Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BUDIDAYA

TANAMAN
ACARA 1. PENYEMAIAN

Disusun Oleh :

Syifa Akmala 20200210006


Yunia Fajriani Khoerunnisa 20200210007
Bintang Dwi Putra 20200210021
Zulfa Kayla Zahra 20200210032
Gigih Recha Pambudi 20200210035

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyemaian merupakan adalah kegiatan memproses benih menjadi bibit.


Lebih jelasnya penyemaian adalah proses menyemai benih. Penyemaian diperlukan
ketika benih terlalu kecil sehingga jika ditanam langsung akan rentan hanyut atau
hilang terbawa air. Penyemaian juga diperlukan apabila benih yang akan disemai
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkecambah. Proses penyemaian ini
merupakan kegiatan memproses benih menjadi bibit. Sederhananya, penyemaian
adalah proses menyemai benih (Sayurankita, 2018).
Dengan menyemaikan benih terlebih dahulu, tentunya diharapkan akan
mendapat mutu yang lebih baik karena dapat dilakukan pemilihan bibit yang cermat
dan tepat. Selain itu apabila diusahakan pada lahan yang sempit, maka
pemeliharaannya lebih intensif sehingga mengurangi kemungkinan kegagalan atau
ketidaktumbuhan bibit. Cara ini tentunya akan lebih efektif dan efisien dalam
penggunaan lahan untuk pembibitan dan juga menghindari terjadinya kegagalan
pembibitan karena kita dapat melakukan pengamatan terhadap perkembangan benih
hingga usia tertentu (Kagama, 2020).
Sementara itu, Persemaian merupakan areal atau tempat untuk menyemai.
Areal menyemai sendiri berbeda dengan wadah dan media semai. Wadah dan media
semai sama seperti wadah dan media tanam. Wadah pada persemaian ini dapat berupa
gelas, pot, polibag, nampan, dan tray semai. Untuk media semainya bergantung
dengan teknik tanam yang nantinya akan digunakan. Misal kita ingin menanam
dengan teknik hidroponik, maka kita dapat menggunakan media semai inert alias
media tanam yang tidak menyediakan unsur hara, seperti rockwool, cocopeat,
hirdoton, kerikil, atau pasir. Apabila menanam dengan teknik konvensional, maka
dapat menyemai dengan media semai seperti cocopeat, tanah, sekam, kompos
ataupun campuran keempatnya. Untuk syarat media semai yang baik sama seperti
syarat media tanam, yakni harus porous (mampu menahan dan mengalirkan air
dengan baik), memiliki aerasi (ruang untuk perputaran udara), dan bebas patogen
(hama dan penyakit) (Sayurankita, 2018).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penyemaian benih tanaman dikotil dan monokotil
2. Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan benih
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Padi Sawi
Hari
Tinggi Tinggi
Pengamata Ulangan
Tanaman Jumlah Daun Tanaman Jumlah Daun
n
(cm) (cm)
1 0 0 0,5 0
Jumat, 5
2 0 0 0,8 0
Maret 2021
3 0 0 0,4 0
1 3,4 0 2,2 0
Senin, 8
2 3,9 0 1,8 0
Maret 2021
3 4,3 0 2,1 0
1 6 0 5 0
Kamis, 11
2 8 0 3,6 0
Maret 2021
3 10 0 3,4 0
1 17 1 6 1
Minggu, 14
2 17 1 4 1
Maret 2021
3 18,2 1 4 1
1 21 1 8,5 2
Rabu, 17
2 20,5 1 6,5 2
Maret 2021
3 22 1 6,4 2
1 21,5 2 11,3 3
Sabtu, 20
2 22 2 8,2 2
Maret 2021
3 21 2 8,1 3
1 21,8 3 13,3 4
Selasa, 23
2 22,8 3 10,8 4
Maret 2021
3 22,7 3 10 4
1 22,5 3 14 4
Jumat, 26
2 24,5 3 11,5 4
Maret 2021
3 23 3 11,4 4
1 21,5 2 17,1 5
Senin, 29
2 23,5 2 14 4
Maret 2021
3 22,7 2 14 5
1 22 2 18,1 5
Kamis, 1
2 24,5 2 14,5 5
April 2021
3 22 2 14,8 6
Minggu, 4 1 22,1 2 18,9 7
April 2021 2 24,9 2 14,5 4
3 22,4 2 15,5 7
1 22 2 17,1 6
Rabu, 7 April
2 23,3 2 14 5
2021
3 22,5 2 15,4 4

