunaan spektrum cahaya merah lebih efektif jika
dibandingkan dengan spektrum cahaya hijau. Tumbuhan kacang hijau memiliki
fitokrom yaitu protein pada kromatofora yang mirip fikosianin. Fitokrom pada
kacang hijau memilikistruktur reversible yang dapat mengabsorpsi energi cahaya
warna merah sesuai dengan cahaya yang dibutuhkan. Maka dari itu spektrum
warna merah dengan panjang gelombang 620-750 nm efektif untuk pertumbuhan
kacang hijau. (Lestari et al., 2021)
Sinar matahari sangat berguna bagi proses fotosintesis pada tumbuhan,
namun, efek lain dari sinar matahari ini adalah menekan pertumbuhan sel
tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari akan
lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang tumbuh ditempat yang gelap.
Peristiwa ini disebut dengan etiolasi. Fotosintesis paling tinggi terjadi pada tengah
hari yaitu dari jam 11 siang–2 siang dan akan menurun tajam jika tertutup awan,
oleh karena itu butuh pencahayaan buatan dari lampu listrik yang dapat menyala
secara terus-menerus sehingga proses fotosintesis tidak terganggu. Lampu pijar
(bohlam) adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus
listrik melalui filament yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca
yang menyelubungi filament panas tersebut menghalangi udara untuk
berhungungan dengannya sehingga filament tidak akan langsung rusak akibat
teroksidasi. Lampu pijar ini sebagai pengganti cahaya matahari untuk proses
fotosintesis untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh cahaya lampu pijar pada
pertumbuhan tanaman. (Haryadi et al., 2017)
Pembibitan merupakan aspek vital dalam budidaya tanaman tahunan
karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktivitas tanaman kopi
setelah dewasa. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi dan apabila terjadi
kegagalan dalam pembibitan atau penyediaan bibit yang baik maka kerugian akan
sangat besar selain dari segi materi juga waktu yang terbuang. Praktek pembibitan
untuk perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan,generatif menggunakan bagian generatif tanaman kopi
untuk perbanyakan, yaitu benih (biji), sementara perbanyakan dengan cara
vegetatif dapat melalui setek dan sambung menggunakan bagian vegetatif
tanaman kopi seperti daun, ranting, cabang, dan akar. (Kadir et al, 2020)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan bibit
berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan kelembabannya
tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media tumbuh yang
digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu menyiapkan hara
yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan unsur hara,
perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik tanah yang
menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam proses
fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur tanah.
Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik, tetapi
cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam padi
dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan kimia
tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Tanaman mendapatkan makanannya melalui proses fotosintesis. Pada
fotosintesis energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah menjadi
energi kimia (ATP dan NADPH). Proses tersebut terjadi pada tumbuhan
berklorofil, tepatnya pada jaringan tiang / palisade dan bunga karang pada mesofil
daun. Pada sel palisade atau bunga karang, proses ini terjadi di dalam sebuah
organel yaitu kloroplas. Proses ini hanya dapat terjadi pada saat ada cahaya.
Cahaya itu dapat berupa cahaya matahari maupun cahaya lampu. Selain itu, proses
fotosintesis juga membutuhkan karbondioksida dan air. Pada proses fotosintesis
ini akan dihasilkan dua senyawa yaitu glukosa dan oksigen. Fotosintesis adalah
proses memproduksi energi terpakai dimana karbondioksida dan air dibawah
pengaruh cahaya diubah ke dalam persenyawaan organik yang berisi karbon dan
kaya energy. Fungsi fotosintesis adalah untuk memproduksi glukosa sebagai
sumber energi utama bagi tumbuhan,dengan adanya glukosa ini akan terbentuk
sumber energy lemak dan protein. Proses fotosintesis yang terjadi di Kloroplas
terdiri atas 2 reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. (Naomi et al., 2018)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. (Artauli, 2017)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” dilaksanakan pada hari Rabu, 13 April 2022 pukul 10.00
WIB samapai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring
menggunakan media whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag, Penggaris,
Tally sheet pengamatan, Alat tulis dan Sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Media tanam (top soil
dan pupuk NPK)

Prosedur Praktikum
1. Diambil semai dan ditanam dalam polybag berisi top soil 100% sebanyak
6 semai dengan 3 kali ulangan dengan 2 variasi (dibawah naungan dan
tanpa naungan)
2 Diberi label di polibag.
3. Diperlakukan bibit sesuai variasinya yaitu dibawah naungan dan tanpa
naungan
4. Disiram kembali dengan air.
5. Dilakukan pemeliharaan setiap hari dengan penyiraman dan pembersihan
gulma.
6. Diamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali dengan mencatat
tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

- Terlampir

Pembahasan

Pada praktikum yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan


Tanaman” dengan menggunakan biji Lamtoro (Leucaena leucocephala), biji Saga
(Adenanthera pavonina), biji Sengon (Albizia chinensis) yang dilakukan
mengunakan tiga media yang berbeda, yaitu top soil 100%, top soil : sekam padi
(2:1) dan top soil : sekam padi (1:1). Dari pengamatan ini didapat berbagai macam
ukuran tinggi tanaman berdasarkan media yang digunakan. Media tanam adalah
tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat
mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karenanya media tanam
harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain : dapat dijadikan tempat berpijak
tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat
mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, tidak menjadi sumber
penyakit bagi tanaman, tidak mudah lapuk, media mudah didapat dan harganya
relatif murah.
Cahaya pada tanaman merupakan indikator pertumbuhan yang sering
diamati. Hal ini didasarkan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran
pertumbuhan yang mudah dilihat. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah cahaya. Cahaya matahari sangat berpengaruh
terhadap proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta
pembungaan, pembukaan dan penutupan stomata, serta perkecambahan dan
pertumbuhan tanaman. Cahaya diperlukan oleh tumbuhan untuk melakukan
proses fotolisis, fotosintesis, dan fotomorgenesis. Agar cahaya mendapatkan
nutrisi dan energi. Tanpa adanya cahaya akan terjadi etiolasi yaitu pertumbuhan
cepat yang tidak normal.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, cahaya amat
bermanfaat sebagai energi bagi tumbuham yang akan digunakan untuk proses
fotosintesis. Selain itu, cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil
serta menentukan kesuburan dan arah pertumbuhan tanaman. Selain
meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya
mempercepat pembungaan dan pembuahan. Sebaliknya, penurunan intensitas
radiasi matahari akan memperpanjang masa pertumbuhan tanaman.
Pengaruh Pertumbuhan tanaman kacang hijau membutuhkan cahaya yang
sesuai dengan kebutuhan cahaya tanaman tersebut, jika terlalu sedikit cahaya yang
diserap maka pembentukan bunga akan lambat sebaliknya bila tanaman terlalu
penuh menerima cahaya juga akan lambat dalam pembentukan bunga tanaman
kacang hijau. Biji kacang merah yang terkena cahaya matahari secara langsung
(terang) pertumbuhannya lebih lambat, daunnya lebar & tebal, berwarna hijau,
batang tegak, kokoh.Tumbuhan sangat membutuhkan cahaya untuk hidup.
Akan tetapi cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada
proses pertumbuhan, hal ini terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin ke
bagian yang tidak terkena cahaya. Sehingga, proses perkecambahan yang
dibedakan di tempat yang gelap akan menyebabkan terjadinya etiolasi. Cahaya
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Tanaman
sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun keberadaan
cahaya ternyata dapat menghambat pertumbuhan tumbuh Dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, cahaya amat bermanfaat sebagai
energi bagi tumbuham yang akan digunakan untuk proses fotosintesis. Selain itu,
cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil serta menentukan
kesuburan dan arah pertumbuhan tanaman.an karena cahaya dapat merusak
hormon auksin yang terdapat pada ujung batang.maka dari itu cahaya sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.maka dari itu cahaya sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Penanaman bibit dilakukan dengan menggunakan bibit Saga (Adenanthera


pavonina)
2) Dilakukan dengan tiga ulangan dengan media yang berbeda, yaitu dengan
perlakuan dibawah sinar matahari dan dibawah naungan.
3) Pertumbuhan pada media yang diberi perlakuan di bawah naungan lebih
subur pertumbuhannya daripada media yang berada dibawah sinar
matahari.
4) Penyinaran oleh matahari sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman,
tanaman akan tumbuh dengan baik jika ketersediaan cahayanya juga
memenuhi komponen.
5) Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
adalah cahaya. Cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap proses
fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta
pembungaan, pembukaan dan penutupan stomata, serta perkecambahan
dan pertumbuhan tanaman.
6) Cahaya diperlukan oleh tumbuhan untuk melakukan proses fotolisis,
fotosintesis, dan fotomorgenesis. Agar cahaya mendapatkan nutrisi dan
energi. Tanpa adanya cahaya akan terjadi etiolasi yaitu pertumbuhan cepat
yang tidak normal.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuuhan Tanaman”.
Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan
memahami materi praktikum. Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi
mendengarkan assisten laboratorium menjelaskan materi praktikum saat
praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Artauli, Febrina. 2017. Pengaruh Kondisi Dan Periode Simpan Terhadap


Perkecambahan Benih Kesambi. Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan, 5
(1): 1-11

Aryani SP, Sahiri N, Syakur A. 2013. Pengaruh Kuantitas Cahaya Terhadap


Pertumbuhan Dan Kadar Antosianin Daun Dewa ( Gynura pseudochina
(L.) DC) Secara In Vitro. e-Journal Agrotekbis, 1 (5): 413-420

Forniawan A, Sujarwanta A, Muhfahroyin M. 2017. Pengaruh Intensitas Cahaya


dan Pupuk Cair LCN Terhadap Produksi Bawang Merah. Jurnal Lentera
Pendidikan Pusat Penelitian LPPM UM METRO, 2 (2): 133-141.

Haryadi, dkk. 2017. Pengaruh Cahaya Lamou 15 Watt Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Pandan (Pandanus amaryfollius). GRAVITY, 3 (2): 100-109

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Areal Tegakan Benih
IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 5 (4): 927-934

Kadir, dkk. 2020. Perkecambahan, Perakaran Dan Pertumbuhan Hipokotil Benih


Kopi Arabika Varietas Catuai Pada Aplikasi Berbagai Konsentrasi
Giberelin. Jurnal Agroplantae, 9 (2): 95-104

Lestari, dkk. 2021. Pengaruh Spektrum Cahaya Terhadap Perkecambahan Kacang


Hijau (Vigna radiata). Jurnal Penelitian Fisika dan Terapannya
(Jupiter), 3 (1) : 11-18

Naomi, dkk. 2018. Keefektifan Spektrum Cahaya Terhadap Pertumbuhan


Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata). GRAVITY, 4 (2): 94-102

Susilawati, Wardah, Irmasari. 2016. PENGARUH BERBAGAI INTENSITAS


CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI CEMPAKA
(Michelia champaca L.) DI PERSEMAIAN. Jurnal ForestSains, 14 (1):
59-66

Yuniarti, dan Djaman. 2015. Penentuan cara perlakuan pendahuluan benih saga
pohon. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 12 (1): 23-29
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

PENGARUH UNSUR HARA TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika
sebagai syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE ................................................................................................5
Waktu dan Tempat .....................................................................................................5
Alat dan Bahan ...........................................................................................................6
Prosedur Praktikum....................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................7
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan. ............................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................15
Kesimpulan. ............................................................................................................. 15
Saran. ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 5 gr ............................. 7
2. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 10 gr ........................... 7
3. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 15 gr ........................... 7
4. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupuk NPK 5 gr. .............................. 8
5. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupuk NPK 10 gr. ............................ 8
6. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupuk NPK 15 gr ............................. 8
7. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupul NPK 5 gr. .............................. 9
8. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupul NPK 10 gr. ............................ 9
9. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupul NPK 15 gr. ............................ 9
10. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupul NPK 5 gr. ............................. 10
11. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupul NPK 10 gr. ........................... 10
12. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupul NPK 15 gr. ........................... 11

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman dalam proses metabolisme membutuhkan makanan berupa unsur


hara. Unsur hara yang dibutuhkan secara alami dapat berasal dari tanah, akan
tetapi ketersediaannya yang terbatas maka penambahan unsur hara tanaman dapat
diberikan melalui kegiatan pemupukan. Pupuk merupakan zat atau unsur hara
yang diberikan baik melalui daun maupun tanah dengan tujuan untuk menambah
hara bagi pertumbuhan tanaman dan dapat berupa berupa pupuk organik maupun
pupuk anorganik. Hara tanaman umumnya sering menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman selain air dan kondisi agroklimat. Setiap unsur hara
memiliki peranan masing-masing dalam mendukung proses metabolisme
tanaman. (Atmaja, 2017)
Tanah merupakan tempat tumbuh dan penyedia unsur hara pada tanaman,
tanah mampu menyediakan air dan berbagai unsur hara baik makro maupun mikro
yang sangat diperlukan tanaman. Ketersediaan unsur hara merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ketersediaan adalah perubahan unsur hara dari bentuk organik menjadi bentuk
anorganik. Unsur yang ada di dalam tanah akan mengalami proses mineralisasi
seperti unsur N, P, dan K. Ketersediaan unsurhara Seperti N, P dan K dan C
organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun, oleh
karena itu diperlukan analisis ketersediaan unsur hara sebagai informasi
ketersediaan hara yang akan dikaitkan dengan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Penggunaan lahan yang berbeda akan mendapatkan pertumbuhan yang berbeda,
hal ini dikarenakan kedua jenis lahan ini memilikiketersediaan unsur hara dalam
tanah yang berbeda. (Tampinongkol, 2021)
Peta status hara N, P, dan K dapat menggambarkan ketersediaan unsur N,
P, dan K dalam tanah, apakah dalam kondisi rendah, sedang atau tinggi. Status
unsur hara N, P, dan K penting untuk diketahui, karena dapat digunakan sebagai
dasar penetapan jenis dan dosis pupuk. Peta kemasaman tanah (pH) juga penting
karena pH tanah berhubungan dengan ketersediaan hara dalam tanah. Apabila
status unsur hara N, P, K dan pH tanah telah diketahui, maka pemilihan jenis dan
dosis pemupukan dapat dilakukan. Nitrogen merupakan unsur hara makro yang
dibutuhkan hampir sebagian besar jenis tanaman. Nitrogen diserap dalam bentuk
ion nitrat karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam
larutan dan mudah terserap oleh akar. Selanjutnya, ketersediaan fosfor di dalam
tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi yang paling penting ialah pH
tanah. Dari ketiga unsur hara makro yang diserap tanaman (N, P dan K), kalium
lah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi. Tanah mengandung
400-650 kg kalium untuk 93 m2 (pada kedalaman 15,24 cm). (Siswanto, 2018)
Ada beberapa solusi untuk meningkatkan kualitas lahan, terutama akibat
pengolahan super intensif yang hanya terfokus pada produksi, tanpa memikirkan
dampaknya. Kondisi tanah yang memiliki kandungan Ca, Fe, dan Al tinggi, dapat
mengikat hara makro, khususnya fosfat (PO4), sehingga dapat menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Penggunaan pupuk fosfat alam untuk
pertanian sampai saat ini masih sangat diperlukan oleh petani. Pupuk fosfat alam
mengandung fosfor (P) yang merupakan salah satu dari tiga unsur makro atau
esensial selain nitrogen dan kalium, yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. (Asngad, 2013)
Seresah di lantai hutan memegang peranan yang sangat penting dalam
menjaga produktivitas dan kelestarian hutan. Seresah merupakan sumber utama
unsur hara pada tanah-tanah hutan dan berperanan besar dalam daur unsur hara
juga merupakan penyimpan karbon (carbon stock). Akumulasi biomasa seresah
pada hutan tanaman dan hutan alam di daerah tropika berkisar antara 5-15 ton/ha,
sedangkan di daerah iklim sedang (temperate) berkisar antara 20-100 ton/ha.
Jumlah biomasa seresah dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor antara lain:
umur tegakan, jarak tanam, spesies, pola tanam (mono atau polikultur), iklim dan
pengelolaan. (Supriyo, 2014)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” adalah untuk mengetahui respon tanaman
dalam berbagai kondisi cekaman hara.
TINJAUAN PUSTAKA

