LAPORAN AKHIR
Dosen Penanggungjawab:
Dr. Delvian SP., MP.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Laporan sebagai salah satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
Praktikum Silvika Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Diketahui Oleh:
Dosen Penanggungjawab
Asisten Korektor:
PRAKTIKUM SILVIKA
PROGRAM STUDI
KEHUTANANFAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA2022
Laporan Praktikum Silvika Medan, Februari 2022
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengunduhan Buah dan Pengenalan
Bagian-Bagian Biji” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai
syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Pengunduhan dan Pengenalan Bagian-Bagian Biji ................ 8
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungan yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UU. No. 41
Tahun 1999). Manfaat hutan sangat penting bagi manusia, terutama bagi
masyarakat disekitar hutan. Namun seiring dengan bertambahnya penduduk dan
kebutuhan manusia akan hasil hutan yang semakin meningka, maka keberadaan
hutan makin terdesak dan dampak yang timbul, yaitu; merosotnya kualitas dan
debit air sungai, terjadinya banjir dan erosi yang menghanyutkan sebagian lapisan
tanah, dan terganggunya keseimbangan ekosistem. Mengatasi masalah kerusakan
hutan perlu dilakukan reboisasi dan penghijauan dengan menanam pohon tertentu
yang dapat menyuburkan tanah melalui unsur hara yang dikandungnya. Unsur-
unsur hara tersebut berasal dari pembusukkan bahan organik berupa guguran daun
maupun ranting yang juga tercuci oleh air hujan. Mineral-mineral yang tercuci
dari daun adalah Kalsium, Sodium, Magnesium, Nitrogen, Fosfor, Seng, Kalium,
Tembaga, dan Besi. (Wusono, 2015)
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
2
Mutu benih terdiri atas empat komponen yaitu: mutu fisik, mutu fisiologis
mutu genetik, dan mutu kesehatan benih. Benih yang bermutu fisik tinggi terlihat
dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan berukuran seragam.
Mutu fisiologis benih tercermin dari nilai viabilitas (seperti daya berkecambah)
dan nilai vigor (seperti kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan daya
simpan). Mutu genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik yang tinggi dan
tidak tercampur varietas lain. Aspek hama penyakit dan mikroorganisme yang
dapat terbawa pada komoditas pangan dan hasil pertanian menjadi persyaratan
yang sangat ketat dalam era perdagangan bebas. Viabilitas merupakan tolok ukur
bahwa benih mengandung struktur dan substansi, termasuk sistem enzim yang
memberikan kemampuan untuk berkecambah pada kondisi yang cocok sedangkan
vigor benih adalah kondisi benih yang menentukan potensi untuk tumbuh cepat,
seragam dan tumbuh normal dalam berbagai kondisi lapangan. (Ningsih 2018)
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. (Artauli, 2017)
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini adalah untuk memahami teknik-teknik
pengunduhan buah dan ekstraksi benih agar dapat mengetahui cara pengunduhan
buah dan mengenal bagian-bagian biji, asal terbentuknya, fungsinya, dan
bagaimana nanti proses perkecambahannya.
TINJAUAN PUSTAKA
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan
struktur tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara
yang baik, tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media
sekam padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik
dan kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat
proses pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali
rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi
busuk. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan buah-buahan dengan tujuan
untuk memperpanjang masa simpannya. Pengolahan buah-buahan dimaksudkan
untuk mengubah buah-buahan menjadi produk yang lebih awet dan mudah
dikonsumsi. Selain itu pengolahan buah-buahan juga ditujukan untuk menambah
ragam produk sehingga orang dapat mencicipi buah-buahan meskipun bukan pada
waktu musimnya (Enie dan Nami, 1992). Produk yang cukup menarik untuk
dikembangkan secara komersial di Indonesia adalah makanan ringan (snack food)
asal buah-buahan. Makanan ringan yang berasal dari buah-buahan mempunyai
prospek pasar yang baik, terutama untuk konsumsi negara maju, seperti Kanada,
Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Australia. (Yusmita, 2018)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Sengon merupakan tanaman berhabitus pohon yang mudah beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Akarnya dapat bersimbiosis dengan
5
Prosedur Praktikum
a. Buah berdaging
1. Carilah buah berdaging seperti Gmelina arborea (suku Verbenaceae)
2. Rendamlah dalam air beberapa hari
3. Kupaslah daging buah dengan menggunakan pisau ataupun alat lain
4. Bersihkan biji-biji tersebut dari daging dan selaput yang lain
5. Gambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang,
lebar, serta tebalnya)
6. Belahlah biji secara membujur sehingga mengenai bagian tengah embrio
kemudian digambar dah disebutkan juga bagian-bagiannya, warnanya,
serta perbedaan yang nampak antara biji yang sudah direndam dan yang
masih segar
3. Setelah kulitnya kering, dipukul dengan tongkat kayu bulat kecil sampai
bijinya keluar
4. Pilihlah biji-biji tersebut
5. Gambarlah biji yang masih utuh, sebutkan warna dan ukurannya (panjang,
lebar, serta tebalnya)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
melakukan pengunduhan buah jati kelompok kami melakukan pemilihan buah jati
yang sudah jatuh ke lantai hutan pengumpulan buah jati (Gmelina arborea) lebih
baik dilakukan ketika masih hijau atau kuning.
Biji terdiri dari beberapa bagian, bagian biji yang pertama ialah kulit biji
(spermodermis) berasal dari selaput bakal biji (integumentum). Bagian kedua ialah
tali pusar (funiculus). Dan bagian ketiga ialah inti biji (nucleus seminis) yang
terdiri dari lembaga, calon akar, daun lembaga, batang lembaga, putih lembaga.
Bagian-bagian buah jati putih ialah daging buah dan biji. Ketika biji buah jati
putih dibelah, di dalam biji terdapat bakal tumbuh dan daging biji.
Kami memakai teknik pengunduhan dibawah tegakan dikarenakan pohon
yang kami unduh buahnya mencapai tinggi hampir 14 meter sehingga tidak
mudah untuk kami gapai secara langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Krisnawati (2011) yang menyatakan bahwa, pohon sengon umumnya berukuran
cukup besar dengan tinggi pohon total mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang
mencapai 20 m. Diameter pohon dewasa dapat mencapai 100 cm atau kadang-
kadang lebih.
Pada buah pohon jati putih (Gmelina arborea) dibagi menjadi dua kondisi
yang berbeda, yaitu antara diberi perlakuan dengan tidak diberi perlakuan sama
sekali. Perlakuan yang diberikan pada buah jati putih adalah dengan merendam
buah selama 24 jam. Buah yang direndam memiliki warna yang lebih pekat yaitu
kuning kecoklatan daripada buah yang tidak direndam yang masih berwarna hijau
segar. Dengan merendam biji kita dapat menentukan mana biji yang layak
dijadikan benih dan mana biji yang tidak layak. Biji yang layak pakai memiliki
karakteristik seperti benih bersih dari kotoran, benih berisi, benih memiliki warna
yang cerah, benih memiliki ukuran yang normal atau sesuai rata-rata, benih dapat
tenggelam jika di rendam di dalam air untuk menghindari kemungkinan tumbuh
yang kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Pada Areal Tegakan
Benih IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal
Hutan Lestari, 5 (4): 927-934
Juhanda, Yayuk N, Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi Pada Pola Imbibisi Dan
Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). Jurnal
Agrotek Tropika, 1 (1): 41-49
Setiadi Dedi, Hamdan AA. 2019. Variasi Ukuran Dan Berat Benih Jati Putih Hasil
Koleksi Dari Enam Populasi Sebaran Di Indonesia. Jurnal Hutan Tropis,
7 (3): 317-324
Sandalayuk, dkk. 2018. The Growth Analysis of Gmelina And Mahoni. Journal of
Forestry Research, 1 (1): 1-8
Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Ukuran Benih Terhadap
Mutu Fisik-Fisiologis Benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (3):
129-137
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “SKARIFIKASI” ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk praktikum
selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera
Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini adalah untuk mengetahui bebagai
macam cara skasrifikasi, untuk meningkatkan proses perkecambahan benih dan
meningkatkan persentase perkecambahan, untuk mengetahui proses-proses
perkecambahan, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkecambahan, mengetahui persentase keberhasilan perkecambahan
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
A. Skarifikasi Fisik
1. Disiapkan benih tanaman yang baik, dengan merendam benih di air dingin
dan dipilih benih yang tenggelam
2. Disiapkan air mendidih
3. Dimasukkan benih ke dalam air tersebut selama 5 menit, kemudian
direndam ke dalam air biasa dengan perlakuan 0 jam, 6 jam, 12 jam, dan
24 jam
B. Skarifikasi Mekanik
1. Disiapkan benih tanaman yang baik
2. Dibagi menjadi 2 perlakuan, perlakuan pertama benih tidak
diamplas/dipotong dengan gunting kuku, perlakuan kedua benih diamplas
dengan kertas pasir
C. Penaburan
1. Disiapkan benih yang sudah dipatahkan dormansinya sesuai dengan
perlakuan yang diberikan
2. Disiapkan media pasir halus yang telah disterilisasi dan masukkan media
tersebut ke dalam bak-bak kecambah. Diberi label bak tabur mangkok
kecil.
3. Disiram bak perkecambahan dengan sprayer tiap pagi dan sore
4. Hitung nilai-nilai dari:
Persen kecambah (%K)
% K= Banyak benih tumbuh/Banyak benih disemaikan
Nilai Kecambah
NK= PV X MDG
PV= Nilai puncak perkecambahan
Nilai PV diambil nilai yang terbesar
MDG= % Perkecambahan pada akhir pengamatan
Lama pengamatan
Hasil
Tabel 2.1 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 2
Tabel 1.2 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina l..) di
Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Senin,08/03/2022 15 1 6,6 0,8
9 Selasa, /03/2022 15 9 60 6,6
10 Rabu,09/03/2022 15 2 13,3 1,3
11 Kamis,10/03/2022 15 2 13,3 1,2
12 Jumat,11/03/2022 15 1 6,6 0,5
13 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
14 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
Total 15 98,8 10,4
MDG 7,128
NK
RH
Tabel 2.2 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina L.) tidak
di Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
9 Selasa, /03/2022 15 0 0 0
10 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
11 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
12 Jumat,11/03/2022 15 1 6.6 0,5
13 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
14 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
Total 1 6,6
MDG 0,47
NK 0
RH 0
Kelompok 3
Tabel 1.3 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina L.) di
Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Senin,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Senin,08/03/2022 15 1 6,6 0,8
9 Selasa, /03/2022 15 2 13,3 1,4
10 Rabu,09/03/2022 15 4 26,6 2,6
11 Kamis,10/03/2022 15 4 26.6 2,4
12 Jumat,11/03/2022 15 5 33,3 2,7
13 Sabtu,12/03/2022 15 7 46,6 3,5
14 Minggu,13/03/2022 15 7 46,6 3,3
Total 30 199,6 16,7
MDG
NK
RH
Tabel 2.3 Data pengamatan perkecambahan Saga (Adenanthera pavonina L.) tidak
di Skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 4
Tabel 1.4 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
tidak di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.4 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 5
Tabel 1.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis) tanpa
perlakuan
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)
perendaman selama 6 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 3.5 Data pengamatan perkecambahan Biji Sengon (Albizia chinensis)
perendaman selama 12 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.7 Data pengamatan perkecambahan Biji Saga (Adenanthera pavonina L.)