C. Pembahasan

1. Tanaman Dikotil dan Monokotil


Keragaman makhluk hidup dibumi sangat menarik untuk dipelajari. Begitu
juga dengan keragaman kelompok tumbuhan. Pengelompokkan tumbuhan menjadi
kelompok sub–sub yang lebih kecil tentu didasarkan atas ciri yang dimiliki oleh
tumbuhan tersebut. Kelompok angiospermae merupakan divisi tumbuhan dengan
jumlah spesies yang besar dibanding dengan gymnospermae. Kemudian, kelompok
angiospermae (tumbuhan biji tertutup) dibagi menjadi dua kelas yang didasarkan
pada jumlah keping biji, yaitu monokotil dan dikotil. Baik monokotil dan dikotil
merupakan kelompok tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) yaitu tumbuhan yang
mengalami pembuahan ganda serta memiliki daging buah.
a. Tumbuhan berkeping biji tunggal atau monokotil adalah salah satu dari dua
kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena
hanya memiliki satu daun lembaga, contohnya seperti tanaman padi, bunga
anggrek, dan kelapa.
b. Tumbuhan berkeping biji dua atau dikotil adalah segolongan tumbuhan
berbunga yang memiliki ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun
lembaga, contohnya seperti tanaman kentang, kembang sepatu, dan nangka.
Perbedaan secara umum monokotil dan dikotil.
Monokotil Dikotil
Akar tersusun atas akar serabut. Akar berupa akar tunggang.
Batang tidak berkambium. Batang berkambium dan bercabang
cabang.
Daun bertulang daun sejajar atau . Bertulang daun menyirip atau menjari
melengkung.
Bagian-bagian bunga umumnya Bagian bunga umumnya berjumlah 2, 4
berjumlah 3 atau kelipatannya. dan 5 atau kelipatannya.
Berkas pengangkut pada batang: Berkas pengangkut pada batang:
Pembuluh kayu dan pembuluh tapis Pembuluh kayu dan pembuluh tapis
letaknya tersebar pada batang. letaknya teratur. Pembuluh kayu
sebelah dalam dari pembuluh tapis.

Tanaman dikotil dan monokotil mempunyai bagian-bagian biji yaitu cadangan


makanan, kulit biji, epikotil, kotiledon, hipokotil dan radikula. Tipe perkecambahan
benih padi adalah hipogeal. Tipe perkecambahan benih sawi adalah epigeal.
Budidaya tanaman membutuhkan berbagai teknik untuk mengoptimalkan
produksi. Dari sisi tata bahasa, teknik adalah suatu keterampilan khusus yang
dibutuhkan agar dapat melakukan suatu kegiatan praktek yang produktif (Oxford,
2003); pembenihan adalah rangkaian proses budidaya tanaman untuk menghasilkan
benih; sedangkan tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan. Oleh karena itu,
teknik perbenihan tanaman adalah suatu keterampilan khusus yang harus dikuasai
seseorang agar dapat memproduksi benih tanaman, baik benih vegetatif (bibit)
maupun benih generatif sehingga tanaman berproduksi secara optimal.
Dalam istilah pertanian, tentu kita tidak lepas dari kata biji, benih dan bibit.
Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan
perkembangan yang terkekang. Biji tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa
campur tangan manusia misalnya terbawa perantaraan binatang. Benih ialah biji
tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usahatani, memiliki
fungsi agronomis. Benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan
khusus sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Benih
tanaman sangat berperan dalam pengembangan bidang pertanian. Benih adalah faktor
penentu keberhasilan budidaya tanaman. Benih dengan kualitas baik dan seragam
akan menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Bibit yaitu benih/biji yang telah
disemai sebelumnya yang akan ditanam ke lahan/media tanam dan memenuhi
persyaratan dalam budidaya tanaman. Termasuk dalam kategori bibit yaitu hasil
cangkokan, sambungan, okulasi, kultur jaringan dan bibit hasil perbanyakan vegetatif
lainnya (Sutopo, 2010).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses
perkecambahan dikenal perkecambahan hipogeal dan epigeal. Hipogeal adalah
pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus
kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya didalam tanah.
Contoh tipe ini terjadi pada padi. Perkecambahan hipogeal biasanya terjadi pada
tanaman monokotil, biasanya ditandai dengan tidak keluarnya biji ke permukaan
tanah. Sedangkan pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya
kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini
misalnya terjadi pada sawi. Perkecambahan epigeal biasanya terjadi pada tanaman
dikotil. Pengetahuan tentang hal ini dipakai oleh para ahli agronomi untuk
memperkirakan kedalaman tanam (Morla dkk, 2011).
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-
kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih tahap ketiga
merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak
dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik
tumbuh. Tahap keempat adalah asimililasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi
di daerah meristematik untuk menghasilkan energi baru. Kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari
kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-
titik tumbuh. Sementara penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama
biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40 – 60 % (atau
67 – 150 % atas dasar berat kering). Dan akan meningkat lagi pada saat munculnya
radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh
mempunyai kandungan air 70 - 90 % (Sutopo, 2004).