Unsur hara atau nutrisi tanaman merupakan faktor penting bagi


pertumbuhan tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat makanan bagi tanaman.
Sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara di bagi menjadi dua
kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsure hara mikro. Unsur hara makro
merupakan unsur hara yang diburuhkan tanaman dalam jumlah banyak, antara
lain, Fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N) belerang (S), Kalsium (Ca), dan
Magnesium (Mg). unsur hara primer (N, P, K) dan unsur hara sekunder (S, Ca,
Mg), sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah kecil,
antara lain besi (Fe), boron (B), mangan (Mn) seng (Zn), tembaga (Cu) dan
molybdenum (Mo). Unsur hara makro N, P dan S adalah unsur yang merupakan
bagian integral dari protein tanaman, jumlah energi yang dibutuhkan bagi
penyerapan aktif unsur hara tanaman diperoleh dari respirasi karbohidrat yang
terbentuk sebagai hasil dari fotosintesis tanaman (Nuryani, 2019)
Tanah merupakan tubuh alam pada sebagian besar permukaan bumi yang
menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tanah yang khas akibat pengaruh iklim
dan jasad hidup terhadap bahan induk berrelief tertentu selama jangka waktu
perkembangannya. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air,
udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai
kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah sebagai media
tanam berfungsi sebagai pemasok, pencadang dan penyedia unsur hara tanaman,
dengan keragaman kualitas media tumbuh tanaman. Apabila suatu tanaman
kekurangan unsur hara yang di butuhkan, maka akan menampakkan gejala
tertentu yang spesifik dan biasa disebut gejala kekahatan (gejala defisiensi). Unsur
hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari tanah,
sehingga perlu penambahan dari luar yang berbentuk pupuk yang digunakan
untuk mendorong pertumbuhan dalam pembentukan daun, akar, batang serta
pembentukan biji (Purbopuspito, 2016).
Nitrogen mempunyai peran penting bagi tanaman padi yaitu mendorong
pertumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas
gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun,
pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis protein. Tanaman padi yang
kekurangan nitrogen anakannya sedikit dan pertumbuhannya kerdil. Daun
berwarna hijau kekuning-kuningan dan mulai mati dari ujung kemudian menjalar
ke tengah helai daun.Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan
mengakibatkan kerugian yaitu: melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman
mudah rebah dan menurunkan kualitas hasil tanaman. Ada tiga hal yang
menyebabkan hilangnya nitrogen dari tanah yaitu nitrogen dapat hilang karena
tercuci bersama air draenase, penguapan dan diserap oleh tanaman. Keberadaan
nitrogen pada tanah sawah sangat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman
padi sawah. (Patti, 2013)
Fosfor dalam tanah terdiri atas P organik dan anorganik. Fosfor organik
dapat mencapai 0.2%. Fosfor anorganik terdapat dalam berbagai bentuk
kombinasi dengan Fe, Al, Ca, F, dan unsur-unsur lainnya dengan kelarutan yang
bervariasi. Fosfor anorganik merupakan P yang larut dari pupuk, air limbah, dan
berbagai sumber lainnya dalam tanah, dan bereaksi membentuk senyawa-senyawa
sukar larut. Berpindahnya P dari larutan tanah disebut retensi atau fiksasi P.
Mekanisme retensi P yaitu, rekasi-reaksi pengendapan-pelarutan, sorpsi-desorpsi,
dan mineralisasi-imobilisasi. Kandungan P larutan tanah untuk pertumbuhan
tanaman maksimal berkisar 0.2-0.3 mg L-1. Sedangkan kandungan P tanaman
terbaik berkisar antara 0.3-0.5% dari total bobot bahan kering. Batas kritis P untuk
tanaman kacang tanah adalah 0.25–0.5%. Tanaman menyerap P dari dalam tanah
terutama dalam bentuk anion ortofosfat primer H2PO4- dan ortofosfat sekunder
HPO42-. (Kaya, 2013)
Pupuk kalium mengandung unsur K yang diperlukan tanaman dalam
proses pengisian umbi. Kalium berperan dalam memperkuat batang tanaman
dengan penebalan batang melalui peningkatan kadar sklerenkim, tanaman tahan
terhadap serangan penyakit, umur simpan umbi menjadi lebih panjang, kepadatan
umbi tetap terjaga, meningkatkan berat umbi, jumlah umbi, dan diameter umbi.
Unsur kalium juga berperan dalam translokasi karbohidrat, pengendalian osmotik,
turgor sel, translokasi gula pembentuk pati, meningkatkan ketahanan terhadap
kekeringan, dan memperluas pertumbuhan akar. (Fitria, 2017)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Tingkat serapan unsur hara oleh tanaman berpengaruh besar terhadap hasil
fotosintesis dan transfer fotosintat, khususnya bobot kering tanaman karena dapat
berpengaruh terhadap penyusutan hasil tanaman. Penggunaan pupuk anorganik
yang praktis meningkatkan rasa puas dalam melakukan budidaya karena hasilnya
dapat langsung terlihat pada tanaman. Pupuk organik ada beberapa jenis, yaitu
pupuk kandang, pupuk hijau, bokashi, dan kompos dan berpotensi besar
menggantikan pupuk anorganik. Pupuk organik yang diperkaya bahan lainnya
diharapkan dapat meningkatkan nutrisi pupuk. (Neoriky, 2017)
Apabila tanaman memiliki kecukupan hara N, maka dapat ditandai dengan
berjalannya proses fotosintesa, warna daun lebih hijau dan pertumbuhan vegetatif
yang lebih baik. Fosfor diperlukan dalam pembentukan ATP dan energi yang
dihasilkan dari ATP tersebut berperan penting dalam penyerapan unsur hara lain
seperti P, K dan Cu. Hal ini disebabkan karena penyerapan hara tersebut
berlangsung melalui proses difusi, dimana pergerakan hara dari konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah membutuhkan energi ATP. Penggunanan pupuk NPK dapat
menjadi solusi dan juga sebagai alternatif dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman sayuran yang akan ditanam. Pengamatan secara visual tanaman yang
kekurangan unsur hara P akan menunjukkan gejala berupa daun tua akan
berwarna ungu atau kemerahan. (Adelia, 2013)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” dilaksanakan pada hari Rabu, 20 April 2022 pukul 10.00
WIB samapai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring
menggunakan media whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag, Penggaris,
Timbangan, Alat tulis dan Sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Media tanam (top soil
dan pupuk NPK), Semai Saga dan Semai Lamtoro.

Prosedur Praktikum
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 4 semai 3x
ulangan dengan variasi jenis sebanyak 2
2. Memelihara semai sampai berumur 2 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering daun
dan berat kering akar (mengambil sampel)
4. Memperlakukan bibit dengan tehnik pemberian pupuk dengan jenis dan dosis
yang berbeda: a. NPK (dengan dosis 0,5 gr, 10 gr dan 15 gr)
5. Memetakan rancangan percobaan dan mendokumentasikan data
6. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali selama 2 minggu
dengan mencatat tinggi, jumlah daun dan diakhiri dengan mengamati jumlah
akar, panjang akar, berat kering daun dan berat kering akar
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari Praktikum Silvika berjudul “Pengaruh Unsur Hara
Terhadap Pertumbuhan Tanaman”adalah sebagai berikut:

1. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) sebelum


pemberian pupuk NPK.
Tabel 1.1 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 5 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Saga (Adenanthera 4.5 8 3
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 3.8 11 2
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 5.6 13 3
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 3.7 9 5
pavonina L.)

Tabel 1.2 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 10 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Saga (Adenanthera 4 12 4
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 8.3 13 3
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 6.7 10 2
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 7.1 6 2
pavonina L.)
Tabel 1.3 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 15 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Saga (Adenanthera 5 7 3
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 3.4 8 4
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 4.4 14 3
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 6.3 13 2
pavonina L.)

2. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) setelah


pemberian pupuk NPK.
Tabel 2.1 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 5 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Nama Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Saga (Adenanthera 5 10 4 2.825
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 4.2 13 3 2.825
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 6 15 5 2.825
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 4.5 11 7 2.825
pavonina L.)
Tabel 2.2 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 10 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Saga (Adenanthera 4.3 14 6 3.95
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 8.9 15 5 3.95
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 7 13 4 3.95
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 7.5 8 3 3.95
pavonina L.)

Tabel 2.3 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 15 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Saga (Adenanthera 5.4 9 11 5.125
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 4 10 6 5.125
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 4.9 16 4 5.125
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 7 15 4 5.125
pavonina L.)
3. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) sebelum
pemberian pupuk NPK.
Tabel 3.1 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 5 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Lamtoro (Leucaena 5,3 8 3
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 6,2 13 5
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 4 15 4
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 5,6 6 3
leucocephala)

Tabel 3.2 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 10 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Lamtoro (Leucaena 6 10 2
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 3,3 9 6
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 4,8 7 7
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 3,9 12 4
leucocephala)

Tabel 3.3 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 15 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Lamtoro (Leucaena 3,6 16 5
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 4,3 11 3
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 5,7 13 6
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 6,3 15 9
leucocephala)
4. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) setelah
pemberian pupuk NPK.
Tabel 4.1 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 5 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Lamtoro (Leucaena 5,7 9 4 4,675
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 6,6 15 6 4,675
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 4,5 16 5 4,675
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 6 7 5 4,675
leucocephala)

Tabel 4.2 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 10 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Lamtoro (Leucaena 6,5 17 3 6,325
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 3,9 11 6 6,325
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 5,2 9 9 6,325
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 4,5 13 6 6,325
leucocephala)

Tabel 4.3 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 15 gram.
Jumlah Jumlah Berat
No. Nama Sampel Tinggi
Daun Akar Kering (gr)
1. Lamtoro (Leucaena 4 18 6 7,325
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 4,2 13 5 7,325
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 6 14 7 7,325
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 6,7 16 11 7,325
leucocephala)
Pembahasan

Pada praktikum yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara Terhadap


Pertumbuhan Tanaman” dengan menggunakan biji Lamtoro (Leucaena
leucocephala), biji Saga (Adenanthera pavonina), biji Sengon (Albizia chinensis)
yang dilakukan mengunakan tiga media yang berbeda, yaitu top soil 100%, top
soil : sekam padi (2:1) dan top soil : sekam padi (1:1). Dari pengamatan ini
didapat berbagai macam ukuran tinggi tanaman berdasarkan media yang
digunakan. Media tanam adalah tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal
yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman.
Oleh karenanya media tanam harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain :
dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi
yang baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, tidak
menjadi sumber penyakit bagi tanaman, tidak mudah lapuk, media mudah didapat
dan harganya relatif murah.
Menurut (Gardner et al., 2012), Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan
unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat besar
dan Nitrogen merupakan anasir penting dalam pembentukan klorofil,p
rotoplasma,protein dan asam-asam nukleat.Unsur ini mempunyai peranan penting
yang dalam pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan hidup.Fosfor
merupakan komponen penting penyusun senyawa untuk transfer informasi (ATP
dan nukleoprotein lain),sistem informasi genetik (DNA dan RNA),untuk
membran sel (fosflolipid),dan fosfroprotein.protein sangat berpengaruh pada
unsur hara bagi tanaman.DNA berfungsi sebagai informasi genetik jangka
panjang.DNA menjadi transmisi genetik untuk membuat sel lain dan organisme
baru.Sementara RNA digunakan untuk mentransfer kode genetik dari inti ke
ribosom untuk membuat protein.
Menurut (Wang et al, 2015), Nitrogen pada umumnya diserap tanaman
dalam bentuk NH4.+atau NO3”,yang dipengaruhi oleh sifat tanah,jenis tanaman
dan tahapan dalam pertumbuhan tanaman.pada tanah dengan pengatusan yang
baik N diserap tanaman dalam bentuk ION Nitrat.pada tanah dengan pengetusan
yang baik N diserap dalam tanaman karena sudah terjadi perubahan bentuk NH4
menjadi NO3,sebaliknya pada tanah tergentang tanaman cenderung menyerap
NH4, N adalah unsur yang mobil,mudah sekali terlindi dan menguap,sehingga
tanaman sering kali mengalami defisiensi.Tanaman menyarap P dalam bentuk
ortofosfet sekunder (HPO4).Bentuk P dalam tanah dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu organik dan anorganik.proporsi kedua bentuk P tersebut sangat
bervariasi.Nilai P-organik dilaporkan antara 8-50 %. Kekahatan unsur hara N dan
P adalah masalah yang umum pada semua tanah.
Menurut (Sutejo et al., 2016), Pupuk anorganik yang dapat digunakan dalam
memenuhi kebutuhan unsur hara yang diserap tanaman adalah pupuk NPK
Majemuk.NPK Majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya
mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro)
terutama N,P, dan K.Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian
pupuk dapat mencakup beberapa unsur hara sehingga lebih efisien dalam
penggunaan apabila dibandingkan dengan pupuk tunggal.kelebihan lain dari
penggunaan pupuk majemuk NPK yaitu menghemat waktu,tenaga kerja dan biaya
pengangkutan.Penggunaan pupuk NPK dapat menjadi solusi dan alternatif dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman.sayuran khusunya.penggunaan pupuk NPK
dapat diharapkan memberikan kemudahan dalam pengaplikasian di lapangan dan
dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan di dalam tanah.
Menurut (Rahardi et al., 2017), Unsur Hara adalah nutrisi atau zat makanan
yang bersama-sama dengan air diserap oleh akar tanaman,kemudian dibawa ke
daun,di dalam daun,unsur hara akan bereaksi dengan karbondioksida (CO2) yang
diambil oleh tanaman melalui stomata (mulut daun) langsung dari
udara.Kebutuhan unsur hara,selain disediakan oleh tanah juga dapat disediakan
dengan pengguanaan pupuk.penggunaan pupuk meningkatkan kandungan unsur
hara dalam tanah sehingga dapat memaksimalkan penyerapan akar oleh
tanaman,selain itu,hasil produksi yang didapatkan lebih melimpah apabila
dibandingkan dengan tanaman yang hanya mengandalkan unsur hara yang
terdapat di dalam tanah.Unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman ialah
Nitrogen,Fosfor,Kalium,Magnesium,Sulfur dan lain lain.banyak sekali manfaat
pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman.pupuk NPK sangat berjasa.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Penanaman bibit dilakukan dengan menggunakan bibit Saga (Adenanthera


pavonina).
2) Dilakukan dengan tiga perlakuan, yaitu top soil 100% + NPK 3 butir, top
soil 100% + NPK 6 butir, top soil 100% + NPK 9 butir.
3) Pertumbuhan pada media yang diberi perlakuan top soil 100% + NPK 6
butir tumbuh lebih subur dari yang diberi perlakuan yang ditambah NPK
terlalu banyak dan terlalu sedikit.
4) Unsur hara sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, tanaman akan
tumbuh dengan baik jika ketersediaan hara juga memenuhi komponen.
5) Unsur hara berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman, kekurangan
unsur hara (pupuk) kurang mendukung pada tanaman, sedangankan jika
kelebihan unsur hara (pupuk) tidak baik bagi tanaman, karena jika terlalu
banyak kandungan hara dalam tanah akan menjadi panas karena adanya
pupuk yang digunakan terlalu banyak.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara Terhadap Pertumbuuhan
Tanaman”. Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari
dan memahami materi praktikum. Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi
mendengarkan assisten laboratorium menjelaskan materi praktikum saat
praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Adelia PF, Sunaryo K. 2013. PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR HARA


MIKRO (Fe dan Cu) DALAM MEDIA PAITAN CAIR DAN
KOTORAN SAPI CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
BAYAM MERAH (Amaranthus tricolor L.) DENGAN SISTEM
HIDROPONIK RAKIT APUNG. Jurnal Tanaman Produksi, 1 (3): 48-
58

Asngad. 2013. INOVASI PUPUK ORGANIK KOTORAN AYAM DAN ECENG


GONDOK DIKOMBINASI DENGAN BIOTEKNOLOGI MIKORIZA
BENTUK GRANUL. Jurnal MIPA, 36 (1): 1-7

Atmaja ISW. 2017. PENGARUH UJI MINUS ONE TEST PADA


PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MENTIMUN. Jurnal
Logika, 19 (1): 63-68

Fitria R, Supriyono, Sudadi. 2017. RESPONSE OF GROWTH AND


PRODUCTS OF ARROW (Maranta arundinacea) ON GROWTH AND
FERTILIZING POTASSIUM. AGROTECHNOLOGY RESEARCH
JOURNAL, 1 (1): 46-50

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Kaya, E. 2013. PENGARUH PUPUK KALIUM DAN FOSFAT TERHADAP


KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFAT TANAMAN KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TANAH BRUNIZEM. Jurnal
Ilmu Budidaya Tanaman, 1 (2): 113-118

Neoriky R, Lukiwati, DR, Kusmiyati F. 2017. (Effect of inorganic fertilizers and


organic fertilizers enriched organic Nitrogen and Phosphorus to nutrient
uptake of Lettuce (Lactuca sativa. L)). J. Agro Complex 1(2): 72-77

Nuryani E, Haryonom G, Historiawati. 2019. Pengaruh Dosis Dan Saat Pemberian


Pupuk P Terhadap Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris, L.) Tipe
Tegak, Jurnal Ilmu Pertanian Dan Subtropika, 4 (1): 14-17

Patti PS, Kaya E, Silahooy C. 2013. ANALISIS STATUS NITROGEN TANAH


DALAM KAITANNYA DENGAN SERAPAN N OLEH TANAMAN
PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL, KECAMATAN KAIRATU,
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT. Jurnal Ilmu Budidaya
Tanaman, 2 (1): 51-58

Purbopuspito, T. T. 2016. Respon Pertumbuhan Jagung Terhadap Pemberian


Pupuk-Pupuk NPK, Urea, SP-36 dan KCL. Eugenia, 22 (2), 62-69.
Siswanto Bambang. 2018. SEBARAN UNSUR HARA N, P, K DAN PH
DALAM TANAH. Buana Sains, 18 (2): 109-124

Supriyo H, Prehaten D. 2014. KANDUNGAN UNSUR HARA DALAM DAUN


JATI YANG BARU JATUH PADA TAPAK YANG BERBEDA.
Jurnal Ilmu Kehutanan, 8 (2): 108-116

Tampinongkol CL, Tamot Z, Sumayku B. 2021. KETERSEDIAAN UNSUR


HARA SEBAGAI INDIKATOR PERTUMBUHAN TANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus L.). Agri-SosioEkonomi Unsrat, 17 (2):
711-718
LAMPIRAN

Bibit Saga Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Alat dan Bahan yang diperlukan untuk Praktikum