tidak di skarifikasi
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Kelompok 8
Tabel 1.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena
leucocephala) tanpa perlakuan
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 2.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena
leucocephala) perendaman selama 6 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
Tabel 3.8 Data pengamatan perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaeena
leucocephala) perendaman selama 12 jam
Hari Hari/Tanggal JumlahBenih JumlahBenih %K PV
ke- Ditabur Tumbuh
1 Selasa,08/03/2022 15 0 0 0
2 Rabu,09/03/2022 15 0 0 0
3 Kamis,10/03/2022 15 0 0 0
4 Jumat,11/03/2022 15 0 0 0
5 Sabtu,12/03/2022 15 0 0 0
6 Minggu,13/03/2022 15 0 0 0
7 Senin,14/03/2022 15 0 0 0
8 Selasa,15/03/2022 15 0 0 0
9 Rabu, 16/03/2022 15 0 0 0
10 Kamis,17/03/2022 15 0 0 0
11 Jum’at,18/03/2022 15 0 0 0
12 Sabtu,19/03/2022 15 0 0 0
13 Minggu,20/03/2022 15 0 0 0
14 Senin,21/03/2022 15 0 0 0
15 Selasa, 22/03/2022 15 0 0 0
Total 0 0 0
MDG 0 0 0
NK 0 0 0
RH 0 0 0
3. Hari ke-3
%K= x 100 %
%K=0%
PV = 0
4. Hari ke-4
%K= x 100 %
%K=0%
PV = 0
Pembahasan
Pada praktikum ini perlakuan awal atau skarifikasi pada biji Adenanthera
pavoninna dilakukan dengan diamplas menggunakan kertas pasir. Hal ini
dilakukan untuk mempercepat perkecambahan karena biji yang diamplas hingga
terlihat bagian endocarp biji akan memudahkan air masuk. Untuk lebih efektif
pengampalsan dapat dilakukan pada keliling pingggir biji. hal ini dilakukan untuk
memudahkan air dan oksigen masuk ke dalam biji dalam melakukan imbibisi
sehingga proses perkecambahan lebih cepat. Pengamplasan dilakukan pada bagian
pangkal biji dimana embrio terdapat. Hal ini dilakukan karena embrio yang akan
menjadi individu baru dapat segera berkecambah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Novalina (2010) yang mengatakan bahwa skarifikasi pada bagian
pangkal biji dekat dengan embrio menyebabkan air lebih mudah menembus kulit
biji sehingga mempercepat perkecambahan dan skarifikasi juga dapat dilakukan
dengan penipisan kulit endocarp pada seluruh permukaan biji sampai kelihatan
endosperm biji yang menghalangi masuknya air ke dalam benih. Skarifikasi pada
bagian pangkal biji harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai embrio rusak.
Untuk mendukung berhasilnya penanaman, maka dibutuhkan bibit dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu. Namun ada kendala penyemaian benih
lamtoro, yaitu benih lamtoro mempunyai kulit yang keras (dormansi fisik). Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu penanganan benih melalui
perlakuan pendahuluan guna meningkatkan dan mempercepat perkecambahan.
Dormansi adalah suatu kodisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai
batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan
optimum untuk perkecambahannya. Benih-benih yang mempunyai kulit benih
yang keras, dapat ditingkatkan daya berkecambahnya dengan bermacam-macam
perlakuan pendahuluan tergantung sifat fisik benih itu sendiri.
Pada praktikum media yang digunakan adalah pasir. Pasir adalah salah
satu media yang cocok digunakan pada saat perkecambahan, karena pasir
mempunyai unsur hara yang sangat sedikit. Selain itu pasir mempunyai syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar menjadi media tumbuh benih. Pasir sering
digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah.
Pada praktikum ini digunakan biji Acacia auriculiformis, Paraserianthes
falcataria, dan Adenanthera pavonina. Pada setiap biji dilakukan perlakuan
pendahuluan atau skarifikasi. Pada biji Acacia auriculiformis dan Paraserianthes
falcataria dilakukan dengan perendaman dengan air panas selama 5 menit sebelum
dilakukan pembagian perlakuan menjadi 0 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam. Pada
biji Saga (Adenanthera pavonina) skarifikasi dilakukan dengan perlakuan
diamplas menggunakan kertas pasir. Perlakuan awal atau skarifikasi dilakukan
sebagai pematahan masa dormansi. Dengan dilakukannya skarifikasi maka biji
lebih cepat mengalami imbibisi karena air dan gas lebih mudah masuk terhadap
kulit biji yang permeable dengan dilakukannya skarifikasi maka akan
menigkatkan perkecambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Juhanda dkk (2013) yang mengatakan bahwa benih yang
diskarifikasi akan menghasilkan proses imbibisi yang semakin baik. Air dan gas
akan lebih cepat masuk ke dalam benih karena kulit benih yang permeable. Air
yang masuk ke dalam benih menyebabkan proses metabolisme dalam benih
berjalan lebih cepat akibatnya perkecambahan yang dihasilkan akan semakin baik.
Pada tabel 1 dapat kita lihat bahwa bji yang berkecambah paling banyak
adalah pada Acacia auriculiformis perlakuan 0 jam. Hal ini terjadi karena ukuran
benih yang kecil serta waktu perendaman yang kurang baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suita (2013) yang menyatakan bahwa ukuran benih terkadang
berkorelasi dengan viabilitas dan vigor benih, dimana benih yang berat cenderung
mempunyai vigor yang lebih baik. Ukuran benih dalam bentuk berat dan ukuran
dimensi yang lebih besar lebih banyak dipilih karena umumnya berhubungan
dengan kecepatan berkecambah dan perkembangan semai yang lebih baik
Menurut Zulkarnain dkk (2015) yang menyatakan bahwa benih yang tidak
mengalami kerusakan atau perubahan bentuk, mempengaruhi kondisi cadangan
makanan yang ada di dalam benih sengon tetap terjaga dengan baik. Benih
memiliki simpanan energi yang cukup, terkandung di dalam cadangan makanan
untuk proses perkecambahan, sehingga memberikan pengaruh terhadap kecepatan
benih berkecambah. Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki
karbohidrat, protein, lemak, dan mineral, dimana bahan-bahan ini diperlukan
sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan dan bentuk
benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena bentuk
benih menentukan besarnya kecambah.
Pada biji Adenanthera pavoninna dari 100 yang ditanam hanya 81 yang
dapat berkecambah. Biji Adenanthera pavoninna yang tidak dapat berkecambah
dari hasil pengamatan banyak biji yang mengalami jamuran. Biji yang mengalami
jamuran dapat disebabkan oleh umur biji yang terlalu lama disimpan.
Penyimpanan yang lama mengakibatkan molekul dalam biji sudah mengalami
kerusakan sehingga biji tidak dapat lagi berkecambah. Kejamuran pada biji akan
mengakibatkan viabilitas biji rendah. Faktor kejamuran secara pasti mengurangi
viabilitas pada kandungan lengas biji yang tinggi tetapi kalau tidak demikian
faktornya adalah fisiologik dan tampaknya berkaitan dengan keawetan molekul-
molekul kompleks, terutama di dalam kromosom, dan pemeliharaan integritas
membran di dalam dan di antara sel-sel. Hal ini akan mengakibatkan kemmapuan
benih untuk menghasilkan produk yang baik sangat kecil, bahkan kemungkinan
benih untuk tumbuh juga sangat kecil, untuk itu perlu diperhatikan kualitas biji
Daya kecambah benih merupakan informasi penting yang dibutuhkan
apabila dilakukan budidaya suatu tanaman. Daya kecambah (viabilitas)
merupakan hal penting untuk menentukan kualitas benih tanaman yang baik dan
tidak rusak serta biasanya dinyatakan sebagai persentase dari individu yang
berkecambah saat dilakukan uji perkecambahan. Faktor -faktor yang sangat
mempengaruhi daya kecambah benih adalah faktor internal (antara lain: sifat
genetik, daya tumbuh, kondisi kulit dan kadar air benih awal) dan juga faktor
eksternal (kemasan benih, komposisi gas, kelembaban ruang simpan dan juga
termasuk lama penyimpanan)
Penggunaan ZPT alami juga dapat mempercepat perkecambahan benih
karena ZPT mengandung hormon yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.
Bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai sumber ZPT adalah air kelapa,
yang mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin dan
auksin. Sitokinin diketahui sebagai salah satu zat pengatur tumbuh yang berperan
sangat penting dalam pembelahan sel yang dapat menstimulasi proses
perkecambahan sehingga kecambah bisa tumbuh lebih cepat.Skarifikasi mampu
memberikan kondisi tidak kedap pada benih (yang mulanya kedap) sehingga
benih dapat menyerap air.Perlakuan pematahan dormansi adalah istilah yang
digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna mempercepat
perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan dengan
melalui skarifikasi. Sebagian besar ahli teknologi benih mengartikan viabilitas
sebagai kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah
secara normal.Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditujukan
melalui gejala metabolisme dengan gejala pertumbuhan.Skarifikasi mekanik
memungkinkan air masuk ke dalam benih untuk memulai berlangsungnya
perkecambahan.Skarifikasi mekanik mengakibatkan hambatan mekanis kulit
benih untuk berimbibisi berkurang sehingga benih dapat berkecambah.Skarifikasi
dan perkecambahan sangat penting bagi pertumbuhan Tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Media Semai Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika
sebagai syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1 Tabel Pengaruh Media Semai Terhadap Pertumbuhan Tanaman. ............................................... 8
2 Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter. ......................................... 8
Bibit Saga (Adenanthera pavonina) dengan perlakuan top soil 100 %
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Media tanam merupakan tempat hidup bagi tanaman. Secara umum, media
tanam harus dapat menyangga perakaran tanaman agar bisa berdiri tegak dan tidak
mudah roboh diterpa angin atau gangguan lainnya serta dapat menunjang
pertumbuhan tanaman. Beberapa media yang dapat digunakan sebagai alternatif
media tanam adalah yang menyerupai kondisi di habitat aslinya, seperti tanah
podsol, moss, serbuk kelapa dan podsolik merah kuning. Beberapa media ini
digunakan karena mempunyai kemampuan mengikat air dan mengandung zat hara
organik yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, secara ekonomis
media ini lebih mudah didapat dan lebih murah. (Putri, 2018)
Faktor penyebab utama penduduk kota di Indonesia sulit dalam hal
bercocok tanam dan membuat taman adalah ketersediaan lahan yang semakin
sedikit. Oleh sebab itu banyak taman vertikal atau yang dalam bahasa inggris
artinya “Vertical Garden”dijumpai di pinggiran kota-kota besar dan di sekitar
pekarangan rumah. Taman vertikal yaitu taman yang dibuat dari kerangka besi,
bambu, kayu dan kawat besi atau tembok yang menempel pada dinding. Taman
vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Patrick Blanch seorang ahli botani dari
Prancis pada tahun 1994, dilator belakangi oleh semakin sempitnya lahan karena
semakin maraknya pembangunan (Pratiwi dkk., 2017).