2. Penyemaian Padi dan Sawi


a. Penyemaian Padi
Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang
merupakan sumber karbohidrat bagi sebagian penduduk dunia. Tanaman padi
pada umumnya merupakan tanaman semusim dengan empat fase
pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif, dan
pemasakan. Secara garis besar, tanaman padi terbagi ke dalam dua bagian
yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif, dimana bagian vegetatif terdiri
dari akar,batang, daun dan bagian generatif terdiri dari malai yang terdiri dari
bulir-bulir, daun dan bunga. Dalam budidaya tanaman padi, umumnya petani
akan melakukan penyemaian terhadap bibit padi sebelum ditanam di lahan
yang sesungguhnya. Tujuan dari penyemaian benih ini adalah untuk
mempersiapkan bibit padi yang bermutu sehingga nantinya dapat tumbuh
menjadi padi yang baik pula. Selain itu cara ini akan lebih efektif dan efisien
dalam penggunaan lahan untuk pembibitan dan juga menghindari terjadinya
kegagalan pembibitan karena petani dapat melakukan pengamatan terhadap
perkembangan benih hingga usia tertentu. Pada praktikum mata kuliah
Teknologi Budidaya Pertanian acara pertama ini, dilakukan penyemaian
terhadap benih padi untuk diamati perumbuhan dan perkembangan bibitnya
yang nantinya akan dilakukan pindah tanam pada praktikum selanjutnya.
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penyemaian padi :

 Langkah pertama dalam penyemaian padi adalah mempersiapkan benih


yang akan disemaikan. Sebelum benih disemaikan, benih direndam
terlebih dahulu dalam air selama satu malam. Perendaman dilakukan
untuk merangsang pertumbuhan akar.
 Langkah kedua yaitu mempersiapkan lahan yang akan digunakan untuk
menyemai. Jika penyemaian dilakukan di sawah, maka kita harus
membajaknya, meratakan serta menghaluskan permukaan sawah
terlebih dahulu, baru kemudian disemaikan benihnya. Namun pada
praktikum ini penyemaian padi dilakukan dalam skala kecil.
Penyemaian padi dilakukan dengan menggunakan nampan kecil yang
diisi dengan tanah yang sudah digemburkan terlebih dahulu.
 Langkah ketiga yaitu penanaman benih pada lahan/media penyemaian
dengan cara menaburkan benih padi ke permukaan tanah secara merata,
kemudian disiramkan atau dipercikkan air dalam jumlah secukupnya
namun jangan sampai terlalu basah hingga tanahnya tergenang.
 Setelah benih disemaikan, langkah selanjutnya adalah merawatnya
dengan baik dan benar. Pada praktikum ini perawatan dilakukan dengan
menyiram dengan air secukupnya pada pagi hari dan sore hari untuk
memastikan tanahnya tidak kering. Pastikan tanah selalu dalam kondisi
lembab agar kebutuhan air tercukupi dan semai dapat tumbuh dengan
baik.
b. Penyemaian Sawi
Tanaman sawi (Brassisca juncea L) merupakan tanaman sayuran daun
dari keluarga Brassicaceae yang memiliki nilai komersial tinggi. Tanaman
sawi kaya akan vitamin A, sehingga bermanfaat untuk mengatasi masalah
kekurangan vitamin A atau penyakit rabun ayam (Xerophthalmia).
Kandungan nutrisi lain pada sawi juga berguna dalam menjaga Kesehatan
tubuh manusia (Rukmana, 1994). Budidaya tanaman sawi relatif mudah,
sehingga dapat dilakukan oleh petani maupun pemula yang ingin menekuni
agrobisnis tanaman ini. Selain mudah dibudidayakan, tanaman sawi juga cepat
menghasilkan karena tanaman ini memiliki umur yang relatif pendek mulai
dari awal penanaman hingga siap panen. Sama seperti budidaya padi, dalam
budidaya tanaman sawi juga perlu dilakukan penyemaian sebelum bibit siap
dipindahkan ke lingkungan terbuka (lahan). Pada praktikum ini, dilakukan
juga penyemaian terhadap benih sawi untuk diamati pertumbuhan dan
perkembangannya. Berikut adalah langkah-langkahnya :