Bibit Lamtoro Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Timbangan Bibit Lamtoro dan Saga
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

PENGUKURAN TRANSPIRASI
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengukuran Transpirasi” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk
praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE ................................................................................................5
Waktu dan Tempat .....................................................................................................5
Alat dan Bahan ...........................................................................................................6
Prosedur Praktikum....................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................7
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan. ............................................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................15
Kesimpulan. ............................................................................................................. 15
Saran. ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel 1. Data Pengukuran Perubahan Suhu selama Proses Transpirasi
Pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) Bibit-1. .............................................. 7
2. Tabel 2. Data Pengukuran Perubahan Suhu selama Proses Transpirasi
Pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) Bibit-2. .............................................. 7
3. Tabel 3. Data Pengukuran Laju Transpirasi ............................................................. 7

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H 2O dan
CO2, terjadi siang hari saat panas, melalui stomata (mulut daun) dan lentisel
(celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata,
lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Transpirasi juga
merupakan terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke
udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk
mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau
transpirometer. (Silaen, 2021)
Daun merupakan organ pokok pada tumbuhan. Umumnya, daun berbentuk
pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang
berguna untuk pertukaran gas O2 dan CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar
dan sebaliknya. Ketebalan daun merupakan indikator sensitivitas tentang status air
pada tanaman, tetapi dibutuhkan kalibrasi pada setiap tanaman agar mendapatkan
data yang akurat. Ketebalan daun merupakan salah satu faktor internal yang
memengaruhi laju transpirasi. Ketebalan daun menurun ketika transpirasi dimulai
dan kemudian meningkat ketika menyerap air dari batang dan tanah. (Costa, 2022)
Laju transpirasi tanaman sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak
faktor, oleh karena itu pengukuran laju transpirasi pada kondisi lingkungan yang
tidak terkontrol dengan baik akan menjadi sangat rumit. Pengukuran transpirasi
memerlukan alat yang bekerja berasaskan pada metode poorometer berkuvet dan
atau dengan metode lisieter grafimetrik dan atau dengan metode aliran bahang,
sehingga pengukuran transpirasi umumnya cukup mahal. Pengukuran transpirasi
yang rumit dan mahal, kurang efektif apabila dilakukan terhadap banyak sampel,
oleh karena itu perlu diteliti sebuah pendekatan sederhana yang dapat menduga
kemampuan transpirasi tanaman. (Setiawan, 2015)
Air merupakan penyusun sebagian besar permukaan bumi. Selain itu, air
juga memiliki banyak peran dan merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi
manusia sebagai sumber air bersih untuk minum, mencuci dan berbagai kebutuhan
lainnya. Peranan ekofisiologis dalam mengkonservasi air dalam proses transpirasi
dengan memilih tiga spesies dominan vegetasi pohon untuk pengujian evaporasi
berupa penjenuhan tanaman yaitu dalam bentuk perlakuan (kontrol, P-40% dan P-
80%), dan laju transpirasi menggunakan LICOR dan Kobalt klorida. Evaporasi
merupakan proses penguapan yang terjadi melalui permukaan air, tanah, dan
vegetasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju
evaporasi lebih tinggi daripada bidang permukaan yang rata. Proses evaporasi
tergantung pada saturation defisit di udara atau jumlah uap air yang dapat diserap
oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh. (Binsasi, 2016)
Lingkungan yang ekstrim ialah lingkungan yang dapat menimbulkan
cekaman pada tumbuhan.Penyebab cekaman dapat berupa berbagai bahan kimia
dan faktor-faktor fisik yang bersifat permanen maupun dapat balik.Kekeringan
dapat merupakan cekaman primer maupun cekaman sekunder. Cekaman primer
disebabkan oleh kekurangan air di lingkungan sekitar tumbuhan, sedangkan
cekaman sekunder diinduksi oleh keadaan dingin, pembekuan, panas atau kadar
garam. Sel tumbuhan yang telah kehilangan air dan mempunyai tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya dikatakan mengalami cekaman
kekeringan.Cekaman kekeringan pada tanaman menunjukkan kekurangan air yang
dialami oleh tanaman akibat keterbatasan air dari lingkungannya, yaitu media
tanam (Ai, 2015)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengukuran Transpirasi”
adalah mempelajari hilangnya air dari tanaman yang merupakan proses
ekofisiologi tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan


hilang menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air
tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun
dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi
dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola
budidaya tanaman. Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan
populasi tanaman. Perbedaan jenis tanaman juga sangat mempengaruhi laju
transpirasi tanaman tersebut (Prijono, 2015)
Laju transpirasi tanaman sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak
faktor, oleh karena itu pengukuran laju transpirasi pada kondisi lingkungan yang
tidak terkontrol dengan baik akan menjadi sangat rumit. Proses metabolisme pada
tumbuhan sangat bergantung pada tersedianya unsur hara dalam jumlah yang
cukup bagi tanaman. Simbiosis antara tanaman dengan fungi mikoriza akan
meningkatkan kebugaran salah satu atau kedua mitra yang bersimbiosis. Tanaman
yang terkolonisasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) akan memperoleh cukup
unsur hara dari dalam tanah khususnya unsur P sehingga pertumbuhan tanaman
akan menjadi lebih baik (Arief et al., 2015).
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan
hutan tanaman. Benih haruslah tersedia dalam jumlah yang cukup pada waktu
yang tepat dengan mutu yang baik, tanpa semua itu maka keberhasilan penanaman
sering mengecewakan. Salah satu kriteria benih bermutu baik dapat diukur dengan
persen kecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan berkecambah. Kecepatan
perkecambahan tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan
seperti tanah dan iklim mikro. Faktor genetik terutama struktur kandungan
cadangan makanan yang terdapat dalam benih seperti karbohidrat, protein, lemak
dan hormon pengatur tumbuh. Besarnya kandungan cadangan makanan ini
dipengaruhi oleh ukuran benih, semakin besar ukuran benih maka kandungan
cadangan makanan yang terdapat dalam benih semakin tinggi dan menentukan
daya kecambah. (Sumardi et al., 2015).
Untuk mendapatkan benih yang baik, sebelum disimpan biji harus benar
benar masak di pohon dan sudah mencapai kematangan fisiologis. Karena selama
masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitas awal
tersebut, yang tidak dapat dihentikan lajunya. Kelembaban lingkungan yang tinggi
merupakan lingkungan yang cocok bagi organisme perusak misalnya jamur,
dengan demikian benih akan banyak mengalami kerusakan. Kehadiran jamur
patogen yang mengkontaminasi biji/benih pun dapat menurunkan viabilitas biji
serta menurunkan daya kecambah benih tersebut (Mudiana, 2016).
Selain faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih, terdapat
pula faktor eksternal yaitu salah satunya media tanam. Media tanam yang baik
adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah yang
cukup bagi pertumbuhan tanaman. Namun belum tentu semua tanah mempunyai
kandungan hara yang menunjang, karena kurangnya unsur hara tersebut juga
disebabkan oleh lingkungan dan kondisi tanah itu sendiri. Banyak cara dan teknik
yang seringkali dilakukan untuk meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah,
terutama dalam bidang pertanian dan budi daya. Salah satu alternatif media tanam
yang dapat digunakan adalah limbah dari industri tahu. Limbah tahu padat
mengandung N (nitrogen) dan protein yang memiliki rata-rata lebih tinggi dari
limbah tahu cair, yaitu sebesar 1,24% dan 7,72% , sedangkan limbah tahu cair,
yaitu 0,27% dan 1,68% (Asmoro et al., 2018).
Transpirasi terjadi akibat kehilangan air dari permukaan tanaman, salah
satu penyebab yang mempengaruhi transpirasi tanaman adalah suhu. Transpirasi
tanaman dipengaruhi oleh kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban dan
ketersediaan air tanah. Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan
transpirasi tanaman. Fenomena yang menyebabkan meningkatnya suhu yaitu
pemanasan global. Pemanasan global dapat dikatakan sebagai peningkatan suhu
rata-rata muka Bumi dalam rentang waktu tertentu yang diakibatkan oleh efek
rumah kaca. Kenaikan suhu global mencapai 1oC sejak periode praindustri.
Peningkatan suhu udara yang terjadi menimbulkan berbagai masalah yang salah
satunya meningkatkan laju transpirasi tanaman. Duku Komering (Lansium
domesticum Corr) meru-pakan salah satu tanaman yang indentik di Sumatera
Selatan dan dianggap khas. Pemodelan pengaruh peningkatan suhu udara di
Sumatera Selatan terhadap bibit L.domesticum dapat memperkirakan dampaknya
terhadap laju transpirasi dan potensi ancaman terhadap kelangsungan hidup
L.domesticum. (Sugiarto, 2020)
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Pengukuran Transpirasi” dilaksanakan
pada hari Rabu, 11 Mei 2022 pukul 10.00 WIB samapai dengan selesai.
Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan media whatsapp, zoom,
google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag, Penggaris,
Termometer, Tongkat kayu, Timbangan, Plastik, Benang, Alat tulis dan Sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Media tanam (top soil
dan pupuk NPK), Bibit Mangga

Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan.
2. Ambil bibit yang sudah ditanam dalam polybag.
3. Tutuplah tanah pada permukaan polybag dengan plastik, untuk mencegah
terjadinya evaporasi dari permukaan media.
4. Ukurlah seluruh permukaan daun pada setiap polybag dengan menggunakan
bantuan kertas millimeter block.
5. Timbanglah bibit tersebut selama 100 menit dengan interval waktu 20 menit.
6. Catat beratnya dan buatlah grafik hubungan antara waktu dengan jumlah
kehilangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil dan pembahasan dari Praktikum Silvika yang berjudul


“Pengukuran Transpirasi” ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Data Pengukuran Perubahan Suhu Selama Proses Transpirasi Pada Tanaman
Mangga (Mangifera indica). Bibit-1
No Waktu Pengamatan (menit) Suhu Tercatat (°C)
1 0 menit 35 °C
2 30 menit 38 °C
3 60 menit 45 °C
4 90 menit 50 °C

Tabel 2. Data Pengukuran Perubahan Suhu Selama Proses Transpirasi Pada Tanaman
Mangga
(Mangifera indica) Bibit-2
No Waktu Pengamatan (menit) Suhu Tercatat (°C)
1 0 menit 37 °C
2 30 menit 42 °C
3 60 menit 47 °C
4 90 menit 52 °C

Tabel 3. Data Pengukuran Laju Evapotranspirasi


No Nama Sampel W0 W1 W0 - W1 Laju Evapotranspirasi
1 Mangga
2.000 gr 2.000 gr 2000-2000 0/5400 g/s
(Mangifera indica)
2 Mangga
(Mangifera indica) 1.500 gr 1.500 gr 2.000-2000 0/5400 g/s
Laju Evapotranspirasi Rata-Rata 0 g/s

Perhitungan:

1,5 jam = 90 menit


= 90 x 60 detik
= 5400 detik

Mangga (1)
Wo= 2000 gram
W1= 2000 gram
V == 𝖶𝑜−𝖶1 = = 2000−2000 = 0/5400 sekon
𝑡 5400 𝑠
Mangga (1)
Wo= 1.500 gram
W1= 1.500 gram
V == 𝖶𝑜−𝖶1 = = 1500−1500 = 0/5400 sekon
𝑡 5400 𝑠

Pembahasan

Pada praktikum yang berjudul “Pengukuran Transpirasi” dengan


menggunakan biji Mangga (Mangifera Indica), yang dilakukan mengunakan tiga
media yang berbeda, yaitu top soil 100%, top soil : sekam padi (2:1) dan top soil :
sekam padi (1:1). Dari pengamatan ini didapat berbagai macam ukuran tinggi
tanaman berdasarkan media yang digunakan. Media tanam adalah tempat tinggal
bagi tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung
pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karenanya media tanam harus
memenuhi berbagai persyaratan antara lain : dapat dijadikan tempat berpijak
tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat
mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, tidak menjadi sumber
penyakit bagi tanaman, tidak mudah lapuk, media mudah didapat dan harganya
relatif murah.
Menurut (Setiawan, 2015) Transpirasi merupakan proses hilangnya air
dalam bentuk uap air dari tubuh tumbuhan yang sebagian besar terjadi melalui
stomata, selain itu air juga dapat keluar melalui kutikula dan lentisel. Laju
transpirasi tanaman sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh
karena itu pengukuran laju transpirasi pada kondisi lingkungan yang tidak
terkontrol dengan baik akan menjadi sangat rumit. Salah satu faktor yang
mempengaruhi transpirasi tanaman adalah suhu. Peningkatan suhu akan
menyebabkan peningkatan transpirasi tanaman. Peningkatan transpirasi dari
dampak peningkatan suhu, hal ini dikarenakan peningkatan suhu membantu dalam
mempercepat penguapan air yang terjadi. Peningkatan suhu udara pada
lingkungan sekitar tanaman akan menyebabkan menurunya nilai kelembaban
udara pada lingkungan.
Menurut (Rizky, 2017), Fungsi akar juga menyerap air dan unsur hara
yang ada di dalam tanah. Nutrisi-nutrisi yang ada di tanah akan diserap oleh akar
dan akan disalurkan ke tanaman. Akar mampu menyerap nutrisi baik organik
maupun anorganik. Proses pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh
tumbuhan berawal dari air dalam tanah, diserap oleh rambut akar. Air dan mineral
tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, melintasi korteks akar, dan
masuk ke dalam stele. Dari stele, air dan mineral melalui xylem, air tiba di daun
pada dahan tertinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan unsur hara
adalah respirasi, konsentrasi unsur hara, kerapatan dan penyebaran akar, air, daya
serap akar, pH tanah dan daya serap tanaman. Kesuburan tanah tergantung pada
keseimbangan empat faktor yaitu air, oksigen, unsur hara, kondisi fisik dan unsur
toksik (zat penghambat). Kelima factor ini tidak boleh bertindak sebagai factor
pembatas yang keterlaluan, karna akan mengakibatkan 'ke-optimuman' faktor-
faktor yang lain jadi tidak bermanfaat lagi.
Menurut (Elina et al., 2012) Salah satu yang menyebabkan berkurangnya
berat tanaman adalah dikarenakan terjadi transpirasi yang dipengaruhi oleh sinar
matahari yang mempengaruhi stomata. Transpirasi pada tanaman dipengaruhi oleh
intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang tinggi akan mengakibatkan kadar air
dalam jaringan dan kadar air tanah menurun karena tingginya transpirasi. Kondisi
intensitas cahaya rendah menyebabkan kadar air tanah dan jaringan memadai,
sehingga proses transpirasi dalam tanaman tidak meningkat Karena itu berat
tumbuhan akan berkurang seiring berjalannya waktu. Berat kering tanaman
merupakan berat dari tanaman setelah dikeringkan sampai kandungan airnya
hilang, sehingga yang tersisa hanya hasil proses fotosintesis dan komponen-
komponen yang tersimpan pada tanaman. Peningkatan laju transpirasi dapat
dilakukan dengan memperbesar celah stomata atau jumlah stomata. Dengan
transpirasi, penguapan air tetap berlangsung dan turgor yang berlebih dapat
dicegah. Transpirasi dapat menurunkan potensial air di dalam sel tanaman
sehingga air di dalam turgor menjadi tidak terlalu tinggi, namun penutupan
stomata sangat penting untuk mencegah kehilangan air pada waktu persediaan air
terbatas.
Faktor yang mempengaruhi aliran masa adalah : kadar lengas tanah: tanah
yang kering tidak ada gerakan hara, temperatur: temperatur yang rendah
mengurangi transpirasi dan evaporasi, ukuran sistem perakaran: mempengaruhi
serapan air. Hara adalah bermacam-macam mineral yang terdapat di dalam tanah
yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Zat hara juga
merupakan sari makanan dalam bentuk cair. Mineral tersebut dalam bentuk cair
yang dapat diserap oleh akar untuk disalurkan ke zat hijau daun. Untuk mengukur
kandungan unsur hara tanah, P, K, C organic/N, ph dan kebutuhan kapur, bisa
menggunakan perangkat PUTK, yaitu perangkat uji tanah kering. PUTK
merupakan alat bantu bantu analisis hara tanah kering yang dapat dilakukan secara
mandiri cepat. anah adalah media alam yang diperlukan untuk kegiatan bercocok
tanam, pada setiap tanah memiliki kandungan unsur hara yang berbeda-beda .
banyak sedikitnya kandungan unsur hara pada tanah merupakan indikator tingkat
kesuburan tanah tersebut.
Menurut (Iwan, 2011) Distribusi stomata sangat berhubungan dengan
kecepatan dan intensitas transpirasi pada daun, yaitu misalnya letak satu sama lain
dengan jarak tertentu. Dalam batas tertentu, maka makin banyak porinya makin
cepat penguapan. Jika lubang-lubang itu terlalu berdekatan, maka penguapan dari
lubang yang satu akan menghambat penguapan lubang dekatnya. Karakter umum
tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi menyerap polutan indoor maupum
outdoor, secara umum serupa. Tanaman memiliki tajuk rimbun, tidak gugur daun,
tanamannya tinggi. Karakter khusus tanaman yang mempunyai kemampuan tinggi
mengurangi polutan partikel memiliki ciri daun, memiliki bulu halus, permukaan
daun kasar, daun bersisik, tepi daun bergerigi, daun jarum, daun yang
permukaannya bersifat lengket, ini efektif untuk menyerappolutan.
Subur atau tidaknya tanah dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang
berbeda-beda pada setiap jenis tanah. Unsur hara yang terkandung dalam tanah
secara langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
disamping faktor kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara dari dalam tanah.
Secara umum, bahwa semakin gelap warna suatu tanah maka semakin tinggi
produktivitasnya karena tingginya kandungan bahan organik. Sedangkan warna
cerah disebabkan oleh berlimpahnya mineral (kwarsa) yang dimana mineral
tersebut tidak bermanfaat bagi tanaman. tanah yang subur banyak terdapat kotoran
berwarna coklat sedangkan tanah yang tidak subur, tanahnya kering. tanah yang
subur banyak menyimpan air,sangat penting pengaruh Unsur Hara terhadap
tanaman.di lingkungan sekitar kita dan tempat tumbuhan lainnya di bumi kita ini.
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses
kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang
penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata,
lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Transpirasi adalah
terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas
(evaporasi).
Menurut (Rizwan et,al 2012) Jadi, meskipun ada beberapa jenis tumbuhan
yang dapat hidup tanpa transpirasi, tetapi jika transpirasi berlangsung pada
tumbuhan akan memberikan beberapa keuntungan antara lain: (1) mempercepat
laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem; (2) menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, Transpirasi dipengaruhi banyak faktor,
baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun,
tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan
letak stomata. Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan
badan-badan air (abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari
tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan fotosistesis. Transpirasi merupakan
proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang
terletak di atas permukaan tanah melewati lubang berupa stomata, lubang
kutikula, dan lentisel. Transpirasi terjadi siang hari saat panas, melaui stomata
(mulut daun) dan lentisel (celah batang).
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Pengukuran Transpirasi dilakukan pada tanaman (Mangifera Indica)