Benih hasil pemuliaan merupakan investasi yang penting dan mahal
sehingga perlu ditangani benar agar mutu benihnya, baik mutu fisik, fisiologis,
dan genetik tetap terjamin baik. Sampai saat ini jenis tanaman hutan hasil
pemuliaan yang telah diantaranya adalah Acacia crassicarpa. Mutu fisik dan
fisiologis merupakan cerminan dari rangkaian proses penanganan benih dari mulai
dari proses produksi sampai pengecambahan benih. Sedangkan mutu genetik
menunjukkan tingkat kemurnian varietas yang dihasilkan dari kinerja pemuliaan
pohon. Mutu genetik juga didefinisikan sebagai tingkat keterwakilan keragaman
genetik suatu sumber benih. Untuk mempertahankan mutu fisik-fisiologis benih
hasil pemuliaan agar terjamin baik, diperlukan penanganan benih secara tepat.
Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan
ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan
pembungkus benih benih lainnya. (Yuniarti, 2013)
Komposisi media tanam pada masa pembibitan sangat penting karena
dapat mempengaruhi penyerapan hara dan kondisi drainase pada pertumbuhan
tanaman. Keseimbangan unsur hara dalam tanah sangat perlu untuk menjaga
kesuburan tanah. Media tanam dapat diperbaiki dengan pemberian bahan organik
seperti kompos, pupuk kandang atau bahan organik lain seperti arang sekam
sekam. Permulaan fase vegetatif akan meningkatkan asimilat yang dipergunakan
untuk pembentukan organ-organ baru, diantaranya organ penyimpanan. Proses ini
akan membutuhkan unsur hara yang lebih besar yang diserap tanaman dari tanah
yang sebagian besar bersumber dari pupuk. (Yenisbar, 2020).
Benih adalah material penting dalam konservasi dan perbanyakan
tumbuhan, yang dapat disimpan selama beberapa hari hingga bertahun-tahun
tergantung pada tipe biji dan jenis tumbuhannya. Embrio yang ada di dalam benih
merupakan miniatur tumbuhan baru. Menurut data bank biji Kebun Raya
Purwodadi periode berbuah dan menghasilkan benih kesambi hanya berlangsung
1 hingga 2 bulan dalam satu tahun. Sehingga penyimpanan benih yang tepat
penting untuk diketahui agar dapat memenuhi ketersediaan tanaman atau bibit
kesambi yang dibutuhkan untuk penanaman. Benih memiliki daya simpan berbeda
sesuai dengan kondisi fisiologisnya, terdapat benih yang mampu disimpan dalam
waktu yang lama hingga beberapa tahun dan masih dapat berkecambah adapula
benih yang hanya mampu disimpan dalam periode pendek. Perbanyakan tanaman
baik secara generatif maupun vegetative dilakukan untuk penyediaan materi untuk
kegiatan penanaman baik dalam rangka penelitian maupun penanaman secara
komersial. (Artauli, 2017)
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Media Semai
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” adalah untuk mengetahui media tanam terbaik
bagi pertumbuhan semai Paraserianthes falcatarina, Acacia mangium, dan
Adenanthera pavonina
TINJAUAN PUSTAKA
Media tanam merupakan salah satu faktor yang sangat penting didalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman tergantung kepada
media tanamnya, jika media tanamnya bagus maka pertumbuhan tanaman akan
bagus begitu juga sebaliknya. Media tanam yang digunakan untuk tanaman harus
disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Media tanam merupakan
salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam kegiatan bercocok
tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhantanaman yang
pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Jenis-jenis media tanam sangat
banyak dan beragam. Setiap jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik
media tanam yang berbeda. Misalnya, tanaman buah membutuhkan karakter
media tanam yang berbeda dengan tanaman sayuran. Tanaman buah memerlukan
media tanam yang solid agar bisa menopang pertumbuhan tanaman yang relatif
lebih besar, sementara jenis tanaman sayuran daun lebih memerlukan media
tanam yang gembur dan mudah ditembus akar.Tanah memiliki pori-pori yang
memiliki kemampuan untuk mengikat air yang cukup kuat. Sekam padi berperan
di dalam memperbaiki struktur tanah dan selain itu sekam padi juga mudah
didapatkan dan harganya terjangkau. Aminudien menyatakan bahwa hal yang
perlu menjadi pertimbangan dalam memilih media tanam diantaranya biaya yang
dibutuhkan dan sumber daya yang tersedia disekitar lokasi. (Adiprasetyo, 2020)
Pembibitan merupakan aspek vital dalam budidaya tanaman tahunan
karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktivitas tanaman kopi
setelah dewasa. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi dan apabila terjadi
kegagalan dalam pembibitan atau penyediaan bibit yang baik maka kerugian akan
sangat besar selain dari segi materi juga waktu yang terbuang. Praktek pembibitan
untuk perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan,generatif menggunakan bagian generatif tanaman kopi
untuk perbanyakan, yaitu benih (biji), sementara perbanyakan dengan cara
vegetatif dapat melalui setek dan sambung menggunakan bagian vegetatif
tanaman kopi seperti daun, ranting, cabang, dan akar. (Kadir et al, 2020)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini
memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun
memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan
menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Bobot pasir yang
cukup berat akan mempermudah tegaknya batang. Sejauh ini, pasir dianggap
memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media tanam, pertumbuhan bibit dan
perakaran tanaman. Arang sekam dimanfaatkan untuk menggemburkan tanah,
bahan pembuatan kompos, media tanam, dan media persemaian. Arang sekam
membuat media menjadi lebih poros, bersih, dan sterilitasnya lebih terjamin, serta
bebas dari organisme yang dapat menggangu, seperti kutu yang biasa hidup dalam
tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang cukup dan seimbang merupakan salah
satu kunci keberhasilan budidaya tanaman tin. (Dewi, 2020)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Secara fisik, media harus mempunyai porositas yang tinggi, drainase dan
aerasi yang baik. Hal ini akan dapat mendukung metabolisme dan pertumbuhan
akar yang baik sehingga dapat dihasilkan semai dengan perakaran yang kompak.
Media dengan porositas tinggi juga akan dapat menghasilkan bibit dalam
kontainer yang ringan sehingga memudahkan pada waktu diangkut. Secara kimia,
media tumbuh semai juga harus mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangan semai, khususnya unsur hara makro yang
diperlukan tanaman dalam jumlah besar, yaitu N, P, K, Ca, Mg, dan S. Media
yang memenuhi persyaratan tersebut pada umumnya adalah bahan organik seperti
kompos daun atau bahan organik lain. Untuk mengatasi kehilangan unsur-unsur
hara saat penyiraman karena media tanam bersifat porous maka dari itu dalam
penelitian ini menggunakan beberapa kombinasi media tanam seperti arang
sekam, pasir dan aplikasi pupuk LCN. (Hardiwinoto, 2011).
Pertumbuhan bibit yang baik harus ditunjang oleh media tanam yang baik
baik secara fisik, biologi dan kimianya. Di Indonesia hampir sebagian besar
tanahnya berada pada kondisi kekurangan unsur hara dan strukturnya padat,
karena didominasi oleh unsur liat. Untuk memperbaiki sifat fisik tanah dapat
dilakukan dengan penambahan pupuk kandang kedalam tanah tersebut. Perbaikan
sifat fisik tanah antara lain meningkatkan agregasi tanah dan permeabilitas daerasi
tanah, mengurangi aliran permukaan. Serta memperbaiki struktur tanah dan
menggemburkan sehingga mempermudah dalam pengolahan. Dilihat dari segi
kimia tanah bahan organik bermanfaat bagi tanah dalam menyediakan unsur
Nitrogen, Sulfur, Fospor, memperbesar kapasitas takar kation tanaah (KTK) dan
meningkatkan mikro organisme sehingga yang terdapat didalam tanah menjadi
lebih tersedia hubungan tanaman (Ansari Firmansyah, 2018)
METODE PRAKTIKUM
Prosedur Praktikum
1. Siapkan polybag, dan buat lubang-lubang kecil secukupnya
2. Siapkan media tanam yang terdiri dari komposisi : topsoil 100%; subsoil
100%; topsoil : sekam padi (2:1); subsoil : sekam padi (1:1). Campur
secara merata
3. Buat masing-masing 5 ulangan, untuk masing-masing spesies dan diberi
label
4. Disiram dengan air secukupnya
5. Cabut anakan dari bedeng tabor secara hati-hati, letakkan pada mangkok
kecil yang telah diisi air
6. Buat lubang pada media dalam polybag, tanam anakan, jangan sampai
akarnya terlipat atau terputus tutup dengan pasir halus sampai leher akar,
padatkan
7. Siram kembali dengan air
8. Pemeliharaan dilakukan secara rutin, dengan menyiram dan menyiangi
dari gulma
9. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali, diukur tinggi dan persen
hidupnya untuk masing-masing perlakuan
10. Buat grafik pertumbuhannya, berikan analisis dan pembahasan
pengamatan ini serta buat kesimpulan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil dari Pratikum Silvika berjudul “Pengaruh Media Semai Pada
Pertumbuhan Tanaman” ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Top soil 100%
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 2,5 cm 2,7cm 3,1 cm 3,6 cm
2 Ulangan 2 1,9 cm 2,3 cm 2,9 cm 3,7 cm
3 Ulangan 3 3,4 cm 3,8 cm 4,2 cm 4,5 cm
4 Ulangan 4 2,0 cm 3,0 cm 3,7 cm 5,0 cm
5 Ulangan 5 3,1 cm 3,9 cm 4,3 cm 5,3 cm
Tabel 2. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Top soil : sekam padi (2 : 1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 4,3 cm 5,0 cm 5,5 cm 7,0 cm
2 Ulangan 2 3,5 cm 4,2 cm 4,9 cm 6,3 cm
3 Ulangan 3 7,2 cm 7,4 cm 8,1 cm 8,7 cm
4 Ulangan 4 4,5 cm 5,0 cm 5,6 cm 6,8 cm
5 Ulangan 5 3,2 cm 4,0 cm 4,7 cm 5,0 cm
Tabel 3. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Top soil : sekam padi (1:1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 4,5 cm 5,0 cm 5,7 cm 6,2 cm
2 Ulangan 2 3,3 cm 4,7 cm 5,0 cm 6,0 cm
3 Ulangan 3 2,7 cm 3,2 cm 4,2 cm 5,9 cm
4 Ulangan 4 4,6 cm 5,6 cm 5,9 cm 6,3 cm
5 Ulangan 5 2,7 cm 3,8 cm 4,3 cm 5,7 cm
Tabel 4. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina)dengan perlakuan Sub soil 100%
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 3,3 cm 3,4 cm 5,0 cm 5,9 cm
2 Ulangan 2 4,5 cm 5,0 cm 6,3 cm 7,0 cm
3 Ulangan 3 6,7 cm 7,0 cm 7,9 cm 8,3 cm
4 Ulangan 4 5,6 cm 6,3 cm 6,9 cm 7,3 cm
5 Ulangan 5 3,9 cm 4,9 cm 5,7 cm 6,4 cm
Tabel 5. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga
(Adenanthera pavonina) dengan perlakuan Sub soil : sekam padi (1 : 1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 3,8 cm 4,2 cm 5,6 cm 6,0 cm
2 Ulangan 2 2,7 cm 3,7 cm 4,3 cm 5,3 cm
3 Ulangan 3 4,5 cm 5,1 cm 5,9 cm 6,5 cm
4 Ulangan 4 6,7 cm 7,3 cm 7,7 cm 8,2 cm
5 Ulangan 5 6,5 cm 7,5 cm 8,3 cm 8,6 cm
Tabel 6. Data Pengamatan Hasil Pertambahan Tinggi dan Diameter Bibit Asam
jawa (Tamarindus indica) )dengan perlakuan Sub soil : sekam padi ( 2: 1)
No Spesies Tinggi Minggu ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Awal (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)
(cm)
1 Ulangan 1 4,5 cm 5,0 cm 5,7 cm 6,3 cm
2 Ulangan 2 3,7 cm 4,3 cm 5,1cm 5,7 cm
3 Ulangan 3 2,7 cm 3,2 cm 4,1 cm 5,6 cm
4 Ulangan 4 3,8 cm 4,3 cm 4,9 cm 5,3 cm
5 Ulangan 5 2,4 cm 3,2 cm 3,6 cm 4,3 cm
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
Ansari FMI. 2018. Pengaruh Komposisi Media Tanam Dan Pemberian Dosis
Pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) Terhadap
Pertumbuhan Semai Ketimunan (Gyrinops versteegi). Jurnal Belantara,
1 (1): 30-34
Dewi AF, Tika MS, Ifni SC. 2020. Pengaruh Media Tanam Pasir, Arang Sekam,
Dan Aplikasi Pupuk LCN Terhadap Jumlah Tunas Tanaman Tin (Ficus
carica L.) Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Bioeducation, 7 (1):
1-7
Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Areal Tegakan Benih
IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 5 (4): 927-934
Pratiwi NE, Bistok HS, Dina B. 2017. Pengaruh Campuran Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Stroberi (Fragaria Vesca L.) Sebagai
Tanaman Hias Taman Vertikal : JurnalAgric: 29 (1)
Putri BF. 2018. Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhuan
Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning Dari Kawasan Hutan Kerangas
Air Anyir, Bangka. Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan
Mikrobiologi, 3 (1): 20-28
LAMPIRAN
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan
Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat
masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Pengaruh Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman ................ 8
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Air Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” adalah untuk mengetahui respon tanaman dalam berbagai
kondisi cekaman air.
TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting dan diperlukan
dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sekitar 85-
90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah. Air berfungsi
sebagai pelarut hara, penyusun protoplasma, bahan baku fotosintesis dan lain
sebagainya. Kekurangan air pada jaringan tanaman dapat menurunkan turgor sel,
meningkatkan konsentrasi makro molekul serta mempengaruhi membran sel dan
potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Mengingat pentingnya peran air
tersebut, maka untuk tanaman yang mengalami kekurangan air dapat berakibat
pada terganggunya proses metabolisme tanaman yang pada akhirnya berpengaruh
pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Harnowo,melaporkan bahwa
cekaman kekurangan air dapat menghambat aktifitas fotosintesis dan distribusi
asimilat ke dalam organ,reproduktif. (Kurniawan, 2014)
Perkecambahan adalah proses penting dalam perkembangan tumbuhan
mengungkapkan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai proses
perkecambahan termasuk faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.
Pengetahuan tentang biologi perkecambahan penting dipelajari untuk
menghasilkan strategi yang tepat bagi upaya konservasi dan restorasi tumbuha.
Informasi mengenai biologi perkecambahan juga dapat dijadikan sebagai dasar
untuk menyusun protokol perkecambahan tumbuhan endemik, langka, dan
terancam yang merupakan langkah awal konservasi tumbuhan. Salah satu
informasi mengenai proses biologi perkecambahan yang penting untuk dipelajari
adalah tipe perkecambahan dan pertumbuhan anakan tumbuhan. Tipe
perkecambahan dan tipe pertumbuhan anakan berhubungan erat dengan strategi
adaptasi tumbuhan terhadap kondisi habitat alaminya. (Kuswantoro, 2019)
Pembibitan merupakan aspek vital dalam budidaya tanaman tahunan
karena proses ini akan mempengaruhi kondisi atau produktivitas tanaman kopi
setelah dewasa. Proses pembibitan membutuhkan waktu yang relatif lama
sehingga dapat berpengaruh pada masa produksi tanaman kopi dan apabila terjadi
kegagalan dalam pembibitan atau penyediaan bibit yang baik maka kerugian akan
sangat besar selain dari segi materi juga waktu yang terbuang. Praktek pembibitan
untuk perbanyakan tanaman kopi dapat dilakukan dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan,generatif menggunakan bagian generatif tanaman kopi
untuk perbanyakan, yaitu benih (biji), sementara perbanyakan dengan cara
vegetatif dapat melalui setek dan sambung menggunakan bagian vegetatif
tanaman kopi seperti daun, ranting, cabang, dan akar. (Kadir et al, 2020)
Teknik pembibitan adalah hal yang sangat penting untuk menghasilkan
bibit berkualitas. Dalam teknik ex vitro keadaan suhu, cahaya, dan
kelembabannya tidak terjaga atau selalu mengalami fluktuasi setiap waktu. Media
tumbuh yang digunakan untuk pertumbuhan kecambah adalah yang mampu
menyiapkan hara yang cukup Pemberian pupuk kandang menjamin ketersediaan
unsur hara, perbaikan aerasi, dan draenasi media. Humus adalah senyawa organik
tanah yang menyimpan nutrien tumbuhan dan berfungsi sebagai penyangga dalam
proses fisik, kimia, dan biologi yang sangat penting untuk perbaikan struktur
tanah. Sementara tanah mempunyai daya mengikat air dan unsur hara yang baik,
tetapi cenderung memiliki aerasi dan drainase yang kurang baik. Media sekam
padi dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan
kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat proses
pelapukannya. (Isnaeni, 2014)
Salah satu kendala yang dapat membatasi pertumbuhan dan produksi
tanaman pada lahan kering adalah ketersediaan air yang rendah, karena itu
diperlukan kultivar kedelai yang berpotensi produksi dan mempunyai kemampuan
adaptasi yang tinggi terhadap cekaman air. Pengaruh cekaman air terhadap
pertumbuhan tanaman tergantung pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis
atau kultivar yang ditanam. Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman
air adalah terjadinya hambatan terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian
berpengaruh besar terhadap proses fisiologis dan metabolisme dalam tanaman.
Penggunaan varietas toleran kekeringan dapat menjadi solusi untuk penanaman
pada musim kering atau lahan kering tegalan yang ketersediaan airnya terbatas.
Penggunaan varietas toleran juga mampu memudahkan petani dalam pengaturan
waktu dan pola tanam untuk menyesuaikan dengan tingkat ketersediaan air. Siklus
hidup tanaman terdiri atas dua fase secara umum yaitu fase vegetatif dan
generatif, masing-masing fase ini memiliki tingkat sensitivitas berbeda-beda
terhadap kekurangan air. (Yodhia, 2020)
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Untuk
mendapatkan benih yang berkualitas perlu diketahui sumber benih atau pohon
induknya.Usaha yang harus dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan
pohon induk tersebut sebagai pohon plus. Dalam proses menentukan pohon plus
harus memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus (plus tree, superior tree)
memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik, diatas pertumbuhan rata-rata
dalam hal laju pertumbuhan, bentuk, kualitas kayu dan sifat lainnya yang penting.
Sementara itu pada hutan alam tegakan dimana penyusunnya tidak homogen
dengan variasi yang sangat tinggi yang menyebabkan tegakan hutan memiliki
perbedaan diameter, tinggi dan umur yang sangat besar.Setiap pohon mempunyai
variasi atau keragaman. (Juanda, 2017)
Kebutuhan air bagi tumbuhan berbeda-beda, tergantung jenis tumbuhan
dan fase pertumbuhannya. Pada musim kemarau, tumbuhan sering mendapatkan
cekaman air (water stress) karena kekurangan pasokan air di daerah perakaran dan
laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorbsi air oleh tumbuhan. Sebaliknya
pada musim penghujan, tumbuhan sering mengalami kondisi jenuh air. Perakaran
tumbuhan tumbuh ke dalam tanah yang lembab dan menarik air sampai tercapai
potensial air kritis dalam tanah. Air yang dapat diserap dari tanah oleh akar
tumbuhan disebut air yang tersedia. (Marzukah, 2013)
Kekeringan merupakan faktor utama yang membatasi pertumbuhan dan
perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi. Bahwa ketersediaan air yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Peranan air pada
tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara) dari
dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke
limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan
membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
suhu bagi tanaman. Apabila ketersediaan air tanah kurang bagi tanaman maka
akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis, transportasi unsur hara ke daun
akan terhambat. (Maryani, 2012)
METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Top soil, Sub soil,
sekam padi
Prosedur Praktikum
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 3 semai
2. Memelihara semai sampai berumur 2 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering
daun dan berat kering akar (mengambil sampel)
4. Memperlakukan bibit dengan teknik berbeda
1) Menyiram 1 hari sekali
2) Menyiram 3 hari sekali
3) Menyiram seminggu sekali dan
4) Menyiram 2 minggu sekali
5. Mengamati pertumbuhan setiap 1 minggu sekali dengan mencatat tinggi,
jumlah daun dan diakhiri mengukur jumlah akar, panjang akar, berat
kering daun dan berat kering akar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Terlampir
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Areal Tegakan Benih
IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 5 (4): 927-934
Kurniawan dan Bayu. 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air Terhadap Respon
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum). UB.
Malang
Marzukah RM, Sakya AT, Rahayu M. 20213. Pengaruh Volume Pemberian Air
Terhadap Pertumbuhan Tiga Varietas Tomat (Lycopersicum
esculentum). Agrosains, 15 (1): 12-16
Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Ukuran Benih Terhadap
Mutu Fisik-Fisiologis Benih. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10 (3):
129-13
Laporan Praktikum Silvika Medan, April 2022
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Cahaya Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika
sebagai syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman...............................8
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Cahaya
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” adalah Mengetahui respon dan perubahan pada
pertumbuhan tanaman dalam berbagai kondisi cekaman cahaya dalam
pertumbuhan tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Diambil semai dan ditanam dalam polybag berisi top soil 100% sebanyak
6 semai dengan 3 kali ulangan dengan 2 variasi (dibawah naungan dan
tanpa naungan)
2 Diberi label di polibag.
3. Diperlakukan bibit sesuai variasinya yaitu dibawah naungan dan tanpa
naungan
4. Disiram kembali dengan air.
5. Dilakukan pemeliharaan setiap hari dengan penyiraman dan pembersihan
gulma.
6. Diamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali dengan mencatat
tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
- Terlampir
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
Juanda, Abdurrani M, Reine SW. 2017. Seleksi Pohon Plus Areal Tegakan Benih
IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat. Jurnal Hutan
Lestari, 5 (4): 927-934
Yuniarti, dan Djaman. 2015. Penentuan cara perlakuan pendahuluan benih saga
pohon. Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 12 (1): 23-29
Laporan Praktikum Silvika Medan, Mei 2022
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara Terhadap
Pertumbuhan Tanaman” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika
sebagai syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 5 gr ............................. 7
2. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 10 gr ........................... 7
3. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 15 gr ........................... 7
4. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupuk NPK 5 gr. .............................. 8
5. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupuk NPK 10 gr. ............................ 8
6. Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina).pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupuk NPK 15 gr ............................. 8
7. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupul NPK 5 gr. .............................. 9
8. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupul NPK 10 gr. ............................ 9
9. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sebelum pemberian pupul NPK 15 gr. ............................ 9
10. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupul NPK 5 gr. ............................. 10
11. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupul NPK 10 gr. ........................... 10
12. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala)pada
Media topsoil 100% sesudah pemberian pupul NPK 15 gr. ........................... 11
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengaruh Unsur Hara
Terhadap Pertumbuhan Tanaman” adalah untuk mengetahui respon tanaman
dalam berbagai kondisi cekaman hara.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Mengambil semai dan menanam dalam polybag sebanyak 4 semai 3x
ulangan dengan variasi jenis sebanyak 2
2. Memelihara semai sampai berumur 2 minggu
3. Mengukur pertumbuhan tinggi dan jumlah daun, jumlah akar, berat kering daun
dan berat kering akar (mengambil sampel)
4. Memperlakukan bibit dengan tehnik pemberian pupuk dengan jenis dan dosis
yang berbeda: a. NPK (dengan dosis 0,5 gr, 10 gr dan 15 gr)
5. Memetakan rancangan percobaan dan mendokumentasikan data
6. Mengamati pertumbuhan tanaman setiap 1 minggu sekali selama 2 minggu
dengan mencatat tinggi, jumlah daun dan diakhiri dengan mengamati jumlah
akar, panjang akar, berat kering daun dan berat kering akar
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil yang diperoleh dari Praktikum Silvika berjudul “Pengaruh Unsur Hara
Terhadap Pertumbuhan Tanaman”adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 10 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Saga (Adenanthera 4 12 4
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 8.3 13 3
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 6.7 10 2
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 7.1 6 2
pavonina L.)
Tabel 1.3 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 15 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Saga (Adenanthera 5 7 3
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 3.4 8 4
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 4.4 14 3
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 6.3 13 2
pavonina L.)
Tabel 2.3 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 15 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Saga (Adenanthera 5.4 9 11 5.125
pavonina L.)
2. Saga (Adenanthera 4 10 6 5.125
pavonina L.)
3. Saga (Adenanthera 4.9 16 4 5.125
pavonina L.)
4. Saga (Adenanthera 7 15 4 5.125
pavonina L.)
3. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) sebelum
pemberian pupuk NPK.
Tabel 3.1 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 5 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Lamtoro (Leucaena 5,3 8 3
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 6,2 13 5
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 4 15 4
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 5,6 6 3
leucocephala)
Tabel 3.2 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 10 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Lamtoro (Leucaena 6 10 2
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 3,3 9 6
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 4,8 7 7
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 3,9 12 4
leucocephala)
Tabel 3.3 Data pengamatan semai Saga (Adenanthera pavonina L.) pada media
topsoil 100% sebelum pemberian pupuk NPK 15 gram.
No. Nama Sampel Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar
1. Lamtoro (Leucaena 3,6 16 5
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 4,3 11 3
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 5,7 13 6
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 6,3 15 9
leucocephala)
4. Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) setelah
pemberian pupuk NPK.
Tabel 4.1 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 5 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Lamtoro (Leucaena 5,7 9 4 4,675
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 6,6 15 6 4,675
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 4,5 16 5 4,675
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 6 7 5 4,675
leucocephala)
Tabel 4.2 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 10 gram.
Berat
Jumlah Jumlah
No. Sampel Tinggi Kering
Daun Akar
(gr)
1. Lamtoro (Leucaena 6,5 17 3 6,325
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 3,9 11 6 6,325
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 5,2 9 9 6,325
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 4,5 13 6 6,325
leucocephala)
Tabel 4.3 Data pengamatan semai Lamtoro (Leucaena leucocephala) pada media
topsoil 100% + Pupuk NPK 15 gram.
Jumlah Jumlah Berat
No. Nama Sampel Tinggi
Daun Akar Kering (gr)
1. Lamtoro (Leucaena 4 18 6 7,325
leucocephala)
2. Lamtoro (Leucaena 4,2 13 5 7,325
leucocephala)
3. Lamtoro (Leucaena 6 14 7 7,325
leucocephala)
4. Lamtoro (Leucaena 6,7 16 11 7,325
leucocephala)
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
PENGUKURAN TRANSPIRASI
Dosen Penanggungjawab :
Dr. Delvian, SP, MP.
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Pengukuran Transpirasi” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk
praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel 1. Data Pengukuran Perubahan Suhu selama Proses Transpirasi
Pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) Bibit-1. .............................................. 7
2. Tabel 2. Data Pengukuran Perubahan Suhu selama Proses Transpirasi
Pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) Bibit-2. .............................................. 7
3. Tabel 3. Data Pengukuran Laju Transpirasi ............................................................. 7
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan
hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang
kutikula, dan lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H 2O dan
CO2, terjadi siang hari saat panas, melalui stomata (mulut daun) dan lentisel
(celah batang). Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun seperti stomata,
lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Transpirasi juga
merupakan terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke
udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk
mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau
transpirometer. (Silaen, 2021)
Daun merupakan organ pokok pada tumbuhan. Umumnya, daun berbentuk
pipih bilateral, berwarna hijau, dan merupakan tempat utama terjadinya
fotosintesis. Berkaitan dengan itu, daun memiliki struktur mulut daun yang
berguna untuk pertukaran gas O2 dan CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar
dan sebaliknya. Ketebalan daun merupakan indikator sensitivitas tentang status air
pada tanaman, tetapi dibutuhkan kalibrasi pada setiap tanaman agar mendapatkan
data yang akurat. Ketebalan daun merupakan salah satu faktor internal yang
memengaruhi laju transpirasi. Ketebalan daun menurun ketika transpirasi dimulai
dan kemudian meningkat ketika menyerap air dari batang dan tanah. (Costa, 2022)
Laju transpirasi tanaman sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak
faktor, oleh karena itu pengukuran laju transpirasi pada kondisi lingkungan yang
tidak terkontrol dengan baik akan menjadi sangat rumit. Pengukuran transpirasi
memerlukan alat yang bekerja berasaskan pada metode poorometer berkuvet dan
atau dengan metode lisieter grafimetrik dan atau dengan metode aliran bahang,
sehingga pengukuran transpirasi umumnya cukup mahal. Pengukuran transpirasi
yang rumit dan mahal, kurang efektif apabila dilakukan terhadap banyak sampel,
oleh karena itu perlu diteliti sebuah pendekatan sederhana yang dapat menduga
kemampuan transpirasi tanaman. (Setiawan, 2015)
Air merupakan penyusun sebagian besar permukaan bumi. Selain itu, air
juga memiliki banyak peran dan merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi
manusia sebagai sumber air bersih untuk minum, mencuci dan berbagai kebutuhan
lainnya. Peranan ekofisiologis dalam mengkonservasi air dalam proses transpirasi
dengan memilih tiga spesies dominan vegetasi pohon untuk pengujian evaporasi
berupa penjenuhan tanaman yaitu dalam bentuk perlakuan (kontrol, P-40% dan P-
80%), dan laju transpirasi menggunakan LICOR dan Kobalt klorida. Evaporasi
merupakan proses penguapan yang terjadi melalui permukaan air, tanah, dan
vegetasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan laju
evaporasi lebih tinggi daripada bidang permukaan yang rata. Proses evaporasi
tergantung pada saturation defisit di udara atau jumlah uap air yang dapat diserap
oleh udara sebelum udara tersebut menjadi jenuh. (Binsasi, 2016)
Lingkungan yang ekstrim ialah lingkungan yang dapat menimbulkan
cekaman pada tumbuhan.Penyebab cekaman dapat berupa berbagai bahan kimia
dan faktor-faktor fisik yang bersifat permanen maupun dapat balik.Kekeringan
dapat merupakan cekaman primer maupun cekaman sekunder. Cekaman primer
disebabkan oleh kekurangan air di lingkungan sekitar tumbuhan, sedangkan
cekaman sekunder diinduksi oleh keadaan dingin, pembekuan, panas atau kadar
garam. Sel tumbuhan yang telah kehilangan air dan mempunyai tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya dikatakan mengalami cekaman
kekeringan.Cekaman kekeringan pada tanaman menunjukkan kekurangan air yang
dialami oleh tanaman akibat keterbatasan air dari lingkungannya, yaitu media
tanam (Ai, 2015)
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Pengukuran Transpirasi”
adalah mempelajari hilangnya air dari tanaman yang merupakan proses
ekofisiologi tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan peralatan-peralatan yang diperlukan.
2. Ambil bibit yang sudah ditanam dalam polybag.
3. Tutuplah tanah pada permukaan polybag dengan plastik, untuk mencegah
terjadinya evaporasi dari permukaan media.
4. Ukurlah seluruh permukaan daun pada setiap polybag dengan menggunakan
bantuan kertas millimeter block.
5. Timbanglah bibit tersebut selama 100 menit dengan interval waktu 20 menit.
6. Catat beratnya dan buatlah grafik hubungan antara waktu dengan jumlah
kehilangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Data Pengukuran Perubahan Suhu Selama Proses Transpirasi Pada Tanaman
Mangga (Mangifera indica). Bibit-1
No Waktu Pengamatan (menit) Suhu Tercatat (°C)
1 0 menit 35 °C
2 30 menit 38 °C
3 60 menit 45 °C
4 90 menit 50 °C
Tabel 2. Data Pengukuran Perubahan Suhu Selama Proses Transpirasi Pada Tanaman
Mangga
(Mangifera indica) Bibit-2
No Waktu Pengamatan (menit) Suhu Tercatat (°C)
1 0 menit 37 °C
2 30 menit 42 °C
3 60 menit 47 °C
4 90 menit 52 °C
Perhitungan:
Mangga (1)
Wo= 2000 gram
W1= 2000 gram
V == 𝖶𝑜−𝖶1 = = 2000−2000 = 0/5400 sekon
𝑡 5400 𝑠
Mangga (1)
Wo= 1.500 gram
W1= 1.500 gram
V == 𝖶𝑜−𝖶1 = = 1500−1500 = 0/5400 sekon
𝑡 5400 𝑠
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
Ai, Torey. 2013. Karakter Morfologi Akar Sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. Jurnal Biologi 3(1): 1-9.