 Langkah pertama yaitu menyiapkan benih sawi yang akan disemaikan.


Pada praktikum ini praktikan menggunakan benih sawi hijau.
 Langkah kedua yaitu menyiapkan media tanam, di sini praktikan
menggunakan tanah yang sebelumnya sudah digemburkan. Tanah juga
perlu dibersihkan dari tanah maupun batu agar tidak mengganggu
perkecambahan dan pertumbuhan benih.
 Selanjutnya, masukkan media tanam dalam wadah, dan di sini praktikan
menggunakan nampan kecil. Kemudian buat garis tanam di permukaan
tanah, namun jangan terlalu dalam. Setelah itu tabur benih sawi di
sepanjang garis tanam tersebut, lalu tutup kembali menggunakan tanah
dan basahi tanah dengan air secukupnya.
 Langkah terakhir adalah merawatnya dengan cara yang sama seperti
penyemaian padi di atas. Siram dengan air secukupnya setiap pagi dan
sore hari untuk memastikan tanah tetap lembab.

3. Pengamatan Pertumbuhan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun
selama kurang lebih 1 bulan, diketahui kedua tanaman baik padi maupun sawi
mengalami pertumbuhan yang normal dengan penambahan tinggi dan jumlah daun di
setiap pengamatannya. Untuk sawi, bibit mengalami penambahan tinggi 2 - 3 cm di
setiap pengamatannya. Jumlah daunnya juga bertambah sebanyak 1 helai di setiap
pengamatan. Sedangkan untuk bibit padi, pertumbuhannya lebih cepat dibanding bibit
sawi. Di pengamatan awal, bibit padi bisa tumbuh 3 – 5 cm di setiap pengamatannya.
Bahkan di pengamatan keempat bibit padi mengalami penambahan tinggi hingga 10
cm dibanding pengamatan sebelumnya. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh
gen tanaman padi itu sendiri yang memungkinkan tanaman padi bisa tumbuh lebih
cepat dibandingkan tanaman sawi.
Gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke
generasi selanjutnya.  Dalam kasus ini, gen akan menentukan kemampuan
metabolisme sehingga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tersebut. Tanaman yang memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan
berkembang cepat sesuai dengan periodenya. Meskipun faktor dari gen sangat
penting, namun faktor ini bukan satu-satunya yang menentukan pola pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Bisa jadi bibit padi tersebut bisa tumbuh dengan cepat
karena pengaruh hormon yang dimilikinya.
Hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi
di dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata
dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada beragam jenisnya. Namun dalam
kasus pertumbuhan bibit padi ini, kemungkinan hormon auksinlah yang sangat
berperan dalam penambahan tinggi bibit padi tersebut, karena peran utama hormon
auksin adalah untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel.
Sangat dimungkinkan bila hormon auksin yang ada dalam bibit padi tersebut bekerja
lebih maksimal dibanding hormon auksin pada bibit sawi sehingga bibit padi bisa
tumbuh lebih cepat.
Dari tabel hasil pengamatan di atas, diketahui bahwa tinggi tanaman dan
jumlah daun berkurang di akhir pengamatan. Di akhir pengamatan, kami mendapati
pucuk tanaman padi yang mengering dan mudah patah, kemudian pada tanaman sawi
daunnya cenderung menguning dan layu. Hal tersebut dikarenakan tanaman tersebut
jarang disiram air, yang menyebabkan tanaman kekurangan unsur hara. Unsur hara
merupakan senyawa organik atau anorganis yang ada di dalam tanah atau dengan kata
lain nutrisi yang terkandung dalam tanah. Unsur hara sangat dibutuhkan untuk
tumbuh kembang tanaman.
Berdasarkan tingkat kebutuhannya maka dapat di golongkan menjadi 2 bagian
yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar. Yang termasuk unsur hara makro
adalah N, P, K, Ca, S dan Mg. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah kecil/sedikit. Yang termasuk unsur hara
mikro adalah Fe, Cu, Zn, Mn, Mo, B, Na, Cl.
Di akhir pengamatan, kami juga mendapati tanaman sawi yang kami semai
terserang hama kutu daun. Kutu daun atau Aphis brassicae biasanya hidup
berkelompok di bawah daun, berwarna hijau, dan diliputi semacam tepung berlilin.
Salah satu cara yang kami lakukan untuk mengatasi kutu daun yang menyerang
tanaman sawi kami antara lain dengan melakukan pemangkasan di daerah-daerah
tertentu yang terserang hama kutu daun, sehingga tidak menyebar ke daerah yang
lebih luas.