2) Pengukuran transpirasi dilakukan pada media topsoil dengan 3 ulangan.
Setiap ulangan diberi perlakuan pengukuran transpirasi sebanyak 5 kali
dengan interval waktu 20 menit.
3) Terdapat beberapa perbedaan dan persamaan laju transpirasi yang dialami
oleh ketiga ulangan media semai tersebut.Perbedaannya adalah masing -
masing ulangan pada media semai memiliki berat dan jumlah daun yang
berbeda. Sedangkan persamaannya adalah masing - masing ulangan pada
media semai mengalami penurunan ukuran berat karena berkurangnya air
akibat pancaran sinar matahari yang membantu laju transpirasinya.
4) Laju transpirasi dibantu oleh adanya sinar matahari yang membuat
transpirasi pada tanaman menjadi cepat.
5) Laju transpirasi sangat berguna bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Pengukuran Transpirasi”. Sebelum praktikum dimulai,
sebaiknya praktikkan mempelajari dan memahami materi praktikum.
Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi mendengarkan assisten laboratorium
menjelaskan materi praktikum saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Ai, Torey. 2013. Karakter Morfologi Akar Sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. Jurnal Biologi 3(1): 1-9.

Asmoro. 2018. Eksplorasi benih Jati Putih Gmelina arborea Roxb dari berbagai
variasi habitat untuk populasi pemuliaan. Jurnal Biologi Tropika, 2(1):
30-37

Arief, dkk. 2015. Hubungan Kemampuan Transpirasi Dengan Dimensi Tumbuh


Bibit Tanaman Acacia decurrens Terkolonisasi Glomus etunicatum dan
Gigaspora margarita. Jurnal Silvikultur Tropika, 6 (2): 107-113.

Costa YOD, Daningsih E. 2022. Ketebalan Daun dan Laju Transpirasi pada
Tanaman Hias Dikotil (Thickness of Leaves and Transpiration Sea in
Cottle Ornamental Plants). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 27
(1): 41-47

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Mudiana D. 2016. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. Jurnal


Biodiversitas, 1(8): 39-42

Prijono, S dan Yulianti. 2015. The Role of Litter in Rainwater Interception.


British Journal of Applied Science & Technology, 8 (6): 567-575.

Setiawan AB, Budi SW, Wibowo C. 2015. Hubungan Kemampuan Transpirasi


Dengan Dimensi Tumbuh Bibit Tanaman Acacia decurrens
Terkolonisasi Glomus etunicatum Dan Gigaspora margarita. Jurnal
Silvikultur Tropika, 6 (2): 108-113

Silaen Srinatalia. 2021. PENGARUH TRANSPIRASI TUMBUHAN DAN


KOMPONEN DIDALAMNYA. Agroprimatech, 5 (1): 14-19

Sumardi, dkk. 2015. Karakteristik Pertumbuhan Cendana (Santalum album Linn)


Asal Populasi Pulau Sumba. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea,
2(4): 171-177

Sugiarto A, Marisa H, Sarno. 2020. Pemodelan pengaruh peningkatan suhu udara


terhadap laju transpirasi bibit Lansium domesticum Corr menggunakan
metode potometer yang dimodifikasi. SRIWIJAYA BIOSCIENTIA, 1 (1):
31-34

Yuniarti. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Ukuran Benih TerhadapMutu


Fisik-Fisiologis Benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (3): 129-
137
LAMPIRAN

Bibit Mangga sebelum dilakukan penyiraman


Bibit Mangga menit ke 0-90 (Bibit 1)
Bibit Mangga 0-90 (Bibit 2)
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

PERKEMBANGAN AKAR TANAMAN


Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Perkembangan Akar Tanaman” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk
praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .....................................................................................................5
Alat dan Bahan ...........................................................................................................5
Prosedur .....................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Perkembangan Akar Tanaman Jagung (Zea Mays) ................................. 7

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan tanaman adalah peristiwa bertambahnya ukuran tanaman,


yang dapat diukur dari bertambah besar dan tingginya organ tumbuhan yang
bersifat kualitatif dan irreversible yang berarti tidak dapat kembali ke bentuk atau
ukuran semula, sedangkan perkembangan tanaman dapat dilihat dengan adanya
perubahan pada bentuk organ batang, akar dan daun, munculnya bunga serta
terbentuknya buah yang bersifat kuantitatif dan reversible. Pertambahan ukuran
tubuh tumbuhan secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan jumlah
dan ukuran sel pada tanaman tersebut. (Agustina, 2018).
Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan
mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman. Potensi
pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan potensi
pertumbuhan bagian atas tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak akar maka
semakin tinggi hasil tanaman. Konsep keseimbangan morfologi merupakan yang
paling sering digunakan sebagaimana yang dilakukan dalam hubungan allometrik.
Konsep ini mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu bagian tanaman
diikuti dengan pertumbuhan bagian lain. (Firdaus, 2013)
Sebagai salah satu organ tanaman, akar berperan penting pada saat
tanaman merespons kekurangan air dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk
menghemat air. Pada umumnya tanah mengering dari permukaan tanah hingga ke
lapisan tanah bawah selama musim kemarau. Keadaan ini menghambat
pertumbuhan akar di lapisan tanah yang dangkal, karena sel-selnya tidak dapat
mempertahankan turgor yang diperlukan untuk pemanjangan. Akar yang terdapat
di lapisan tanah lebih dalam masih dikelilingi oleh tanah yang lembab, sehingga
akar tersebut akan terus tumbuh. Dengan demikian sistem akar akan
memperbanyak diri dengan cara memaksimumkan pemaparan air tanah.
karakteristik yang menggabungkan morfologi danhubungan fungsi merupakan
satu pendekatan. Sehingga fungsi akan mempegaruhi struktur dari suatu morfologi
tersebut. Tipe akar yang akan diamatin berkaitan dengan struktur dan fungsi
dalam morfologi maupun anatomi dilihat secara histologi. (Torey, 2013)
Akar tanaman merupakan bagian terpenting dalam beradaptasi dengan
lingkungannya sekaligus sebagai alat mekanik dalam mencegah terjadinya longsor
melalui mekanisme cengkraman tanah di lapisan permukaan (kedalaman 0-5 cm)
oleh akar yang menyebar horizontal; dan menopong tegaknya batang sehingga
pohon tidak mudah tumbang oleh dorongan massa tanah, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan akar pepohonan dalam meningkatkan kekuatan
geser tanah ditaksir dengan mengukur kerapatan panjang akar. Demikian pula
dengan kemampuan tanaman dapat bertahan hidup pada lahan kering karena
arsitektur perakaran yang dibentuk, seperti kedalaman perakaran dan penyebaran
akar lateral beserta bulu akar yang tumbuh dan berkembang lebih kecil. Akar yang
tumbuh diatas tanah merupakan tipe akar yang memiliki fungsi masing-masing.
Struktur akar memiliki banyak ragam berdasarkan fungsinya seperti akar
penyimpanan, akar udara, akar sekulen, akar panjat, akar penunjang, akar napas
(Pneumatophora) dan akar yang akan bersimbiosis. (Arya, 2017)
Histologi struktur anatomi yang akan diamati pada tipe akar dengan fungsi
yang berbeda adalah akar pelekat (Radix adligans), akar napas (Pneumatophora),
akar gantung (Radix aereus) dan akar tunjang. Pada empat tipe akar tersebut
memiliki fungsi yang berbeda sesuai lingkungannya. Akar pelekat merupakan
akar yang memiliki fungsi untuk memanjat melalui akar adventif yang berada
pada ruas-ruas buku yang melintang. Jenis akar pelekat ini biasanya menempel
pada media substrat yang mana akan menahan posisi kedudukan saat melekat
pada tembok. Kemudian pada akar napas memiliki fungsi yang sangat khas. Akar
napas (Pneumatophora) merupakan jenis akar yang tumbuh di atas lumpur dan
pada struktur apikal berubah cepat. Akar gantung merupakan akar adventif yang
menggantung dan tumbuh diatas tanah dan memiliki fungsi yang khas. (Ika, 2012)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Perkembangan Akar
Tanaman” adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam terhadap
perkembangan akar tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA

Akar adalah bagian bawah tumbuhan yang biasanya berkembang di bawah


permukaan tanah. Beberapa dari jenis tumbuhan ada juga memiliki akar yang
tumbuh di udara. Bentuk serta juga struktur akar sangat banyak dan beragam.
Keadaan tersebut berkaitan dengan fungsi akar yang merupakan tempat penyiapan
cadangan makanan, akar sukulen, akar napas, serta juga akar rambut. Apabila biji
tumbuhan dikotil berkecambah, pada bagian bawahnya akan keluar akar. Akar
tersebut disebut juga dengan sebutan radikula yang akan menembus tanah. Akar
tersebut dinamakan akar primer. kemudian beberapa periode akar akan
membentuk akar cabang yang dinamakan dengan sebutan akar sekunder. Asal
akar ialah dari akar lembaga (radix). (Rhahmi, 2013).
Susunan sel-sel epidermis rapat serta setebal satu lapis sel, dinding selnya
ini mudah dilewati air. Sebagian sel epidermis ini membentuk sebuah rambut akar
dengan pemanjangan ke arah lateral dari dinding luarnya. Bulu akar ialah
modifikasi dari sel epidermis akar, yang memiliki tugas untuk dapat menyerap air
dan garam-garam mineral terlarut. Bulu akar tersebut memperluas permukaan
akar sehingga penyerapan dapat lebih efisien. Letak korteks langsung pada bawah
epidermis, sel-selnya tersebut tidak tersusun rapat sehingga banyak sekali terdapat
ruang antarsel yang memiliki peran dalam pertukaran gas. Sebagian besar korteks
ini dibangun oleh jaringan yang disebut dengan jaringan parenkim. Korteks ini
memiliki fungsi ialah sebagai tempat menyimpan makanan (Suprihatin, 2014)
Unsur hara atau nutrisi tanaman merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat makanan bagi tanaman.
Sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara di bagi menjadi dua
kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsure hara mikro. Unsur hara makro
merupakan unsur hara yang diburuhkan tanaman dalam jumlah banyak, antara
lain, Fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N) belerang (S), Kalsium (Ca), dan
Magnesium (Mg). unsur hara primer (N, P, K) dan unsur hara sekunder (S, Ca,
Mg), sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah kecil,
antara lain besi (Fe), boron (B), mangan (Mn) seng (Zn), tembaga (Cu) dan
molybdenum (Mo). Unsur hara makro N, P dan S adalah unsur yang merupakan
bagian integral dari protein tanaman, jumlah energi yang dibutuhkan bagi
penyerapan aktif unsur hara tanaman diperoleh dari respirasi karbohidrat yang
terbentuk sebagai hasil dari fotosintesis tanaman (Nuryani, 2019)
Tanah merupakan tubuh alam pada sebagian besar permukaan bumi yang
menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tanah yang khas akibat pengaruh iklim
dan jasad hidup terhadap bahan induk berrelief tertentu selama jangka waktu
perkembangannya. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air,
udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai
kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah sebagai media
tanam berfungsi sebagai pemasok, pencadang dan penyedia unsur hara tanaman,
dengan keragaman kualitas media tumbuh tanaman. Apabila suatu tanaman
kekurangan unsur hara yang di butuhkan, maka akan menampakkan gejala
tertentu yang spesifik dan biasa disebut gejala kekahatan (gejala defisiensi). Unsur
hara yang diperlukan tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari tanah,
sehingga perlu penambahan dari luar yang berbentuk pupuk yang digunakan
untuk mendorong pertumbuhan dalam pembentukan daun, akar, batang serta
pembentukan biji (Purbopuspito, 2016).
Nitrogen mempunyai peran penting bagi tanaman padi yaitu mendorong
pertumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat hasil dan kualitas
gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun,
pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis protein. Tanaman padi yang
kekurangan nitrogen anakannya sedikit dan pertumbuhannya kerdil. Daun
berwarna hijau kekuning-kuningan dan mulai mati dari ujung kemudian menjalar
ke tengah helai daun.Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan
mengakibatkan kerugian yaitu: melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman
mudah rebah dan menurunkan kualitas hasil tanaman. Ada tiga hal yang
menyebabkan hilangnya nitrogen dari tanah yaitu nitrogen dapat hilang karena
tercuci bersama air draenase, penguapan dan diserap oleh tanaman. Keberadaan
nitrogen pada tanah sawah sangat mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman
padi sawah. (Patti, 2013)
Fosfor dalam tanah terdiri atas P organik dan anorganik. Fosfor organik
dapat mencapai 0.2%. Fosfor anorganik terdapat dalam berbagai bentuk
kombinasi dengan Fe, Al, Ca, F, dan unsur-unsur lainnya dengan kelarutan yang
bervariasi. Fosfor anorganik merupakan P yang larut dari pupuk, air limbah, dan
berbagai sumber lainnya dalam tanah, dan bereaksi membentuk senyawa-senyawa
sukar larut. Berpindahnya P dari larutan tanah disebut retensi atau fiksasi P.
Mekanisme retensi P yaitu, rekasi-reaksi pengendapan-pelarutan, sorpsi-desorpsi,
dan mineralisasi-imobilisasi. Kandungan P larutan tanah untuk pertumbuhan
tanaman maksimal berkisar 0.2-0.3 mg L-1. Sedangkan kandungan P tanaman
terbaik berkisar antara 0.3-0.5% dari total bobot bahan kering. Batas kritis P untuk
tanaman kacang tanah adalah 0.25–0.5%. Tanaman menyerap P dari dalam tanah
terutama dalam bentuk anion ortofosfat primer H2PO4- dan ortofosfat sekunder
HPO42-. (Kaya, 2013)
Pupuk kalium mengandung unsur K yang diperlukan tanaman dalam
proses pengisian umbi. Kalium berperan dalam memperkuat batang tanaman
dengan penebalan batang melalui peningkatan kadar sklerenkim, tanaman tahan
terhadap serangan penyakit, umur simpan umbi menjadi lebih panjang, kepadatan
umbi tetap terjaga, meningkatkan berat umbi, jumlah umbi, dan diameter umbi.
Unsur kalium juga berperan dalam translokasi karbohidrat, pengendalian osmotik,
turgor sel, translokasi gula pembentuk pati, meningkatkan ketahanan terhadap
kekeringan, dan memperluas pertumbuhan akar. (Fitria, 2017)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Perkembangan Akar Tanaman”
dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2022 pukul 10.00 WIB samapai dengan
selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan media whatsapp,
zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag, Penggaris, Alat
tulis, Kmera digital dan Sprayer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Media tanam (top soil
dan sub soil) dan Biji jagung (Zea mays)

Prosedur Praktikum
1. Disiapkan bahan dan alat
2. Diambil polybag ukuran 1 kg sebanyak 6 buah
3. Masing-masing polybag berisi tanah sub soil dan top soil
4. Diberi tanda dengan menggukan label nama pada masing-masing perlakuan
5. Ditanam benih jagung
6. Disiram 2 kali sehari pagi dan sore
7. Dibiarkan selama 2 minggu
8. Dihentikan pengamatan setelah 2 minggu
9. Dibuka polybag yang berisi tanaman jagung mudah dengan menggunakan
gunting, lalu tanah dibuang dengan menggunakan air agar akar tidak
lepas/terputus
10. Diukur panjang akar dan jumlah banyak serabut akarnya
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh dari Praktikum Silvika Yang berjudul “Perkembangan


Akar Tanaman” Sebagai Berikut:
Tabel 1. Perkembangan Akar Tanaman Jagung (Zea mays)
Kelompok Jenis Tanaman Panjang Akar Jumlah Akar Jenis Tanah
7 Jagung 4 cm 4 Top soil
(Zea mays)
Jagung 3 cm 5 Top soil
(Zea mays)
Jagung 3,6 cm 4 Top soil
(Zea mays)
Jagung 2,5 cm 3 Sub soil
(Zea mays)
Jagung 2 cm 2 Sub soil
(Zea mays)
Jagung 3 cm 4 Sub soil
(Zea mays)