Asmoro. 2018. Eksplorasi benih Jati Putih Gmelina arborea Roxb dari berbagai
variasi habitat untuk populasi pemuliaan. Jurnal Biologi Tropika, 2(1):
30-37
Costa YOD, Daningsih E. 2022. Ketebalan Daun dan Laju Transpirasi pada
Tanaman Hias Dikotil (Thickness of Leaves and Transpiration Sea in
Cottle Ornamental Plants). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 27
(1): 41-47
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Perkembangan Akar Tanaman” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk
praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Perkembangan Akar Tanaman Jagung (Zea Mays) ................................. 7
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Perkembangan Akar
Tanaman” adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam terhadap
perkembangan akar tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Disiapkan bahan dan alat
2. Diambil polybag ukuran 1 kg sebanyak 6 buah
3. Masing-masing polybag berisi tanah sub soil dan top soil
4. Diberi tanda dengan menggukan label nama pada masing-masing perlakuan
5. Ditanam benih jagung
6. Disiram 2 kali sehari pagi dan sore
7. Dibiarkan selama 2 minggu
8. Dihentikan pengamatan setelah 2 minggu
9. Dibuka polybag yang berisi tanaman jagung mudah dengan menggunakan
gunting, lalu tanah dibuang dengan menggunakan air agar akar tidak
lepas/terputus
10. Diukur panjang akar dan jumlah banyak serabut akarnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
Hasil dari Pratikum Silvika “Perkembangan Akar Tanaman” adalah
panjang masing akar berbeda tetapi lebih cenderung panjang tanaman yang
tumbuh di media tanah dan sekam. Akar adalah bagian dari tumbuhan yang
tumbuh ke arah bawah (ke dalam tanah). Akar sebagai satu kesatuan dari tanaman
memiliki bagian-bagian yang fungsinya berbeda-beda sesuai dengan letak
masingmasing bagian akar. Bagi tanaman akar adalah satu faktor penting bagi
pertumbuhan, tanpa akar proses fotosintesis untuk memproduksi karbohidrat dan
energi tidak akan bisa berjalan. Peranan akar dalam pertumbuhan tanaman sama
pentingnya dengan tajuk. Sebagai gambaran, kalau tajuk berfungsi untuk
menyediakan karbohidrat melalui proses fotosintesis, maka fungsi akar adalah
menyediakan unsur hara dan air yang diperlukan dalam metabolisme tanaman.
Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya. Karena
tanah merupakan tempat berkembangnya akar pohon serta interaksi hara dengan
pohon, maka pemadatan tanah dan kandungan air tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan akar pohon. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju
penetrasi akar lebih dalam. Karena tanah padat susah ditembus akar, maka daerah
pemanjangan akar semakin pendek, hal ini dapat diukur dari total panjang akar.
Unsur Hara pada tanaman merupakan Tanaman memerlukan unsur hara yang
lengkap agar dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang
berkualitas. Pemenuhan unsur hara kebutuhan tanaman merupakan hal yang
mutlak dilakukan, karena ketersediaan unsur hara di Merangsang pertumbuhan
vegetatif tanaman secara keseluruhan, khususnya pertumbuhan akar, batang dan
daun. Berperan dalam pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang sangat penting
untuk melakukan proses fotosintesis. Berperan dalam pembentukan protein, lemak
dan berbagai persenyawaan organik lainnya alam sangat terbatas, dan semakin
berkurang karena telah terserap oleh tanaman.
Menurut (Prihastanti, 2011) Sifat fisik tanah mendukung kelangsungan
hidup tanaman, sebagai penyimpan air dan air yang dibutuhkannya. Tanah
merupakan campuran berbagai partikel mineral yang berbeda bentuk dan
ukurannya, material hidup dan mati termasuk mikroorganisme, akar, sisa-sisa
tanaman dan binatang, udara dan air. Didalam tanah, reaksi fisik kimiawi, biologi
terjadi dan saling berhubungan satu dan lainnya. Syarat tanah sebagai media
tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang
baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai
tempat aerasi dan lengas tanah. Bentuk fisik tanah memegang peran penting
dalam kemampuan tanah untuk menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur
tanah. Tanah yang memiliki tekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air
lebih kecil daripada tanah yang memiliki tekstur halus. Semakin tinggi tingkat
kepedatan tanah, jumlah, panjang, biomassa, luas permukaan dan kerapatan
panjang akar semakin berkurang.
Fungsi akar juga menyerap air dan unsur hara yang ada di dalam tanah.
Nutrisi-nutrisi yang ada di tanah akan diserap oleh akar dan akan disalurkan ke
tanaman. Akar mampu menyerap nutrisi baik organik maupun anorganik. Proses
pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan berawal dari air
dalam tanah, diserap oleh rambut akar. Air dan mineral tanah memasuki
tumbuhan melalui epidermis akar, melintasi korteks akar, dan masuk ke dalam
stele. Dari stele, air dan mineral melalui xylem, air tiba di daun pada dahan
tertinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan unsur hara adalah
respirasi, konsentrasi unsur hara, kerapatan dan penyebaran akar, air, daya serap
akar, pH tanah dan daya serap tanaman. Kesuburan tanah tergantung pada
keseimbangan empat faktor yaitu air, oksigen, unsur hara, kondisi fisik dan unsur
toksik (zat penghambat). Kelima factor ini tidak boleh bertindak sebagai factor
pembatas yang keterlaluan, karna akan mengakibatkan 'ke-optimuman' faktor-
faktor yang lain jadi tidak bermanfaat lagi.
Menurut (Hestiati et al., (1998), Bokashi merupakan kompos yang berasal
dari hasil fermentasi bahan organik dengan campuran larutan Effective
microorganism-4 (EM4)yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk
menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) merupakan beberapa unsur-unsur hara
utama yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan
serapannya sangat dipengaruhi oleh performa akar. Serapan hara oleh tanaman
selain dipengaruhi oleh transpirasi juga dipengaruhi oleh kondisi aerasi di tanah.
Serapan hara selain dipengaruhi oleh proses transpirasi tanaman, juga dipengaruhi
oleh kondisi aerasi didaerah perakaran. Peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan akar akan meningkatkan serapan air dan berbagai unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman termasuk hara.
Menurut (Donahue et al., 1977), Perbedaan kondisi lingkungan
menyebabkan produksi tanaman jagung dapat berbeda antara daerah satu dengan
yang lain. Salah satu hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
adalah perbedaan sifat fisik tanah. Karena produksi tanaman merupakan fungsi
dari faktor-faktor internal (sifat genetis tanaman) dan faktor-faktor eksternal
seperti manajemen pengelolaan tanaman, sifat tanah dan iklim. Sifat fisik tanah
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jagung, diantaranya adalah
pertumbuhan dan sebaran akar tanaman. Perkembangan Akar Tanaman sangat
penting bagi Tanaman, Sangat harus kita ketahui perkembangan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Agustina TH. 2018. Pertumbuhan Batang, Akar dan Daun Gulma Katumpangan
(Pilea microphylla (L.) Liebm.). Buletin Anatomi dan Fisiologi, 3 (1):
79-84.
Arya PB. 2017. Pertumbuhan dan Distribusi Akar Tanaman Muda Beberapa
Genotipe Unggul Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Sains
Teknologi & Lingkungan, 3 (2): 9-17
Firdaus LN. 2013. Pertumbuhan Akar Tanaman Karet Pada Tanah Bekas
Tambang Bauksit Dengan Aplikasi Bahan Organik. Jurnal Biogenesis,
10 (1): 53-64
Ika, Pusat Penelitian Kopi Kakao, 2012. Panduan lengkap budidaya kakao. Jakarta
: Agromedia Pustaka
Torey, NS. 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator kekurangan air pada
tanaman. Jurnal Bioslogos, 3 (1): 31-39
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Perbanyakan Tanaman Dengan Stek
Dan Okulasi” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat
masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 1. .......... 8
2. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 2. .......... 8
3. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 3. .......... 8
4. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 4. .......... 9
5. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 5. .......... 9
6. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 6. .......... 9
7. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 7. .......... 9
8. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 8. ........ 10
9. Tabel Perbanyakan Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi Kelompok 9. ........ 10
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stek memungkinkan dilakukan sebagai salah satu metode perbanyakan
vegetatif dari jenis jenis yang sulit diperbanyak secara generatif dan mempunyai
keunggulan dimana seluruh karakter yang dimiliki pohon induk akan diwariskan
kepada keturunannya. Keberhasilan stek dipengaruhi oleh interaksi faktor genetic
dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi kandungan cadangan makanan
dalam jaringan stek, ketersediaan air, umur tanaman (pohon induk) dan hormone
endogen dalam jaringan stek. Faktor lingkungan juga memengaruhi, antara lain
media perakaran, kelembaban, suhu, interaksi cahaya, dan juga pada teknik
penyetekan. Pemahaman aspek fisiologis selama pembentukan akar dan tunas
adalah salah satu kunci keberhasilan pada stek (Danu et al., 2012)
Pengeratan merupakan pembuangan sedikit kulit pada bagian stek untuk
menghambat terjadinya pergerakan zatzat makanan sehingga menjadi terhambat
dan terbendung di bagian yang kerat sehingga terjadi penumpukan auksin pada
bagian ini dan terbentuk karbohidrat yang penting untuk pengakaran. Pengeratan
yang dilakukan diharapkan dapat merangsang pembentukan akar-akar baru yang
lebih banyak jumlahnya. Tempat munculnya akar melalui pelukaan atau kerat ini
akan mengalami interaksi positif yang didahului dengan terjadinya induksi akar
namun tergantung dari jenis tanamannya (Rahman et al., 2012)
Akar tanaman merupakan bagian terpenting dalam beradaptasi dengan
lingkungannya sekaligus sebagai alat mekanik dalam mencegah terjadinya longsor
melalui mekanisme cengkraman tanah di lapisan permukaan (kedalaman 0-5 cm)
oleh akar yang menyebar horizontal; dan menopong tegaknya batang sehingga
pohon tidak mudah tumbang oleh dorongan massa tanah, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan akar pepohonan dalam meningkatkan kekuatan
geser tanah ditaksir dengan mengukur kerapatan panjang akar. Demikian pula
dengan kemampuan tanaman dapat bertahan hidup pada lahan kering karena
arsitektur perakaran yang dibentuk, seperti kedalaman perakaran dan penyebaran
akar lateral beserta bulu akar yang tumbuh dan berkembang lebih kecil. Akar yang
tumbuh diatas tanah merupakan tipe akar yang memiliki fungsi masing-masing.