BAB III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa


penyemaian merupakan kegiatan memproses benih menjadi bibit. Untuk cara
penyemaian pada tanaman monokotil yaitu padi adalah dengan mempersiapkan
benihnya terlebih dahulu, kemudian mempersiapkan lahan yang akan digunakan,
setelah itu dengan penanaman benih pada lahan atau media dengan menaburkan benih
ke tanah secara merata lalu percikkan air secukupnya, dan langkah terakhir yaitu
dengan merawatnya dengan baik dan benar. Sedangkan untuk cara penyemaian pada
tanaman dikotil yaitu sawi tidak jauh berbeda dengan penyemaian tanaman
monokotil, bedanya yaitu pada saat menanam yaitu dengan membuat garis terlebih
dahulu, lalu benih ditabur sepanyang garis tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu gen dan juga hormon. Gen merupakan
substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi selanjutnya,
sedangkan hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai
fungsi di dalam tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Aprimal, T. (2018). Rancang Bangun Alat Bantu Penyemai Bibit Padi Otomatis
Skala Laboratorium (Proses Pembuatan). Other thesis, Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Cara Menyemai Benih Padi Agar Cepat Tumbuh. (n.d.). Retrieved April 17, 2021,
from http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/85702/Cara-Menyemai-Benih-
Padi-Agar-Cepat-Tumbuh/
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
(2019). Retrieved April 17, 2021, from https://www.corteva.id/berita/faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-dan-perkembangan-tan.html
Fungsi Unsur Hara Bagi Tanaman – Website Resmi BPP Liliriaja. (n.d.). Retrieved
April 20, 2021, from https://bppliliriaja.soppengkab.go.id/fungsi-unsur-hara-
bagi-tanaman/
Hama tanaman Petsai/Sawi (Brassica Chinencis L dan Pengendaliannya. (n.d.).
Retrieved April 20, 2021, from
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/87623/-Hama--tanaman-Petsai-Sawi--
Brassica--Chinencis-L-dan-Pengendaliannya/
Nurmala, T., & Irwan, A. W. (2007). Pangan Alternatif Berbasis Serealia Minor.
panduan cara menanam sawi. (n.d.). Retrieved April 17, 2021, from
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/74811/panduan-cara-menanam-sawi-/
Penyemaian – SAYURANKITA. (n.d.). Retrieved April 21, 2021, from
https://sayurankita.com/2018/10/29/penyemaian/
Penyemaian Benih untuk Program Ketahanan Pangan Kagama Balikpapan. (n.d.).
Retrieved April 21, 2021, from https://kagama.id/penyemaian-benih-untuk-
program-ketahanan-pangan-kagama-balikpapan/
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta : Kanisius.
Safitri, J., Meilina, P., & Nurbaya Ambo, S. (2018). Implementasi Augmented
Reality Sebagai Pembelajaran Pertumbuhan Tanaman Dikotil Dan Monokotil.
Teknologi Informatika Dan Komputer, 9(1), 32–38.
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/just-it/article/view/3230
Sukma, D. U. I. I. D. (2017). Struktur Benih Dan Tipe Perkecambahan. 1–23.
Tiku, G. V. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah Menurut Sistem Mina
Padi dan Non Mina Padi. [Skripsi]. Program Studi Manajemen Bisnis. Fakultas
Pertanian, IPB.

Anda mungkin juga menyukai