Pembahasan
Hasil dari Pratikum Silvika “Perkembangan Akar Tanaman” adalah
panjang masing akar berbeda tetapi lebih cenderung panjang tanaman yang
tumbuh di media tanah dan sekam. Akar adalah bagian dari tumbuhan yang
tumbuh ke arah bawah (ke dalam tanah). Akar sebagai satu kesatuan dari tanaman
memiliki bagian-bagian yang fungsinya berbeda-beda sesuai dengan letak
masingmasing bagian akar. Bagi tanaman akar adalah satu faktor penting bagi
pertumbuhan, tanpa akar proses fotosintesis untuk memproduksi karbohidrat dan
energi tidak akan bisa berjalan. Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama
pentingnya dengan tajuk. Sebagai gambaran, kalau tajuk berfungsi untuk
menyediakan karbohidrat melalui proses fotosintesis, maka fungsi akar adalah
menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman.
Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Karena
tanah merupakan tempat berkembangnya akar pohon serta interaksi hara dengan
pohon, maka pemadatan tanah dan kandungan air tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan akar pohon. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju
penetrasi akar lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus akar, maka daerah
pemanjangan akar semakin pendek, hal ini dapat diukur dari total panjang akar.
Unsur Hara pada tanaman merupakan Tanaman memerlukan unsur hara yang
lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang
berkualitas. Pemenuhan unsur hara kebutuhan tanaman merupakan hal yang
mutlak dilakukan, karena ketersediaan unsur hara di Merangsang pertumbuhan
vegetatif tanaman secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan akar, batang dan
daun. Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting
untuk melakukan proses fotosintesis. Berperan dalam pembentukan protein, lemak
dan berbagai persenyawaan organik lainnya alam sangat terbatas, dan semakin
berkurang karena telah terserap oleh tanaman.
Menurut (Prihastanti, 2011) Sifat fisik tanah mendukung kelangsungan
hidup tanaman, sebagai penyimpan air dan air yang dibutuhkannya. Tanah
merupakan campuran berbagai partikel mineral yang berbeda bentuk dan
ukurannya, material hidup dan mati termasuk mikroorganisme, akar, sisa-sisa
tanaman dan binatang, udara dan air. Didalam tanah, reaksi fisik kimiawi, biologi
terjadi dan saling berhubungan satu dan lainnya. Syarat tanah sebagai media
tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang
baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai
tempat aerasi dan lengas tanah. Bentuk fisik tanah memegang peran penting
dalam kemampuan tanah untuk menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur
tanah. Tanah yang memiliki tekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air
lebih kecil daripada tanah yang memiliki tekstur halus. Semakin tinggi tingkat
kepedatan tanah, jumlah, panjang, biomassa, luas permukaan dan kerapatan
panjang akar semakin berkurang.
Fungsi akar juga menyerap air dan unsur hara yang ada di dalam tanah.
Nutrisi-nutrisi yang ada di tanah akan diserap oleh akar dan akan disalurkan ke
tanaman. Akar mampu menyerap nutrisi baik organik maupun anorganik. Proses
pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan berawal dari air
dalam tanah, diserap oleh rambut akar. Air dan mineral tanah memasuki
tumbuhan melalui epidermis akar, melintasi korteks akar, dan masuk ke dalam
stele. Dari stele, air dan mineral melalui xylem, air tiba di daun pada dahan
tertinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan unsur hara adalah
respirasi, konsentrasi unsur hara, kerapatan dan penyebaran akar, air, daya serap
akar, pH tanah dan daya serap tanaman. Kesuburan tanah tergantung pada
keseimbangan empat faktor yaitu air, oksigen, unsur hara, kondisi fisik dan unsur
toksik (zat penghambat). Kelima factor ini tidak boleh bertindak sebagai factor
pembatas yang keterlaluan, karna akan mengakibatkan 'ke-optimuman' faktor-
faktor yang lain jadi tidak bermanfaat lagi.
Menurut (Hestiati et al., (1998), Bokashi merupakan kompos yang berasal
dari hasil fermentasi bahan organik dengan campuran larutan Effective
microorganism-4 (EM4)yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) merupakan beberapa unsur-unsur hara
utama yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan
serapannya sangat dipengaruhi oleh performa akar. Serapan hara oleh tanaman
selain dipengaruhi oleh transpirasi juga dipengaruhi oleh kondisi aerasi di tanah.
Serapan hara selain dipengaruhi oleh proses transpirasi tanaman, juga dipengaruhi
oleh kondisi aerasi didaerah perakaran. Peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan akar akan meningkatkan serapan air dan berbagai unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman termasuk hara.
Menurut (Donahue et al., 1977), Perbedaan kondisi lingkungan
menyebabkan produksi tanaman jagung dapat berbeda antara daerah satu dengan
yang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
adalah perbedaan sifat fisik tanah. Karena produksi tanaman merupakan fungsi
dari faktor-faktor internal (sifat genetis tanaman) dan faktor-faktor eksternal
seperti manajemen pengelolaan tanaman, sifat tanah dan iklim. Sifat fisik tanah
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jagung, diantaranya adalah
pertumbuhan dan sebaran akar tanaman. Perkembangan Akar Tanaman sangat
penting bagi Tanaman, Sangat harus kita ketahui perkembangan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Perkembangan Akar Tanaman dilakukan pada tanaman Zea mays


2) Perkembangan akar tanaman dilakukan pada media topsoil dan media
sub soil dengan masing - masing 3 perlakuan.
3) Terdapat beberapa perbedaan perkmembangan akar yang dialami oleh
kedua media tanam, media tanam menggunakan top soil memiliki akar
yang lebih panjang dan lebih banyak .Sedangkan yang berada pada media
sub soil memiliki akar yang lebih sedikit dan lebih pendek.
4) Akar berperan penting pada saat tanaman merespons kekurangan air
dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk menghemat air.
5) Perkembangan akar sangat berguna bagi kelangsungan pertumbuhan
tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Perkembangan Akar Tanaman”. Sebelum praktikum
dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan memahami materi praktikum.
Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi mendengarkan assisten laboratorium
menjelaskan materi praktikum saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina TH. 2018. Pertumbuhan Batang, Akar dan Daun Gulma Katumpangan
(Pilea microphylla (L.) Liebm.). Buletin Anatomi dan Fisiologi, 3 (1):
79-84.

Arya PB. 2017. Pertumbuhan dan Distribusi Akar Tanaman Muda Beberapa
Genotipe Unggul Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Sains
Teknologi & Lingkungan, 3 (2): 9-17

Fitria R, Supriyono, Sudadi. 2017. RESPONSE OF GROWTH AND


PRODUCTS OF ARROW (Maranta arundinacea) ON GROWTH AND
FERTILIZING POTASSIUM. AGROTECHNOLOGY RESEARCH
JOURNAL, 1 (1): 46-50

Firdaus LN. 2013. Pertumbuhan Akar Tanaman Karet Pada Tanah Bekas
Tambang Bauksit Dengan Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Biogenesis,
10 (1): 53-64

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Ika, Pusat Penelitian Kopi Kakao, 2012. Panduan lengkap budidaya kakao. Jakarta
: Agromedia Pustaka

Kaya, E. 2013. PENGARUH PUPUK KALIUM DAN FOSFAT TERHADAP


KETERSEDIAAN DAN SERAPAN FOSFAT TANAMAN KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TANAH BRUNIZEM. Jurnal
Ilmu Budidaya Tanaman, 1 (2): 113-118

Nuryani E, Haryonom G, Historiawati. 2019. Pengaruh Dosis Dan Saat Pemberian


Pupuk P Terhadap Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris, L.) Tipe
Tegak, Jurnal Ilmu Pertanian Dan Subtropika, 4 (1): 14-17

Patti PS, Kaya E, Silahooy C. 2013. ANALISIS STATUS NITROGEN TANAH


DALAM KAITANNYA DENGAN SERAPAN N OLEH TANAMAN
PADI SAWAH DI DESA WAIMITAL, KECAMATAN KAIRATU,
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT. Jurnal Ilmu Budidaya
Tanaman, 2 (1): 51-58

Purbopuspito, T. T. 2016. Respon Pertumbuhan Jagung Terhadap Pemberian


Pupuk-Pupuk NPK, Urea, SP-36 dan KCL. Eugenia, 22 (2): 62-69

Rhahmi, N. W. 2013. Panjang dan Kedalaman Akar Lateral Jabon (Anthocephalus


cadamba (Roxb.) Miq.) di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika, 4 (1): 23-39
Suprihatin I, Manurung M, dan Mayangsari D. 2014. Logam Kromium (Cr) dan
Seng (Zn) Dalam Akar, Batang, Dan Daun Tumbuhan Mangrove
Rhizophora apiculata di Muara Sungai Badung. Jurnal Kimia. 8(2): 178-
179

Torey, NS. 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Bioslogos, 3 (1): 31-39

Tampinongkol CL, Tamot Z, Sumayku B. 2021. KETERSEDIAAN UNSUR


HARA SEBAGAI INDIKATOR PERTUMBUHAN TANAMAN
MENTIMUN (Cucumis sativus L.). Agri-SosioEkonomi Unsrat, 17 (2):
711-718
LAMPIRAN
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN STEK DAN OKULASI


Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Perbanyakan Tanaman Dengan Stek
Dan Okulasi” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat
masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .....................................................................................................5
Alat dan Bahan ...........................................................................................................5
Prosedur .....................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 1. .......... 8
2. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 2. .......... 8
3. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 3. .......... 8
4. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 4. .......... 9
5. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 5. .......... 9
6. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 6. .......... 9
7. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 7. .......... 9
8. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 8. ........ 10
9. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 9. ........ 10

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Stek memungkinkan dilakukan sebagai salah satu metode perbanyakan
vegetatif dari jenis jenis yang sulit diperbanyak secara generatif dan mempunyai
keunggulan dimana seluruh karakter yang dimiliki pohon induk akan diwariskan
kepada keturunannya. Keberhasilan stek dipengaruhi oleh interaksi faktor genetic
dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi kandungan cadangan makanan
dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk) dan hormone
endogen dalam jaringan stek. Faktor lingkungan juga memengaruhi, antara lain
media perakaran, kelembaban, suhu, interaksi cahaya, dan juga pada teknik
penyetekan. Pemahaman aspek fisiologis selama pembentukan akar dan tunas
adalah salah satu kunci keberhasilan pada stek (Danu et al., 2012)
Pengeratan merupakan pembuangan sedikit kulit pada bagian stek untuk
menghambat terjadinya pergerakan zatzat makanan sehingga menjadi terhambat
dan terbendung di bagian yang kerat sehingga terjadi penumpukan auksin pada
bagian ini dan terbentuk karbohidrat yang penting untuk pengakaran. Pengeratan
yang dilakukan diharapkan dapat merangsang pembentukan akar-akar baru yang
lebih banyak jumlahnya. Tempat munculnya akar melalui pelukaan atau kerat ini
akan mengalami interaksi positif yang didahului dengan terjadinya induksi akar
namun tergantung dari jenis tanamannya (Rahman et al., 2012)
Akar tanaman merupakan bagian terpenting dalam beradaptasi dengan
lingkungannya sekaligus sebagai alat mekanik dalam mencegah terjadinya longsor
melalui mekanisme cengkraman tanah di lapisan permukaan (kedalaman 0-5 cm)
oleh akar yang menyebar horizontal; dan menopong tegaknya batang sehingga
pohon tidak mudah tumbang oleh dorongan massa tanah, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan akar pepohonan dalam meningkatkan kekuatan
geser tanah ditaksir dengan mengukur kerapatan panjang akar. Demikian pula
dengan kemampuan tanaman dapat bertahan hidup pada lahan kering karena
arsitektur perakaran yang dibentuk, seperti kedalaman perakaran dan penyebaran
akar lateral beserta bulu akar yang tumbuh dan berkembang lebih kecil. Akar yang
tumbuh diatas tanah merupakan tipe akar yang memiliki fungsi masing-masing.
Struktur akar memiliki banyak ragam berdasarkan fungsinya seperti akar
penyimpanan, akar udara, akar sekulen, akar panjat, akar penunjang, akar napas
(Pneumatophora) dan akar yang akan bersimbiosis. (Arya, 2017)
Pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang
pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan / iklim makro agar tetap
optimal. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, bagian pangkal stek
diberi zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan yang banyak digunakan
untuk pembuatan stek yang dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun
Atonik. Kelemahannya adalah waktu mulai berbuah lebih lama, sifat turunan tidak
samadengan induk, sehingga keunggulan sifat induk tidak dapat dipertahankan
pada anakannya. Meskipun tergolong mudah, namun tidak semua proses
penyetekan berhasil. Teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan ini
terbagi menjadi beberapa cara. Anda bisa menyetek tanaman menggunakan
batang, daun, atau akar. (Admojo, 2019)
Beberapa jenis tumbuhan memiliki kondisi tersendiri dalam mempercepat
propagasi setek. Intensitas cahaya yang tinggi dapat membuat potongan setek
membentuk akar lebih cepat, tetapi temperatur harus dijaga karena dapat
menyebabkan stres. Sebuah studi yang dilakukan USDA terhadap azalea
memperlihatkan bahwa disinfeksi dengan air hangat dapat mencegah
pertumbuhan jamur yang mengganggu propagasi. Tanaman teh pun sebaiknya
tidak diperbanyak dari potongan tubuh tanaman teh tua karena calon sel vegetatif
tidak lagi banyak tersedia dan posisinya digantikan oleh calon sel generatif. Setek
dari potongan tanaman teh tua menyebabkan tanaman hasil setek berbunga dini.
Jenis tumbuhan yang dapat diperbanyak dengan metode setek ialah ubi kayu, tebu
dan tanaman pagar. (Wiratri, 2012)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Perbanyakan Tanaman
Dengan Stek Dan Okulasi” adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai media
tanam terhadap perkembangan akar tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA

Okulasi merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan memadukan


bibityang baik dari batang atas dan batang bawah. Pelaksanaannya akan terjadi
pertautan batang atas dan batang bawah melalui proses dua tahap,
yaitupembesaran dan pembelahan sel kambium baru yang menghubungkan
kambium batang atas dan batang bawah, pembentukan jaringan vaskuler yang
mengalirkannutrisi dan air dari batang bawah ke batang atas, sel kambium baru
dan vaskuler. Di Indonesia, okulasi merupakan metode perbanyakan tanaman
secara komersial. Keuntungan dari okulasi diantaranya adalah tanaman
mempunyai perakaran yang kuat dan tahan penyakit ataupun hama, tahan
kekeringan ataupun kelebihan air serta memperoleh suatu tanaman sesuai dengan
yang diinginkan. Sedangkan salah satu kelemahannya adalah seringkali terjadi
ketidakserasian antara batang antara batang atas dan batang bawah. Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk menggambungkan batang atas dan batang bawah
tanaman. (Abdurahman, 2012)
Pertumbuhan stek mempunyai kelemahan yaitu adanya pertumbuhan akar
yang berbeda untuk masing masing bagian cabang karena adanya perbedaan
kandungan karbohidrat dan auksin. Bahan stek memiliki keterkaitan dengan
tersedianya cadangan makanan pada masing-masing bagian bahan stek yang akan
menentukan potensi pertumbuhan dan perkembangan stek. Pembentukan akar
pada tanaman stek dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan juga
keseimbangan hormon yang terdapat di dalam masing–masing bahan stek.
Pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan auksin dari atas ke bawah,
serta adanya karbohidrat dan rooting co-factor dari tunas maupun daun, sehingga
merangsang pertumbuhan akar pada stek (Ismiterra et al., 2018)
Akar adalah bagian bawah tumbuhan yang biasanya berkembang di bawah
permukaan tanah. Beberapa dari jenis tumbuhan ada juga memiliki akar yang
tumbuh di udara. Bentuk serta juga struktur akar sangat banyak dan beragam.
Keadaan tersebut berkaitan dengan fungsi akar yang merupakan tempat penyiapan
cadangan makanan, akar sukulen, akar napas, serta juga akar rambut. Apabila biji
tumbuhan dikotil berkecambah, pada bagian bawahnya akan keluar akar. Akar
tersebut disebut juga dengan sebutan radikula yang akan menembus tanah. Akar
tersebut dinamakan akar primer. kemudian beberapa periode akar akan
membentuk akar cabang yang dinamakan dengan sebutan akar sekunder. Asal
akar ialah dari akar lembaga (radix). (Rhahmi, 2013).
Salah satu teknik yang banyak dilakukan untuk memperbanyak klon-klon
jati adalah teknik okulasi atau bud grafting. Keuntungan perbanyakan tanaman
dengan cara ini adalah menyelamatkan sifat genetik yang superior pada tetua dan
diturunkan kepada anakan hasil perbanyakan vegetatif. Selain itu, keunggulan
lainnya antara lain pelaksanaannya relatif mudah, persentase keberhasilan tinggi
dan efisien dalam penggunaan mata entres karena satu cabang/ranting dapat
menghasilkan beberapa bahan tanaman Upaya mendapatkan benih unggul
tanaman jati, telah dilakukan penelitian pemuliaan jati oleh Perhutani, Badan
Litbang Kehutanan dan perguruan tinggi. Kegiatan yang dilakukan antara lain
penelitian uji klon dan uji keturunan jati, pembangunan kebun benih semai, kebun
benih klon dan kebun pangkas. Ciri-ciri pohon unggulan tersebut antara lain tinggi
pohon dominan, tinggi bebas cabang, diameter batang dominan, batang lurus,
bebas hama/penyakit dan memiliki pertumbuhan yang cepat. (Adinugraha, 2018)
Unsur hara atau nutrisi tanaman merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan tanaman yang dapat diibaratkan sebagai zat makanan bagi tanaman.
Sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara di bagi menjadi dua
kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsure hara mikro. Unsur hara makro
merupakan unsur hara yang diburuhkan tanaman dalam jumlah banyak, antara
lain, Fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N) belerang (S), Kalsium (Ca), dan
Magnesium (Mg). unsur hara primer (N, P, K) dan unsur hara sekunder (S, Ca,
Mg), sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah kecil,
antara lain besi (Fe), boron (B), mangan (Mn) seng (Zn), tembaga (Cu) dan
molybdenum (Mo). Unsur hara makro N, P dan S adalah unsur yang merupakan
bagian integral dari protein tanaman, jumlah energi yang dibutuhkan bagi
penyerapan aktif unsur hara tanaman diperoleh dari respirasi karbohidrat yang
terbentuk sebagai hasil dari fotosintesis tanaman (Nuryani, 2019)
Tanah merupakan tubuh alam pada sebagian besar permukaan bumi yang
menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tanah yang khas akibat pengaruh iklim
dan jasad hidup terhadap bahan induk berrelief tertentu selama jangka waktu
perkembangannya. Kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air,
udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai
kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah sebagai media
tanam berfungsi sebagai pemasok, pencadang dan penyedia unsur hara tanaman,
dengan keragaman kualitas media tumbuh tanaman. Unsur hara yang diperlukan
tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari tanah, sehingga perlu penambahan
dari luar yang berbentuk pupuk yang digunakan untuk mendorong pertumbuhan
dalam pembentukan daun, akar, batang serta pembentukan biji. (Purbo, 2016)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
stek, yaitu zat pengatur tumbuh auksin yang biasa digunakan untuk merangsang
perakaran stek batang. Auksin sintetis komersil yang sering digunakan untuk
merangsang pertumbuhan dan perakaran stek batang ialah asam indol butirat.
Penggunaan auksin dengan konsentrasi tinggi dan metode celup cepat merupakan
metode yang paling populer, karena paling ekonomis. Dengan jumlah bahan yang
terbatas, dapat diterapkan secara langsung ke daerah basal stek yang merupakan
daerah inisiasi akar adventif. Konsentrasi asam naftalen asetat yang biasa
digunakan beragam tergantung spesies tanaman yang digunakan (Ardian, 2013)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Perbanyakan Tanaman Dengan Stek
Dan Okulasi” dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2022 pukul 10.00 WIB
samapai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan
media whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Polybag, Penggaris, Alat
tulis, Gunting pangkas dan Pisau.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Media tanam (top soil)
dan Batang tanaman hutan