Struktur akar memiliki banyak ragam berdasarkan fungsinya seperti akar
penyimpanan, akar udara, akar sekulen, akar panjat, akar penunjang, akar napas
(Pneumatophora) dan akar yang akan bersimbiosis. (Arya, 2017)
Pengakaran stek dilakukan pada ruangan (rumah tumbuh atau ruang
pengakaran) yang dapat menjaga kondisi lingkungan / iklim makro agar tetap
optimal. Untuk menstimulir pertumbuhan akar dan tunas, bagian pangkal stek
diberi zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan yang banyak digunakan
untuk pembuatan stek yang dikenal dengan nama dagang Rootone-F maupun
Atonik. Kelemahannya adalah waktu mulai berbuah lebih lama, sifat turunan tidak
samadengan induk, sehingga keunggulan sifat induk tidak dapat dipertahankan
pada anakannya. Meskipun tergolong mudah, namun tidak semua proses
penyetekan berhasil. Teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan ini
terbagi menjadi beberapa cara. Anda bisa menyetek tanaman menggunakan
batang, daun, atau akar. (Admojo, 2019)
Beberapa jenis tumbuhan memiliki kondisi tersendiri dalam mempercepat
propagasi setek. Intensitas cahaya yang tinggi dapat membuat potongan setek
membentuk akar lebih cepat, tetapi temperatur harus dijaga karena dapat
menyebabkan stres. Sebuah studi yang dilakukan USDA terhadap azalea
memperlihatkan bahwa disinfeksi dengan air hangat dapat mencegah
pertumbuhan jamur yang mengganggu propagasi. Tanaman teh pun sebaiknya
tidak diperbanyak dari potongan tubuh tanaman teh tua karena calon sel vegetatif
tidak lagi banyak tersedia dan posisinya digantikan oleh calon sel generatif. Setek
dari potongan tanaman teh tua menyebabkan tanaman hasil setek berbunga dini.
Jenis tumbuhan yang dapat diperbanyak dengan metode setek ialah ubi kayu, tebu
dan tanaman pagar. (Wiratri, 2012)
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Perbanyakan Tanaman
Dengan Stek Dan Okulasi” adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai media
tanam terhadap perkembangan akar tanaman.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Disiapkan bahan dan alat
2. Diambil polybag ukuran 1 kg sebanyak 6 buah
3. Masing-masing polybag berisi tanah sub soil dan top soil
4. Diberi tanda dengan menggukan label nama pada masing-masing perlakuan
5. Ditanam benih jagung
6. Disiram 2 kali sehari pagi dan sore
7. Dibiarkan selama 2 minggu
8. Dihentikan pengamatan setelah 2 minggu
9. Dibuka polybag yang berisi tanaman jagung mudah dengan menggunakan
gunting, lalu tanah dibuang dengan menggunakan air agar akar tidak
lepas/terputus
10. Diukur panjang akar dan jumlah banyak serabut akarnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari Pratikum Silvika yang berjudul “Perbanyakan
Tanaman Dengan Stek Dan Okulasi” adalah tanaman yang di stek tidak semua
hidup. Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan dengan
menggunakan bahan tanaman selain biji yaitu akar, batang dan daun. Perbanyakan
tanaman dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain: okulasi, sambung
pucuk, stek, dan enten. Okulasi merupakan suatu metode yang dilakukan dengan
menyayat batang bawah sepanjang 1 – 2 cm sehingga kayu dan kulitnya telah
diambil yang ukurannya sama besar dengan mata tempel. Okulasi bertujuan untuk
melestarikan tanaman mangga dari beberapa varietas. Selain itu, okulasi juga
bertujuan untuk memenuhi permintaan tanaman mangga yang semakin banyak
(memenuhi produk emasaran dari buah mangga). Okulasi juga memberikan nilai
praktis (waktu yang lebih singkat) dalam bertanam mangga.
Zat pengatur tumbuh adalah hormon sintetis yang ditambahkan dari luar
tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh tanaman digunakan secara luas di dunia
pertanian untuk berbagai tujuan, di antaranya: penundaan atau percepatan
pematangan buah, perangsangan pengakaran, peningkatan peluruhan daun atau
pentil buah, pemberantasan gulma, pengendalian ukuran organ dan lain
sebagainya. ZPT pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan mengubah proses fisiologis.
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Auksin mempunyai beberapa peran
dalam mendukung kehidupan tanaman diantaranya adalah menstimulasi terjadinya
perpanjangan sel pada pucuk dan mendorong akar primordial. Zat pengatur
merupakan substansi organik yang secara alami diproduksi oleh tanaman, bekerja
mempengaruhi proses fisiologi tanaman dalam konsentrasi rendah.
Menurut (Danu, Pramono, 2006), Stek merupakan teknik pembiakan
vegetatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegetatif untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari induknya.
Penggolongan stek berdasarkan bahan tanaman terdiri dari: stek pucuk, stek
batang dan stek akar. Stek adalah salah satu cara pembiakan vegetatif yang paling
umum digunakan. Stek merupakan suatu perlakuan pemisahan atau pelepasan
dengan cara memotong bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, dan
tunas dengan maksut agar bagian-bagian tersebut membentuk akar.
Menurut (Rochiman dan Harjadi, 1973), Perbanyakan secara vegetatif
merupakan salah satu cara perbanyakan, yang menjadi alternatif yang banyak
dipilih orang karena caranya yang sederhana, tidak memerlukan teknik yang rumit
sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Salah satu perbanyakan tanaman secara
vegetative yang dipilih adalah stek. Perbanyakan secara vegetatif adalah cara
perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti
batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, sama seperti induknya. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan
dengan cara cangkok, rundukan, kultur jaringan dan stek. Perbanayakan vegetatif
ini merupakan cara perbanyakan vegetatif buatan yaitu yang tidak terjadi secara
alami. Stek adalah pembiakan tanaman melalui potongan tubuh tanaman. Bagian
tanaman yang bisa distek biasanya adalah batang, daun, dan akar. Stek batang
menghasilkan akar baru dan stek akar menghasilkan batang baru. Ada beberapa
daun yang juga bisa distek dan kemudian akan tumbuh batang dan akar. Stek
(cutting) dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Abdurahman, Sudiyanti, Dan Basuno. 2007. Teknik Okulasi Jeruk Manis Dengan
Perlakuan Masa Penyimpanan Dan Media Pembungkus Entres Yang
Berbeda. Jurnal Buletin Teknik Pertanian, 12 (1): 21-30
Arya PB. 2017. Pertumbuhan dan Distribusi Akar Tanaman Muda Beberapa
Genotipe Unggul Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Sains
Teknologi & Lingkungan, 3 (2): 9-17
Danu, Subiakto, A., & Putri, K. P. 2011. Uji stek pucuk damar (Agathis
loranthifolia Salisb.) pada berbagai media dan zat pengatur tumbuh.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 8(3): 245–252
Wiratri. 2012. Pengaruh Cara Pemberian Rootone-F Dan Jenis Stek Terhadap
Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina Arborea Linn). Buletin Anatomi
dan Fisiologi, 15 (2): 20-28
LAMPIRAN
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan Komponen
Penyusunnya” ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai
syarat masuk untuk praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Klasifikasi Pohon Dan Komponen Penyusunnya Kelompok 7. ................. 8
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya perkembangan kehidupan dan peradaban manusia,
mengakibatkan hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan cara dan intensitas yang
sangat bervariasi, mulai dari pemanfaatan hutan yang tidak banyak mempengaruhi
kondisi ekosistem hutan sampai pada tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan
perubahan komposisi hutan. Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat
kompleks, berfungsi sebagai gudang plasma nutfah, komponen penentu kestabilan
alam, produsen oksigen, tempat penyimpanan air, penahan longsor, dan sumber
kehidupan (Rahmita, 2018).
Permudaan alam hutan adalah peremajaan hutan secara alami yang
komponennya terdiri dari tingkat semai, pancang dan tiang. Proses permudaan
alam hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Keanekaragaman vegetasi hutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
lingkungan fisik, kimia, dan iklim yang saling berhubungan secara rumit sehingga
membentuk suatu ekosistem yang unik. Selain itu keanekaragaman vegetasi juga
sangat dipengaruhi oleh struktur dan juga komposisi vegetasi baik secara vertical
meliputi pohon, semak, herba, dan rumput, serta sebaran horizontal maupun
kemelimpahan (Samsoedin, 2014).
Pada penyebaran tumbuh tumbuhan di dunia, faktor lingkungan
memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu
tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis
maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan
yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat / tipe hutan. Oleh karena itu
dikenal adanya hubungan antar bentuk morfologis tumbuhan dengan faktor
lingkungan. Dengan demikian wajarlah bahwa tiap daerah iklim dijumpai formasi
khas untuk daerah iklim yang bersangkutan yang disebut formasi klimak iklim.
Disamping itu pada keadaan tempat tumbuh yang khusus dijumpai formasi-
formasi yang menyimpang dari formasi klimak iklim. (Zulkarnain, 2015)
Agroforestri berkembang di masyarakat sesuai kearifan lokal sehingga
struktur dan komponen penyusunnya sangat beragam. Klasifikasi agroforestri
dapat dilakukan berdasarkan berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan
kepentingannya. Salah satu aspek yang dipakai sebagai dasar klasifikasi
agroforestri yaitu kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya monokultur
baik di sektor kehutanan maupun pertanian. Pengklasifikasian ini akan membantu
dalam analisis bentuk implementasi agroforestri yang dijumpai di lapangan untuk
mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat. ada beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim,
tanah, dan lainlain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat
merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang
lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik
pada saat sekarang maupun sejarahnya. (Sadono, 2018).
Komunitas tumbuhan suatu lantai hutan merupakan tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang secara alami. Komunitas tersebut dapat berupa pohon,
anak pohon, dan semua spesies yang hidup di bawah tegakan tumbuhan pokok.
Jenis komunitas ini bersifat annual, biannual, soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat. Tumbuhan lantai hutan membentuk suatu lapisan tajuk tingkat
kedua di bawah lapisan tajuk pokok. Keberadaan tumbuhan tersebut bermanfaat
terutama untuk kepentingan perlindungan tanah baik secara langsung melalui
penyedia bahan organik, perbaikan humus sehingga mampu menciptakan iklim
mikro bagi serangga pengurai, maupun secara tidak langsung yaitu meredam
jatuhnya air hujan ke tanah sehingga mengurangi terjadinya erosi. Kehadiran
tumbuhan lantai hutan berguna karena dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan (Mawazin, 2013).
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan
Komponen Penyusunnya” adalah mengetahui komponen penyusun pohon
berdasarkan stadium pertumbuhan dan melatih cara pembuatan diagram profil dari
klasifikasi pohon.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Membuat petak ukur dalam suatu wilayah hutan dengan cara Nested sampling,
yaitu 20 m x 20 m untuk pohon; 10 m x 10 m untuk tiang; 5 m x 5 m untuk
pancang; dan 2 m x 2 m untuk semai. Petak yang kecil berada dalam petak
yang besar. Usahakan antara regu satu dengan yang lainnya bersambung, jarak
antar petak ukur adalah 20 meter.
2. Menggambar proyeksi horisontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan
yang ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang
bebas cabang dan tinggi totalnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Klasifikasi jenis Semai dan Pancang pada Hutan Tri Dharma
Tabel 2. Klasifikasi jenis Tiang dan Pohon pada Hutan Tri Dharma
Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari Pratikum Silvika yang berjudul “Klasifikasi
Pohon Dan Komponennya” adalah sebagian besar tanaman yang terdapat di dalam
hutan Tridharma merupakan pohon mahoni (Swietenia mahagoni). Permudaan
alam hutan sendiri ialah peremajaan hutan secara alami yang komponennya terdiri
dari tingkat semai, tingkat pancang dan juga tingkat tiang. Proses permudaan alam
hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Permudaan alam adalah pengadaan tegakan baru pada vegetasi tersebut dalam
peremajaan hutan secara alami, tanpa dibantu sedikit pun oleh campur tangan
manusia.
Menurut (Indriyanto, 2018), Toleransi merupakan kemampuan relatif
suatu pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan atau kemampuan relatif
suatu jenis pohon dalam bersaing pada kondisi cahaya matahari minim dan media
tumbuh yang tebatas bagi perakarannya. Pepohonan Toleran tumbuh dan
berkembang membentuk lapisan tajuk hutan, pepohonan ini berada di bawah
lapisan tajuk pohon yang kurang toleran atau intoleran, serta mampu bereproduksi
dengan sukses pada kondisi kurang cahaya. Pepohonan intoleran bereproduksi
secara sukses hanya di tempat terbuka atau kondisi tajuk pohon mendapat cahaya
matahari secara penuh dari cahaya matahari yang masuk ke dalam hutan.
Pengetahuan toleransi suatu jenis pohon sangat penting. Sifat dan ciri yang
dimiliki oleh jenis pohon toleran maupun jenis pohon intoleran dapat
diidentifikasi secara mudah pada setiap tegakan hutan dengan mengamati
kerapatan tajuk pohon, pemangkasan secara alami dari cabang-cabang pohon,
struktur daun dan keadaan permudaan alami yang terdapat di bawah tegakan
hutan.
Kesimpulan
Saran
Lugrayasa I. 2012. Studi awal komposisi dan dinamika vegetasi pohon hutan
gunung pohen cagar alam batukahu bali. Jurnal Ilmu Kehutanan, 12 (2):
301-309
Sadono R. 2018. Prediksi Lebar Tajuk Pohon Dominan pada Pertanaman Jati Asal
Kebun Benih Klon di Kesatuan Pemangkuan Hutan Ngawi, Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Kehutanan, 12, 127-141
Sutomo, dkk. 2019. Studi awal komposisi dan dinamika vegetasi pohon hutan
gunung pohen Cagar Alam Di Bandung. Jurnal Lestari, 12 (2): 20-38
Wahyudi. 2017. MODEL PERTUMBUHAN POHON-POHON DI HUTAN
ALAM PASKA TEBANGAN STUDI KASUS PADA HUTAN ALAM
PRODUKSI DI KABUPATEN KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH.
Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 20 (3): 22-30
Disusun Oleh:
Kelompok 7
HUT 2D
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Silvika ini dengan
baik. Laporan Praktikum Silvika yang berjudul “Dinamika Pohon Dalam Hutan” ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas Praktikum Silvika sebagai syarat masuk untuk
praktikum selanjutnya pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Praktikum
Silvika, Dr. Delvian SP., MP. karena telah memberikan materi dengan baik dan benar.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada assisten yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki laporan ini
akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Tabel Dinamika Pohon Dalam Hutan Kelompok 7.............................................. 8
iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya perkembangan kehidupan dan peradaban manusia,
mengakibatkan hutan semakin banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Pemanfaatan hutan dilakukan dengan cara dan intensitas yang
sangat bervariasi, mulai dari pemanfaatan hutan yang tidak banyak mempengaruhi
kondisi ekosistem hutan sampai pada tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan
perubahan komposisi hutan. Hutan merupakan ekosistem alami yang sangat
kompleks, berfungsi sebagai gudang plasma nutfah, komponen penentu kestabilan
alam, produsen oksigen, tempat penyimpanan air, penahan longsor, dan sumber
kehidupan (Deden, 2017)
Permudaan alam hutan adalah peremajaan hutan secara alami yang
komponennya terdiri dari tingkat semai, pancang dan tiang. Proses permudaan
alam hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Keanekaragaman vegetasi hutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik
lingkungan fisik, kimia, dan iklim yang saling berhubungan secara rumit sehingga
membentuk suatu ekosistem yang unik. Selain itu keanekaragaman vegetasi juga
sangat dipengaruhi oleh struktur dan juga komposisi vegetasi baik secara vertical
meliputi pohon, semak, herba, dan rumput, serta sebaran horizontal maupun
kemelimpahan (Harianja, 2012)
Pada penyebaran tumbuh tumbuhan di dunia, faktor lingkungan
memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu
tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis
maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan
yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat / tipe hutan. Oleh karena itu
dikenal adanya hubungan antar bentuk morfologis tumbuhan dengan faktor
lingkungan. Dengan demikian wajarlah bahwa tiap daerah iklim dijumpai formasi
khas untuk daerah iklim yang bersangkutan yang disebut formasi klimak iklim.
Disamping itu pada keadaan tempat tumbuh yang khusus dijumpai formasi-
formasi yang menyimpang dari formasi klimak iklim. (Muhdin, 2016)
Agroforestri berkembang di masyarakat sesuai kearifan lokal sehingga
struktur dan komponen penyusunnya sangat beragam. Klasifikasi agroforestri
dapat dilakukan berdasarkan berbagai aspek sesuai dengan perspektif dan
kepentingannya. Salah satu aspek yang dipakai sebagai dasar klasifikasi
agroforestri yaitu kompleksitasnya dibandingkan dengan budidaya monokultur
baik di sektor kehutanan maupun pertanian. Pengklasifikasian ini akan membantu
dalam analisis bentuk implementasi agroforestri yang dijumpai di lapangan untuk
mengoptimalkan fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat. ada beberapa faktor
yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim,
tanah, dan lainlain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat
merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang
lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator suatu habitat baik
pada saat sekarang maupun sejarahnya. (Purwanto, 2012)
Komunitas tumbuhan suatu lantai hutan merupakan tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang secara alami. Komunitas tersebut dapat berupa pohon,
anak pohon, dan semua spesies yang hidup di bawah tegakan tumbuhan pokok.
Jenis komunitas ini bersifat annual, biannual, soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat. Tumbuhan lantai hutan membentuk suatu lapisan tajuk tingkat
kedua di bawah lapisan tajuk pokok. Keberadaan tumbuhan tersebut bermanfaat
terutama untuk kepentingan perlindungan tanah baik secara langsung melalui
penyedia bahan organik, perbaikan humus sehingga mampu menciptakan iklim
mikro bagi serangga pengurai, maupun secara tidak langsung yaitu meredam
jatuhnya air hujan ke tanah sehingga mengurangi terjadinya erosi. Kehadiran
tumbuhan lantai hutan berguna karena dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan. (Santroyo, 2014)
Tujuan
Tujuan dari Praktikum Silvika ini yang berjudul “Klasifikasi Pohon Dan
Komponen Penyusunnya” adalah mengetahui komponen penyusun pohon
berdasarkan stadium pertumbuhan dan melatih cara pembuatan diagram profil dari
klasifikasi pohon.
TINJAUAN PUSTAKA
Prosedur Praktikum
1. Membuat petak ukur dalam suatu wilayah hutan dengan cara Nested sampling,
yaitu 20 m x 20 m untuk pohon; 10 m x 10 m untuk tiang; 5 m x 5 m untuk
pancang; dan 2 m x 2 m untuk semai. Petak yang kecil berada dalam petak
yang besar. Usahakan antara regu satu dengan yang lainnya bersambung, jarak
antar petak ukur adalah 20 meter.
2. Menggambar proyeksi horisontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan
yang ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang
bebas cabang dan tinggi totalnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari Pratikum Silvika yang berjudul “Dinamika
Pohon Dalam Hutan” adalah sebagian besar tanaman yang terdapat di dalam hutan
Tridharma merupakan pohon mahoni (Swietenia mahagoni). Permudaan alam
hutan sendiri ialah peremajaan hutan secara alami yang komponennya terdiri dari
tingkat semai, tingkat pancang dan juga tingkat tiang. Proses permudaan alam
hutan merupakan aspek ekologi yang cukup besar peranannya terhadap
pembentukan struktur tegakan hutan dan komposisi jenis tumbuhannya.
Permudaan alam adalah pengadaan tegakan baru pada vegetasi tersebut dalam
peremajaan hutan secara alami, tanpa dibantu sedikit pun oleh campur tangan
manusia.
Menurut (Indriyanto, 2018), Toleransi merupakan kemampuan relatif
suatu pohon untuk bertahan hidup di bawah naungan atau kemampuan relatif
suatu jenis pohon dalam bersaing pada kondisi cahaya matahari minim dan media
tumbuh yang tebatas bagi perakarannya. Pepohonan Toleran tumbuh dan
berkembang membentuk lapisan tajuk hutan, pepohonan ini berada di bawah
lapisan tajuk pohon yang kurang toleran atau intoleran, serta mampu bereproduksi
dengan sukses pada kondisi kurang cahaya. Pepohonan intoleran bereproduksi
secara sukses hanya di tempat terbuka atau kondisi tajuk pohon mendapat cahaya
matahari secara penuh dari cahaya matahari yang masuk ke dalam hutan.
Pengetahuan toleransi suatu jenis pohon sangat penting. Sifat dan ciri yang
dimiliki oleh jenis pohon toleran maupun jenis pohon intoleran dapat
diidentifikasi secara mudah pada setiap tegakan hutan dengan mengamati
kerapatan tajuk pohon, pemangkasan secara alami dari cabang-cabang pohon,
struktur daun dan keadaan permudaan alami yang terdapat di bawah tegakan
hutan.
Kesimpulan
Saran
Deden. 2017. Metode Pohon Regresi Untuk Eksploratori Data Dengan Perubah
yang Banyak dan Kompleks. Jurnal Informatika Pertanian, 1 (16): 967-
981
Dendang. 2018. Prediksi Lebar Tajuk Pohon Dominan pada Pertanaman Jati Asal
Kebun Benih Klon di Kesatuan Pemangkuan Hutan Ngawi, Jawa Timur.
Jurnal Ilmu Kehutanan, 12 (3): 127-141
Fadhil M, Rahman A. 2013. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada Hutan dan Lahan
Kakao di Desa Sejahtera, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Jurnal
Agrotekbis, 1 (1): 236-43
Harianja HC. 2012. Potensi Permudaan Alam Eboni di Kawasan Hutan Palanro
Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros. Jurnal Lestari, 3 (3): 30-40