Prosedur Praktikum
1. Disiapkan bahan dan alat
2. Diambil polybag ukuran 1 kg sebanyak 6 buah
3. Masing-masing polybag berisi tanah sub soil dan top soil
4. Diberi tanda dengan menggukan label nama pada masing-masing perlakuan
5. Ditanam benih jagung
6. Disiram 2 kali sehari pagi dan sore
7. Dibiarkan selama 2 minggu
8. Dihentikan pengamatan setelah 2 minggu
9. Dibuka polybag yang berisi tanaman jagung mudah dengan menggunakan
gunting, lalu tanah dibuang dengan menggunakan air agar akar tidak
lepas/terputus
10. Diukur panjang akar dan jumlah banyak serabut akarnya
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil dan pembahasan dari Praktikum Silvika yang berjudul


“Perbanyakan Tanaman dengan Stek dan Okulasi” ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Kelompok 1


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Damar Mati
2. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Ummi Mati
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Salsa Mati
4. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Brian Mati
5. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Rakha Mati

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Kelompok 2


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Septia Hidup
2. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Gosen Hidup
3. Mangga (Mangifera indica) Anjelika Mati
4. Mangga (Mangifera indica) Fauzan Hidup
5. Jambu Biji (Psidium guajava) Aziz Layu dan daun
menguning

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 3


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Mangga (Mangifera indica) Yosua Mati
2. Rambutan (Nephelium lappaceum) Irene Mati
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Rizka Mati
4. Mangga (Mangifera indica) Samuel Sihombing Mati
5. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Alfredo Mati
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 4
No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Dana Mati
2. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Ghevira Mati
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Fauzan Hidup
4. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Albi Mati
5. Jeruk Lemon (Citrus lmon) Tiara Hidup

Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 5


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Elica Mati
2. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Ardafa Hidup
3. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Diazdo Mati
4. Mangga (Mangifera indica) Timbul Mati

Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 6


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Rasmi Mati
2. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Dimas Mati
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Fajar Mati
4. Mangga (Mangifera indica) Novi Mati
5. Jeruk Purut (Citrus hytrix) Enrico Mati

Tabel 7. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 7


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Mangga (Mangifera indica) Rafi Hidup
2. Rambutan (Nephelium lappaceum) Rachmat Hidup
3. Mangga (Mangifera indica) Mia Hidup
4. Jambu Biji (Psidium guajava) Elensari Mati
5. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Rangga Hidup
Tabel 8. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 8
No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Fauzan Mati
2. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Anas Mati
3. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Desi Mati
4. Kelengkeng (Dimocarpus longan) Maria Mati
5. Jambu Biji (Psidium guajava) Rangga Mati
6. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Aditya Mati

Tabel 9. Data Hasil Pengamatan Stek Kelompok 9


No. Nama Sampel Praktikan Keterangan
1. Jambu Biji (Psidium guajava) Febbyola Hidup
2. Jambu Biji (Psidium guajava) Wina Hidup
3. Jambu Biji (Psidium guajava) Erliani Mati
4. Jambu Biji (Psidium guajava) Sennang Mati
5. Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia) Joshua Mati

Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari Pratikum Silvika yang berjudul “Perbanyakan
Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi” adalah tanaman yang di stek tidak semua
hidup. Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan dengan
menggunakan bahan tanaman selain biji yaitu akar, batang dan daun. Perbanyakan
tanaman dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain: okulasi, sambung
pucuk, stek, dan enten. Okulasi merupakan suatu metode yang dilakukan dengan
menyayat batang bawah sepanjang 1 – 2 cm sehingga kayu dan kulitnya telah
diambil yang ukurannya sama besar dengan mata tempel. Okulasi bertujuan untuk
melestarikan tanaman mangga dari beberapa varietas. Selain itu, okulasi juga
bertujuan untuk memenuhi permintaan tanaman mangga yang semakin banyak
(memenuhi produk emasaran dari buah mangga). Okulasi juga memberikan nilai
praktis (waktu yang lebih singkat) dalam bertanam mangga.
Zat pengatur tumbuh adalah hormon sintetis yang ditambahkan dari luar
tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh tanaman digunakan secara luas di dunia
pertanian untuk berbagai tujuan, di antaranya: penundaan atau percepatan
pematangan buah, perangsangan pengakaran, peningkatan peluruhan daun atau
pentil buah, pemberantasan gulma, pengendalian ukuran organ dan lain
sebagainya. ZPT pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan mengubah proses fisiologis.
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Auksin mempunyai beberapa peran
dalam mendukung kehidupan tanaman diantaranya adalah menstimulasi terjadinya
perpanjangan sel pada pucuk dan mendorong akar primordial. Zat pengatur
merupakan substansi organik yang secara alami diproduksi oleh tanaman, bekerja
mempengaruhi proses fisiologi tanaman dalam konsentrasi rendah.
Menurut (Danu, Pramono, 2006), Stek merupakan teknik pembiakan
vegetatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegetatif untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari induknya.
Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek
batang dan stek akar. Stek adalah salah satu cara pembiakan vegetatif yang paling
umum digunakan. Stek merupakan suatu perlakuan pemisahan atau pelepasan
dengan cara memotong bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan
tunas dengan maksut agar bagian-bagian tersebut membentuk akar.
Menurut (Rochiman dan Harjadi, 1973), Perbanyakan secara vegetatif
merupakan salah satu cara perbanyakan, yang menjadi alternatif yang banyak
dipilih orang karena caranya yang sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit
sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Salah satu perbanyakan tanaman secara
vegetative yang dipilih adalah stek. Perbanyakan secara vegetatif adalah cara
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti
batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, sama seperti induknya. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan
dengan cara cangkok, rundukan, kultur jaringan dan stek. Perbanayakan vegetatif
ini merupakan cara perbanyakan vegetatif buatan yaitu yang tidak terjadi secara
alami. Stek adalah pembiakan tanaman melalui potongan tubuh tanaman. Bagian
tanaman yang bisa distek biasanya adalah batang, daun, dan akar. Stek batang
menghasilkan akar baru dan stek akar menghasilkan batang baru. Ada beberapa
daun yang juga bisa distek dan kemudian akan tumbuh batang dan akar. Stek
(cutting) dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Perbanyakan tanaman dengan stek dan okulasi dilakukan pada tanaman


Mangga (Mangifera indica), Jambu biji (Psidium guajava), Rambutan
(Nephelium tappaceum), Jeruk nipis (Citrus hystrix)
2) Perbanyakan tanaman dengan stek dilakukan 1 perlakuan yaitu setengah
daun
3) Perbanyakan tanaman dengan stek dan okulasi, menghasilkan sesuatu
tanaman yang berkualitas tinggi. Kualitas tanaman dilihat dari bibit
tanaman yang akan kita berikan perlakuan stek ataupun okulasi.
4) Perbanyakan tanaman dengan stek dan okulasi sangat berguna bagi
kelangsungan pertumbuhan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang akan menghasilkan tumbuhan yang baru
yang lebih berkualitas.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi”.
Sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan
memahami materi praktikum. Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi
mendengarkan assisten laboratorium menjelaskan materi praktikum saat
praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Sudiyanti, Dan Basuno. 2007. Teknik Okulasi Jeruk Manis Dengan
Perlakuan Masa Penyimpanan Dan Media Pembungkus Entres Yang
Berbeda. Jurnal Buletin Teknik Pertanian, 12 (1): 21-30

Adinugraha HA, Efendi AA. 2018. PERTUMBUHAN BIBIT HASIL OKULASI


PADA BEBERAPA KLON JATIDARI GUNUNGKIDUL DAN
WONOGIRI. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 12 (1): 13-23

Admojo, L dan Prasetyo N. 2019. Pengaruh Okulasi Bertingkat Terhadap


Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis) Asal Stek. Jurnal
Penelitian Karet, 37(1): 41- 42

Arya PB. 2017. Pertumbuhan dan Distribusi Akar Tanaman Muda Beberapa
Genotipe Unggul Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Sains
Teknologi & Lingkungan, 3 (2): 9-17

Ardian. 2013. Perbanyakan Tanaman Melalui Stek Batang Mini Tanaman


Singkong (Manihot esculenta Crantz.) untuk Pemulia Tanaman dan
Produsen Benih. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 13 (1), 24-32

Danu, Subiakto, A., & Putri, K. P. 2011. Uji stek pucuk damar (Agathis
loranthifolia Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 8(3): 245–252

Isnaeni E, Habibah. 2014. Efektivitas Skarifikasi Dan Suhu Perendaman Terhadap


Perkecambahan. Jurnal MIPA, 37 (2): 105-114

Ismiterra Cahya Pradani, H. R. 2018. Pengaruh Macam Bahan Stek dan


Konsentrasi Filtrat Bawang Merah (Allium cepa fa. ascalonicum, L.)
Terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Air R (Syzygium aqueum, Burm)
Varitas Citra. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika, 4 (1): 24-
28

Nuryani E, Haryonom G, Historiawati. 2019. Pengaruh Dosis Dan Saat Pemberian


Pupuk P Terhadap Hasil Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris, L.) Tipe
Tegak, Jurnal Ilmu Pertanian Dan Subtropika, 4 (1): 14-17

Purbo TT. 2016. Respon Pertumbuhan Jagung Terhadap Pemberian Pupuk-Pupuk


NPK, Urea, SP-36 dan KCL. Eugenia, 22 (2): 62-69

Rhahmi, N. W. 2013. Panjang dan Kedalaman Akar Lateral Jabon (Anthocephalus


cadamba (Roxb.) Miq.) di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Silvikultur Tropika, 4 (1): 23-39
Rahman, E., Maria, L. dan Yomi T. 2012. Perbanyakan Tanaman Secara
Vegetatif. Makalah Dasar-Dasar Agronomi. Program Studi Agribisnis.
Universitas Jambi. Jambi.

Wiratri. 2012. Pengaruh Cara Pemberian Rootone-F Dan Jenis Stek Terhadap
Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina Arborea Linn). Buletin Anatomi
dan Fisiologi, 15 (2): 20-28
LAMPIRAN

Jambu biji (Psidium Guajava)

Mangga (Mangifera indica)


Rambutan (Nephelium lappaceum)

Mangga (Mangifera Indica)


Jeruk nipis (Citrus aurantiifolia)
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

KLASIFIKASI POHON DAN KOMPONEN PENYUSUNNYA


Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan Komponen
Penyusunnya” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai
syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .....................................................................................................5
Alat dan Bahan ...........................................................................................................5
Prosedur .....................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Klasifikasi Pohon Dan Komponen Penyusunnya Kelompok 7. ................. 8

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Meningkatnya perkembangan kehidupan dan peradaban manusia,
mengakibatkan hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan cara dan intensitas yang
sangat bervariasi, mulai dari pemanfaatan hutan yang tidak banyak mempengaruhi
kondisi ekosistem hutan sampai pada tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan
perubahan komposisi hutan. Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat
kompleks, berfungsi sebagai gudang plasma nutfah, komponen penentu kestabilan
alam, produsen oksigen, tempat penyimpanan air, penahan longsor, dan sumber
kehidupan (Rahmita, 2018).
Permudaan alam hutan adalah peremajaan hutan secara alami yang
komponennya terdiri dari tingkat semai, pancang dan tiang. Proses permudaan
alam hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Keanekaragaman vegetasi hutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
lingkungan fisik, kimia, dan iklim yang saling berhubungan secara rumit sehingga
membentuk suatu ekosistem yang unik. Selain itu keanekaragaman vegetasi juga
sangat dipengaruhi oleh struktur dan juga komposisi vegetasi baik secara vertical
meliputi pohon, semak, herba, dan rumput, serta sebaran horizontal maupun
kemelimpahan (Samsoedin, 2014).
Pada penyebaran tumbuh tumbuhan di dunia, faktor lingkungan
memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu
tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis
maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan
yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat / tipe hutan. Oleh karena itu
dikenal adanya hubungan antar bentuk morfologis tumbuhan dengan faktor
lingkungan. Dengan demikian wajarlah bahwa tiap daerah iklim dijumpai formasi
khas untuk daerah iklim yang bersangkutan yang disebut formasi klimak iklim.
Disamping itu pada keadaan tempat tumbuh yang khusus dijumpai formasi-
formasi yang menyimpang dari formasi klimak iklim. (Zulkarnain, 2015)
Agroforestri berkembang di masyarakat sesuai kearifan lokal sehingga
struktur dan komponen penyusunnya sangat beragam. Klasifikasi agroforestri
dapat dilakukan berdasarkan berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan
kepentingannya. Salah satu aspek yang dipakai sebagai dasar klasifikasi
agroforestri yaitu kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya monokultur
baik di sektor kehutanan maupun pertanian. Pengklasifikasian ini akan membantu
dalam analisis bentuk implementasi agroforestri yang dijumpai di lapangan untuk
mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat. ada beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim,
tanah, dan lainlain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat
merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang
lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik
pada saat sekarang maupun sejarahnya. (Sadono, 2018).
Komunitas tumbuhan suatu lantai hutan merupakan tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang secara alami. Komunitas tersebut dapat berupa pohon,
anak pohon, dan semua spesies yang hidup di bawah tegakan tumbuhan pokok.
Jenis komunitas ini bersifat annual, biannual, soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat. Tumbuhan lantai hutan membentuk suatu lapisan tajuk tingkat
kedua di bawah lapisan tajuk pokok. Keberadaan tumbuhan tersebut bermanfaat
terutama untuk kepentingan perlindungan tanah baik secara langsung melalui
penyedia bahan organik, perbaikan humus sehingga mampu menciptakan iklim
mikro bagi serangga pengurai, maupun secara tidak langsung yaitu meredam
jatuhnya air hujan ke tanah sehingga mengurangi terjadinya erosi. Kehadiran
tumbuhan lantai hutan berguna karena dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan (Mawazin, 2013).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan
Komponen Penyusunnya” adalah mengetahui komponen penyusun pohon
berdasarkan stadium pertumbuhan dan melatih cara pembuatan diagram profil dari
klasifikasi pohon.
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan tropika dengan


keanekaragaman sumber daya alam hayati yang tinggi. Dari sekian banyak
sumber daya alam hayati tersebut sebagian besar masih belum dikembangkan
sebagai tumbuhan ekonomi meskipun secara turun temurun telah dipergunakan
sebagai sumber kehidupan. Salah satu ciri khas dari hutan hujan tropika adalah
sebagian besar dari masyarakat tumbuhtumbuhannya berkayu dan berukuran
dimensi pohon besar. Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam
komunitas atau ekosistem yang menyebabkan timbulnya penggantian dari satu
komunitas atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem yang lain. Dinamika
yaitu terbentuknya pola keanekaragan dan struktur spesies vegetasi. (Adi, 2019)
Hutan merupakan salah satu bagian lingkungan hidup yang sangat vital
bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi ini, karena hutan mempunyai
fungsi ekologis yang penting diantaranya sebagai sumber plasma nutfah, pengikat
karbondioksida (CO2) dari udara, penjaga stabilitas kualitas air tanah, pemelihara
alami dari aliran sungai, dan juga untuk melindungi tanah dari erosi. Berdasarkan
Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pemerintah menetapkan
hutan menjadi beberapa kawasan, diantaranya kawasan konservasi. Hutan
memiliki definisi yang beragam, baik dengan penekanan konsep ekologi, tujuan
penggunaan, dan status hukum lahannya. Walaupun penekanannya berbeda satu
sama lain, namun gambaran umum mengenai pengertian hutan adalah wujud fisik.
Hutan adalah hamparan lahan yang ditumbuhi masyarakat tumbuhan yang
didominasi oleh pohon pohon dengan kerapatan yang cukup. (Lugrayasa, 2012)
Keberadaan hutan menjadi potensi sumber daya alam yang
menguntungkan bagi kehidupan masyarakat dan penerimaan devisa negara. Di
samping itu hutan memiliki aneka fungsi yang berdampak positif terhadap
kelangsungan kehidupan manusia. Manfaat hutan secara langsung adalah sebagai
sumber berbagai jenis barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar, buah,
bunga dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau
menjadi bahan baku berbagai industri yang hasilnya dapat digunakan untuk
memenuhi hampir semua kebutuhan manusia. Manfaat hutan yang tidak langsung
meliputi: gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia
meliputi flora dan fauna, bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai,
baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen, fungsi
hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan
plasma nutfah yang dikandungnya, sumber bahan obat-obatan, ekoturisme, bank
genetik yang hampir-hampir tidak terbatas, dan lain-lain (Damayanti, 2017).
Penerapan agroforestri merupakan salah satu sistem pengolahan lahan
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih
guna lahan tersebut di atas, dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan,
mengungkapkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan, akan
timbul permasalahan jika kegiatan pembangunan dan hasil yang akan dicapai
tidak sesuai dengan tujuan pengelolaan yang diharapkan. Adapun tujuan
pengelolaan yang diharapkan adalah agar sumberdaya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan
masyarakat dapat meningkat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan dan
degradasi sumber daya alam dan lingkungan yang dapat merugikan kelangsungan
hidup pada generasi yang akan datang (Kuswandi et al., 2015).
Selama hutan yang didominasi oleh vegetasi berkayu itu tumbuh maka
hutan akan memindahkan karbon dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan
selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan-jaringan organ tanaman seperti
batang, kulit, dahan, ranting, akar, dan daun. Akan tetapi tatkala pohon sudah
berumur tua atau sudah mencapai masak tebang (over mature), pertumbuhan
pohon tersebut menjadi sangat lambat yang ditunjukkan dengan riap
pertumbuhannya (increment) yang sangat kecil, sehingga dalam konsep fungsi
hutan sebagai penyimpan karbon (carbon sink), pohon-pohon yang sudah tua
tersebut lebih baik ditebang dan dilakukan penanaman kembali karena pohon-
pohon yang sudah tua secara keseluruhan kemampuan serapan gas karbon
dioksida (CO2) dari atmosfer juga kecil. (Ratnaniningsih, 2014)
Pada umumnya analisis regresi digunakan untuk mencari peubah-peubah
yang dapat menerangkan keragaman respon dan dapat digunakan dalam kajian
lebih lanjut. Dengan kata lain, analisis regresi digunakan untuk mengetahui
pengaruh peubah-peubah penjelas terhadap peubah respon. Dalam
perkembangannya analisis regresi dapat juga sebagai alat yang digunakan untuk
eksplorasi data. Keabsahan penggunaan analisis regresi sangat bergantung pada
banyak asumsi, sehingga untuk mendapatkan dugaan persamaan regresi yang
memenuhi semua asumsi menjadi sangat sulit. Masalah ini dapat diatasi dengan
metode regresi yang tidak lagi harus memenuhi asumsi-asumsi tadi, diantaranya
adalah dengan metode pohon regresi (regression trees method). Pohon regresi ini
merupakan salah satu metode eksplorasi nonparametrik yang dapat digunakan
untuk melihat hubungan antara peubah respon kontinu dengan peubah-peubah
penjelas yang berukuran besar dan kompleks. Kekomplekan tersebut dapat berupa
dimensinya yang besar atau jenis peubahnya campuran, misalnya kontinyu dan
kategorik, baik nominal maupun ordinal. (Wahyudi, 2017)
Sistem ekologi di dalam ekosistem hutan merupakan suatu sistem yang
dinamis yaitu suatu sistem yang saling terkait dan saling membutuhkan antara
vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Pada ekosistem hutan terdapat persaingan
dan kerjasama seperti naungan pohon, perkecambahan, tumbuh-tumbuhan yang
merambat, epifit, lumut menutupi potongan kayu dan kotoron, aktivitas hewan
yang membantu dalam proses perkembangan tumbuhan, sumber makanan dan
perlindungan bagi satwa untuk melangsungkan kehidupannya. Selain itu, perlu
diketahui bahwa pohon-pohon yang dianggap berkuasa atau dominan dalam suatu
tegakan hutan menduduki posisi tajuk (kanopi) paling atas. Di dalam hutan ada
kelompok-kelompok pohon yang dapat dibedakan berdasarkan fase
pertumbuhannya dan posisi tajuknya. Pengelompokan (klasifikasi) pohon tersebut
sangat penting dalam pengelolaan hutan, terutama sebagai pertimbangan untuk
menerapkan system budi daya hutan yang tepat (Ismayadi, 2015).
Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan
jenis lainnya. Ada tanaman yang mampu tumbuh dalam kondisi cahaya yang
terbatas atau sering kali disebut tanaman toleran atau tanaman intoleran. Tanaman
yang tahan kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu
daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri
morfologis daun kecil dan tebal. Tegakan adalah suatu kelompok pohon-pohon
atau tumbuhan lain yang terdapat pada suatu wilayah tertentu yang cukup seragam
didalam susunan speciesnya (Herianto, 2017).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan Komponen
Penyusunnya” dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2022 pukul 10.00 WIB
samapai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan
media whatsapp, zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Pita ukur, Penggaris,
Alat tulis, Tali plastik dan Haga Meter.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Tanaman hutan

Prosedur Praktikum
1. Membuat petak ukur dalam suatu wilayah hutan dengan cara Nested sampling,
yaitu 20 m x 20 m untuk pohon; 10 m x 10 m untuk tiang; 5 m x 5 m untuk
pancang; dan 2 m x 2 m untuk semai. Petak yang kecil berada dalam petak
yang besar. Usahakan antara regu satu dengan yang lainnya bersambung, jarak
antar petak ukur adalah 20 meter.
2. Menggambar proyeksi horisontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan
yang ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang
bebas cabang dan tinggi totalnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil dari Praktikum Silvika yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan


Komponen Penyusunnya”ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi jenis Semai dan Pancang pada Hutan Tri Dharma

No. Nama Sampel Klasifikasi Jumlah


Mahoni
1. Semai 53
(Swietenia mahagoni)
Mahoni
2. Pancang 1
(Swietenia mahagoni)

Tabel 2. Klasifikasi jenis Tiang dan Pohon pada Hutan Tri Dharma

No. Nama Sampel Klasifikasi Diameter


Mahoni 1
1. Tiang 7,4 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 2
2. Tiang 8,2 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 3
3. Tiang 7,6 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 1
4. Pohon 33 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 2
5. Pohon 24 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 3
6. Pohon 29 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 4
7. Pohon 22 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 5
8. Pohon 21 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 6
9. Pohon 22 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 7
10. Pohon 29 cm
(Swietenia mahagoni)
Mahoni 8
11. Pohon 33,5 cm
(Swietenia mahagoni)

Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari Pratikum Silvika yang berjudul “Klasifikasi
Pohon Dan Komponennya” adalah sebagian besar tanaman yang terdapat di dalam
hutan Tridharma merupakan pohon mahoni (Swietenia mahagoni). Permudaan
alam hutan sendiri ialah peremajaan hutan secara alami yang komponennya terdiri
dari tingkat semai, tingkat pancang dan juga tingkat tiang. Proses permudaan alam
hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Permudaan alam adalah pengadaan tegakan baru pada vegetasi tersebut dalam
peremajaan hutan secara alami, tanpa dibantu sedikit pun oleh campur tangan
manusia.
Menurut (Indriyanto, 2018), Toleransi merupakan kemampuan relatif
suatu pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan atau kemampuan relatif
suatu jenis pohon dalam bersaing pada kondisi cahaya matahari minim dan media
tumbuh yang tebatas bagi perakarannya. Pepohonan Toleran tumbuh dan
berkembang membentuk lapisan tajuk hutan, pepohonan ini berada di bawah
lapisan tajuk pohon yang kurang toleran atau intoleran, serta mampu bereproduksi
dengan sukses pada kondisi kurang cahaya. Pepohonan intoleran bereproduksi
secara sukses hanya di tempat terbuka atau kondisi tajuk pohon mendapat cahaya
matahari secara penuh dari cahaya matahari yang masuk ke dalam hutan.
Pengetahuan toleransi suatu jenis pohon sangat penting. Sifat dan ciri yang
dimiliki oleh jenis pohon toleran maupun jenis pohon intoleran dapat
diidentifikasi secara mudah pada setiap tegakan hutan dengan mengamati
kerapatan tajuk pohon, pemangkasan secara alami dari cabang-cabang pohon,
struktur daun dan keadaan permudaan alami yang terdapat di bawah tegakan
hutan.

Menurut (Whitmore, 2012), Sistem tebang pilih dapat mengakibatkan


kerusakan tegakan hingga 50% dari seluruh pohon sebelum penebangan, tetapi
angka ini sangat bervariasi tergantung dari kerapatan jenis kayu komersil yang
ditebang serta dipengaruhi oleh komposisi pohon dan metode eksploitasi.
Penebangan akan menciptakan rumpang (gap) yang besar yang mempengaruhi
komposisi jenis dan struktur tegakan di areal bekas tebangan. Eksploitasi hutan
dan konversi hutan untuk keperluan lain serta berbagai gangguan hutan diyakini
telah mengancam keanekaragaman jenis terutama flora.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Praktikum Dinamika pohon dalam hutan dilakukan di Hutan Tri Dharma,


Universitas Sumatera Utara.
2) Terdapat 3 spesies dengan ukuran tajuk pada setiap pohon dan arah yang
berbeda yaitu Swietenia mahagoni, Paraserianthes falcataria dan Filicium
decipiens.
3) Kedudukan tajuk pohon dalam suatu hutan tidak selalu sama tergantung
pada kemampuan pohon tersebut untuk bersaing dengan pohon- pohon
yang lain.
4) Selama masa pertumbuhan sampai mencapai umur fisik pohon akan
melewati berbagai tingkat kehidupan yang berhubungan dengan ukuran
tinggi dan diameternya.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Dinamika Pohon Dalam Hutan”. Sebelum praktikum
dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan memahami materi praktikum.
Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi mendengarkan assisten laboratorium
menjelaskan materi praktikum saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti DR, Bintoro A, Santoso T. 2017. Permudaan Alami Hutan Di Satuan


Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas. Jurnal Sylva Lestari, 5 (1):
92-104

Herianto. 2017. KEANEKARAGAMAN JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN


DI AREAL TEGAKAN TINGGAL. Jurnal Daun, 22 (3): 56-61

Ismayadi. 2015. DINAMIKA KEANEKARAGAMAN JENIS POHON PADA


HUTAN PRODUKSI BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN
TIMUR. Jurnal Sylva Lestari, 3 (1): 10-19

Kuswandi, dkk. 2015. KEANEKARAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN


HUTAN ALAM BEKAS TEBANGAN BERDASARKAN
BIOGEOGRAFI DI PAPUA. Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 22 (2):
151-159

Lugrayasa I. 2012. Studi awal komposisi dan dinamika vegetasi pohon hutan
gunung pohen cagar alam batukahu bali. Jurnal Ilmu Kehutanan, 12 (2):
301-309

Mawazin, dan Subiakto, A., 2013. Keanekaragaman dan Komposisi Jenis


Permudaan Alam Hutan Rawa Gambut Bekas Tebangan di Riau.
Indonesian Forest Rehabilitation Journal, 1 (1):59-73

Ratnaniningsih AT, Suwarno E, Insusanty E. 2014. Potensi Karbon Pada


Beberapa Tipe Vegetasi Di Hutan Tanaman Industri. Jurnal Ilmiah
Pertanian, 11 (2): 43-55

Rahmita R, Muzakkir M. 2018. STARTIFIKASI VEGETASI DAN DINAMIKA


POHON BERDASARKAN KOMPOSISI VERTIKAL DAN
HORIZONTAL DI PEGUNUNGAN SAWANG KECAMATAN
SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN. Jurnal Lestari, 12 (2):
31-50

Samsoedin I. 2014. DINAMIKA KEANEKARAGAMAN JENIS POHON PADA


HUTAN PRODUKSI BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN
TIMUR. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 17 (2): 30-38

Sadono R. 2018. Prediksi Lebar Tajuk Pohon Dominan pada Pertanaman Jati Asal
Kebun Benih Klon di Kesatuan Pemangkuan Hutan Ngawi, Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Kehutanan, 12, 127-141

Sutomo, dkk. 2019. Studi awal komposisi dan dinamika vegetasi pohon hutan
gunung pohen Cagar Alam Di Bandung. Jurnal Lestari, 12 (2): 20-38
Wahyudi. 2017. MODEL PERTUMBUHAN POHON-POHON DI HUTAN
ALAM PASKA TEBANGAN STUDI KASUS PADA HUTAN ALAM
PRODUKSI DI KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH.
Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 20 (3): 22-30

Zulkarnain. 2015. Analisis Vegetasi dan Visualisasi Profil Vegetasi Hutan di


Ekosistem Hutan Tahura Nipa-Nipa di Kelurahan Mangga Dua Kota
Kendari. Ecogreen, 1 (1), 43-54
LAMPIRAN
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022

DINAMIKA POHON DALAM HUTAN


Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.

Disusun Oleh:

Imam Rafi 211201083


Mia Kesuma Tampubolon 211201086
Ravena Safitri Tampubolon 211201088
Elensari Sihombing 211201098
Rangga Irawan 211201198
Rachmat Agustian Arlen 211201243

Kelompok 7
HUT 2D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Dinamika Pohon Dalam Hutan” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk
praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................1
Tujuan ..........................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .....................................................................................................5
Alat dan Bahan ...........................................................................................................5
Prosedur .....................................................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil............................................................................................................................7
Pembahasan ...............................................................................................................8
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................................9
Saran ..........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman
1. Tabel Dinamika Pohon Dalam Hutan Kelompok 7.............................................. 8

iii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Meningkatnya perkembangan kehidupan dan peradaban manusia,
mengakibatkan hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan cara dan intensitas yang
sangat bervariasi, mulai dari pemanfaatan hutan yang tidak banyak mempengaruhi
kondisi ekosistem hutan sampai pada tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan
perubahan komposisi hutan. Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat
kompleks, berfungsi sebagai gudang plasma nutfah, komponen penentu kestabilan
alam, produsen oksigen, tempat penyimpanan air, penahan longsor, dan sumber
kehidupan (Deden, 2017)
Permudaan alam hutan adalah peremajaan hutan secara alami yang
komponennya terdiri dari tingkat semai, pancang dan tiang. Proses permudaan
alam hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Keanekaragaman vegetasi hutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
lingkungan fisik, kimia, dan iklim yang saling berhubungan secara rumit sehingga
membentuk suatu ekosistem yang unik. Selain itu keanekaragaman vegetasi juga
sangat dipengaruhi oleh struktur dan juga komposisi vegetasi baik secara vertical
meliputi pohon, semak, herba, dan rumput, serta sebaran horizontal maupun
kemelimpahan (Harianja, 2012)
Pada penyebaran tumbuh tumbuhan di dunia, faktor lingkungan
memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu
tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis
maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan
yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat / tipe hutan. Oleh karena itu
dikenal adanya hubungan antar bentuk morfologis tumbuhan dengan faktor
lingkungan. Dengan demikian wajarlah bahwa tiap daerah iklim dijumpai formasi
khas untuk daerah iklim yang bersangkutan yang disebut formasi klimak iklim.
Disamping itu pada keadaan tempat tumbuh yang khusus dijumpai formasi-
formasi yang menyimpang dari formasi klimak iklim. (Muhdin, 2016)
Agroforestri berkembang di masyarakat sesuai kearifan lokal sehingga
struktur dan komponen penyusunnya sangat beragam. Klasifikasi agroforestri
dapat dilakukan berdasarkan berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan
kepentingannya. Salah satu aspek yang dipakai sebagai dasar klasifikasi
agroforestri yaitu kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya monokultur
baik di sektor kehutanan maupun pertanian. Pengklasifikasian ini akan membantu
dalam analisis bentuk implementasi agroforestri yang dijumpai di lapangan untuk
mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat. ada beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim,
tanah, dan lainlain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat
merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang
lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik
pada saat sekarang maupun sejarahnya. (Purwanto, 2012)
Komunitas tumbuhan suatu lantai hutan merupakan tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang secara alami. Komunitas tersebut dapat berupa pohon,
anak pohon, dan semua spesies yang hidup di bawah tegakan tumbuhan pokok.
Jenis komunitas ini bersifat annual, biannual, soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat. Tumbuhan lantai hutan membentuk suatu lapisan tajuk tingkat
kedua di bawah lapisan tajuk pokok. Keberadaan tumbuhan tersebut bermanfaat
terutama untuk kepentingan perlindungan tanah baik secara langsung melalui
penyedia bahan organik, perbaikan humus sehingga mampu menciptakan iklim
mikro bagi serangga pengurai, maupun secara tidak langsung yaitu meredam
jatuhnya air hujan ke tanah sehingga mengurangi terjadinya erosi. Kehadiran
tumbuhan lantai hutan berguna karena dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan. (Santroyo, 2014)

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan
Komponen Penyusunnya” adalah mengetahui komponen penyusun pohon
berdasarkan stadium pertumbuhan dan melatih cara pembuatan diagram profil dari
klasifikasi pohon.
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan tropika dengan


keanekaragaman sumber daya alam hayati yang tinggi. Dari sekian banyak
sumber daya alam hayati tersebut sebagian besar masih belum dikembangkan
sebagai tumbuhan ekonomi meskipun secara turun temurun telah dipergunakan
sebagai sumber kehidupan. Salah satu ciri khas dari hutan hujan tropika adalah
sebagian besar dari masyarakat tumbuhtumbuhannya berkayu dan berukuran
dimensi pohon besar. Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam
komunitas atau ekosistem yang menyebabkan timbulnya penggantian dari satu
komunitas atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem yang lain. Dinamika
yaitu terbentuknya pola keanekaragan dan struktur spesies vegetasi. (Eva, 2019)
Hutan merupakan salah satu bagian lingkungan hidup yang sangat vital
bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi ini, karena hutan mempunyai
fungsi ekologis yang penting diantaranya sebagai sumber plasma nutfah, pengikat
karbondioksida (CO2) dari udara, penjaga stabilitas kualitas air tanah, pemelihara
alami dari aliran sungai, dan juga untuk melindungi tanah dari erosi. Berdasarkan
Undang-Undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan Pemerintah menetapkan
hutan menjadi beberapa kawasan, diantaranya kawasan konservasi. Hutan
memiliki definisi yang beragam, baik dengan penekanan konsep ekologi, tujuan
penggunaan, dan status hukum lahannya. Walaupun penekanannya berbeda satu
sama lain, namun gambaran umum mengenai pengertian hutan adalah wujud fisik.
Hutan adalah hamparan lahan yang ditumbuhi masyarakat tumbuhan yang
didominasi oleh pohon pohon dengan kerapatan yang cukup. (Dendang, 2018)
Keberadaan hutan menjadi potensi sumber daya alam yang
menguntungkan bagi kehidupan masyarakat dan penerimaan devisa negara. Di
samping itu hutan memiliki aneka fungsi yang berdampak positif terhadap
kelangsungan kehidupan manusia. Manfaat hutan secara langsung adalah sebagai
sumber berbagai jenis barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar, buah,
bunga dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau
menjadi bahan baku berbagai industri yang hasilnya dapat digunakan untuk
memenuhi hampir semua kebutuhan manusia. Manfaat hutan yang tidak langsung
meliputi: gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia
meliputi flora dan fauna, bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai,
baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen, fungsi
hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan
plasma nutfah yang dikandungnya, sumber bahan obat-obatan, ekoturisme, bank
genetik yang hampir-hampir tidak terbatas, dan lain-lain. (Istomo, 2018)
Penerapan agroforestri merupakan salah satu sistem pengolahan lahan
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih
guna lahan tersebut di atas, dan sekaligus juga untuk mengatasi masalah pangan,
mengungkapkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan, akan
timbul permasalahan jika kegiatan pembangunan dan hasil yang akan dicapai
tidak sesuai dengan tujuan pengelolaan yang diharapkan. Adapun tujuan
pengelolaan yang diharapkan adalah agar sumberdaya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dalam arti kesejahteraan
masyarakat dapat meningkat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan dan
degradasi sumber daya alam dan lingkungan yang dapat merugikan kelangsungan
hidup pada generasi yang akan datang (Surbiakto, 2013)
Selama hutan yang didominasi oleh vegetasi berkayu itu tumbuh maka
hutan akan memindahkan karbon dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan
selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan-jaringan organ tanaman seperti
batang, kulit, dahan, ranting, akar, dan daun. Akan tetapi tatkala pohon sudah
berumur tua atau sudah mencapai masak tebang (over mature), pertumbuhan
pohon tersebut menjadi sangat lambat yang ditunjukkan dengan riap
pertumbuhannya (increment) yang sangat kecil, sehingga dalam konsep fungsi
hutan sebagai penyimpan karbon (carbon sink), pohon-pohon yang sudah tua
tersebut lebih baik ditebang dan dilakukan penanaman kembali karena pohon-
pohon yang sudah tua secara keseluruhan kemampuan serapan gas karbon
dioksida (CO2) dari atmosfer juga kecil. (Ratnaniningsih, 2014)
Pada umumnya analisis regresi digunakan untuk mencari peubah-peubah
yang dapat menerangkan keragaman respon dan dapat digunakan dalam kajian
lebih lanjut. Dengan kata lain, analisis regresi digunakan untuk mengetahui
pengaruh peubah-peubah penjelas terhadap peubah respon. Dalam
perkembangannya analisis regresi dapat juga sebagai alat yang digunakan untuk
eksplorasi data. Keabsahan penggunaan analisis regresi sangat bergantung pada
banyak asumsi, sehingga untuk mendapatkan dugaan persamaan regresi yang
memenuhi semua asumsi menjadi sangat sulit. Masalah ini dapat diatasi dengan
metode regresi yang tidak lagi harus memenuhi asumsi-asumsi tadi, diantaranya
adalah dengan metode pohon regresi (regression trees method). Pohon regresi ini
merupakan salah satu metode eksplorasi nonparametrik yang dapat digunakan
untuk melihat hubungan antara peubah respon kontinu dengan peubah-peubah
penjelas yang berukuran besar dan kompleks. Kekomplekan tersebut dapat berupa
dimensinya yang besar atau jenis peubahnya campuran, misalnya kontinyu dan
kategorik, baik nominal maupun ordinal. (Wahyudi, 2017)
Sistem ekologi di dalam ekosistem hutan merupakan suatu sistem yang
dinamis yaitu suatu sistem yang saling terkait dan saling membutuhkan antara
vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Pada ekosistem hutan terdapat persaingan
dan kerjasama seperti naungan pohon, perkecambahan, tumbuh-tumbuhan yang
merambat, epifit, lumut menutupi potongan kayu dan kotoron, aktivitas hewan
yang membantu dalam proses perkembangan tumbuhan, sumber makanan dan
perlindungan bagi satwa untuk melangsungkan kehidupannya. Selain itu, perlu
diketahui bahwa pohon-pohon yang dianggap berkuasa atau dominan dalam suatu
tegakan hutan menduduki posisi tajuk (kanopi) paling atas. Di dalam hutan ada
kelompok-kelompok pohon yang dapat dibedakan berdasarkan fase
pertumbuhannya dan posisi tajuknya. Pengelompokan (klasifikasi) pohon tersebut
sangat penting dalam pengelolaan hutan, terutama sebagai pertimbangan untuk
menerapkan system budi daya hutan yang tepat (Ismayadi, 2015).
Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan
jenis lainnya. Ada tanaman yang mampu tumbuh dalam kondisi cahaya yang
terbatas atau sering kali disebut tanaman toleran atau tanaman intoleran. Tanaman
yang tahan kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu
daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri
morfologis daun kecil dan tebal. Tegakan adalah suatu kelompok pohon-pohon
atau tumbuhan lain yang terdapat pada suatu wilayah tertentu yang cukup seragam
didalam susunan speciesnya (Fadhil, 2013)
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Silvika yang berjudul “Dinamika Pohon Dalam Hutan”
dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Mei 2022 pukul 10.00 WIB samapai dengan
selesai. Praktikum ini dilaksanakan secara daring menggunakan media whatsapp,
zoom, google classroom

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Pita ukur, Penggaris,
Alat tulis, Tali plastik dan Haga Meter.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Tanaman hutan

Prosedur Praktikum
1. Membuat petak ukur dalam suatu wilayah hutan dengan cara Nested sampling,
yaitu 20 m x 20 m untuk pohon; 10 m x 10 m untuk tiang; 5 m x 5 m untuk
pancang; dan 2 m x 2 m untuk semai. Petak yang kecil berada dalam petak
yang besar. Usahakan antara regu satu dengan yang lainnya bersambung, jarak
antar petak ukur adalah 20 meter.
2. Menggambar proyeksi horisontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan
yang ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang
bebas cabang dan tinggi totalnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil yang diperoleh Kelompok 7 dari Praktikum Silvika yang berjudul


“Dinamika Pohon dalam Hutan” adalah sebagai beikut:

Tabel 1. Data Dinamika Pohon Dalam Hutan

No Nama Jenis Diameter Tinggi Proyeksi


Klasifikasi
(cm) (cm) D Kn Kr B
1. Delonix regia 30 7,78 1 2,5 3 2 Dominan
2. Terminalia mantaly 25,5 14,30 1,5 3,2 2 3 Kodominan
3. Nephelium lappoceum 28,7 3,5 1,4 2,7 2,7 1,7 Kodominan
4. Swietnia mahagoni 30 28,5 5,5 5,2 5,2 5,7 Dominan
5. Durio zibethinus 50,5 23,65 5,2 5,5 5,5 5,1 Dominan
6. Swetinia mahagoni 28,5 27,56 1 3,5 5,3 5,6 Dominan
7. Mangifera indica 28,6 4 1 3,5 3,5 1,5 Kodominan
8. Nephelium lappoceum 30,25 7 1,5 3 3 1 Kodominan
9. Mangifera indica 26,8 5 1,5 3,5 3,5 1 Kodominan
10. Switenia mahagoni 29 5 3 3 3 1,5 Dominan

Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari Pratikum Silvika yang berjudul “Dinamika
Pohon Dalam Hutan” adalah sebagian besar tanaman yang terdapat di dalam hutan
Tridharma merupakan pohon mahoni (Swietenia mahagoni). Permudaan alam
hutan sendiri ialah peremajaan hutan secara alami yang komponennya terdiri dari
tingkat semai, tingkat pancang dan juga tingkat tiang. Proses permudaan alam
hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Permudaan alam adalah pengadaan tegakan baru pada vegetasi tersebut dalam
peremajaan hutan secara alami, tanpa dibantu sedikit pun oleh campur tangan
manusia.
Menurut (Indriyanto, 2018), Toleransi merupakan kemampuan relatif
suatu pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan atau kemampuan relatif
suatu jenis pohon dalam bersaing pada kondisi cahaya matahari minim dan media
tumbuh yang tebatas bagi perakarannya. Pepohonan Toleran tumbuh dan
berkembang membentuk lapisan tajuk hutan, pepohonan ini berada di bawah
lapisan tajuk pohon yang kurang toleran atau intoleran, serta mampu bereproduksi
dengan sukses pada kondisi kurang cahaya. Pepohonan intoleran bereproduksi
secara sukses hanya di tempat terbuka atau kondisi tajuk pohon mendapat cahaya
matahari secara penuh dari cahaya matahari yang masuk ke dalam hutan.
Pengetahuan toleransi suatu jenis pohon sangat penting. Sifat dan ciri yang
dimiliki oleh jenis pohon toleran maupun jenis pohon intoleran dapat
diidentifikasi secara mudah pada setiap tegakan hutan dengan mengamati
kerapatan tajuk pohon, pemangkasan secara alami dari cabang-cabang pohon,
struktur daun dan keadaan permudaan alami yang terdapat di bawah tegakan
hutan.

Menurut (Whitmore, 2012), Sistem tebang pilih dapat mengakibatkan


kerusakan tegakan hingga 50% dari seluruh pohon sebelum penebangan, tetapi
angka ini sangat bervariasi tergantung dari kerapatan jenis kayu komersil yang
ditebang serta dipengaruhi oleh komposisi pohon dan metode eksploitasi.
Penebangan akan menciptakan rumpang (gap) yang besar yang mempengaruhi
komposisi jenis dan struktur tegakan di areal bekas tebangan. Eksploitasi hutan
dan konversi hutan untuk keperluan lain serta berbagai gangguan hutan diyakini
telah mengancam keanekaragaman jenis terutama flora. Dinamika struktur
tegakan (DST), yang dapat menunjukkan kinerja pertumbuhan hutan bekas
tebangan, dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, mis. kerapatan
tegakan, struktur tegakan awal, komposisi spesies, waktu setelah penebangan, dan
faktor lingkungan (curah hujan, ketinggian, dll). Variasi dari faktor-faktor tersebut
dapat mengakibatkan variasi komponen DST (misalnya proporsi pertumbuhan ke
atas dan tegakan pohon). Namun penelitian yang menggunakan 75 data petak
contoh permanen hutan alam dataran rendah dan hutan alam lahan kering di
Kalimantan ini menunjukkan bahwa proporsi tumbuh dan tinggal pohon tidak
dapat diprediksi secara memuaskan dengan menggunakan jumlah pohon, luas
dasar tegakan, waktu setelah penebangan, dan elevasi sebagai variabel independen
dalam model regresi linier berganda. Model regresi menghasilkan proyeksi
struktur tegakan yang tidak realistis. Sebaliknya, proyeksi struktur tegakan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1) Praktikum Dinamika pohon dalam hutan dilakukan di Hutan Tri Dharma,


Universitas Sumatera Utara.
2) Terdapat 3 spesies dengan ukuran tajuk pada setiap pohon dan arah yang
berbeda yaitu Swietenia mahagoni, Paraserianthes falcataria dan Filicium
decipiens.
3) Kedudukan tajuk pohon dalam suatu hutan tidak selalu sama tergantung
pada kemampuan pohon tersebut untuk bersaing dengan pohon- pohon
yang lain.
4) Selama masa pertumbuhan sampai mencapai umur fisik pohon akan
melewati berbagai tingkat kehidupan yang berhubungan dengan ukuran
tinggi dan diameternya.

Saran

Sebaiknya Praktikum ini dilakukan di Laboratorium secara luring agar


praktikan mengerti dan memahami dalam melakukan metode praktikum
silvika yang berjudul “Dinamika Pohon Dalam Hutan”. Sebelum praktikum
dimulai, sebaiknya praktikkan mempelajari dan memahami materi praktikum.
Sebaiknya praktikan lebih fokus lagi mendengarkan assisten laboratorium
menjelaskan materi praktikum saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Deden. 2017. Metode Pohon Regresi Untuk Eksploratori Data Dengan Perubah
yang Banyak dan Kompleks. Jurnal Informatika Pertanian, 1 (16): 967-
981

Dendang. 2018. Prediksi Lebar Tajuk Pohon Dominan pada Pertanaman Jati Asal
Kebun Benih Klon di Kesatuan Pemangkuan Hutan Ngawi, Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Kehutanan, 12 (3): 127-141

Eva Prihatiningtyas K. 2017. Pola Agroforestri dan Potensi Karbon Kebun


Campuran Di Desa Telaga Langsat Kecamatan Takisung Kabupaten
Tanah Laut. Jurnal Hutan Tropis, 5 (1):64-68

Fadhil M, Rahman A. 2013. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Hutan dan Lahan
Kakao di Desa Sejahtera, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Jurnal
Agrotekbis, 1 (1): 236-43

Hilwan, Pananjung L. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada


Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan
Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT
Kitadin, Embalut, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jurnal
Silvikultur Tropika, 4 (1): 6-10

Harianja HC. 2012. Potensi Permudaan Alam Eboni di Kawasan Hutan Palanro
Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal Lestari, 3 (3): 30-40

Istomo. 2018. Pendugaan Dinamika Struktur Tegakan Hutan Alam Bekas


Tebangan. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 17 (1): 1-9

Muhdin M. 2016. "Pendugaan Dinamika Struktur Tegakan Hutan". Jurnal


Manajemen Hutan Tropika, 17 (1): 1-9

Nurjaman. 2017. Perbandingan Struktur dan Komposisi Vegetasi Kawasan


Rajamantri dan Batumeja Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa
Barat. Jurnal Biodjati, 2 (2): 167-179

Purwanto. 2012. Potensi Biomasa Dan Simpanan Karbon Jenis-Jenis Tanaman


Berkayu Di Hutan Rakyat Desa Nglanggeran, Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Hutan. 2 (6): 128-141

Subiakto A. 2013. Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Permudaan Alam Hutan


Rawa Gambut Bekas Tebangan di Riau. Indonesian Forest
Rehabilitation Journal, 1 (1): 59-73
Suhendang E, Wahjono D, Purnomo H. 2013. Pendugaan Dinamika Struktur
Tegakan Hutan Alam Bekas Tebangan. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika, 17 (1): 1-9

Santroyo. 2014. Kondisi vegetasi hutan lindung Sesaot, Kabupaten Lombok


Barat, Nusa Tenggara Barat, sebagai informasi dasar pengelolaan
kawasan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacaea, 3 (2): 97-105

Anda mungkin juga menyukai